Kajian Pembangunan Ekonomi Untuk Ketahan (1)

MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP

PERAN PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH
DALAM UPAYA MENGATASI PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN
DAN ENERGI DI KABUPATEN ACEH BARAT

ABSTRAK

Ketika sebagian penduduk pada suatu wilayah masih kekurangan pangan dan energi, sebagian penduduk di
wilayah lain yang lebih maju justru membuang makanan dan melakukan pemborosan energi. Penduduk pada
wilayah yang lebih maju secara ekonomi memanfaatkan pangan dan energi secara berlebihan diluar kebutuhan
mereka yang sebenarnya. Sedangkan penduduk pada wilayah yang lebih tertinggal secara ekonomi justru
begitu tergantung pada pasokan pangan dan energi dari luar wilayah mereka. Ketimpangan ekonomi antar
wilayah yang tidak diselesaikan secara serius oleh pemerintah pada akhirnya akan menyebabkan berbagai
permasalahan ketahanan pangan dan energi secara nasional.

Kata kunci: Ketahanan pangan, dan kelangkaan energi

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ketimpangan ekonomi yang cukup jauh antara penduduk di wilayah Pulau Jawa dengan penduduk di
wilayah di luar Pulau Jawa memiliki dampak yang serius pada masalah ketahanan pangan dan energi.
Penduduk di wilayah Pulau Jawa cenderung memiliki tingkat pendapatan ekonomi yang lebih lebih
baik daripada penduduk di luar Pulau Jawa. Mereka sebagai bagian dari populasi penduduk terbesar di
Indonesia berperan sebagai konsumen utama hasil pangan dan menjadi magnet pemasaran hasil
produksi pangan dari luar Jawa. Kebutuhan pangan yang besar tersebut dibarengi pula dengan
tingginya tingkat konsumsi pangan penduduk, sehingga distributor pangan di daerah lebih berorientasi
menjual produk pangannya ke kota-kota besar di Pulau Jawa. Penjualan produk pangan ke luar jawa
tanpa mempertimbangkan kebutuhan konsumsi lokal menyebabkan terjadinya kekurangan pangan di
sebagian wilayah produksi pangan.

Sebagian besar wilayah Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah yang apabila dikelola
dengan baik akan menghasilkan komoditi-komoditi pangan terbaik dan sumber daya energi. Salah
satu wilayah yang memiliki potensi tersebut adalah Kabupaten Aceh Barat. Sebagai salah satu
wilayah termaju di pesisir barat Provinsi Aceh, dimana Kota Meulaboh sebagai ibukota kabupatennya
memiliki komoditi pangan unggulan berupa padi sawah dan cadangan sumber daya energi berlimpah
berupa deposit batubara. Namun kenyataannya Kabupaten Aceh Barat memiliki potensi krisis pangan
yang mengkhawatirkan dimana produksi padi semakin menurun dari tahun ke tahunnya. Disisi lain
krisis energi listrik terjadi pula pada wilayah ini karena kebutuhan akan energi listrik semakin
Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di

Kabupaten Aceh Barat
Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

1

MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP

meningkat seiring dengan berkembangnya Kota Meulaboh dan perkotaan lainnya di Kabupaten Aceh
Barat.

1.2 Rumusan Masalah
Terkait dengan permasalahan yang dilatar belakangi oleh adanya krisis pangan dan energi maka
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana peran pengembangan ekonomi wilayah dapat mengatasi permasalahan ketahanan
pangan dan kelangkaan energi di Kabupaten Aceh Barat?

2. PEMBAHASAN
2. 1. Landasan Teori

A. Pengendalian Pangan Menurut Islam
Syariah Islam juga menjamin terlaksananya mekanisme pasar yang baik. Negara wajib
menghilangkan dan memberantas berbagai distorsi pasar, seperti penimbunan, kanzul mal (QS atTawbah [9]: 34), riba, monopoli, dan penipuan. Negara juga harus menyediakan informasi ekonomi
dan pasar serta membuka akses informasi itu untuk semua orang sehingga akan meminimalkan
terjadinya informasi asimetris yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar mengambil keuntungan
secara tidak benar.

Dari aspek manajemen rantai pasok pangan, kita dapat belajar dari Rasul saw yang pada saat itu sudah
sangat konsen terhadap persoalan akurasi data produksi. Beliau mengangkat Hudzaifah ibn al-Yaman
sebagai katib untuk mencatat hasil produksi Khaybar dan hasil produksi pertanian. Sementara itu,
kebijakan pengendalian harga dilakukan melalui mekanisme pasar dengan mengendalikan supply dan
demand bukan dengan kebijakan pematokan harga. Anas ra. menceritakan:

Harga meroket pada masa Rasulullah saw lalu mereka (para sahabat) berkata: “ya Rasulullah patoklah
harga untuk kami”. Maka Beliau bersabda: “sesungguhnya Allahlah yang Maha Menentukan Harga,
Maha Menggenggam, Maha Melapangkan dan Maha Pemberi Rezki dan aku sungguh ingin
menjumpai Allah dan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku karena kezaliman dalam hal
darah dan harta (HR at-Tirmidzi, Ibn Majah, Abu Dawud, ad-Darimi, Ahmad).

Praktek pengendalian supply seperti itu pernah dicontohkan oleh Umar bin al-Khaththab ra. Pada

waktu tahun paceklik dan Hijaz dilanda kekeringan, Umar bin al-Khaththab ra menulis surat kepada
walinya di Mesir Amru bin al–‘Ash tentang kondisi pangan di Madinah dan memerintahkannya
untuk mengirimkan pasokan. Lalu Amru membalas surat tersebut, “saya akan mengirimkan unta-unta
yang penuh muatan bahan makanan, yang “kepalanya” ada di hadapan Anda (di Madinah) dan dan
ekornya masih di hadapan saya (Mesir) dan aku lagi mencari jalan untuk mengangkutnya dari laut”.

Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di
Kabupaten Aceh Barat
Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

2

MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP

Demikianlah konsep dan nilai-nilai syariah Islam memberikan kontribusi pada penyelesaian masalah
pangan. Konsep tersebut tentu baru dapat dirasakan kemaslahatannya dan menjadi rahmatan lil
alamin bila ada institusi negara yang melaksanakannya. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk


mengingatkan pemerintah akan kewajiban mereka dalam melayani urusan umat, termasuk persoalan
pangan dengan menerapkan syariah yang bersumber dari Allah SWT, pencipta manusia dan seluruh
alam raya.
(Cahyadi, Eko.R, 2014)

B. Peraturan Perundangan Terkait Pangan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan memberi amanat kepada
pemerintah untuk mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang
cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga
perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang
waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Secara umum
perundangan tersebut memberikan penjelasan mengenai pangan, sebagaimana di atur dalam pasal 1
yang isinya antara lain sebagai berikut
a. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan,kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
b. Kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan
pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi

masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
c. Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan
yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan
yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam,
manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
d. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
e. Ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan
cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi
kebutuhan.

Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di
Kabupaten Aceh Barat
Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

3


MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP

f.

Cadangan pangan nasional adalah persediaan pangan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia untuk konsumsi manusia dan untuk menghadapi masalah kekurangan
Pangan, gangguan pasokan dan harga, serta keadaan darurat.

2.2. Kasus Ketahanan Pangan Di kabupaten Aceh Barat
Pada kasus wilayah Kabupaten Aceh Barat ditemukan beberapa permasalahan menyangkut ketahanan
pangan dan energi. Permasalahan yang paling menonjol adalah penggunaan lahan pertanian dan
kehutanan untuk perkebunan sawit. Penggunaan lahan Kabupaten Aceh Barat untuk komoditi
perkebunan sawit dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pemanfaatan lahan untuk kebun sawit
tersebut mendegradasi kawasan pertanian yang ada. Di sisi lain perkembangan perkotaan menuntut
kebutuhan lahan bagi permukiman dan aktifitas perkotaan lainnya, sehingga kawasan pertanian
menjadi berkurang sedikit demi sedikit. Lebih jelasnya penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Barat
dapat dilihat pada gambar berikut ini:


Gambar 1.
Peta Tutupan Lahan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di
Kabupaten Aceh Barat
Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

4

MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP

Tanaman pangan merupakan salah satu subsektor dalam sektor pertanian yang mencakup tanaman
padi (padi sawah dan padi ladang) dan palawija (jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
ubi kayu dan ubi jalar). Luas panen padi di Kabupaten Aceh Barat sepanjang tahun 2012 mencapai
14.719 hektar yang terdiri dari padi sawah sebesar 13.737 hektar dan padi ladang seluas 982 hektar.
Jumlah ini berkurang dibanding tahun sebelumnya. Dengan luas panen tersebut dihasilkan produksi
padi sebesar 49.767 ton yang berasal dari 49.007 ton padi sawah dan 760 ton padi ladang. Jumlah ini
juga menurun dibanding tahun 2011. Kecamatan Pante Ceureumen, Woyla dan Kaway XVI

merupakan daerah penghasil padi sawah terbesar di Aceh Barat. Sedangkan untuk padi ladang,
Kecamatan Sungai Mas adalah pusatnya. Dari sisi produktivitas juga terjadi penurunan dibanding
tahun sebelumnya. Belum selesainya irigasi sehingga masyarakat sangat tergantung dengan kondisi
alam dituding menjadi penyebabnya. Lebih jelasnya mengenai luas dan jumlah produksi padi di
Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1
Luas Dan Jumlah Produksi Tanaman Padi Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012

Sumber: Aceh Barat Dalam Angka 2013

Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di
Kabupaten Aceh Barat
Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

5

MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP


Untuk komoditi palawija terdapat produksi terbesar di kabupaten ini yaitu kacang tanah dan ubi kayu.
Produksi kedua komoditi ini di tahun 2012 masing-masing sebesar 954,62 ton dan 1.249,61 ton.
Produksi kacang tanah ini mengalami penurunan, sebaliknya produksi ubi kayu mengalami
peningkatan yang berarti. Sedangkan produktivitas kedua komoditi ini tidak mengalami perubahan.

Jumlah produksi tanaman pangan Kabupaten Aceh Barat secara keseluruhan pada periode 10
(sepuluh) tahun terakhir mengalami pasang surut produksi. Penyusutan terbesar produksi tanaman
pangan pada periode 2 (dua) tahun terakhir terjadi pada komoditi padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
dan kacang hijau. Bahkan komoditi padi mengalami penyusutan pada 3 (tiga) tahun terakhir. Kondisi
tersebut diperkirakan selain infrastruktur pertanian seperti saluran irigasi yang mengalami masalah
teknis, diperkirakan juga terjadi alih fungsi lahan pertanian padi sawah ataupun padi ladang menjadi
fungsi lahan lainnya, seperti lahan palawija dan perkebunan . Lebih jelasnya mengenai perkembangan
jumlah produksi tanaman pangan di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 2
Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2001 - 2012

Sumber: Aceh Barat Dalam Angka 2013
Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di
Kabupaten Aceh Barat

Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

6

MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP

Selama beberapa tahun terakhir ini perekonomian Aceh Barat sangat ditopang oleh sub sektor
perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit dan karet. Selain dua komoditi tersebut, kabupaten ini
juga menghasilkan banyak tanaman perkebunan yang lain. Melonjaknya harga karet dan kelapa sawit
membuat banyak masyarakat yang mengusahakan tanaman ini sehingga luas arealnya terus bertambah
setiap tahunnya. Pada tahun 2012 luas kebun karet dan kelapa sawit yang diusahakan rakyat mencapai
24.096 dan 6.481 hektar. Dengan luas lahan tersebut dihasilkan produksi karet dan kelapa sawit
sebesar 17.270 dan 60.965 ton. Lahan karet terbesar berada di kecamatan Woyla Barat, Kaway XVI
dan Arongan Lambalek. Sedangkan lahan pekerbunan sawit rakyat terluas terdapat di Kecamatan
Kaway XVI, Meureubo dan Arongan Lambalek.

Berdasarkan data-data produksi tanaman pangan tersebut dapat diketahui bahwa kondisi ketahanan
pangan Kabupaten Aceh Barat sedang mengalami krisis, dimana terdapat kecenderungan penurunan
produksi pangan khususnya komoditi padi dan jenis palawija tertentu. Kecenderungan penurunan
tersebut antara lain disebabkan sebagai berikut:


Tanaman padi sangat tergantung ketersediaan irigasi, sehingga kendala teknis sistem irigasi dan
terbatasnya pengembangan infrastruktur irigasi menjadi faktor teknis berkurangnya produksi



padi.
Nilai jual komoditi tanaman pangan lokal lebih tinggi daripada tanaman pangan impor atau dari
luar wilayah sehingga tidak ada motivasi bagi petani untuk mendapatkan keuntungan lebih



apabila menanam padi.
Kebanyakan masyarakat mengusahakan lahan pertanian untuk komoditi tanaman yang
berproduksi secara terus menerus dalam kurun waktu lama dengan keuntungan yang lebih besar



daripada tanaman pangan, seperti mengusahakan tanaman karet dan sawit.
Proses perawatan tanaman pangan lebih rumit dibandingkan dengan tanaman perkebunan karet
ataupun sawit sehingga petani lebih tertarik mengusahakan tanaman perkebunan tersebut.

2.2. Kasus Kelangkaan Energi Di Kabupaten Aceh Barat
Kelangkaan energi khususnya energi listrik di Kabupaten Aceh Barat terjadi hampir sama dengan
kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Kapasitas energi listrik yang
terdistribusi di wilayah Sumatera Bagian Utara hingga Aceh (Sumbagut-Aceh) sebagian besar
mengalami krisis, dimana kebutuhan penggunaan listrik jauh dari kapasitas produksi listrik.
Akibatnya masyarakat di wilayah tersebut sudah terbiasa mengalami pemadaman listrik bergilir
untuk mengurangi beban puncak.

Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di
Kabupaten Aceh Barat
Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

7

MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP

Saat ini di Kabupaten Aceh Barat terdapat 43.060 pelanggan listrik PLN. Jalur distribusi listrik di
Kabupaten Aceh Barat masuk dalam pelayanan PT. PLN Wilayah I Cabang Meulaboh yang juga
melayani beberapa kabupaten lain disekitarnya. Lebih jelasnya mengenai jumlah pelanggan pada
pelayanan PT. PLN Wilayah I Cabang Meulaboh dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3
Jumlah Pelanggan Rumah Tangga Pada PT. PLN Wilayah I Cabang Meulaboh Tahun 2012

Sumber: Aceh Barat Dalam Angka 2013

Berdasarkan data Aceh Barat Dalam Angka 2012 yang terkait dengan permasalahan kelangkaan
energi khususnya energi listri maka diketahui sebagai berikut:


jumlah kepala keluarga di Kabupaten Aceh Barat tahun 2012 sebanyak 45.268 KK dan
jumlah pelanggan listrik PLN sebanyak 43.000 pelanggan, sehingga dapat dikatakan bahwa
seluruh rumah di Kabupaten Aceh Barat telah terlayani jaringan listrik. Namun pelayanan
listrik bukan pada pelayanan terhadap rumah tangga saja, melainkan ada kegiatan
perkantoran, industri, dan kegiatan lain non rumah tangga yang harus pula dilayani.

Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di
Kabupaten Aceh Barat
Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

8

MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP



Permasalahannya utama kelangkaan energi adalah kemampuan pelayanan PLN baru sebatas
menyediakan jaringan listrik saja sedangkan daya listrik yang dibutuhkan pelanggan belum
terpenuhi, sehingga terjadi pemadaman listrik.

2.3. Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Pada Ketahanan Pangan Dan Kelangkaan Energi
Di Kabupaten Aceh Barat
Dalam upaya mengatasi ketahanan pangan dan kelangkaan energi di Kabupaten Aceh Barat maka
salah satunya perlu dilakukan upaya pengembangan ekonomi wilayah. Pengembangan ekonomi
wilayah yang dimaksud adalah mengembangkan sumber daya ekonomi secara lokal sesuai potensi
yang ada pada setiap wilayah dengan prioritas manfaat bagi kebutuhan lokal ataupun regional.
Beberapa faktor yang perlu dikembangkan untuk mendukung peran ekonomi wilayah bagi ketahanan
pangan dan energi di Kabupaten Aceh Barat antara lain sebagai berikut:

1. Mengembangan Sumber Daya Lokal
Setiap wilayah memiliki sumber daya lokal yang dapat digunakan secara mandiri untuk mengatasi
ketahanan pangan dan energi. Lahan pertanian seharusnya didukung pengenaan insentif apabila
dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, bahkan jika perlu diberi berbagai fasilitas kemudahan seperti
pembiayaan modal. Kondisi sebaliknya juga harus diberlakukan apabila lahan pertanian beralih
fungsi, yakni pengenaan disinsentif seperti harus menyediakan lahan tukar guling lebih luas dari lahan
pertanian yang ada sebelum dialih fungsikan.

Untuk mengatasi kelangkaan energi tentu setiap wilayah harus berinisiatif untuk mengembangkan
sumber energi yang belum tergali. Sumber daya energi yang dikembangkan sebaiknya bersumber dari
energi terbarukan seperti tenaga panas bumi, tenaga air, tenaga angin, dan sebagainya. Penggunaan
sumber energi tersebut akan lebih lama bagi ketersediaan energi listrik dibandingkan sumber energi
fosil.

2. Membuat Kebijakan Ketahanan Pangan Dan Energi
Salah satu upaya ketahanan pangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah adalah membuat
kebijakan yang pro lokal dan kemandirian masyarakat. Kebijakan tersebut meliputi:
A. Kebijakan Pemantapan Ketersediaan Pangan Berbasis Kemandirian




Menjamin ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri, dalam jumlah dan keragaman
untuk mendukung konsumsi pangan sesuai kaidah kesehatan dan gizi seimbang.
Mengembangkan dan memperkuat kemampuan dalam pemupukan dan pengelolaan
cadangan pangan pemerintah dan masyarakat hingga di tingkat desa dan atau komunitas.

Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di
Kabupaten Aceh Barat
Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

9

MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP



Meningkatkan kapasitas produksi pangan nasional melalui penetapan lahan abadi untuk
produksi pangan dalam rencana tata ruang wilayah dan meningkatkan kualitas
lingkungan serta sumberdaya lahan dan air.

B. Kebijakan Peningkatan Kemudahan Dan Kemampuan Mengakses Pangan




Meningkatkan daya beli dan mengurangi jumlah penduduk yang miskin.
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi distribusi dan perdagangan pangan melalui
pengembangan sarana dan prasarana distribusi dan menghilangkan hambatan distribusi



pangan antar daerah.



menjaga kualitas produk pangan dan mendorong peningkatan nilai tambah.

Mengembangkan teknologi dan kelembagaan pengolahan dan pemasaran pangan untuk

Meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur dan kelembagaan ekonomi perdesaan
dalam rangka mengembangkan skema distribusi pangan kepada kelompok masyarakat
tertentu yang mengalami kerawanan pangan.

C. Arah Kebijakan Peningkatan Kuantitas Dan Kualitas Konsumsi Pangan Menuju Gizi
Seimbang


Meningkatkan kemampuan rumahtangga dalam mengakses pangan untuk kebutuhan
setiap anggota rumah tangga dalam jumlah dan mutu yang memadai, aman dan halal



dikonsumsi dan bergizi seimbang.
Mendorong, mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran serta
masyarakat dalam pemenuhan pangan sebagai implementasi pemenuhan hak atas



pangan.
Mengembangkan program perbaikan gizi yang cost effective, diantaranya melalui
peningkatan dan penguatan program fortifikasi pangan dan program suplementasi zat



gizi mikro khususnya zat besi dan vitamin A.



dan gizi.

Mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk pemenuhan hak atas pangan

Meningkatkan efisiensi dan efektivitas intervensi bantuan pangan/pangan bersubsidi
kepada masyarakat golongan miskin terutama anak-anak dan ibu hamil yang bergizi
kurang.

D. Arah Kebijakan Peningkatan Status Gizi Masyarakat


Mengutamakan upaya preventif, promotif dan pelayanan gizi dan kesehatan kepada
masyarakat miskin dalam rangka mengurangi jumlah penderita gizi kurang, termasuk



kurang gizi mikro (kurang vitamin dan mineral).
Memprioritaskan pada kelompok penentu masa depan anak, yaitu, ibu hamil dan calon
ibu hamil/remaja putri, ibu nifas dan menyusui, bayi sampai usia dua tahun tanpa
mengabaikan kelompok usia lainnya.

Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di
Kabupaten Aceh Barat
Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

10

MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP



Meningkatkan efektivitas fungsi koordinasi lembaga-lembaga pemerintah dan swasta di
pusat dan daerah, dibidang pangan dan gizi sehingga terjamin adanya keterpaduan
kebijakan, program dan kegiatan antar sektor di pusat dan daeah, khususnya dengan
sektor

kesehatan,

pertanian,

industri,

perdagangan,

pendidikan,

agama,

serta

pemerintahan daerah.
E. Arah Kebijakan Peningkatan Mutu Dan Keamanan Pangan




Meningkatkan pengawasan keamanan pangan.



pangan.



pangan.



Melengkapi perangkat peraturan perundang-undangan di bidang mutu dan keamanan

Meningkatkan kesadaran produsen, importir, distributor dan ritel terhadap keamanan

Meningkatkan kesadaran konsumen terhadap keamanan pangan.
Mengembangkan teknologi pengawet dan pewarna makanan yang aman dan tidak
memenuhi syarat kesehatan serta terjangkau oleh usaha kecil dan menengah produsen
makanan dan jajanan.

(Wafa, 2014)

Sedangkan kebijakan mengatasi kelangkaan energi dapat dilakukan dengan menggunakan 4 (empat)
cara, atau dikenal dengan nama catur dharma energi. Menteri ESDM Jero Wacik menyebukan cara
tersebut yaitu;


Terus meningkatkan produksi migas. Caranya dengan memperbanyak eksplorasi migas.
Pemerintah akan memberikan kemudahan dalam izin eksplorasi migas dan sekaligus



akan memberikan insentif fiskal bagi yang mau investasi di sektor ini.
Mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) karena sebagian besar BBM dalam
negeri berasal dari impor. Caranya dengan mulai mencampurkan 10 persen biodiesel ke
dalam solar. Begitu juga dengan larangan bahwa PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)



tidak boleh menggunakan BBM di pembangkit barunya.



adalah panas bumi (30.000 MW), hidropower (75.000 MW), tenaga surya (50.000 MW).

Mendorong secara masif pengembangan energi baru dan terbarukan. Salah satunya

Gerakan hemat energi. Caranya masyarakat Indonesia harus menggunakan energi secara
hemat. Misalnya mematikan listrik pendingin udara (AC), televisi, kran air, lampu
apabila tidak digunakan.
(kompas.com, 21 Oktober 2013)

Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di
Kabupaten Aceh Barat
Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

11

MK Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah
USB YPKP

3. Membudayakan Penghematan
Penghematan sebenarnya tidak harus dimulai pada saat ketersediaan sudah berkurang. Mulai saat ini
masyarakat disosialisasikan untuk mendukung budaya hemat, yaitu hemat konsumsi pangan dan
hemat konsumsi energi. Budaya hemat pangan dan energi harus dimulai dari wilayah-wilayah yang
lebih maju khususnya di Pulau Jawa. Selain itu gerakan hemat pangan dan energi harus dimulai dari
pemerintah dan jajaran di bawahnya. Gerakan hemat pangan dan energi yang dilakukan pejabat
publik dapat menjadi contoh bagi masyarakatnya. Selain itu berbudaya hemat merupakan cara yang
mudah dan murah untuk dilakukan setiap orang dalam upaya mengurangi krisis pangan dan energi.

Membudayakan penghematan pangan secara sederhana dapat dipraktekan oleh setiap masyarakat
antara lain melalui pola makan sehat sesuai kebutuhan dan kebanggaan mengkonsumsi produk lokal.
Sedangkan membudayakan hemat energi dapat dipraktekan salah satunya dengan menggunakan
penerangan seminimal mungkin pada siang hari..

3. KESIMPULAN
Upaya mengatasi permasalahan ketahanan pangan dan energi sudah seharusnya dimulai dari masingmasing wilayah dengan jalan mengembangkan sumber daya alam untuk prioritas kebutuhan lokal.
Apabila produksi yang dihasilkan melebihi kebutuhan lokal maka selanjutnya dapat dilakukan ekspor
produksi sehingga dapat menambah pendapatan para petani. Begitu pula dengan kelangkaan energi
dapat diatasi dengan mencari sumber daya energi terbarukan yang potensinya sangat besar di
Indonesia.

Di sisi lain upaya pengembangan sumber daya alam untuk mengatasi masalah ketahanan pangan dan
kelangkaan energi tidak dapat berjalan sendiri oleh setiap daerah. Peran pemerintah dengan
regulasinya dan penyediaan infrastruktur harus lebih diintensifkan. Pemerintah dengan regulasinya
menjadi pelaku utama yang dapat mendorong setiap daerah melakukan eksplorasi sumber daya alam
dan melayani daerah-daerah yang memiliki keterbatasan dalam mengeksplorasi sumber dayanya.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Cahyadi, Eko.R. 2014, “Mengurai Persoalan Ketahanan Pangan Dan Solusinya Menurut Pandangan
Islam”, www. hizbut-tahrir.or.id.

2.

Wafa, Indra.2014, “Isu Strategis Ketahanan Pangan”, www. paskomnas.com

3.

Kompas.com, edisi 21 Oktober 2013, “ Empat Cara Atasi Krisis Energi Ala Jero Wacik”.

4.

Undang-undang RI No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan

Peran Pengembangan Ekonomi Wilayah Dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Ketahanan Pangan Dan Energi Di
Kabupaten Aceh Barat
Penulis : Muhammad Giri Saptono, ST
NPM : B2021312 RB1003

12