Generasi Muda Indonesia Menghadapi Ekono

Generasi Muda Indonesia Menghadapi Ekonomi Pasar
Bebas
Pasar Bebas semakin dekat di hadapan kita. Salah satu yang teraktual kita hadapi adalah Masyarakat
Ekonomi ASEAN (selanjutnya disebut MEA) yang akan dimulai akhir tahun 2015 ini. AEC sendiri
dibentuk untuk meningkatkan kesejahteraan dan menghapus kemiskinan. Dengan adanya MEA, maka
akan terbentuk suatu pasar tunggal berbasis produksi, sehingga arus barang, jasa, modal, hingga
mobilitas manusia akan semakin deras dan bebas hambatan. Jadi, siap atau pun tidak, pasar bebas akan
menjadi kenyataan dalam segera.
Dan generasi muda indonesia memiliki posisi penting dalam konteks ini. Data MP3EI menyatakan
jumlah manusia dengan usia produktif mencapai 60% jumlah penduduk. Ini berarti setelah masa banjir
pertanian (kopi, teh), banjir minyak, banjir sumber daya mineral di masa lampau, kita sekarang dapat
momentum banjir manusia berusia produktif. Potensi ini penting sebagai keunggulan komparatif
Indonesia untuk bersaing dalam percaturan di tingkat regional dan global. Selain itu, fakta ini
menandaskan bahwa generasi muda Indonesia dengan jumlah dominannya jelas punya posisi kuat
menentukan langkah Indonesia di masa mendatang. Langkah ini diambil terutama lewat pilihan dan
tindakan para generasi muda.
Sebagai contoh, pilihan untuk memilih gawai (gadget) yang akan dibeli. Bayangkan, dengan perkiraan
kasar ada hingga 150 juta orang Indonesia berusia produktif andaikan saja memilih satu gawai yang
sama, akan memberikan kekuatan kapital dan pengaruh yang begitu besar terhadap perusahaan tersebut.
Dengan kondisi ini, bagaimanakah cara generasi muda Indonesia menyikapi pasar bebas?
Peluang dan Tantangan Pasar Bebas

Pasar bebas jelas memberikan peluang kemajuan dan kesejahteraan bagi negara yang mau
menerapkannya. “China berhasil mencapai kesuksesan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sejak
mereka menerapkan sistem ekonomi pasar,” bahwa banyak sekali negara menerapkan sistem ekonomi
yang terbuka. Salah satu muatan pasal Konstitusi Republik ini juga memberikan arah yang sinergis
dengan sistem ekonomi pasar. Pasal 33 ayat (4) UUD ’45 menyatakan bahwa “Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional.” Rumusan pasal ini menjelaskan bagaimana pentingnya efisiensi

dalam penyelenggaraan ekonomi.

Selain itu, jelas sistem ekonomi pasar berhasil menurunkan tingkat kemiskinan suatu negara. Sebagai
bukti, tampak bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Peluang-peluang itu jelas memberikan angin segar bagi Indonesia yang akan segera menghadapi era
integrasi pasar terdekat (MEA). “Namun, ada tantangan-tantangan yang harus diwaspadai,” tukas
Ekonom Arief Anshory. Keempat tantangan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, lesunya
ekonomi. Kedua, penurunan kemiskinan yang melambat. Ketiga, stagnasi pertumbuhan, yaitu local
economic fragmentation dan global economic marginalization. Keempat, kurangnya sumber daya

manusia berkualitas. Masing-masing dampak dari situasi ini bisa berdampak terhadap tidak

berkembangnya perekonomian sebaik sebagaimana direncanakan.
Keempat tantangan tersebut juga bisa dibilang diperburuk dengan kabar kebijakan pemerintah
Indonesia yang tidak ideal. Sebagai contoh, Indonesia tampak tidak pro-poor melalui kebijakan
ekonomi yang lebih berorientasi sumber daya alam dan jasa. Padahal penyerapan tenaga kerja yang
besar lebih tampak pada industri manufaktur. Selain itu, alokasi pajak masih banyak yang tidak tepat.
Untuk mengatasi ganjalan-ganjalan tersebut, ia menyarankan perlu adanya “transformasi” dalam roda
sistem pemerintahan negeri ini. Dan titik transformasi paling utama tersebut utamanya ada di
pemerataan kesempatan bagi semua pihak untuk akses terhadap pendidikan serta kesehatan. Dengan
akses yang merata, maka akan lahirlah generasi-generasi muda Indonesia yang penuh dengan inovasi
dan terobosan. Inovasi adalah kunci dari pertumbuhan ekonomi.
Kebebasan dan Pengentasan Kemiskinan
Kebebasan sendiri memiliki dampak yang penting bagi pengentasan kemiskinan. “.. yang paling tidak
dimiliki orang miskin itu adalah freedom (kebebasan). Kemiskinan menjerat orang-orang untuk itu.
Untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain, misalnya kan butuh ongkos,“ ungkap Muhamad Iksan,
Redaktur Pelaksana Suara Kebebasan. Dan kajian yang lebih mendalam tentu dapat dilihat dalam buku
Amartya Sen, “Development as Freedom”.
Kebebasan dan keterbukaan penting menjadi pilihan bagi suatu negara berkenaan dengan ungkapan
dari Milton Friedman ini: “The society that puts equality before freedom will end up with neither. The
society that puts freedom before equality will end up with a great measure of both ”. Tentunya kita tidak


akan memilih kembali ke era dimana kebebasan aspirasi sendiri menjadi sulit di negeri ini.
Itulah sebabnya sistem ekonomi yang lebih terbuka memang harus didorong di Indonesia sejalan juga
dengan efisiensi. Berkenaan dengan pasar ASEAN, Indonesia harus lebih meningkatkan efisiensi agar
tidak semata-mata dibanjiri saja oleh produk-produk luar.

Ia menekankan ada beberapa masalah yang harus dibenahi jika Indonesia mau menatap pasar bebas
dengan lebih pasti. Ada beberapa masalahnya. Pertama, kekurangan di sektor sumber daya manusia
ahli. Kedua, pengeluaran subsidi yang tidak tepat. Padahal seharusnya lebih ke subsidi yang mendorong
inovasi dan kreativitas. Ketiga, permasalahan daya saing yang rendah. Salah satu sektor penting untuk
dibenahi agar bangsa ini bisa bersaing adalah sektor pendidikan, infrastruktur, pembenahan institusi,
dan sebagainya.
Menjadi Pasar bagi Negara Maju
Tidak semua pandangan melihat bahwa sistem ekonomi terbuka akan membawa keuntungan bagi kita.
Industri hiburan Hollywood,misalnya memang menunjukkan bagaimana industri hiburan bisa menjadi
kekuatan ekonomi yang begitu besar berkat globalisasi. Tak terasa begitu gampang kita melihat karyakarya hebat sineas luar di Indonesia. “Globalisasi memang menipiskan batas-batas dunia nyata.
Kekuatan ini juga yang membuat terciptanya global brand di era kekinian. McD, Starbucks, Apple,
Google adalah ikon-ikon merek dunia.
Dan pemahaman ini bisa membuat kita menyadari bahwa sesungguhnya pasar dunia telah tercipta.
Keterbukaan arus lalu lintas barang, jasa, orang memang benar-benar telah terjadi. Disinilah kita harus
tetap kritis. Kembali ke contoh industri hiburan tadi, terlepas dari tayangan yang memang berkualitas

dan menarik, kita harus sadari bahwa sejatinya di situ juga terjadi proses pembentukan. Pembentukan
nilai-nilai dan budaya yang sama sebagai hasil interaksi pemirsa dan film, serta dalam lingkup yang
lebih besar merupakan pembentukan pasar. Jadi, dengan terus terlena untuk mengonsumsi produk pasar
luar, kita tanpa sadar dengan setuju menjadikan diri kita pasar bagi negara maju.
Padahal tidak seharusnya kita ikut terus dengan pengaruh luar. “Kita bisa mandiri kecenderungan
negara berkembang

mencontoh negara maju untuk kesejahteraan bagi masyarakat yang

menerapkannya, “yang seharusnya ditiru masyarakat kita adalah tahapan (mereka) sebelum maju.”
Akhirnya, harus ada garis bawah dalam diskursus mengenai generasi muda menyongsong pasar bebas
ini. Terlepas dari apakah prinsip, nilai, atau bahkan keyakinan akan kebebasan ini akan membawa
keberkahan yang lebih besar lagi bagi Indonesia di masa mendatang, generasi muda harus
menunjukkan kontribusinya. Dengan berdaya serta berinovasi, akan lahir terobosan-terobosan yang
bisa membawa negara ini ke tempat yang lebih tinggi di masa depan. Suka tidak suka, pasar bebas telah
dan akan datang sebentar lagi. Dan harapannya tentu kita akan berjuang dan bekerja sebaik mungkin
untuk mengejar cita-cita negeri ini agar tidak ada lagi kemiskinan dan kesenjangan, sehingga, Indonesia
yang adil, makmur, dan sejahtera bisa terwujud bagi segenap seluruh penduduknya.


Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157