Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air
Air adalah komponen kimia utama pada organisme hidup. Sifat fisiknya
yang unik mencakup kemampuan untuk melarutkan berbagai molekul organik dan
anorganik. Tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tapi
hanya beberapa hari tanpa air. Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama
tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh
tanpa lemak. Angka ini lebih besar untuk anak-anak. Proses penuaan pada
manusia disebabkan karena kehilangan air. Kandungan air bayi pada waktu lahir
adalah 75% berat badan, sedangkan pada usia tua menjadi 50%. Kehilangan ini
sebagian besar berupa kehilangan cairan ekstraselular. Kandungan air tubuh relatif
berbeda antarmanusia, bergatung pada proposi jaringan otot dan jaringan lemak.
Tubuh yang mengandung relatif lebih banyak otot mengandung lebih banyak air,
sehingga kandungan air atlet dari pada nonatlet, kandungan pada laki-laki lebih
banyak daripada perempuan, dan kandungan air pada anak muda lebih banyak
daripada orang tua (Murray, 2009; Almatsier,2009)
Air yang ada di bumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan murni
bersih, tetapi selalu ada senyawa atau unsur lain yang terlarut didalamnya.
Meskipun rumus kimia air murni di lingkungan laboratorium adalah H2O namun

kenyataannya di alam, rumus tersebut seolah-olah berubah menjadi H2O + X.
Unsur X merupakan komponen-komponen yang masuk atau dimasukkan ke

Universitas Sumatera Utara

dalam badan air sehingga menyebabkan perairan menurun kualitasnya.
(Wardhana, 1995).
Standard air yang bersih didapatkan dengan cara yang tidak mudah, karena
tergantung pada banyak faktor penentu yang perlu dipertimbangkan dalam dua
aspek yang mana pertama berdasarkan kegunaan air yang meliputi air untuk
minum, air untuk keperluan rumah tangga, air untuk industri, air untuk mengairi
sawah, air untuk kolam perikanan. Sementara yang kedua berdarakan asal sumber
air yaitu air dari mata air pegunungan, air danau, air sungai, air sumur, air hujan
(Wardhana, 1995)
Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya
di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit
perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin.Penurunan penyakit perut ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai
penularan penyakit perut.Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi
oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman.Air adalah

salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai
kepada manusia.Supaya air yang masuk kedalam baik berupa minuman maupun
makanan tidak menyebabkan atau merupakan pembawa bibit penyakit, maka
pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah
mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai
sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan (Sutrisno, 2004).
2.1.1 Pembagian Air Berdasarkan Analisis
Berdasarkan analisis air maka air digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Air kotor/air tercemar

Universitas Sumatera Utara

Air yang bercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan disebut
air kotor/tercemar.
2. Air bersih
Air yang sudah terpenuhi syarat fisik dan kimia, namun masih mengandung
bakteri. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air sumber
yang dari mata air.
3. Air minum
Air minum ialah air yang sudah terpenuhi sifat fisik, kimia, tidak mengandung

bakteri serta level kontaminasi maksimum (LKM) memenuhi standart. Level
kontaminasi

maksimum

meliputi

kekeruhan,

kandungan

zat

kimia

organik/anorganik, dan jumlah bakteri coliform.
2.1.2 Pencemaran Air
Air di permukaan bumi ini terdiri atas 97% air asin di lautan, 2% masih
berupa es, 0,0009% berupa danau, 0,00009% merupakan air tawar di sungai dan
sisanya merupakan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan

hidup manusia, tumbuhan dan hewan yang hidup di daratan, oleh sebab itu air
merupakan barang langka yang paling dominan dibutuhkan di permukaan bumi
ini (Gintings, 1992).
Suatu perairan merupakan suatu ekosistem yang kompleks sekaligus
merupakan habitat dari berbagai jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar
seperti ikan dan berbagai jenis makhluk hidup berukuran kecil (mikroba) yang
hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Perairan alami mempunyai sifat
yang dinamis dan aliran energi yang kontinyu selama sistem di dalamnya tidak

Universitas Sumatera Utara

mengalami gangguan atau hambatan, antara lain dalam pencemaran (Gintings,
1992).
Seiring dengan meningkatnya kemajuan di sektor industri, semakin
meningkat pula masalah pencemaran di Indonesia. Masuknya limbah industri ke
dalam suatu perairan dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan tersebut
(Gintings, 1992).
Menurut peruntukkanya, air pada sumber air dapat dikategorikan menjadi
empat golongan, yaitu :
a. Golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum langsung tanpa

pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya.
c. Golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertanian.
d. Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan
dapat digunakan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga air
(Kristanto, 2002).
2.1.3 Dampak dari Pencemaran Air
Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau
punahnya populasi organisme perairan seperti benthos, perifiton dan plankton.
Dengan menurunnya atau punahnya organisme tersebut maka sistem ekologis
perairan dapat terganggu. Sistem ekologis perairan (ekosistem) mempunyai
kemampuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh
beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan yang

Universitas Sumatera Utara

bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkungannya
maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi (Gintings, 1992) . Menurut

Gabriel (2001) akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air adalah;
a)

Terganggunya kehidupan organisme air.

b) Pendangkalan dasar perairan.
c)

Punahnya biota air seperti ikan.

d) Menjalarnya wabah penyakit seperti muntaber.
e)

Banjir akibat tersumbatnya saluran air.
Maka air yang sudah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar

bagi manusia. Berdasarkan garis besarnya pencemaran air dapat mengakibatkan
dua hal yaitu:



Air menjadi tidak bermanfaat lagi
Air yang sudah tercemar tidak dapat dimanfaatkan lagi untuk berbagai

keperluan seperti keperluan rumah tangga, keperluan industri, dan untuk
keperluan pertanian. Hal ini dikarenakan air tersebut sudah tidak memenuhi
persyaratan untuk digunakan, tentu saja hal ini juga menimbulkan dampak sosial
bagi masyarakat.


Air menjadi penyebab penyakit
Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen

dan dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi yaitu kematian. Kematian
dapat terjadi akibat pencemaran yang terlalu parah sehingga air menjadi penyebab
berbagai macam penyakit (Wardhana, 1999).

Universitas Sumatera Utara

2.2 Pengolahan Air
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) melakukan pengolahan terhadap

air baku dari beberapa sumber, yaitu mata air dan air sungai untuk memenuhi
kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Adapun proses pengolahannya dimulai dari
pengambilan air baku melalui intake. Intake tersebut mempunyai saringan untuk
menyaring sampah-sampah kasar yang ada di air baku. Kemudian air baku
dialirkan ke dalam Presentlink Tank (bak pengendap). Disini air baku diberi gas
chlorine yang berguna mengoksidasi zat-zat anorganik dan juga sebagai
desinfektan atau pembunuh bakteri. Setelah itu air baku dipompakan ke Splitter
Box melalui Raw Water Pumping Station (rumah pompa air baku). Di dalam
Splitter Box air baku ditambahkan tawas dengan kadar yang sesuai dengan kondisi
air baku. Larutan atau tawas ditambahkan dengan memakai Dossing Pump.
Kemudian air secara gravitasi dialirkan ke Clarifier. Pembentukan flok terjadi di
dalam Clarifier, dimana bahan koagulan atau tawas akan mengikat koloidal atau
logam halus yang terdapat di dalam air baku. Unit ini terdapat Agitator yang
berfungsi sebagai alat untuk mempercepat proses pembentukan flok. Disini juga
terjadi pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai
effluent lalu dilanjutkan ke Filter. Filter berfungsi untuk menyaring flok halus dan
kotoran lain yang lolos dari Clarifier. Media filter ini terdiri dari bahan-bahan
batuan, kerikil dan pasir kuarsa. Kemudian air bersih yang keluar dari filter
ditampung di dalam reservoir.
Air bersih yang ada didalam reservoir ditambahkan lagi dengan kaporit

dan kapur melalui Dossing Pump. Larutan kapur berfungsi untuk mengatur pH air
bersih agar sesuai dengan kualitas air bersih yang dibolehkan untuk diminum.

Universitas Sumatera Utara

Larutan kaporit disuntikkan ke reservoir apabila Chlorination (ruang klorin) tidak
berfungsi. Akhirnya melalui Finish Water Pump Station (rumah pompa air
bersih), air bersih dialirkan dari reservoir melalui pipa transmisi ke pelanggan.
Pengolahan yang akan dilakukan juga mengalami berbagai kesulitan, antara lain:
a. Adanya fosfat yang berlebihan dapat mengakibatkan kesulitan di dalam
pengendapan oleh flokulan. Dosis flokulan harus diperbesar, dengan demikian
biaya untuk membeli flokulan sebagai koagulan naik dan biaya produksi naik
pula.
b. Zat-zat organik, algae, plankton dan mikroba-mikroba nitrifikasi yang sangat
halus dapat mengakibatkan kesulitan pada proses pengendapan dengan
flokulan biasa, tetapi akan mengendap apabila di aerasi (menghembuskan
oksigen / udara ke dalam cairan).
Konsentrasi bahan-bahan penyebab kesulitan pengolahan sangat jauh
berkurang di musim penghujan karena debit aliran sungai berlipat ganda dan juga
cukup deras untuk mencegah pertumbuhan algae dan plankton. Namun ini tidak

berarti bahwa pekerjaan instalasi menjadi ringan, pekerjaan instalasi tetap berat
hanya saja hasil pengolahannya dapat berkualitas lebih baik.
Pengolahan

air

merupakan

suatu

usaha

menjernihkan

air

dan

meningkatkan mutu air agar dapat diminum. Proses pengolahan air meliputi 4
(empat) tahap yaitu:

1. Proses pemurnian air yaitu suatu proses merubah keadaan air dari keruh, berbau
dan berwarna, pH beraneka menjadi air yang jernih, bebas dari keruh, berbau
dan berwarna serta pH yang netral.

Universitas Sumatera Utara

2. Proses desinfeksi yaitu proses agar kuman patogen yang berada dalam air
dipanaskan. Cara yang dipakai dalam proses desinfeksi adalah sebagai berikut:
a. Klorinsasi: Air setelah mengalir melalui filter pasir cepat maka air tersebut
akan diberi klor 60% dengan perbandingan satu kubik air diperlukan klor
sebanyak 5 gram. Pemakaian klor cenderung meningkat keasaman air maka
terdapat reaksi.
H2O + Cl2

HCl + HClO

HClO

HCl + [O]

Pemakaian klor bertujuan membasmi kuman dan [O] yang terbentuk juga
membantu pembasmian kuman. HCl yang terbentuk dalam pemakaian Cl2
akan menambah keasaman air dan dapat merusak pipa yang terbuat dari
logam.
b. Ozonisasi: Air yang mendapat ozon atau ozonisasi, kuman-kuman yang
terkandung di dalamnya akan mati. Cara ozonisasi air mengalir melalui
suatu penekanan, ozon (O3) akan larut di dalam air.
H2O + O3

H2O + O2 + [O]

c. Proses ultravioletisasi: Melalui penyinaran ultraviolet dengan intensitas
cahaya pada air yang sedang mengalir maka kuman-kuman yang terdapat di
dalam air akan mati.
3. Proses filtrasi : Proses ini terhadap zat atau unsur mineral dan kuman patogen.
Filter yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Filter karbon aktif: Filter ini menggunakan karbon aktif berbentuk bubuk
atau butiran. .
b. Filter keramik: Filter ini terbuat dari bahan dasar keramik atau bubuk halus,

Universitas Sumatera Utara

kemudian dibentuk menjadi keramik.
c. Filter selaput disebut juga filter membran, ada tiga macam filterselaput
yaitufilter selaput selulosa asetat, filter selaput selulosa triacetate dan filter
resin poliamida.
d. Filter pasir karang aktif.
4. Proses pengaturan pH air: pH air normal berkisar 6,5 – 9,2. Apabila pH kurang
dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2 akan mengakibatkan pipa air yang terbuat dari
logam mengalami korosif sehungga pada akhirnya air tersebut akan menjadi
racun terhadap pertumbuhan manusia (Gabriel, 2001).
2.3 Klorida
Klorida adalah salah satu senyawa umum yang terdapat pada perairan alam.
Senyawa-senyawa klorida tersebut mengalami proses disosiasi dalam air
membentuk ion. Ion klorida pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap
sifat-sifat kimia dan biologi perairan.Kation dari garam-garam klorida dalam air
terdapat dalam keadaan mudah larut.Ion klorida secara umum tidak membentuk
senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion logam.Ion ini juga tidak dapat
dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan
garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang disebabkan oleh
tingginya salinitas. Air ini tidak layak untuk pengairan dan keperluan rumah
tangga.Oleh karena itu sangat penting dilakukan analisa terhadap klorida, karena
kelebihan klorida dalam air dapat menyebabkan pembentukan noda berwarna
putih di pinggiran badan air (Achmad,2004).
Toksisitas klorida tergantung pada gugus senyawanya, misalnya NaCl
sangat tidak beracun, tetapi karbonil klorida sangat beracun. Indonesia

Universitas Sumatera Utara

menggunakan klor sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Klorida
dalam jumlah banyak akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem
penyediaan air panas. Residu klor didalam penyediaan air sengaja dipelihara
karena dapat menjadi sebagai desinfektan, tetapi klor ini dapat terikat pada
senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon yang banyak diantaranya
dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik, oleh karena itu di berbagai
negara maju sekarang ini, klorinasi sebagai proses desinfeksi tidak digunakan lagi
(Slamet, 2002).
Klorida banyak dijumpai dalam pabrik industri. Bahan ini berasal dari
proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Klorida merupakan zat terlarut
dan tidak menyerap. Sebagai klor bebas berfungsi desinfektan, tapi dalam bentuk
ion yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin dan
merusak pipa-pipa instalasi (Gintings, 1992).
Senyawa klorida dalam contoh uji air dapat dititrasi dengan larutan perak
nitrat dalam suasana netral atau sedikit basa (pH 7 sampai dengan 10),
menggunakan larutan indikator kalium kromat. Perak klorida diendapkan secara
kuantitatif sebelum terjadinya titik akhit titrasi, yang ditandai dengan mulai
terbentuknya endapan perak kromat yang berwarna merah kecoklatan (SNI,
2004).

2.4 Argentometri
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar
halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak
nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan

Universitas Sumatera Utara

metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan
senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari titrasi
argentometri adalah:
AgNO3 + Cl¯

AgCl(s) +NO3¯

Sebagai indikator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan
warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag+ (Rohman, 2007).
Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi
kembali. Perak Nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke sampel yang
mengandung ion klorida atau bromida. Sisa AgNO3 selanjutnya dititrasi kembali
dengan amonium tiosianat menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat.
Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida dengan cara titrasi kembali adalah
sebagai berikut:
AgNO3 berlebih + Cl¯

AgCl(s) + NO3¯

Sisa AgNO3 + NH4SCN

AgSCN(s) + NH4NO3

3NH4SCN + FeNH4(SO4)

Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4

Sebelum dilakukan titrasi kembali, endapan AgCl harus disaring terlebih dahulu
atau dilapisi dengan penambahan dietilftalat untuk mencegah disosiasi AgCl oleh
ion tiosianat. Halogen yang terikat dengan cincin aromatis tidak dapat dibebaskan
dengan hidrolisis sehingga harus dibakar dengan labu oksigen untuk melepaskan
halogen sebelum dititrasi (Rohman, 2007).
2.4.1 Metode-metode Dalam Titrasi Argentometri
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri, yaitu metode Mohr,
metode Volhard, metode K. Fajans dan metode Leibig.
1.

Metode Mohr

Universitas Sumatera Utara

Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan
kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan
perak klorida dan setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak
nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat
yang berwarna merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asam adalah
dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan.Untuk larutan yang
alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah sedikit berlebihan
CaCO3. Kerugian metode Mohr adalah:
a. Bromida dan Klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metode Mohr akan
tetapi untuk iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan,
karena endapan perak iodida atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion
kromat, sehingga memberikan titik akhir yang kacau.
b. Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat dan arsenat juga akan mengendap.
c. Titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.
d. Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan
hasil yang rendah sehingga penggojongan yang kuat mendekati titik akhir
titrasi diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.
Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan
penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan
hilang pada saat titik akhir dan warna putih-kuning dari endapan perak iodida
(AgI) akan muncul (Rohman, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.

Metode Volhard
Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan larutan baku

kalium atau amonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan 7,1 x 10-13.
Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat
atau besi (III) amonium sulfat sebagai indikator yang membentuk warna merah
dari kompleks besi(III)-tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi
ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan diendapkam
menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat
ditunjukkan. pH larutan harus dibawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna
0,7 – 1% sebelim titik ekivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu
akan dicapai titik akhir, titrasi digojog kuat-kuat supaya ion perak yang diadsorbsi
oleh endapan perak tiosianat dapat bereaksi dengan tiosianat. Metode Volhard
dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida. Bromida dan iodida dalam
suasana asam. Caranya dengan menambahkan larutan baku perak nitrat
berlebihan, kemudian kelebihan larutan baku perak nitrat dititrasi kembali dengan
larutan baku tiosianat (Rohman, 2007).
3.

Metode K. Fajans
Metode ini digunakan indikator adsorbs, yang mana pada titik ekivalen,

indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak memberikan perubahan
warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini ialah, endapan harus
dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah besar
dan ion bervalensi banyak harus dihindarkan karena mempunyai daya
mengkoagulasi. Larutan tidak boleh terlalu encer karena endapan yang terbentuk

Universitas Sumatera Utara

sedikit sekali sehingga mengakibatkan perubahan warna indikator tidak jelas. Ion
indikator harus bermuatan berlawanan dengan pengendap. Ion indikator harus
tidak teradsorbsi sebelum tercapai titik ekivalen, tetapi harus segera teradsorbsi
kuat setelah tercapai titik ekivalen. Ion indikator tidak boleh teradsorbsi sangat
kuat, seperti misalnya pada titrasi klorida dengan indikator eosin, yang mana
indikator teradsorbsi lebih dulu sebelum titik ekivalen tercapai (Rohman, 2007).
4.

Metode Leibig
Metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator, akan

tetapi ditunjukan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat
ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi
pada penggojogkan akan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang
stabil dan larut (Rohman, 2007).
Cara Leibig hanya menghasilkan titik akhir yang memuaskan apabila
pemberian pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan-lahan.
Cara Leibig ini tidak dapat dilakukan pada keadaan larutan amoni- alkalis karena
ion perak akan membentuk kompleks Ag(NH3)2+ yang larut. Hal ini dapat diatasi
dengan menambhakan sedikit larutan kalium iodida (Rohman, 2007).
Titrasi argentometri digunakan untuk penentuan kadar sebagai berikut:
amonium klorida, feneterol hidrobromida, kalium klorida, klorbutanol, melfalan,
metenamin

mandelat

dan

sediaan

tabletnya,

natrium

klorida,

natrium

nitroprusida, sistein hidroklorida, dan tiamfenikol (Rohman, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Logam Aluminium (Al) Pada Air Reservoir di Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Sunggal Secara Kolorimetri

1 41 41

Penetapan Kadar Seng (Zn) Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua Secara Spektrofotometri

1 68 40

Penetapan Kadar Aluminium Secara Kolorimetri Pada Air Baku, Reservoir, Dan Lagoon Di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal

2 78 38

Penetapan Kadar Mangan (Mn) Air Reservoir Dengan Cara Colorimetri Di Laboratorium PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan

2 68 33

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

0 0 9

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

0 0 1

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

0 0 4

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri Chapter III V

0 0 5

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

0 1 1

Penetapan Kadar Klorida Pada Air Reservoir Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua Dengan Metode Argentometri

0 0 4