Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jogja Istimewa: Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Keistimewaan Jogjakarta Pada Lirik lagu “Jogja Istimewa” T1 362009024 BAB VI

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penelitian video klip Jogja Hiphop
Foundation yang berjudul “Jogja Istimewa” ini bahwa disini penulis mencoba meneliti
pesan dari kata “Keistimewaan” ini sendiri selain dari faktor sejarah yang memang terjadi
didalam Yogyakarta sehingga Yogyakarta dijadikan daerah Istimewa. Dari penelitian dan
analisa video klip ini penulis menemukan pesan lain didalam video klip ini, bahwa disni
penulis menemukan

keistimewaan lain selain dari faktor sejarahnya sendiri namun

berkitan dengan sejarah Yogyakarta. Keistimewann itu adalah “Keistimewaan yang
Menuntun”. Dalam penelitin ini Keistimewaan yang dimiliki oleh Yogyakarta tidak
hanya ditujukan oleh masyarakatnya, namun keistimewaan ini juga diberikan dan untuk
kepentingan Yogyakarta. Dalam “keistimewaan yang menuntun” ini ada empat hal
keitimewaan yang masuk dan penulis temukan dalam penelitian ini, yang

pertama

adalah:

1. “Keistimewaan kebersamaan yang tidak ada batasnya”: Keistimewaan ini
bisa kita lihat pada penenelitian bait pertama dan kedua. Dimana mitos pada bait
pertama menyebutkan bahwa masyarakat Yogyakarta dari semua lapisan
menunjukan kebersamaan yang tdak ada batasnya, semangat gotong royong
mereka tidak membedakan latar belakang atau status sosial. Semangat gotong
royong ini yang membuat mereka mencintai dan peduli terhadap sesamanya
(asih ing sesami) dan menjadi masyarakat yang kuat. Kemudian keistimewaan
ini juga terlihat pada bait kedua dimana masyarakat yang beragam dan hidup
berdampingan menjadi kekayaan dari keistimewaan ini. penghargaan dan
penghormatan mereka berikan dengan hidup berdampingan dengan masyarakat
pendatang.
2. “Keistimewaan yang mencintai Tanah Airnya dan yang ada didalamnya”:
keistimewaan ini bisa kita lihat pada dari mitos bait ketiga, tujuh, dan delapan.
Mitos yang penulis temukan pada bait ketiga bahwa kecintaan mereka
(masyarakat Yogyakarta) mereka ekspresikan dengan apa yang mereka pakai
dan apa yang mereka lakukan, dan kebahagiaan mereka karena mereka
62

melakukan bersama-sama dirumah mereka dalam mengerjakan dan mendukung
cita-cita Negrinya. Hal ini yang membuat mereka merasa nyaman dan bahagia,

tenang dan merdeka. Keistimewaan yang mencintai Tanah Air ini mereka
tunjukan dengan bersifat terbuka dengan globalisasi dan modernisasi, namun
seiring dengan proses globalisasi penananman dan pelestarian nilai-nilai tradisi
terus mereka lakukan dari sejak usia dini dan oleh semua usia, karena
penanaman dan pelestarian ini menjadi kebanggan untuk mereka dan menjadi
sebuah harta yang mahal (mitos bait ketuju). Keistimewaan yang mencintai
Tanah Airnya juga ditunjukan dari mitos paragraf kedelapan, dimana sebuah
nilai yang penulis temukan disini. Nilai tersebut tentang “kebijaksanaan yang
halus”, nilai ini bebrbicara tentang bagaimana mereka bisa menjaga,
menghargai dan melindungi nilai-nilai tradisi dan budaya yang ada. Nantinya
dimanapun mereka berada dan seperti apapun diri mereka, hal ini menjadi
sebuah nilai yang tidak boleh dilupakan. Jangan sampai kesuksesan dan
keberhasilan yang diperoleh membuat lupa dan melunturkan nilai-nilai tradisi
dan budaya yang dipunyai.
3. “Keistimewaan yang bermoral”: keistimwaan yang bermoral ini bisa kita lihat
pada mitos dari bait keempat dan keenam. Pada mitos bait keempat penulis
menemukan bahwa keistimewaan yang bermoral adalah Pemerintahan yang
bermoral, dimana pemerintahan ini adalah pemerintahan yang bersih dan suci,
pemerintahan yang bermoral dimana pemimpin mau berdiri dan tumbuh
bersama dengan rakyatnya. Pemerintahan yang bermoral dimana pemimpin

memmpunyai proses komunikasi yang terbuka terhadap rakyat, mendengarkan
rakyat, dan menjunjung cita-cita bersama. Keistimewaan yang bermoral juga
mereka tunjuakan dengan sifat rendah hati, demokrasi, diplomasi, simpati, dan
rasa pengharggaan mereka yang ditunjukan dengan ketenangan mereka dalam
menghadapi masalah sehingga mampu berkomunikasi dengan baik. Ketenangan
ini yang membuat dan membuat suasana Yogyakarta yang elegan dan membuat
keistimewaan Yogyakarta layak untuk dipertahankan (mitos bait keenam).

63

4. “Keistimewaan yang bersatu”: Keistimewaan yang bersatu ini bisa kita
temukan pada mitos bait kelima dan kesembilan, pada mitos bait kelima yang
penulis temukan bahwa mereka semua (semua lapisan masyarakat, abdi dalem,
Raja) adalah pejuang-pejuang Yogyakarta, mereka adalah satu dan tidak ada
perbedaan, semua mempunyai bagian-bagianya sendiri dalam menjalani dan
menghadapai tantangan yang ada. Semua punya bagian untuk menjaga
Yogyakarta agar selalu aman, tenang, nyaman dan indah (bentuk dukungan
dalam menghadapi tantangan yang ada). Hal ini semakin diperjelas pada mitos
bait kesembilan, dimana pesan yang penulis temukan bahwa kesatuan adalah
menjadi hal yang mendasar untuk mempunyai satu suara, dan satu tujuan

bersama untuk menacapai cita-cita yang mulia dan ketulusan yang akan
membawa untuk semua elemen yang ada mengerjakan bagianya masing-masing
(Pemerintah, Raja memberikan contoh yang baik, rakyat memberi semangat dan
dukungan dalam bentuk apapun seperti yang dilakukan oleh JHF) sebagai
kumpulan-kumpulan usaha yang akan bersinergi dan mencapai keberhasilan.
“Keistimewaan yang menuntun” ini tidak serta merta ditujukan untuk Jogjakarta
saja, namun juga keistimewaan ini diberikan untuk Indonesia. Hal ini juga diperkuat oleh
faktor sejarah dari Jogyakarta sendiri yang sangat mempunyai peranan yang besar dalam
mempertahankan eksistensi NKRI. Bahwa apa yang telah dilakukan dan diberikan oleh
Yogyakarta pada NKRI adalah sebuah ketulusan

yang berasal dari kalbu Negeri

Yogyakarta. Keistimewaan ini yang membuat Yogyakarta menjadi Istimewa menjadi
khas, khusus, dan Keistimewaan ini yang membuat Keistimewaan Yogyakarta berbeda
dari daerah lain dan tidak dipunyai daerah lain.
Hasil dari penelitian penulis ini juga akan diperkuat dengan wawancara yang
sudah dilakukan dari pihak Akademisi dan Budayawan. Bahwa apa yang disampaiakan
oleh nara sumber yang penulis wawancara, makna Keistimewaan bagi mereka
mendukung tentang “Kesitimewaan yang menuntun” yang penulis temukan dari lirik ini.

Dimana sejarah yang diberikan Jogja untuk Indonesia, kemudian rasa memiliki dari
warga Jogja, dan kemudian pembangkitan kembali budaya-budaya yang ada
mengindikasikan bahwa Keistimewaan mereka tidak hanya untuk cerminan Jogja dan
warganya sendiri tetapi juga untuk Indonesia.
64

6.2 Saran
Berdasarkan penelitian dan analisa yang penulis lakukan pada penelitian ini video
klip “Jogja Istimewa” sebagai obyek penelitian, maka beberapa saran yang bisa penulis
berikan agar bisa bermanfaat adalah:
1. Video klip “Jogja Istimewa” menggambarkan keistimewaan-keistimewaan yang
dimiliki oleh Yogyakarta selain dari faktor sejarahnya sendiri sehingga Yogyakarta
disebut sebagai daerah Istimewa. Keistimewaan-keistimewaan yang penulis
temukan disini bisa menjadi sebuah cerminan yang bisa membawa untuk melihat
bahwa keistimewaan ini dijadikan sebuah refleksi dan pembelajaran. Hal-hal
positif yang terkandung dalam keistimewaan ini bisa dijadikan sebuah adopsi
setelah negoisasi yang terjadi didalam pikiran pembaca.
2. Diharapkan bagi para seniman-seniman yang ada (musisi, dan kreator video klip)
untuk bisa membuat sebuah karya yang mengangkat kekayaan yang dimiliki dan
terkandung dalam diri musisi ataupun kearifan lokal yang dipunyai, karena

menurut penulis hal ini bisa menjadi sebuah kekuatan untuk seniman Indonesia
dan menunjukan sebuah ciri khas karya-karya yang lahir dari kreatifitaskreatifitas Indonesia.
3. Bagi mahasiswa Fiskom bahwa sedikitnya penelitian tentang video klip
menunjukan bahwa video klip sebagai media komunikasi kurang mendapat
perhatian khusus. Penulis berharap video klip sebagai media komunikasi bisa lebih
untuk kita sadari kehadiranya, karena video klip juga merupakan hal yang sering
kita konsumsi. Video klip sendiri mengalami perkembanganya sebagai media
komunikasi, dimana isi dan tema dari yang dikemas dalam video klip sekarang ini
sudah luas (budaya, ekonomi, fenomena sosial, dan sebagainya).

65

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB II

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB IV

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB VI

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jogja Istimewa: Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Keistimewaan Jogjakarta Pada Lirik lagu “Jogja Istimewa”

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jogja Istimewa: Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Keistimewaan Jogjakarta Pada Lirik lagu “Jogja Istimewa” T1 362009024 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jogja Istimewa: Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Keistimewaan Jogjakarta Pada Lirik lagu “Jogja Istimewa” T1 362009024 BAB II

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jogja Istimewa: Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Keistimewaan Jogjakarta Pada Lirik lagu “Jogja Istimewa” T1 362009024 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jogja Istimewa: Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Keistimewaan Jogjakarta Pada Lirik lagu “Jogja Istimewa” T1 362009024 BAB V

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jogja Istimewa: Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Keistimewaan Jogjakarta Pada Lirik lagu “Jogja Istimewa”

0 0 18