Perubahan Basis Akuntansi Dalam Penyusun

1. Perubahan Basis Akuntansi Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Saat ini pemerintah pusat masih menggunakan Akuntansi Berbasis Kas Menuju Akrual atau
Cash Toward Accrual (CTA) dalam menyusun laporan keuangan pemerintah. Basis akuntansi
ini merupakan suatu pendekatan unik yang dikembangkan oleh Indonesia untuk dapat
menyajikan empat laporan keuangan pokok yang diamanatkan Undang-Undang (UU) dan
disesuaikan dengan kondisi (peraturan, sistem, sarana dan prasarana, serta Sumber Daya
Manusia) di Indonesia yang sampai dengan tahun 2004 masih menggunakan pembukuan
tradisional (single entry) berbasis kas, belum menggunakan akuntansi modern (double entry)
sehingga sangat sulit atau bahkan tidak mungkin bila bila langsung menerapkan akuntansi
modern berbasis akrual. Basis CTA merupakan suatu pendekatan Basis Akuntansi Modified
Accrual, sistem akuntansi dan aplikasi komputer yang digunakan dan dikembangkan sendiri.
Dengan penyusunan laporan keuangan dengan akuntansi berbasis CTA, pemerintah pusat saat
ini sudah dapat menyediakan laporan keuangan sebagaimana

diamanatkan

UU,

Kementerian/Lembaga juga telah dapat mengimplementasikan relatif cukup baik dan telah
cukup baik menyediakan informasi akrual walaupun secara periodik dan dengan usaha-usaha
tambahan yang tidak berdasarkan sistem.

Namun ada beberapa hal yang belum bisa dipenuhi dengan akuntansi CTA. Hal pertama
adalah laporan keuangan berbasis kas menuju akrual belum memperlihatkan kinerja
pemerintah secara keseluruhan, saat ini hanya fokus pada sumber daya keuangan berupa kas
(financial assets). Laporan keuangan juga tidak menggambarkan beban keuangan yang
sesungguhnya, karena beban yang diakrualkan (misalnya beban penyusutan, beban
penyisihan piutang tak tertagih, dan beban yang terutang lainnya) tidak diinformasikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran maupun laporan lainnya, hanya memberikan gambaran parsial
bukan menyeluruh tentang keuangan negara sesuai maksud UU 17 Tahun 2003. Selain itu
laporan keuangan berbasis CTA juga kurang memberikan rekam jejak atas perubahan nilai
ekuitas pemerintah, karena setiap transaksi terkait aset dan kewajiban akan langsung
membebani ekuitas. Informasi akrual hanya dapat disajikan secara periodik yaitu pada saat
pelaporan (semester dan tahunan). Bila sewaktu-waktu dibutuhkan informasi hak dan
kewajiban maka diperlukan usaha-usaha tambahan yang tidak berdasarkan sistem (by
system).
Integrasi dengan SPAN juga sangat sulit dilakukan. SPAN menggunakan Commercial Off
The Shelf(COTS) yaitu Oracle Finance yang menyediakan sistem berdasarkan pilihan hanya
basis kas atau basis akrual, tidak untuk Modified Accrual sehingga bila menggunakan Kas
Menuju Akrual tetap menggunakan aplikasi yang dikembangkan sendiri seperti yang ada saat

ini. Sistem Perbendaharaan Anggaran Negara (SPAN) merupakan Sistem Informasi yang

menggabungkan beberapa fungsi, seperti Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran,
Manajemen Kas, Akuntansi dan Pelaporan dalam satu sistem aplikasi. Sistem Informasi
Keuangan Negara mengintegrasikan kegiatan mendokumentasikan setiap transaksi keuangan
dan mendukung penyajian laporan keuangan dan managerial. SPAN didesain dengan relasi
yang baik antara pemilihan software, hardware, SDM, prosedur, kontrol, dan data dan operasi
terotomasi secara penuh serta bermuara pada database yang terpusat. SPAN bertujuan
meningkatkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan
anggaran dan perbendaharaan negara, menyempurnakan proses bisnis dan pemanfaatan
teknologi informasi keuangan negara yang terintegrasi, memberikan informasi yang
komprehensif dan tepat waktu tentang posisi keuangan pemerintah pusat, dan memudahkan
pengambilan keputusan dalam manajemen keuangan pemerintah.
Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi
diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi
tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Basis akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana. Akuntansi
berbasis akrual merupakaninternational best practice dalam pengelolaan keuangan modern
yang sesuai dengan prinsip New Public Management (NPM) yang mengedepankan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan.
Akrual basis mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu:
1. Pengakuan pendapatan :

Saat pengakuan pendapatan pada basis akrual adalah pada saat pemerintah mempunyai hak
untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan pemerintah. Dalam basis akrual kemudian
muncul estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal kas belum
diterima.
2. Pengakuan biaya/beban :
Pengakuan biaya/beban dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi. Sehingga
dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka titik ini dapat dianggap
sebagai starting point munculnya biaya/beban meskipun biaya tersebut belum dibayar.
Dibandingkan akuntansi berbasis kas dan CTA, akuntansi berbasis akrual memiliki kelebihan
antara lain:


Dengan memenuhi azas ”semakin baik informasi, maka semakin baik keputusan”
menghasilkan Laporan Keuangan yang lebih baik untuk tujuan pengambilan keputusan
karena pengalokasian sumber daya dapat diketahui lebih akurat



Penilaian kinerja yang lebih akurat dalam satu tahun pelaporan karena penilaian
kesehatan keuangan dikaitkan pada kinerja organisasi pemerintah




Dapat menyajikan nilai aset, kewajiban dan ekuitas yang lebih baik



Pengukuran penilaian biaya/beban suatu program/kegiatan yang lebih baik



Sesuai Reformasi Manajemen Keuangan pemerintah yang diamanatkan oleh UU



Sesuai dengan international best practices, termasuk untuk kebutuhan Government
Finance Statistics-2001 (GFS 2001) yang berbasis akrual




Mengakumulasi kewajiban pembayaran pensiun



Menyelaraskan/meratakan belanja modal dengan akuntansi penyusutan



Mewaspadai risiko default hutang yang akan jatuh tempo bersanksi denda



Memungkinkan perundingan dan penjadwalan utang yang mungkin tak mampu
dibayar di masa depan yang masih jauh, tanpa tergesa-gesa



Permintaan hair cut apabila posisi keuangan terlihat tidak tertolong lagi menjadi
masuk akal di mata negara/lembaga donor




Memberi gambaran keuangan lebih menyeluruh tentang keuangan negara dari sekadar
gambaran kas



Mengubah perilaku keuangan para penggunanya menjadi lebih transparan dan
akuntabel

Sedangkan kelemahan yang perlu diperhatikan adalah akuntansi berbasis akrual relatif lebih
kompleks dibanding basis akuntansi kas maupun basis CTA, sehingga membutuhkan Sumber
Daya Manusia (SDM) pengelola keuangan dengan kompetensi akuntansi yang memadai.
2. Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual
Perubahan basis akuntansi dari CTA menjadi akrual membawa dampak terhadap perubahan
tahapan pencatatan dan jenis laporan keuangan yang dihasilkan. Proses pelaporan
penganggaran akan menghasilkan laporan realisasi anggaran yang tetap mengunakan basis
kas, sedangkan untuk pelaporan keuangan lainnya akan menggunakan basis akrual.
Dalam rangka implementasi SAP berbasis akrual sebagaimana diamanatkan di dalam UU No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, beberapa langkah yang telah dan akan dilakukan

dalam rangka penerapan akuntansi berbasis akrual di Indonesia adalah sebagai berikut:
Tahun 2010 :


Mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan akuntansi berbasis akrual,



Menyiapkan dan menetapkan SAP berbasis akrual,



Menyiapkan Rencana Implementasi SAP berbasis akrual.

Tahun 2011


Menyiapkan peraturan dan kebijakan untuk penerapan akuntansi berbasis akrual,




Menyusun proses bisnis dan sistem akuntansi untuk penerapan akuntansi berbasis
akrual

Tahun 2012


Mengembangkan Sistem Akuntansi dan pedoman yang akan digunakan dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual,



Melaksanakan capacity building berupa training dan sosialisasi SAP berbasis akrual
kepada seluruh stakeholders yang terlibat,



Mengembangkan teknologi informasi termasuk sistem aplikasi yang akan digunakan.

Tahun 2013



Melakukan uji coba implementasi Konsolidasi LK, penyempurnaan sistem
dan capacity building,



Penyusunan peraturan yang berkaitan

Tahun 2014


Implementasi secara paralel penerapan basis CTA dan akrual dalam Laporan
Keuangan, tetapi Laporan Keuangan yang diberi opini oleh BPK adalah yang berbasis
CTA.



Konsolidasi Laporan K/L dan BUN dengan basis akrual,




Evaluasi dan finalisasi sistem yang akan digunakan

Tahun 2015


Penerapan implementasi penuh akuntansi berbasis akrual di Indonesia. Laporan
Keuangan yang diberi opini adalah yang berbasis akrual.

Sedangkan unsur laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:


Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Perubahan SAL



Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO) disusun untuk

melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan LO,
Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan.



Catatan Atas Laporan Keuangan

Jenis-Jenis Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan :

Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya keuangan
yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara
anggaran dan realisasinya dalam suatu periode tertentu.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan hanya disajikan
oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasi.
Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis
akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional
dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Tujuan LAK untuk memberikan
informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. LAK wajib disusun dan
disajikan hanya oleh unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE menyediakan informasi
mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau
penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
Laporan Keuangan dan oleh karenanya setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan
Catatan atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis
atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan
Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian
informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas
laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya. CaLK
bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan penyediaan pemahaman
yang lebih baik atas informasi keuangan pemerintah
3. Tantangan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Di Pemerintahan Indonesia
Sampai saat ini penerapan akuntansi berbasis akrual tersebut belum terealisasi dengan
maksimal, walaupun peraturan tentang standar akuntansi akrual telah diterbitkan. Hal ini
merupakan tantangan besar bagi Pemerintah dan harus dilakukan secara cermat dengan
persiapan yang matang dan terstruktur.
Keberhasilan suatu perubahan akuntansi pemerintahan menuju basis akrual agar dapat
menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel memerlukan
upaya dan kerja sama dari berbagai pihak. Jika penerapan akuntansi berbasis kas menuju
akrual saja masih banyak menghadapi hambatan, apalagi lagi jika pemerintah akan
menerapkan akuntansi berbasis akrual (Simanjuntak, 2010).
Beberapa tantangan penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintahan Indonesia yang
dapat diidentifikasi yaitu:
1. Sistem Akuntansi dan Information Technology (IT) Based System (Simanjuntak, 2010) dan
(Bastian,2006)
Adanya kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual, dapat dipastikan bahwa
penerapan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan memerlukan sistem
akuntansi dan IT based system yang lebih rumit. Selain itu perlu juga dibangun sistem
pengendalian intern yang memadai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
2.

Komitmen dari Pimpinan

Ritonga (2010) dalam Halim (2012 menyatakan harus ada komitmen dan dukungan politik
dari para pengambil keputusan dalam pemerintahan, karena upaya penerapan akuntansi
berbasis akrual memerlukan dana yang besar dan waktu yang lama, bahkan lebih lama dari
masa periode jabatan presiden, gubernur, bupati, walikota, dan anggota DPR/DPRD.
Menurut Simanjuntak (2010) dan Bastian (2006), dukungan yang kuat dari pimpinan
merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Salah satu penyebab kelemahan
penyusunan Laporan Keuangan pada beberapa Kementerian/Lembaga adalah lemahnya
komitmen pimpinan satuan kerja khususnya Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
penerima

dana

Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan.

Kejelasan

perundang-undangan

mendorong penerapan akuntansi pemerintahan dan memberikan dukungan yang kuat bagi
para pimpinan kementerian/lembaga di pusat dan Gubernur/Bupati/Walikota di daerah.
3.

Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompeten

Ritonga (2010) dalam Halim (2012) mengatakan dibutuhkan dukungan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional dalam pengelolaan keuangan. Penyiapan dan
penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi
pemerintahan. Selain itu, menurut Simanjuntak (2010) dan Bastian (2006), pada saat ini,
kebutuhan tersebut sangat terasa dengan semakin kuatnya upaya untuk menerapkan akuntansi
pemerintahan berbasis akrual. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius
menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya
memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) oleh SDM yang terkait dengan akuntansi
pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi dan organisasi profesi tidak kalah
pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi
pemerintahan.
4.

Resistensi Terhadap Perubahan

Perlu disusun berbagai kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi kepada seluruh pihak
yang terkait, sehingga penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual dapat berjalan
dengan baik tanpa ada resistensi. Kompleksitas akuntansi akrual dapat menimbulkan
resistensi di K/L, khususnya bagi para pelaku akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.
Adanya resistensi dari lembaga legislatif untuk mengadopsi penganggaran akrual. resistensi
ini seringkali akibat dari terlalu kompleksnya penganggaran akrual.
5.

Lingkungan/Masyarakat

Apresiasi dan dukungan dari masyarakat sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan
penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami

laporan keuangan pemerintah, sehingga dapat mengetahui dan menyadari penggunaan atas
penerimaan pajak yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang
ada. Dengan dukungan yang positif diharapkan masyarakat mendorong pemerintah untuk
lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan kebijakannya.
6.

Pendanaan

Dalam rangka pelaksanaan pelatihan akrual, Pemerintah membutuhkan dana yang sangat
besar dengan mempertimbangkan jumlah satuan kerja (± 24.000) yang tersebar di seluruh
Indonesia, kelompok stakeholders (pemangku kepentingan) serta jenis komunikasi dan
pelatihan yang dibutuhkan untuk berbagai level. Untuk itu, selain dana yang berasal dari
APBN, Pemerintah juga mendapat komitmen untuk bantuan dan dukungan dari negaranegara sahabat dan lembaga internasional, seperti dari Australia melalui program GPF-AIP
dan Bank Dunia.
7.

Penerapan akuntansi akrual dapat berakibat terhadap penurunan ekuitas sebagai akibat

penyusutan dan amortisasi, dimana hal ini akan tercermin dalam nilai buku yang disajikan
laporan keuangan pemerintah.
8.

Penerapan akuntansi berbasis akrual dapat berakibat pada penurunan kualitas laporan

keuangan (opini audit LKKL dan LKPP menurun), hal ini dimungkinkan terjadi bila
pemerintah kurang mengantisipasi dampak penyusunan laporan keuangan berbasis akrual
yang jauh lebih kompleks.
4. Peluang yang Dimiliki
Dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual pemerintah memiliki peluang antara lain
sebagai berikut:
1.

Amanat UU No. 17/2003 dan UU No. 1/2004 serta rekomendasi BPK dalam
penerapan akuntansi berbasis akrual

2.

Komitmen yang tinggi dari pimpinan penyelenggaran negara

3.

Pengalaman dalam mengembangkan dan menyusun sistem akuntansi dan aplikasi
laporan keuangan berbasis Kas Menuju Akrual

4.

Pengalaman dalam menyiapkan SDM bidang akuntansi dan pelaporan keuangan
melalui Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah (PPAKP)

5.

Tersedianya SDM dalam jumlah yang cukup yang memahami akuntansi berbasis CTA

6.

Pengalaman Kementerian Keuangan dalam pembinaan dan penyebarluasan bidang
akuntansi dan keuangan kepada seluruh kementerian negara/lembaga

7.

Lebih efektifnya pengambilan keputusan yang telah mendapatkan informasi yang
lebih komprehensif

8.

Adanya komitmen bantuan dan dukungan dari negara-negara sahabat dan lembaga
internasional, seperti dari Australia melalui program GPF-AIP dan Bank Dunia.

5. Langkah-Langkah Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual
Dalam rangka penerapan akuntansi berbasis akrual tersebut, pemerintah dalam hal ini
Kementerian Keuangan telah menetapkan peraturan-peraturan teknis yang akan dijadikan
acuan pelaksanaan. Peraturan-peraturan itu antara lain:
1.

PMK No. 213/PMK.05/2013 Tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat

2.

PMK No. 214/PMK.05/2013 Tentang Bagan Akun Standar

3.

PMK No. 215/PMK.05/2013 Tentang Jurnal Akuntansi Pemerintah Pada Pemerintah
Pusat

4.

PMK No. 219/PMK.05/2013 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat

Selain itu dapat dilakukan langkah-langkah untuk mendukung persiapan penerapan akuntansi
berbasis akrual antara lain:
1.

Menyiapkan modul pada tingkat nasional yang memadai untuk dapat digunakan oleh
berbagai pihak dalam rangka pelatihan akuntansi berbasis akrual.

2.

Menentukan daerah percontohan di setiap regional sebagai upaya
menciptakan benchmarking. Dengan cara ini, pemerintah dapat memfokuskan pada
beberapa daerah dulu sebelum pada akhirnya dapat digunakan oleh seluruh daerah.

3.

Diseminasi/sosialisasi tingkat nasional. Hal tersebut dapat digunakan untuk menyerap
input berupa saran ataupun keluhan dari daerah terkait penerapan akuntansi basis akrual.

4.

Sosialisasi dan pelatihan yang berjenjang. Berjenjang yang dimaksud meliputi
pimpinan level kebijakan sampai dengan pelaksana teknis, dengan tujuan sosialisasi dan
pelatihan untuk meningkatkan skill pelaksana, membangun kesadaran (awareness), dan
mengajak keterlibatan semua pihak.

5.

Melakukan uji coba sebagai tahapan sebelum melaksanakan akuntansi berbasis akrual
secara penuh.

Perbedaan Elemen Anggaran Berbasis Kas dan Anggaran Akrual. Pengeluaran untuk biaya
tunai ditambah non tunai entity overhead, penyusutan aset tetap, beban pemeliharaan
nontunai dan opportunity cost of capital. Dasar pertimbangan penyusunan anggaran
diperluas, antara lain pertimbangan dan keputusan (consideration & judgement) pilihan
asumsi dan proyeksi lingkungan kepemerintahan (external analyis) masa depan, serta arah
(terkait GBHN, propenas dll), strategi (strategic choice) & kebjiakan kepemerintahan
(misalnya kebijakan makro ekonomi), sebuah bentuk anggaran penuh per-andai-an. Laporan

Realisasi Anggaran atau Laporan Perhitungan Anggaran tak boleh menyimpang dari basis
APBN / D. Bila APBN / D berbasis kas, maka LRA harus berbasis kas pula, mengikuti
konsep "Apa yang direncanakan dan disetujui wakil rakyat, begitulah dilaporkan kepada
rakyat", sehingga permintaan membuat "Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Akrual " untuk
APBN berbasis kas tergolong "meng-ada-ada".