Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit Pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di BEI

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan adalah Penetapan beberapa gagasan pengendalian organisasional yang didasarkan pada keyakinan bahwa pemisahan pemilik perusahaan dari manajemen menciptakan harapan pemilik yang diabaikan.” (Pearce and Robinson,2013 : 38). Teori keagenan mengansumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.

Perbedaan “kepentingan ekonomis” ini bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya informasi asymmetri (Kesenjangan informasi) antara Pemegang Saham (Shareholders) dan organisasi. Diskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori keagenan.


(2)

Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan principal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme

corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba. Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh sasaran yang harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan principal.

2.1.2 Kualitas Laba

“Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan” (Parawiyati, 1996) dalam ( Siallagan dan Machfoedz,2006). Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk: mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earnings power, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang.


(3)

Menurut Surifah, (2010) Kualitas laba merupakan sesuatu yang sentral dan penting dalam dunia akuntansi karena berdasar kualitas laba tersebut profesi akuntansi dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku kepentingan lainnya mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan keuangan, apa-bila kualitas laba yang disajikan tidak dapat di andalkan maka para pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi. Oleh karena itu berbagai upaya dan studi terus dilakukan agar dapat menyusun laporan keuangan dengan kualitas laba yang tinggi.

Para akuntan publik mengaudit dengan baik, untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan disusun secara wajar sehingga laba yang disajikan berkualitas. Para akuntan pendidik mengajarkan berbagai ilmu akuntansi agar mahasiswa mampu menyusun laporan keuangan dengan baik, menggunakan berbagai pertimbangan yang sehat dan profesional agar laporan keuangan yang disajikan menyajikan laba yang berkualitas. Begitu juga berbagai pihak atau pemakai laporan keuangan mengharapkan laporan keuangan mempunyai kualitas laba yang tinggi karena digunakan sebagai salah satu dasar untuk pengambilan keputusan kontrak, in vestasi maupun lainnya. Berbagai teknik akuntansi dan auditing dikembangkan juga dengan tujuan yang bermuara pada penyajian laporan keuangan atau penyajian laba yang berkualitas.

2.1.3 Kepemilikan Institusional dan Kualitas Laba

“Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi. Kepemilikan oleh institusi adalah proporsi kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan


(4)

dalam Welim dan Rusiti (2014). kepemilikan institusional menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen.

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Melalui kepemilikan institusional,efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen

Sujoko dan Soebiantoro (2006) menyatakan bahwa “Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi dalam hal ini institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang saham publik yang diukur dengan prosentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi intern.”

Ada dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current


(5)

earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor,maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar,sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor,manajer akan melakukan earnings management. Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman. Menurut pendapat ini,investor lebih terfokus pada laba masa datang (future earnings) yang lebih besar relative dari laba sekarang. Investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka memilih akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan melakukan monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer.

Hasil Penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007) menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap variabel

discretionary accruals dengan tingkat signifikan 5%. Akibatnya manajer terpaksa untuk melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka pendek, misalnya dengan melakukan manipulasi laba.Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang beredar.


(6)

Berdasarkan uraian diatas,maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1 : Kepemilikan instiusional berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. 2.1.4 Kepemilikan manajerial dan Kualitas Laba

“Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk meminimalkan konflik keagenan” (Palestin,2008) .Agar tidak terjadi konflik kepentingan dengan para pemegang saham sebagai pemilik, dalam mengelola perusahaan, manajemen harus transparan. Oleh karena itu, kepemilikan manajerial sangat dibutuhkan, kepemilikan manajerial diartikan sebagai proporsi saham biasa yang dimiliki oleh manajemen. Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris dimasukkan dalam kepemilikan manajerial (managerial ownership). Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan.

Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antar manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham, sehingga


(7)

manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Argumen tersebut mengindikasikan mengenai pentingnya kepemilikan manajerial dalam struktur kepemilikan perusahaan.

Hasil Penelitian Yonatan (2012) Besar kecilnya persentase kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi kualitas laba suatu perusahaan, karena dengan semakin besarnya persentase kepemilikan manajerial dalam perusahaan, maka akan menempatkan manajer sebagai salah satu pemilik perusahaan, sehingga manajer semakin memiliki peranan untuk meningkatkan kualitas perusahaannya termasuk kualitas laba dalam perusahaan. Dengan kata lain, semakin besar kepemilikan saham oleh manajer maka laba yang dilaporkan akan semakin berkualitas.

Hasil Penelitian Setianingsih (2013) meningkatnya kepemilikan saham manajerial akan berdampak pada menurunnya rasio tersebut yang menandakan semakin tinggi kualitas laba sebuah perusahaan. Tingginya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan berdampaknya tingginya motivasi pihak manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga laba yang dilaporkan akan semakin baik dan pihak manajemen tidak perlu memanipulasi laba.


(8)

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba

2.1.5 Dewan Komisaris Independen dan Kualitas Laba

Dewan komisaris independen adalah pihak yang mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara independen, semata-mata demi kepentingan perusahaan, tanpa pengaruh dari berbagai pihak lainnya. Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan menempatkan kesetaraan (fairness) diantara berbagai kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris ( Rosyada, 2011).

Adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam perusahaan. Manfaat corporate governance akan dilihat dari premium yang bersedia dibayar oleh investor atas ekuitas perusahaan (harga pasar). Jika ternyata investor bersedia membayar lebih mahal, maka nilai pasar perusahaan yang menerapkan good corporate governance juga akan lebih tinggi dibanding perusahaan yang tidak menerapkan atau mengungkapkan praktek good corporate governance mereka.

Hasil Penelitian Riswandi,(2014) menyimpulkan bahwa komisaris independen mampu memainkan perannya khususnya dalam mekanisme

corporate governance yang diharapkan mampu untuk mengurangi perilaku manajemen laba yang dilakukan manajemen perusahaan.


(9)

Hasil penelitian diatas tersebut memberikan simpulan bahwa perusahaan yang memiliki komposisi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau outside directur dapat mempengaruhi kualitas laba. Indikator yang digunakan untuk mengukur komposisi dewan komisaris adalah persentase jumlah anggota dewan yang berasal dari luar perusahaan, dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H3 : Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba.

2.1.6 Leverage dan Kualitas Laba

“Leverage (Strutur Modal) adalah perbandingan nilai hutang dengan nilai modal sendiri yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan akhir tahun. Variabel ini dinyatakan dalam rasio total hutang dengan penjumlahan total hutang dan modal sendiri pada neraca akhir tahun” ( Sujoko dan Soebiantoro,2006).

Hasil Penelitian Oktarya et al ( 2014) menyatakan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi kualitas informasi laba perusahaan. Hal ini berarti bahwa struktur modal perusahaan tidak dapat menentukan kualitas informasi laba yang disajikan.


(10)

Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba. Perusahaan dengan leverage tinggi akan menerapkan standar akuntansi yang menurunkan atau menaikkan laba yang dilaporkan. Hasil penelitian konsisten dengan hipotesis bahwa perusahaan dengan leverage yag tinggi cenderung mengatur laba yang dilaporkan. Dengan demikian, disimpulkan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung mengatur labanya dibandingkan dengan perusahaan degan tingkat leverage lebih rendah.

Berdasarkan uraian di atas,maka hipotesisyang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

H4 : Leverage berpengaruh negative terhadap kualitas laba 2.1.7 Komite Audit dan Kualitas Laba

Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance) BEJ mewajibkan perusahaaan tercatat memiliki komisaris independen dan komite audit. Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya tiga anggota dan seorang di antaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite. Sebaliknya, pihak lain adalah pihak ekstern yang independen dan sekurang-kurangnya salah seorang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan.


(11)

Komite audit merupakan sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan tertentu untuk melakukan tugas-tugas khusus. Di dalam perusahaan, komite ini sangat berguna untuk menangani masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga dimungkinkan permasalahan-permasalahan yang signifikan atau penting dapat segera teratasi.

Penelitian Setianingsih (2013) menunjukkan bahwa yang mendorong tercapainya fungsi komite audit bukanlah jumlah anggota yang ada dalam komite audit tersebut tetapi efektivitas pengawasan serta independensi para anggota komite audit tersebut.

Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Di dalam pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal, dan auditor internal. Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan eksternal yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan.

Komite audit juga bertugas sebagai pihak penengah apabila terjadi selisih pendapat antara manajemen dan auditor mengenai interpretasi dan


(12)

keseimbangan akhir sehingga laporan lebih akurat. Komite audit yang beranggotakan pihak independen dan memiliki pengetahuan dalam bidang keuangan dan akuntansi cenderung mendukung pendapat auditor.

Adanya kewajiban dibentuknya komite audit pada perusahaan-perusahaan public oleh Bursa Efek Jakarta dalam pengaturan pencatatan No I – A, dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik menunjukkan bahwa BEJ ingin meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan sehingga dapat mengurangi aktivitas manajemen melalui akrual diskrisioner. mengenai pengawasan pada audit eksternal diharapkan dapat meningkatkan independensi auditor sehingga dapat memperbaiki efektivitas audit. Oleh karena itu, keberadaan komite audit yang cukup independen dapat membantu dalam mengurangi aktivitas manajemen laba.

Berdasarkan uraian di atas,maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

H5 : Komite audit berpengaruh negative terhadap kualitas laba. 2.2 Review Penelitian Terdahulu

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada periode waktu data yang digunakan, defenisi operasional penelitian dan


(13)

penambahan variabel. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

Christian Paulus (2012) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba Variabel Independen: - Kepemilikan Institusional - Kepemilikan Manajerial Variabel Dependen: - Kualitas Laba Kepemilikan Manajerial berpengaruh negative terhadap kualitas laba. Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Irma Adriani (2011) Pengaruh Mekanisme Corporate governance terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan Variabel Independen: - Kepemilikan Institusional - Kepemilikan Manajerial - Komisaris Independen Variabel Dependen: Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan -)Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. -)Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba. -)Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba.


(14)

Pedi Riswandi (2014) Pengaruh Kepemilikan Manajerial,Prop orsi Komisaris Independen terhadap Kualitas laba Variabel Independen:

- Kepemilikan Manajerial - Komisaris Independen Variabel Dependen: Kualitas Laba -)Kepemilikan manajerial belum mampu meningkatkan kualitas laba -)Proporsi komisaris independen sudah mampu meningkatkan kualitas laba. Glovita Brelian Anggraini (2010) Pengaruh Kepemilikan Manajerial,Kepe milikan Institusional,lev erage dan Growth Terhadap Kualitas Laba Perusahaan Variabel Independen: - Kepemilikan Manajerial - Kepemilikan Institusional - Leverage - Growth Variabel Dependen: Kualitas Laba Perusahaan -)Kepemilikan Manajerial berpengaruh negative terhadap kualitas laba -)Kepemilikan

Institusional

berpengaruh negative terhadap kualitas laba -) Leverage

berpengaruh negative terhadap kualitas laba -)Growth

berpengaruh negative terhadap kualitas laba


(15)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel-variabel dependen dan variabel-variabel independen. Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan masalah.

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :


(16)

X1

X2 X3

H4 X4

X5

X6 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, terlihat bahwa hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan kausatif (sebab akibat). Di mana variabel independen yang telah ditentukan yaitu Kepemilikan Institusional (X1), Kepemilikan Manajerial (X2),Dewan Komisaris Independen (X3), Leverage

KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL

KEPEMILIKAN MANAJERIAL

DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN

LEVERAGE

KOMITE AUDIT

KUALITAS LABA (Y)


(17)

(X4), dan Komite Audit (X5) dan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit (X6) akan mempengaruhi variabel Kualitas Laba (Y).


(1)

keseimbangan akhir sehingga laporan lebih akurat. Komite audit yang beranggotakan pihak independen dan memiliki pengetahuan dalam bidang keuangan dan akuntansi cenderung mendukung pendapat auditor.

Adanya kewajiban dibentuknya komite audit pada perusahaan-perusahaan public oleh Bursa Efek Jakarta dalam pengaturan pencatatan No I – A, dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik menunjukkan bahwa BEJ ingin meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan sehingga dapat mengurangi aktivitas manajemen melalui akrual diskrisioner. mengenai pengawasan pada audit eksternal diharapkan dapat meningkatkan independensi auditor sehingga dapat memperbaiki efektivitas audit. Oleh karena itu, keberadaan komite audit yang cukup independen dapat membantu dalam mengurangi aktivitas manajemen laba.

Berdasarkan uraian di atas,maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

H5 : Komite audit berpengaruh negative terhadap kualitas laba.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada periode waktu data yang digunakan, defenisi operasional penelitian dan


(2)

penambahan variabel. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

Christian Paulus (2012) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba Variabel Independen: - Kepemilikan Institusional - Kepemilikan Manajerial Variabel Dependen: - Kualitas Laba Kepemilikan Manajerial berpengaruh negative terhadap kualitas laba. Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Irma Adriani (2011) Pengaruh Mekanisme Corporate governance terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan Variabel Independen: - Kepemilikan Institusional - Kepemilikan Manajerial - Komisaris Independen Variabel Dependen: Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan -)Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. -)Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba. -)Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba.


(3)

Pedi Riswandi (2014) Pengaruh Kepemilikan Manajerial,Prop orsi Komisaris Independen terhadap Kualitas laba Variabel Independen:

- Kepemilikan Manajerial - Komisaris Independen Variabel Dependen: Kualitas Laba -)Kepemilikan manajerial belum mampu meningkatkan kualitas laba -)Proporsi komisaris independen sudah mampu meningkatkan kualitas laba. Glovita Brelian Anggraini (2010) Pengaruh Kepemilikan Manajerial,Kepe milikan Institusional,lev erage dan Growth Terhadap Kualitas Laba Perusahaan Variabel Independen: - Kepemilikan Manajerial - Kepemilikan Institusional - Leverage - Growth Variabel Dependen: Kualitas Laba Perusahaan -)Kepemilikan Manajerial berpengaruh negative terhadap kualitas laba -)Kepemilikan

Institusional

berpengaruh negative terhadap kualitas laba -) Leverage

berpengaruh negative terhadap kualitas laba -)Growth

berpengaruh negative terhadap kualitas laba


(4)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel-variabel dependen dan variabel-variabel independen. Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan masalah.

Berdasarkan uraian teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :


(5)

X1

X2 X3

H4 X4

X5

X6 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, terlihat bahwa hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan kausatif (sebab akibat). Di mana variabel independen yang telah ditentukan yaitu Kepemilikan Institusional (X1), Kepemilikan Manajerial (X2),Dewan Komisaris Independen (X3), Leverage

KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL

KEPEMILIKAN MANAJERIAL

DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN

LEVERAGE

KOMITE AUDIT

KUALITAS LABA (Y)


(6)

(X4), dan Komite Audit (X5) dan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit (X6) akan mempengaruhi variabel Kualitas Laba (Y).


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

21 91 114

Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit Pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di BEI

3 79 92

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI)

2 33 138

Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance : studi empiris pada sektor perbankan yang terdaftar di bei periode tahun 2009-2013

0 15 0

Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit Pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di BEI

0 0 14

Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit Pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di BEI

0 0 2

Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit Pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di BEI

0 0 10

Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit Pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di BEI

0 0 2

Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit Pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di BEI

0 0 9