Makalah Pengantar Pendidikan Sistem Pend

MAKALAH
PENGANTAR PENDIDIKAN
“SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL”

Disusun Oleh:
Herry Rachmat Safi’i

Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan

Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan
Bahasa Inggris
UNIVERSITAS DARUL ULUM

LAMONGAN – 2014 / 2014

1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr... Wb...
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya sehingga kami, kelompok 8 selaku penyusun telah menyelesaikan
pembuatan makalah berdasar mata kuliah Pengantar Pendidikan, yang berjudul
“MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Pengantar
Pendidikan pada semester satu. Guna memenuhi tugas sebagai syarat pelaksanaan
Ulangan Akhir Semester (UAS) semester satu, tahun 2014/2015.
Mungkin dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat
kekurangan yang tidak kami sadari. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas
segala kekurangan yang ada dalam makalah ini, dan mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sebagai pembelajaran selanjutnya.
Akhir kata, penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Wassalamualaikum Wr... Wb...

Lamongan,
20 Januari 2015

Penyusun

2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................i
Daftar isi.......................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah......................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Sistem Pendidikan Nasional..............................................................3


2.2

Tujuan Pendidikan...............................................................................................4

2.3

Jalur dan Jenjang Pendidikan...............................................................................5

2.4

Kurikulum Nasional dan Kurikulum Lokal.........................................................8

2.5

Hubungan Kurikulum dengan Tujuan Pendidikan.............................................11

BAB III
PENUTUP
3.1


Kesimpulan........................................................................................................13

Daftar Pustaka.............................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Bahwa manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin

mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk
meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar,
maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus.
Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan
di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara
terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud), dahulu bernama

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Depdiknas). Di Indonesia,
semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama
sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun
di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini, pendidikan di
Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Telah menjadi amanat pembukaan UUD 1945, bahwa pemerintah wajib
menyediakan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka
mewujudkan tujuan tersebut maka dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang
mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem tersebut adalah
sistem pendidikan nasional.

2

1.2.

RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, rumusan masalah yang akan dikaji


diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.

Apa pengertian dari sistem pendidikan nasional?
Apa saja tujuan pendidikan nasional?
Apa definisi jalur pendidikan?
Bagaimana perbedaan Kurnas dan Kurlok?
Bagaimana hubungan kurikulum dengan tujuan pendidikan?

BAB II

3

PEMBAHASAN
2.1.


PENGERTIAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)

adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Syarat-syarat sistem :
1.
2.
3.
4.

Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.
Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
Adanya hubungan diantara elemen sistem.
Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting

dari pada elemen sistem.
5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.
Sedangkan, Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar dan
terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan

anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan
sebagai warga negara/masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan,
dan teknik penilaian yang sesuai. Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami
oleh anak, maka usaha yang sengaja dan terencana tersebut ditujukan untuk
membantu anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan
yang dialaminya dalam setiap periode perkembangan. Dengan kata lain,
pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai
keberhasilan dalam perkembangan anak.
Branata (1988) mengungkapkan bahwa Pendidikan ialah usaha yang
sengaja diadakan, baik langsung maupun secara tidak langsung, untuk membantu
anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. Pendapat diatas seajalan
dengan pendapat Purwanto (1987 :11) yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah
pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak,
dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan
bagi masyarakat.

4

2.2.


TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk
berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek
kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan
pemrintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai
pendidikan di tingkat Universitas.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter
seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi
disini pendidikan hanya menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa
adanya UN sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses
pembentukan karakter dan budi pekerti anak.
1. Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen)
Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan

dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang.”
Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
2. Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang
No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi

5

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
3. Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain
kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu,

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations,
Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar
pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to
Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together.
Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ
dan SQ.

2.3.

JALUR DAN JENJANG PENDIDIKAN NASIONAL
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur

pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal, dan informal.
A.

Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang.
Yang terdiri atas TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA dan Pendidikan
Tinggi atau Universitas. Pendidikan formal ada yang berstatus negeri dan
swasta.
Ciri-ciri pendidikan formal:
- Tempat pembelajaran di gedung sekolah
- Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik
- Kurikulum jelas
- Materi pembelajaran bersifat akademis
- Proses pendidikan memakan waktu lama
- Ada ujian formal
- Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta

6

B.

Tenaga pengajar memilikikualifikasi tertentu
Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam.

Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan
nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidkan formal
setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk
oleh Pemerintah / Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan. Seperti lembaga kursus & pelatihan, kelompok belajar,
sanggar, dll.
Ciri-ciri Pendidikan Nonformal:
- Tempat pembelajaran bisa di luar gedung sekolah
- Kadang tidak ada persyaratan khusus
- Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas
- Adanya program tertentu yang khusus yang hendak di tangani
- Bersifat praktis dan khusus
- Pendidikan berlangsung singkat
- Terkadang ada ujian
- Dapat dilakukan oleh Pemerintah dan Swasta

C.

Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga atau lingkungan yang
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui
sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus
ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Seperti: Pendidikan
Agama, Budi Pekerti, Etika, Sopan Santun, Moral dan Sosialisasi.
Ciri-ciri Pendidikan Informal:
- Tempat pembelajaran bisa dimana saja
- Tidak ada persyaratan dan Jenjang
- Tidak ada program yang direncanakan secara formal
- Tidak ada ujian dan materi tertentu yang harus tersaji secara formal
- Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang diterapkan berdasrkan

tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan
yang akan dikembangkan.
Jenjang pendidikan formal terdiri atas:
-

SD/MI adalah jenjang paling dasar dan ditempuh selama 6 tahun.

7

-

SMP/MTS/Sederajat adalah jenjang pendidikan dasar dan ditempuh

-

selama 3 tahun.
SMA/MA/SMK/MAK/Sederajat adalah jenjang pendidikan menengah

-

pada pendidikan formal setelah lulus SMP dan ditempuh selama 3 tahun.
Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
tinggi. Di Indonesia ada beberapa jenis perguruan tinggi, antara lain:
Akademi, Politeknik, Institut, Universitas, Sekolah Tinggi.
Sedangkan Jenis Pendidikan antara lain,

1. Pendidikan Umum, pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Pendidikan Kejuruan, pendidikan dasar yang mempersiapkan peserta didik
untuk bekerja dalam bidang tertentu.
3. Pendidikan Akademik, pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada
penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, tekhnologi,
atau seni tertentu (Program Sarjana dan Pasca Sarjana).
4. Pendidikan Profesi, pendidikan tinggi yang diarahkan

untuk

mempersiapkan pesert didik agar memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian tertentu.
5. Pendidikan Vokasi,

pendidikan

tinggi

yang

diarahkan

untuk

mempersiapkan peserta didik agar memiliki pekerjaan dengan keahlian
terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
6. Pendidikan Keagamaan, pendidikian dasar, menengah dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan ilmu pengetahuan tentang ajaran agama atau
menjadi ahli ilmu agama. Contoh: Pesantren, MI, MTS, MA, MAK,
Sekolah Tinggi Theologia.
7. Pendidikan Khusus, pendidikan yang diselenggarakan bagi peserta didik
yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif.
Contoh: Sekolah luar biasa.
2.4.

KURIKULUM NASIONAL DAN KURIKULUM LOKAL

A.

Kurikulum Nasional

8

Suryosubroto dalam dalam buku Manajemen Mutu Sekolah di Era
Otonomi Pendidikan, memberikan definisi bahwa kurikulum ialah segala
pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah maupun diluar sekolah.
Sedangkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 19 tentang
sistem Pendidikan Nasional memberikan definisi bahwa kurukulum merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan teartentu.
Secara garis besar kurikulum merupakan hal terpenting dalam sebuah
sistem pendidikan, dimana seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi,
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran termaktub dalam kurikulum. Pun juga kurikulum sebagai
wahana untuuk mewujudkan tujuan pendidikan pada masing-masing jenis/jenjang
satuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional. Pendidikan
memang seharusnya bersinergi dengan perkembangan zaman, terselaraskanya
pendidikan betul-betul menjadi kebutuhan zaman. Untuk mencapai hal terebut,
kurikulum

sebagai

tonggak

dari

sebuah

sistem

pembelajaran

dalam

perkembangnya mengalami perkembangan dari masa-kemasa, dimana sejak
dikumdangkan proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) pada 17 Agustus 1945 hingga saat ini (2006), Kurikulum Nasional
Pendidikan mengalami peruberubah 9 kali kali, (kurikulum Tahun 1947, 1952,
1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006) dan kurikulum 2013 yang
rencananya akan diberlakukan pada tahun ajaran 2013-2014 M.
Pada pada hakikatnya kurikulum berkembang dinamis evolusioner seiring
berputarnya waktu dan bergulirnya rentang kehidupan umat manusia di muka
bumi. Pada mulanya kurikulum berkembang di Erofa dari Zaman Kuno hingga
dapat dikenal dan diterapkan di Indonesia. Pada awal perkembanganya, kuriklum
tidak tertulis dalam sebuah maktab, namun pada era selanjutnya zaman yunani
kurikulum mulai dihasilkan dalam bentuk tulisan. Pada saat itu kurikulum yang
ada saat itu menurut Soemantri (1988) dalam Efendi (2009:9) dipilah menjadi
dua: Rhetorica School dimana sekolah menitikberatkan pada pendidikan keahlian
berbicara/berpidato dan berdebat Philosopical School dimana Sekolah yang
menitikberatkan pada pendidikan intelektual serta bidang filsafat (kecerdasan).

9

Bermula dari itulah, kurikulum mengalmai perkembangan dan perubahan.
Dalam sejarah perjalanan sejak kemerdekaan pada tahun 1945, Kurikulum
Pendidikan Nasional telah mengalami sembilan kali perubahan, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan yang akan datang
2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam berbangsa dan bernegara
pada masyarakat kita. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan
perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Perubahan Kurikulum Nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada
penekanan

pokok

dari

tujuan

merealisasikannya.
B.
Kurikulum Lokal
Kurikulum Muatan

Lokal

pendidikan

serta

pendekatan

merupakan

kegiatan

kurikuler

dalam

untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal
ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan. Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan
kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk
penyelenggaraan

pendidikan

yang

penyelenggaraan

pendidikan

di

tidak

terpusat,

masing-masing

sebagai

daerah

lebih

upaya

agar

meningkat

relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini
sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan
kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional. Muatan
lokal

merupakan

mata

pelajaran,

sehingga

satuan

pendidikan

harus

mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis
muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan
satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu
tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan
lokal. Adapun ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut:
1.

Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah.

10

Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah tertentu yang
pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan
lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang
diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup
dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan
arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan
daerah tersebut misalnya kebutuhan untuk:
Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai
-

dengan keadaan perekonomian daerah
Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan seharihari, dan
menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut

2.

(belajar sepanjang hayat)
Meningkatkan kemampuan berwirausaha.
Lingkup isi/jenis muatan lokal,
Lingkup isi/jenis mauatan local dapat berupa: bahasa daerah, bahasa

Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan
pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang
dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.

2.5.

HUBUNGAN KURIKULUM DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN

Dalam UU SISDIKNAS tahun 1989 Bab 1 Pasal 1 disebutkan bahwa
kurikulum pada hakikatnya adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Kurilkulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan .dengan
demikian kurikulum merupakan alat penting dalam proses pendidikan.kurikulum
juga memegang kunci dalam pendidikan,sebab berkaitan dengan penentuan
arah,isi,dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan
menyangkut rencana dan pendidikan baik dalam lingkup kelas ,sekolah,daerah
,wilayah maupun nasional.semua orang berkepentingan dengan kurikulum ,sebab
kita sebagai orang tua ,sebagai masyarakat,sebagai pemimpin formal ataupun
informal selalu mengharapkan tumbuh dan berkembangnya anak,remaja dan
generasi muda yang lebih baik,cerdas dan berkemampuan.

11

Karena kurikulum mempunyai manfaat yang sangat besar dalam
mewujudkan tercapainya tujusan pendidikan,maka tentunya kurikulum
mempunyai fungsi dan peran yang bisa dipraktekkan dalam kehidupan kita.fungsi
dan peran kurikulum merupakan bagian penting dari isi kurikulum
tersebut.sehingga manfaat yang didapatkan akan mampu mewujudkan suksesnya
tujuan pendidikan.
Kurikulum berfungsi dalam rangka pencapaian tujusn pendidikan nasional
,kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau uasaha dalam mencapai
tujuan–tujuan pendidikan yang diingini oleh sekolah tertentu yang dianggap
cukup tepat dan krusial untuk dicapai,sehingga salah satu langkah yang perlu
dilakukan adalah meninjau kembali yang selama ini dilakukan oleh sekolah yang
bersangkutan.
Dalam pencapaian tujuan pendidikan yang dicita citakan bahwa tujuantujuan tersebut mesti dicapai secara bertingkat yang saling mendukung
keberadaan kurikulum disini adalah sebagai suatu alat untuk mencapai sebuah
tujuan pendidikan.

12

BAB III
PENUTUP
3.1.

KESIMPULAN

Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di
Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur,
pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud), dahulu bernama Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Depdiknas). Di Indonesia, semua
penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama
sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun
di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini, pendidikan di
Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu
anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.

13

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A.K. Muda. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality
Publisher. Hal 45-50
Wikipedia Bahasa Indonesia. (11 12. 201). Pendidikan di Indonesia.
id.wikipedia.org. Diakses tanggal 18 Januari. 2015, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia

“Tujuan Pendidikan Nasional.” http://belajarpsikologi.com/tujuan-pendidikannasional/. Belajar Psikologi, Des. 2012. Blog. 18 Jan. 2015.
“Makalah Tentang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia.”
http://indahrwt27.blogspot.com. Indah Rahmawati, ________. Blog. 18 Jan. 2015.