T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Kasus Tentang Kesahan Kesepakatan Setelah Anjuran Mediator pada Putusan PHI Tingkat Pertama Nomor 052PHI.G2010PN JKT PST dan Putusan Kasasi Nomor Pdt.Sus2010 T1 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon), yakni makhluk yang
tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain
dalam rangka memenuhi kebutuhannya baik yang bersifat jasmani maupun
rohani.1
Terjadinya perselisihan di antara manusia merupakan masalah yang
lumrah karena telah menjadi kodrat manusia itu sendiri. Hal yang penting
sekarang adalah bagaimana mencegah dan memperkecil perselisihan tersebut atau
mendamaikan kembali mereka yang berselisih.2
Hubungan industrial (industrial relation) tidak hanya sekadar manajemen
organisasi perusahaan, yang menempatkan pekerja sebagai pihak yang selalu
dapat diatur. Namun, hubungan industrial meliputi fenomena baik di dalam
maupun di luar tempat kerja yang berkaitan dengan penempatan dan pengaturan
hubungan kerja.3
Indonesia hubungan industrial (industrial relation) yang dikenal selama ini
merupakan hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam produksi barang
dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1


Lalu Husni, 2004, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan dan Di
Luar Pengadilan , Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hal. 1.
2
Zaeni Asyhadie, 2007, Hukum Kerja , Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hal. 127.
3
Lalu Husni, Op.Cit., hal. 16.

Tahun 1945 (Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003). Dalam
proses produksi di perusahaan pihak-pihak yang terlibat secara langsung adalah
pekerja/buruh dan pengusaha, sedangkan pemerintah termasuk sebagai para pihak
dalam hubungan industrial karena berkepentingan untuk terwujudnya hubungan
kerja yang harmonis sebagai syarat keberhasilan suatu usaha, sehingga
produktivitas dapat meningkat yang pada akhirnya akan mampu menggerakkan
pertumbuhan ekonomi dan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan
masyarakat.4Untuk mencapai produktivitas yang diinginkan, semua pihak yang
terlibat dalam proses produksi terutama pengusaha, perlu menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif.5
Hubungan industrial yang kondusif antara pengusaha dan pekerja menjadi
kunci utama untuk menghindari terjadinya PHK, meningkatkan kesejahteraan

pekerja, serta memperluas kesempatan kerja baru untuk menanggulangi
pengangguran di Indonesia.6
Realita/fakta yang terjadi sekarang ini menggambarkan bahwa tidak selalu
hubungan industrial berjalan dengan baik dan lancar. Setiap hubungan industrial
akan terjadi perbedaan pendapat maupun kepentingan antara pengusaha dan
pekerja/buruh yang dapat menimbulkan suatu perselisihan/konflik. Pengusaha
memberikan kebijakan yang menurutnya benar tetapi pihak pekerja/buruh
menganggap bahwa kebijakan yang telah ditetapkan oleh pengusaha tersebut
merugikan mereka. Hal ini yang terkadang menjadi awal dari terjadinya

4

Ibid., hal. 17.
Ibid., hal. 19.
6
Viva News Sabtu, 11 Februari 2012, 14:40: Marak Demo Buruh, Peran Mediator Ditingkatkan ,
dalam
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/287412-marak-demo-buruh--peran-mediatorditingkatkan,diunduh Kamis 27 Maret 2014 pukul 22:30.
5


perselisihan/konflik. Perselisihan/konflik dalam hubungan semacam ini sering
dikenal dengan istilah perselisihan hubungan industrial.
Pengertian dari perselisihan hubungan industrial telah tercantum secara
jelas dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial:
“Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha
dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya
perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu
perusahaan.”
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004
tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial tersebut diatas maka
terdapat 4 macam/jenis perselisihan hubungan industrial yaitu Perselisihan
mengenai hak, kepentingan, pemutusan hubungan kerja, dan Perselisihan antar
serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.
Perselisihan

hubungan


industrial

yang

terjadi

sebenarnya

dapat

diselesaikan oleh para pihak yang berselisih melalui perundingan bipatrit. Namun,
karena para pihak tidak ada yang bersedia mengalah sehingga cara penyelesaian
tersebut tidak mampu menyelesaikan perselisihan yang terjadi.
Penyelesaian sengketa dengan mediasi mengandung unsur-unsur sebagai
berikut

pertama,

merupakan


proses

penyelesaian

sengketa

berdasarkan

perundingan, kedua, pihak ketiga netral yang disebut sebagai mediator terlibat dan
diterima oleh para pihak yang bersangkutan di dalam perundingan, ketiga,
mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari jalan
keluar penyelesaian atas masalah-masalah sengketa, keempat, mediator tidak

mempunyai kewenangan membuat keputusan selama proses perundingan
berlangsung, dan kelima, tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau
menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima 4 pihak-pihak yang bersengketa
guna mengakhiri sengketa.7
Mediator yang netral mengandung pengertian bahwa mediator tidak berpihak
(impartial), tidak memiliki kepentingan dengan perselisihan yang sedang terjadi,
serta tidak diuntungkan atau dirugikan jika sengketa dapat diselesaikan atau jika

mediasi menemui jalan buntu (deadlock).8 Hal tersebut penting agar hasil dari
mediasi tersebut dapat membawa keadilan terhadap para pihak yang berselisih.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku umum, penyelesaian sengketa melalui
mediasi tidak terdapat unsur paksaan antarpara pihak dan mediator, para pihak
meminta secara sukarela kepada mediator untuk membantu penyelesaian konflik
yang terjadi. Oleh karena itu, mediator hanya berkedudukan membantu para pihak
agar dapat mencapai kesepakatan yang hanya dapat diputuskan oleh para pihak
yang berselisih. Sebagai pihak yang berada di luar pihak yang berselisih, mediator
tidak memiliki kewenangan untuk memaksa, mediator berkewajiban untuk
bertemu atau mempertemukan para pihak yang bersengketa. Setelah mengetahui
duduknya perkara mediator dapat menyusun proposal penyelesaian yang
ditawarkan kepada para pihak yang berselisih. Mediator harus mampu
menciptakan kondisi yang kondusif yang dapat menjamin terciptanya kompromi
di antara pihak-pihak yang bersengketa untuk memperoleh hasil yang sama-sama
menguntungkan (win-win). Jika proposal penyelesaian yang ditawarkan mediator
7

Absori, 2010, Hukum Ekonomi Indonesia: Beberapa Aspek Bidang Pengembangan pada Era
Liberalisasi Perdagangan , Surakarta: Muhammadiyah University Press, hal. 203-204.
8

Takdir Rahmadi, 2010, Mediasi: Penyelesaian sengketa melalui pendekatan mufakat, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, hal. 14.

disetujui, mediator menyusun kesepakatan itu secara tertulis untuk ditandatangani
oleh para pihak.9
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial secara normatif mudah
diidentifikasikan, namun dalam kenyataan tidak mudah, seperti kasus yang terjadi
antara Yano Petra Alberto Maki dan PT. Lestari Jaya Raya. Yang pada awalnya
terjadi perselisihan karena ketidaksepahaman mengenai ada tidaknya hubungan
hukum antara kedua belah pihak yang diuraikan sebagai berikut:
Versi Penggugat, yaitu Yano Petra Alberto Maki:
1.

Yano Petra Alberto Maki ditempatkan PT. Lestari Jaya Raya sebagai
checker di PT. Dua Berlian melalui Novri Ratulangi yang merupakan
mitra kerja PT. Lestari Jaya Raya.

2. Dengan berjalannya hal tersebut terjadi kasus penggelapan, dimana Yano
Petra Alberto Maki menjadi saksi.
3. Kemudian PT. Lestari Jaya Raya bereaksi, menyatakan Yano Petra

Alberto Maki di PHK, dan PT. Lestari Jaya Raya selanjutnya memberikan
upah sebesar Rp. 1.000.000,- melalui Novri Ratulangi dan dalam hal ini
Yano Petra Alberto Maki tidak diakui sebagai pekerja PT. Lestari Jaya
Raya.
4. Dapat disimpulkan bahwa Yano Petra Alberto Maki dan PT. Lestari Jaya
Raya ada hubungan kerja.
Versi Tergugat, yaitu PT. Lestari Jaya Raya:

9

Lalu Husni, Op.Cit., hal. 61.

1. PT. Lestari Jaya Raya memiliki hubungan hukum dengan Novri Ratulangi
dimana hubungan tersebut adalah hubungan kerja sama (PT. Lestari Jaya
Raya tidak punya hubungan kerja dengan Yano Petra Alberto Maki).
2. Yano Petra Alberto Maki adalah pekerja Novri Ratulangi.
3. Yano Petra Alberto Maki menerima upah dari Novri Ratulangi sebesar Rp.
1.500.000,- dan bukan dari PT. Lestari Jaya Raya.
4.


PT. Lestari Jaya Raya tidak pernah mem-PHK Yano Petra Alberto Maki.

5. Dapat disimpulkan bahwa PT. Lestari Jaya Raya dan Yano Petra Alberto
Maki tidak ada hubungan kerja.
Perbedaan penafsiran mengenai ada tidaknya hubungan kerja di antara
kedua belah pihak menyebabkan terjadinya perselisihan. Untuk itu, dilakukan
penyelesaian

perselisihan

melalui

tahap

mediasi

sampai

dengan


dikeluarkannya surat anjuran dari mediator dengan hasil kedua belah pihak
sudah sepakat untuk berdamai dan masalah telah selesai. Namun, salah satu
pihak masih merasa bahwa hak-nya belum sepenuhnya terpenuhi, untuk itu
pihak tersebut mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Disini
terlihat bahwa terdapat masalah mengenai kesepakatan yang terjadi pada tahap
mediasi. Maka dari itu, untuk mendalami dan meluruskan masalah yang
terjadi , penulis mengangkat skripsi yang diberi judul: STUDI KASUS
TENTANG

KESAHAN

KESEPAKATAN

SETELAH

DIKELUARKANNYA ANJURAN MEDIATOR PADA PUTUSAN PHI
TINGKAT PERTAMA NOMOR 052/PHI.G/2010/PN JKT PST DAN
PUTUSAN KASASI NOMOR 861 K/Pdt.Sus/2010.

B. Rumusan Masalah

Apakah dasar pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama
dan Tingkat Kasasi yang menyatakan bahwa surat pernyataan memiliki
kekuatan hukum yang menandakan bahwa perselisihan telah selesai
secara sah, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial?

C. Tujuan Penelitian
Mengetahui dasar pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat
Pertama dan Tingkat Kasasi yang menyatakan bahwa pemberian uang
sebesar Rp. 12.000.000,- menandakan bahwa perselisihan telah selesai
secara sah, sesuai atau tidak dengan ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan
manfaat secara praktis.
Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan serta lebih mengerti dan memahami mengenai
bagaimana hubungan kerja terbentuk melalui perjanjian kerja.
Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan untuk pihak yang berwenang menyelesaikan perselisihan
hubungan industrial dalam pengambilan keputusan. Dan bagi pihak lain
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan referensi untuk
mengadakan penelitian serupa.

E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Yuridis
Normatif. Pendekatan Yuridis Normatif adalahsuatu penelitian
yang secara deduktif dimulai analisa terhadap pasal-pasal dalam
peraturan

perundang-undangan

permasalahan di atas.

yang

mengatur

terhadap

2.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang
dilaksanakan untuk menggali data dan informasi tentang topik atau
isu-isu baru yang ditujukan untuk kepentingan pendalaman atau
penelitian lanjutan.

3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti
sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari
berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan,
jurnal, dan lain-lain.

4. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka.
Studi pustaka adalah mengumpulkan informasi dan data dengan
bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti
dokumen, buku, catatan, majalah, kisah-kisah sejarah,dll.

F. Unit amatan dan Unit analisis
Yang menjadi unit amatan dalam penelitian ini adalah:
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial
Putusan PHI Tingkat Pertama 052/PHI.G/2010/PN JKT PST
Putusan Kasasi Nomor 861 K/Pdt.Sus/2010

Selanjutnya, yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah:
Selesai tidaknya perselisihan dengan pemberian uang sebesar Rp.
12.000.000,-

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25