Hubungan Penderita Arthritis Kronis Yang Ditegakkan Secara Kuesioner Dengan Tes Serologis Penyakit Lime

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit lime merupakan penyakit zoonotik alamiah, yang disebabkan
oleh Borrelia burgdorferi, dengan penyebaran melalui gigitan infeksius
Tungau Ixodes. Kehadiran dan berlimpah tungau ini dalam habitat seperti
hutan, persawahan, semak-belukar, taman rekreasi, angka insidensi berkaitan
langsung dengan paparan cukup lama pada manusia setelah gigitan tungau
sebagai faktor resiko infeksi sebanding dengan insidensi penyakit lime.
Penyakit lime disebut juga lyme borreliosis merupakan gangguan
inflammasi multi-organ, disebabkan oleh infeksi dan respon imun pada genom
patogen spesies Borrelia burgdorferi sensu lato sebagai penyebab.
B.burgdorferi sensu lato kompleks minimal mempunyai13 genospesies. Dari
literatur, terdapat beberapa spesies yang patogen pada manusia yaitu
B.burgdorferi sensu stricto, B.afzelli, B.garinii, ketiga spesies ini berdistribusi
luas antara lain: Amerika Serikat, Eropa (Swedia, Rusia,Polandia, Jerman,
Denmark) serta Asia ( India, Jepang, Cina, Korea, Turki, Taiwan), dan AsiaTenggara (Malaysia). Prevalensi lime diperoleh dari seropositif penyakit lime
berkisar 5,1-26%.
Di Indonesia tidak ada data tentang prevalensi dan insidensi tentang
penyakit lime. Indonesia termasuk salah satu negara tropis dengan hutan yang

cukup luas, tempat rekreasi dan tempat wisata baik pegunungan maupun
pantai. Habitat alam seperti pegunungan, perhutanan, persawahan merupakan
hunian tungau. Binatang liar yang terdapat di alam bebas (hutan), hewan
peternakan dan hewan peliharaan merupakan vektor tungau dan manusia
sebagai host tungau, yang dapat menimbulkan gejala klinis dari yang ringan
sampai memberikan komplikasi pada organ tubuh, akibat adanya bakteri
spirochaeta yaitu Borrelia burgdorferi. B.burgdorferi sensu lato sering
dihubungkan dengan komplikasi seperti : arthritis, uveitis neuroborreliosis
serta

chronic

akrodermatitis

atropicans

(akrodermatitis

atropikans


chronika).Hampir 40 persen tidak merasa digigit tungau dan menyadari

Universitas Sumatera Utara

adanya ruam yang jelas (eritema migran). Apabila terjadi komplikasi
memerlukan pengobatan yang lama dan biaya yang cukup mahal.
Faktor resiko pada terjadinya penyakit lime berkorelasi dengan potensial
terpapar gigitan tungau dan bergantung pada densitas populasi tungau pada
daerah endemis. Dari survei atau penelitian yang gencar dilakukan, kondisi
optimal dalam mempertahankan hidup Tungau Ixodes dapat bersirkulasi
dalam tubuh hewan seperti kucing, anjing, sapi, , kuda, kambing, domba dan
hewan pengerat (tikus,kelinci)
Penyakit lime dapat diketahui dengan menilai seroprevalensi suatu daerah
dan meliputi individu antara lain pekerja hutan, pemandu wisata, mahasiswa
pencinta alam, wisata keluarga di alam, tentara, dan terakhir kontrol pada
donor darah sehat dengan memperbandingkan dengan mengunakan material
dan metode pemeriksaan antigen dari tungau. Diagnostik ditegakkan
berdasarkan antigen penyakit lime dengan ELISA (cukup bermakna), di
negara maju menggunakan tes 2 tahap yaitu tes ELISA dilanjutkan dengan
Western Blot, dikarenakan mereka mempunyai data prevalensi yang cukup

bermakna dari berbagai penelitian yang sering dilakukan, dikarenakan angka
insidensi penyakit lime meningkat setiap tahun.
Pemeriksaan dapat diketahui dengan menggunakan alat tes laboratorium
serologik lime yakni tes ELISA dan tes Westerrn Blot. Tes tersebut dapat
mendeteksi apakah pernah terkena gigitan Tungau Ixodes atau tidak, karena
penderita sering tidak merasakan gejala (seperti gatal) atau tanda ( urtikaria
kemerahan dengan area tengah ruam pucat : Eritema Migran, khas awal
penyakit lime sebesar 60%). Apabila ada antigen tungau terutama IgG
dijumpai, dapat sebagai masukkan bagi klinisi untuk menyadari daerah
tersebut adanya penyakit lime dan mewaspadai

komplikasi lime pada

persendian (arthritis kronis), saraf , jantung , mata dan kulit serta dapat
berdampak pada janin bila ibu terinfeksi waktu hamil.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mencari hubungan

antara arthritis kronis dengan hasil tes serologipositif lime.

1.3 Hipotesis
1. Dijumpai penyakit lime di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli
Serdang.
2. Ada hubungan antara penderita arthritis kronis dengan serologis positif
lime.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui prevalensi penyakit lime setelah dilakukan skrening
mengunakan tes ELISA IgG lime.
1.4.2 Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui seroprevalensi penyakit lime di Kecamtan
Sibolangit, kabupaten Deli Serdang.
2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara arthritis kronis dengan
serologis positif lime
1.5 Manfaat Penelitian :
a.


Mendapatkan angka prevalensi penyakit lime, sebelumnya di Indonesia
belum ada data penelitian tentang lime

b.

Mendapatkan adanya korelasi arthritis kronis

terhadap tes serologi

positif lime, dapat digunakan sebagai salah satu etiologi di dalam
memberikan pengobatan.
c.

Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya

d. Membantu pemerintah sebagai masukan sebagai salah satu program
pengendalian infeksi melalui Departemen Kesehatan RI.

Universitas Sumatera Utara