laporan praktikum teknologi hasil tanama

KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL TANAMAN INDUSTRI

  Oleh :

  KELOMPOK V

  NAMA

  NPM

  ADEK IRMA

  ADE PS PARDOSI

  ARBIK ZULKIFLI

  AHMAD ANWAR

  RACHMAD PUTRA

  MUKLIS RINALDI

  MONA SUHARNA

  130431001P

FAKULTAS PERTANIAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN

KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL TANAMAN INDUSTRI

Oleh :

  KELOMPOK V

  ADEK IRMA

  ADE PS PARDOSI

  ARBIK ZULKIFLI

  AHMAD ANWAR

  RACHMAD PUTRA

  MUKLIS RINALDI

  MONA SUHARNA

  130431001P

  Kumpulan laporan praktikum ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikal Test Teknologi Hasil Tanaman Industri Di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

  Diketahui Oleh :

  Diperiksa Oleh :

  Syakir Naim Siregar, S.P.,M.Si

  Ricky Aditya Nugraha S

  Dosen Penanggung Jawab

  Asisten Praktikum

  Diketahui Oleh :

Ir. Alridiwirsah, M.M Dekan Fakultas Pertanian FAKULTAS PERTANIAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN

KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL TANAMAN INDUSTRI

  Oleh : KELOMPOK V

  NAMA

  NPM

  ADEK IRMA

  ADE PS PARDOSI

  ARBIK ZULKIFLI

  AHMAD ANWAR

  RACHMAD PUTRA

  MUKLIS RINALDI

  MONA SUHARNA

  130431001P

JUDUL PRAKTIKUM

I. PENENTUAN KADAR AIR

II. ASAM LEMAK BEBAS

III. PENENTUAN MUTU LATEKS (TOTAL SOLID)

IV. PENENTUAN MUTU LATEKS (KADAR KARET KERING)

V. PENENTUAN MUTU LATEKS (BAHAN-BAHAN YANG MUDAH MENGUAP)

VI. PENENTUAN BUBUK KOPI

VII. PENENTUAN BUBUK COKELAT

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya.

  Adapun kumpulan Laporan Praktikum Teknologi Hasil Tanaman Industri ini sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test Teknologi Hasil Tanaman Industri di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

  Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

  1. Ayah dan ibu tercinta serta keluarga yang telah banyak memberikan dukungan material dan moral.

  2. Bapak Ir. Alridiwirsah, M.M selaku dekan fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

  3. Bapak Syakir Naim Siregar, S.P.,M.Si selaku penangung jawab mata kuliah Teknologi Hasil Tanaman Industri Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

  4. Ibu Masyhura,S.P.,M.Si selaku kepala laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

  5. Saudara Ricky Aditya Nugraha S selaku Asisten Praktikum Teknologi Hasil Tanaman Industri.

  6. Teman-teman baik saya stambuk 2014 jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan yang telah banyak membantu serta memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini sebaik mungkin.

  Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

  Medan, 17 Mei 2016

  Penulis

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR AIR FAKULTAS PERTANIAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL TANAMAN INDUSTRI PENENTUAN KADAR AIR (MINYAK KELAPA) OLEH :

  KELOMPOK V

  NAMA

  NPM

  ADEK IRMA

  ADE PS PARDOSI

  ARBIK ZULKIFLI

  AHMAD ANWAR

  RACHMAD PUTRA

  MUKLIS RINALDI

  MONA SUHARNA

  130431001P

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2016

ABSTRAK

  Kadar air adalah presentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satu persen, sehingga karakteristik dari kadar air tersebut sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi tekstur, serta kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kadar air dari berbagai minyak. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan didapat kadar air pada minyak adalah 0,39.

  Dalam praktikum ini sampel yang kami gunakan adalah minyak kelapa. Minyak kelapa ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan sampel kedalam cawan aluminium, setelah dimasukkan kedalam cawan masukan kedalam oven 105 0

  C selama 2 jam, hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kadar air pada suatu bahan pangan tersebut. Setelah itu masukkan kedalam desikator kurang lebih 15 menit, hal ini bertujuan untuk pendinginan dan menstabilkan kelembapan (RH). Lalu sampel ditimbang dan setelah semuanya selesai dilakukan maka terakhir hitung kadar air.

  Kata Kunci : Cawan, Timbangan Analitik, Minyak Kelapa, Desikator dan Oven.

PENDAHULUAN

  Latar Belakang

  Kadar air (moisture) adalah bagian yang hilang jika dipanaskan pada kondisi uji tertentu. Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Penentuan kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan dengan beberapa metode, yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia dan metode khusus. Kadar air dalam bahan pangan tentu perlu diukur untuk mengetahui daya simpan. Penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan pangan

  dengan suhu 105-110 0

  C hingga didapat berat yang konstan. Meskipun sering

  diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan makanan. Air sendiri meskipun bukan merupakan sumber nutrient seperti bahan makanan lain, namun sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup. Di samping terdapat dalam bahan makanan secara alamiah, air terdapat bebas di alam dalam berbagai bentuk.

  Tujuan Praktikum :

  1. Untuk mengetahui kadar air beberapa pada berbagai minyak.

  2. Untuk menentukan kadar air pada berbagai minyak.

TINJAUAN PUSTAKA

Kadar Air

  Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Kadar air berdasarkan berat basah adalah perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan berat total bahan, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering adalah perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan berat kering bahan tersebut. Di dalam analisis bahan pangan biasanya kadar air bahan dinyatakan dalam persen berat kering. Hal ini disebabkan perhitungan berdasarkan berat basah mempunyai kelemahan yaitu berat basah bahan selalu berubah-ubah setiap saat, sedangkan berat bahan kering selalu tetap (Syarif, 2000).

  Sifat–sifat kadar air keseimbangan atau Equilibrium of Moisture Content (EMC) dari bahan pangan sangat penting dalam penyimpanan dan pengeringan. Kadar air keseimbangan didefinisikan sebagai kandungan air pada bahan pangan yang seimbang dengan kandungan air udara sekitarnya. Hal tersebut merupakan satu faktor yang menentukan sampai seberapa jauh suatu bahan dapat dikeringkan pada kondisi lingkungan tertentu dan dapat digunakan sebagai tolak ukur pencegahan kemampuan berkembangnya mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan bahan pada saat penyimpanan. Perhitungan kadar air dinyatakan dalam persen berat kering sesuai di dalam analisis bahan pangan, biasanya kadar air bahan dinyatakan dalam persen berat kering (Tabrani, 2004).

  Aktivitas air merupakan air bebas yang dapat digunakan untuk metabolisme jasad renik. Semakin besar kandungan air dalam material akan memiliki kecenderungan pula ketersediaan air bebas yang dapat digunakan metabolisme jasad renik, maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan korelasi positip. Oleh karena itu, hubungan bahan organik dengan nilai aw baik dalam giling maupun dalam biji berkorelasi negatif, karena korelasi kandungan air dengan bahan organik berkorelasi negatif, sedangkan kandungan air berkorelasi positip dengan nilai aw. Aktivitas air sangat dipengaruhi oleh kelembapan relatif dan aktivitas air merupakan jumlah air didalam bahan yang tersedia untuk pertumbuhan mikroba. Aktivitas air yang tinggi berdampak pada semakin meningkatnya jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada bahan selama penyimpanan. Aktivitas air diatas 0,8 laju kerusakan mikrobiologis kimiawi dan enzimatik berjalan dengan cepat. Aktivitas air bahan pakan meningkat seiring dengan lama penyimpanan. Peningkatan suhu juga berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas air pada kadar air yang sama dan juga meningkatkan laju reaksi kerusakan yang terjadi (Yusawisana, 2002).

Minyak Kelapa

  Minyak kelapa merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi kebutuhan tubuh manusia. Minyak juga merupakan sumber energi dimana satu gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal. Minyak berperan penting bagi pengolahan bahan pangan, karena minyak mempunyai titik didih yang tinggi. Oleh karena itu minyak dapat digunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng menjadi kehilangan kadar air dan menjadi kering. Selain itu Minyak kelapa merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi kebutuhan tubuh manusia. Minyak juga merupakan sumber energi dimana satu gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal. Minyak berperan penting bagi pengolahan bahan pangan, karena minyak mempunyai titik didih yang tinggi. Oleh karena itu minyak dapat digunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng menjadi kehilangan kadar air dan menjadi kering. Selain itu

  Kandungan minyaknya berkisar antara 50-55. Daging buahnya memiliki kandungan minyaknya sekitar 43. Minyak kelapa terdiri dari gliserida yaitu senyawa antara gliserin dengan asam lemak. Kandungan asam lemak dari minyak kelapa adalah asam lemak jenuh yang diperkirakan 91 terdiri dari caproic, caprylic, capric, lauric, myristic, palmatic, stearic dan arachidic dan asam lemak jenuh tak jenuh sekitar 9 yang terdiri dari oleic dan linoleic (Nurhidayah, 2013).

Pengeringan

  Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti (Haryanto, 2002).

Desikator

  Desikator ini berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan-bahan yang harus bebas air dan mengeringkan padatan dan zat-zat dalam laboratorium. Bentuk dari desikator berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pangering. Dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline, bahan pengering yang biasa digunakan adalah silika gel (Michael, 2003).

ALAT DAN BAHAN

  Tempat Praktikum : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas

  Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

  Waktu Praktikum : Mulai : Selasa, 08 Maret 2016 pukul 11.00 WIB

  Selesai : Selasa, 08 Maret 2016 pukul 17.00 WIB

  1. Minyak kelapa.

  2. Minyak kedelai.

  Cara Kerja :

  1. Timbang minyak masing-masing sebanyak 5 gr lalu masukkan kedalam

  cawan aluminium yang sudah diketahui berat kosongnya.

  2. Masukkan kedalam oven selama 3 jam pada suhu 105 0 C.

  3. Setelah itu sampel diangkat dan dimasukkan kedalam desikator selama 15

  menit.

  4. Dan hitung kadar airnya.

  Sampel

  Timbang 5 gr

  Masukan cawan aluminium

  Oven suhu 105 – 110 0 C Selama 3 jam

  Masukkan kedalam

  Hitung kadar air

  Gambar 1. Diagram Alir Penentuan Kadar Air Minyak Kelapa

HASIL PRAKTIKUM

  Perhitungan Kadar Air

  Perhitungan Kadar Air Minyak Kelapa Cawan I (Minyak Kelapa) Diketahui Berat cawan

  Berat beras

  = 5,06 g

  Berat Setelah Di Oven

  = 8,94 g

  Berat Akhir

  = Berat Akhir – Berat Cawan = 8,94 – 3,90 = 5,06g

  Berat awal – berat akhir

  Kadar Air Minyak Kelapa =

  × 100 Berat awal

  5,06 – 5,04

  = × 100 5,04

PEMBAHASAN

  Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan pada kadar air yaitu dengan cara minyak kelapa ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan sampel kedalam cawan aluminium, setelah dimasukkan kedalam cawan masukan

  kedalam oven 105 0

  C selama 2 jam, setelah itu masukkan kedalam desikator

  kurang lebih 15 menit, lalu sampel ditimbang dan setelah semuanya selesai dilakukan maka terakhir hitung kadar air. Hasil yang diperoleh pada minyak kelapa dengan menggunakan cara perhitungan pada penentuan kadar air adalah 0,39. Tetapi menurut (Nurhidayah, 2013) menyatakan bahwa pabrik telah menentukan kandungan minyaknya berkisar antara 50-55. Hal ini mungkin pada saat praktikum penentuan kadar air tersebut kami mengalami kesalahan karena sampel minyak yang kami gunakan terlalu banyak sehingga hasil yang diperoleh dari penentuan kadar air tidak sesuai dengan yang sebenarnya karena sampel yang kami gunakan salah.

  Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Kadar air berdasarkan berat basah adalah perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan berat total bahan, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering adalah perbandingan antara berat air dalam suatu bahan dengan berat kering bahan tersebut. Di dalam analisis bahan pangan biasanya kadar air bahan dinyatakan dalam persen berat kering. Hal ini disebabkan perhitungan berdasarkan berat basah mempunyai kelemahan yaitu berat basah bahan selalu berubah-ubah setiap saat, sedangkan berat bahan kering selalu tetap (Syarif, 2000).

KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

  1. Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang

  dinyatakan dalam satuan persen.

  2. Kadar air dalam suatu bahan pangan berbeda-beda, hal ini tergantung pada

  perbedaan bahan.

  3. Minyak berperan penting bagi pengolahan bahan pangan, karena minyak

  mempunyai titik didih yang tinggi.

  4. Semakin rendah berat minyak total pada minyak, maka akan semakin rendah

  kadar air yang dihasilkan.

  5. Dari hasil penentuan kadar air didapat berak akhir pada minyak kelapa

  tersebut adalah 0,39.

DAFTAR PUSTAKA

  Baswar, 2005. Minyak Buah Kelapa Sawit. Universitas Indonesia. Jakarta.

  Haryanto, 2002. Pengeringan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

  Michael, 2003. Analisis Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

  Nurhidayah, 2013. Teknologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

  Syarif, R. dan H. Halid. 2000. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan,

  Jakarta.-Tabrani, 2000. Dasar-dasar ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Ujung Padang.

  Tabrani, 2004. Sifat-sifat didalam Kadar Air. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi

  Negeri Indonesia Timur, Ujung Padang.

  Yusawisana, 2002. Uji Kerusakan Lemak Ransum Ayam Broiler yang

  Menggunakan CPO (Crude Palm Oil) dengan Penambahan Antioksi dan Alami Bawang Putih (Allium sativum) Selama Penyimpanan. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

LAPORAN PRAKTIKUM ASAM LEMAK BEBAS FAKULTAS PERTANIAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL TANAMAN INDUSTRI ASAM LEMAK BEBAS OLEH :

  KELOMPOK V

  NAMA

  NPM

  ADEK IRMA

  ADE PS PARDOSI

  ARBIK ZULKIFLI

  AHMAD ANWAR

  RACHMAD PUTRA

  MUKLIS RINALDI

  MONA SUHARNA

  130431001P

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2016

ABSTRAK

  Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida termasuk asam lemak. Minyak dan lemak mempunyai sifat kimia yang mirip terbentuk dari gliserol dan asam lemak bebas menjadi lemak atau minyak. Minyak yang baik dapat dilihat dari kadar asam lemak bebasnya (ALB) serta menunjukkan mutu minyak yang digunakan sejak dari buah dipanen dapat dilihat dari kematangan buah sehingga dapat ditentukan rendemen dan ALB. Berdasarkan aturan standar minyak yang baik dari SNI kandungan asam lemak bebas minyak maksimal 0,3 jika berlebih berarti minyak berkualitas rendah.

  Tujuan dari praktikum ini untuk menentukan kandungan asam lemak bebas berbagai minyak serta menentukan mutu minyak yang terbaik. Minyak dilarutkan dengan heksana dan alkohol kemudian dipanaskan sampai larutan menjadi homogen. Kemudian di titrasi dengan NaOH hingga muncul warna merah jingga secara permanen. Penggunaan larutan NaOH sesuai dengan konsentrasi bersifat sebagai netralisasi untuk menentukan mutu minyak yang baik. Dari hasil praktikum yang dilakukan didapat kesimpulan kadar ALB pada minyak kelapa 4,07 .

  Kata Kunci : Asam Lemak Bebas, Minyak, Backer Glass, Penangas dan Buret.

PENDAHULUAN

  Latar Belakang

  Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Lemak dan minyak mempunyai sifat yang mirip hanya saja lemak berasal dari hewani dan minyak berasal dari nabati atau biasa disebut lemak nabati cair.

  Minyak goreng adalah bentuk cair dari zat yang disebut lemak (pada suhu kamar). Lemak cair ini mengandung asam lemak bebas (ALB). Asam lemak bebas didalam minyak goreng merupakan asam lemak berantai panjang yang tidak teresterifikasi. Asam lemak bebas mengandung asam lemak jenuh yang berantai panjang. Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol. Perbedaan lemak dan minyak yaitu pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, yang disebut asam lemak. Dalam tubuh manusia, asam lemak bebas tersebut dapat meningkatkan kadar kolestrol darah. Kadar maksimum asam lemak bebas dalam CPO yang diharapkan adalah 5, lebih dari itu maka minyak akan terasa masam. Semakin rendah kadar asam lemak bebasnya maka makin bagus kualitas minyak dan semakin tinggi harga jual minyak.

  Tujuan Praktikum :

  1. Untuk menentukan kandungan ALB berbagai minyak.

  2. Untuk menentukan mutu minyak yang terbaik.

TINJAUAN PUSTAKA

Agronomi Kelapa Sawit

  Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis jacq) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama spesies Guinensis berasal dari kata Guinea. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis

  0 dengan curah hujan 2000 mmtahun dan kisaran suhu 22 0 C-32

  C. Kelapa sawit

  mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kadar minyak dalam perikar sekitar 34-40. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap (BPS, 2010).

Minyak

  Minyak merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi kebutuhan manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi dimana satu gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal (kilo kalori). Minyak terbagi 2 yaitu minyak nabati yang mengandung lemak tak jenuh dan minyak hewani yang mengandung minyak jenuh. Minyak berperan penting bagi pengolahan bahan pangan, karena minyak mempunyai titik didih yang tinggi (±200ºC). Oleh karena itu minyak dapat digunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang digoreng menjadi kehilangan kadar air dan menjadi kering. Selain itu minyak juga dapat memberikan aroma yang spesifik dan rasa yang gurih (Anonim, 2012).

  Minyak goreng curah bermutu rendah karena mengalami penyaringan Minyak goreng curah bermutu rendah karena mengalami penyaringan

Standar Mutu

  Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refening loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (lebih kurang 2 persen atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam (Bailey, 2000).

Asam Lemak Bebas

  Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses

  Minyak goreng kelapa sawit bermutu prima (Special Quality) mengandung asam lemak bebas (Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 asam lemak bebas. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas (kemurnian) minyak goreng kelapa sawit adalah asam lemak bebas. Peningkatan jumlah asam lemak bebas ini terjadi bila minyak goreng teroksidasi ataupun terhidrolisis sehingga mengakibatkan ikatan rangkap yang ada dalam minyak akan pecah. Pecahnya ikatan rangkap ini lama-kelamaan akan membuat minyak goreng menjadi semakin jenuh. Selain itu minyak kelapa sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng non kolesterol (kadar kolesterolnya rendah) (Rangkuti, 2007).

  Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14 (Ketaren, 2006).

Netralisasi NaOH

  Penggunaan larutan alkali NaOH yang lebih rendah menyebabkan terbentuk emulsi antara minyak dan sabun. Emulsi tersebut memerangkap air dari Penggunaan larutan alkali NaOH yang lebih rendah menyebabkan terbentuk emulsi antara minyak dan sabun. Emulsi tersebut memerangkap air dari

  Kriteria

  Persyaratan

  Bau dan rasa

  normal

  Warna

  muda jernih

  Kadar air

  maks 0,3

  Asam lemak bebas

  maks 0,3

  Bilangan peroksida

  maks 2 megkg

  Bilangan iod

  45-46

  Bilangan penyabunan

  196-206

  Indeks bias

  1,448-1,450

  Cemaran logam

  maks 0,1 mgkg

  Sumber: (SNI 1995 dalam Anonim, 2010).

Pelarut

  Pelarut yang digunakan dalam percobaan asam lemak bebas adalah alkohol netral. Alkohol dalam kondisi panas akan lebih baik melarutkan sampel yang juga nonpolar. Dalam memanaskan alkohol, dilakukan di penanas air hal ini dikarenakan titik didih alkohol lebih rendah dari pada air. Dengan menggunakan kondesor dimana uap air akan menjadi embun kembali. Setelah itu diberi indikator pp. Apabila alkohol terlalu asam maka digunakanlah basa. proses titrasi dengan penggunaan NaOH 0,1N sebagai titrannya sampai warna merah muda yang tidak hilang selama 30 detik. Presentase asam lemak bebas minyak curah lebih tinggi dibanding dengan minyak kemasan (Wirastuti, 2001).

ALAT DAN BAHAN

  Tempat Praktikum : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas

  Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

  Waktu Praktikum : Mulai : Selasa, 15 Maret 2016 pukul 11.00 WIB

  Selesai : Selasa, 15 Maret 2016 pukul 17.00 WIB

  Alat :

  1. Backer glass.

  2. Batang pengaduk.

  3. Gelas ukur.

  4. Penangas.

  5. Timbangan analitik.

  6. Pipet tetes.

  7. Buret (alat titrasi).

  Bahan :

  1. Minyak Kelapa.

  Cara Kerja :

  1. Contoh minyak dipanaskan diatas titik cairnya supaya homogen.

  2. Timbang contoh minyak yang telah homogen 2,5-3,0 gr ke dalam gelas erlenmayer yang telah di timbang berat kosongnya.

  3. Tambahkan n-heksana 10 ml dan alkohol netral 15 ml pada contoh minyak, tambahkan 2 tetes indikator thymolblue.

  4. Titrasi dengan larutan sodium hydroksida 0,1 N.

  5. Titrasi akhir jika terbentuk warna jingga tetap 30 detik.

  Ml Naoh × nNaoh × B. As dominan

  6. Rumus ALB =

  × 100

  Berat contoh × 1000

  Sampel 5 gr

  Masukkan ke erlenmeyer + alkohol 50

  ml

  Panaskan mendidih di

  waterbath

  Dinginkan dan tambahkan indikator PP

  2 ml

  Titrasi NaOH 0,1 N

  Gambar 1. Diagram Alir Asam Lemak Bebas

HASIL PRAKTIKUM

  Perhitungan Asam lemak bebas

  Perhitungan ALB Minyak Kelapa Diketahui Ml Naoh

  Berat asam dominan

  Berat contoh

  Ml Naoh × nNaoh × B. As dominan

  ALB Minyak Kelapa

  × 100

  Berat contoh × 1000

  8 × 0,1 × 256 = × 100 5,02 × 1000

PEMBAHASAN

  Lemak dan minyak memiliki sifat yang sama, dimana minyak merupakan bentuk cair dari lemak jika pada suhu ruangan sebagai contoh minyak goreng. Minyak memiliki kandungan asam lemak bebas yang juga dijadikan sebagai parameter penilaian mutu minyak yang baik sesuai dengan standar SNI. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam peraturan SNI - 3741- 1995 dalam (Anonim, 2010) yaitu mengenai standar mutu minyak dimana kriteria asam lemak bebas pada minyak maksimal hanya 0,3. Dalam praktikum penelitian kandungan asam lemak bebas pada berbagai minyak kami melakukan uji kandungan ALB pada minyak goreng curah (kelapa sawit).

  Dalam penelitian kandungan ALB minyak digunakan pelarut n-heksana yang merupakan pelarut organik yang cocok untuk melarutkan minyak dengan penambahan alkohol dalam larutan sebagai penetralisir untuk mengurangi kadar larutan n-heksana yang berlebihan pada minyak. Larutan minyak dipanaskan hingga homogen. Selama proses pemanasan inilah akan terbentuk ALB pada minyak. Titrasi dengan NaOH sebagai penetralisir minyak dengan konsentrasi yang sesuai juga menunjukkan kandungan ALB pada minyak. Sebagaimana yang terdapat dalam literatur (Wijaya, 2003) bahwa asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim). Setelah larutan menjadi homogen kemudian di titrasi menggunakan NaOH dengan penambahan indikator yang sesuai untuk titrasi NaOH yaitu indikator pp hingga Dalam penelitian kandungan ALB minyak digunakan pelarut n-heksana yang merupakan pelarut organik yang cocok untuk melarutkan minyak dengan penambahan alkohol dalam larutan sebagai penetralisir untuk mengurangi kadar larutan n-heksana yang berlebihan pada minyak. Larutan minyak dipanaskan hingga homogen. Selama proses pemanasan inilah akan terbentuk ALB pada minyak. Titrasi dengan NaOH sebagai penetralisir minyak dengan konsentrasi yang sesuai juga menunjukkan kandungan ALB pada minyak. Sebagaimana yang terdapat dalam literatur (Wijaya, 2003) bahwa asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim). Setelah larutan menjadi homogen kemudian di titrasi menggunakan NaOH dengan penambahan indikator yang sesuai untuk titrasi NaOH yaitu indikator pp hingga

  Dari hasil praktikum kandungan ALB pada minyak curah (kelapa sawit) lebih tinggi dibanding dengan minyak lainnya. Hal ini dikarenakan minyak curah sudah mengalami proses pemurnian atau pemakaian berulang kali sehingga meninggikan kadar ALB nya. Hal ini sesuai yang terdapat dalam literatur (Dewi, 2012) bahwa minyak goreng curah bermutu rendah karena mengalami penyaringan sederhana sehingga warnanya tidak jernih. Selain itu, minyak goreng curah umumnya mengandung asam lemak jenuh yang lebih tinggi. Hasil praktikum menunjukkan kadar ALB pada minyak curah sebesar 1,312 yang berarti kandungan ALB yang terlalu tinggi menujukkan kualitas mutu minyak yang rendah. Berdasarkan SNI menyatakan standar mutu asam lemak bebas pada minyak maksimal 0,3. Hal ini tidak sesuai dalam literatur (Bailey, 2000) bahwa mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (lebih kurang 2 persen atau kurang). Hal ini juga tidak sesuai dan dipertegas dalam literatur (Ketaren, 2006) bahwa kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1 menunjukkan minyak yang berkualitas rendah.

KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

  1. Minyak merupakan bentuk lemak cair yang berasal dari lemak nabati.

  2. Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak

  terikat sebagai trigliserida.

  3. Kandungan asam lemak bebas pada minyak kelapa adalah 4,07.

  4. Kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1 menunjukkan minyak yang

  berkualitas rendah.

  5. Selama proses pemanasan akan terbentuk ALB pada minyak.

DAFTAR PUSTAKA

  Anonim. 2010. Mutu dan Cara Uji Minyak Goreng dalam SNI tahun 1995.

  http:www.dekindo. com media.php?standar_mutu=3. Diakses pada

  18 Maret 2015.

  _______. 2012. Minyak. http:www.mscribd.co.idblogspot.html. Diakses pada

  27 November 2014.

  Bailey, 2000. Industrial Oil and Fat Product. Interscholastic Publishing Inc: New

  York. BPS, 2010. Statistik Industri Pengolahan Kelapa Sawit Indonesia. Badan Pusat

  Statistik. Jakarta. Dewi, 2012. Analisis Penggunaan Minyak Goreng pada Berbagai Produk

  Jajanan. Jurnal Fakultas Teknologi Pangan. Universitas Negeri Padang. Padang.

  Ketaren, 2006. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press.

  Jakarta. Rangkuti, 2007. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air, dan Kadar

  Kotoran Pada Minyak Kelapa Sawit (CPO) Hasil Olahan PT. Mopoli Raya Aceh Tamiang. Jurnal Teknologi Pangan. No 3. Volume 5, hal 22-

  29. Soerawidjaja, T. H., 2003. Minyak Lemak dan Produk-Produk Kimia Lain dari

  Kelapa Handout kuliah Proses Industri Kimia Program Studi Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung. Bandung.

  Wijaya, 2003. Asam Lemak Bebas. UI Press. Jakarta. Wirastuti, 2001. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Kaustik Soda dan Suhu Pada

  Proses Netralisasi Disertai Bleaching Minyak Goreng Bekas Penggorengan Keripik Tempe Terhadap Karakteristik Minyak Goreng yang Dihasilkan Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN MUTU LATEKS

  (TOTAL SOLID)

FAKULTAS PERTANIAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL TANAMAN INDUSTRI PEMERIKSAAN MUTU LATEKS (TOTAL SOLID) OLEH :

  KELOMPOK V

  NAMA

  NPM

  ADEK IRMA

  ADE PS PARDOSI

  ARBIK ZULKIFLI

  AHMAD ANWAR

  RACMAD PUTRA

  MUKLIS RINALDI

  MONA SUHARNA

  130431001P

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2016

ABSTRAK

  TSC ( Total Solid Content ) atau kandungan zat padatan total pada lateks pekat. bila TSC rendah, maka kekuatan tarik benang karet semakin rendah mengakibatkan benang karet akan melar dan mudah sobek. Sebaliknya bila TSC lateks semakin tinggi, kekuatan tarik benang karet juga akan semakin tinggi. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan mutu lateks cair dan untuk mengetahui total solid pada lateks cair, hal ini agar mendapatkan parameter mutu yang sesuai untuk menghasilkan benang karet yang berkualitas.

  Bahan yang digunakan dalam penentuan total solid ini adalah lateks cair, cara yang digunakan dalam penentuan total solid ini adalah lateks cair ditimbang sebanyak 2 gr kedalam cawan porselin setelah itu lateks diaduk sebentar kemudian keringkan lateks didalam oven atau pindahkan selama 16 jam pada

  suhu 70 0

  C kemudian dinginkan kedalam desikator selama 15 menit setelah itu

  tentukan total solid. Dan hasil akhir dari penentuan total solid yang dilakukan dengan cara perhitungan adalah 74.

  Kata Kunci: Lateks cair, Total solid, Cawan porselin, Oven dan Desikator.

PENDAHULUAN

  Latar Belakang

  Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis-1,4 poliisoprena. Salah satu produk dari karet adalah benang karet. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan benang karet adalah: lateks pekat. Penentuan kandungan padatan total (TSC) pada lateks pekat bertujuan untuk mendapatkan parameter mutu yang sesuai untuk menghasilkan benang karet yang berkualitas. Salah satu parameter tersebut adalah kekuatan tarik (tensile strength). Jika kadar TSC terlalu tinggi, maka kekuatan tarik benang karet yang dihasilkan juga semakin besar, maka benang karet akan menjadi lebih keras sehingga tidak nyaman digunakan. Dan jika kadar TSC rendah maka kekuatan tarik benang karet akan semakin rendah sehingga benang karet yang dihasilkan akan mudah sobek dan melar jika digunakan. Untuk menentukan kadar TSC lateks pekat, yang digunakan untuk produk benang karet adalah dengan pemanasan. Telah dilakukan dengan metode volumetric dimana dilakukan pemanasan selama 3 jam. Kadar TSC yang diperoleh dari hasil analisis setiap hari selama pengambilan dan dilakukan 2 kali perlakuan.

  Tujuan Praktikum :

  1. Untuk menentukan mutu lateks cair.

  2. Untuk mengetahui total solid pada lateks.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Karet

  Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Santoso, 2006).

Lateks Segar

  Lateks segar adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks. Pada tumbuhan, lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis

  (floem) dan memiliki inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil lateks di bagian sitosolnya. Apabila jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan, akan terjadi proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental. Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non- rubber) yang terdispersi di dalam air. Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai macam zat. Pabrik telah menentukan bahwa dimana kandungan padatan total lateks kompon haruslah sesuai dengan standart yaitu 54,14 – 60,54 (Triwijoso, 2000).

Lateks Pekat

  Lateks pekat merupakan produk olahan lateks alam yang dipekatkan dengan proses sentrifusi atau pendadihan dari Kadar Karet Kering (KKK) 28-30 menjadi KKK 60-64. Biasanya lateks pekat digunakan untuk pembuatan bahan- bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Namun pengolahan latek kebun menjadi latek pekat yang biasa digunakan oleh perusahaan besar membutuhkan modal investasi yang cukup besar, sehingga tidak mungkin dapat dilakukan oleh pekebun-pekebun kecil seperti pada proyek-proyek pengembangan karet rakyat (Zuhra, 2006).

TSC (Total Solid Content)

  TSC ( Total Solid Content ) atau kandungan zat padatan total pada lateks pekat. bila TSC rendah, maka kekuatan tarik benang karet semakin rendah mengakibatkan benang karet akan melar dan mudah sobek. Sebaliknya bila TSC lateks semakin tinggi, kekuatan tarik benang karet juga akan semakin tinggi. hal TSC ( Total Solid Content ) atau kandungan zat padatan total pada lateks pekat. bila TSC rendah, maka kekuatan tarik benang karet semakin rendah mengakibatkan benang karet akan melar dan mudah sobek. Sebaliknya bila TSC lateks semakin tinggi, kekuatan tarik benang karet juga akan semakin tinggi. hal

  Penentuan kandungan padatan total (TSC) pada lateks pekat bertujuan untuk mendapatkan parameter mutu yang sesuai untuk menghasilkan benang karet yang berkualitas. Salah satu parameter tersebut adalah kekuatan tarik (tensile strength). Jika kadar TSC terlalu tinggi, maka kekuatan tarik benang karet yang dihasilkan juga semakin besar, maka benang karet akan menjadi lebih keras sehingga tidak nyaman digunakan. Dan jika kadar TSC rendah maka kekuatan tarik benang karet akan semakin rendah sehingga benang karet yang dihasilkan akan mudah sobek dan melar jika digunakan. Untuk menentukan kadar TSC lateks pekat, yang digunakan untuk produk benang karet adalah dengan pemanasan. Telah dilakukan dengan metode volumetric dimana dilakukan pemanasan selama 3 jam. Kadar TSC yang diperoleh dari hasil analisis setiap hari selama pengambilan dan dilakukan 2 kali perlakuan. Berdasarkan standart mutu PT Industri Karet Nusantara, maka kadar TSC yang terdapat pada lateks pekat dengan Medium Amoniak: 61-62. Dalam hal ini, kadar TSC di Rubber Thread Factory (RTF) PT Industri Karet Nusantara telah sesuai dengan standart (Anwar, 2001).

  Sifat Fisik Lateks Segar

  Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32 o F

  karena terjadi koagulasi. Partikel karet lam dalam lateks diselaputi oleh suatu karena terjadi koagulasi. Partikel karet lam dalam lateks diselaputi oleh suatu

  Manfaat Lateks

  Manfaat karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktorhingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam (Sugito, 2011).

ALAT DAN BAHAN

  Tempat Praktikum : Laboraturium Ilmu Dan Teknologi Pangan Fakultas

  Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

  Waktu Praktikum : Mulai : Selasa, 05 April 2016 pukul 11.00 WIB

  Selesai : Selasa, 05 April 2016 pukul 17.00 WIB

  Alat:

  1. Cawan porselin.

  2. Timbangan analitik.

  1. Lateks cair.

  Cara Kerja:

  1. Timbang lateks sebanyak 2 gr kedalam cawan porselin.

  2. Lateks diaduk atau digoyang-goyang sebentar.

  3. Keringkan lateks didalam oven selama 16 jam pada suhu 70 0 C.

  4. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan timbang.

  5. Tentukan total solid dengan cara perhitungan.

  Timbang lateks cair sebanyak

  2 gr kedalam cawan porselin

  Lateks diaduk-aduk atau digoyang-goyang sebentar

  Keringkan lateks didalam

  oven selama 16 jam pada

  suhu 70 0 C

  Dinginkan kedalam desikator

  selama 15 menit

  Tentukan total solid

  Gambar 1. Diagram Alir Penentuan Total Solid

HASIL PRAKTIKUM

  Lateks

  Diketahui:

  Berat cawan = 70,70 gr Berat sampel = 2,15 gr Berat akhir = 79,02 gr Berat akhir – Berat cawan = 79,02 – 77,42 = 1,6g

  Ditanya:

  Total Solid ?

  Penyelesaian:

  Berat Kering

  Total Solid = x 100

  () Berat Contoh

  1,6 = x 100

PEMBAHASAN

  Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan pada lateks yaitu dengan cara lateks cair ditimbang sebanyak 2gr ke cawan porselin setelah itu lateks diaduk-aduk atau digoyang-goyang sebentar kemudian keringkan lateks

  didalam oven selama 16 jam pada suhu 70 0

  C setelah itu dinginkan kedalam

  desikator selama 15 menit setelah itu tentukan total solid pada lateks tersebut. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan cara perhitungan pada penentuan total solid pada lateks tersebut adalah 74. Tetapi menurut (Triwijoso, 2000). Pabrik telah menentukan bahwa dimana kandungan padatan total lateks kompon haruslah sesuai dengan standart yaitu 54,14 - 60,54. Hal ini mungkin pada saat praktikum penentuan total solid tersebut kami mengalami kesalahan karena sampel lateks yang kami gunakan tidak sesuai lateks yang kami gunakan tidak lateks cair tetapi lateks yang telah mengalami koagulasi atau penggumpalan sehingga hasil yang diperoleh dari penentuan total solid tidak sesuai dengan yang sebenarnya karena sampel lateks yang kami gunakan salah.

  TSC (Total Solid Content) atau kandungan zat padatan total pada lateks pekat. bila TSC rendah, maka kekuatan tarik benang karet semakin rendah mengakibatkan benang karet akan melar dan mudah sobek. Sebaliknya bila TSC lateks semakin tinggi, kekuatan tarik benang karet juga akan semakin tinggi. Penentuan kandungan padatan total (TSC) pada lateks pekat bertujuan untuk mendapatkan parameter mutu yang sesuai untuk menghasilkan benang karet yang berkualitas (Anwar, 2001).

KESIMPULAN

  Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa :

  1. Penentuan kandungan padatan total (TSC) pada lateks pekat bertujuan untuk mendapatkan parameter mutu yang sesuai untuk menghasilkan benang karet yang berkualitas.

  2. Lateks adalah cairan berwarna putih susu yang merupakan sistem koloid yang kompleks yang terdiri dari partikel - partikel karet dan partikel bukan karet.

  3. TSC ( Total Solid Content ) atau kandungan zat padatan total pada lateks pekat.

  4. Bila TSC rendah, maka kekuatan tarik benang karet semakin rendah mengakibatkan benang karet akan melar dan mudah sobek.

  5. Sebaliknya bila TSC lateks semakin tinggi, kekuatan tarik benang karet juga akan semakin tinggi.

  6. Hasil yang diperoleh dari hasil perhitungan penentuan total solid adalah 74.

DAFTAR PUSTAKA

  Alfa, 2003. Total Solid Content. http:id-text.123doc.orgdocument21734-

  penentuan-kandungan-padatan-total-dari-lateks-kompon-dan pengaruhnya- terhadap-mutu-benang-karet.html. Diakses Pada Tanggal 22 April 2003.

  Anwar, 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet.

  Medan.

  Santoso, 2006. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.

  Sugito, 2011. Manajemen Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University Press.

  Yogyakarta.

  Syamsu, 2003. Pengaruh Perlakuan Lateks Alam dengan H2O2–NaOCl

  Terhadap Karakter Lateks dan Kelarutan Karet Siklo Dari Lateks. Simposium Nasional Polimer IV. Jakarta.

  Triwijoso, 2000. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Balai Penelitian

  Teknologi Karet Bogor. Bogor.

  Zuhra, 2006. Karet. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN MUTU LATEKS

  (KADAR KARET KERING DRC)

FAKULTAS PERTANIAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL TANAMAN INDUSTRI PENENTUAN MUTU LATEKS (KADAR KARET KERING) OLEH :

  KELOMPOK V

  NAMA

  NPM

  ADEK IRMA

  ADE PS PARDOSI

  ARBIK ZULKIFLI

  AHMAD ANWAR

  RACHMAD PUTRA

  MUKLIS RINALDI

  MONA SUHARNA

  130431001P

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2016

ABSTRAK

  Kadar karet kering (KKK) atau sering disebut Dry Rubber Content (DRC) mencerminkan persentase jumlah kandungan partikel karet. Kadar karet kering sangat penting diketahui industri karet umumnya mengolah karet berdasarkan berat kering bahan olah karet . Dan tujuan praktikum kali ini adalah untuk menentukan lateks cair dan untuk mengetahui KKK pada lateks cair. Dan hasil yang didapat pada praktikum kadar karet kering adalah 1,28.

  Dan pada praktikum kali ini timbanglah sampel sebanyak 5 gram didalam gelas timbang yang sudah di tentukan berat kosongnya. Pindahkan kedalam petridish yang terlebih dahulu sudah diisi dengan aquadest sebanyak 15 ml. Koagulasikan dengan asam cuka 2, sambil diaduk terus menerus dengan tangkai pengaduk. Panaskan diatas waterbath untuk mempercepat koagulasi. Cuci dengan aquadest dan giling hingga tebalnya 2 mm. Cuci kembali dan

  seterusnya keringkan kedalam oven selama 16 jam pada temperatur 70 0 C. Dinginkan didalam desikator selama 15 menit dan timbang sampai konstan.

  Kata Kunci : Petridish, Oven, Desikator, Waterbath dan Timbangan Analitik.

PENDAHULUAN

  Latar Belakang

  Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang disebut lateks. Banyak tanaman jika dilukai akan mengeluarkan cairan putih yang menyerupai susu, tetapi hanya beberapa pohon saja yang menghasilkan karet. Diantara tanaman tropis hanya havea bracileansis yang telah dikembangkan dan mencapai tingkat perekonomian yang penting. Di Indonesia, sebagian besar perkebunan yang ada merupakan perkebunan rakyat. Namun, petani rakyat ini sebagian besar tidak menentukan besarnya pengeluaran dalam pengusahaan karet, padahal karet alam memerlukan penanganan sebaik-baiknya menguntungkan, apalagi jika harus dibandingkan dengan karet sintetis dimana harganya bisa dipertahankan supaya tetap stabil.

  Dalam perkembangannya getah karet atau lateks tidak hanya digunakan dalam industri ban saja. Semakin lama banyak barang yang dibuat dengan berbahan dasar lateks. Mulai dari sarung tangan operasi hingga barang barang kebutuhan sehari – hari. Lateks dapat diolah dalam bentuk karet sheet, crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber). Dalam praktikum ini akan dipelajari tahap-tahap pengolahan lateks menjadi karet sheet dan juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan.

  Tujuan Praktikum :

  1. Untuk menentukan lateks cair.

  2. Untuk mengetahui kkk lateks cair.

TINJAUAN PUSTAKA

Karet

  Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand, lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Anwar, 2001).

Kandungan Kimia Lateks

  Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan integument biji karet. Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Warna lateks adalah putih susu sampai kuning. Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan

  viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32 o

  F karena