Fungsi Ojk Dalam Melakukan Pengaturan Dan Pengawasan Terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

BAB II
PENGATURAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

A. Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
Awal pembentukan Otoritas Jasas Keuangan berawal dari adanya
keresahan dari berbagai pihak dalam hal fungsi pengawasan Bank Indonesia. Ada
tiga hal yang melatarbelakangi pembentukan OJK yaitu perkembangan industri
sektor jasa keuangan di Indonesia, permasalahan lintas sektoral industri jasa
keuangan dan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank
Indonesia (selanjutnya disebut UU BI).23 Mandat pendirian OJK berawal dari
krisis moneter tahun 1997-1998 yang memaksa Indonesia menandatangani Letter
of Intent (LOI) dengan IMF. Salah satu butir LOI tersebut menyebutkan perlunya
badan independen sebagai pengawas sektor keuangan. 24 Krisis moneter yang
terjadi pada Indonesia tahun 1997-1998 berpengaruh besar terhadap pembentukan
OJK. Krisis ekonomi pada 1997-1998 memberikan pelajaran yang sangat berarti
bagi perekonomian Indonesia.
Kondisi ekonomi yang kacau karena krisis tersebut membuat pemerintah
lebih berhati-hati dalam membuat suatu keputusan.Salah satu cara yang dilakukan
pemerintah untuk menghindari terulangnya krisis ekonomi seperti pada 1997-1998
adalah dengan membentuk suatu lembaga pengawasan independen yang bernama


23

Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 36.
Iswi Hariyani dam R.Serfianto, Buku Pintar Pasar Modal, (Jakarta : Visi Media, 2010),

24

hlm. 21.

Universitas Sumatera Utara

OJK. 25 OJK adalah lembaga negara yang berfungsi menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan didalam sektor jasa keuangan.OJK merupakan lembaga yang bersifat
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas dan wewenang pengaturan,pengawasan,pemeriksaan dan penyidikan. 26 Bisa
dikatakan bahwa peran Bapepam-LK untuk melakukan pengawasan secara ketat
terhadap lembaga keuangan seperti perbankan, pasar modal, reksadana,
perusahaan pembiayaan dan dana pensiun.
Alasan


pembentukan

OJK antara

lain

adalah

makin

kompleks

danbervariasinya produk jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi
perusahaan jasa keuangan dan globalisasi industri jasa keuangan. Disamping itu,
salah satu alasan rencana pembentukan OJK adalah karena pemerintah
beranggapan Bank Indonesiasebagai Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi
sektor perbankan. Kegagalan tersebut dapat dilihat pada saat krisis ekonomi
melanda Indonesia mulaipertengahan tahun 1997, sejumlah bank yang ada pada
saat itu dilikuidasi. 27

Jika UU OJK disahkan, maka otomatis tugas, fungsi dan wewenang
pembinaan dan pengawasan atas sektor jasa keuangan beralih ke institusi baru
yang

disebut

OJK.

Sebagian

pengawasan

terhadap

Dirjen

Lembaga

Keuangan,pasar modal, Badan Pengawas Pasar Modal dan institusi pemerintah
lain yang memang mengawasi lembaga pengelola dana masyarakat otomatis akan

beralih ke OJK. Pembentukan OJK harus dipahami sebagai suatu challenge yang

25

Totok Budisantoso, dkk Op.Cit., hlm. 47.
Ibid.
27
Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, Jurnal Konstitusi (Volume 6, Nomor 3,
September 2012), hlm. 152.
26

Universitas Sumatera Utara

besar dan memerlukan beberapa prakondisi atau prasyarat, seperti: Pertama,
perubahan itu tidak dilakukan pada saat sistem keuangannya belum kuat. Semua
lembaga keuangan saling terkait, asuransi, perbankan dan sebagainya. Kedua,
berkaitan dengan bagaimana pembiayaan OJK. Ketika OJK dikatakan sebagai
lembaga yang independen maka tidak bergantung kepada pihak yang diawasinya.
Rencana sekarang, OJK itu dari yang diawasinya. Memang ada contoh seperti itu.
Di Inggris Financial Services Authority (FSA) dibiayai oleh iuran dari bank-bank,

asuransi dan lembaga keuangan yang diawasinya. 28
Otoritas Jasa Keuangan awalnya dirancang oleh Darmin Nasution ketika
menjabat Dirjen Lembaga Keuangan di Departemen Keuangan bersama stafnya
seperti Firdaus Djaelani yang saat ini menjadi salah satu komisioner OJK. Sebuah
bank atau multifinance, asuransi danjuga dana pensiun harus mendapat izin dari
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan untuk berdiri. Bank harus mendapat ijin
juga dari Dirjen Lembaga Keuangan walaupun sudah mendapatkan izin dari Bank
Indonesia. Pada sisi lain, Bapepam sebagai sebuah lembaga keuangan yang
levelnya sama dengan Dirjen Lembaga Keuangan dan juga keduanya dibawah
lingkup Departemen Keuangan telah berdiri pengawasan pasar modal.
Berdasarkan kajian dan diskusi di Departemen Keuangan atau juga agenda politik
tersendiri untuk mengebiri kekuasaan Bank Indonesia maka perlu adanya lembaga
yang mengawasi keuangan termasuk perbankan. OJK ini dirancang sehingga
digabungkan Bapepam dan Dirjen Lembaga Keuangan yang dikenal BapepamLK.

28

Afika Yumya Syahmi, Pengaruh Pembentukan Pengawasan Lembaga Perbankan
Suatu Kajian Terhadap Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, Skripsi Sarjana (Depok:
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004), hlm. 33.


Universitas Sumatera Utara

Ketua Lembaga ini ditunjuk Menteri Keuangan yaitu Darmin Nasution
sendiri dimana penunjukan ini dihartapkan mempercepat terjadinya Otoritas Jasa
Keuangan. 29 Para pakar ekonomi mengemukakan pendapat mengenai OJK, bahwa
OJK dibentuk guna mengantisipasi kompleksitas sistem keuangan global. Sektor
keuangan memperkuat fondasi, daya saing dan stabilitas perekonomian nasional.
Pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi kompleksitas keuangan global dari
ancaman krisis. Di sisi lain, pembentukan OJK merupakan komitmen pemerintah
dalam reformasi sektor keuangan di Indonesia. Pemerintah mempunyai komitmen
tinggi dan menjalankan mandat untuk melakukan reformasi di sektor
keuangan.Dengan melihat kehadiran OJK nantinya dapat dimaksudkan untuk
menghilangkan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) yang selama ini
cenderung muncul.
Fungsi pengawasan dalam OJK dan pengaturan dibuat terpisah. Akan
tetapi meskipun OJK memiliki fungsi pengaturan dan pengawasan dalam satu
tubuh, fungsinya tidak akan tumpang tindih sebab OJK secara organisatoris akan
terdiri atas tujuh dewan komisioner. Ketua dewan komisioner akan membawahkan
tiga anggota dewan komisioner yang masing-masing mewakili perbankan, pasar

modal dan Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB). Kewenangan pengawasan
perbankan oleh Bank Indonesia akan dikurangi namun Bank Indonesia masih
mendampingi pengawasan. Kalau selama ini mikro dan makro prudensialnya di
Bank Indonesia, nanti OJK akan fokus menangani mikro prudensialnya. 30 Dalam

29

Adler Haymans Manurung, Otoritas Jasa Keuangan : Pelindung Investor Introduksi
(Jakarta: PT Adler Manurung Press, 2013), hlm. 3.
30
Radian
System
Consultant,
Sejarah
Otoritas
Jasa
Keuangan
http://radiansystem.com/2012/06/15/sejarah-otoritas-jasa-keuangan-ojk/(diakses pada tanggal 22
Mei 2017).


Universitas Sumatera Utara

pembentukan OJK yang mandiri/independen dilakukan berlandaskan asas-asas
yaitu :
1. Independesi, yakni inidependen dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang OJK dengan tetap sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Kepastian hukum, yakni suatu azas dalam negara hukum yang lebih
mengutamakan landasan peraturan peundang-undangan dan keadilan dalam
setiap kebijakan penyelenggaraan OJK.
3. Kepentingan umum, yakni azas yang membela dan melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum.
4. Keterbukaan, yakni azas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, juur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan OJK dengan tetap memperhatikan perlindungan hak asasi
pribadi dan golongan serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
5. Integritas, yakni azas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam
setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK.
6. Akuntabilitas, yakni azas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan OJK harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk pada tanggal 22 November 2011 di
Indonesia

Undang-undang mendefinisikan bahwa OJK adalah lembaga yang

independen dalam menjalankan tugasnya, bebas dari campur tangan pihak lain
kecuali untuk hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang.Pembentukan
OJK dimaksudkan sebagai lembaga independen yang mengawasi sektor jasa
keuangan

Indonesia,untuk

memperkuat

akuntabilitas,

transparansi,


dan

kredibilitasBank Indonesia tanpa mengurangi makna independensi lembaga
negaratersebut,dan pengambilan kebijakan oleh BI tidak akan terpengaruh OJK,

Universitas Sumatera Utara

sebab OJK berperan meningkatkan pengawasan terhadap lembaga keuangan
menjadi lebih baik. 31
Ada tiga fungsi pengawasan sektor keuangan yaitu pengawasan terhadap
macroprudential, pengawasan microprudential 32danpengawasan aktifitas bisnis.
Pengawasan ini bertujuan untuk menciptakan peraturan agar semua pihak yang
beraktifitas di sektor keuangan dapat memahami yang dilakukannya, sebelum
membahas mengenai pengertian OJK di Indonesia, maka sebaiknya dibahas
mengenai OJK di beberapa negara.
1.

Inggris
Pengawasan sektor keungan di Inggris awalnya diatur berbagai lembaga
dimana bank sentral Inggris hanya bertanggung jawab melakukan regulasi

terhadap bank. Sebelumnya, ada sembilan lembaga yang mengawasi aktifitas
sektor keuangan dan kemudian disatukan menjadi United KingdomFinancial
Service Agency(selanjutnya disebut UK FSA). UK FSA merupakan lembaga
yang paling dominan dalam regulasi keuangan dan bekerja sama dengan
Bank Of England dan HM Treasury untuk mengelola sistem keuangan dan
memperbaiki struktur internal yang begitu kompleks didasarkan pada
kombinasi regulasi oleh atifitas sektor keuangan dan konsumen. 33

2.

Amerika Serikat
31

Agus Darmawan. 2014. ‘’Perfektif Law As An Allocative System Undang-Undang
OJK)’’ Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8, no 3 Juli-September 2014, hlm 389
32
Microprudential adalah satu peraturan dimana adaya ekuilibrium parsial dalam suatu
konsepsi tertentu dan yang bertujuan untuk mencegah kegagalan anggaran terhadap lembaga
keuangan secara individual. Sebaliknya, pendekatan makroprudensial mengakui bahwa secara
umum, efek ekuilibrium memiliki peranan penting dan hal tersebut digunakan sebagai sistem
pengamanan terhadap sistem financial secara keseluruhan Sebagai buntut dari adanya krisis, maka
muncul adanya kesepakatan antara para akademisi dan pembuat kebijakan mengenai regulasi
keuangan yang perlu diarahkan ke arah makroprudensial.
33
Adler Haymans Manurung , Op.Cit.,hlm. 16.

Universitas Sumatera Utara

Lembaga federal bertanggung jawab terhadap regulasi keuangan yang
masing-masing membuat regulasi untuk sektor tertentu dari sistim keuangan
seperti lembaga depositori (bank, credit union dan thrifts), futures dan
sekuritas. Amerika Serikat mempunyai 5 (lima) lembaga federal yang
berbeda dimana kelima lembaga berbagi (sharing) atas kekuasaan untuk
regulasi lembaga depositori. Adapun lembaga tersebut yaitu Office of the
Comptroller of Currency (OCC), the Federal Reserve sebagai Bank Sentral,
Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), the Office oh Thrift
Supervision 9 OTS dan National Credit Union Administration (NCUA). 34
3.

Australia
Australia menerapkan model twin peaks dalam mengatur atau mengawasi
sektor keuangannya. Negara ini merupakan salah satu negara yang cukup
baik dan contoh menerapkantwin peaks. Adapun model twin peaksmaksudnya
bahwa pengawasan sektor keuangan dilaksanakan dua lembaga yang diatur
sedemikian rupa agar pengawasan berjalan dengan baik. Kedua lembaga yang
mengawasi sektor keuangan yaitu Australian Securities dan Investment
Commision (ASIC) dan Australian Prudential Regulatory Authority (APRA).
Kekuasaan ASIC termasuk kemampuan mencegah dan memberikan saksi
kepada perusahaan dan profesional keuangan sedangkan APRA menjadi
lembaga yang membuat regulasi dan mengawasi lembaga penerima deposito
(lembaga bukan bank), asuransi dan jasa dana pensiun. 35

B. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan

34
35

Ibid., hlm. 18.
Ibid., hlm. 23.

Universitas Sumatera Utara

Pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menurut Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 1 angka (1) yaitu:
“Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga
yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai
fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini”. 36
Dengan berlakunya undang-undang tersebut segala tugas sebagai regulator
dan pengawas di sektor keuangan diambil alih oleh lembaga Otoritas Jasa
Keuangan yang menggantikan kedudukan BAPEPAM-LK di sektor pasar modal
dan Bank Indonesia di sektor perbankan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
undang-undang ini “OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa
keuangan”.
Sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan pengaturan di sektor jasa
keuangan. Secara kelembagaan, Otoritas Jasa Keuangan berada di luar
Pemerintah, yang dimaknai bahwa Otoritas Jasa Keuangan tidak menjadi bagian
dari kekuasaan Pemerintah.OJK merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang
memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lainnya, yakni otoritas
moneter dan otoritas fiskal. 37 Namun, tidak menutup kemungkinan adanya unsurunsur perwakilan Pemerintah karena pada hakikatnya Otoritas Jasa Keuangan
merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang memiliki relasi dan keterkaitan
yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal dan moneter. Oleh
karena itu, lembaga ini melibatkan keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas
tersebut secara Ex-officio. Keberadaan Ex-officio ini dimaksudkan dalam rangka

36

Ibid.
Wiwin Sri Rahyani. 2012. ‘’ Independensi Otoritas Jasa Keuangan dalam Perspektif
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OtoritasJasa Keuangan’’. Jurnal Legislasi
Indonesia, volume 9, Nomor 3, Oktober 2012.
37

Universitas Sumatera Utara

koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan
sektor jasa keuangan. 38

C. Tujuan dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan
dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan
non-bank seperti asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa
keuangan lainnya. 39
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan
di dalam sektor jasa keuangan:
1.

Terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel;

2.

Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil;

3.

Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. 40
Pembentukan OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa

keuangan secara menyeluruh sehingga meningkatkan daya saing perekonomian.
Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional seperti sumber daya
manusia, pengelolaan, pengendalian dan kepemilikan di sektor jasa keuangan
dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi. OJK dibentuk dan
38

Ibid.
Otoritas
Jasa
Keuangan,
FAQ
Otoritas
Jasa
Keuangan
http://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx(diakses pada tanggal 22 Mei
2017).
40
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan Pasal 4.
39

Universitas Sumatera Utara

dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi
independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi dan kewajaran
(fairness). 41
Tujuan pembentukan OJK ini agar BankIndonesia fokus kepada
pengelolaan moneter dan tidak perlu mengurusi pengawasan bank karena bank itu
merupakan sektor dalam perekonomian. Untukmencapai tujuan, OJK punya
kewenangan yang luas yaitu:
1. membuat peraturan di bidang jasa keuangan;
2. memberi dan mencabut izin persetujuan dan lain-lain, memperolehlaporan
periodik dan informasi industri jasa keuangan;
3. mengenakan sanksi administratif dan melakukan pemeriksaan ;
4. melakukan penyidikan atas pelanggaran undang-undang;
5. memberikan arahan atau perintah tertulis;
6. menunjuk pengelolaan statuter, mewajibkan pengalihan usaha demi
menjaga kepentingan nasabah;
7. mencegah

kejahatan

di

bidang

keuangan

dan

mengatur

pengendalianlembaga keuangan. 42
Negara telah mendirikan beberapa lembaga yang bertujuan untuk
melindungi rakyatnya dari keinginan berbagai pihak yang mempunyai keinginan

41

Otoritas
Jasa
Keuangan,
FAQ
Otoritas
Jasa
Keuangan
http://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx(diakses pada tanggal 22 Mei
2017).
42
Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 43.

Universitas Sumatera Utara

tidak benar. Sehingga, lembaga yang dibangun juga mempunyai fungsi termasuk
OJK. Berdasarkan UU OJK yang dituangkan dalam beberapa pasal, disebutkan
fungsi dari OJK. 43Nilai StrategisOJKadalah :
1.

Integritas
Bertindak objektif, adil dan konsisten sesuai dengan kode etik dan kebijakan
organiasi dengan menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen.

2.

Profesionalisme
Bekerja dengan penuh tanggung jawab berdasarkan kompetensi yang tinggi
untuk mencapai kinerja terbaik.

3.

Sinergi
Berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik internal mauppun
eksternal secara produktif dan berkualitas.

4.

Inklusif
Terbuka

dan

menerima

keberagaman

pemangku

kepentingan

serta

memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap industri keuangan
5.

Visioner
Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan (forward

looking) serta dapat berpikir diluar kebiasaan (out of the box thinking).44

D. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya

43

Adler Haymans Manurung , Op.Cit., hlm. 6.
Muliaman D Haddad, Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan (Jakarta: Otoritas Jasa
Keuangan, 2015), hlm. 3.
44

Universitas Sumatera Utara

Negara telah mendirikan beberapa lembaga yang bertujuan untuk
melindungi rakyatnya dari keinginan berbagai pihak yang mempunyai keinginan
tidak benar. Berdasarkan ketentuan Pasal 34 UU BI beserta penjelasannya dapat
disimpulkan bahwa OJK akan bertugas mengawasi bank, lembaga-lembaga usaha
perasuransian, lembaga lembaga usaha pasar modal, dana pensiun, lembagalembaga usaha pembiayaan modal ventura dan lembaga-lembaga yang mengelola
dana masyarakat. Dengan demikian OJK akan mengambil alih sebagian tugas dan
wewenang Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, Badan
Pengawas Pasar Modal dan instirusi institusi pemerintah lain yang selama ini
mengawasi lembaga pengelolaaan dana masyarakat.45 Berdasarkan UU OJK yang
dituangkan dalam beberapa pasaldisebutkan fungsi dari OJK. Adapun fungsi dari
OJK sebagai berikut : 46
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan. 47Indenpendensi merupakan faktor utama yang harus diperhatikan
dalam mendesain sebuah truktur regulasi yang tepat untuk Indonesia, terutama
Indepndensi dari pengaruh politik kepentingan yang masih menjadi momok di
Indonesia. 48
Terintegrasi maksudnya adalah bahwa sistem yang dibangun oleh OJK,
Bank Indonesiadan Lembaga Penjamin Simpanan saling terhubung satu sama lain

45

Tim Penyusun Rancangan Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan&Persiapan
Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, Naskah Akademik Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan,
Jakarta Februari 2002, hlm.13.
46
Adler Haymans Manurung , Op.Cit., hlm. 6.
47
Pasal 5 Undang-Undang no 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
48
Bismar Nasution, “Struktur Regulasi Independen Otoritas Jasa Keuanagan, Seminar
tentang Eksistensi dan Tantangan OJK Dalam Menata Industri Jasa Keuangan Untuk
Pembangunan Ekonomi”, Bening Institute, Jakarta 23 April 2013, hlm. 9.

Universitas Sumatera Utara

sehingga setiap institusi dapat saling bertukar informasi dan mengakses informasi
perbankan yang dibutuhkan setiap saat (timely basis), informasi tersebut meliputi
informasi umum dan informasi khusus tentang bank, laporan keuangan bank,
laporan hasil pemeriksaan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia, Lembaga
Penjamin Simpanan atau oleh OJK, dan informasi yang lain dengan tetap menjaga
dan mempertimbangkan kerahasiaan informasi sesuai dengan ketentuan
Perundang-Undangan. OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
terhadap:
a.

kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan;

b.

kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan

c.

kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya. 49
Lembaga

jasa

keuangan

lainnya

adalah

pegadaian,

lembaga

penjaminan,lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan
sekunder perumahan dan lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana
masyarakat yang bersifat wajib meliputi penyelenggara program jaminan sosial,
pensiun dan kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan PerundangUndangan mengenai pergadaian, penjaminan,lembaga pembiayaan ekspor
Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan dan pengelolaan dana
masyarakat yang bersifat wajib serta lembagajasa keuangan lain yang dinyatakan
diawasi oleh OJK berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan. 50 BPJS kesehatan
yang menyelenggarakan program jaminan sosial yaitu program JKN otomatis
49
50

Pasal 6 Undang-Undang no 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang no 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara

termasuk dalam cakupan OJK yang mempunyai wewenang untuk melakukan
pengawasan terhadap lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan dana
masyarakat yang bersifat wajib, meliputi penyelenggara program jaminan sosial
yang dimaksud dalam UU OJK.
Peraturan merupakan suatu rangkaian aturan yang diterbitkan lembaga
yang mengatur untuk diikuti oleh berbagai pihak dalam beroperasi. Peraturan
tersebut dapat bersifat konstitutif dan regulatif. Peraturan yang konstitutif yaitu
menciptakan dan mendefinisikan bentuk perilaku yang baru. Sementara peraturan
yang regulatif yaitu regulasi yaitu regulasi yang dibuat terlebih dahulu atau bentuk
perilaku yang secara bebas.

51

Dalam hal pengaturan, untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang sebagai berikut: 52
1.

Menetapkan peraturan pelaksanaan undang-undang ini.

2.

Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

3.

Menetapkan peraturan dan keputusan OJK.

4.

Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan.

5.

Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK.

6.

Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu.

7.

Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada
lembaga jasa keuangan.

8.

Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta
memelihara dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban.

9.

Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

51

mengelola,

Adler Haymans Manurung , Op.Cit., hlm. 13.
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

52

Universitas Sumatera Utara

Pengawasan adalah tindakan yang dilakukan oleh lembaga pengawas
untuk mengawasi lembaga atau perusahaan yang beroperasi sesuai dengan aturan
yang telah diterbitkannya. Pengawasan dilakukan untuk melindungi berbagai
pihak dari perlakuan tidak adil dan tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dalam

hal

pengawasan,

untuk

melaksanakan

tugas

pengawasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang antara lain:
1.

Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan.

2.

Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala
eksekutif.

3.

Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen
dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelakudan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundangundangan di sektor jasa keuangan.

4.

Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan/atau pihak
tertentu.

5.

Melakukan penunjukan pengelola statute.

6.

Menetapkan penggunaan pengelola statute.

7.

Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

8.

Memberikan dan/atau mencabut:
a.

izin usaha;

b.

izin orang perseorangan;

c.

efektifnya pernyataan pendaftaran;

d.

surat tanda terdaftar;

e.

persetujuan melakukan kegiatan usaha;

f.

pengesahan;

g.

persetujuan atau penetapan pembubaran; dan

h.

penetapan lain.

Universitas Sumatera Utara

Sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan, 53 berdasarkan semua pasal yang diuraikan sebelumnya maka tugas
utama OJK tersebut melakukan pengawasan dan membuat peraturan terhadap
semua aktifitas di sektor keuangan termasuk dalam hal ini pengawasan dan
pengaturan terhadap lembaga jasa keuangan lainnya. Adapun tujuan akhir dari
tugas utama lembaga OJK yaitu melindungi masyarakat agar tidak mengalami
kerugian yang besar dalam bernegara dan beraktifitas dengan alat yang
ditawarkan

berbagai

pihak

dengan

selalu

berdalih

untuk

kepentingan

masyarakat.54

E. Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan menurut Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 10 yaitu :
1) Otoritas Jasa Keuangan dipimpin oleh Dewan Komisioner.
2) Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat kolektif dan
kolegial.
3) Dewan Komisioner beranggotakan 9 (sembilan) orang anggota yang
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
4) Susunan Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas
:
a. Seorang Ketua merangkap anggota;
b. Seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
c. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
d. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
e. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap
anggota;
f. Seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
g. Seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan Konsumen;
h. Seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota
Dewan Gubernur Bank Indonesia; dan
53

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan, Pasal 9.
54
Adler Haymans Manurung , Op.Cit.,hlm. 8.

Universitas Sumatera Utara

Seorang anggota Ex-officio dari Kementrian Keuangan yang merupakan
pejabat setingkat eselon I Kementrian Keuangan.
5) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memiliki
hak suara yang sama.
i.

Universitas Sumatera Utara