Kejadian Dalam Bahasa Batak Toba: Kajian Metabahasa Semantik Alami Chapter III V
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Secara geografis, penutur bahasa Batak Toba tinggal di Kabupaten Tapanuli
Utara, Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Toba Samosir
yang berada di tengah wilayah Provinsi Sumatera Utara, yakni di punggung Bukit
barisan yang terletak di antara 1˚ 20˚ 4 LU dan 98˚10- 90˚35’BT.
Penelitian ini dilakukan di Desa Tinggir Nipasir Kecamatan Laguboti
Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih karena masyarakat di
daerah tersebut adalah masyarakat homogen, yaitu bersuku Batak Toba sehingga
interferensi dari bahasa lain sangat kecil. Luas pemukiman Desa Tinggir Nipasir
adalah 124 Ha. Desa ini terbagi atas dua dusun, dusun I bernama Desa Gompar
Sigiring dan dusun II bernama Banua Luhu dengan jumlah penduduk sebanyak 553
jiwa, yang terdiri atas 309 perempuan dan 286 laki-laki. Mayoritas pencaharian
penduduk setempat adalah petani (90%), pegawai negeri sipil (3%), dan wiraswasta
(7%).
Desa Tinggir Nipasir berbatasan denga Desa aruan sebelah Utara, Desa
Pardinggaran sebelah Selatan, Kelurahan Pasar Laguboti sebelah Timur, dan Desa
Lumban Binanga sebelah Barat (Badan Pusat Statistik 2016).
18
Universitas Sumatera Utara
3.2 Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data lisan dan data tulis.
Data lisan diperoleh dari penutur bahasa Batak Toba yang ditentukan berdasarkan
beberapa kriteria, antara lain:
1. berjenis kelamin pria atau wanita.
2. berusia 25-65 tahun.
3. Orang tua, istri/suami informan yang dibesarkan di desa itu serta jarang/tidak pernah
meninggalkan desanya.
4. Berpendidikan maksimal tamat sma.
5. Berstatus sosial menengah (tidak rendah/tidak tinggi dengan harapan tidak terlalu
tinggi mobilitasnya.
6. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya.
7. Sehat jasmani dan rohani (Mashun, 1995: 106).
Data tulis diperoleh dari Kamus Bahasa Batak Toba (J.Warneck, 2011) dan juga
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, dkk. 2008).
Data intuisi juga
digunakan untuk menguji keberterimaan yang didapatkan dari informan.
3.3
Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
metode simak dan metode cakap (Sudaryanto,1993:133-137). Data lisan dikumpulkan
dengan menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap, yang bertujuan
19
Universitas Sumatera Utara
untuk menyadap
pembicaraan antara penutur dengan teliti dan cermat. teknik
lanjutan berupa teknik sibat cakap, yaitu peneliti terlibat langsung dalam dialog
dengan informan. Pada topik pembicaran peneliti berusaha memunculkan calon data
sambil merekam pembicaraan (Sudaryanto,1993:133).
Selanjutnya, metode cakap dengan teknik dasar teknik pancing . Dengan
teknik pancing,
peneliti memancing informan untuk memunculkan data yang
diinginkan. Penerapan teknik pancing didukung teknik cakap semuka, teknik rekam,
dan teknik catat. Teknik cakap semuka diterapkan dengan cara peneliti melakukan
percakapan langsung dan bertatap muka dengan narasumber. Dalam hal ini, peneliti
mengarahkan topik pembicaran sesuai dengan kepentingan untuk memperoleh data
yang diharapkan sambil merekam pembicaraan.
Data verba proses kejadian yang telah dikumpulkan dikelompokan
berdasarkan ciri semantisnya yaitu dinamis, pungtual dan aspek. Tahapan-tahapan
pengelompokan data ialah sebagai berikut:
1. Menentukan butir leksikal yang termasuk ke dalam verba kejadian
dengan criteria berikut:
•
Mengandung ciri ketidaksengajaan.
•
Memiliki ciri entitas non insani. Misalnya, bunga pada
bunga itu mekar.
20
Universitas Sumatera Utara
2. Mengelompokkan proses kejadian berdasarkan ciri semantis. Misalnya
ciri entitas bernyawa (tubu ‘tumbuh’, melos ‘layu’ dan lomak ‘mekar’)
dan tidak bernyawa. ( ponggol ‘patah’, siltak ‘retak’, dan bola ‘belah;)
3. Mengelompokkan verba kejadian berdasarkan kesamaan komponen
semantis. Misalnya, ‘sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang
yang melakukan sesuatu’ (tubu ‘tumbuh’ dan tidos ‘mati’).
3.4 Metode dan Teknik Pengkajian Data
Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode padan dan
metode agih. Untuk menentukan kategorisasi verba kejadian digunakan metode
padan dan metode agih.
Metode padan dengan teknik pilah unsur penentu
dilakukan untuk mengidentifikasi butir-butir leksikal yang secara intuitif
tergolong verba kejadian dan untuk menetapkan kategorisasi verba kejadian.
Butir-butir leksikal yang termasuk verba
kejadian dikumpulkan dan
dikelompokkan berdasarkan ciri semantisnya. Metode agih dilakukan dengan
teknik perluas untuk mengetahui perilaku verba.
Verba proses kejadian yang memiliki ciri yang sama dikelompokkan pada
komponen semantis yang sama . Contoh, rotap ‘putus’, ponggol ‘patah’, ribak
‘robek’ berada pada kategori yang sama yaitu verba kejadian mengacu pada entitas
tidak bernyawa. Komponen semantisnya ‘SESUATU TERJADI PADA SESUATU
KARENA SESEORANG MELAKUKAN SESUATU’.
Contoh:
(8) a.
Ribak
karotas
i.
21
Universitas Sumatera Utara
robek
kertas
DEM.
‘Kertas itu robek’.
b.
Iribakkon
PAS. robekkan
anggi
adik
karotas i.
kertas DEM.
‘Adik merobekkan kertas itu’.
Untuk menganalisis dan membandingkan makna digunakan metode agih.
Teknik analisis yang digunakan ialah teknik ganti untuk menguji perilaku verba
kejadian di dalam kalimat dan teknik parafrase. Misalnya, untuk mengetahui makna
magopu ’hancur’ dibanding dengan kata lain dalam satu ranah semnatis seperti
maropuk ‘hancur’, tampak pada contoh dibawah ini
(9)a Magopu / ?maropuk
?magopu/maropuk
do eme
T padi
na
igiling
nattoari
i.
Konj PAS.giling kemarin Dem.
‘Padi yang digiling kemarin hancur’.
b.
? Magopu/ maropuk
?magopu/maropuk
do karupuk na
T
I
bagas tas
kerupuk Konj Pre dalam
si Rina
tas
Prep
Rina
‘Kerupuk yang didalam tas diduduki Rina hancur’.
Berdasarkan contoh (9a) verba magopu ‘ hancur’ memiliki ciri tersendiri
yaitu adanya perubahan dari padi menjadi beras. Pada kenyatannya beras lah yang
hancur. Hal ini disebabkan karena kurang kering padi yang dijemur dan langsung
22
Universitas Sumatera Utara
digiling atau pada saat padi masi dalam keadaan panas dan langsung digiling.
Maropuk terjadi karena diduduki ataupun terinjak seseorang. Magopu ‘hassur’
berobjekkan beras sedangkan , maropuk ‘hancur’ berobjekkan kerupuk atau
makanan ringan.
magopu ‘hancur’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah BEBERA PABAGIAN YANG SANGAT KECIL
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
maropuk ‘hancur’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah BEBERAPA BAGIAN KECIL
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
Komponen (c) pada skenario magopu ‘hancur’ objeknya ditandai dari satu
bagian berubah menjadi beberapa bagian kecil dari sebelumya sedangkan, pada
verba maropuk ‘hassur’ objeknya ditandai dari satu bagian berubah menjadi
beberapa bagian kecil.
3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis data
Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan formal
(Sudaryanto, 1993:145). Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata23
Universitas Sumatera Utara
kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah dengan perumusan tanda dan
lambang- lambang. Lambang yang dimaksud adalah huruf singkatan kata (PAS,
AKT, KONJ, PREP, T, DEM) Tanda yang dimaksud diantaranya: tanda kurang (-),
tanda kurung biasa(()), tanda tanya (?) tanda garis miring (/) dan tanda bintang (*).
Penggunaan tanda-tanda ini disebut teknik dasar , memperjelas contoh-contoh data.
24
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KATEGORISASI DAN MAKNA
VERBA KEJADIAN DALAM BAHASA BATAK TOBA
4.1 Pengantar
Pada bab ini dijelaskan kategorisasi dan makna verba kejadian dalam bahasa
Batak Toba. Kategori verba kejadian dalam bahasa Batak Toba dijelaskan dengan
komponen ‘SESUATU TERJADI PADA SESEORANG/ SESUATU KARENA
SESEORANG YANG LAIN MELAKUKAN SESUATU’. Makna verba kejadian
dalam bahasa Batak Toba dianalisis sesuai dengan kategorinya. Analis makna verba
kejadian dilakukan teknik parafrase.
4.2
Kategori ‘sesuatu terjadi pada sesuatu/seseorang karena seseorang yang
lainmelakukan sesuatu’
Kategori verba kejadian dalam kajian ini diilustrasikan dengan komponen
semantis ‘sesuatu terjadi pada sesuatu/seseorang karena seseorang yang lain
melakukan sesuatu’. Verba kejadian dibedakan atas dua subkategori, yaitu entitas
bernyawa (sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang yang lain melakukan
sesuatu) dan entitas tidak bernyawa (sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang
yang lain melakukan sesuatu.
Butir-butir leksikal verba kejadian yang termasuk dalam entitas bernyawa
adalah tubu ‘tumbuh’, melos ‘layu’, tidos ‘mati’ dan lomak ‘mekar’. Untuk entitas
25
Universitas Sumatera Utara
tidak bernyawa butir leksikalnya meliputi, ponggol ‘patah’, tipul ‘patah’, suak
‘patah’, ruppak ‘patah’, biltak ‘retak’, siltak ‘retak’, ropuk ‘hancur’, magopu
‘hancur’, sarsar ‘pecah’,possa ‘pecah’, busbas ‘berlubang’, bossor ‘bocor’, pultak
‘pecah’, malala ‘meleleh’, lamot ‘lumat’, busuk ‘busuk’, basi ‘basi’dan bola ‘belah’.
sesuatu terjadi pada sesuatu/seseorang karena seseorang yang lain melakukan
sesuatu
Entitas bernyawa
Entitas
tidak
bernyawa
( tubu ‘tumbuh’, lomak ‘mekar’,
( ponggol ‘patah’, tipul'
patah’, gotap
Melos ‘layu’ dan mate)
‘putus’, rotap ‘putus’, ribak
‘robek’,
siltak ‘retak’. biltak ‘retak’,
ropuk.
Gambar 4. 1 Kategori verba kejadian
Ciri utama yang membedakan verba kejadian yaitu entitas bernyawa dan
entitas tidak bernyawa . Selain itu, objek juga menentukan verba kejadian, seperti,
kayu , gelas, tali, papan ,triplek, buah, tanaman dan benda lainnya.
Lebih jauh kategori verba kejadian dielaborasi dengan tes kausatif. Tes
kausatif ini akan menunjukkan adanya sebab akibat antara agen dan pasien. Verba
proses kejadian ponggol ‘patah’, tipul ‘patah’ gotap ‘putus’, ribak ‘ robek’ dan siltak
‘retak’ dielaborasi dengan tes kausatif yang diilustrasikan sebagai berikut.
26
Universitas Sumatera Utara
(10) a. Soban
i
kayu bakar
ponggol/tipul.
Dem
patah/ patah
‘Kayu bakar itu patah’.
b.
Iponggolhon/ itipulhon
haha
PAS.patahkan/PAS. patahkan
soban
abang kayu bakar
i.
Dem.
‘Abang mematahkan kayu bakar itu’.
Pada (10a) tampak sesuatu terjadi yaitu ponggol ‘patah’ dan (10b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru haha
‘abang’yang berperan sebagai penyebab. Soban ‘kayu bakar’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(11) a. Ribak
hepeng
robek uang
i.
Dem
‘Uang itu robek’.
b
Iribakon
PAS.robekkan.
si
Prep
Lasma hepeng
i.
Lasma
Dem
uang
‘ Lasma merobekkan uang itu.
Pada (11a) tampak sesuatu terjadi yaitu ponggol ‘patah’ dan (11b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru haha
‘abang’yang berperan sebagai penyebab. Soban ‘kayu bakar’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(12) a. Gotap/rotap
putus/puus
tali
i.
tali
Dem
‘ Tali itu putus’.
b.
Igotaphon/ Irotaphon
hami tali
i.
27
Universitas Sumatera Utara
1tg T
memutuskan 1Jmk ta
Dem
‘Aku yang memutuskan tali plastik itu’.
Pada (12a) tampak sesuatu terjadi yaitu gotap ‘putus’ dan (12b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru hami
‘kami’ yang berperan sebagai penyebab. Tali ‘tali plastik’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(13) a. Nunga
siltak/biltak
sudah retak/retak
galas on.
gelas
Dem
‘Gelas ini sudah retak’.
b.
Isiltakon/ibiltakon
huting galas
on.
PAS.retak / PAS.retak
kucing gelas
Dem.
‘Kucing meretakkan gelas itu’.
Pada (13a) tampak sesuatu terjadi yaitu ponggol ‘patah’ dan (13b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru huting
‘kucing’ yang berperan sebagai penyebab. galas ‘gelas’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
4.2.1. Subkategori ‘sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang yang lain
melakukan sesuatu’
Komponen ini ada karena sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang
melakukan sesuatu yang menyebabkan adanya verba kejadian. Komponen ini
mengacu pada tubu ‘tumbuh’, melos ‘layu’, lomak ‘mekar, mate ‘mati’. Butir leksikal
28
Universitas Sumatera Utara
tersebut memiliki kategori yang sama dan akan dianalisis melalui tes kausatif untuk
melihat perilaku verba proses kejadian.
(14)a. Melos/ tubu
tomat
Layu/tumbuh
i.
tomat Dem.
‘Tomat itu layu’.
b.
Imeloshon/*itubuhon
oma
PAS.layukan/PAS.tumbuhkan
ibu
tommat
tomat
i.
Dem.
‘Ibu melayukan/menumbuhkan tomat itu’.
Pada (14a) tampak sesuatu terjadi yaitu melos ‘layu’ dan (14b) sesuatu terjadi
karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru
haha
‘abang’yang berperan sebagai penyebab. bulung ni tommat ‘daun tomat’ menjadi
pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(15) a. Lomak bulung
mekar
daun
ni
sabe
Pos
cabai
nami.
1Jmk
‘Daun cabai rawit kami mekar i’.
b.
Ilomakkon
Pas.mekarkan
bapa
bapak
bulung ni
daun
sabe
nami.
Pos cabai
1Jmk
‘Ibu memekarkan daun cabai kami’.
Pada (15a) tampak sesuatu terjadi yaitu lomak ‘mekar’ dan (15b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru oma
‘ibu’ yang berperan sebagai penyebab. bulung ni sabe‘ daun cabai’ menjadi pesebab
yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
29
Universitas Sumatera Utara
(16) a. Nunga
sudah
tidos suhat
mati talas
i.
Dem
‘Talas itu sudah mati’.
b.
Itidoshon
oma
suhat
i.
PAS.matikan
ibu
talas
Dem
‘Ibu mematikan talas itu.
Pada (16a) tampak sesuatu terjadi yaitu tidos ‘mati’ dan (16b) sesuatu terjadi
karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru
oma ‘ibu’
yang berperan sebagai penyebab. suhat ‘talas.’ menjadi pesebab yang dikenai
tindakan atau yang mengalami akibat
4.2..2 Subkategori ‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan
sesuatu’
Komponen ini ada karena sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang
melakukan sesuatu. Butir leksikal verba kejadian pada subkategori ini adalah ponggol
‘patah’, tipul ‘patah’, rotap ‘putus’, gotap ‘putus’, ribak ‘ robek’, siltak ‘retak’, biltak
‘retak’, ropuk ‘hancur’, magopu ‘hancur’, getem ‘lapuk’, retes ‘lapuk’, ruppak
‘patah’, suak ‘patah’, sarsar ‘pecah’, possa ‘pecah’, busbas ‘berlubang-lubang’,
bossor ‘bocor’, pultak ‘pecah’, malala ‘meleleh’, mengge ‘larut’, lamot ‘lumat’, suda
‘habis’, busuk ‘busuk’, basi ‘basi’ dan bola ‘belah’. Butir leksikal tersebut merupakan
karegori entitas tidak bernyawa dan akan dianalisis menggunakan tes kausatif untuk
melihat verba proses kejadian.
(17) a. Ropuk/magopu
hancur/hancur
karupuk na
i
bagas palastik
kerupuk Konj Prep dalam
plastik
i.
Dem
30
Universitas Sumatera Utara
‘Kerupuk yang di dalam plastik itu hancur’.
b.
Iroppukkon/igopuhon
anggi
karupuk
na
i
bagas
palastik i.
PAS.hancurkan/PAS.hancurkan
adik
kerupuk
Konj di dalam plastik
Dem
‘Adik menghancurkan kerupuk yang di dalam plastik itu’.
Pada (17a) tampak sesuatu terjadi yaitu ropuk ‘hancur’ dan magopu ‘hancur’,
(17b) sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan
argumen baru anggi ‘adik’ yang berperan sebagai penyebab. karupuk ‘kerupuk’
menjadi pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(18) a. Nunga
sudah
getem/retes
lapuk/lapuk
abit
na
lemari
on.
kain
konj
lemari
Dem
‘Kain yang di lemari ini sudah lapuk’.
b.
Igetemhon/ ireteshon
ngitngit
abit
PAS,lapukkan/PAS.lapukkan serangga kain
na
i
Konj
Prep
lemari on.
lemari
Dem
‘Serangga melapukkan baju yang disimpan di lemari ini’.
Pada (18a) tampak sesuatu terjadi yaitu getem ‘lapuk’ dan retes ‘lapuk’, (18b)
sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen
baru ngitngit ‘serangga’ yang berperan sebagai penyebab. Abit
‘kain’ menjadi
pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(19) a. Ruppak/suak
patah/patah
hau
ni
gadong
pohon Pos gadong
nami
1Jmk
nattoari.
kemarin
‘ Pohon durian kami patah kemarin’.
31
Universitas Sumatera Utara
b.
Iruppakon/isuakon
anggi
hau
ni
gadong
ni
namboru
nattoari.
PAS.patahkan
adik
pohon
Pos
ubi
Pos
tante
kemarin
‘ Adek mematahkan pohon ubi tante kemarin’.
Pada (19a) tampak sesuatu terjadi yaitu ruppak ‘patah’ dan suak ‘patah’,
(26b) sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan
argumen baru anggi ‘adik’ yang berperan sebagai penyebab. Hau ‘pohon’ menjadi
pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(20) a. Nunga
sudah
sarsar/possa
pecah/pecah
piring
i.
piring
Dem
‘Piring itu sudah pecah’.
b.
Isarsarhon/ipossahon
haha
piring
i.
PAS.pecahkan
abang
piring
Dem
‘ Abang memecahkan piring itu’.
Pada (20a) tampak sesuatu terjadi yaitu sarsar ‘pecah’ dan possa ‘pecah’
(20b) sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan
argumen baru haha ‘abang’ yang berperan sebagai penyebab. piring ‘papan’ menjadi
pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(21) a. Bossor/busbas
bocor/berlubang
seng
seng
ni
jabu
ni
Pos rumah Pos
oppung.
nenek
‘Seng rumah oppung bocor’.
b.
Ibossorhon/ibusbashon
si
Ardi
seng
ni
jabu
oppung.
32
Universitas Sumatera Utara
PAS.bocorkan/PAS.bocorkan
Prep Pos Ardi
seng Pos
rumah
nenek
‘Ardi membocorkan seng rumah nenek’.
Pada
(21a) tampak sesuatu terjadi yaitu bossor ‘bocor’ dan busbas
‘berlubang’ (21b) sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang
menghadirkan argumen baru Ardi ‘Ardi’ yang berperan sebagai penyebab. seng
‘seng’ menjadi pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(22) a. Pultak
pecah
ballon
i.
balon
Dem
‘Balon itu pecah’.
b.
Ipultakkon
anggiku
balon
i.
PAS.pecahkan
adik1Tg
balon
Dem
‘Adikku memecahkan balon itu’.
Pada (22a) tampak sesuatu terjadi yaitu pultak ‘pecah’ dan (22b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru anggi
‘adik’ yang berperan sebagai penyebab. Ballon ‘balon’ menjadi pesebab yang dikenai
tindakan atau yang mengalami akibat.
(23) a. Nungga
sudah
mengge/malala gula
larut/meleleh
i.
gula
Dem
‘Gula itu sudah larut’.
b.
Imenggehon /ilalahon
oma
PAS.larutkan /PAS.lalahon
ibu
gula
gula
i.
Dem.
‘Ibu melarutkan/melehkan gula itu’.
33
Universitas Sumatera Utara
Pada (23a) tampak sesuatu terjadi yaitu mengge ‘habis’ dan malala ‘meleleh’
(23b) sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan
argumen baru oma ‘ibu’ yang berperan sebagai penyebab. Gula ‘gula’ menjadi
pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(24) a. Nunga
sudah
lamot
lumat
sabe
na
cabai
Konj
itutu
ni
PAS.tumbuk
akkang
Pos kakak
i.
Dem
‘Cabai yang ditumbuk kakak itu sudah lumat’.
b.
Ilamothon
akkang
do
sabe
na
lao
sabbal
i.
PAS.lumatkan
kakak
T
cabai
Konj pergi sambal Dem
‘Kakak melumatkan cabai yang mau dibuat sambal itu’.
. Pada (24a) tampak sesuatu terjadi yaitu lamot ‘lumat’ dan (24b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru
akkang ‘kakak’ yang berperan sebagai penyebab. Sabe ‘cabai’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(25) a. Nunga
sudah
suda
habis
sipanganon
makanan
na
i
piring
Konj Prep
piring
i.
Dem.
‘Makanan yang di piring itu sudah habis’.
b.
Issudahon
bapa
sipanganon
PAS. habiskan
bapak
makanan
na
Konj
i
piring
Prep
i.
piring Dem
‘ Bapak menghabiskan makanan yang di piring itu’.
Pada (25a) tampak sesuatu terjadi yaitu suda ‘habis’ dan (25b) sesuatu terjadi
karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru bapa ‘bapak’
34
Universitas Sumatera Utara
yang berperan sebagai penyebab. sipanganon ‘makanan’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(26) a. Nunga
sudah
basi/busuk
basi/busuk
sayur
i.
sayur
Dem
‘Sayur itu sudah basi’.
b.
Ibasihon/ibusukhon
bapa
PAS,basikan/PAS.busukhon
bapak
sayur
sayur
i.
Dem
‘ Bapak membasikan/membusukkan sayur yang di dalam kuali itu’.
Pada (26a) tampak sesuatu terjadi yaitu basi ‘basi’ dan busuk ‘busuk’ (26b)
sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen
baru bapa ‘bapak’ yang berperan sebagai penyebab. sayur ‘sayur’ menjadi pesebab
yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(27) a. Nunga
sudah
bola
durian
pecah durian
on.
Dem
‘Durian ini sudah terbelah’.
b.
Ibolahon
tulang
durian
i.
PAS.belahkan paman
durian
Dem.
‘Paman membelahkan durian itu’.
Pada (27a) tampak sesuatu terjadi yaitu bola ‘belah’ dan (27b) sesuatu terjadi
karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru namboru
‘tante’ yang berperan sebagai penyebab. durian ‘durian’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
35
Universitas Sumatera Utara
4.3 Makna
Makna sebuah kata adalah konfigurasi dari makna asali untuk setiap kata
(Wierzbicka,1996:76 dalam Giovani). Konfigiurasi dari yang dimaksud adalah
kombinasi antara satu makna asali lain dengan makna asali lain yang membentuk
makna universal. Kombinasi makna asali yang membentuk verba proses kejadian
yaitu kombinasi makna asali TERJADI dan MELAKUKAN yang membentuk
sintaksis makna universal ‘sesuatu terjadi pada seseorang (X) / sesuatu (X) karena
seseorang (Y) melakukan sesuatu’. Tidak seluruh verba kejadian dimasukkan
kedalam kalimat dan parafrase makna, tetapi dilampirkan pada lampiran 1. Perbedaan
parafrase makna digunakan huruf kapital.
4.3.1 Makna ‘sesuatu terjadi pada seseorang (X) karena seseorang (Y) melakukan
sesuatu’
Makna verba ‘ sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang melakukan
sesuatu mencakup entitas bernyawa. Sekalipun terletak pada ranah semantis yang
sama tetapi setiap butir leksikal memiliki perbedaan. Misalnya, tubu ‘tumbuh’
dibandingkan dengan lomak ‘mekar’, melos ‘layu’ dibandingkan dengan tidos ‘mati’.
4.3.1.1 Makna tubu ‘tubu’
Makna verba tubu ‘tumbuh’ dan lomak ‘mekar’ mengacu pada sesuatu yang
baik terjadi pada seseorang. Kedua butir leksikal ini berada dalam ranah semantis
yang sama, tetapi kedua butir leksikal ini memiliki perbedaan halus yang tampak
pada contoh berikut.
(28) a. Nunga
tubu/ ?lomak
bawang na
isuan
oma i.
sudah tumbuh/ ?mekar bawang konj PAS.tanam ibu
Dem
36
Universitas Sumatera Utara
‘Bawang yang ditanam ibu itu sudah tumbuh’.
b. Nunga
?tubu/ lomak
bulung
ni
pege
i
alani
ipupuk
oma.
sudah
?tumbuh/ mekar daun
Pos
jahe DEM
karena PAS. pupuk
ibu
‘Daun jahe itu sudah mekar karena dipupuk ibu’.
Pada contoh (28a) tubu ‘tumbuh’ berobjekkan tanaman bawang ataupun jenis
tumbuhan lainnya. Peristiwa tubu ‘tumbuh’ terlihat dari umbi hingga menjadi
tanaman. (29b) lomak ‘mekar’ objeknya adalah daun tanaman. Peristiwa ini terlihat
dari kuncup menjadi mekar.
tubu ‘tumbuh’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X KECIL
(c) setelah ini, X
LEBIH BESAR
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
lomak ‘mekar’
(a) pada waktu itu ,sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah KUNCUP
(c) setelah ini, X adalah LEBIH LEBAT
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
37
Universitas Sumatera Utara
Pada skenario di atas, perbedan proses kejadian tubu ‘tumbuh’ dan lomak‘
mekar’ terletak pada komponen (b) dan (c). Verba proses tubu ‘tumbuh’ dari
KECIL menjadi BESAR sedangkan, verba proses lomak ‘ mekar’ dari KUNCUP
menjadi LEBIH LEBAT.
4.3.1.2 Makna tidos ‘mati’
Makna verba tidos ‘mati’ dan verba
melos ‘layu’
mengacu pada sesuatu
yang buruk terjudi pada seseorang. Kedua butir leksikal ini terletak dalam ranah
semantis yang sama, tetapi memili perbedaan halus antara kedua butir leksikal
tersebut. Perbedaan tersebut akan terlihat pada contoh berikut.
(30 ) a. Nunga melos/ ?tidos bulung
ni sabe
alani
posi
ni
mataniari
narian.
sudah layu/ ?mati
daun
Pos cabai karena menggigit Pos matahari
tadi siang
‘daun cabai itu sudah layu karena terik matahari tadi siang’.
b.Nunga
?melos/ tidos
kassang
i
alani
logo niari
na
gajjang.
sudah
?layu/ mati
kacang DEM karena
kemarau
konj panjang.
‘Kacang itu sudah mati karena musim kemarau panjang’.
Berdasarkan contoh (30a) melos ‘layu’ objeknya adalah daun tumbuhan.
Peristiwa ini terjadi karena terik matahari. (30b) tidos ‘mati’ objeknya adalah
tumbuhan. Peristiwa ini terjadi karena kemarau yang cukup panjang.
38
Universitas Sumatera Utara
melos ‘ layu’
(a) pada waktu itu , sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X SEGAR
(c) setelah ini, X AKAN MATI
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
tidos ‘mati’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X HIDUP
(c) setelah ini, X MATI
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
Pada skenario di atas, perbedan proses kejadian tubu ‘tumbuh’, melos ‘
layu’ dan tidos ‘mati’ terletak pada komponen (b) dan (c). verba melos ‘ layu’
dari SEGAR berubah menjadi AKAN MATI sedangkan tidos ‘mati’ dari HIDUP
berubah menjadi MATI.
4.3.2 Makna ‘ sesuatu terjadi pada sesuatu (X) karena seseorang yang lain (Y)
melakukan sesuatu’.
Makna verba ‘ sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang melakukan
sesuatu mencakup entitas tidak bernyawa. Sekalipun terletak pada ranah semantis
yang sama tetapi setiap butir leksikal memiliki perbedaan. Butir leksikal verba proses
kejadian berentitas tidak bernyawa antara lain, ponggol ‘patah’, tipul ‘patah’,suak
‘patah’ ribak’robek’ gotap ‘putus’, rotap ‘putus’, siltak ‘retak’,biltak ‘retak’, ropuk
39
Universitas Sumatera Utara
‘hancur’, magopu ‘hancur’, getem ‘lapuk’, retes ‘lapuk’,
sarsar ‘pecah’, possa
‘pecah’, busbas ‘berlubang’, bossor ‘bocor’, pultak ‘pecah’ malala’meleleh’, mengge
‘larut’, suda ‘habis’, busuk ‘busuk’, basi ‘basi’ bola ‘belah’. Perlu dicatat bahwa
tidak semua butir leksikal tidak bernyawa diparafrase pada bagian ini. Makna yang
tidak diparafrase akan dimuat pada bagian lampiran.
4.3.2.1 Makna ponggol ‘patah’
Makna verba ponggol ‘patah’ dan verba tipul ‘patah’ mendeskripsikan
komponen ‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu’. Verba
ponggol ‘patah’ dan tipul ‘patah’ memiliki arti yang sama, tetapi kedua butir leksikal
ini meliliki perbedaan. Perbedaan tersebut tampak pada contoh berikut.
(31) a.
Diponggol /?ditipul
bapak
PAS.patah /? PAS. Patah bapak
soban
kayu bakar
na
balga
i.
T
besar Dem
‘Bapak mematahkan kayu bakar yang besar itu’.
b. ?Diponggol / ditipul
anggi
?PAS. patah / PAS. patah adik
lili na
lidi T
i
jolo
Prep depan
jabu
i.
rumah Dem
‘Adik mematahkan lidi yang didepan rumah itu’.
Contoh (31a) ponggol ‘patah’ objeknya adalah kayu dan berukuran besar dan
kemungkinan besar memerlukan alat. (31b) tipul ‘patah’ objeknya adalah lidi dan
berukuran kecil dan untuk mematahkan objek ini tidak memerlukan alat, biasanya
digunakan dengan tangan.
ponggol ‘ patah’
40
Universitas Sumatera Utara
(a) pada waktu itu, Sesuatu terjadi pada kayu (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X satu bagian
(c) setelah ini, X DUA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
tipul ‘patah’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada (lidi) X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) Sebelum ini, X satu bagian
(c) Setelah ini, X HAMPIR DUA BAGIAN
(d) Sesuatu terjadi pada X seperti ini
Sesuai dengan skenario diatas tipul ‘patah’ dan ponggol ‘patah’ terletak
pada komponen (c) yaitu tipul ‘ patah’
dari satu bagian berubah menjadi
HAMPIR DUA BAGIAN
4.3.2.2. Makna rotap ‘putus’
Makna verba rotap ‘putus’ dan verba gotap ‘putus’ mendeskripsikan
komponen ‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu. Verba
rotap ‘putus’ dan gotap ‘putus’ memiliki arti yang sama, akan tetapi kedua butir
leksikal ini memili perbedaan. Perbedaan ini tampak pada contoh berikut.
(32). Rotap/ ?gotap do ikat
ni
soban
i
alani
lalang do ibaen
ikatna.
Putus/?putus
T ikat Pos kayu bakar Dem karena ilalang T PAS. Buat
ikatnya
‘Tali kayu bakar itu putus karena ilalang dibuat pengikatnya’
41
Universitas Sumatera Utara
. b Nunga
? rotap/ gotap
tali
palastik jomuran ni
?putus/putus
tali plastik
abit
i
sian
nattoari.
sudah
jemuran Pos kain Dem dari
kemarin
‘Tali plastik jemuran kain itu sudah putus dari kemarin’.
Pada contoh (32a) perbedaan antara rotap ‘ putus’ dan gotap ‘putus’ terletak
pada objeknya yaitu, rotap ‘putus’ berobjekkan ilalang dan gotap berobjekkan tali
plastik. Untuk (32b)verba rotap ‘putus’ ini tumbuhan/ atau kulit tanaman yang dibuat
sebagai pengikat sesuatu sedangkan untuk gotap terbuat dari hasil kerja tangan
manusia seperti tali plastik. Perbedaan verba rotap ‘putus’ dan gotap ‘ putus akan
diterangkan dibawah ini.
rotap ‘ putus’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada pelepah pisang (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah HAMPIR DUA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
gotap ‘ putus’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada tali ( X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah DUA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
42
Universitas Sumatera Utara
Pada skenario diatas . perbedaan rotap ‘putus’ dan gotap ‘putus terletak
pada komponen (c). verba gotap ‘putus’ ditandai
dari satu bagian
burubahmenjadi DUA BAGIAN sedangkan, verba rotap ‘putus’ ditandai dari satu
bagian berubah menjadi HAMPIR DUA BAGIAN. Untuk objek rotap ‘putus’
lebih mudah putus dikarenakan lebih mudah terurai seperti pelepah pisang
sedangkan untuk gotap lebih tahan lama karena sulit terurai.
4.3.2.3 Makna possa ‘pecah’
Makna verba possa ‘pecah’ dan verba sarsar ‘pecah’ diterangkan oleh
komponen ‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu’.
Verba possa ‘pecah’ dan sarsar ‘pecah’ berada pada ranah semantis yang sama,
tetapi kedua butir leksikal ini memiliki perbedaan. Perbedaan ini dapat terlihat
pada contoh berikut.
(33). a Nunga
ditondong
sudah
possa/?sarsar
piring na
i
kamar mandi
I
huting
pecah/? pecah
piring Konj Pre
kamar mandi Dem disenggol
kucing
‘Piring yang di dapur itu sudah pecah tersenggol kucing.
b.
?Possa/ sarsar
galas na
I
ginjang
meja I
idabuhon
dakdanak
? pecah/ pecah
gelas Konj Prep atas
meja DEM PAS.jatuhkan
anak
43
Universitas Sumatera Utara
tageleng
kecil
i
Dem
‘Gelas yang di atas meja pecah dijatuhkan anak kecil itu.
Pada contoh (33a) terlihat jelas bahwa verba possa ‘pecah’ disebabkan
tersonggol oleh kucing berarti bisa ditafsirkan bahwa benturan antara lantai
dengan piring tersebut masih ringan dan jarak piring dari lantai juga masih sangat
dekat. (33b)Verba sarsar ‘pecah’ disebabkan jatuhnya sebuah gelas dari atas meja
hal ini, dapat ditafsirkan bahwa jarak dari meja ke lantai lumayan jauh dan terjadi
benturan yang sangat keras. Perbedaan kedua verba proses kejadian ini dapat
dilihat pada parafrase di bawah ini.
possa ‘ pecah’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada piring (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah BEBERAPA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
sarsar ‘ pecah’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, Xadalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah BEBERAPA BAGIAN YANG SANGAT KECIL
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
44
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan skenario di atas , perbedaan antara possa ‘ pecah’ dan
sarsar ‘pecah’ terletak pada komponen (c) . pada skenario possa ‘ pecah’
objeknya
ditandai dari satu bagian berubah menjadi BEBERAPA BAGIAN
sedangkan, sarsar ‘pecah’ objeknya ditandai dari satu bagian berubah menjadi
BEBERAPA BAGIAN YANG SANGAT KECIL.
4.3.2.4 Makna siltak ‘retak’
Makna verba siltak ‘retak’ dan biltak ‘retak mendeskripsikan ‘sesuatu
terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu’. Verba siltak ‘retak’ dan
biltak ‘retak’ memiliki arti yang sama, tetapi kedua butir leksikal ini meliki
perbedaan. Perbedaan iti terlihat pada contoh berikut.
(34).a Nunga biltak/?siltak
papan on alani
gogo
idabuhon
amang
nakin.
sudah
retak/?retak
papan ini karena kuat
PAS.jatuhkan bapak
tadi
‘Papan ini sudah retak karena kuat dijatuhkan bapak tadi’.
b. Holan
tobbom do
nakkin
tanganku
tu
kassa
pittor
siltak/?biltak.
cuma sentuh T
tadi
tangan1tg
ke cermin
langsung
retak/?retak.
‘Cermin ini langsung retak tersentuh tanganku ’.
Berdasakan contoh (34a) perbedaan antara siltak ‘retak’ dan biltak ‘retak’
terletak pada objeknya yaitu, biltak ‘retak’ berobjekkan papan atau triplek sedangkan
siltak ‘retak’ berobjekkan cermin, nako atau benda-benda dari kaca lainnya.(34b)
Biltak ‘retak’ terjadi karena ada hempasan kuat dari seseorang terhadap sesuatu yang
45
Universitas Sumatera Utara
kuat dan tidak mudah pecah walaupun hempasan itu berjarak jauh. Siltak ‘ retak’
dapat terjadi karena sentuhan ataupun tindakan seseorang yang tidak mengeluarkan
energi yang banyak terhadap suatu benda. Bendanya mudah pecah walaupun
tersentuh saja dan memiliki sentuhan yang sangat dekat.
biltak ‘ retak’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada papan (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X SEPERTI DUA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
siltak ‘ retak’
(a) Pada waktu itu, sesuatu terjadi pada gelas (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah SEPERTI BEBERAPA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
Pada skenario di atas, perbedaan siltak ‘ retak’ dan biltak ‘ retak’ terletak
pada komponen (c). pada komponen (c) skenario siltak ‘retak’ ditandai dari satu
bagian berubah menjadi SEPERTI BEBERAPA BAGIAN dan biltak ‘retak’
ditandai dari satu bagian berubah menjadi SEPERTI DUA BAGIAN.
4.3.2.5 Makna retes ‘lapuk’
Makna verba retes ‘lapuk’ dan verba getem ‘lapuk’ mendeskripsikan
sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu. Verba retes
46
Universitas Sumatera Utara
‘lapuk’ dan verba getem ‘lapuk’ memiliki arti yang sama, tetapi kedua butir leksikal
ini memili perbedaan. Perbedaannya tampak pada contoh berikut.
(35). a Nunga ?retes/ getem
sudah
?lapuk/lapuk
kabaya
ni
inang na
kebaya Pos ibu
i
lamari on.
Konj Prep lemari ini.
‘Kebaya ibu yang di lemari ini sudah lapuk’.
b. Nunga
retes/ ?getem
tali na
ilean
tulang
i.
sudah
lapuk/?lapuk
tali Konj PAS.kasih paman Dem .
‘Tali yang dikasi paman itu sudah lapuk .
Pada contoh (35a) dijelaskan bahwa verba proses kejadian retes ‘ lapuk’
berobjekkan tali. Peristwa ini terjadi karenatali tersebut sering digunakan dan
sering terkena air sehingga mengurangi ketahanan tali tersebut. Hal ini akan
menyebabkan tali mudah patah. (35b)Verba proses kejadian getem ‘ lapuk’
berobjekkan kain . Peristiwa ini terjadi karena kain tersebut tidak pernah dipakai
atau terus disimpan di dalam lemari. Hal ini menyebabkan kualitas baju
berkurang dan akan mudah koyak.
getem ‘ lapuk’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada kain (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X bagus
(c) setelah ini, X MUDAH KOYAK
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
retes ‘lapuk’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada tali (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu terhadap X
(b) sebelum ini, X bagus
(c) setelah ini, X MUDAH PUTUS
47
Universitas Sumatera Utara
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
Pada skenario di atas, perbedaan antara getem ‘lapuk’ dan retes ‘ lapuk’
terletak pada komponen (c). getem ‘ lapuk’ ditandai dari keadaan yang bagus
menjadi MUDAH ROBEK sedangkan, retes ‘lapuk’ objeknya ditandai dari
keaadan yang bagus menjadi MUDAH PUTUS.
4.3.2.6 Makna malala ‘meleleh’
Makna verba malala ‘meleleh’ dan
verba lamot ‘lumat’ diterangkan
dengan komponen ‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan
sesuatu’. Makna verba malala ‘meleleh’ berpadanan dengan verba lamot ‘lumat’.
Meskipu memiliki ranah semantis yang sama tetapi kedua butir leksikal ini memiliki
perbedaan. Perbedaan tersebut terlihat pada contoh berikut.
(36).a Malala/? Lamot
meleleh/?lumat
do indahan na
T
nasi
iloppa
Konj PAS.masak
anggi
adik
i.
Dem
‘Nasi yang dimasak adek itu meleleh’.
b. Nunga
sudah
?malala/ lamot
?meleleh/lumat
sabe
na
itutu
cabai Konj PAS.giling
inang
ibu
i.
Dem
‘Cabai yang digiling ibu itu sudah lumat’.
Pada contoh (36a) dijelaskan bahwa verba proses malala ‘ meleleh’
berobjekkan nasi. Peristiwa ini ini terjadi karena pada waktu memasak terlalu banyak
air yang menyebabkan nasi menjadi meleleh atau jadi bubur. (36b) Verba proses
kejadian lamot
‘lumat’ berobjekkan cabai, bawang, atau sejenis bumbu yang
48
Universitas Sumatera Utara
digiling. Peristiwa ini terjadi karena ada tindakan menggiling dan hasil yang
diharapkan baik.
malala ‘meleleh’
(a) pada waktu itu sesuatu terjadi pada nasi (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah KERAS
(c) setelah ini, X adalah LEBIH LEMBEK
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
lamot ‘ lumat’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada cabai (X)
Karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah KASAR
(c) setelah ini, X adalah LEBIH HALUS
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
Pada skenario diatas, perbedaan antara verba proses malala ‘ meleleh;’ dan
lamot ‘lumat’ terletak pada komponen (b) dan (c). malala ‘ meleleh’ ditandai dari
KERAS berubah menjadi LEBIH LEMBEK sedangkan lamot ‘ lumat’ ditandai dari
KASAR berubah menjadi LEBIH HALUS.
4.3.2.6 Makna magopu ‘hancur’
Makna verba magopu ‘hancur’ dan verba maropuk mendeskripsikan
‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu’. Verba magopu
‘hancur’ dan maropuk ‘hancur’ memiliki arti yang sama, tetapi kedua verba ini
memiliki perbedaan yang akan ditunjukkan pada contoh berikut.
(37).a
Magopu/ ?maropuk
do eme
na
igiling
nattoari
i.
49
Universitas Sumatera Utara
hancur/?hancur
T padi
Konj PAS.giling kemarin Dem
‘Padi yang digiling kemarin hancur’.
b.
? Magopu/ maropuk
?hancur/hancur
do karupuk na
I
bagas tas
T kerupuk Konj Pre dalam tas
si Rina.
Prep
Rina.
‘Kerupuk yang didalam tas di Rina hancur’.
Berdasarkan contoh (37) verba magopu ‘ hassur’ memiliki ciri tersendiri
yaitu adanya perubahan dari padi menjadi beras. Pada kenyatannya beras lah yang
hancur. Hal ini disebabkan karena kurang kering padi yang dijemur dan langsung
digiling atau pada saat padi masi dalam keadaan panas dan langsung digiling.
Maropuk terjadi karena diduduki ataupun terinjak seseorang. Magopu ‘hassur’
berobjekkan beras sedangkan , maropuk ‘hassur’ berobjekkan kerupuk atau
makanan ringan.
magopu ‘hassur’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada beras (X)
karena seseorang Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) Setelah ini, X adalah LEBIH KECIL DARI SEBELUMNYA
(d) Sesuatu terjadi pada X seperti ini
ropuk ‘hancur’
(a)pada waktu itu, sesuatu terjadi pada kerupuk (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
50
Universitas Sumatera Utara
(c) setelah ini, X adalah BEBERAPA BAGIAN KECIL
(d) sesuatu terjadi pada X
Perbedaan Pada skenario diatas terletak pada
Komponen (c) .Magopu
‘hassur’ objeknya ditandai dari satu bagian berubah menjadi LEBIH KECIL
DARI SEBELUMNYA sedangkan, pada verba ropuk ‘hassur’ objeknya ditandai
dari satu bagian berubah menjadi BEBERAPA BAGIAN KECIL.
51
Universitas Sumatera Utara
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Kategori verba proses kejadian dalamu bahasa Batak Toba dibentuk oleh
sintaksis makna universal yaitu ‘ sesuatu terjadi pada seseorang/ sesuatu karena
seseorang melakukan sesuatu’.
Kategori verba proses kejadian dibagi dua
subkategori, yaitu (i) subkategori entitas bernyawa (‘sesuatu terjadi pada seseorang
karena seseorang yang lain melakukan sesuatu’). (ii) Subkategori
bernyawa (‘sesuatu
entitas tidak
terjadi pada sesuatu karena sesorang yang lain melakukan
sesuatu’). Kategori dielaborasi melalu tes kausatif untuk membuktikan perilaku verba
proses kejadian. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa verba Proses Kejadian bahasa
Batak Toba dibentuk oleh dua makna asali yaitu TERJADI/ MELAKUKAN.
5.2 SARAN
Kajian ini terbatas karena hanya membahas kategori dari perubahan
entitasnya saja. Aspek semantis lain yang belum diteliti adalah peran semantis verba
Proses Kejadian dalam bahasa Batak Toba juga penting dilakukan untuk
mengungkapkan peran semantis argumen verba Proses Kejadian dalam bahasa Batak
Toba.
52
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Secara geografis, penutur bahasa Batak Toba tinggal di Kabupaten Tapanuli
Utara, Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Toba Samosir
yang berada di tengah wilayah Provinsi Sumatera Utara, yakni di punggung Bukit
barisan yang terletak di antara 1˚ 20˚ 4 LU dan 98˚10- 90˚35’BT.
Penelitian ini dilakukan di Desa Tinggir Nipasir Kecamatan Laguboti
Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih karena masyarakat di
daerah tersebut adalah masyarakat homogen, yaitu bersuku Batak Toba sehingga
interferensi dari bahasa lain sangat kecil. Luas pemukiman Desa Tinggir Nipasir
adalah 124 Ha. Desa ini terbagi atas dua dusun, dusun I bernama Desa Gompar
Sigiring dan dusun II bernama Banua Luhu dengan jumlah penduduk sebanyak 553
jiwa, yang terdiri atas 309 perempuan dan 286 laki-laki. Mayoritas pencaharian
penduduk setempat adalah petani (90%), pegawai negeri sipil (3%), dan wiraswasta
(7%).
Desa Tinggir Nipasir berbatasan denga Desa aruan sebelah Utara, Desa
Pardinggaran sebelah Selatan, Kelurahan Pasar Laguboti sebelah Timur, dan Desa
Lumban Binanga sebelah Barat (Badan Pusat Statistik 2016).
18
Universitas Sumatera Utara
3.2 Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data lisan dan data tulis.
Data lisan diperoleh dari penutur bahasa Batak Toba yang ditentukan berdasarkan
beberapa kriteria, antara lain:
1. berjenis kelamin pria atau wanita.
2. berusia 25-65 tahun.
3. Orang tua, istri/suami informan yang dibesarkan di desa itu serta jarang/tidak pernah
meninggalkan desanya.
4. Berpendidikan maksimal tamat sma.
5. Berstatus sosial menengah (tidak rendah/tidak tinggi dengan harapan tidak terlalu
tinggi mobilitasnya.
6. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya.
7. Sehat jasmani dan rohani (Mashun, 1995: 106).
Data tulis diperoleh dari Kamus Bahasa Batak Toba (J.Warneck, 2011) dan juga
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, dkk. 2008).
Data intuisi juga
digunakan untuk menguji keberterimaan yang didapatkan dari informan.
3.3
Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
metode simak dan metode cakap (Sudaryanto,1993:133-137). Data lisan dikumpulkan
dengan menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap, yang bertujuan
19
Universitas Sumatera Utara
untuk menyadap
pembicaraan antara penutur dengan teliti dan cermat. teknik
lanjutan berupa teknik sibat cakap, yaitu peneliti terlibat langsung dalam dialog
dengan informan. Pada topik pembicaran peneliti berusaha memunculkan calon data
sambil merekam pembicaraan (Sudaryanto,1993:133).
Selanjutnya, metode cakap dengan teknik dasar teknik pancing . Dengan
teknik pancing,
peneliti memancing informan untuk memunculkan data yang
diinginkan. Penerapan teknik pancing didukung teknik cakap semuka, teknik rekam,
dan teknik catat. Teknik cakap semuka diterapkan dengan cara peneliti melakukan
percakapan langsung dan bertatap muka dengan narasumber. Dalam hal ini, peneliti
mengarahkan topik pembicaran sesuai dengan kepentingan untuk memperoleh data
yang diharapkan sambil merekam pembicaraan.
Data verba proses kejadian yang telah dikumpulkan dikelompokan
berdasarkan ciri semantisnya yaitu dinamis, pungtual dan aspek. Tahapan-tahapan
pengelompokan data ialah sebagai berikut:
1. Menentukan butir leksikal yang termasuk ke dalam verba kejadian
dengan criteria berikut:
•
Mengandung ciri ketidaksengajaan.
•
Memiliki ciri entitas non insani. Misalnya, bunga pada
bunga itu mekar.
20
Universitas Sumatera Utara
2. Mengelompokkan proses kejadian berdasarkan ciri semantis. Misalnya
ciri entitas bernyawa (tubu ‘tumbuh’, melos ‘layu’ dan lomak ‘mekar’)
dan tidak bernyawa. ( ponggol ‘patah’, siltak ‘retak’, dan bola ‘belah;)
3. Mengelompokkan verba kejadian berdasarkan kesamaan komponen
semantis. Misalnya, ‘sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang
yang melakukan sesuatu’ (tubu ‘tumbuh’ dan tidos ‘mati’).
3.4 Metode dan Teknik Pengkajian Data
Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode padan dan
metode agih. Untuk menentukan kategorisasi verba kejadian digunakan metode
padan dan metode agih.
Metode padan dengan teknik pilah unsur penentu
dilakukan untuk mengidentifikasi butir-butir leksikal yang secara intuitif
tergolong verba kejadian dan untuk menetapkan kategorisasi verba kejadian.
Butir-butir leksikal yang termasuk verba
kejadian dikumpulkan dan
dikelompokkan berdasarkan ciri semantisnya. Metode agih dilakukan dengan
teknik perluas untuk mengetahui perilaku verba.
Verba proses kejadian yang memiliki ciri yang sama dikelompokkan pada
komponen semantis yang sama . Contoh, rotap ‘putus’, ponggol ‘patah’, ribak
‘robek’ berada pada kategori yang sama yaitu verba kejadian mengacu pada entitas
tidak bernyawa. Komponen semantisnya ‘SESUATU TERJADI PADA SESUATU
KARENA SESEORANG MELAKUKAN SESUATU’.
Contoh:
(8) a.
Ribak
karotas
i.
21
Universitas Sumatera Utara
robek
kertas
DEM.
‘Kertas itu robek’.
b.
Iribakkon
PAS. robekkan
anggi
adik
karotas i.
kertas DEM.
‘Adik merobekkan kertas itu’.
Untuk menganalisis dan membandingkan makna digunakan metode agih.
Teknik analisis yang digunakan ialah teknik ganti untuk menguji perilaku verba
kejadian di dalam kalimat dan teknik parafrase. Misalnya, untuk mengetahui makna
magopu ’hancur’ dibanding dengan kata lain dalam satu ranah semnatis seperti
maropuk ‘hancur’, tampak pada contoh dibawah ini
(9)a Magopu / ?maropuk
?magopu/maropuk
do eme
T padi
na
igiling
nattoari
i.
Konj PAS.giling kemarin Dem.
‘Padi yang digiling kemarin hancur’.
b.
? Magopu/ maropuk
?magopu/maropuk
do karupuk na
T
I
bagas tas
kerupuk Konj Pre dalam
si Rina
tas
Prep
Rina
‘Kerupuk yang didalam tas diduduki Rina hancur’.
Berdasarkan contoh (9a) verba magopu ‘ hancur’ memiliki ciri tersendiri
yaitu adanya perubahan dari padi menjadi beras. Pada kenyatannya beras lah yang
hancur. Hal ini disebabkan karena kurang kering padi yang dijemur dan langsung
22
Universitas Sumatera Utara
digiling atau pada saat padi masi dalam keadaan panas dan langsung digiling.
Maropuk terjadi karena diduduki ataupun terinjak seseorang. Magopu ‘hassur’
berobjekkan beras sedangkan , maropuk ‘hancur’ berobjekkan kerupuk atau
makanan ringan.
magopu ‘hancur’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah BEBERA PABAGIAN YANG SANGAT KECIL
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
maropuk ‘hancur’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah BEBERAPA BAGIAN KECIL
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
Komponen (c) pada skenario magopu ‘hancur’ objeknya ditandai dari satu
bagian berubah menjadi beberapa bagian kecil dari sebelumya sedangkan, pada
verba maropuk ‘hassur’ objeknya ditandai dari satu bagian berubah menjadi
beberapa bagian kecil.
3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis data
Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan formal
(Sudaryanto, 1993:145). Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata23
Universitas Sumatera Utara
kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah dengan perumusan tanda dan
lambang- lambang. Lambang yang dimaksud adalah huruf singkatan kata (PAS,
AKT, KONJ, PREP, T, DEM) Tanda yang dimaksud diantaranya: tanda kurang (-),
tanda kurung biasa(()), tanda tanya (?) tanda garis miring (/) dan tanda bintang (*).
Penggunaan tanda-tanda ini disebut teknik dasar , memperjelas contoh-contoh data.
24
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KATEGORISASI DAN MAKNA
VERBA KEJADIAN DALAM BAHASA BATAK TOBA
4.1 Pengantar
Pada bab ini dijelaskan kategorisasi dan makna verba kejadian dalam bahasa
Batak Toba. Kategori verba kejadian dalam bahasa Batak Toba dijelaskan dengan
komponen ‘SESUATU TERJADI PADA SESEORANG/ SESUATU KARENA
SESEORANG YANG LAIN MELAKUKAN SESUATU’. Makna verba kejadian
dalam bahasa Batak Toba dianalisis sesuai dengan kategorinya. Analis makna verba
kejadian dilakukan teknik parafrase.
4.2
Kategori ‘sesuatu terjadi pada sesuatu/seseorang karena seseorang yang
lainmelakukan sesuatu’
Kategori verba kejadian dalam kajian ini diilustrasikan dengan komponen
semantis ‘sesuatu terjadi pada sesuatu/seseorang karena seseorang yang lain
melakukan sesuatu’. Verba kejadian dibedakan atas dua subkategori, yaitu entitas
bernyawa (sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang yang lain melakukan
sesuatu) dan entitas tidak bernyawa (sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang
yang lain melakukan sesuatu.
Butir-butir leksikal verba kejadian yang termasuk dalam entitas bernyawa
adalah tubu ‘tumbuh’, melos ‘layu’, tidos ‘mati’ dan lomak ‘mekar’. Untuk entitas
25
Universitas Sumatera Utara
tidak bernyawa butir leksikalnya meliputi, ponggol ‘patah’, tipul ‘patah’, suak
‘patah’, ruppak ‘patah’, biltak ‘retak’, siltak ‘retak’, ropuk ‘hancur’, magopu
‘hancur’, sarsar ‘pecah’,possa ‘pecah’, busbas ‘berlubang’, bossor ‘bocor’, pultak
‘pecah’, malala ‘meleleh’, lamot ‘lumat’, busuk ‘busuk’, basi ‘basi’dan bola ‘belah’.
sesuatu terjadi pada sesuatu/seseorang karena seseorang yang lain melakukan
sesuatu
Entitas bernyawa
Entitas
tidak
bernyawa
( tubu ‘tumbuh’, lomak ‘mekar’,
( ponggol ‘patah’, tipul'
patah’, gotap
Melos ‘layu’ dan mate)
‘putus’, rotap ‘putus’, ribak
‘robek’,
siltak ‘retak’. biltak ‘retak’,
ropuk.
Gambar 4. 1 Kategori verba kejadian
Ciri utama yang membedakan verba kejadian yaitu entitas bernyawa dan
entitas tidak bernyawa . Selain itu, objek juga menentukan verba kejadian, seperti,
kayu , gelas, tali, papan ,triplek, buah, tanaman dan benda lainnya.
Lebih jauh kategori verba kejadian dielaborasi dengan tes kausatif. Tes
kausatif ini akan menunjukkan adanya sebab akibat antara agen dan pasien. Verba
proses kejadian ponggol ‘patah’, tipul ‘patah’ gotap ‘putus’, ribak ‘ robek’ dan siltak
‘retak’ dielaborasi dengan tes kausatif yang diilustrasikan sebagai berikut.
26
Universitas Sumatera Utara
(10) a. Soban
i
kayu bakar
ponggol/tipul.
Dem
patah/ patah
‘Kayu bakar itu patah’.
b.
Iponggolhon/ itipulhon
haha
PAS.patahkan/PAS. patahkan
soban
abang kayu bakar
i.
Dem.
‘Abang mematahkan kayu bakar itu’.
Pada (10a) tampak sesuatu terjadi yaitu ponggol ‘patah’ dan (10b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru haha
‘abang’yang berperan sebagai penyebab. Soban ‘kayu bakar’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(11) a. Ribak
hepeng
robek uang
i.
Dem
‘Uang itu robek’.
b
Iribakon
PAS.robekkan.
si
Prep
Lasma hepeng
i.
Lasma
Dem
uang
‘ Lasma merobekkan uang itu.
Pada (11a) tampak sesuatu terjadi yaitu ponggol ‘patah’ dan (11b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru haha
‘abang’yang berperan sebagai penyebab. Soban ‘kayu bakar’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(12) a. Gotap/rotap
putus/puus
tali
i.
tali
Dem
‘ Tali itu putus’.
b.
Igotaphon/ Irotaphon
hami tali
i.
27
Universitas Sumatera Utara
1tg T
memutuskan 1Jmk ta
Dem
‘Aku yang memutuskan tali plastik itu’.
Pada (12a) tampak sesuatu terjadi yaitu gotap ‘putus’ dan (12b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru hami
‘kami’ yang berperan sebagai penyebab. Tali ‘tali plastik’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(13) a. Nunga
siltak/biltak
sudah retak/retak
galas on.
gelas
Dem
‘Gelas ini sudah retak’.
b.
Isiltakon/ibiltakon
huting galas
on.
PAS.retak / PAS.retak
kucing gelas
Dem.
‘Kucing meretakkan gelas itu’.
Pada (13a) tampak sesuatu terjadi yaitu ponggol ‘patah’ dan (13b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru huting
‘kucing’ yang berperan sebagai penyebab. galas ‘gelas’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
4.2.1. Subkategori ‘sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang yang lain
melakukan sesuatu’
Komponen ini ada karena sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang
melakukan sesuatu yang menyebabkan adanya verba kejadian. Komponen ini
mengacu pada tubu ‘tumbuh’, melos ‘layu’, lomak ‘mekar, mate ‘mati’. Butir leksikal
28
Universitas Sumatera Utara
tersebut memiliki kategori yang sama dan akan dianalisis melalui tes kausatif untuk
melihat perilaku verba proses kejadian.
(14)a. Melos/ tubu
tomat
Layu/tumbuh
i.
tomat Dem.
‘Tomat itu layu’.
b.
Imeloshon/*itubuhon
oma
PAS.layukan/PAS.tumbuhkan
ibu
tommat
tomat
i.
Dem.
‘Ibu melayukan/menumbuhkan tomat itu’.
Pada (14a) tampak sesuatu terjadi yaitu melos ‘layu’ dan (14b) sesuatu terjadi
karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru
haha
‘abang’yang berperan sebagai penyebab. bulung ni tommat ‘daun tomat’ menjadi
pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(15) a. Lomak bulung
mekar
daun
ni
sabe
Pos
cabai
nami.
1Jmk
‘Daun cabai rawit kami mekar i’.
b.
Ilomakkon
Pas.mekarkan
bapa
bapak
bulung ni
daun
sabe
nami.
Pos cabai
1Jmk
‘Ibu memekarkan daun cabai kami’.
Pada (15a) tampak sesuatu terjadi yaitu lomak ‘mekar’ dan (15b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru oma
‘ibu’ yang berperan sebagai penyebab. bulung ni sabe‘ daun cabai’ menjadi pesebab
yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
29
Universitas Sumatera Utara
(16) a. Nunga
sudah
tidos suhat
mati talas
i.
Dem
‘Talas itu sudah mati’.
b.
Itidoshon
oma
suhat
i.
PAS.matikan
ibu
talas
Dem
‘Ibu mematikan talas itu.
Pada (16a) tampak sesuatu terjadi yaitu tidos ‘mati’ dan (16b) sesuatu terjadi
karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru
oma ‘ibu’
yang berperan sebagai penyebab. suhat ‘talas.’ menjadi pesebab yang dikenai
tindakan atau yang mengalami akibat
4.2..2 Subkategori ‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan
sesuatu’
Komponen ini ada karena sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang
melakukan sesuatu. Butir leksikal verba kejadian pada subkategori ini adalah ponggol
‘patah’, tipul ‘patah’, rotap ‘putus’, gotap ‘putus’, ribak ‘ robek’, siltak ‘retak’, biltak
‘retak’, ropuk ‘hancur’, magopu ‘hancur’, getem ‘lapuk’, retes ‘lapuk’, ruppak
‘patah’, suak ‘patah’, sarsar ‘pecah’, possa ‘pecah’, busbas ‘berlubang-lubang’,
bossor ‘bocor’, pultak ‘pecah’, malala ‘meleleh’, mengge ‘larut’, lamot ‘lumat’, suda
‘habis’, busuk ‘busuk’, basi ‘basi’ dan bola ‘belah’. Butir leksikal tersebut merupakan
karegori entitas tidak bernyawa dan akan dianalisis menggunakan tes kausatif untuk
melihat verba proses kejadian.
(17) a. Ropuk/magopu
hancur/hancur
karupuk na
i
bagas palastik
kerupuk Konj Prep dalam
plastik
i.
Dem
30
Universitas Sumatera Utara
‘Kerupuk yang di dalam plastik itu hancur’.
b.
Iroppukkon/igopuhon
anggi
karupuk
na
i
bagas
palastik i.
PAS.hancurkan/PAS.hancurkan
adik
kerupuk
Konj di dalam plastik
Dem
‘Adik menghancurkan kerupuk yang di dalam plastik itu’.
Pada (17a) tampak sesuatu terjadi yaitu ropuk ‘hancur’ dan magopu ‘hancur’,
(17b) sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan
argumen baru anggi ‘adik’ yang berperan sebagai penyebab. karupuk ‘kerupuk’
menjadi pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(18) a. Nunga
sudah
getem/retes
lapuk/lapuk
abit
na
lemari
on.
kain
konj
lemari
Dem
‘Kain yang di lemari ini sudah lapuk’.
b.
Igetemhon/ ireteshon
ngitngit
abit
PAS,lapukkan/PAS.lapukkan serangga kain
na
i
Konj
Prep
lemari on.
lemari
Dem
‘Serangga melapukkan baju yang disimpan di lemari ini’.
Pada (18a) tampak sesuatu terjadi yaitu getem ‘lapuk’ dan retes ‘lapuk’, (18b)
sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen
baru ngitngit ‘serangga’ yang berperan sebagai penyebab. Abit
‘kain’ menjadi
pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(19) a. Ruppak/suak
patah/patah
hau
ni
gadong
pohon Pos gadong
nami
1Jmk
nattoari.
kemarin
‘ Pohon durian kami patah kemarin’.
31
Universitas Sumatera Utara
b.
Iruppakon/isuakon
anggi
hau
ni
gadong
ni
namboru
nattoari.
PAS.patahkan
adik
pohon
Pos
ubi
Pos
tante
kemarin
‘ Adek mematahkan pohon ubi tante kemarin’.
Pada (19a) tampak sesuatu terjadi yaitu ruppak ‘patah’ dan suak ‘patah’,
(26b) sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan
argumen baru anggi ‘adik’ yang berperan sebagai penyebab. Hau ‘pohon’ menjadi
pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(20) a. Nunga
sudah
sarsar/possa
pecah/pecah
piring
i.
piring
Dem
‘Piring itu sudah pecah’.
b.
Isarsarhon/ipossahon
haha
piring
i.
PAS.pecahkan
abang
piring
Dem
‘ Abang memecahkan piring itu’.
Pada (20a) tampak sesuatu terjadi yaitu sarsar ‘pecah’ dan possa ‘pecah’
(20b) sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan
argumen baru haha ‘abang’ yang berperan sebagai penyebab. piring ‘papan’ menjadi
pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(21) a. Bossor/busbas
bocor/berlubang
seng
seng
ni
jabu
ni
Pos rumah Pos
oppung.
nenek
‘Seng rumah oppung bocor’.
b.
Ibossorhon/ibusbashon
si
Ardi
seng
ni
jabu
oppung.
32
Universitas Sumatera Utara
PAS.bocorkan/PAS.bocorkan
Prep Pos Ardi
seng Pos
rumah
nenek
‘Ardi membocorkan seng rumah nenek’.
Pada
(21a) tampak sesuatu terjadi yaitu bossor ‘bocor’ dan busbas
‘berlubang’ (21b) sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang
menghadirkan argumen baru Ardi ‘Ardi’ yang berperan sebagai penyebab. seng
‘seng’ menjadi pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(22) a. Pultak
pecah
ballon
i.
balon
Dem
‘Balon itu pecah’.
b.
Ipultakkon
anggiku
balon
i.
PAS.pecahkan
adik1Tg
balon
Dem
‘Adikku memecahkan balon itu’.
Pada (22a) tampak sesuatu terjadi yaitu pultak ‘pecah’ dan (22b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru anggi
‘adik’ yang berperan sebagai penyebab. Ballon ‘balon’ menjadi pesebab yang dikenai
tindakan atau yang mengalami akibat.
(23) a. Nungga
sudah
mengge/malala gula
larut/meleleh
i.
gula
Dem
‘Gula itu sudah larut’.
b.
Imenggehon /ilalahon
oma
PAS.larutkan /PAS.lalahon
ibu
gula
gula
i.
Dem.
‘Ibu melarutkan/melehkan gula itu’.
33
Universitas Sumatera Utara
Pada (23a) tampak sesuatu terjadi yaitu mengge ‘habis’ dan malala ‘meleleh’
(23b) sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan
argumen baru oma ‘ibu’ yang berperan sebagai penyebab. Gula ‘gula’ menjadi
pesebab yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(24) a. Nunga
sudah
lamot
lumat
sabe
na
cabai
Konj
itutu
ni
PAS.tumbuk
akkang
Pos kakak
i.
Dem
‘Cabai yang ditumbuk kakak itu sudah lumat’.
b.
Ilamothon
akkang
do
sabe
na
lao
sabbal
i.
PAS.lumatkan
kakak
T
cabai
Konj pergi sambal Dem
‘Kakak melumatkan cabai yang mau dibuat sambal itu’.
. Pada (24a) tampak sesuatu terjadi yaitu lamot ‘lumat’ dan (24b) sesuatu
terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru
akkang ‘kakak’ yang berperan sebagai penyebab. Sabe ‘cabai’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(25) a. Nunga
sudah
suda
habis
sipanganon
makanan
na
i
piring
Konj Prep
piring
i.
Dem.
‘Makanan yang di piring itu sudah habis’.
b.
Issudahon
bapa
sipanganon
PAS. habiskan
bapak
makanan
na
Konj
i
piring
Prep
i.
piring Dem
‘ Bapak menghabiskan makanan yang di piring itu’.
Pada (25a) tampak sesuatu terjadi yaitu suda ‘habis’ dan (25b) sesuatu terjadi
karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru bapa ‘bapak’
34
Universitas Sumatera Utara
yang berperan sebagai penyebab. sipanganon ‘makanan’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(26) a. Nunga
sudah
basi/busuk
basi/busuk
sayur
i.
sayur
Dem
‘Sayur itu sudah basi’.
b.
Ibasihon/ibusukhon
bapa
PAS,basikan/PAS.busukhon
bapak
sayur
sayur
i.
Dem
‘ Bapak membasikan/membusukkan sayur yang di dalam kuali itu’.
Pada (26a) tampak sesuatu terjadi yaitu basi ‘basi’ dan busuk ‘busuk’ (26b)
sesuatu terjadi karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen
baru bapa ‘bapak’ yang berperan sebagai penyebab. sayur ‘sayur’ menjadi pesebab
yang dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
(27) a. Nunga
sudah
bola
durian
pecah durian
on.
Dem
‘Durian ini sudah terbelah’.
b.
Ibolahon
tulang
durian
i.
PAS.belahkan paman
durian
Dem.
‘Paman membelahkan durian itu’.
Pada (27a) tampak sesuatu terjadi yaitu bola ‘belah’ dan (27b) sesuatu terjadi
karena seseorang melakukan sesuatu yang menghadirkan argumen baru namboru
‘tante’ yang berperan sebagai penyebab. durian ‘durian’ menjadi pesebab yang
dikenai tindakan atau yang mengalami akibat.
35
Universitas Sumatera Utara
4.3 Makna
Makna sebuah kata adalah konfigurasi dari makna asali untuk setiap kata
(Wierzbicka,1996:76 dalam Giovani). Konfigiurasi dari yang dimaksud adalah
kombinasi antara satu makna asali lain dengan makna asali lain yang membentuk
makna universal. Kombinasi makna asali yang membentuk verba proses kejadian
yaitu kombinasi makna asali TERJADI dan MELAKUKAN yang membentuk
sintaksis makna universal ‘sesuatu terjadi pada seseorang (X) / sesuatu (X) karena
seseorang (Y) melakukan sesuatu’. Tidak seluruh verba kejadian dimasukkan
kedalam kalimat dan parafrase makna, tetapi dilampirkan pada lampiran 1. Perbedaan
parafrase makna digunakan huruf kapital.
4.3.1 Makna ‘sesuatu terjadi pada seseorang (X) karena seseorang (Y) melakukan
sesuatu’
Makna verba ‘ sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang melakukan
sesuatu mencakup entitas bernyawa. Sekalipun terletak pada ranah semantis yang
sama tetapi setiap butir leksikal memiliki perbedaan. Misalnya, tubu ‘tumbuh’
dibandingkan dengan lomak ‘mekar’, melos ‘layu’ dibandingkan dengan tidos ‘mati’.
4.3.1.1 Makna tubu ‘tubu’
Makna verba tubu ‘tumbuh’ dan lomak ‘mekar’ mengacu pada sesuatu yang
baik terjadi pada seseorang. Kedua butir leksikal ini berada dalam ranah semantis
yang sama, tetapi kedua butir leksikal ini memiliki perbedaan halus yang tampak
pada contoh berikut.
(28) a. Nunga
tubu/ ?lomak
bawang na
isuan
oma i.
sudah tumbuh/ ?mekar bawang konj PAS.tanam ibu
Dem
36
Universitas Sumatera Utara
‘Bawang yang ditanam ibu itu sudah tumbuh’.
b. Nunga
?tubu/ lomak
bulung
ni
pege
i
alani
ipupuk
oma.
sudah
?tumbuh/ mekar daun
Pos
jahe DEM
karena PAS. pupuk
ibu
‘Daun jahe itu sudah mekar karena dipupuk ibu’.
Pada contoh (28a) tubu ‘tumbuh’ berobjekkan tanaman bawang ataupun jenis
tumbuhan lainnya. Peristiwa tubu ‘tumbuh’ terlihat dari umbi hingga menjadi
tanaman. (29b) lomak ‘mekar’ objeknya adalah daun tanaman. Peristiwa ini terlihat
dari kuncup menjadi mekar.
tubu ‘tumbuh’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X KECIL
(c) setelah ini, X
LEBIH BESAR
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
lomak ‘mekar’
(a) pada waktu itu ,sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah KUNCUP
(c) setelah ini, X adalah LEBIH LEBAT
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
37
Universitas Sumatera Utara
Pada skenario di atas, perbedan proses kejadian tubu ‘tumbuh’ dan lomak‘
mekar’ terletak pada komponen (b) dan (c). Verba proses tubu ‘tumbuh’ dari
KECIL menjadi BESAR sedangkan, verba proses lomak ‘ mekar’ dari KUNCUP
menjadi LEBIH LEBAT.
4.3.1.2 Makna tidos ‘mati’
Makna verba tidos ‘mati’ dan verba
melos ‘layu’
mengacu pada sesuatu
yang buruk terjudi pada seseorang. Kedua butir leksikal ini terletak dalam ranah
semantis yang sama, tetapi memili perbedaan halus antara kedua butir leksikal
tersebut. Perbedaan tersebut akan terlihat pada contoh berikut.
(30 ) a. Nunga melos/ ?tidos bulung
ni sabe
alani
posi
ni
mataniari
narian.
sudah layu/ ?mati
daun
Pos cabai karena menggigit Pos matahari
tadi siang
‘daun cabai itu sudah layu karena terik matahari tadi siang’.
b.Nunga
?melos/ tidos
kassang
i
alani
logo niari
na
gajjang.
sudah
?layu/ mati
kacang DEM karena
kemarau
konj panjang.
‘Kacang itu sudah mati karena musim kemarau panjang’.
Berdasarkan contoh (30a) melos ‘layu’ objeknya adalah daun tumbuhan.
Peristiwa ini terjadi karena terik matahari. (30b) tidos ‘mati’ objeknya adalah
tumbuhan. Peristiwa ini terjadi karena kemarau yang cukup panjang.
38
Universitas Sumatera Utara
melos ‘ layu’
(a) pada waktu itu , sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X SEGAR
(c) setelah ini, X AKAN MATI
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
tidos ‘mati’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X HIDUP
(c) setelah ini, X MATI
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
Pada skenario di atas, perbedan proses kejadian tubu ‘tumbuh’, melos ‘
layu’ dan tidos ‘mati’ terletak pada komponen (b) dan (c). verba melos ‘ layu’
dari SEGAR berubah menjadi AKAN MATI sedangkan tidos ‘mati’ dari HIDUP
berubah menjadi MATI.
4.3.2 Makna ‘ sesuatu terjadi pada sesuatu (X) karena seseorang yang lain (Y)
melakukan sesuatu’.
Makna verba ‘ sesuatu terjadi pada seseorang karena seseorang melakukan
sesuatu mencakup entitas tidak bernyawa. Sekalipun terletak pada ranah semantis
yang sama tetapi setiap butir leksikal memiliki perbedaan. Butir leksikal verba proses
kejadian berentitas tidak bernyawa antara lain, ponggol ‘patah’, tipul ‘patah’,suak
‘patah’ ribak’robek’ gotap ‘putus’, rotap ‘putus’, siltak ‘retak’,biltak ‘retak’, ropuk
39
Universitas Sumatera Utara
‘hancur’, magopu ‘hancur’, getem ‘lapuk’, retes ‘lapuk’,
sarsar ‘pecah’, possa
‘pecah’, busbas ‘berlubang’, bossor ‘bocor’, pultak ‘pecah’ malala’meleleh’, mengge
‘larut’, suda ‘habis’, busuk ‘busuk’, basi ‘basi’ bola ‘belah’. Perlu dicatat bahwa
tidak semua butir leksikal tidak bernyawa diparafrase pada bagian ini. Makna yang
tidak diparafrase akan dimuat pada bagian lampiran.
4.3.2.1 Makna ponggol ‘patah’
Makna verba ponggol ‘patah’ dan verba tipul ‘patah’ mendeskripsikan
komponen ‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu’. Verba
ponggol ‘patah’ dan tipul ‘patah’ memiliki arti yang sama, tetapi kedua butir leksikal
ini meliliki perbedaan. Perbedaan tersebut tampak pada contoh berikut.
(31) a.
Diponggol /?ditipul
bapak
PAS.patah /? PAS. Patah bapak
soban
kayu bakar
na
balga
i.
T
besar Dem
‘Bapak mematahkan kayu bakar yang besar itu’.
b. ?Diponggol / ditipul
anggi
?PAS. patah / PAS. patah adik
lili na
lidi T
i
jolo
Prep depan
jabu
i.
rumah Dem
‘Adik mematahkan lidi yang didepan rumah itu’.
Contoh (31a) ponggol ‘patah’ objeknya adalah kayu dan berukuran besar dan
kemungkinan besar memerlukan alat. (31b) tipul ‘patah’ objeknya adalah lidi dan
berukuran kecil dan untuk mematahkan objek ini tidak memerlukan alat, biasanya
digunakan dengan tangan.
ponggol ‘ patah’
40
Universitas Sumatera Utara
(a) pada waktu itu, Sesuatu terjadi pada kayu (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X satu bagian
(c) setelah ini, X DUA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
tipul ‘patah’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada (lidi) X
karena Y melakukan sesuatu pada X
(b) Sebelum ini, X satu bagian
(c) Setelah ini, X HAMPIR DUA BAGIAN
(d) Sesuatu terjadi pada X seperti ini
Sesuai dengan skenario diatas tipul ‘patah’ dan ponggol ‘patah’ terletak
pada komponen (c) yaitu tipul ‘ patah’
dari satu bagian berubah menjadi
HAMPIR DUA BAGIAN
4.3.2.2. Makna rotap ‘putus’
Makna verba rotap ‘putus’ dan verba gotap ‘putus’ mendeskripsikan
komponen ‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu. Verba
rotap ‘putus’ dan gotap ‘putus’ memiliki arti yang sama, akan tetapi kedua butir
leksikal ini memili perbedaan. Perbedaan ini tampak pada contoh berikut.
(32). Rotap/ ?gotap do ikat
ni
soban
i
alani
lalang do ibaen
ikatna.
Putus/?putus
T ikat Pos kayu bakar Dem karena ilalang T PAS. Buat
ikatnya
‘Tali kayu bakar itu putus karena ilalang dibuat pengikatnya’
41
Universitas Sumatera Utara
. b Nunga
? rotap/ gotap
tali
palastik jomuran ni
?putus/putus
tali plastik
abit
i
sian
nattoari.
sudah
jemuran Pos kain Dem dari
kemarin
‘Tali plastik jemuran kain itu sudah putus dari kemarin’.
Pada contoh (32a) perbedaan antara rotap ‘ putus’ dan gotap ‘putus’ terletak
pada objeknya yaitu, rotap ‘putus’ berobjekkan ilalang dan gotap berobjekkan tali
plastik. Untuk (32b)verba rotap ‘putus’ ini tumbuhan/ atau kulit tanaman yang dibuat
sebagai pengikat sesuatu sedangkan untuk gotap terbuat dari hasil kerja tangan
manusia seperti tali plastik. Perbedaan verba rotap ‘putus’ dan gotap ‘ putus akan
diterangkan dibawah ini.
rotap ‘ putus’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada pelepah pisang (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah HAMPIR DUA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
gotap ‘ putus’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada tali ( X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah DUA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
42
Universitas Sumatera Utara
Pada skenario diatas . perbedaan rotap ‘putus’ dan gotap ‘putus terletak
pada komponen (c). verba gotap ‘putus’ ditandai
dari satu bagian
burubahmenjadi DUA BAGIAN sedangkan, verba rotap ‘putus’ ditandai dari satu
bagian berubah menjadi HAMPIR DUA BAGIAN. Untuk objek rotap ‘putus’
lebih mudah putus dikarenakan lebih mudah terurai seperti pelepah pisang
sedangkan untuk gotap lebih tahan lama karena sulit terurai.
4.3.2.3 Makna possa ‘pecah’
Makna verba possa ‘pecah’ dan verba sarsar ‘pecah’ diterangkan oleh
komponen ‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu’.
Verba possa ‘pecah’ dan sarsar ‘pecah’ berada pada ranah semantis yang sama,
tetapi kedua butir leksikal ini memiliki perbedaan. Perbedaan ini dapat terlihat
pada contoh berikut.
(33). a Nunga
ditondong
sudah
possa/?sarsar
piring na
i
kamar mandi
I
huting
pecah/? pecah
piring Konj Pre
kamar mandi Dem disenggol
kucing
‘Piring yang di dapur itu sudah pecah tersenggol kucing.
b.
?Possa/ sarsar
galas na
I
ginjang
meja I
idabuhon
dakdanak
? pecah/ pecah
gelas Konj Prep atas
meja DEM PAS.jatuhkan
anak
43
Universitas Sumatera Utara
tageleng
kecil
i
Dem
‘Gelas yang di atas meja pecah dijatuhkan anak kecil itu.
Pada contoh (33a) terlihat jelas bahwa verba possa ‘pecah’ disebabkan
tersonggol oleh kucing berarti bisa ditafsirkan bahwa benturan antara lantai
dengan piring tersebut masih ringan dan jarak piring dari lantai juga masih sangat
dekat. (33b)Verba sarsar ‘pecah’ disebabkan jatuhnya sebuah gelas dari atas meja
hal ini, dapat ditafsirkan bahwa jarak dari meja ke lantai lumayan jauh dan terjadi
benturan yang sangat keras. Perbedaan kedua verba proses kejadian ini dapat
dilihat pada parafrase di bawah ini.
possa ‘ pecah’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada piring (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah BEBERAPA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
sarsar ‘ pecah’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, Xadalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah BEBERAPA BAGIAN YANG SANGAT KECIL
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
44
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan skenario di atas , perbedaan antara possa ‘ pecah’ dan
sarsar ‘pecah’ terletak pada komponen (c) . pada skenario possa ‘ pecah’
objeknya
ditandai dari satu bagian berubah menjadi BEBERAPA BAGIAN
sedangkan, sarsar ‘pecah’ objeknya ditandai dari satu bagian berubah menjadi
BEBERAPA BAGIAN YANG SANGAT KECIL.
4.3.2.4 Makna siltak ‘retak’
Makna verba siltak ‘retak’ dan biltak ‘retak mendeskripsikan ‘sesuatu
terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu’. Verba siltak ‘retak’ dan
biltak ‘retak’ memiliki arti yang sama, tetapi kedua butir leksikal ini meliki
perbedaan. Perbedaan iti terlihat pada contoh berikut.
(34).a Nunga biltak/?siltak
papan on alani
gogo
idabuhon
amang
nakin.
sudah
retak/?retak
papan ini karena kuat
PAS.jatuhkan bapak
tadi
‘Papan ini sudah retak karena kuat dijatuhkan bapak tadi’.
b. Holan
tobbom do
nakkin
tanganku
tu
kassa
pittor
siltak/?biltak.
cuma sentuh T
tadi
tangan1tg
ke cermin
langsung
retak/?retak.
‘Cermin ini langsung retak tersentuh tanganku ’.
Berdasakan contoh (34a) perbedaan antara siltak ‘retak’ dan biltak ‘retak’
terletak pada objeknya yaitu, biltak ‘retak’ berobjekkan papan atau triplek sedangkan
siltak ‘retak’ berobjekkan cermin, nako atau benda-benda dari kaca lainnya.(34b)
Biltak ‘retak’ terjadi karena ada hempasan kuat dari seseorang terhadap sesuatu yang
45
Universitas Sumatera Utara
kuat dan tidak mudah pecah walaupun hempasan itu berjarak jauh. Siltak ‘ retak’
dapat terjadi karena sentuhan ataupun tindakan seseorang yang tidak mengeluarkan
energi yang banyak terhadap suatu benda. Bendanya mudah pecah walaupun
tersentuh saja dan memiliki sentuhan yang sangat dekat.
biltak ‘ retak’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada papan (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X SEPERTI DUA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
siltak ‘ retak’
(a) Pada waktu itu, sesuatu terjadi pada gelas (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) setelah ini, X adalah SEPERTI BEBERAPA BAGIAN
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
Pada skenario di atas, perbedaan siltak ‘ retak’ dan biltak ‘ retak’ terletak
pada komponen (c). pada komponen (c) skenario siltak ‘retak’ ditandai dari satu
bagian berubah menjadi SEPERTI BEBERAPA BAGIAN dan biltak ‘retak’
ditandai dari satu bagian berubah menjadi SEPERTI DUA BAGIAN.
4.3.2.5 Makna retes ‘lapuk’
Makna verba retes ‘lapuk’ dan verba getem ‘lapuk’ mendeskripsikan
sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu. Verba retes
46
Universitas Sumatera Utara
‘lapuk’ dan verba getem ‘lapuk’ memiliki arti yang sama, tetapi kedua butir leksikal
ini memili perbedaan. Perbedaannya tampak pada contoh berikut.
(35). a Nunga ?retes/ getem
sudah
?lapuk/lapuk
kabaya
ni
inang na
kebaya Pos ibu
i
lamari on.
Konj Prep lemari ini.
‘Kebaya ibu yang di lemari ini sudah lapuk’.
b. Nunga
retes/ ?getem
tali na
ilean
tulang
i.
sudah
lapuk/?lapuk
tali Konj PAS.kasih paman Dem .
‘Tali yang dikasi paman itu sudah lapuk .
Pada contoh (35a) dijelaskan bahwa verba proses kejadian retes ‘ lapuk’
berobjekkan tali. Peristwa ini terjadi karenatali tersebut sering digunakan dan
sering terkena air sehingga mengurangi ketahanan tali tersebut. Hal ini akan
menyebabkan tali mudah patah. (35b)Verba proses kejadian getem ‘ lapuk’
berobjekkan kain . Peristiwa ini terjadi karena kain tersebut tidak pernah dipakai
atau terus disimpan di dalam lemari. Hal ini menyebabkan kualitas baju
berkurang dan akan mudah koyak.
getem ‘ lapuk’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada kain (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X bagus
(c) setelah ini, X MUDAH KOYAK
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
retes ‘lapuk’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada tali (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu terhadap X
(b) sebelum ini, X bagus
(c) setelah ini, X MUDAH PUTUS
47
Universitas Sumatera Utara
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
Pada skenario di atas, perbedaan antara getem ‘lapuk’ dan retes ‘ lapuk’
terletak pada komponen (c). getem ‘ lapuk’ ditandai dari keadaan yang bagus
menjadi MUDAH ROBEK sedangkan, retes ‘lapuk’ objeknya ditandai dari
keaadan yang bagus menjadi MUDAH PUTUS.
4.3.2.6 Makna malala ‘meleleh’
Makna verba malala ‘meleleh’ dan
verba lamot ‘lumat’ diterangkan
dengan komponen ‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan
sesuatu’. Makna verba malala ‘meleleh’ berpadanan dengan verba lamot ‘lumat’.
Meskipu memiliki ranah semantis yang sama tetapi kedua butir leksikal ini memiliki
perbedaan. Perbedaan tersebut terlihat pada contoh berikut.
(36).a Malala/? Lamot
meleleh/?lumat
do indahan na
T
nasi
iloppa
Konj PAS.masak
anggi
adik
i.
Dem
‘Nasi yang dimasak adek itu meleleh’.
b. Nunga
sudah
?malala/ lamot
?meleleh/lumat
sabe
na
itutu
cabai Konj PAS.giling
inang
ibu
i.
Dem
‘Cabai yang digiling ibu itu sudah lumat’.
Pada contoh (36a) dijelaskan bahwa verba proses malala ‘ meleleh’
berobjekkan nasi. Peristiwa ini ini terjadi karena pada waktu memasak terlalu banyak
air yang menyebabkan nasi menjadi meleleh atau jadi bubur. (36b) Verba proses
kejadian lamot
‘lumat’ berobjekkan cabai, bawang, atau sejenis bumbu yang
48
Universitas Sumatera Utara
digiling. Peristiwa ini terjadi karena ada tindakan menggiling dan hasil yang
diharapkan baik.
malala ‘meleleh’
(a) pada waktu itu sesuatu terjadi pada nasi (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah KERAS
(c) setelah ini, X adalah LEBIH LEMBEK
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
lamot ‘ lumat’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada cabai (X)
Karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah KASAR
(c) setelah ini, X adalah LEBIH HALUS
(d) sesuatu terjadi pada X seperti ini
Pada skenario diatas, perbedaan antara verba proses malala ‘ meleleh;’ dan
lamot ‘lumat’ terletak pada komponen (b) dan (c). malala ‘ meleleh’ ditandai dari
KERAS berubah menjadi LEBIH LEMBEK sedangkan lamot ‘ lumat’ ditandai dari
KASAR berubah menjadi LEBIH HALUS.
4.3.2.6 Makna magopu ‘hancur’
Makna verba magopu ‘hancur’ dan verba maropuk mendeskripsikan
‘sesuatu terjadi pada sesuatu karena seseorang melakukan sesuatu’. Verba magopu
‘hancur’ dan maropuk ‘hancur’ memiliki arti yang sama, tetapi kedua verba ini
memiliki perbedaan yang akan ditunjukkan pada contoh berikut.
(37).a
Magopu/ ?maropuk
do eme
na
igiling
nattoari
i.
49
Universitas Sumatera Utara
hancur/?hancur
T padi
Konj PAS.giling kemarin Dem
‘Padi yang digiling kemarin hancur’.
b.
? Magopu/ maropuk
?hancur/hancur
do karupuk na
I
bagas tas
T kerupuk Konj Pre dalam tas
si Rina.
Prep
Rina.
‘Kerupuk yang didalam tas di Rina hancur’.
Berdasarkan contoh (37) verba magopu ‘ hassur’ memiliki ciri tersendiri
yaitu adanya perubahan dari padi menjadi beras. Pada kenyatannya beras lah yang
hancur. Hal ini disebabkan karena kurang kering padi yang dijemur dan langsung
digiling atau pada saat padi masi dalam keadaan panas dan langsung digiling.
Maropuk terjadi karena diduduki ataupun terinjak seseorang. Magopu ‘hassur’
berobjekkan beras sedangkan , maropuk ‘hassur’ berobjekkan kerupuk atau
makanan ringan.
magopu ‘hassur’
(a) pada waktu itu, sesuatu terjadi pada beras (X)
karena seseorang Y melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
(c) Setelah ini, X adalah LEBIH KECIL DARI SEBELUMNYA
(d) Sesuatu terjadi pada X seperti ini
ropuk ‘hancur’
(a)pada waktu itu, sesuatu terjadi pada kerupuk (X)
karena seseorang (Y) melakukan sesuatu pada X
(b) sebelum ini, X adalah satu bagian
50
Universitas Sumatera Utara
(c) setelah ini, X adalah BEBERAPA BAGIAN KECIL
(d) sesuatu terjadi pada X
Perbedaan Pada skenario diatas terletak pada
Komponen (c) .Magopu
‘hassur’ objeknya ditandai dari satu bagian berubah menjadi LEBIH KECIL
DARI SEBELUMNYA sedangkan, pada verba ropuk ‘hassur’ objeknya ditandai
dari satu bagian berubah menjadi BEBERAPA BAGIAN KECIL.
51
Universitas Sumatera Utara
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Kategori verba proses kejadian dalamu bahasa Batak Toba dibentuk oleh
sintaksis makna universal yaitu ‘ sesuatu terjadi pada seseorang/ sesuatu karena
seseorang melakukan sesuatu’.
Kategori verba proses kejadian dibagi dua
subkategori, yaitu (i) subkategori entitas bernyawa (‘sesuatu terjadi pada seseorang
karena seseorang yang lain melakukan sesuatu’). (ii) Subkategori
bernyawa (‘sesuatu
entitas tidak
terjadi pada sesuatu karena sesorang yang lain melakukan
sesuatu’). Kategori dielaborasi melalu tes kausatif untuk membuktikan perilaku verba
proses kejadian. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa verba Proses Kejadian bahasa
Batak Toba dibentuk oleh dua makna asali yaitu TERJADI/ MELAKUKAN.
5.2 SARAN
Kajian ini terbatas karena hanya membahas kategori dari perubahan
entitasnya saja. Aspek semantis lain yang belum diteliti adalah peran semantis verba
Proses Kejadian dalam bahasa Batak Toba juga penting dilakukan untuk
mengungkapkan peran semantis argumen verba Proses Kejadian dalam bahasa Batak
Toba.
52
Universitas Sumatera Utara