Perbedaan Sudut MP-SN dengan Ketebalan Dagu Mandibula Pada Pasien Dewasa yang Dirawat di Klinik PPDGS Ortodonsia FKG USU

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jaringan lunak yang menutupi wajah (otot, lemak, kulit) dapat berkembang secara
seimbang ataupun tidak seimbang sesuai dengan struktur skeletal (jaringan keras) setiap
individu. Variasi pada ketebalan, panjang serta tonus jaringan lunak dapat mempengaruhi
posisi dan hubungan antara struktur pendukung wajah sehingga dapat mempengaruhi
penampilan estetika secara keseluruhan. Variasi antara skeletal (jaringan keras) dan
jaringan lunak dapat menyebabkan disharmoni posisi dan struktur tulang serta
mempengaruhi penampilan wajah dibutuhkan pendekatan dengan perawatan bedah
orthognati untuk memperoleh kesempurnaan suatu penampilan wajah.1,2
Wajah dibagi dalam tiga segmen secara horizontal yaitu sepertiga atas memanjang
dari garis rambut ke glabella, sepertiga tengah dari glabella ke subnasal, dan sepertiga
bawah dari subnasal ke menton. Proporsi ketiga segmen wajah ini jarang sama. Pada
kaukasoid, sepertiga tengah wajah sering pendek dari sepertiga atas, dan bagian tengah
dan sepertiga wajah atas kurang dari sepertiga wajah bawah. Pada populasi Asia Timur,
sepertiga tengah wajah seringkali lebih besar dari sepertiga wajah atas dan sama dengan
sepertiga bagian bawah, dan sepertiga wajah atas kurang dari sepertiga wajah bawah.3
Sepertiga wajah bawah dibagi atas 3 (tiga) segmen, yaitu bibir atas, bibir bawah
dan dagu.3,4 Pengukuran jaringan lunak pada profil wajah untuk menentukan proporsi

yang tepat dari ukuran dan posisi dari hidung, bibir dan dagu, dapat membantu individu
untuk mengetahui karakteristik wajah dan norma pada masing-masing individu. Ketika
pengukuran wajah berada di luar norma, nilai estetika wajah dapat berkurang.5 AnicMilosevic dkk, melakukan penelitian perbandingan proporsi ketiga segmen wajah yang
lebih rendah pada laki-laki dan perempuan. Dagu mewakili segmen terbesar sedangkan
ketinggian bibir bawah mewakili segmen terkecil pada laki-laki dan perempuan.3
Pada umumnya, radiografi sefalometri lateral digunakan untuk menganalisis
perubahan dimensi vertikal dan sagital maksila dan mandibula.6 Besar derajat inklinasi

Universitas Sumatera Utara

bidang mandibula terhadap basis kranium menunjukkan rotasi mandibula dan
menentukan dimensi vertikal wajah seseorang apakah panjang, normal atau pendek.6,7,8
Selain itu, radiografi hand-wrist dapat menunjukkan hubungan erat pada tumbuh
kembang maksila dan mandibula. Indikasi klinis untuk penggunaan radiografi hand-wrist
adalah untuk menilai skeletal maturity.9
Dalam analisis dimensi vertikal, sudut MP-SN menurut Steiner dipergunakan
untuk melihat pola pertumbuhan wajah. Nilai normal rata-rata sudut MP-SN adalah 32°.
Bila sudut MP-SN lebih kecil dari nilai normal, berarti pola pertumbuhan wajah ke arah
depan dan berlawanan arah jarum jam sehingga wajah terlihat lebih pendek
(hypodivergent); sedangkan bila sudut MP-SN lebih besar dari normal, berarti pola

pertumbuhan wajah ke arah bawah dan searah jarum jam sehingga wajah terlihat lebih
panjang (hyperdivergent).8,10,11
Schudy menyatakan bahwa inklinasi bidang mandibula merupakan indikator yang
baik dalam menentukan rotasi mandibula. Sudut MP-SN yang kecil mengindikasikan
mandibula rotasi ke depan, sedangkan sudut yang besar mengindikasikan mandibula
rotasi ke belakang. Bjork menunjukkan batas bawah mandibula mengalami perubahan
selama pertumbuhan sehingga menutupi rotasi rahang. Isaacson dkk., dalam studi yang
dilakukannya menyatakan orang dengan besar sudut MP-SN yang lebih kecil dari 26°
tergolong hypodivergent dan sudut lebih besar dari 38° tergolong tipe hyperdivergent.
Lowe dkk menyatakan pasien dengan besar sudut MP-SN 37° atau lebih dari 37°
digolongkan sebagai hyperdivergent atau wajah panjang. Karlsen juga menyatakan
hypodivergent mempunyai besar sudut MP-SN 26° atau dibawahnya dan hyperdivergent
mempunyai besar sudut MP-SN 35° atau diatasnya.12
Ketebalan dagu dapat diukur pada pogonion (Pog-Pog') dimana garis ditarik
secara horizontal dari jaringan keras pogonion ke jaringan lunak pogonion.1,4 Menurut
Holdaway ketebalan jaringan lunak dagu yang normal dari Pog-Pog’ adalah 10-12
mm.2,13
Pada penelitian Chitra.P dkk., tentang perbedaan ketebalan jaringan lunak dagu
pada pasien dewasa ras India dengan maloklusi Klas II divisi 1 terlihat tidak ada
perbedaan signifikan pada hasil statistik antara laki-laki dengan perempuan. Sudut ANB

pada semua kelompok tidak signifikan. PP / H (inklinasi palatal dalam arah horizontal)
pada kelompok dengan hypodivergent, normal, dan hyperdivergent menunjukkan hasil
statistik yang tidak signifikan. Ketebalan jaringan lunak dagu memiliki pengukuran yang

Universitas Sumatera Utara

tertinggi pada kelompok hypodivergent dan menurun secara bertahap pada seluruh
kelompok, sedangkan pengukuran terendah yaitu pada kelompok laki-laki dan perempuan
yang hyperdivergent. Kelompok dengan sudut MP-SN normal pada perempuan memiliki
ketebalan Pog-Pog' yang lebih besar.1
Menurut studi Genecov dkk., mencatat bahwa ketebalan jaringan lunak dagu pada
wanita usia 7 – 9 tahun lebih besar daripada laki-laki. Wanita hanya mengalami
peningkatan 1,6 mm hingga usia 18 tahun, sedangkan laki-laki mengalami peningkatan
sebesar 2,4 mm. Hal ini mengakibatkan laki- laki dan perempuan memiliki ketebalan
jaringan lunak yang sama saat mencapai usia 17. Penelitian Wisth menunjukkan bahwa
perubahan ketebalan jaringan lunak pada dagu hampir sama dengan yang ditemukan pada
nasion. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan jaringan lunak dagu tidak mempengaruhi
perubahan profil konveksitas wajah.14
Penelitian sebelumnya telah melakukan analisis terhadap ketebalan jaringan
lunak wajah pada populasi anak-anak berbagai tipe skeletal di Jepang. Utsuno dkk.,

melaporkan adanya pengukuran yang berbeda-beda karena subjek penelitian memiliki
perbedaan maloklusi. Basciftci dkk. melaporkan bahwa terjadi perbedaan signifikan
antara jenis kelamin untuk ketebalan jaringan lunak dagu dan ketebalan bibir atas pada
populasi dewasa Turki.15
Ngan dkk. menemukan bahwa individu dengan Klas II skeletal memiliki kelainan
kombinasi horizontal dan vertikal pada mandibula dan mencatat adanya variasi dalam
arah maupun laju pertumbuhan wajah.16 Snodell dkk., melakukan evaluasi longitudinal
tentang perubahan pertumbuhan dimensi transversal dan vertikal pada pasien yang
berusia antara 4 sampai 20 tahun ditemukan bahwa pertumbuhan vertikal wajah lebih
mendominasi pertumbuhan wajah dibandingkan pertumbuhan wajah dalam arah
transversal. Pertumbuhan vertikal wajah meningkat antara 32% - 40% selama
pertumbuhan pada pria dan 19% - 20% selama pertumbuhan pada wanita.17 Dengan
alasan tersebut, penulis ingin melakukan penelitian tentang perbedaan sudut MP-SN
dengan ketebalan dagu pada pasien dewasa yang dirawat di Klinik PPDGS Ortodonsia
FKG USU.

1.2 Rumusan Masalah

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:

1. Berapakah rata-rata sudut MP-SN pada pasien dewasa?
2. Berapakah rata-rata ketebalan dagu pada pasien dewasa?
3. Bagaimana perbedaan sudut MP-SN dengan ketebalan dagu pada
pasien dewasa yang dirawat di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui rata-rata sudut MP-SN pada pasien dewasa .
2. Mengetahui rata-rata ketebalan dagu pada pasien dewasa.
3. Mengetahui perbedaan sudut MP-SN dengan ketebalan dagu pada
pasien dewasa yang dirawat di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk membantu dalam menegakkan diagnosis dan rencana perawatan

ortodonti yang tepat.
2. Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan.
3. Sebagai informasi pada pasien bahwa kelainan sepertiga wajah bawah
memerlukan pendekatan interdisipliner.

Universitas Sumatera Utara