PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN NILAI TUKAR TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA (Studi Pada Tahun 2010-2016) | Nagari | Jurnal Administrasi Bisnis 2201 8836 1 PB
PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN NILAI TUKAR TERHADAP EKSPOR
TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA
(Studi Pada Tahun 2010-2016)
Afni Amanatagama Nagari
Suharyono
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
[email protected]
ABSTRACT
This research aims to know development of Indonesian textile and textile product industry and the factors which
influence the Indonesian textile and textile product exports. Independent variables in this research is the Inflation
Rate (X1), and the Exchange Rate (X2) with Textile and Textile Product Indonesia Exports (Y) as dependet
variable. The type of research is explanatory research, with a quantitative approach. The research uses data of
textile and product textile exports from period of 2010-2016. Data source were obtained from the official website
of Badan Pusat Statistik Indonesia, Kementerian Perindustrian Indonesia, and Bank of Indonesia. Data analysis
using multiple linear regression statistical. According to the result of simultaneous test (F test), indicating that
Inflation Rate and exchange Rate has Insignificant effect on Value of Textile and Textile Product Indonesian
Exports simultaneously. While the partial test results (t test), indicates that that Inflation Rate significantly
influence on Exports Textile and Textile Product Indonesian Exports. The other result, the Exchange Rate
indicates an insignificant influence on Textile and Textile Product Indonesian Exports.
Keywords: Inflation Rate, Exchange Rate, Textile and Product Textile Value Export
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan ekspor tekstil dan produk tekstil serta faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Tingkat
Inflasi (X1), dan Nilai Tukar Dollar terhadap Rupiah (X2), dengan variabel terikat yaitu Ekspor Tekstil dan Produk
Tekstil (Y). Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian penjelasan atau explanatory, dengan pendekatan
kuantitatif. Data penelitian ini adalah ekspor tekstil dan produk tekstil di Indonesia periode tahun 2010-2016.
Data yang digunakan diperoleh dari website resmi Badan Pusat Statistik Indonesia, Kementerian Perindustrian
Indonesia, dan Bank Indonesia. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik regresi linear berganda.
Hasil uji simultan (uji F), menunjukkan bahwa Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Dollar terhadap Rupiah secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia. Sedangkan hasil uji
parsial (uji t), menunjukkan bahwa variabel Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Ekspor Tekstil dan
Produk Tekstil Indonesia. Sebaliknya, variabel Nilai Tukar menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap
Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia.
Kata kunci: Tingkat Inflasi, Nilai Tukar, Nilai Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
202
1.
PENDAHULUAN
Kegiatan ekspor maupun impor timbul
karena kesadaran bahwa tidak ada suatu negara yang
benar-benar mandiri karena satu sama lain saling
membutuhkan. Indonesia adalah salah satu negara
yang cukup aktif dalam kegiatan ekspor hasil
komoditi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.
Hamdani (2012:58), menyatakan bahwa dalam
rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian
nasional, maka perlu sekali mendorong ekspor non
migas, karena potensi ekspor non migas Indonesia
perlu digali untuk dijadikan produk-produk unggulan
ekspor Indonesia.
Sebagai negara yang berkembang membuat
Indonesia mengandalkan sektor industrinya. Sektor
industri memberikan peluang kerja yang sangat besar
bagi masyarakat Indonesia, selain itu sektor industri
dalam prosesnya mempergunakan berbagai input
baik dari sektor tekstil maupun sektor-sektor lainnya.
Keterkaitan antar sektor ini akan menjadi hal yang
sangat baik, karena akan mendorong pertumbuhan
sektor-sektor lainnya dan pada akhirnya akan
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Purnomo
(2008:139) menyebutkan sektor industri tekstil dan
produk tekstil Indonesia merupakan salah satu yang
berperan penting bagi perekonomian nasional karena
mengandalkan beberapa hasil komoditas unggulan
yang dipasarkan di perdagangan internasional.
Beberapa komoditas andalan Indonesia dari sektor
industri tekstil dan produk tekstil memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian
nasional.
Inflasi adalah kenaikan harga yang terjadi
pada suatu perekonomian negara. Hal ini sesuai
dengan pendapat Dornbusch et al, (2008:39) yang
menyatakan bahwa “Inflation is the rate of change in
prices, and the price level is the cumulation of past
inflations”. Sedangkan Totonchi (2011:459)
menyebutkan bahwa Inflasi adalah alat untuk
menentukan kondisi perekonomian suatu negara.
Mankiw (2006:216) menyatakan bahwa kebanyakan
di negara maju semakin bertambahnya jumlah uang
beredar maka terjadilah inflasi dan berbeda halnya
dengan negara berkembang, inflasi disebabkan
ketidak seimbangan fiskal yakni adanya depresiasi
nilai tukar serta pertumbuhan jumlah uang yang
sangat tinggi.
Pemerintah diberbagai negara pasti akan
berusaha membuat inflasi di negaranya berada pada
batas normal. Inflasi membuat perekonomian
menjadi lesu karena harga barang dan kebutuhan
pokok kian terus melambung. Raharja dan Manurung
(2004:319) menyatakan bahwa meningkatnya harga
barang baku menyebabkan para produsen akan
mengalami penurunan kuantitas produksi dan pada
akhirnya akan mempengaruhi nilai. Pada saat terjadi
inflasi maka harga barang barang secara terusmenerus akan mengalami kenaikan, begitu juga
berdampak terhadap bahan baku untuk membuat
tekstil dan produk tekstil itu sendiri. Dengan
meningkatnya inflasi maka biaya produksi barang
ekspor akan semakin tinggi sehingga membuat
eksportir kurang maksimal dalam berproduksi hal ini
mengakibatkan daya saing untuk barang ekspor
menjadi berkurang karena ekspor semakin mahal dan
berdampak pada menurunnya ekspor.
Faktor lain yang mempengaruhi ekspor
tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia adalah
nilai tukar mata uang yang dapat mendorong
peningkatan harga dan volume ekspor TPT. Dalam
perkembangan perdagangan internasional, valuta
asing terhadap rupiah memiliki peran yang sangat
penting untuk melakukan pembayaran transaksi.
Karena dalam melakukan perdagangan internasional
suatu negara dengan negara lainnya pasti akan
memerlukan satuan mata uang yang sama dan dapat
diterima secara universal. Kurs merupakan harga
sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau
dinyatakan dalam mata uang lainnya. Disamping itu,
perlu dilihat perkembangan kurs mata uang dalam
negeri terhadap mata uang asing, khususnya dollar
Amerika Serikat, karena dollar Amerika Serikat
merupakan mata uang Internasional.
Penelitian yang dilakukan oleh Saunders dkk
(2002:317) menyatakan apabila kurs valuta asing
mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam
negeri, maka hal ini dapat meningkatkan ekspor.
Sebaliknya apabila kurs valuta asing mengalami
penurunan terhadap mata uang dalam negeri maka
hal ini dapat menurunkan ekspor. Menurut
Witjaksono (2010:21), ketika nilai tukar rupiah
terdepresiasi terhadap dollar, maka menyebabkan
harga barang-barang impor meningkat.
2.
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Bisnis Internasional
Hady (2004:99) menjelaskan bahwa bisnis
internasional adalah kegiatan bisnis yang dilakukan
melewati batas-batas negara, bisnis internasional
dapat diartikan sebagai suatu studi tentang transaksi
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
203
ekonomi yang meliputi perdagangan ekspor dan
impor serta foreign investment (baik langsung
maupun portofolio) yang dilakukan oleh individu
dan perusahaan atau organisasi dengan tujuan untuk
memuaskan kebutuhan para individu dan organisasi
tersebut. Suatu negara atau perusahaan dalam
melakukan kegiatan bisnis internasional memiliki
suatu alasan tertentu. Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan dalam kegiatan bisnis internasional
antara lain meliputi pertimbangan ekonomis, politis
maupun sosial budaya. Kegiatan bisnis domestik
dilakukan suatu
perusahaan
hanya
perlu
memperhatikan lingkungan domestik di dalam batasbatas suatu negara saja. Sedangkan perusahaan yang
kegiatan bisnisnya bergerak di lingkungan bisnis
internasional harus memperhatikan lingkungan
domestik, asing, dan internasional karena kegiatan
bisnis internasional dilakukan melewati batas-batas
antar negara
2.2. Teori Ekspor
Ekspor merupakan salah satu bagian
terpenting dari perdagangan internasional. Ekspor
adalah penjualan barang ke luar negeri dengan
menggunakan sistem pembayaran, kualitas,
kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah
disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Ekspor
barang secara besar umumnya membutuhkan campur
tangan dari bea cukai dari negara pengirim maupun
penerima. Menurut Hamdani (2012:37), ekspor
adalah menjual barang dari dalam negeri ke luar
peredaran Republik Indonesia dan barang yang
dijual tersebut harus dilaporkan kepada Direktorat
Jendral Bea dan Cukai Departemen Keuangan.
Salah satu manfaat ekspor adalah untuk
mencari pangsa pasar baru ketika pasar di dalam
negeri sudah terlalu jenuh oleh kompetitor. Banyak
manfaat selain manfaat yang bersifat ekonomi,
seperti yang dijelaskan oleh Hamdani mengenai
manfaat ekspor, yaitu:
1) Manfaat secara mikro
a) Memperluas dan mengembangkan pemasaran.
b) Meningkatkan penjualan dan pendapatan.
c) Memperluas kegiatan perusahaan.
d) Meningkatkan produksi dengan memanfaatkan
idle capacity.
2) Manfaat secara makro
a) Meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
nasional.
b) Memberdayakan sumber-sumber ekonomi
yang potensial di dalam negeri.
c) Memperluas lapangan kerja dan meghasilkan
devisa.
d) Mendorong pertumbuhan IPTEK dan SDM.
e) Mengembangkan SOSBUD bangsa.
Transaksi ekspor biasanya akan berhubungan
dengan pihak dari negara lain, sehingga keadaan di
negara tujuan ekspor akan berdampak secara
langsung kepada kegiatan jaul beli lintas negara ini.
Keadaan-keadaan yang bisa berdampak pada
kegiatan ekspor ini pada umumnya disebut country
risk
2.3. Teori Inflasi
Inflasi adalah proses dimana tingkat harga
cenderung naik dan uang kehilangan nilainya.
Sedangkan menurut Keynes inflasi adalah kenaikan
dalam tingkat harga rata-rata, harga adalah dimana
mempertukarkan uang dengan barang atau jasa
(Mankiw, 2006). Hal tersebut serupa menurut
Tandelin (2010:342) bahwa inflasi adalah
kecendrungan terjadinya peningkatan harga-harga
produk secara keseluruhan. Inflasi mempunyai
pengaruh luas terhadap ekspor pada suatu negara.
Tingkat inflasi yang tinggi berhubungan
dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas
(overheated), yaitu kondisi ekonomi mengalami
permintaan akan suatu produk yang melebihi
kapasitas penawaran produknya, sehingga hargaharga cenderung mengalami kenaikan. Menurut
Rahardja dan Manurung (2011:359), terdapat tiga
komponen penting inflasi yang harus dipenuhi.
Pertama, ada sebuah kecenderungan kenaikan hargaharga. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika
lebih tinggi dari harga periode sebelumnya,
meskipun terjadi penurunan pada waktu tertentu atau
kenaikan dari waktu sebelumnya, tetapi cenderung
menunjukan peningkatan. Kedua, kenaikan bersifat
umum. Kenaikan harga suatu komoditas tidak dapat
disebut inflasi jika kenaikanya tidak mempengaruhi
kenaikan harga-harga secara umum, yang berarti
peningkatan harga hanya dialami oleh saatu atau dua
komoditas saja. Ketiga, peningkatan berlangsung
secara terus menerus, walaupun secara umum
peningkatan harga-harga barang mengalami
peningkatan, tidak dapat dikatakan inflasi apabila
hanya terjadi dalam jangka waktu singkat.
Perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu
bulanan.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
204
Tandelilin (2010:343) mengatakan bahwa
peningkatan inflasi merupakan sinyal negatif bagi
investor dipasar modal, karena inflasi menyebabkan
meningkatnya biaya produksi menjadi lebih tinggi
dari jumlah yang dapat dinikmati perusahaan,
sehingga berdampak pada turunnya profitabilitas
perusahaan. Sebaliknya, pada tingkat tertentu inflasi
dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan
penawaran agregat. Peningkatan harga dapat
menjadi motivasi produsen untuk meningkatkan
output-nya sehingga mampu mendorong produsen
memaksimalkan produksi dan menciptakan peluang
lapangan kerja yang baru. Ketika inflasi lebih dari
tingkat 10 % pada umumnya, maka akan menganggu
stabilitas ekonomi
b. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange
Rate - FER)
Sistem kurs menentukan bahwa nilai mata
uang suatu negara ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran pada pasar uang (resmi).
c. Sistem Kurs Terkait (Pagged Exchange Rate PER)
Sistem kurs yang dikaitkan dengan nilai mata
uang negara lain, atau sejumlah mata uang tertentu.
Bila kedua sistem nilai kurs yang telah dijelaskan di
atas adalah nilai kurs tertinggi terakhir, maka sistem
PER menggunakan nilai kurs tengah mata uang
tertentu yang mensyaratkan lebih atau kurang dari
kurs tengah sebesar 2,5%.
3.
2.4. Teori Nilai Tukar
Nilai tukar atau kurs merupakan harga mata
uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang
lain yang dapat dibeli dan dijual. Menurut Triyono
(2008:156), kurs (exchange rate) adalah pertukaran
antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan
perbandingan nilai atau harga antara kedua mata
uang tersebut. Kurs menunjukan berapa nilai rupiah
yang harus dibayarkan untuk satuan mata uang asing,
dan berapa nilai rupiah yang harus dibayar ketika
seseorang menjual mata uang asing. Kurs mata uang
menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan
dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata
uang suatu negara dengan mata uang negara lain
ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh
permintaan dan penawaran mata uang yang
bersangkutan. Dari pendapat ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian kurs (exchange rate)
merupakan harga suatu mata uang terhadap mata
uang lain. Sehingga kurs rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat dapat diartikan harga mata uang
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Putong (2013:7) menjelaskan bahwa
berdasarkan perkembangannya, sistem penetapan
kurs mata uang dikelompokan sebagai berikut :
a. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Sistem kurs tetap baik yang disetarakan oleh
suatu lembaga keuangan internasional (IMF),
maupun oleh masing-masing negara sesuai dengan
kemampuan ekonomisnya (biasanya berdasarkan
nilai dari Hard Currency)yaitu sistem kurs yang
mematok nilai kurs mata uang asing terhadap mata
uang negara yang bersangkutan dengan nilai tertentu
yang selalu sama dalam periode
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
explanatory research dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan di Indonesia melalui website
resmi untuk memperoleh sumber data akurat yang
dapat digunakan peneliti dalam menunjang
penelitian ini, website tersebut antara lain: Badan
Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perindustrian
dan Perdagangan Indonesia dan Bank Indonesia.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data
Tingkat Inflasi Indonesia, seluruh Nilai Tukar
Rupiah Indonesia, dan seluruh Nilai Ekspor Tekstil
Dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia. Sampel berupa
data Tingkat Inflasi bulanan tahun 2010-2016, Nilai
Tukar Rupiah terhadap US Dollar bulanan tahun
2010-2016, dan Nilai Ekpsor Tekstil Dan Produk
Tekstil (TPT) Indonesia bulanan periode 2010
hingga 2016. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dengan metode documenter. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analsisis deskriptif dan analisis regresi linier
berganda. Sebelum melakukan analisis linier
berganda terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
205
4.1.3. Nilai Ekspor Tekstil Dan Produk Tekstil
Indonesia
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Deskriptif
4.1.1. Tingkat Inflasi Indonesia
1200000
10
5
5,13
5,38
6,42
6,38
4,28
1000000
3,53
0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Tahun
Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017)
Gambar 1 menggambarkan tingkat inflasi
Indonesia periode 2010 hingga 2016. Pergerakan
tingkat inflasi Indonesia sangat fluktuatif, bisa dilihat
dari pergerakan grafik yang selalu naik turun tiap
tahun. Hal tersebut menggambarkan bahwa harga
barang yang beredar di Indonesia tidak stabil.
Kondisi dalam negeri Indonesia maupun impor yang
tidak menentu membuat harga-harga barang di
Indonesia terbalik dengan jumlah uang yang beredar,
akibatnya jumlah maupun harga bahan baku untuk
produksi industri tidak menentu.
4.1.2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar
Rupiah/1 Dollar
12368
9586
9884
900000
109773610642471070588
1028229
1042518,5
990305,12
931338,27
Nilai…
800000
2010 2011 2012Tahun
2013 2014 2015 2016
Gambar 1. Grafik Tingkat Inflasi di Indonesia
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Ribu Dollar
1100000
6,97
13889
13808
10959
Gambar 3. Grafik Nilai Ekspor Tekstil Dan Produk
Tekstil Indonesia
Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017)
Gambar 3 di atas adalah grafik nilai ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia dari tahun 2010
bulan Januari hingga tahun 2016 bulan Desember
yang bersumber dari laporan Bank Indonesia.
Periode tahun 2010 hingga tahun 2011 nilai Ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Periode tahun 2014,
nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia
anjlok, hal tersebut disebabkan oleh krisis ekonomi
global yang disebabkan oleh menurunya permintaan
barang di pasar global terutama pelambatan ekonomi
yang terjadi di Amerika Serikat akibat efek isu
perubahan suku bunga The Fed.
4.2. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
9276
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Gambar 2. Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap US
Dollar
Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017)
Gambar 2 dibawah adalah grafik nilai tukar
rupiah terhadap US dollar dari tahun 2010 hingga
2016. Pergerakan nilai rupiah menunjukan tren
negatif. Nilai rupiah melemah hingga hampir
menyentuh 14.000 Rupiah/US Dollar pada tahun
2015. Hal tersebut akibat tekanan krisis ekonomi
global serta faktor dimana bank sentral China
menurunkan nilai mata uang yuan juga turut
menyumbang tekanan bagi nilai tukar rupiah.
Gambar 4. Hasil Uji Normalitas
Sumber: data diolah peneliti (2017)
Gambar 4 adalah grafik Normal P-Plot yang
menunjukan persebaran data yang menyebar di
sekitar garis diagonal. Data juga tersebar mengikuti
arah garis diagonal. Berdasarkan hasil di atas, maka
sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dapat
disimpulkan bahwa data telah memenuhi asumsi
normalitas.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
206
Uji Autokorelasi
Tabel 1. Hasil Uji Autokorelasi
Modеl
1
R
.244a
R Squarе
.060
Adjust R
Squarе
.037
Std. Еrror of
thеЕstimatе
.10710
DurbinWatson
1.969
Sumber: data diolah peneliti (2017)
Tabel 1 menampilkan hasil nilai dari uji
autokorelasi menggunakan Uji Durbin Watson
sebesar 1,969. Jika disesuaikan dengan dasar
pengambilan keputusan dimana (dU< d < 4-dU) maka
perhitungan untuk penelitian ini menjadi (1,6942<
1,969 < 2,3058) dimana H0 diterima yang artinya
ialah asumsi tidak terdapat autokorelasi.
Uji Multikolinearitas
Tabel 2. Hasil Uji Multikolinieritas
Modеl
1
Collinarity Statistics
Tolеrancе
VIF
(Constant)
Tingkat Inflasi Indonesia
Ln_X2
.999
.999
1.001
1.001
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan tabel 2, Nilai Tolerance antara
masing-masing variabel bebas menunjukan nilai
tolerance> 0,1 sehingga dapat disimpulkan jika tidak
terjadi multikolinieritas. Dilihat dari nilai VIF,
masing-masing variabel menunjukan nilai VIF < 10
sehingga dapat disimpulkan juga tidak terdapat
multikolinieritas. Dapat disimpulkan bahwa asumsi
tidak terjadi multikolinieritas telah terpenuhi.
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Model
1 Constant
Tingkat Inflasi Indonesia
Ln_X2
Sig.
.363
.531
.796
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Diketahui nilai dari kedua variabel independen
yaitu Tingkat Inflasi Indonesia, Kurs IDR/USD, lebih
besar dari pada 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti
dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak
mengalami gejala heterokedastisitas.
4.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Modеl
1 (Constant)
Tingkat Inflasi
Indonesia
Ln_X2
Unstandardizеd
Coеfficiеnts
B
Std.
Еrror
13.924
.024
.015
.007
-.018
.021
Standardizеd
Coеfficiеnts
Bеta
t
Sig.
.224
68.153
2.078
.000
.041
-.090
-.830
.409
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berikut persamaan regresi tabel di atas:
Y = 0,041 Tingkat Inflasi Indonesia + 0,409
NilaiTukar IDR/USD
Koefisien yang digunakan dalam penelitian
ini ialah Standardized Coefficients Beta, sehingga
dihasilkan interpretasi sebagai berikut :
a. Koefesien Variabel Inflasi Indonesia X1
Nilai Ekspor TPT (Y) dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,041. Koefisien regresi tersebut
menunjukkan bahwa setiap variabel Tingkat
Inflasi Indonesia (X1) meningkat satu satuan
maka Nilai Ekspor TPT (Y) akan meningkat
sebesar 0,041 dengan asumsi variabel lainnya
konstan.
b. Koefesien Variabel Nilai Tukar IDR/USD X2
Koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa
setiap variabel Nilai Tukar IDR/USD (X2)
meningkat satu satuan maka Nilai Ekspor TPT
(Y) akan meningkat sebesar 0,409 dengan asumsi
variabel lainnya konstan
4.4. Uji Hipotesis
Koefisien Determinasi
Tabel 5. Hasil Perhitungan R2
Modеl
R
.244a
1
R Squarе
.060
Adjust R
Squarе
.037
Std. Еrror of
thеЕstimatе
.10710
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan tabel 5, diperoleh hasil R2
sebesar 0,037 yang berarti variabel bebas yang
dibahas pada penelitian ini X1 dan X2 berkontribusi
sebesar 37 % terhadap variabel terikat Nilai Ekspor
PTP (Y) sedangkan sisanya sebesar 63 % dijelaskan
oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas pada
penelitian ini.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Tabel 6. Hasil Uji F
Modеl
1
Rеgrеssion
Rеsidual
Total
Sum of Squarе
df
.059
.929
.988
2
81
83
Mеan
Squarе
.030
.011
F
2.573
Sig.
.083a
Sumber : Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan pada tabel 6 hasil uji F
menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 2,573.
Sementara itu nilai dari Ftabel dengan (α = 0,05 ; df1
= 2df2 = 81) diketahui sebesar 3,11. Apabila nilai
dari F hitung dibandingkan dengan nilai dari Ftabel
maka diperoleh Fhitung α = 0,083> 0,05. Demikian dapat
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
207
disimpulkan bahwa model regresi linier berganda
yang diestimasi tidak ada pengaruh secara simultan
yang signifikan antara (X1), (X2), terhadap (Y).
Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan
seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variabel
dependen sebagai berikut :
1) Inflasi Indonesia (X1)
Uji t terhadap variabel (X1) menunjukan hasil t
hitung sebesar 2,078 sedangkan nilai pada t tabel (α =
0,05 ; df 81) adalah sebesar 1,66388. Nilai t hitung
< t tabel yaitu 2,078 > 1,66388 dengan signifikansi
t (Sig.) sebesar 0,041, karena Sig. t lebih kecil dari
5% (0,041< 0,05). Hasil penelitian ini
menyimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang
artinya variabel inflasi Indonesia (X1)
berpengaruh positif signifikan terhadap variabel
nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia
(Y).
2) Kurs IDR/USD (X2)
Uji t terhadap variabel Kurs IDR/USD (X2)
menunjukan hasil t hitung sebesar - 0,830 sedangkan
nilai pada t tabel (α = 0,05 ; df 81) adalah sebesar
1,66388. Nilai t hitung < t tabel yaitu - 0,830 <
1,66388 dengan signifikansi t (Sig.) sebesar 0,409
karena Sig. t lebih besar dari 5% (0,409> 0,05).
Hasil penelitian ini menyimpulkan H0
diterimadan Ha ditolak yang artinya variabel Kurs
IDR/USD (X2) tidak berpengaruh negatif
terhadap variabel ekspor tekstil dan produk tekstil
Indonesia (Y).
4.5. Pembahasan
a. Hipotesis 1
Hasil pengujian hipotesis 1 merupakan hasil
perhitungan dari statistik uji simultan dan hasil nilai
koefisien determinasi (R2). Diketahui bahwa tingkat
inflasi (X1) dan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar
(X2) tidak berpengaruh secara simultan atau
bersama-sama terhadap ekspor tekstil dan produk
tekstil Indonesia (Y). Berdasarkan pada Uji Simultan
atau Uji F, diperoleh nilai sig. sebesar 0,083 atau
lebih dari taraf signifikan yang diisyaratkan
(0,083>0,05). Hal ini membuktikan bahwa hipotesis
pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara tingkat inflasi (X1) dan nilai
tukar rupiah terhadap US dollar (X2) terhadap ekspor
tekstil dan produk tekstil (Y) secara simultan atau
bersama-sama ditolak.
Pengaruh tidak signifikan ini disebabkan
sebagian besar bahan baku untuk produksi adalah
barang impor sehingga semakin naiknya Tingkat
Inflasi semakin murah biaya produksi bersamaan
dengan nilai tukar Rupiah yang menguat juga
menjadikan permintaan ekspor Tekstil dan Produksi
Tekstil turun sehingga produksi dalam negeri
komoditi Tekstil dan Produk Tekstil yang bertambah
terhambat dengan menguatnya nilai tukar Rupiah
mengakibatkan permintaan turun. Hasil koefisien
determinasi (R2) juga menunjukan bahwa Nilai
Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (Y) dipengaruhi
oleh variabel Tingkat Inflasi (X1) dan Nilai Tukar
Rupiah terhadap US Dollar (X2) sebesar 0,037 atau
3.7 % yang artinya Tingkat Inflasi (X1) dan Nilai
Tukar Rupiah terhadap US Dollar (X2) berkontribusi
hanya sebesar 3.7 % terhadap Nilai Ekspor Tekstil
dan Produk Tekstil (Y) sedangkan sisanya sebesar
96.3 % yang mempengaruhi ekspor komoditi tekstil
dan produksi tekstil tersebut adalah GDP, FDI, FTA,
ketenagakerjaan, produksi dalam negeri, biaya dan
mutu bahan baku, teknologi, serta tarif dan hambatan
tarif.
b. Hipotesis 2
Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil
pengujian hipotesis 2. Berdasarkan hasil perhitungan
statistik uji t dapat diketahui bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari tingkat inflasi di
Indonesia (X1) terhadap nilai ekspor tekstil dan
produk tekstil Indonesia (Y). Berdasarkan Uji t yang
telah dilakukan, maka hipotesis yang menyatakan
terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara
tingkat inflasi di Indoneisa (X1) terhadap nilai ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y) diterima.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Tandelin (2010:342) Inflasi
mempunyai pengaruh luas terhadap ekspor pada
suatu negara. Karena pengaruh inflasi yang semakin
tinggi mengakibatkan harga bahan baku impor
semakin murah sehingga biaya produksi semakin
rendah berpengaruh pada harga komoditi tekstil dan
produk tekstil yang lebih kompetitif.
c. Hipotesis 3
Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil
pengujian hipotesis 3. Berdasarkan hasil perhitungan
statistik uji t dapat diketahui bahwa terdapat
pengaruh negatif yang tidak signifikan dari nilai
tukar Rupiah (X2) terhadap nilai Ekspor Tekstil dan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
208
Produk Tekstil Indonesia (Y). Nilai tukar (X2) secara
parsial memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap ekspor tekstil dan produk tekstil
Indonesia (Y). Penguatan rupiah tidak menyebabkan
harga komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
semakin rendah. Berdasarkan uji t yang telah
dilakukan, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar
rupiah terhadap US dollar (X2) terhadap nilai ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y) secara parsial
ditolak. Hal tersebut terjadi karena beperapa faktor
antara lain bahan baku untuk komoditi Tekstil dan
Produk Tekstil sebagian besar adalah Impor.
Naiknya nilai tukar akan membuat harga produk di
pasar internasional menjadi lebih mahal tetapi karena
bahan baku komoditi Tekstil dan Produk Tekstil
sebagian besar adalah impor menjadikan harga
komoditas Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia
tidak mahal. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
Mankiw (2012) yang menjelaskan bahwa ketika
harga suatu barang naik maka jumlah barang yang
diminta akan turun dan ketika harga turun, maka
jumlah barang yang diminta akan naik.
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Analisis regresi menunjukan tidak adanya
pengaruh secara simultan antara tingkat inflasi di
Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap US dollar
terhadap nilai ekspor tekstil dan produk tekstil
Indonesia.
Hasil
koefisien
determinasi
menunjukan berkontribusi sebesar 37 % terhadap
variabel terikat nilai ekspor tekstil dan produk
tekstil (Y) sedangkan sisanya sebesar 63 %
dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
dibahas pada penelitian ini.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat
inflasi di Indonesia (X1) terhadap nilai ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y).
3. Terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan
dari nilai tukar rupiah terhadap US Dollar (X2)
terhadap nilai ekspor tekstil dan produk tekstil
Indonesia (Y).
5.2. Saran
1. Diharapkan pemerintah dapat membuat peraturan
perundang-undangan yang tepat mengenai tingkat
inflasi. Sehendaknya, tingkat inflasi yang
ditentukan di Indonesia tidak hanya bermotivasi
untuk menekan jumlah uang beredar yang ada di
Indonesia. Pemerintah harus bisa meningkatkan
produksi dalam negeri yang berorientasikan
ekspor.
2. Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan bagi
pemerintah untuk menjadi pertimbangan bagi
Bank Indonesia dalam menyusun kebijakan
moneter terkait inflasi dan nilai tukar
3. Diharapkan pemerintah mengembangkan bahan
baku yang juga berpotensi untuk meningkatkan
ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia.
Semakin tersedianya bahan baku dengan tidak
mengandalkan impor untuk produksi tekstil dan
produk tekstil yang di ekspor Indonesia, tentu
akan semakin baik. Karena dengan tersedianya
bahan baku yang dapat diperoleh dari dalam
negeri dengan tidak impor, maka produsen tekstil
dan produk tekstil lebih efektif dalam
memproduksi.
4. Diharapkan
hasil
penelitian
ini
dapat
dipertimbangkan bagi peneliti selanjutnya dalam
meneliti pengaruh indikator makroekonomi
terhadap ekspor suatu negara. Koefisien
determinasi yang sangat kecil pada penelitian ini
yaitu variabel bebas pada penelitian ini tidak
memberikan pengaruh yang besar pada variabel
terikat, maka indikator makroekonomi lain seperti
GDP dan FDI dapat digunakan. Selain itu,
penelitian selanjutnya dapat menggunakan
metode penelitianlain seperti metode kausalitas
Granger dan analisis jalur (path analysis).
DAFTAR PUSTAKA
Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, dan Richard
Startz. 2008. Tenth Edition; Macroeconomics.
New York : McGraw-Hill Companies
Hady, Hamdy. 2004. Ekonomi Internasional Buku
Dua Edisi Revisi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hamdani.2012. Ekspor Impor Tingkat Dasar Level
Satu. Jakarta: Bushindo
Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi
Makro, Edisi Tiga, Terjemahan. Jakarta:
Salemba Empat
Putong, Iskandar. 2013. Pengantar Mikro dan
Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media
Raharja dan Manurung. 2004. Uang, Perbankan dan
Ekonomi Moneter. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
209
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan
Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Kanisius
Totonchi, Jalil. 2011. Macroeconomic Theories Of
Inflation International Conference on
Economics and Finance Research (IPEDR).
Vol. 4 Halaman 459-462
Triyono.2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah
Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, vol.9, no.2, halaman.156-167.
Surakarta
Witjaksono, Agung. 2010. Analisis Pengaruh
Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak
Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah,
Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones
terhadap IHSG periode 2000-2009. Semarang:
Universitas Diponegoro
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
210
TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA
(Studi Pada Tahun 2010-2016)
Afni Amanatagama Nagari
Suharyono
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
[email protected]
ABSTRACT
This research aims to know development of Indonesian textile and textile product industry and the factors which
influence the Indonesian textile and textile product exports. Independent variables in this research is the Inflation
Rate (X1), and the Exchange Rate (X2) with Textile and Textile Product Indonesia Exports (Y) as dependet
variable. The type of research is explanatory research, with a quantitative approach. The research uses data of
textile and product textile exports from period of 2010-2016. Data source were obtained from the official website
of Badan Pusat Statistik Indonesia, Kementerian Perindustrian Indonesia, and Bank of Indonesia. Data analysis
using multiple linear regression statistical. According to the result of simultaneous test (F test), indicating that
Inflation Rate and exchange Rate has Insignificant effect on Value of Textile and Textile Product Indonesian
Exports simultaneously. While the partial test results (t test), indicates that that Inflation Rate significantly
influence on Exports Textile and Textile Product Indonesian Exports. The other result, the Exchange Rate
indicates an insignificant influence on Textile and Textile Product Indonesian Exports.
Keywords: Inflation Rate, Exchange Rate, Textile and Product Textile Value Export
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan ekspor tekstil dan produk tekstil serta faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Tingkat
Inflasi (X1), dan Nilai Tukar Dollar terhadap Rupiah (X2), dengan variabel terikat yaitu Ekspor Tekstil dan Produk
Tekstil (Y). Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian penjelasan atau explanatory, dengan pendekatan
kuantitatif. Data penelitian ini adalah ekspor tekstil dan produk tekstil di Indonesia periode tahun 2010-2016.
Data yang digunakan diperoleh dari website resmi Badan Pusat Statistik Indonesia, Kementerian Perindustrian
Indonesia, dan Bank Indonesia. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik regresi linear berganda.
Hasil uji simultan (uji F), menunjukkan bahwa Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Dollar terhadap Rupiah secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia. Sedangkan hasil uji
parsial (uji t), menunjukkan bahwa variabel Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Ekspor Tekstil dan
Produk Tekstil Indonesia. Sebaliknya, variabel Nilai Tukar menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap
Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia.
Kata kunci: Tingkat Inflasi, Nilai Tukar, Nilai Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
202
1.
PENDAHULUAN
Kegiatan ekspor maupun impor timbul
karena kesadaran bahwa tidak ada suatu negara yang
benar-benar mandiri karena satu sama lain saling
membutuhkan. Indonesia adalah salah satu negara
yang cukup aktif dalam kegiatan ekspor hasil
komoditi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.
Hamdani (2012:58), menyatakan bahwa dalam
rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian
nasional, maka perlu sekali mendorong ekspor non
migas, karena potensi ekspor non migas Indonesia
perlu digali untuk dijadikan produk-produk unggulan
ekspor Indonesia.
Sebagai negara yang berkembang membuat
Indonesia mengandalkan sektor industrinya. Sektor
industri memberikan peluang kerja yang sangat besar
bagi masyarakat Indonesia, selain itu sektor industri
dalam prosesnya mempergunakan berbagai input
baik dari sektor tekstil maupun sektor-sektor lainnya.
Keterkaitan antar sektor ini akan menjadi hal yang
sangat baik, karena akan mendorong pertumbuhan
sektor-sektor lainnya dan pada akhirnya akan
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Purnomo
(2008:139) menyebutkan sektor industri tekstil dan
produk tekstil Indonesia merupakan salah satu yang
berperan penting bagi perekonomian nasional karena
mengandalkan beberapa hasil komoditas unggulan
yang dipasarkan di perdagangan internasional.
Beberapa komoditas andalan Indonesia dari sektor
industri tekstil dan produk tekstil memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian
nasional.
Inflasi adalah kenaikan harga yang terjadi
pada suatu perekonomian negara. Hal ini sesuai
dengan pendapat Dornbusch et al, (2008:39) yang
menyatakan bahwa “Inflation is the rate of change in
prices, and the price level is the cumulation of past
inflations”. Sedangkan Totonchi (2011:459)
menyebutkan bahwa Inflasi adalah alat untuk
menentukan kondisi perekonomian suatu negara.
Mankiw (2006:216) menyatakan bahwa kebanyakan
di negara maju semakin bertambahnya jumlah uang
beredar maka terjadilah inflasi dan berbeda halnya
dengan negara berkembang, inflasi disebabkan
ketidak seimbangan fiskal yakni adanya depresiasi
nilai tukar serta pertumbuhan jumlah uang yang
sangat tinggi.
Pemerintah diberbagai negara pasti akan
berusaha membuat inflasi di negaranya berada pada
batas normal. Inflasi membuat perekonomian
menjadi lesu karena harga barang dan kebutuhan
pokok kian terus melambung. Raharja dan Manurung
(2004:319) menyatakan bahwa meningkatnya harga
barang baku menyebabkan para produsen akan
mengalami penurunan kuantitas produksi dan pada
akhirnya akan mempengaruhi nilai. Pada saat terjadi
inflasi maka harga barang barang secara terusmenerus akan mengalami kenaikan, begitu juga
berdampak terhadap bahan baku untuk membuat
tekstil dan produk tekstil itu sendiri. Dengan
meningkatnya inflasi maka biaya produksi barang
ekspor akan semakin tinggi sehingga membuat
eksportir kurang maksimal dalam berproduksi hal ini
mengakibatkan daya saing untuk barang ekspor
menjadi berkurang karena ekspor semakin mahal dan
berdampak pada menurunnya ekspor.
Faktor lain yang mempengaruhi ekspor
tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia adalah
nilai tukar mata uang yang dapat mendorong
peningkatan harga dan volume ekspor TPT. Dalam
perkembangan perdagangan internasional, valuta
asing terhadap rupiah memiliki peran yang sangat
penting untuk melakukan pembayaran transaksi.
Karena dalam melakukan perdagangan internasional
suatu negara dengan negara lainnya pasti akan
memerlukan satuan mata uang yang sama dan dapat
diterima secara universal. Kurs merupakan harga
sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau
dinyatakan dalam mata uang lainnya. Disamping itu,
perlu dilihat perkembangan kurs mata uang dalam
negeri terhadap mata uang asing, khususnya dollar
Amerika Serikat, karena dollar Amerika Serikat
merupakan mata uang Internasional.
Penelitian yang dilakukan oleh Saunders dkk
(2002:317) menyatakan apabila kurs valuta asing
mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam
negeri, maka hal ini dapat meningkatkan ekspor.
Sebaliknya apabila kurs valuta asing mengalami
penurunan terhadap mata uang dalam negeri maka
hal ini dapat menurunkan ekspor. Menurut
Witjaksono (2010:21), ketika nilai tukar rupiah
terdepresiasi terhadap dollar, maka menyebabkan
harga barang-barang impor meningkat.
2.
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Bisnis Internasional
Hady (2004:99) menjelaskan bahwa bisnis
internasional adalah kegiatan bisnis yang dilakukan
melewati batas-batas negara, bisnis internasional
dapat diartikan sebagai suatu studi tentang transaksi
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
203
ekonomi yang meliputi perdagangan ekspor dan
impor serta foreign investment (baik langsung
maupun portofolio) yang dilakukan oleh individu
dan perusahaan atau organisasi dengan tujuan untuk
memuaskan kebutuhan para individu dan organisasi
tersebut. Suatu negara atau perusahaan dalam
melakukan kegiatan bisnis internasional memiliki
suatu alasan tertentu. Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan dalam kegiatan bisnis internasional
antara lain meliputi pertimbangan ekonomis, politis
maupun sosial budaya. Kegiatan bisnis domestik
dilakukan suatu
perusahaan
hanya
perlu
memperhatikan lingkungan domestik di dalam batasbatas suatu negara saja. Sedangkan perusahaan yang
kegiatan bisnisnya bergerak di lingkungan bisnis
internasional harus memperhatikan lingkungan
domestik, asing, dan internasional karena kegiatan
bisnis internasional dilakukan melewati batas-batas
antar negara
2.2. Teori Ekspor
Ekspor merupakan salah satu bagian
terpenting dari perdagangan internasional. Ekspor
adalah penjualan barang ke luar negeri dengan
menggunakan sistem pembayaran, kualitas,
kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah
disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Ekspor
barang secara besar umumnya membutuhkan campur
tangan dari bea cukai dari negara pengirim maupun
penerima. Menurut Hamdani (2012:37), ekspor
adalah menjual barang dari dalam negeri ke luar
peredaran Republik Indonesia dan barang yang
dijual tersebut harus dilaporkan kepada Direktorat
Jendral Bea dan Cukai Departemen Keuangan.
Salah satu manfaat ekspor adalah untuk
mencari pangsa pasar baru ketika pasar di dalam
negeri sudah terlalu jenuh oleh kompetitor. Banyak
manfaat selain manfaat yang bersifat ekonomi,
seperti yang dijelaskan oleh Hamdani mengenai
manfaat ekspor, yaitu:
1) Manfaat secara mikro
a) Memperluas dan mengembangkan pemasaran.
b) Meningkatkan penjualan dan pendapatan.
c) Memperluas kegiatan perusahaan.
d) Meningkatkan produksi dengan memanfaatkan
idle capacity.
2) Manfaat secara makro
a) Meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
nasional.
b) Memberdayakan sumber-sumber ekonomi
yang potensial di dalam negeri.
c) Memperluas lapangan kerja dan meghasilkan
devisa.
d) Mendorong pertumbuhan IPTEK dan SDM.
e) Mengembangkan SOSBUD bangsa.
Transaksi ekspor biasanya akan berhubungan
dengan pihak dari negara lain, sehingga keadaan di
negara tujuan ekspor akan berdampak secara
langsung kepada kegiatan jaul beli lintas negara ini.
Keadaan-keadaan yang bisa berdampak pada
kegiatan ekspor ini pada umumnya disebut country
risk
2.3. Teori Inflasi
Inflasi adalah proses dimana tingkat harga
cenderung naik dan uang kehilangan nilainya.
Sedangkan menurut Keynes inflasi adalah kenaikan
dalam tingkat harga rata-rata, harga adalah dimana
mempertukarkan uang dengan barang atau jasa
(Mankiw, 2006). Hal tersebut serupa menurut
Tandelin (2010:342) bahwa inflasi adalah
kecendrungan terjadinya peningkatan harga-harga
produk secara keseluruhan. Inflasi mempunyai
pengaruh luas terhadap ekspor pada suatu negara.
Tingkat inflasi yang tinggi berhubungan
dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas
(overheated), yaitu kondisi ekonomi mengalami
permintaan akan suatu produk yang melebihi
kapasitas penawaran produknya, sehingga hargaharga cenderung mengalami kenaikan. Menurut
Rahardja dan Manurung (2011:359), terdapat tiga
komponen penting inflasi yang harus dipenuhi.
Pertama, ada sebuah kecenderungan kenaikan hargaharga. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika
lebih tinggi dari harga periode sebelumnya,
meskipun terjadi penurunan pada waktu tertentu atau
kenaikan dari waktu sebelumnya, tetapi cenderung
menunjukan peningkatan. Kedua, kenaikan bersifat
umum. Kenaikan harga suatu komoditas tidak dapat
disebut inflasi jika kenaikanya tidak mempengaruhi
kenaikan harga-harga secara umum, yang berarti
peningkatan harga hanya dialami oleh saatu atau dua
komoditas saja. Ketiga, peningkatan berlangsung
secara terus menerus, walaupun secara umum
peningkatan harga-harga barang mengalami
peningkatan, tidak dapat dikatakan inflasi apabila
hanya terjadi dalam jangka waktu singkat.
Perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu
bulanan.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
204
Tandelilin (2010:343) mengatakan bahwa
peningkatan inflasi merupakan sinyal negatif bagi
investor dipasar modal, karena inflasi menyebabkan
meningkatnya biaya produksi menjadi lebih tinggi
dari jumlah yang dapat dinikmati perusahaan,
sehingga berdampak pada turunnya profitabilitas
perusahaan. Sebaliknya, pada tingkat tertentu inflasi
dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan
penawaran agregat. Peningkatan harga dapat
menjadi motivasi produsen untuk meningkatkan
output-nya sehingga mampu mendorong produsen
memaksimalkan produksi dan menciptakan peluang
lapangan kerja yang baru. Ketika inflasi lebih dari
tingkat 10 % pada umumnya, maka akan menganggu
stabilitas ekonomi
b. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange
Rate - FER)
Sistem kurs menentukan bahwa nilai mata
uang suatu negara ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran pada pasar uang (resmi).
c. Sistem Kurs Terkait (Pagged Exchange Rate PER)
Sistem kurs yang dikaitkan dengan nilai mata
uang negara lain, atau sejumlah mata uang tertentu.
Bila kedua sistem nilai kurs yang telah dijelaskan di
atas adalah nilai kurs tertinggi terakhir, maka sistem
PER menggunakan nilai kurs tengah mata uang
tertentu yang mensyaratkan lebih atau kurang dari
kurs tengah sebesar 2,5%.
3.
2.4. Teori Nilai Tukar
Nilai tukar atau kurs merupakan harga mata
uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang
lain yang dapat dibeli dan dijual. Menurut Triyono
(2008:156), kurs (exchange rate) adalah pertukaran
antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan
perbandingan nilai atau harga antara kedua mata
uang tersebut. Kurs menunjukan berapa nilai rupiah
yang harus dibayarkan untuk satuan mata uang asing,
dan berapa nilai rupiah yang harus dibayar ketika
seseorang menjual mata uang asing. Kurs mata uang
menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan
dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata
uang suatu negara dengan mata uang negara lain
ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh
permintaan dan penawaran mata uang yang
bersangkutan. Dari pendapat ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian kurs (exchange rate)
merupakan harga suatu mata uang terhadap mata
uang lain. Sehingga kurs rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat dapat diartikan harga mata uang
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Putong (2013:7) menjelaskan bahwa
berdasarkan perkembangannya, sistem penetapan
kurs mata uang dikelompokan sebagai berikut :
a. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Sistem kurs tetap baik yang disetarakan oleh
suatu lembaga keuangan internasional (IMF),
maupun oleh masing-masing negara sesuai dengan
kemampuan ekonomisnya (biasanya berdasarkan
nilai dari Hard Currency)yaitu sistem kurs yang
mematok nilai kurs mata uang asing terhadap mata
uang negara yang bersangkutan dengan nilai tertentu
yang selalu sama dalam periode
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
explanatory research dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan di Indonesia melalui website
resmi untuk memperoleh sumber data akurat yang
dapat digunakan peneliti dalam menunjang
penelitian ini, website tersebut antara lain: Badan
Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perindustrian
dan Perdagangan Indonesia dan Bank Indonesia.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data
Tingkat Inflasi Indonesia, seluruh Nilai Tukar
Rupiah Indonesia, dan seluruh Nilai Ekspor Tekstil
Dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia. Sampel berupa
data Tingkat Inflasi bulanan tahun 2010-2016, Nilai
Tukar Rupiah terhadap US Dollar bulanan tahun
2010-2016, dan Nilai Ekpsor Tekstil Dan Produk
Tekstil (TPT) Indonesia bulanan periode 2010
hingga 2016. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dengan metode documenter. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analsisis deskriptif dan analisis regresi linier
berganda. Sebelum melakukan analisis linier
berganda terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
205
4.1.3. Nilai Ekspor Tekstil Dan Produk Tekstil
Indonesia
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Deskriptif
4.1.1. Tingkat Inflasi Indonesia
1200000
10
5
5,13
5,38
6,42
6,38
4,28
1000000
3,53
0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Tahun
Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017)
Gambar 1 menggambarkan tingkat inflasi
Indonesia periode 2010 hingga 2016. Pergerakan
tingkat inflasi Indonesia sangat fluktuatif, bisa dilihat
dari pergerakan grafik yang selalu naik turun tiap
tahun. Hal tersebut menggambarkan bahwa harga
barang yang beredar di Indonesia tidak stabil.
Kondisi dalam negeri Indonesia maupun impor yang
tidak menentu membuat harga-harga barang di
Indonesia terbalik dengan jumlah uang yang beredar,
akibatnya jumlah maupun harga bahan baku untuk
produksi industri tidak menentu.
4.1.2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar
Rupiah/1 Dollar
12368
9586
9884
900000
109773610642471070588
1028229
1042518,5
990305,12
931338,27
Nilai…
800000
2010 2011 2012Tahun
2013 2014 2015 2016
Gambar 1. Grafik Tingkat Inflasi di Indonesia
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Ribu Dollar
1100000
6,97
13889
13808
10959
Gambar 3. Grafik Nilai Ekspor Tekstil Dan Produk
Tekstil Indonesia
Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017)
Gambar 3 di atas adalah grafik nilai ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia dari tahun 2010
bulan Januari hingga tahun 2016 bulan Desember
yang bersumber dari laporan Bank Indonesia.
Periode tahun 2010 hingga tahun 2011 nilai Ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Periode tahun 2014,
nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia
anjlok, hal tersebut disebabkan oleh krisis ekonomi
global yang disebabkan oleh menurunya permintaan
barang di pasar global terutama pelambatan ekonomi
yang terjadi di Amerika Serikat akibat efek isu
perubahan suku bunga The Fed.
4.2. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
9276
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Gambar 2. Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap US
Dollar
Sumber: Bank Indonesia (data diolah peneliti, 2017)
Gambar 2 dibawah adalah grafik nilai tukar
rupiah terhadap US dollar dari tahun 2010 hingga
2016. Pergerakan nilai rupiah menunjukan tren
negatif. Nilai rupiah melemah hingga hampir
menyentuh 14.000 Rupiah/US Dollar pada tahun
2015. Hal tersebut akibat tekanan krisis ekonomi
global serta faktor dimana bank sentral China
menurunkan nilai mata uang yuan juga turut
menyumbang tekanan bagi nilai tukar rupiah.
Gambar 4. Hasil Uji Normalitas
Sumber: data diolah peneliti (2017)
Gambar 4 adalah grafik Normal P-Plot yang
menunjukan persebaran data yang menyebar di
sekitar garis diagonal. Data juga tersebar mengikuti
arah garis diagonal. Berdasarkan hasil di atas, maka
sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dapat
disimpulkan bahwa data telah memenuhi asumsi
normalitas.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
206
Uji Autokorelasi
Tabel 1. Hasil Uji Autokorelasi
Modеl
1
R
.244a
R Squarе
.060
Adjust R
Squarе
.037
Std. Еrror of
thеЕstimatе
.10710
DurbinWatson
1.969
Sumber: data diolah peneliti (2017)
Tabel 1 menampilkan hasil nilai dari uji
autokorelasi menggunakan Uji Durbin Watson
sebesar 1,969. Jika disesuaikan dengan dasar
pengambilan keputusan dimana (dU< d < 4-dU) maka
perhitungan untuk penelitian ini menjadi (1,6942<
1,969 < 2,3058) dimana H0 diterima yang artinya
ialah asumsi tidak terdapat autokorelasi.
Uji Multikolinearitas
Tabel 2. Hasil Uji Multikolinieritas
Modеl
1
Collinarity Statistics
Tolеrancе
VIF
(Constant)
Tingkat Inflasi Indonesia
Ln_X2
.999
.999
1.001
1.001
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan tabel 2, Nilai Tolerance antara
masing-masing variabel bebas menunjukan nilai
tolerance> 0,1 sehingga dapat disimpulkan jika tidak
terjadi multikolinieritas. Dilihat dari nilai VIF,
masing-masing variabel menunjukan nilai VIF < 10
sehingga dapat disimpulkan juga tidak terdapat
multikolinieritas. Dapat disimpulkan bahwa asumsi
tidak terjadi multikolinieritas telah terpenuhi.
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Model
1 Constant
Tingkat Inflasi Indonesia
Ln_X2
Sig.
.363
.531
.796
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Diketahui nilai dari kedua variabel independen
yaitu Tingkat Inflasi Indonesia, Kurs IDR/USD, lebih
besar dari pada 0,05 sehingga Ho diterima. Hal ini berarti
dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak
mengalami gejala heterokedastisitas.
4.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Modеl
1 (Constant)
Tingkat Inflasi
Indonesia
Ln_X2
Unstandardizеd
Coеfficiеnts
B
Std.
Еrror
13.924
.024
.015
.007
-.018
.021
Standardizеd
Coеfficiеnts
Bеta
t
Sig.
.224
68.153
2.078
.000
.041
-.090
-.830
.409
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berikut persamaan regresi tabel di atas:
Y = 0,041 Tingkat Inflasi Indonesia + 0,409
NilaiTukar IDR/USD
Koefisien yang digunakan dalam penelitian
ini ialah Standardized Coefficients Beta, sehingga
dihasilkan interpretasi sebagai berikut :
a. Koefesien Variabel Inflasi Indonesia X1
Nilai Ekspor TPT (Y) dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,041. Koefisien regresi tersebut
menunjukkan bahwa setiap variabel Tingkat
Inflasi Indonesia (X1) meningkat satu satuan
maka Nilai Ekspor TPT (Y) akan meningkat
sebesar 0,041 dengan asumsi variabel lainnya
konstan.
b. Koefesien Variabel Nilai Tukar IDR/USD X2
Koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa
setiap variabel Nilai Tukar IDR/USD (X2)
meningkat satu satuan maka Nilai Ekspor TPT
(Y) akan meningkat sebesar 0,409 dengan asumsi
variabel lainnya konstan
4.4. Uji Hipotesis
Koefisien Determinasi
Tabel 5. Hasil Perhitungan R2
Modеl
R
.244a
1
R Squarе
.060
Adjust R
Squarе
.037
Std. Еrror of
thеЕstimatе
.10710
Sumber: Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan tabel 5, diperoleh hasil R2
sebesar 0,037 yang berarti variabel bebas yang
dibahas pada penelitian ini X1 dan X2 berkontribusi
sebesar 37 % terhadap variabel terikat Nilai Ekspor
PTP (Y) sedangkan sisanya sebesar 63 % dijelaskan
oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas pada
penelitian ini.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Tabel 6. Hasil Uji F
Modеl
1
Rеgrеssion
Rеsidual
Total
Sum of Squarе
df
.059
.929
.988
2
81
83
Mеan
Squarе
.030
.011
F
2.573
Sig.
.083a
Sumber : Data diolah peneliti (2017)
Berdasarkan pada tabel 6 hasil uji F
menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 2,573.
Sementara itu nilai dari Ftabel dengan (α = 0,05 ; df1
= 2df2 = 81) diketahui sebesar 3,11. Apabila nilai
dari F hitung dibandingkan dengan nilai dari Ftabel
maka diperoleh Fhitung α = 0,083> 0,05. Demikian dapat
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
207
disimpulkan bahwa model regresi linier berganda
yang diestimasi tidak ada pengaruh secara simultan
yang signifikan antara (X1), (X2), terhadap (Y).
Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan
seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variabel
dependen sebagai berikut :
1) Inflasi Indonesia (X1)
Uji t terhadap variabel (X1) menunjukan hasil t
hitung sebesar 2,078 sedangkan nilai pada t tabel (α =
0,05 ; df 81) adalah sebesar 1,66388. Nilai t hitung
< t tabel yaitu 2,078 > 1,66388 dengan signifikansi
t (Sig.) sebesar 0,041, karena Sig. t lebih kecil dari
5% (0,041< 0,05). Hasil penelitian ini
menyimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang
artinya variabel inflasi Indonesia (X1)
berpengaruh positif signifikan terhadap variabel
nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia
(Y).
2) Kurs IDR/USD (X2)
Uji t terhadap variabel Kurs IDR/USD (X2)
menunjukan hasil t hitung sebesar - 0,830 sedangkan
nilai pada t tabel (α = 0,05 ; df 81) adalah sebesar
1,66388. Nilai t hitung < t tabel yaitu - 0,830 <
1,66388 dengan signifikansi t (Sig.) sebesar 0,409
karena Sig. t lebih besar dari 5% (0,409> 0,05).
Hasil penelitian ini menyimpulkan H0
diterimadan Ha ditolak yang artinya variabel Kurs
IDR/USD (X2) tidak berpengaruh negatif
terhadap variabel ekspor tekstil dan produk tekstil
Indonesia (Y).
4.5. Pembahasan
a. Hipotesis 1
Hasil pengujian hipotesis 1 merupakan hasil
perhitungan dari statistik uji simultan dan hasil nilai
koefisien determinasi (R2). Diketahui bahwa tingkat
inflasi (X1) dan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar
(X2) tidak berpengaruh secara simultan atau
bersama-sama terhadap ekspor tekstil dan produk
tekstil Indonesia (Y). Berdasarkan pada Uji Simultan
atau Uji F, diperoleh nilai sig. sebesar 0,083 atau
lebih dari taraf signifikan yang diisyaratkan
(0,083>0,05). Hal ini membuktikan bahwa hipotesis
pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara tingkat inflasi (X1) dan nilai
tukar rupiah terhadap US dollar (X2) terhadap ekspor
tekstil dan produk tekstil (Y) secara simultan atau
bersama-sama ditolak.
Pengaruh tidak signifikan ini disebabkan
sebagian besar bahan baku untuk produksi adalah
barang impor sehingga semakin naiknya Tingkat
Inflasi semakin murah biaya produksi bersamaan
dengan nilai tukar Rupiah yang menguat juga
menjadikan permintaan ekspor Tekstil dan Produksi
Tekstil turun sehingga produksi dalam negeri
komoditi Tekstil dan Produk Tekstil yang bertambah
terhambat dengan menguatnya nilai tukar Rupiah
mengakibatkan permintaan turun. Hasil koefisien
determinasi (R2) juga menunjukan bahwa Nilai
Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (Y) dipengaruhi
oleh variabel Tingkat Inflasi (X1) dan Nilai Tukar
Rupiah terhadap US Dollar (X2) sebesar 0,037 atau
3.7 % yang artinya Tingkat Inflasi (X1) dan Nilai
Tukar Rupiah terhadap US Dollar (X2) berkontribusi
hanya sebesar 3.7 % terhadap Nilai Ekspor Tekstil
dan Produk Tekstil (Y) sedangkan sisanya sebesar
96.3 % yang mempengaruhi ekspor komoditi tekstil
dan produksi tekstil tersebut adalah GDP, FDI, FTA,
ketenagakerjaan, produksi dalam negeri, biaya dan
mutu bahan baku, teknologi, serta tarif dan hambatan
tarif.
b. Hipotesis 2
Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil
pengujian hipotesis 2. Berdasarkan hasil perhitungan
statistik uji t dapat diketahui bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari tingkat inflasi di
Indonesia (X1) terhadap nilai ekspor tekstil dan
produk tekstil Indonesia (Y). Berdasarkan Uji t yang
telah dilakukan, maka hipotesis yang menyatakan
terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara
tingkat inflasi di Indoneisa (X1) terhadap nilai ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y) diterima.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Tandelin (2010:342) Inflasi
mempunyai pengaruh luas terhadap ekspor pada
suatu negara. Karena pengaruh inflasi yang semakin
tinggi mengakibatkan harga bahan baku impor
semakin murah sehingga biaya produksi semakin
rendah berpengaruh pada harga komoditi tekstil dan
produk tekstil yang lebih kompetitif.
c. Hipotesis 3
Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil
pengujian hipotesis 3. Berdasarkan hasil perhitungan
statistik uji t dapat diketahui bahwa terdapat
pengaruh negatif yang tidak signifikan dari nilai
tukar Rupiah (X2) terhadap nilai Ekspor Tekstil dan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
208
Produk Tekstil Indonesia (Y). Nilai tukar (X2) secara
parsial memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap ekspor tekstil dan produk tekstil
Indonesia (Y). Penguatan rupiah tidak menyebabkan
harga komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
semakin rendah. Berdasarkan uji t yang telah
dilakukan, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar
rupiah terhadap US dollar (X2) terhadap nilai ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y) secara parsial
ditolak. Hal tersebut terjadi karena beperapa faktor
antara lain bahan baku untuk komoditi Tekstil dan
Produk Tekstil sebagian besar adalah Impor.
Naiknya nilai tukar akan membuat harga produk di
pasar internasional menjadi lebih mahal tetapi karena
bahan baku komoditi Tekstil dan Produk Tekstil
sebagian besar adalah impor menjadikan harga
komoditas Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia
tidak mahal. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
Mankiw (2012) yang menjelaskan bahwa ketika
harga suatu barang naik maka jumlah barang yang
diminta akan turun dan ketika harga turun, maka
jumlah barang yang diminta akan naik.
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Analisis regresi menunjukan tidak adanya
pengaruh secara simultan antara tingkat inflasi di
Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap US dollar
terhadap nilai ekspor tekstil dan produk tekstil
Indonesia.
Hasil
koefisien
determinasi
menunjukan berkontribusi sebesar 37 % terhadap
variabel terikat nilai ekspor tekstil dan produk
tekstil (Y) sedangkan sisanya sebesar 63 %
dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
dibahas pada penelitian ini.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat
inflasi di Indonesia (X1) terhadap nilai ekspor
tekstil dan produk tekstil Indonesia (Y).
3. Terdapat pengaruh negatif yang tidak signifikan
dari nilai tukar rupiah terhadap US Dollar (X2)
terhadap nilai ekspor tekstil dan produk tekstil
Indonesia (Y).
5.2. Saran
1. Diharapkan pemerintah dapat membuat peraturan
perundang-undangan yang tepat mengenai tingkat
inflasi. Sehendaknya, tingkat inflasi yang
ditentukan di Indonesia tidak hanya bermotivasi
untuk menekan jumlah uang beredar yang ada di
Indonesia. Pemerintah harus bisa meningkatkan
produksi dalam negeri yang berorientasikan
ekspor.
2. Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan bagi
pemerintah untuk menjadi pertimbangan bagi
Bank Indonesia dalam menyusun kebijakan
moneter terkait inflasi dan nilai tukar
3. Diharapkan pemerintah mengembangkan bahan
baku yang juga berpotensi untuk meningkatkan
ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia.
Semakin tersedianya bahan baku dengan tidak
mengandalkan impor untuk produksi tekstil dan
produk tekstil yang di ekspor Indonesia, tentu
akan semakin baik. Karena dengan tersedianya
bahan baku yang dapat diperoleh dari dalam
negeri dengan tidak impor, maka produsen tekstil
dan produk tekstil lebih efektif dalam
memproduksi.
4. Diharapkan
hasil
penelitian
ini
dapat
dipertimbangkan bagi peneliti selanjutnya dalam
meneliti pengaruh indikator makroekonomi
terhadap ekspor suatu negara. Koefisien
determinasi yang sangat kecil pada penelitian ini
yaitu variabel bebas pada penelitian ini tidak
memberikan pengaruh yang besar pada variabel
terikat, maka indikator makroekonomi lain seperti
GDP dan FDI dapat digunakan. Selain itu,
penelitian selanjutnya dapat menggunakan
metode penelitianlain seperti metode kausalitas
Granger dan analisis jalur (path analysis).
DAFTAR PUSTAKA
Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, dan Richard
Startz. 2008. Tenth Edition; Macroeconomics.
New York : McGraw-Hill Companies
Hady, Hamdy. 2004. Ekonomi Internasional Buku
Dua Edisi Revisi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hamdani.2012. Ekspor Impor Tingkat Dasar Level
Satu. Jakarta: Bushindo
Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi
Makro, Edisi Tiga, Terjemahan. Jakarta:
Salemba Empat
Putong, Iskandar. 2013. Pengantar Mikro dan
Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media
Raharja dan Manurung. 2004. Uang, Perbankan dan
Ekonomi Moneter. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
209
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan
Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Kanisius
Totonchi, Jalil. 2011. Macroeconomic Theories Of
Inflation International Conference on
Economics and Finance Research (IPEDR).
Vol. 4 Halaman 459-462
Triyono.2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah
Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, vol.9, no.2, halaman.156-167.
Surakarta
Witjaksono, Agung. 2010. Analisis Pengaruh
Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak
Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah,
Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones
terhadap IHSG periode 2000-2009. Semarang:
Universitas Diponegoro
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
210