Karakterisasi Simplisia dan Isolasi Senyawa Alkaloida Ekstrak Etanol Sponge Xestospongia sp de Laubenfels

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

47
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Gambar makroskopik sponge Xestospongia sp

Sponge Xestospongia sp segar

48
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. (lanjutan)

Sponge Xestospongia sp setelah dipotong-potong

Simplisia sponge Xestospongia sp

49
Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. (lanjutan)

Serbuk simplisia sponge Xestospongia sp

50
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Gambar mikroskopik serbuk simplisia sponge Xestospongia sp

1

Mikroskopik serbuk simplisia sponge Xestospongia sp perbesaran 40x
Keterangan: 1. Spikula megasklera monoakson tipe Hastate oxea

51
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Bagan kerja penelitian

Sponge

dipisahkan dari pengotor
dicuci dengan air kran mengalir
ditiriskan
ditimbang
Berat sponge Xestospongia sp de Laubenfels = 2130 g
dipotong dengan ukuran 2 cm x 2 cm
dikeringkan dalam lemari pengering
dengan suhu 40-50 0C selama 6 hari
ditimbang
Berat sponge Xestospongia sp de Laubenfels = 410 g
dilakukan pemeriksaan makroskopik
dihaluskan menggunakan blender
Serbuk simplisia sponge
Ekstraksi
dengan pelarut
etanol

Karakterisasi simplisia:

Uji pendahuluan


- Pemeriksaan mikroskopik

golongan senyawa:

- Penetapan kadar :

- Alkaloida

- air

- Saponin

- sari larut dalam air

- Steroida/triterpenoida

- sari larut dalam etanol
- abu total
- abu tidak larut dalam asam


Bagan pengolahan sponge Xestospongia sp

52
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. (lanjutan)

350 g serbuk sponge
dimasukkan ke dalam bejana tertutup
direndam dengan cairan penyari etanol selama
3 jam
dimasukkan massa ke dalam percolator
dituang cairan penyari etanol secukupnya
sampai terdapat selapis cairan penyari di atas
serbuk simplisia
ditutup mulut perkolator dengan aluminium
foil dan plastik serta dibiarkan selama 24 jam
dibuka kran perkolator setelah 24 jam dan
cairan perkolat dibiarkan menetes dengan

kecepatan 1 tetes per detik dan ditampung ke
dalam botol berwarna bening
dihentikan proses perkolasi setelah sebanyak
500 mg perkolat terakhir diuapkan tidak
meninggalkan sisa

Ampas

Ekstrak
diuapkan perkolat dengan
bantuan alat penguap rotary
evaporator pada suhu tidak
lebih dari 400C
Ekstrak kental
Bagan pembuatan ekstrak etanol secara perkolasi

53
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. (lanjutan)


Ekstrak etanol
ditambahkan HCl 2 N dan air hingga pH 2-3
disaring
Residu

Filtrat
ditambahkan NH4OH pekat hingga pH 9-10
dikocok dengan 50 ml CHCl3 kemudian
lapisan dipisahkan dan perlakuan dilakukan
sebanyak 3 kali
Lapisan Air

Lapisan Kloroform

diuapkan hingga sepertiga volumenya
ditambahkan HCl 2 N sama banyak dan lapisan dipisahkan
Lapisan
Kloroform


Lapisan Asam
ditambahkan NH4OH pekat hingga pH 9-10
dikocok dengan 50 ml CHCl3 kemudian
lapisan dipisahkan dan perlakuan dilakukan
sebanyak 3 kali
Lapisan Air

Lapisan Kloroform

diuapkan hingga sepertiga volumenya
ditambahkan HCl 2 N sama banyak dan lapisan dipisahkan
Lapisan
Kloroform

Lapisan Asam
ditambahkan NH4OH pekat hingga pH 9-10
dikocok dengan 50 ml CHCl3 kemudian
lapisan dipisahkan dan perlakuan dilakukan
sebanyak 3 kali
Lapisan Air


Lapisan Kloroform

dipekatkan dengan bantuan rotary evaporator
Ekstrak kasar alkaloida

Bagan isolasi alkaloida dengan metode pengocokan asam basa

54
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Hasil analisis KLT ekstrak kasar alkaloida

bp

c

tp

a


b

c

d

e

f

Keterangan : Fase diam silika gel 60 F254, fase gerak kloroform–metanol-amonia
a. (95:5:1); b. (90:10:1); c. (85:15:1); d. (80:20:1); e. (75:25:1);
f. (70:30:1), penampak bercak Bouchardat, c = coklat, tp = titik
penotolan, bp = batas pengembangan.

55
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. (lanjutan)


bp

j

tp

a

b

c

Keterangan : Fase diam silika gel 60 F254 , fase gerak diklorometana–metanol
a. (80:20); b. (70:30); c. (60:40), penampak bercak Dragendorff,
j = jingga, tp = titik penotolan, bp = batas pengembangan.

56
Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Hasil KLT preparatif

bp

tp

Keterangan : Fase diam silika gel 60 F254, fase gerak = diklorometana–metanol
(60:40), penampak bercak Dragendorff, tp = titik penotolan,
bp = batas pengembangan.

57
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7. Hasil analisis KLT isolat alkaloida

bp

j

tp

a

b

c

Keterangan : Fase diam silika gel 60 F254 , fase gerak diklorometana–metanol
a. (80:20); b. (70:30); c. (60:40), penampak bercak Dragendorff,
j = jingga, tp = titik penotolan, bp = batas pengembangan.

58
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Hasil uji kemurnian isolat secara KLT dua arah
A2

bp1

j

A1

tp

bp2
Keterangan : Fase diam silika gel 60 F 254, fase gerak I = diklorometana–metanol
(60:40), fase gerak II = kloroform-metanol-amonia (75:25:1),
penampak bercak Dragendorff, j = jingga, tp = titik penotolan,
bp = batas pengembangan.

59
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 9. Hasil karakterisasi isolat secara spektrofotometri UV

Absorbansi

Panjang gelombang (nm)

60
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 10. Hasil karakterisasi isolat secara spektrofotometri IR

Bilangan gelombang (cm)

61
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11. Perhitungan kadar karakteristik simplisia sponge Xestospongia sp
1. Penetapan kadar air

Kadar air 

Volume II - Volume I
x 100%
Berat Sampel

Sampel I
Berat sampel

= 5,008 g

Volume I

= 1,8 ml

Volume II

= 2,15 ml

Kadar air

=

2,15 - 1,8
x 100% = 6,98 %
5,008

Sampel II
Berat sampel

= 5,002 g

Volume I

= 2,15 ml

Volume II

= 2,5 ml

Kadar air

=

2,5 - 2,15
x 100% = 6,99 %
5,002

Sampel III
Berat sampel

= 5,027 g

Volume I

= 2,5 ml

Volume II

= 2,85 ml

Kadar air

=

Kadar air rata- rata

=

2,85 - 2,5
x 100% = 6,96 %
5,027
6,98%  6,99%  6,96%
= 6,98 %
3

62
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11. (Lanjutan)
2. Penetapan kadar sari yang larut dalam air

Kadar sari larut air 

Berat Sari
100
x
x 100%
Berat Sampel 20

Sampel I
Berat sampel

= 5,002 g

Berat sari

= 0,498 g

Kadar sari larut air

=

0,498 100
x 100% = 49,78 %
x
5,002 20

Sampel II
Berat sampel

= 5,008 g

Berat sari

= 0,496 g

Kadar sari larut air

=

0,496 100
x 100% = 49,52 %
x
5,008 20

Sampel III
Berat sampel

= 5,017 g

Berat sari

= 0,502 g

Kadar sari larut air

=

Kadar sari larut air rata- rata

=

0,502 100
x 100% = 50,03 %
x
5,017 20
49,78%  49,52%  50,03%
3

= 49,78 %

63
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11. (Lanjutan)
3. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

Kadar sari larut etanol 

Berat Sari
100
x
x 100%
Berat Sampel 20

Sampel I
Berat sampel

= 5,008 g

Berat sari

= 0,413 g

Kadar sari larut etanol

=

0,413 100
x 100% = 41,23 %
x
5,008 20

Sampel II
Berat sampel

= 5,018 g

Berat sari

= 0,418 g

Kadar sari larut etanol

=

0,418 100
x 100% = 41,65 %
x
5,018 20

Sampel III
Berat sampel

= 5,026 g

Berat sari

= 0,422 g

Kadar sari larut etanol

=

Kadar sari larut etanol rata- rata

=

0,422 100
x 100% = 41,98 %
x
5,026 20
41,23%  41,65%  41,98%
3

= 41,62 %

64
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11. (Lanjutan)
4. Penetapan kadar abu total
Kadar abu total =
Dimana :

W1
W

w

x 100 %

= berat sampel

w1 = berat abu
Sampel I
Berat sampel

= 2,002 g

Berat abu

= 0,626 g

Kadar abu total

=

0,626
2,002

x 100 %

= 31,27 %

Sampel II
Berat sampel

= 2,008 g

Berat abu

= 0,629 g

Kadar abu total

=

0,629
2,008

x 100 %

= 31,32 %

Sampel III
Berat sampel

= 2,008 g

Berat abu

= 0,631 g

Kadar abu total

=

Kadar abu rata-rata

=

0,631
2,008

x 100 %

= 31,42 %

31,27 % + 31,32 % + 31,42 %
3

= 31,34 %

65
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11. (Lanjutan)
5. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Kadar abu tidak larut asam =
Dimana :

w

W1
W

x 100%

= berat sampel

w1 = berat abu
Sampel I
Berat sampel

= 2,002 g

Berat abu

= 0,1387 g

Kadar abu

=

0,1387
2,002

x 100%

= 6,93 %

Sampel II
Berat sampel

= 2,008 g

Berat abu

= 0,1379 g

Kadar abu

=

0,1379
2,008

x 100%

= 6,87 %

Sampel III
Berat sampel

= 2,008 g

Berat abu

= 0,1388 g

Kadar abu

=

Kadar abu rata-rata

=

0,1388
2,008

x 100%

= 6,91 %

6,93 % + 6,87 % + 6,91 %
3

= 6,90 %

66
Universitas Sumatera Utara