Hubungan Penderita Arthritis Kronis Yang Ditegakkan Secara Kuesioner Dengan Tes Serologis Penyakit Lime Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan analitik
secara cross-sectional (potong lintang). Mengetahui seberapa besar diketahui
sampel terdeteksi lime dengan tes serologis lime dan ada hubungan penyakit
arthritis kronis dengan penyakit lime.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kecamatan Sibolangit,kabupaten Deli Serdang.
Propinsi Sumatera Utara pada bulan Desember 2016 sampai Januair 2017. Lokasi
Sibolangit terletak sekitar 35 km di jalan Medan-Berastagi dengan ketinggian
lokasi mencapai sekitar 550m dari permukaan laut. Secara geografis Sibolangit
merupakan daerah kehutanan yang mencapai hampir 90%. Pengisian kuesioner
dan pengambilan sampel darah

di KecamatanSibolangit dan dilanjutkan

pemeriksaan tes serologis lime di laboratorium Spektrum, Medan.

3.3Populasi dan Sampel


3.3.1Populasi target
Populasi target dari penelitian adalah dewasa (18-40 tahun), pekerja hutan,
petani, perternakan, sering masuk keluar hutan (pendaki gunung, berkemah,
rekreasi), sawah dengan adanya habitat tungau dan pasien yang mempunyai nyeri
pada persendian dan mempunyai gejala subjektif penyakit lime melalui kuesioner.

3.3.2 Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah subjek (18-40 tahun) dan pasien dengan
arthritis kronis disertai pemeriksaan darah rutin, serum asam urat

dan tes

serologis lime

Universitas Sumatera Utara

3.3.3 Sampel
Sampel merupakan populasi terjangkau yang menemuhi kriteria inklusi
dan eksklusi.


3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi :
Subjek yang bersedia diambil darah setelah menemuhi kriteria kuesioner
1. Subjek penelitian menemuhi syarat kuesioner tentang riwayat tungau dan
gejala yang timbul saat digigit dan gejala radang sendi sesudah digigit
tungau.
2. Pemeriksaan fisik dengan tidak ditemukan pembengkakan sendi dan
deformitas tulang
3. Subjek penelitian tidak mengalami demam dan nyeri sendi akut
4. Subjek bersedia diambil darah.
Kriteria eksklusi:
1. Subjek yang tidak menemuhi kriteria kuesioner dan tidak bersedia diambil
darah.
2. Pasien

yang terdiagnosa RA, OA, gout

dan arthritis septik melalui


anamnessa, pemeriksaan fisik.

3.5. Perkiraan besar sampel
Perhitungan besar sampel dalam penelitian menggunakan rumus deskriptif
kategorik dengan prevalensi diketahui dari daftar kepustakaan.
Jumlah sampel untuk penyakit lime (prediksi prevalensi 10%)
n=Zα² x P x Q

dimana :
n = besar sampel
Zα = deviat baku alpha = 1,96
P

= prevalensi

Q = 1-P

Universitas Sumatera Utara


D = presisi penelitian
n = 34
Sampel penelitian sebanyak 34

3.6 Variabel Penelitian
a) Variabel Tergantung (dependent) : tes serologis lime
b) Variabel Bebas (independent)

: arthritis kronis

3.7 Definisi Operasional
Subjek penelitian yang mengetahui riwayat tungau melalui kuesioner
Definisi operasional

Mengetahui dengan pasti tentang tungau dan
gejala yang timbul saat digigit tungau

Alat ukur

kuesioner


Hasil ukur

Ya atau tidak

Skala ukur

Nominal

Subjek penelitian dengan gejala dan tanda sakit sendi kronis
Definisi operasional

Ada riwayat sakit sendi dalam 1-2 tahun

Alat ukur

kuesioner

Hasil ukur


Ya atau tidak

Skala ukur

Nominal

Subjek penelitian arthritis kronis dinilai menurut kriteria ACR 1987
Definisi operasional

Kriteria RA menurut ACR 1987

Alat ukur

Penilaian dari syarat RA (ya atau tidak)

Hasil ukur

Positif RA bila nilai ACR ≥4/7

Skala ukur


Nominal

Universitas Sumatera Utara

Subjek penelitian arthritis kronis dinilai menurut kriteria EULAR 2010
Definisi operasional

Kriteria RA menurut EULAR 2010

Alat ukur

Penilaian dari syarat RA (ya atau tidak)

Hasil ukur

Positif RA bila nilai ≥6/10

Skala ukur


Nominal

Subjek penelitian dilakukan pemeriksaan darah rutin dan asam urat untuk
menilaileukosit, laju endap darah dan serum asam urat.

Subjek penelitian dilakukan tes selogis lime
Definisi operasional

Semua pasien terdiagnosa arthritis kronis(tidak
RA, OA, gout dan arthritis septik)

Alat ukur

IgG

Hasil ukur

Negatif dan positif

Skala ukur


Nominal

Nilai interpretasi serologi lime :
A. Negatif : 20 U/ml
B. Borderline : 20-25 U/ml
C. Positif : > 25 U/ml

Subjek penelitian positif lime dilanjutka pemeriksaan CRP
Definisi operasional

Semua pasien terdiagnosa arthritis kronis
(tidak RA, OA, gout dan arthritis septik)

Alat ukur

25 U/ml

3.10.8 Cutt-off.
Cut-off pada algeria : 25 U/ml.


Universitas Sumatera Utara

3.11Analisa data
Semua data terkumpul, akan dimasukkan ke dalam sistem komputer dan
diolah menggunakan perangkat lunak statistik

3.12 Kerangka Alur Penelitian

KERANGKA KERJA
Subjek
penelitian
yang
menemuhi
syarat
inklusi

Diberikan keterangan oleh peneliti tentang tujuan dari penelitian,
subjek penelitian mendapat infomen consent dan pengisian
lembaran persetujuan mengikuti penelitian


Memberikan kuesioner untuk diisi setelah itu diberikan izin
pengambilan darah di periksa di lab.Spektrum, Medan

Darah diambil sebanyak 5 cc dibagi dalam 2 tabung : tabung pertama telah diisi EDTA uap
masukkan sebanyak 2 cc dan sisanya ke tabung kedua, setelah itu tabung dari sampel
penelitian dimasukkan dalam wadah berisi es supaya darah tidak rusak dan di bawa ke
lab.Spektrum, Medan untuk diproses sesuai prosedur laboratorium

Pemeriksaan darah meliputi darah rutin, asam urat dan IgG lime
Subjek penelitian IgG lime positif dilanjutkan pemeriksaan faktor rheumatoid,
anti-MCV dan CRP

Gambar 13. Gambar alur penelitian

3.13Etika Penelitian
Sebelum dilakukan pengumpulan data terhadap subjek penelitian, peneliti
melakukan ethical clearence terlebih dahulu keapda Komisi Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1.Gambaran umum statistik hasil penelitian
Penelitian dilakukan dengan pengambilan 41 subjek penelitian dengan
kuesioner tentang distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik, berdasarkan
paparan tungau, berdasarkan, riwayat sakit sendi,pemeriksaan darah rutin, asam
urat, tes serologis IgG lime, dan dinilai menurut kriteria ACR 1987 dan EULAR
2010 pada tes serologis positif lime.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan karakteristik
Karakteristik responden
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan

n

%

6 14,6
35 85,4

Umur (tahun)
18-23
24-29
30-35
>35

2
9
12
18

4,9
22,0
29,2
43,9

Pekerjaan
Petani ladang
IRT
Wiraswasta
Bidan

25
11
3
2

61,0
26.8
7,3
4,9

Desa tempat tinggal
Desa Betismus Baru
Desa Puang Aja
Desa Sembahe
Desa Bingkawan

0
0
6 14,6
17 41,5
18 43,9

Jenis kelamin mayoritas subjek penelitian perempuan dengan rentang usia
terbanyak di atas 35 tahun (36-40 tahun), dengan pekerjaan terbanyak sebagai
petani ladang dan Desa Bingkawan terbanyak sebagai subjek penelitian

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 Distribusi frekuensiberdasarkan paparan tungau
Paparan tungau
Riwayat gigitan tungau
Pernah digigit tungau
Tidak pernah digigit tungau

n

%

41
0

100
0

Mengetahui saat digigit tungau
ya
Tidak

35 85,4
6 14,6

Lokasi tersering digigit tungau
Tangan
8
Kaki
7
Perut
7
Ketiak
5
Telinga
3
Punggung
2
Dan lain-lain*
9
*: pusar, paha, leher, kelopak mata, paha, kepala

19,5
17,1
17,1
12,2
7,3
4,9
21,9

Seluruh subjek penelitian merasakan riwayat gigitan tungau, akan tetapi
hanya sekitar 85% mengetahui saat gigit tungau dengan lokasi tersering pada
tangan, kaki dan perut.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan gejala kulit akibat gigitan tungau

Gejala kulit yang dirasakan

n %

Gatal
Ya
Tidak

41 100
0 0

Bengkak
Ya
Tidak

38 92,7
3 7,3

Sakit
Ya
Tidak

39 95,1
2 4,9

Merah (EM)
Ya
Tidak

39 95,1
2 4,9

Panas
Ya
Tidak

12 29,3
29 70,7

Universitas Sumatera Utara

Seluruh subjek penelitian merasakan gatal pada kulit, 85,4% terasa
bengkak disekitar gigitam tungau, mengetahui ruam EM dan sakit saat gigitan
95,1% dan merasakan panas di kulit. 29.3%
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan gejala sering timbul setelah gigitan
tungau (1-2 ahun)
Gejala sering dirasakan setelah gigitan tungau
Seperti flu
Demam
Ya
Tidak

30 73,2
11 26,8

Sakit kepala
Ya
Tidak

37
4

Gejala rematik
Arthralgia
Ya
Tidak

35 85,4
6 14,6

Sakit sendi
Ya
Tidak

n

%

90,2
9,8

41 100
0
0

Subjek penelitian merasakan gejala seperti flu yaitu demam 73,2% dan
sakit kepala 90,2%, gejala rematik seperti sakit sendi dirasakan pada seluruh
subjek penelitian dan arthralgia 86,4%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi berdasarkan pemeriksaan darah rutin dan asam urat
Pemeriksaan darah
Leukosit
normal
Meningkat

n

%

32
9

78
22

Neutrofil
Normal
Meningkat

33
8

80,5
19,5

Eosinofil
Normal
Meningkat

16
25

39
61

Laju endap darah
Normal
Meningkat

24
17

58,5
41,5

Asam urat
Normal
Meningkat

30
11

73,2
26,8

Subjek penelitian dalam pemeriksaa darah sebagian besar mempunyai
darah rutin normal seperti leukosit (78%), neutrofil (80,5%) dan laju endap darah
(58,5%) dan asam urat (73,2%), akan tetapi eosinofil meningkat sekitar 61%
Selanjutnya subjek penelitian dinilai menurut manifestasi klinis rematik
yakni arthralgia dan nyeri sendi , pemeriksaan fisik pada seluruh subjek penelitian
tidak ditemukan pembengkakan dan peradangan persendian, seluruh subjek
penellitian tidak terdapat deformitas tulang dan juga tidak dijumpai tophus pada
jempol kaki, saat pemeriksaan semua subjek penelitian tidak demam dan
mengalami nyeri sendi akut.
Atas penilaian berdasarkan riwayat adanya paparan tungau dan gejala
klinis akibat gigitan tungau, riwayat sakit sendi, pemeriksaan fisik , seluruh subjek
dilalakukan tes serologis (ELISA IgG lime), dan terdeteksi tiga subjek penelitian
positif lime dan satu sujek penelitian mempunyai nilai batas ambang.tes lime.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6 Tes serologis lime
Tes ELISA Borrelia IgG
Negatif ( < 20U/ml)
Borderline (20-25U/ml)
Positif (>25U/ml)

n
37
1
3

%
90,24
2,44
7,32

Diperoleh sero-prevalensi 7,3% penyakit lime di Kecamatan Sibolangit,
Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Satu pasien yang borderline dinyatakan
negatif dikarenakan cut-off tes IgG lime di atas 25 U/ml
Tiga subjek penelitian positif lime IgG dilanjutkan pemeriksaan CRP, RF
dan anti MCV
Tabel 4.7 Hasil pemeriksaan CRP, RF dan anti MCV pada pasien positif lime
Tes profil rematik

n

%

Normal

2

66,7

Meningkat

1

33,3

Positif

3

100

Negatif

0

0

CRP

Rheumatoid faktor

Anti MCV
Positif

2

66,7

Negatif

1

33,3

Tes profil rematik dilakukan pada tiga subjek penelitian positif lime,
didapatkan sebesar 66,7% CRP dalam batas normal , faktor rheumatoid positif
100%, dan anti MCV positif sebesar 66,7%.

Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Aktivitas Dan Pola Hidup Masyarakat Kecamatan Sibolangit
Kecamatan Sibolangit mempunyai jumlah penduduk sekitar 19.724 jiwa
(tahun 2005), mempunyai 30 kelurahan/desa, dengan kawasan sekitar termasuk
kawasan hutan atau hutan lindung, dengan mayoritas pekerjaan adalah petani
ladang, pekerja aren dan pekerja karet.
Peneliti mengambil subjek penelitian di Puskesmas Sibolangit di
Kelurahan/Desa Puang aja, Desa Betimus Baru, Desa Sembahe, dan Desa
Bingkawan. Masyarakat di Kecamatan Sibolangit tidak koperatif dalam
pengambilan darah, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, dikarenakan mereka
takut akan kehilangan darah, merasa lemas bila telah diambil darah, takut melihat
jarum suntik. Masyarakat di Kecamatan Sibolangit terutama kaum perempuan
senang mengkonsumsi sirih (smokeless Tobacco) dari usia remaja sampai usia
lanjut. Mereka mengkonsumsi sirih perhari 3-6 kali, berasumsi dapat memperkuat
gigi, menyembuhkan sakit gigi, supaya mulut tidak bau. Masyarakat Sibolangit
sering mengadakan pesta minimal 1 kali per-minggu, tak jarang 2-3 kali perminggu, pola atau diet makanan, mereka senang mengkonsumsi jeroan dan
makanan bersantan.
Masyarakat Sibolangt sangat antusias setelah paparan slide yang
disampaikan peneliti tentang rematik (radang sendi kronis) dapat disebabkan oleh
kutu/tungau. Masyarakat Sibolangit memberikan masukan kepada peneliti bahwa
gambar kutu yang diperlihatkan slide banyak dijumpai di Kecamatan Sibolangit
dan kutu tersebut banyak hinggap di tubuh anjing terutama di telinga, babi hutan
dan para pekerja hutan baik petani ladang juga sering digigit kutu sewaktu mereka
bekerja di hutan, kadang kadang juga tidak tahu digigit kutu, tiba tiba timbul
bercak merah di luar dengan daerah pucat di tengahnya. Gejala yang dirasakan
terutama gatal, kadang nyeri dan hilang dalam 1-2 minggu. Kutu kulit keras di
Sibolangit dinamakan Chikabek (Bahasa Karo), berarti kutu anjing.
Peneliti sewaktu mengadakan sosialisasi penelitian, peneliti mendapati
banyak masyarakat usia di atas 50 tahun menderita radang sendi kronis, sering
didiagnosa remantik akibat asam urat, keropos tulang, dimana tidak terdapat

Universitas Sumatera Utara

gambaran tophus dan bengkak terutama pada jempol kaki yang disertai rasa nyeri
dan tidak ada kelainan bentuk pada anggota gerak atas dan bawah. Sewaktu
melakukan survei tentang gambaran tentang penyakit lime dapat menyebabkan
rematik, para-medis (perawat dan bidan di Puskesmas Sibolangit) juga
memberikan masukan kepada peneliti bahwa ada beberapa pasien usia remaja
(kira kira 18-25 tahun) sering mengeluh sakit sendi tak kunjung sembuh, setelah
pemberian obat sakit sendi, juga melalui berbagai pemeriksaan darah meliputi
asam urat dan foto rontgen serta pemeriksaan fisik, semuanya dalam keadaan
normal.
4.1.3 Penyeleksian subjek penelitian lime positif dengan keluhan arthritis kronis
menurut skoring ACR1987 dan EULAR 2010
Kriteria subjek penelitian positif lime menurut kriteria ACR 1987
Kriteria ACR

ST

AG

HD

Kaku pada persendian pagi hari

< 1 jam

< 1 jam

< 1 jam

minimal 1 jam
Arthritis minimal 3 atau lebih
pada area persendian

Arthritis pada persendian

Jari tangan kiri, lutut
(-)

KakiKaki
(-)(-)

Ya

-----

----

Arthritis bersifat simetris

-----

------

-------

Ada nodul rheumatoid

-----

------

------

Serum faktor rheumatoid

(+)

(+)

(+)

Nilai

2

1

1

tangan minimal lebih dari 1

Tabel 4.8 kriteria RA mnenurut ACR 1987,ACR, American College of Rheumatology

Ketiga subjek penenelitian positif lime tidak dilakukan foto radiologis.

Universitas Sumatera Utara

Kriteria subjek pennelitian menurut EULAR 2010
Kriteri EULAR

ST

AG

HD

Jari tangan, Lutut

Kaki

Kaki

(2)

(0)

(0)

RF (+) dan anti MCV (+)

RF (+) dan anti MCV (+)

RF (+) dan anti MCV (-)

(2)

(2)

(2)

LED (N) dan CRP (N)

LED (N) dan CRP (Abn)

LED (N) dan CRP (N)

(0)

(1)

(0)

Di atas 6 minggu

Di atas 6 minggu

Di atas 6 minggu

(1)

(1)

(1)

5

4

3

2010
Keteribatan sendi

Tes serologis

Reaksi fase akut

Durasi simptom

Nilai

Tabel 4.9 kriteria RA menurut EULAR 2010 , EULAR, European League Against Rheumatism

Tiga subjek penelitian disimpulkan baik berdasarkan kriteria ACR dan
EULAR menderita arthritis kronis,tidak memenuhi kriteria RA, OA, gout dan
arthritis septik, maka kesimpulan diperoleh adanya hubungan penderita arthritis
kronis dengan tes serologis positif lime

4.2. Pembahasan
Setelah dilakukan survei dan penyuluhan di Desa Bestimus Baru, Desa
Puang Aja, Desa Sembahe dan Desa Bingkawan. Dilihat dari ke-4 desa
merupakan pemukiman yang berdekatan dengan kawasan hutan dan hutan
lindung, pekerjaan mayoritas penduduk setempat petani ladang. Daerah tempat
masyarakat Sibolangit bekerja banyak ditemukan kutu dengan kulit keras,daerah
gigitan merah di pinggir dengan picat di tengah, penduduk kadang kadang tidak
merasakan gigitan kutu, tiba tiba timbul bercak merah sekeliling disertai gejala
gatal, panas dan sakit. Kadang kadang meriang. Kutu juga banyak ditemukan di
anjing dan babi hutan, kutu dinamakan Chikabek (bahasa karo),
Setelah penyuluhan dan tanya jawab seputar aktivitas, penduduk
Sibolangit tidak menyadari bahwa gambaran kutu tersebut banyak di dapat di

Universitas Sumatera Utara

daerah pemukiman dengan lingkungan sekitarnya langsung hutan. Hampir seluruh
penduduk di kecamatan Sibolangit dikatakan pernah digigit kutu, baik anak kecil
maupun dewasa. Hewan peliharaan seperti anjing, kucing, babi, antara penduduk
yang memelihara hewan dengan tidak memelihara, sama-sama saja sering kali
menemukan gigitan tungau di kawasan pemukiman dikarenakan rumah
berdekatan.
Responden pada perempuan sekitar 86%, dimana penduduk di
Kec.Sibolangit perempuan sangat peduli terhadap penyakit. Sangat disayangkan
kaum pria sangat takut diambil darah dengan berbagai alasan misalnya takut
jarum suntik, takut akan kekurangan darah dan terasa lemas setelah diambil darah,
takut ketahuan akan penyakit. Usia respoden paling banyak pada usia 36-40 tahun
sebesar 46,3%. Pekerjaan respoden dijumpai 58,5% adalah petani ladang,
pekerjaan seperti IRT, wiraswasta dan bidan, mereka juga sering keluar masuk
hutan.
Dari kuesioner penelitian yang disebarkan tentang riwayat pernah digigit
tungau, semua respoden mengisi ya (100%), sekitar 85,4% mengetahui saat
digigit tungau di daerah terbanyak di tangan (19,5%), perut, kaki (17,1%) dan
ketiak (12,2%). Keluhan gatal dirasakan setelah gigitan tungau, sebagian besar
juga melihat bercak merah di pinggir dengan pucat di tengah (EM)

dan

merasakan sakit mencapai 95,1%,. Kuesioenr juga meliputi tentang gejala
subjektif yang dirasakan 1-2 tahun, peneliti menbagi menjadi tiga bagian antara
lain gejala seperti flu, gejala rematik, gejala saraf dan gejala psikiatri.
Gejala seperti flu yakni demam mencapai 73,2% dan sakit kepala sekitar
90,2%. Gejala rematik yaitu kaku pada leher, bahu, punggung dan jari tangan
mencapai 85,4% responden, semua subjek penelitian merasakan sakit sendi.
Seluruh subjek penelitian sebanyak 41 yang diperoleh dari kuesioner
dilakukan pemeriksaan darah rutin dan asam urat. Saat pengambilan darah subjek
penelitian tidak ada yang mengalami demam dan nyeri sendi akut.
Pemeriksaan darah rutin dijumpai leukositosis sebesar 22%, diuraikan lagi
dijumpai neutrofilia 19,5% dan eosinofilia (61%), dengan laju endap darah

Universitas Sumatera Utara

meningkat sebesar 58,5%. Kebiasaan penduduk suka makan sirih (3-6x/hari)
dengan berbagai sebab antara lain kebiasaan, biar gigi tidak sakit, gigi kuat, akan
tetapi peneliti mendapat banyak gigi responden, terutama gusi tidak bagus
(Sushobhan Biswas, et.al, 2015).
Asam urat darah responden berlebihan (hiperurisemia) sekitar 26,8%,
hiperurisemia pada subjek penelitian ini tidak ditemukan nodul dan sakit sendi
akut, hiperurisemia pada respoden, dikarenakan kebiasaan masyarakat setempat
sering mengadakan pesta tidak jarang 3x/minggu, diet makanan penduduk di
Kec.Sibolangit tinggi purin, yakni senang jeroan. Peneliti mendapat jurnal bahwa
hiperurisemia tidak terbatas pada gout, lebih berkaitan pada gangguan metabolik,
hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan batu ginjal (Laura Billiet, et.al, 2014).
Sebanyak 41 subjek penelitian diteliti lagi apakah menderita arthritis
menurut gejala klinis rematik, ada deformitas tulang pada ektremitas superior dan
inferior, demam, sakit sendi akut dan bengkak serta nodul pada sendi jempol kaki.
Seluruh 41 respoden arthritis kronis tidak termasuk RA, OA, gout dan arthritis
septik diteruskan pemeriksaan ELISA IgG tes lime. Di dapati 3 subjek penelitian
positif (>25U/ml) dan sisanya negatif. Tiga positif lime berasal dari Desa
Sembahe, berarti adanya penyakit lime di Kecamatan Sibolangit pada penderita
arthritis kronis tes lime
Tiga sampel positif lime dilanjutkan pemeriksaan darah (CRP, RF, anti
MCV). Hasil pemeriksaan yang didapat 3 sampel positif RF, 2 sampel positif anti
MCV dan 1 sampel CRP meningkat sedikit. Ketiga subjek penelitian diteliti lagi
berdasarkan EULAR 2010, ketiga subjek penelitian tidak memenuhi kriteria RA,
OA, gout dan arthritis septik dan dapat disimpulkan adanya hubungan arthritis
kronis dengan tes serologis positif lime.
Faktor rheumatoid dapat dijumpai pada individu normal, pada pasien
menderita penyakit autoimun lain seperti primary Sjogren syndrome, penyakit
mixed connective tisssue dan RF positif pada penyakit infeksi kuman yakni
infeksi

bakteri

endokarditis

subakut

dan

infeksi

hepatitis

C,

infeksi

cytomegalovirus dan infeksi Epstein-Barr virus (Francesca Ingegnoli, et.al.,2013

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pada penderita arthritis kronis ditegakkan secara kuesione terdapat 3 (tiga)
positif lime dan diperoleh sero-prevalensi sebesar 7,3%
5.2. Saran
a) Sebagai masukan pada pemerintah terutama dinas kesehatan setempat dan
pusat serta instansi terkait untuk waspada bahwa terdapat sero-prevalensi
penyakit lime di Kec.Sibolangit, Tungau Ixodes merupakan vektor dari
kuman Borrelia
b) Dinas kesehatan setempat dapat memberikan penyuluhan tentang
pencegahan tentang cara untuk menghindari gigitan tungau (banyak jenis),
dimana penduduk banyak merasakan keluhan gatal setiap hari dan
diperkuat dengan kadar eosinofil yang meningkat, sebagai tanda alergi,
bukan merupakan penyebab dari penyakit lime.
c) Penelitian berkelanjutan sebaiknya dilakukan sebagai umpan balik kepada
masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap manisfestasi
klinis tungau pada sendi.

Universitas Sumatera Utara