Penetapan Kadar Mangan (Mn) Air Reservoir Dengan Cara Colorimetri Di Laboratorium PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan

(1)

PENETAPAN KADAR MANGAN (Mn) AIR RESERVOIR DENGAN CARA COLORIMETRI

DI LABORATORIUM PDAM TIRTANADI INSTALASI SUNGGAL

TUGAS AKHIR

Oleh:

ADISTY RATURIA FEBRIANTI NIM 0724100039

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENETAPAN KADAR MANGAN (Mn) AIR RESERVOIR SECARA COLORIMETRI

DI LABORATORIUM PDAM TIRTANADI MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

Adisty Raturia Febrianti 072410039

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR MANGAN (Mn) AIR RESERVOIR DENGAN CARA COLORIMETRI

DI LABORATORIUM PDAM TIRTANADI INSTALASI SUNGGAL TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ADISTY RATURIA FEBRIANTI NIM 072410039

Medan, Mei 2010 Disetujui Oleh Dosen Pembimbing,

Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt. NIP 194909061980032001

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wasyukurillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penetapan Kadar Mangan (Mn) Air Reservoir Dengan Cara Colorimetri Di Laboratorium PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Namun berkat dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikan Tugas Akhir ini. Khususnya, dorongan dari kedua orang tua penulis baik moril maupun materil serta doa. Mereka adalah ayahanda H. Abdul Kudus, S.E., dan ibunda Hj. Yulia Sri Kurniawati, A.Md. Dan untuk kakanda tersayang penulis Dedek Febrian, A.Md., yang telah memberikan semangat dan menjadi inspirator bagi penulis agar terus menggapai cita-cita yang diharapkan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.


(5)

2. Bapak Prof. Dr Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan nasehat dan bimbingan hingga selesainya tugas akhir ini.

4. Seluruh dosen/staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 5. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan yang telah

membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal.

6. Temen-temen tersayang penulis, Nia, Meutia, Milva, Zulfa, Ayudhia, dan Cindra yang telah banyak memberikan cerita-cerita indah dalam hidup penulis, makasih atas segalanya.

7. Seluruh temen-temen kuliah angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan masukkan daan kritikan yang bersifat membangun, oleh karena itu penulis sangat membuka luas bagi yang ingin menyumbangkan masukkan dan kritikan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Medan, Mei 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Air ... 3

2.2 Sumber – Sumber Air ... 4

2.2.1 Air Laut ... 4

2.2.2 Air Hujan ... 4

2.2.3 Air Permukaan ... 5

2.2.4 Air Tanah ... 6

2.3 Hubungan Air dengan Kesehatan ... 6

2.4 Kegunaan Air Bagi Tubuh ... 8

2.5 Pengolahan Air Minum ... 8

2.6 Syarat Air Minum ... 11

2.7 Standard Kualitas Air Minum ... 12

2.8 Mangan... 18

2.8.1 Fungsi Mangan Bagi Tubuh ... 19

2.8.2 Penetapan Kadar Mangan ... 19

BAB III METODOLOGI ... 20


(7)

3.1.1 Peralatan ... 20

3.1.2 Bahan ... 20

3.2 Langkah-langkah Pengujian ... 20

3.3 Hasil ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil ... 22

4.2 Pembahasan ... 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1 Kesimpulan ... 24

5.2 Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25 LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan zat pelarut yang penting untuk makhluk hidup dan adalah bagian penting dalam proses metabolisme. Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-sifat yang penting untuk adanya kehidupan. Semua makhluk hidup memiliki ketergantungan terhadap air. Masalahnya, saat ini kualitas air minum di kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas air. Selain itu, kelangkaan air bersih juga sudah terjadi di Indonesia. Maka, pengolahan air mutlak diperlukan agar air yang kita gunakan dalam kehidupan kita tidak menyebabkan penyakit serta tidak berdampak negative bagi tubuh kita (Kusmayadi, 2008).

Sebagian besar keperluan air di Indonesia berasal dari sumber air tanah, sungai dan air yang diolah di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi. Di PDAM Tirtanadi terdapat beberapa sampel air, diantaranya adalah air reservoir. Air reservoir adalah air yang telah melalui filter dan sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan kepada konsumen (Sutrisno, 1987).

Bahan – bahan kimia organik berpengaruh pada kualitas air minum. Salah satu zat kimia organik yang sering terdapat dalam air adalah kandungan Mangan (Mn), namun apabila kadar Mn tersebut terdapat dalam jumlah yang besar maka akan menimbulkan efek toksik. Syarat air minum sesuai Permenkes harus bebas dari


(9)

bahan – bahan anorganik dan organik. Dengan kata lain, kualitas air minum harus bebas dari bakteri, zat kimia, racun, limbah berbahaya, dan lain sebagainya. Parameter kualitas air minum itu, ada yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan kesehatan. Salah satu parameter yang dijadikan persyaratan adalah kadar Mangan (Mn). Dalam tugas akhir ini akan dilakukan penetapan kadar Mangan (Mn) dalam air reservoir dengan cara Colorimetri (Sutrisno, 1987).

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui kadar Mangan (Mn) yang terkandung dalam sampel air reservoir dengan cara Colorimetri di Laboratorium PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air, Jl. Besar Sungga l No.1A Medan.

1.2.2 Manfaat

Dapat dijadikan informasi kepada masyarakat Indonesia mengenai kadar Mangan dalam air reservoir dan pengaruh Mangan pada tubuh manusia.


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Pada kondisi standar, air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0 oC). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Kusmayadi, 2008).

Air reservoir adalah air yang telah melalui filter dan sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan kepada konsumen (Sutrisno, 1987).

Menurut Kusmayadi (2008), sifat – sifat kimia fisika dari air adalah sebagai berikut:

Informasi dan Sifat-sifat

Nama sistematis Air

Nama alternative Aqua, dihidrogen monoksida, hydrogen


(11)

Rumus molekul H2O

Massa molar 18.0153 g/mol

Densitas dan fase 0.998 g/cm (cairan pada 20 oC) 0.92 g/cm (padatan)

Titik lebur 0 oC (273.15 K) (32 oF)

Titik didih 100 oC (373.15 K) (212 oF)

Kalor jenis 4184 J/(kg.K) (cairan pada 20 oC)

2.2 Sumber –sumber air

Menurut Sutrisno (1987), berdasarkan sumber-sumbernya, air terbagi atas air laut, air atmosfer, air meteriologik (air hujan), air permukaan dan air tanah.

2.2.1 Air laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena air laut mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut sekitar 3%, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.

2.2.2 Air hujan

Air hujan dalam keadaan murni, sangat bersih, namun dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran, industri/debu menyebabkan air hujan tercemar. Apabila air hujan akan dijadikan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak


(12)

reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

2.2.3 Air permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Sumber-sumber air permukaan adalah air sungai dan air danau (Sutrisno, 1987).

a. Air sungai.

Air sungai dalam penggunaanya sebagai air minum haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna yaitu pengolahan air dari cara yang sederhana sampai pengolahan yang lengkap (complete treatment process). Air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.

b. Air danau.

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Mn ini akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2.


(13)

a. Air Tanah Dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. Air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitasna agak baik bila digunakan sebagai sumur air minum. Kuantitas air tanah dangkal ini kurang baik dan tergantung pada musim.

b. Air Tanah Dalam.

Air tanah dalam biasanya terdapat dikedalaman antara 100-300 m, umumnya tergolong bersih, karena sewaktu proses pengalirannya mengalami penyaringan alamiah dan kebanyakan mikroba sudah tidak ada lagi terdapat didalamnya. Air tanah dalam kualitasna lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Perubahan musim juga hanya sedikit mempengaruhi air tanah dalam.

c. Mata Air.

Mata air adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.

2.3 Hubungan air dengan kesehatan

Menurut Sutrisno (1987), air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yang berarti besar sekali peranannya dalam kesehatan manusia. Adapun beberapa hal yang menunjukkan adanya hubungan air dengan kesehatan adalah sebagai berikut:


(14)

Beberapa jenis serangga dapat memindahkan kuman penyakit dari seorang penderita kepada orang lain. Serangga yang dapat menularkan kuman penyakit tersebut disebut vektor. Contoh: Nyamuk Anopheles. Vektor mempunyai beberapa bentuk, yaitu: bentuk telur, larva, dan dewasa. Dan dalam hal ini, vektor membutuhkan habitat berupa air.

B. Air sebagai Media Penularan Penyakit.

Beberapa penyakit juga dapat ditularkan melalui media berupa air. Mengingat air dapat berfungsi sebagai media penularan penyakit, maka untuk mengurangi timbulnya penyakit atau menurunkan angka kematian tersebut, salah satu usahanya adalah meningkatkan penggunaan air minum yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas.

C. Kandungan Bahan Kimia.

Air mempunyai sifat melarutkan bahan kimia. Zat-zat kimia yang mudah larut dalam air dan dapat menimbulkan masalah sebagai berikut:

- Toksisitas

- Reaksi – reaksi kimia yang menyebabkan: 1. Pengendapan yang berlebihan.

2. Timbulnya busa yang menetap, yang sulit untuk dihilangkan.

3. Timbulnya respon fisiologis yang tidak diharapkan terhadap rasa atau pengaruh laxative.

4. Perubahan dari perwujudan fisik air.


(15)

Tubuh manusia terdiri dari 55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan. Agar dapat berfungsi dengan baik, tubuh membutuhkan antara satu sampai tujuuh liter air setiap hari untuk menghindari dehidrasi: jumlah pastinya bergantung pada tingkat aktivitas, suhu, kelembaban, dan beberapa factor lainnya. Selain dari air minum, manusia mendapatkan cairan dari makanan dan minuman lain selain air. Sebagian besar orang percaya bahwa manusia membutuhkan 8-10 gelas (sekitar dua liter) perhari (Kusmayadi, 2008).

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk: proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Apabila tubuh kehilangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian.

Untuk menjaga kebersihan tubuh, diperlukan juga air. Mandi dua kali sehari dengan menggunakan air yang bersih, diharapkan orang akan bebas dari penyakit kulit (Sutrisno, 1987).

2.5 Pengolahan Air Minum

Menurut Khairil (2006), proses yang diterapkan dalam sistem pengolahan air minum pada Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) di PDAM Tirtanadi, antara lain sebagai berikut:

1. Intake

Intake merupakan suatu bangunan untuk menangkap atau mengumpulkan air dari suatu sumber salah air, untuk dapat dimanfaatkan.


(16)

Kanal intake adalah pintu air dimana pintu air tersebut diangkat apabila level air tinggi dan diturunkan apabila level air rendah.

3. Bak Pengendap

Bak pengendap ini merupakan tempat terjadinya proses sedimentasi dimana molekul-molekul yang mempunyai berat jenis lebih besar dari air akan mengendap.

4. RWP station (Raw Water Pump)

RWP station ini hanyalah tempat untuk mentransfer air. 5. Clearator

Di dalam clearator ini, terjadi 5 proses: 1. Proses Primary

Pada proses ini terjadi injeksi bahan koagulan. Bahan kimia yang digunakan adalah Aluminium Sulfat (Al2(SO4)) biasanya disebut sebagai tawas. Persen tawas yang digunakan sebanyak 9-12% (ini yang efektif). 2. Proses Secunder.

Pada proses ini merupakan tempat pembentukan flock. Flockulasi adalah proses dimana koloid-koloid kecil diambil sehingga koloid-koloid menyatu diakibatkan adanya putaran lambat. Bahan yang digunakan adalah aglitator.

3. Proses Return

Proses return merupakan proses pemisahan, diakibatkan adanya sirkulasi di dalam air dan terjadi sedimentasi secara alami disini akan terjadi pemisahan koloid antara yang kotor dan yang bersih, diikat dengan bahan koagulan.


(17)

4. Klarifikasi

Proses dimana mengklarifikasi air yang bersih, masuk menjadi satu di daerah kanal.

5. Concentrator

Proses dimana air yang dipisahkan dari hasil klarifikasi akan dikumpulkan menjadi satu (air kumpulan).

6. Filter

Pada filternya, disini terjadi proses penyaringan cepat (Repeat Sand Filter). Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih terkandung dalam air dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas air agar air yang dihasilkan tidak mengandung bakteri (steril) dan rasa serta aroma air.

- Mempunyai media saring yaitu batu kerikil, kepala batu, pasir kuarsa ukuran 1.2 ml, 0.7 ml dan 0.4 ml.

- Mempunyai strainer untuk menyempurnakan penyaringan. 7. Reservoir

Air yang telah melalui filter sudah dapat digunakan sebagai air minum. Air tersebut telah bersih dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir untuk diteruskan pada konsumen. Pada reservoir, air diinjeksikan dengan air kapur jenuh untuk menetralisir air. Apabila pH dibawah 6,5 maka dilakukan penambahan dengan larutan kapur jernih sehingga angka 6,5 akan naik. Untuk menghindari adanya alga atau bakteri maka diinjeksi dengan chlorine.


(18)

Di reservoir, pH yang menjadi kelayakan: 6,7-7,3. Sisa chlorine yang masih layak: 0,2-0,1. Untuk turbidity yang menjadi kelayakan: 2 NTU. 8. FWP Station (Finish Water Pump)

Air masuk ke FWP Station sebagai transfer saja menggunakan pompa finished water-pump, sebelum di distribusikan ke masyarakat.

9. Pemompaan.

Berfungsi untuk mengalirkan air kepada konsumen.

2.6 Syarat Air Minum

Menurut Sutrisno (1987), air minum harus memenuhi beberapa persyaratan bila ditinjau dari segi kualitasnya, yaitu:

a. Syarat Fisik:

Air yang baik digunakan untuk minuman adalah air yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, suhu air hendaknya dibawah sela udara (sejuk ± 25oC).

b. Syarat Kimia:

Air minum yang baik adalah air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.

c. Syarat bakteriologik:

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakeri penyakit (pathogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa


(19)

apakah air itu mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indicator bakteri golongan Coli.

2.7 Standard Kualitas Air Minum

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (Slamet, 1994).

Air minum yang memenuhi persyaratan harus memenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologis, serta level kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri Coliform yang diizinkan dalam batas-batas maksimum (Slamet, 1994).

Menurut Slamet (1994), parameter uji air selalu dibagi antara lain sebagai berikut: 1. Parameter fisis

2. Parameter kimiawi 3. Parameter biologis

Daftar kadar maksimum yang diperbolehkan dalam air minum menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990 tentang syarat-syarat air minum, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:


(20)

Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990.

No Parameter Satuan

Kadar maksimum yang diperbolehkan

Keterangan

1. 2.

3.

4. 5. 6.

A.Fisika

Bau

Jumlah zat padat terlarut

Kekeruhan

Rasa Suhu Warna

- Mg/l

Skala NTU

- o

C Skala TCU

1000

5

Suhu Udara (± 3 oC ) 15


(21)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 B. Kimia Air Raksa Aluminium Arsen Barium Besi Flourida Kadmium Kesadahan Khlorida Kromium Mangan Natrium Nitrat Nitrit Perak pH Selenium Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l - Mg/l 0,001 0,2 0,05 1,0 0,3 1,5 0.005 500 250 0,05 0,1 200 1,0 1,0 0,05 6,5-9,0 0,01 Merupakan batas minimum dan maksimum khusus

air hujan, pH minimum 5,5.


(22)

18. 19. 20. 21. 22. 23. 1. 2. 3 Seng Sianida Sulfat

Sulfida (H2S) Tembaga Timbal

b. Kimia Organik Detergen Pestisida Total Zat Organik Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l Mg/l 5,0 0,1 400 0,05 1,0 0,05 0,5 0,10 10 Merupakan batas maksimum dan minimum. 1. 2. C. Mikrobiologi Koliform tinja Total Koliform Jumlah per 100 ml Jumlah per 100 ml 0 0


(23)

1. Syarat Fisik

a. Rasa b. Bau

c. Sisa zat padat d. Derajat kekeruhan e. Warna

f. pH

Tidak berasa Tidak berbau 500-1000 ppm

Tidak melebihi 5-15 unit (Turbidity unit) 5-30 unit (skala Platina-Cobalt)

7-8,5 atau 6,5-9,5

2. Syarat Kimia

Level Kontaminasi Timbal (Pb) Selenium (Se) Arsen (Ar) Khrom (Cr) Tembaga (Cu) Flourida


(24)

3. Zat yang tidak menganggu tetapi tidak boleh melebihi batas yang ditentukan

Besi Mangan Seng Calsium Magnesium Sulfat Chlorida Nitrogen-Nitrat NO3 0,3-1,0 mg/l 0,1-0,3 mg/l 1,0-1,5 mg/l 75-200 mg/l 50- 150 mg/l 200-500 mg/l 200-600 mg/l 0,001 mg/l

50 ppm

Menurut Gabriel (2001), syarat Air Minum Standard Internasional ditunjukkan dalam tabel 2.7.2

Diperkenankan Maksimum (kelebihan)

Total Solid Warna Kekeruhan Rasa Bau Besi (Fe) 500 mg/l 5 unit 5 unit Tidak berasa Tidak berbau 0,3 mg/l 1500 mg/l 50 unit 25 unit - - 1 mg/l


(25)

Diperkenankan Maksimum (kelebihan) Mangan (Mn) Tembaga (Cu) Zink (Zn) Calsium (Ca) Magnesium (Mg) Sulfate (SO4) Chlorida (Cl) pH Range

Magnesium dan sodium sulfat Phenolic substan 0,1 mg/l 1,0 mg/l 5,0 mg/l 75 mg/l 50 mg/l 200 mg/l 200 mg/l 7-8,5 500 mg/l 0,001 mg/l 0,5 mg/l 1,5 mg/l 15 mg/l 200 mg/l 150 mg/l 400 mg/l 600 mg/l

Kurang 6,5 atau lebih besar dari 9,2

1000 mg/l 0,002 mg/l

2.8 Mangan

Mangan berwarna putih keabu-abuan, dengan sifat yang keras tapi rapuh. Mangan sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai dengan air dingin perlahan-lahan. Mangan berkilap metalik sampai submetalik, kekerasan 2 – 6, berat jenis 4,8, reniform, massif, botriodal, stalaktit, dan kadang-kadang berstruktur radial dan berserat. Dalam baja, mangan meningkatkan kualitas tempaan baik dari segi kekuatan, kekerasan,dan kemampuan pengerasan. Dengan aluminum dan bismut, khususnya dengan sejumlah kecil tembaga, membentuk alloy yang bersifat ferromagnetik. Logam mangan bersifat ferromagnetik setelah diberi perlakuan. Logam murninya terdapat sebagai bentuk allotropik dengan empat jenis. Salah satunya, jenis alfa, stabil pada suhu luar biasa tinggi; sedangkan mangan jenis


(26)

gamma, yang berubah menjadi alfa pada suhu tinggi, dikatakan fleksibel, mudah dipotong dan ditempa (http://www.google.com).

2.8.1 Fungsi Mangan Bagi Tubuh

Mangan dioksida (sebagai pirolusit) digunakan sebagai depolariser dan sel kering baterai dan untuk menghilangkan warna hijau pada gelas yang disebabkan oleh pengotor besi. Mangan sendiri memberi warna lembayung pada kaca. Dioksidanya berguna untuk pembuatan oksigen dan khlorin, dan dalam pengeringan cat hitam. Senyawa permanganat adalah oksidator yang kuat dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan dalam pengobatan. Mangan juga banyak tersebar dalam tubuh. Mangan merupakan unsur yang penting untuk penggunaan vitamin B1 (Slamet, 1994).

2.8.2 Penetapan Kadar Mangan

Cara pengujian kadar mangan dalam air dengan menggunakan alat colorimetri DR/890. Mangan ditambahkan dengan 1 bungkus Ascorbic Acid lalu ditambahkan dengan 15 tetes Alkaline Cyabide Reagent Solution. Setelah itu, ditambahkan ke dalam larutan sampel tersebut 21 tetes PAN Indikator Solution 0,1%. Mangan dalam sampel air reservoir bereaksi dengan PAN Indikator Solution 0,1% menghasilkan mangan (Mn2+), warna jingga/orange akan terbentuk jika mangan ada didalam sampel. Diamkan larutan sampel air tersebut selama 2 menit masa reaksi. Sebagai blanko, digunakan aquadest sebanyak 10 ml. Aquadest dimasukkan ke dalam kuvet, lalu diukur dengan alat colorimetri, sehingga menunjukkan angka 0,00 mg/l (sebagai blanko). Setelah itu, masukkan larutan sampel air ke dalam alat colorimetri dan baca hasil yang tertera pada layar (Sipayung, 2007).


(27)

BAB III METODOLOGI

3.1 Peralatan dan Bahan: 3.1.1 Peralatan

- Colorimetri DR/890 - Kuvet

- Batang pengaduk - Pipet volume 10 ml - Beaker glass 50 ml - Botol semprot

3.1.2 Bahan

- Ascorbic Acid

- PAN indicator solution

- Alkaline Cyanide Reagent Solution - Aquadest

- Sampel air

3.2 Tata Cara/Langkah-Langkah Pengujian:

1. Tekan “PRGM” dan “43” untuk analisa mangan pada alar colorimetri DR/890.


(28)

3. Tuang sampel air yang akan dianalisa ke dalam beaker glass 50ml. Pipet 10 ml aquadest dan masukkan ke dalam kuvet pertama (sebagai blanko). Pipet 10 ml sampel air dan masukkan ke kuvet kedua (sebagai sampel). 4. Tambahkan 1 bungkus Ascorbic Acid ke dalam kuvet pertama dan kedua,

aduk hingga larut.

5. Tambahkan masing-masing 15 tetes Alkaline Cyabide Reagent Solution ke dalam kuvet pertama dan kedua, aduk hingga rata.

6. Tambahkan masing-masing 21 tetes PAN Indikator Solution 0.1% ke dalam kuvet pertama dan kuvet kedua, aduk hingga rata.

7. Tekan “TIMER” dan “ENTER” tunggu selama 2 menit masa reaksi. 8. Masukkan blanko ke dalam dudukan kuvet dan tutup.

9. Tekan “ZERO”, layar akan menunjukkan 0,00 mg/L.

10.Masukkan kuvet kedua (sampel) ke dalam dudukan kuvet dan tutup. 11.Tekan “READ”, lalu catat hasil analisa Mn yang ditunjukkan pada layar.

3.3 Hasil


(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pemeriksaan kadar Mangan pada sampel air reservoir yang dilaksanakan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan Instalasi Sunggal pada tanggal 25 Februari 2010, waktu perlakuan pukul 10.15 WIB, dapat dilihat pada tabel 4.1.1.

Tabel 4.1.1. Hasil pemeriksaan kadar Mangan pada air. No. Sampel Air Kode Hasil Perolehan

Kadar

Kadar Maksimum Air Minum

1 Air reservoir 1

R1 0.004 mg/l 0.1 mg/l

2 Air reservoir 2

R2 0.007 mg/l 0.1 mg/l

4.2 Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan secara kualitatif, jika sampel mengandung mangan maka penambahan PAN indicator solution 0.1% kedalam kuvet 10 ml setelah terlebih dahulu ditambahkan Ascorbic acid dan Alkaline Cyabide Reagent Solution ke dalamnya, maka akan mengubah sampel dari larutan jernih menjadi larutan berwarna jingga/orange disertai busa.

Kadar mangan pada sampel air reservoir 1 (R1) yakni 0,004 mg/l dan air reservoir 2 (R2) yakni 0,007 mg/l, sedangkan kadar maksimum yang


(30)

diperbolehkan pada air minum adalah 0,1 mg/l. Hasil tersebut telah memenuhi syarat yang ditetapkan PDAM Tirtanadi dan Dep.Kes.R.I. Persyaratan mangan menurut Dep.Kes.R.I. untuk konsentrasi standard logam mangan dalam air minum adalah sebesar 0,05 – 0,5 mg/l.

Persyaratan mangan menurut PDAM Tirtanadi pada dasarnya sama dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Dep.Kes.R.I yaitu 0,05 – 0,5 mg/l. Hanya saja PDAM Tirtanadi memberikan batasan yang lebih kecil terhadap kadar maksimum mangan yang diperbolehkan pada air minum yaitu sebesar 0,1 mg/l. Hal ini dilakukan agar PDAM lebih teliti dan berhati-hati dalam tehnik bekerja serta lebih memperkecil kemungkinan terjadinya kadar mangan yang berlebih pada air minum tersebut. Apabila konsentrasi Mn pada air tersebut lebih besar dari 0,5 mg/l, maka akan menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat-kecoklatan pada kain cucian, dan dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati (Sutrisno, 1987).

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya harus memenuhi standard yang berlaku. Untuk perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas serta kuantitasnya sebelum didistribusikan pada pelanggan.

Untuk itu, hasil yang diperoleh pada air reservoir telah memenuhi syarat kadar Mn untuk dijadikan air minum.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan kadar mangan air reservoir PDAM Tirtanadi Medan

Instalasi Sunggal diperoleh kadar mangan dari air reservoir adalah R1 = 0,004 mg/l, R2 = 0,007 mg/l dan telah memenuhi persyaratan menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990, dimana kadar maksimum yang diizinkan untuk mangan adalah 0.1 mg/l.

5.2 Saran

Penulis berharap kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan untuk tetap menjaga dan meningkatkan kualitas air minum yang akan didistribusikan kepada


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I. (1975). Peraturan Menteri Kesehatan R.I.

No. 01/Birhumas/I/1975 Tentang Syarat –Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta.

Gabriel, J. (2001). Fisika Lingkungan. Cetakan pertama. Jakarta: Hipokrates. Hal. 93-95.

Khairil, A.G. (2006). Belajar Dari Proses Pengadaan Air Minum di IPA Sunggal. PDAM Tirtanadi. Medan. Hal. 52-61.

Kusmayadi, A. (2008). Mengolah Air Bersih. Bogor: Regina.

Sipayung, A. (2007). Analisa Kualitas Air di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal. Medan: Universitas Negeri Medan. Hal. 31-32.

Slamet, J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University Press.

Sutrisno, T. (1987). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. http://www.google.com. Logam Mangan Dalam Air. Diakses tanggal 12 Mei,


(33)

LAMPIRAN

Dari hasil pemeriksaan kadar mangan pada sampel air reservoir tersebut, didapatkan hasil sebagai berikut:

- Kadar mangan yang diperoleh: Air reservoir 1 (R1) = 0,004 mg/l Air reservoir 2 (R2) = 0,007 mg/l

- Warna pada sampel air berubah setelah dilakukan penambahan PAN indicator solution 0,1% menjadi larutan berwarna jingga/orange


(1)

10 ml aquadest dan masukkan ke dalam kuvet pertama (sebagai blanko). Pipet 10 ml sampel air dan masukkan ke kuvet kedua (sebagai sampel). 4. Tambahkan 1 bungkus Ascorbic Acid ke dalam kuvet pertama dan kedua,

aduk hingga larut.

5. Tambahkan masing-masing 15 tetes Alkaline Cyabide Reagent Solution ke dalam kuvet pertama dan kedua, aduk hingga rata.

6. Tambahkan masing-masing 21 tetes PAN Indikator Solution 0.1% ke dalam kuvet pertama dan kuvet kedua, aduk hingga rata.

7. Tekan “TIMER” dan “ENTER” tunggu selama 2 menit masa reaksi. 8. Masukkan blanko ke dalam dudukan kuvet dan tutup.

9. Tekan “ZERO”, layar akan menunjukkan 0,00 mg/L.

10. Masukkan kuvet kedua (sampel) ke dalam dudukan kuvet dan tutup. 11. Tekan “READ”, lalu catat hasil analisa Mn yang ditunjukkan pada layar.

3.3 Hasil


(2)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pemeriksaan kadar Mangan pada sampel air reservoir yang dilaksanakan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan Instalasi Sunggal pada tanggal 25 Februari 2010, waktu perlakuan pukul 10.15 WIB, dapat dilihat pada tabel 4.1.1.

Tabel 4.1.1. Hasil pemeriksaan kadar Mangan pada air. No. Sampel Air Kode Hasil Perolehan

Kadar

Kadar Maksimum Air Minum

1 Air reservoir 1

R1 0.004 mg/l 0.1 mg/l

2 Air reservoir 2

R2 0.007 mg/l 0.1 mg/l

4.2 Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan secara kualitatif, jika sampel mengandung mangan maka penambahan PAN indicator solution 0.1% kedalam kuvet 10 ml setelah terlebih dahulu ditambahkan Ascorbic acid dan Alkaline Cyabide Reagent


(3)

syarat yang ditetapkan PDAM Tirtanadi dan Dep.Kes.R.I. Persyaratan mangan menurut Dep.Kes.R.I. untuk konsentrasi standard logam mangan dalam air minum adalah sebesar 0,05 – 0,5 mg/l.

Persyaratan mangan menurut PDAM Tirtanadi pada dasarnya sama dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Dep.Kes.R.I yaitu 0,05 – 0,5 mg/l. Hanya saja PDAM Tirtanadi memberikan batasan yang lebih kecil terhadap kadar maksimum mangan yang diperbolehkan pada air minum yaitu sebesar 0,1 mg/l. Hal ini dilakukan agar PDAM lebih teliti dan berhati-hati dalam tehnik bekerja serta lebih memperkecil kemungkinan terjadinya kadar mangan yang berlebih pada air minum tersebut. Apabila konsentrasi Mn pada air tersebut lebih besar dari 0,5 mg/l, maka akan menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat-kecoklatan pada kain cucian, dan dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati (Sutrisno, 1987).

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya harus memenuhi standard yang berlaku. Untuk perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas serta kuantitasnya sebelum didistribusikan pada pelanggan.

Untuk itu, hasil yang diperoleh pada air reservoir telah memenuhi syarat kadar Mn untuk dijadikan air minum.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan kadar mangan air reservoir PDAM Tirtanadi Medan

Instalasi Sunggal diperoleh kadar mangan dari air reservoir adalah R1 = 0,004 mg/l, R2 = 0,007 mg/l dan telah memenuhi persyaratan menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990, dimana kadar maksimum yang diizinkan untuk mangan adalah 0.1 mg/l.

5.2 Saran

Penulis berharap kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan untuk tetap menjaga dan meningkatkan kualitas air minum yang akan didistribusikan kepada


(5)

Departemen Kesehatan R.I. (1975). Peraturan Menteri Kesehatan R.I.

No. 01/Birhumas/I/1975 Tentang Syarat –Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta.

Gabriel, J. (2001). Fisika Lingkungan. Cetakan pertama. Jakarta: Hipokrates. Hal. 93-95.

Khairil, A.G. (2006). Belajar Dari Proses Pengadaan Air Minum di IPA Sunggal. PDAM Tirtanadi. Medan. Hal. 52-61.

Kusmayadi, A. (2008). Mengolah Air Bersih. Bogor: Regina.

Sipayung, A. (2007). Analisa Kualitas Air di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal. Medan: Universitas Negeri Medan. Hal. 31-32.

Slamet, J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University Press.

Sutrisno, T. (1987). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. http://www.google.com. Logam Mangan Dalam Air. Diakses tanggal 12 Mei,


(6)

LAMPIRAN

Dari hasil pemeriksaan kadar mangan pada sampel air reservoir tersebut, didapatkan hasil sebagai berikut:

- Kadar mangan yang diperoleh: Air reservoir 1 (R1) = 0,004 mg/l Air reservoir 2 (R2) = 0,007 mg/l

- Warna pada sampel air berubah setelah dilakukan penambahan PAN indicator solution 0,1% menjadi larutan berwarna jingga/orange


Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Aluminium (Al) dan Mangan (Mn) Pada Air Reservoir Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Instalasi Pengolahan Air Tirtanadi Limau Manis Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

2 69 36

Analisa Kadar Mangan (Mn) Pada Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal

8 89 35

Penetapan Kadar Mangan (Mn) Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua Secara Spektrofotometri

5 51 40

Penetapan Kadar Aluminium Secara Kolorimetri Pada Air Baku, Reservoir, Dan Lagoon Di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal

2 78 38

Penetapan Kadar Khromium (Cr) Air Reservoir Secara Colorimetri Di Laboratorium PDAM (Perusahaan daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan

2 55 29

Analisa Kadar Mangan (Mn) Pada Air Baku Dan Reservoir Secara Spektrofotometri Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Instalasi Pengolahan Air Di Sunggal Medan

3 72 37

Penetapan Kadar Mangan (Mn) Dan Seng (Zn) Dalam Air Baku dan Air Reservoir Dengan Metode Kolorimetri di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal

0 0 12

Penetapan Kadar Mangan (Mn) Dan Seng (Zn) Dalam Air Baku dan Air Reservoir Dengan Metode Kolorimetri di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal

0 0 2

Penetapan Kadar Mangan (Mn) Dan Seng (Zn) Dalam Air Baku dan Air Reservoir Dengan Metode Kolorimetri di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal

0 0 3

Penetapan Kadar Mangan (Mn) Dan Seng (Zn) Dalam Air Baku dan Air Reservoir Dengan Metode Kolorimetri di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal

0 0 21