Analisis Potensi Ekspor CPO (Crude Palm Oil) Di Sumatera Utara

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perdagangan adalah salah satu dari sebuah proses kegiatan ekonomi yang memegang peranan cukup penting. Perdagangan yang dilaksanakan antar daerah dan antar negara merupakan cara penting untuk meningkatkan taraf hidup dan kemakmuran bagi negara yang bersangkutan.

Indonesia merupakan negara yang sejak lama melakukan perdagangan internasional. Peningkatan ekspor dari sisi jumlah maupun jenis barang ataupun jasa selalu diupayakan dengan berbagai strategi diantaranya dengan pengembangan ekspor terutama nonmigas. Adapun tujuan strategi ini adalah untuk menunjang dan memacu pertumbuhan ekonomi. Menurut Ricardo, salah satu cara mempertahankan pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah dengan meningkatkan pembangunan di sektor primer (pertanian) dimana peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi cukup nyata.

Indonesia merupakan negara agraris yang perekonomiannya didukung oleh sektor pertanian. Salah satu subsektor pertanian tersebut adalah perkebunan yang memberikan kontribusi besar pada perekonomian. Secara umum tanaman perkebunan mempunyai peranan yang sangat besar dan memberikan kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja, ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan usaha perkebunan telah menunjukan kemajuan yang sangat pesat


(2)

ditinjau dari peningkatan produksi, seperti komoditas sawit, karet, kakao, kopi dan teh yang telah menjadi andalan ekspor Indonesia di pasar dunia.

Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cenderung berkembang dan memiliki prospek baik ke depan adalah Perkebunan Kelapa Sawit. Dilihat dari proses awalnya, tanaman kelapa sawit sebagai tanaman keras akan menghasilkan minyak sawit dan inti sawit yang telah dikenal di Indonesia sejak jaman Belanda. Sedangkan hilirnya, minyak sawit dan inti sawit tersebut dapat diolah lebih lanjut dan akan menghasilkan minyak goreng (olein), mentega dan bahan baku sabun (stearin). Lebih ke hilir lagi, komoditi ini dapat menghasilkan ratusan produk turunan lainnya yang secara umum dikonsumsi masyarakat dunia saat ini. Dan saat ini salah satu perkembangan produk turunan kelapa sawit adalah bahan bakar minyak, dimana dengan ditemukannya teknologi ini otomatis kebutuhan CPO sebagai produk turunan pertama kelapa sawit meningkat tajam yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga CPO di pasar internasional (Pahan Iyung, 2006).

Sampai saat ini produksi minyak kelapa sawit masih belum mampu mencukupi kebutuhan dunia di masa mendatang. Siklus badai El Nino yang diprediksi akan menyerang Indonesia dan Malaysia selaku negara produsen sawit utama dunia. Imbasnya terasa pada kapasitas produksi CPO yang otomatis akan menurun selama beberapa waktu. Padahal saat itu konsumsi CPO dunia terus meningkat. Sebagai catatan, saat ini Indonesia masih menguasai 44% persen market share perdagangan CPO dunia. Selain faktor cuaca, sebagian besar pohon


(3)

kelapa sawit juga membutuhkan peremajaan, sementara standar hidup yang makin tinggi di berbagai negara juga menambah kebutuhan akan minyak nabati.

Selain kebutuhan pangan, kelapa sawit juga sangat diperlukan di industri farmasi, kosmetik, baja, bahkan juga biodiesel. Seperti diketahui minyak kelapa sawit menjadi salah satu sumber energi alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan dan dan dapat diperbarui. Bahkan sesungguhnya Indonesia dapat menjadi penentu harga sawit dunia, mengingat posisinya sebagai produsen nomor satu di dunia.

Produk CPO merupakan komoditas strategis di pasar global, sehingga kondisi dan harga CPO di pasar domestik sangat dipengaruhi oleh pasar global. Produk CPO merupakan komoditas ekspor potensial dan memberikan kontribusi cukup besar bagi perolehan devisa. Berdasarkan informasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia dan pada tahun 2010. Dan dunia berharap Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap kebutuhan CPO dunia. Hal ini disebabkan Malaysia sebagai salah satu pemasok CPO terbesar dunia tidak lagi memiliki lahan pengembangan yang baru, hanya bertumpu pada peningkatan produktivitas sebesar 3% per tahun.

Kelapa sawit sebagai penghasil minyak sawit dan inti sawit menjadi penghasil devisa dari sektor nonmigas bagi Indonesia. Cerahnya prospek minyak nabati dalam perdagangan minyak dunia mendorong pemerintah untuk memacu perkembangan ekspor minyak kelapa sawit.

Krisis global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008 membuat kontraksi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini sangat terlihat pada


(4)

sektor perkebunan khususnya kelapa sawit yag selama ini mempunyai peranan penting dalam menigkatkan devisa negara. Tingkat ekspor negara Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar dan mempunyai efek kesinambungan (contigous effect). Berkurangnya jumlah ekspor ini menyebabkan berlimpahnya jumlah produk perkebunan di dalam negri yang pada akhirnya menyebabkan turunnya harga di tingkat domestik menjadi sangat rendah.

Harga sawit menurun sangat tajam yang sebelumnya mencapai harga Rp.1800/kg – Rp.2000/kg turun sampai ke harga Rp.350/kg. Tentu saja hal ini berdampak pada perekonomian Indonesia. Kelebihan produski yang tidak dapat diserap oleh pasar ekspor juga tidak dapat diserap oleh pasar domestik karena kapasitas pasar domestik belum dapat menyerap kelebihan produksi ini. Hal ini disebabkan masih lemahnya kemampuan sektor industri Indonesia dalam pengolahan produk turunan padahal permintaan untuk produk turunan cukup besar. Disamping itu, dampak penurunan harga yang tajam adalah turunnya pendapatan petani dan pengusaha di komoditas sawit tersebut. Bahkan bila berkelanjutan, dampak buruknya adalah bangkrutnya perusahaan dan kemudian terjadi pemecatan tenaga kerja dan menimbulkan pengangguran. Kelapa sawit yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia sebagai komoditi unggulan perannya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kelapa sawit di Indonesia diusahakan oleh 3 (tiga) elemen, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan negara. Luas lahan yang diusahakan dan diproduksi setiap tahunnya mengalami peningkatan karena prospek bisnis kelapa sawit yang sangat menjanjikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 1.1.


(5)

Tabel 1.1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Pengusaha di Indonesia

Sumber: BPS Sumatera Utara 2011.

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa perluasan areal tanaman kelapa sawit begitu juga dengan produksinya yang semakin meningkat setiap tahunnya semakin besar dimana perkebunan rakyat mengalami pertumbuhan luas areal sebesar 9,9% dan produksi sebesar 7,25%, perkebunan swasta mengalami pertumbuhan luas areal tanaman sebesar 1,3% dan produksi sebesar 6,5% dan perkebunan negara mengalami pertumbuhan luas areal sebesar 0,2% dan produksi sebesar 5,6%.

Tahun LUAS AREAL/Area (Ha)

PR PBN PBS Jumlah

1967 - 65.573 40.235 105.808

1977 - 148.775 71.626 220.401

1987 203.047 365.575 160.040 728.662 1997 813.175 517.064 1.592.057 2.922.296 2007 2.752.172 606.248 3.408.416 6.766.836 2008 2.881.898 602.963 3.878.986 7.363.847 2009 3.013.973 608.580 3.885.470 7.508.023 2010 3.314.663 616.575 3.893.385 7.824.623

Tahun PRODUKSI/Produksi (Ton)

PR PBN PBS Jumlah

1967 - 108.514 59.155 167.669

1977 - 336.891 120.716 457.607

1987 165.162 988.480 352.413 1.506.055 1997 1.282.826 1.586.879 2.578.806 5.448.508 2007 6.358.389 2.117.035 9.189.30 17.664.725 2008 6.923.042 1.938.134 8.678.612 17.539.788 2009 7.247.979 1.961.813 9.431.089 18.640.881 2010 7.774.036 2.089.908 9.980.957 19.844.901


(6)

Kelapa sawit dengan produk turunan primer yaitu Minyak Sawit Kasar atau Mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan Minyak Inti Sawit (Kernel Palm Oil/KPO) mempunyai peran yang sangat signifikan memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional sebagai komoditi ekspor. Disamping itu, kebutuhan dunia akan minyak sawit mentah (CPO) diproyesikan semakin meningkat setiap tahunnya, menggeser kedudukan minyak nabati lainnya.

Seiring dengan meningkatnya produksi kelapa sawit Indonesia menyebabkan meningkatnya produksi CPO dan produk turunan kelapa sawit lainnya. Sepanjang tahun 1980 – 2007 ekspor CPO mengalami peningkatan sebesar 2261%. Perkembangan ekspor berbanding lurus dengan produksi CPO dalam negeri. Gambar 1.1 berikut akan menunjukan perkembangan ekspor CPO Indonesia.


(7)

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (BPS) 2012.

Gambar 1.1. Perkembangan Volume Ekspor CPO Indonesia Tahun 1980-2010 (ton).

Komoditi kelapa sawit telah menjadi komoditi ekspor yang sangat penting bagi Indonesia dan bagi para petani dan pengusaha kelapa sawit dan telah menjadi komoditi yang penting bagi Sumatera Utara mulai pertama kali komoditi ini dibuidayakan semenjak zaman penjajahan Belanda.

Kelapa sawit Sumatera Utara memang sudah lama terkenal karena di daerah inilah pertama kali menjadi tempat pengembangan dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Hal ini didukung dengan letak geografis Sumatera Utara yang sesuai dengan syarat tanam kelapa sawit, disamping itu banyak penduduk Sumatera Utara yang membuat usaha di bidang kelapa sawit. Oleh karena itu, sejak awal Sumatera Utara telah menjadi produsen kelapa sawit terbesar Indonesia dan saat ini dari segi produksi Sumatera Utara berada di posisi urutan kedua setelah Riau


(8)

dan diikuti oleh Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah. Berikut adalah tabel yang akan menunjukkan Produksi Tandan Buah Kelapa Sawit Segar Berdasarkan Provinsi.

Tabel 1.2. Produksi Tandan Buah Kelapa Sawit Segar Berdasarkan Provinsi (ton)

TAHUN RIAU SUMATERA UTARA

SUMATERA SELATAN

KALIMANTAN

TENGAH INDONESIA 1991 344.437 1.737.873 79.483 4 2.657.600 1996 1.097.207 2.183.945 296.486 16.804 4.898.658 2001 2.031.389 2.467.598 864.783 193.068 8.396.472 2006 4.685.660 3.244.922 1.616.161 1.383.317 17.350.848 2007 5.117.730 3.083.389 1.809.949 1.387.696 17.664.725 2008 5.764.203 2.738.279 1.753.212 1.449.294 17.539.788 2009 5.932.310 3.158.144 2.036.553 1.677.976 19.324.293 Sumber: Departemen Pertanian Tahun 2010.

Sumatera Utara yang selama ini menjadikan CPO sebagai andalan pendapatan daerah Sumatera Utara di sektor perkebunan mempunyai peluang yang cukup besar untuk menyumbang ekspor CPO Indonesia lebih besar lagi di pasar dunia. Seiring dengan peningkatan luas areal perkebunan sawit di Sumatera Utara maka ekspor CPO juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari gambar berikut.


(9)

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2012.

Gambar 1.2. Perkembangan Volume Ekspor CPO Sumatera Utara Tahun 1980- 2010 (ton).

Dengan melihat pentingnya ekspor CPO sebagai penyumbang pendapatan daerah Sumatera Utara khususnya dan Indonesia umumnya, untuk itu diperlukan pengembangan untuk meningkatkan ekspor Indonesia dan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menjadikan Sumatera Utara sebagai leading province untuk kelapa sawit di Indonesia. Oleh karena itu perlu dilihat potensi ekspor CPO Sumatera Utara saat ini melihat begitu besarnya peranan ekspor CPO bagi perndapatan nasional dan dilihat juga faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO di Sumatera Utara.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Potensi Ekspor CPO di Sumatera Utara”.


(10)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang menjadi dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana Harga Internasional CPO, Produksi, Nilai Tukar, dan Pertumbuhan Ekonomi mempengaruhi ekspor CPO Sumatera Utara ke pasar dunia?

2. Bagaimana trend dan proyeksi ekspor CPO Provinsi Sumatera Utara di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana Harga Internasional CPO, Produksi, Nilai Tukar, dan Pertumbuhan Ekonomi mempengaruhi ekspor CPO Sumatera Utara ke pasar dunia.

2. Untuk melihat trend dan proyeksi ekspor CPO Provinsi Sumatera Utara di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai


(11)

1. Sebagai bahan studi, literatur, dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi, peneliti, dan mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai tambahan, pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada terutama menyangkut topik yang sama.

3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

4. Sebagai bahan informasi mngenai potensi ekspor CPO di Sumatera Utara yang memiliki peran penting dalam devisa negara dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(1)

Kelapa sawit dengan produk turunan primer yaitu Minyak Sawit Kasar atau Mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan Minyak Inti Sawit (Kernel Palm Oil/KPO) mempunyai peran yang sangat signifikan memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional sebagai komoditi ekspor. Disamping itu, kebutuhan dunia akan minyak sawit mentah (CPO) diproyesikan semakin meningkat setiap tahunnya, menggeser kedudukan minyak nabati lainnya.

Seiring dengan meningkatnya produksi kelapa sawit Indonesia menyebabkan meningkatnya produksi CPO dan produk turunan kelapa sawit lainnya. Sepanjang tahun 1980 – 2007 ekspor CPO mengalami peningkatan sebesar 2261%. Perkembangan ekspor berbanding lurus dengan produksi CPO dalam negeri. Gambar 1.1 berikut akan menunjukan perkembangan ekspor CPO Indonesia.


(2)

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (BPS) 2012.

Gambar 1.1. Perkembangan Volume Ekspor CPO Indonesia Tahun 1980-2010 (ton).

Komoditi kelapa sawit telah menjadi komoditi ekspor yang sangat penting bagi Indonesia dan bagi para petani dan pengusaha kelapa sawit dan telah menjadi komoditi yang penting bagi Sumatera Utara mulai pertama kali komoditi ini dibuidayakan semenjak zaman penjajahan Belanda.

Kelapa sawit Sumatera Utara memang sudah lama terkenal karena di daerah inilah pertama kali menjadi tempat pengembangan dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Hal ini didukung dengan letak geografis Sumatera Utara yang sesuai dengan syarat tanam kelapa sawit, disamping itu banyak penduduk Sumatera Utara yang membuat usaha di bidang kelapa sawit. Oleh karena itu, sejak awal Sumatera Utara telah menjadi produsen kelapa sawit terbesar Indonesia dan saat


(3)

dan diikuti oleh Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah. Berikut adalah tabel yang akan menunjukkan Produksi Tandan Buah Kelapa Sawit Segar Berdasarkan Provinsi.

Tabel 1.2. Produksi Tandan Buah Kelapa Sawit Segar Berdasarkan Provinsi (ton)

TAHUN RIAU SUMATERA

UTARA

SUMATERA SELATAN

KALIMANTAN

TENGAH INDONESIA

1991 344.437 1.737.873 79.483 4 2.657.600

1996 1.097.207 2.183.945 296.486 16.804 4.898.658 2001 2.031.389 2.467.598 864.783 193.068 8.396.472 2006 4.685.660 3.244.922 1.616.161 1.383.317 17.350.848 2007 5.117.730 3.083.389 1.809.949 1.387.696 17.664.725 2008 5.764.203 2.738.279 1.753.212 1.449.294 17.539.788 2009 5.932.310 3.158.144 2.036.553 1.677.976 19.324.293 Sumber: Departemen Pertanian Tahun 2010.

Sumatera Utara yang selama ini menjadikan CPO sebagai andalan pendapatan daerah Sumatera Utara di sektor perkebunan mempunyai peluang yang cukup besar untuk menyumbang ekspor CPO Indonesia lebih besar lagi di pasar dunia. Seiring dengan peningkatan luas areal perkebunan sawit di Sumatera Utara maka ekspor CPO juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari gambar berikut.


(4)

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2012.

Gambar 1.2. Perkembangan Volume Ekspor CPO Sumatera Utara Tahun 1980- 2010 (ton).

Dengan melihat pentingnya ekspor CPO sebagai penyumbang pendapatan daerah Sumatera Utara khususnya dan Indonesia umumnya, untuk itu diperlukan pengembangan untuk meningkatkan ekspor Indonesia dan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menjadikan Sumatera Utara sebagai leading province untuk kelapa sawit di Indonesia. Oleh karena itu perlu dilihat potensi ekspor CPO Sumatera Utara saat ini melihat begitu besarnya peranan ekspor CPO bagi perndapatan nasional dan dilihat juga faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO di Sumatera Utara.


(5)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang menjadi dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana Harga Internasional CPO, Produksi, Nilai Tukar, dan Pertumbuhan Ekonomi mempengaruhi ekspor CPO Sumatera Utara ke pasar dunia?

2. Bagaimana trend dan proyeksi ekspor CPO Provinsi Sumatera Utara di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana Harga Internasional CPO, Produksi, Nilai Tukar, dan Pertumbuhan Ekonomi mempengaruhi ekspor CPO Sumatera Utara ke pasar dunia.

2. Untuk melihat trend dan proyeksi ekspor CPO Provinsi Sumatera Utara di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai


(6)

1. Sebagai bahan studi, literatur, dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi, peneliti, dan mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai tambahan, pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada terutama menyangkut topik yang sama.

3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

4. Sebagai bahan informasi mngenai potensi ekspor CPO di Sumatera Utara yang memiliki peran penting dalam devisa negara dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.