Resiko Kredit Pada Bank BPR Di Indonesia (1)
Resiko Kredit Pada Bank BPR Di Indonesia tahun 2015 – 2016
Permana, Raka
16113002
UNIVERSITAS TRILOGI
Jalan Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) atau
Bank Pembiayaan Rakyat pada bank yang menggunakan prinsip syariah. Bank Perkreditan
Rakyat ( BPR ) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro,
kecil dan menengah. Dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang
membutuhkan. BPR sudah ada sejak jaman sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan
Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar.BPR merupakan
lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang
Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998. Dalam
undang-undang tersebut secara jelas disebutkan bahwa ada dua jenis bank, yaitu BANK UMUM
dan BPR. Salah satu fungsi utama bank adalah sebagai intermediator antara masyarakat pemilik
dana/modal dengan masyarakat yang membutuhkan dana/modal. Bank akan berperan dengan
baik dalam fungsi tersebut karena bank mampu menyalurkan dana/modal masyarakat secara
benar dan produktif (menghasilkan) baik bagi Bank maupun masyarakat yag membutuhkan
modal/dana. Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro,
kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat. Dalam penyaluran kredit
kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Sasaran,
karena proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sede rhana, dan sangat mengerti
akan kebutuhan Nasabah. Namun demikian, pemberian kredit bukalah hal yang mudah. Karena
kredit (credo) adalah berarti kepercayaan dan kepercayaan itu bukanlah hal yang sederhana.
Bank harus memiliki kepercayaan kepada pihak yang diberikan dana /modal/ kredit (debitur),
bahwa dana/modal/kredit tersebut memang dibutuhkan, dapat meningkatkan taraf kehidupan
debitur, memberikan penghasilan bagi bank serta dapat dibayar/dikembalikan oleh debitur sesuai
jangka waktu.Untuk memperoleh kepercayaan inilah maka bank harus melakukan analisa yang
memadai sebelum kredit/dana diberikan. Namun masalahnya analisa ini juga membutuhkan
prinsip, konsep, metodologi, data/informasi serta aspek-aspek praktis lainnya yang terkadang
sulit dimiliki/diperoleh oleh bank. Apalagi di Bank Perkreditan Rakyat yang melibatkan
pemberian kredit mikro atau kredit kepada usaha-usaha kecil/rumahan dimana informasi untuk
tujuan analisa menjadi semakin terbatas sehingga kegiatan usaha BPR dalam menyalurkan kredit
kepada masyarakat mempunyai resiko usa ha yang perlu dikelola agar kelangsungan usaha BPR
tetap dapat dijaga. Untuk itu penulis mengambil judul dalam sebuah karya tulis dengan judul
“Resiko Kredit Pada Bank BPR Di Indoensia Tahun 2015-2016”
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian resiko kredit yang dihadapi Bank Perkreditan Rakyat?
2. Bagaimana Bank Perkreditan Rakyat mengelola resiko kredit sebagai salah satu usaha yang di
hadapi.
1.3 Pembahasan
Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Berbeda dengan bank umum yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran sehingga sering disebut dapat menambah jumlah uang yang beredar dalam usaha
BPR hal itu tidaj boleh dilakukan.
Dari sisi fundig (penghimpunan dana) usaha BPR hanya diperbolehkan menerima :
1. Simpanan dalam bentuk deposito berjangka
2. Tabungan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
Dari sisi penyaluran dana kepada masyarakat dilakukan dalam bentuk kredit atau bentuk lain, hal
ini semata-mata ditunjukan dalam rangka menigkatkan taraf hidup masyarakat, jadi dalam usaha
BPR tidak menambah lalu lintas pembayaran, oleh sebab itu BPR tidak menambah jumlah using
yang beredar.
Terdapat beberapa usaha yang tidak boleh dilakukan oleh BPR yaitu :
1. Menerima simpanan berupa giro
2. Melakuakan kegiatan usaha dalam mata uang asing
3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking
4. Melakukan usaha perasuransian
B. Resiko Usaha BPR
Seperti halnya bank pada umumnya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kembali pada masyarakat dalam bentuk kredit menurut Bank
Indonesia memiliki 8 (delapan) resiko (IBI 2013 : 238) maka usaha BPR pun tidak jauh
beda dari risiko yang melekat pada usaha bank umum karena kegiatanya hamper sama
dengan demikian risiko yang melekat pada usaha BPR pun sama dengan resiko pada
bank umunya. Resiko nya sebagai berikut :
1. Resiko Kredit alah resiko akibat kegagalan debitur atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban pada bank.
2. Resiko Pasar adalah resiko akibat tidak kecukupan atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan system atau kesalahan eksterna yang
mempengaruhi bank.
3. Resiko Likuiditas alah resiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiaban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas atau asset likuid
yang berkualitas tinggi.
4. Resiko Kepatuhan adalah resiko akibat bank tidak memahami atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Resiko Hukum adalah resiko akibat tuntunan hokum atau kelemahan aspek
yuridis
Semua resiko tersebut dapat menentukan kelangsungan usaha sebuah bank, bila salah satu resiko
tersebut menimpa usaha sebuah bank makan akan sangat berpengaruh terhadap usaha bank
tersebut atau kemungkinan dapat menyebabkan kebangkrutan usaha atau sekaligus dapat
menutup usaha karena ditinggalkan nasabah ataupun stakeholder lain.
1.4 kesimpulan
Dari uraian diatas barulah pertanyaan judul diatas dapat dijawab yaitu bahwa penerapan
manajemen resiko dalam usaha BPR perlu dilakuakn dengan sabik-baiknya untuk menjaga
kelangsungan usaha BPR. Jika saat ini upaya itu belum mulai dilakukan mulailah dari sekarang
untuk menyusun manajemen resiko secara nyata. Hal ini harus didukung oelh seluruh jajaran
BPR dari atas sampai bawah dan mengacu pada SOP uang telah disusun. Pelaksaan praktek yang
sehat oleh semua pegawai dalam bidang apapun di BPR mutlak harus dilaksanakan.
Untuk bidang kredit lakukan lah pemberan kredit dengan baik sesuai prosedur dan SOP karena
dari sisi bank, dalam pemberian kartu kredit itu ada dua sisi baik dan buruk yaitu sebagai sumber
pendapatan utama bank apabila pemberia kredit berhasil dan mebuat bank tetap hiduap dalam
usahan nya, juga dapat menyebabkan kerugian bank berkepanjangan bila pemberi kredit gagal.
Untuk itu kapada pegawai harus terus di ingatkan dan sekaligus diawasi oleh para pengawas.
1.5 Referensi
http://bprsubang.com/perlukah-penerapan-manajemen-risiko-di-bpr/
https://zinsari.wordpress.com/2016/02/17/berlakunya-ketentuan-penerapan-manajemen-risikobagi-bpr/
https://www.mindtalk.com/channel/bankperkreditanrakyat/post/manajemen-resiko-kredit-padabank-perkreditan-raky-510543371195179810.html
Permana, Raka
16113002
UNIVERSITAS TRILOGI
Jalan Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyaluran kredit merupakan salah satu kegiatan utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) atau
Bank Pembiayaan Rakyat pada bank yang menggunakan prinsip syariah. Bank Perkreditan
Rakyat ( BPR ) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro,
kecil dan menengah. Dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang
membutuhkan. BPR sudah ada sejak jaman sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan
Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar.BPR merupakan
lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang
Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998. Dalam
undang-undang tersebut secara jelas disebutkan bahwa ada dua jenis bank, yaitu BANK UMUM
dan BPR. Salah satu fungsi utama bank adalah sebagai intermediator antara masyarakat pemilik
dana/modal dengan masyarakat yang membutuhkan dana/modal. Bank akan berperan dengan
baik dalam fungsi tersebut karena bank mampu menyalurkan dana/modal masyarakat secara
benar dan produktif (menghasilkan) baik bagi Bank maupun masyarakat yag membutuhkan
modal/dana. Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro,
kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat. Dalam penyaluran kredit
kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Sasaran,
karena proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sede rhana, dan sangat mengerti
akan kebutuhan Nasabah. Namun demikian, pemberian kredit bukalah hal yang mudah. Karena
kredit (credo) adalah berarti kepercayaan dan kepercayaan itu bukanlah hal yang sederhana.
Bank harus memiliki kepercayaan kepada pihak yang diberikan dana /modal/ kredit (debitur),
bahwa dana/modal/kredit tersebut memang dibutuhkan, dapat meningkatkan taraf kehidupan
debitur, memberikan penghasilan bagi bank serta dapat dibayar/dikembalikan oleh debitur sesuai
jangka waktu.Untuk memperoleh kepercayaan inilah maka bank harus melakukan analisa yang
memadai sebelum kredit/dana diberikan. Namun masalahnya analisa ini juga membutuhkan
prinsip, konsep, metodologi, data/informasi serta aspek-aspek praktis lainnya yang terkadang
sulit dimiliki/diperoleh oleh bank. Apalagi di Bank Perkreditan Rakyat yang melibatkan
pemberian kredit mikro atau kredit kepada usaha-usaha kecil/rumahan dimana informasi untuk
tujuan analisa menjadi semakin terbatas sehingga kegiatan usaha BPR dalam menyalurkan kredit
kepada masyarakat mempunyai resiko usa ha yang perlu dikelola agar kelangsungan usaha BPR
tetap dapat dijaga. Untuk itu penulis mengambil judul dalam sebuah karya tulis dengan judul
“Resiko Kredit Pada Bank BPR Di Indoensia Tahun 2015-2016”
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian resiko kredit yang dihadapi Bank Perkreditan Rakyat?
2. Bagaimana Bank Perkreditan Rakyat mengelola resiko kredit sebagai salah satu usaha yang di
hadapi.
1.3 Pembahasan
Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Berbeda dengan bank umum yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran sehingga sering disebut dapat menambah jumlah uang yang beredar dalam usaha
BPR hal itu tidaj boleh dilakukan.
Dari sisi fundig (penghimpunan dana) usaha BPR hanya diperbolehkan menerima :
1. Simpanan dalam bentuk deposito berjangka
2. Tabungan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
Dari sisi penyaluran dana kepada masyarakat dilakukan dalam bentuk kredit atau bentuk lain, hal
ini semata-mata ditunjukan dalam rangka menigkatkan taraf hidup masyarakat, jadi dalam usaha
BPR tidak menambah lalu lintas pembayaran, oleh sebab itu BPR tidak menambah jumlah using
yang beredar.
Terdapat beberapa usaha yang tidak boleh dilakukan oleh BPR yaitu :
1. Menerima simpanan berupa giro
2. Melakuakan kegiatan usaha dalam mata uang asing
3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking
4. Melakukan usaha perasuransian
B. Resiko Usaha BPR
Seperti halnya bank pada umumnya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kembali pada masyarakat dalam bentuk kredit menurut Bank
Indonesia memiliki 8 (delapan) resiko (IBI 2013 : 238) maka usaha BPR pun tidak jauh
beda dari risiko yang melekat pada usaha bank umum karena kegiatanya hamper sama
dengan demikian risiko yang melekat pada usaha BPR pun sama dengan resiko pada
bank umunya. Resiko nya sebagai berikut :
1. Resiko Kredit alah resiko akibat kegagalan debitur atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban pada bank.
2. Resiko Pasar adalah resiko akibat tidak kecukupan atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan system atau kesalahan eksterna yang
mempengaruhi bank.
3. Resiko Likuiditas alah resiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiaban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas atau asset likuid
yang berkualitas tinggi.
4. Resiko Kepatuhan adalah resiko akibat bank tidak memahami atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Resiko Hukum adalah resiko akibat tuntunan hokum atau kelemahan aspek
yuridis
Semua resiko tersebut dapat menentukan kelangsungan usaha sebuah bank, bila salah satu resiko
tersebut menimpa usaha sebuah bank makan akan sangat berpengaruh terhadap usaha bank
tersebut atau kemungkinan dapat menyebabkan kebangkrutan usaha atau sekaligus dapat
menutup usaha karena ditinggalkan nasabah ataupun stakeholder lain.
1.4 kesimpulan
Dari uraian diatas barulah pertanyaan judul diatas dapat dijawab yaitu bahwa penerapan
manajemen resiko dalam usaha BPR perlu dilakuakn dengan sabik-baiknya untuk menjaga
kelangsungan usaha BPR. Jika saat ini upaya itu belum mulai dilakukan mulailah dari sekarang
untuk menyusun manajemen resiko secara nyata. Hal ini harus didukung oelh seluruh jajaran
BPR dari atas sampai bawah dan mengacu pada SOP uang telah disusun. Pelaksaan praktek yang
sehat oleh semua pegawai dalam bidang apapun di BPR mutlak harus dilaksanakan.
Untuk bidang kredit lakukan lah pemberan kredit dengan baik sesuai prosedur dan SOP karena
dari sisi bank, dalam pemberian kartu kredit itu ada dua sisi baik dan buruk yaitu sebagai sumber
pendapatan utama bank apabila pemberia kredit berhasil dan mebuat bank tetap hiduap dalam
usahan nya, juga dapat menyebabkan kerugian bank berkepanjangan bila pemberi kredit gagal.
Untuk itu kapada pegawai harus terus di ingatkan dan sekaligus diawasi oleh para pengawas.
1.5 Referensi
http://bprsubang.com/perlukah-penerapan-manajemen-risiko-di-bpr/
https://zinsari.wordpress.com/2016/02/17/berlakunya-ketentuan-penerapan-manajemen-risikobagi-bpr/
https://www.mindtalk.com/channel/bankperkreditanrakyat/post/manajemen-resiko-kredit-padabank-perkreditan-raky-510543371195179810.html