Program Studi Hubungan Internasional Fak

Perjuangan Suku Kurdi untuk Meraih Self Determination di
Daerah Kurdistan
Aulia Kurnia Shafura (0911240031)
Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya

ABSTRAKSI
Konflik Kurdi memiliki sejarah yang sangat panjang. Perbedaan etnis antara suku
Kurdi dengan masyarakat Arab, Persia dan Turki yang mendominasi kawasan Timur Tengah
membuat suku Kurdi merasa tidak ingin bergabung atau bersatu dengan masyarakat dominan
di Timur Tengah tersebut. Perbedaan etnis yang cukup mencolok dan adanya keinginan untuk
mendirikan sebuah negara sendiri yang memiliki satu identitas sebagai Kurds menjadi alasan
mengapa perbedaan etnis di wilayah Kurdistan dapat berubah menjadi sebuah konflik yang
melibatkan banyak aktor dan korban didalamnya. Berbagai upaya dilakukan oleh suku Kurdi
untuk memperoleh kemerdekaannya sebagai etnis yang memiliki wilayah negaranya sendiri.
Suku Kurdi ingin diakui sebagai negara yang berdaulat dan memiliki hak untuk melakukan
apapun. Namun disisi lain pemerintah Irak, Iran, Turki dan Suriah hanya memberikan satu
opsi agar suku Kurdi tersebut dapat terus bertahan di wilayah Kurdistan yaitu melalui
asimilasi. Suku Kurdi yang telah mendiami daerah Kurdistan sejak kurang lebih 8000 tahun
yang lalu tidak dapat menikmati kemerdekaannya sebagai negara yang berdaulat akibat

adanya kekaisaran Persia dan Ottoman yang datang menguasai daerah Kurdistan. Janji akan
diberikannya kemerdekaan bagi suku Kurdi yang tertera di perjanjian Sevres tidak juga
membuat Kurdi merdeka. Akibatnya tindakan Self Determination suku Kurdi pun muncul.
Wilayah Kurdistan diklaim sebagai wilayah suku Kurdi yang harus diperjuangkan. Selain itu
berbekal perjanjian Sevres suku Kurdi tetap memperjuangkan hak-haknya agar mendapatkan
kemerdekaan atau paling tidak kebebasan bagi suku Kurdi untuk memperlihatkan
identitasnya. Tindakan Self Determination suku Kurdi memiliki dua macam, yaitu tindakan
terorisme dan upaya memperjuangkan misi Kurdi di parlemen melalui partai-partai politik
Kurdi. Tuntutan Self Determination yang dilakukan suku Kurdi pun juga mengalami
perubahan. Tuntutan awal suku Kurdi adalah pemberian hak bagi Kurdi untuk mendirikan
negara sendiri yang berdaulat. Namun tuntutan Kurdi ini harus terbentur oleh prinsip Self
Determination PBB yang tertuang pada resolusi 1514 artikel 6. Tertutupnya jalan agar

kemerdekaan Kurdi tercapai membuat Suku Kurdi mengganti tuntutan mereka dengan
1

diberikannya otonomi khusus bagi Kurdi agar Kurdi dapat memperoleh hak-haknya sebagai
warga negara. Disisi lain, upaya Self Determination Kurdi dianggap merupakan tindakan
separatis yang dapat mengancam stabilitas nasional dan kesatuan nasional keempat negara
yang terletak di wilayah Kurdistan walaupun tuntutan suku Kurdi telah berkurang. Selain itu,

kekayaan alam yang dimiliki wilayah hunian suku Kurdi menjadi penghalang suku Kurdi
dalam mencapai kemerdekaannya.
Keyword : Kurdi, Self Determination

Latar Belakang
Selama bertahun-tahun daerah Timur Tengah khususnya daerah daratan Kurdistan
seperti tidak pernah sepi dari konflik. Berbagai masalah dan konflik terus bergulir di daerah
tersebut. Konflik yang muncul di daerah Kurdistan sebenarnya memiliki akar permasalahan
yang sama. Adanya masalah perbedaan etnis menjadi masalah yang tak kunjung berhenti.
Keberadaan suku Kurdi di daerah Iran, Irak, Turki dan Suriah menjadi pangkal konflik yang
sampai saat ini masih terjadi di daerah Kurdistan. Konflik Kurdi memiliki sejarah yang sangat
panjang. Perbedaan etnis antara suku Kurdi dengan masyarakat Arab, Persia dan Turki yang
mendominasi kawasan Timur Tengah membuat suku Kurdi merasa tidak ingin bergabung atau
bersatu dengan masyarakat dominan di Timur Tengah tersebut. Etnis Kurdi merupakan etnis
Indo-Eropa yang mana mereka memang memiliki perbedaan yang cukup mencolok dengan
masyarakat Timur Tengah pada umumnya.
Perbedaan etnis yang cukup mencolok dan adanya keinginan untuk mendirikan sebuah
negara sendiri yang memiliki satu identitas sebagai Kurds menjadi alasan mengapa perbedaan
etnis di wilayah Kurdistan dapat berubah menjadi sebuah konflik yang melibatkan banyak
aktor dan korban didalamnya. Berbagai upaya dilakukan oleh suku Kurdi untuk memperoleh

kemerdekaannya sebagai etnis yang memiliki wilayah negaranya sendiri. Suku Kurdi ingin
diakui sebagai negara yang berdaulat dan memiliki hak untuk melakukan apapun. Namun
disisi lain pemerintah Irak, Iran, Turki dan Suriah hanya memberikan satu opsi agar suku
Kurdi tersebut dapat terus bertahan di wilayah Kurdistan yaitu melalui asimilasi. Suku Kurdi
harus dapat membaur dengan masyarakat Timur Tengah lainnya dan tidak boleh
memperlihatkan identitasnya sebagai suku Kurdi. Pembatasan hak-hak suku Kurdi sebagai
salah satu bagian dari warga negara Irak, Iran, Turki, dan Suriah dan keinginan kuat suku
Kurdi untuk membentuk sebuah negara Kurdi dengan pemerintahannya sendiri menjadi
alasan kuat mengapa konflik Kurdi sampai sekarang terus bertahan. Berbagai tindakan

2

kekerasan yang merenggut ribuan korban dari kedua belah pihak terus terjadi tanpa dapat
dihentikan.
Pada jurnal ini, penulis akan mencoba menguraikan upaya Self Determination suku
Kurdi yang masih diperjuangkan sampai saat ini. Penulis juga akan memaparkan alasan
mengapa suku Kurdi tetap berusaha untuk melakukan upaya Self Determination walaupun
mendapat perlawanan yang sangat sulit dari pemerintah dimana suku Kurdi tersebut berada.
Terakhir, jurnal ini juga akan menjelaskan mengapa pemerintah Irak, Iran, Turki dan Suriah
tidak ingin melepaskan suku Kurdi yang ingin mendirikan negara berdaulat dan memilih

untuk melawan tindakan Self Determination suku Kurdi.
Sejarah Konflik Kurdi

Suku Kurdi merupakan suku yang mendiami daerah Kurdistan yang terletak pada
pegunungan di perbatasan Iran, Irak dan Turki. Suku Kurdi telah mendiami daerah tersebut
diperkirakan kurang lebih sejak 8000 tahun yang lalu. Masyarakat Kurdi di daerah Kurdistan
sebenarnya merupakan masyarakat mayoritas jika dilihat berdasarkan jumlah populasinya.
Kehidupan masyarakat Kurdi dapat dikatakan semi nomaden.1 Suku Kurdi saat ini telah
tersebar di daerah utara Irak, bagian barat dan barat daya Iran, timur laut Suriah dan bagian
tenggara Turki dan Armenia. Namun beberapa ahli mengatakan bahwa orang-orang yang
disebut sebagai Kurds merupakan mereka yang menghuni daerah pegunungan Hormuz
sampai Anatolia.2 Berbeda dengan para ahli, bagi orang Akkadia Kurds merupakan mereka
yang mendiami kawasan pegunungan Zagros dan Taurus Timur.3 Suku Kurdi pada masa ini
lebih dikenal sebagai suatu bangsa karena pada saat itu Kurdi memiliki teritori kekuasaannya
sendiri dan dipimpin oleh tokoh Kurdi sendiri.
Kehidupan suku Kurdi yang semula berjalan dengan normal mulai terusik dengan
kedatangan etnis Persia yang berusaha menguasai daerah Kurdistan. Tidak hanya itu,
kedatangan Turki juga membuat wilayah Kurdistan menjadi perebutan bagi tiga etnis yang
berbeda tersebut. Perebutan wilayah Kurdistan secara tidak langsung membuat Persia dan
Turki memperebutkan bangsa Kurdi yang mendiami daerah Kurdistan juga. Kedua kekaisaran

besar ini berusaha menjadikan suku Kurdi menjadi bagian dari kekaisaran masing-masing.
Nuzulian, Ulli. 2009, “ Sejarah Panjang Perjuangan Etnis Kurdi di Turki”. Jurnal Penelitian Universitas
Tanjungpura . Vol XV. No 3, , diakses pada
tanggal 15 Desember 2011
2
Ibid
3
Jatmika, Sidik. 2009, “ Kurdi”, , diakses pada tanggal 15
Desember 2011

1

3

Dominasi kekaisaran Persia dan juga Turki yang akhirnya berubah menjadi Ottoman di
wilayah Kurdistan mengharuskan pemimpin bangsa Kurdi harus memilih untuk berpihak
kepada salah satu kekaisaran agar tetap dapat mempertahankan kekuasannya di daerah
tersebut. Namun pada tahun 1638, dilaksanakannya perjanjian Kasri Shirin membuat suku
Kurdi kehilangan kekuasannya atas wilayah Kurdistan.4 Hal ini disebabkan oleh karena
terbaginya wilayah Kurdistan menjadi dua bagian yaitu wilayah kekuasaan Persia dan wilayah

kekuasaan Ottoman. Hilangnya kekuasaan suku Kurdi atas wilayahnya membuat suku Kurdi
mulai berusaha untuk memperjuangkan kemerdekaannya dan memperoleh kembali wilayah
Kurdistan yang menjadi daerah kekuasaannya sebelum terbagi. Perjuangan suku Kurdi untuk
memperoleh kemerdekaannya mulai muncul sejak awal abad 19.
Pasca Perang Dunia I yang menyebabkan kehancuran kekaisaran Ottoman membuat
suku Kurdi merasa dapat menyatukan kembali bangsa Kurdi yang terpisah dan dapat
memperoleh kembali kedaulatannya. Pada perjanjian Sevres yang digelar pada 10 Agustus
1920, suku Kurdi memperoleh jawaban atas penantian dan perjuangannya untuk menyatukan
bangsa Kurdi dibawah pemerintahan Kurdi yang berdaulat. Pada perjanjian tersebut dikatakan
bahwa negara Kurdistan akan dibentuk. Namun setelah bertahun-tahun perjanjian Sevres
dilakukan, suku Kurdi tetap tidak memperoleh kemerdekaannya. Bahkan pada 24 Juli 1923
saat digelarnya perjanjian Lausanne, wilayah Kurdistan kembali menjadi terbagi. Pada
perjanjian Lausanne wilayah Kurdistan terbagi menjadi beberapa bagian yang sampai saat ini
bagian tersebut tetap tidak berubah sedikit pun. Wilayah Kurdistan yang paling besar terletak
di negara Turki, dan sisanya terbagi dalam tiga bagian yaitu terletak pada negara Iran, Irak
dan Suriah. Terpecahnya wilayah Kurdistan menjadi beberapa bagian ini telah menimbulkan
perpisahan bagi sebagian suku Kurdistan dengan keluarganya akibat adanya batas negara atau
batas teritori antara Turki, Irak, Iran dan Suriah. Pemisahan wilayah Kurdistan ini semakin
membuat suku Kurdi kehilangan kesempatan untuk berdiri sebagai suatu negara yang utuh
dan berdaulat.


Alasan Self Determination suku Kurdi

Pemisahan wilayah Kurdistan pada perjanjian Lausanne tidak lantas membuat suku
Kurdi menyerah dalam memperjuangkan kemerdekannya. Perjanjian Sevres yang memberi
janji kepada suku Kurdi bahwa negara Kurdistan akan dibentuk dan masyarakat Turki yang
bukan merupakan orang asli Turki akan dilepaskan menjadi dasar perjuangan Kurdi (yang
dalam hal ini merupakan Self Determination suku Kurdi) sampai saat ini. Suku Kurdi yang
4

Ibid

4

ada di setiap negara yang berada di wilayah Kurdistan tidak pernah berhenti untuk
memperjuangkan hak-haknya. Namun karena mayoritas suku Kurdi berada di wilayah Turki
maka pergerakan Kurdi yang berada di Turki menjadi panutan bagi sebagian besar suku Kurdi
dan menjadi basis pergerakan Kurdi yang utama di wilayah Kurdistan. Berdasarkan sejarah
yang cukup panjang atas penindasan suku Kurdi oleh pemerintah Iran, Irak, Turki dan Suriah,
suku Kurdi merasa bahwa wilayah Kurdistan merupakan wilayah kekuasaannya karena

mereka merasa bahwa mereka telah mendiami wilayah tersebut jauh sebelum Persia dan
Ottoman datang ke wilayah Kurdistan. Disamping sejarah kependudukan suku Kurdi di
wilayah Kurdistan, hal yang mendasari Self Determination suku Kurdi antara lain juga
disebabkan oleh adanya pembatasan hak untuk menggunakan atau memperlihatkan identitas
Kurdi bagi orang-orang Kurdi di Turki, Irak, Iran dan Suriah. Suku Kurdi yang memiliki
budaya tersendiri mengalami kesulitan ketika harus menyembunyikan identitasnya sebagai
etnis Kurdi. Suku Kurdi tidak diperbolehkan untuk menggunakan bahasa Kurdi serta
menggunakan adat Kurdi dalam kehidupan sehari-harinya. Tulisan-tulisan yang menggunakan
bahasa Kurdi pun dilarang untuk beredar di masyarakat luas. Pembedaan hak suku Kurdi
sebagai suku minoritas semakin menimbulkan adanya rasa kebencian suku Kurdi terhadap
pemerintah Turki, Iran, Irak, dan Suriah sehingga mereka sama sekali tidak ingin melakukan
asimilasi terhadap warga negara Turki, Iran, Irak dan Suriah. Hal tersebut semakin
memperkuat keinginan suku Kurdi untuk memperoleh kemerdekaannya dan melakukan upaya
Self Determination.

Self Determination suku Kurdi

Berbagai upaya telah dilakukan oleh suku Kurdi untuk mendapatkan kebebasan dan
kemerdekaannya. Upaya Self Determination Kurdi di Turki merupakan gambaran umum
perjuangan suku Kurdi secara keseluruhan di wilayah Kurdistan. Hal ini disebabkan oleh

karena sebagian besar suku Kurdi terletak di Turki dan suku Kurdi yang berada di Turki
banyak melahirkan tokoh-tokoh besar Kurdi sehingga pergerakan suku Kurdi yang utama
berada di Turki. Upaya Self Determination suku Kurdi awalnya ditujukan untuk menuntut
kemerdekaan suku Kurdi atau dengan kata lain suku Kurdi ingin melepaskan diri dari Turki
(external Self Determination). Suku Kurdi melakukan berbagai pergerakan untuk dapat
mencapai tujuan Self Determination mereka. Aksi-aksi terorisme dilakukan oleh suku Kurdi
sebagai bentuk perlawanan dan protes yang mereka sampaikan kepada pemerintah Turki dan
Irak. Aksi terorisme suku Kurdi ini menimbulkan pertarungan yang semakin panjang antara
Kurdi dan pemerintah. Belum lagi akibat adanya aktivitas terorisme, partai Kurdi masuk
5

dalam daftar kelompok teroris internasional yang dilansir oleh Amerika Serikat. 5 Akibat
tindakan terorisme Kurdi, Amerika Serikat berusaha melakukan operasi militer di wilayah
Kurdistan dengan tujuan memberantas terorisme suku Kurdi tersebut. Hal tersebut membuat
pemerintah Turki, Irak, Iran dan Suriah semakin tidak bersimpati kepada suku Kurdi. Selain
tindakan terorisme suku Kurdi, dalam melancarkan upaya Self Determination yang
dilakukannya, suku Kurdi membentuk Partai Pekerja Kurdi (Partiya Karkeren Kurdistan) atau
yang biasa disebut dengan PKK. Pembentukan PKK sendiri bertujuan agar upaya Self
Determination Kurdi dapat diperjuangkan sampai pada tingkat pemerintahan di Turki. Partai


Pekerja Kurdi ini diharapkan dapat membawa dan memperjuangkan misi Kurdi di parlemen
Turki. Di Irak, suku Kurdi mendirikan sebuah pemerintahan Kurdi yang bernama Kurdish
Regional Government (KRG) dan partai Kurdi yang bernama Kurdish Democratic Party
(KDP). Pada invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003, KRG dan KDP muncul sebagai
badan atau lembaga yang memiliki peran sangat penting dalam pemerintahan pusat. 6 Akibat
peran pentingnya dalam menjaga kesatuan warga Irak saat diinvasi oleh Amerika Serikat,
suku Kurdi di Irak mulai memiliki posisi yang strategis dalam melanjutkan upaya Self
Determination mereka.

Tuntutan awal suku Kurdi yang menginginkan kemerdekaan suku Kurdi sebagai suatu
negara yang berdaulat pada akhirnya harus terbentur prinsip Self Determination PBB yang
tertuang dalam Resolution 1514 pada artikel 6 yang berisi “Every attempt directed to a whole
or partial destruction of the national unity or territorial integrity of a country is incompatible
with the aims and principles of the UN Charter ”.7 Berdasarkan resolusi PBB tersebut,

keinginan suku Kurdi untuk memiliki negara sendiri yang berdaulat menjadi pupus akibat
posisi suku Kurdi yang berada di wilayah empat negara yang berdaulat dan terintegrasi.
Dalam hal ini suku Kurdi tidak dapat dikategorikan dalam keadaan kolonialisasi sebuah
negara sehingga tidak memungkinkan suku Kurdi untuk memperoleh kedaulatan negaranya.
Menurut prinsip territorial integrity, seharusnya suku Kurdi memang menjadi bagian dari

negara-negara berdaulat yang berada di wilayah Kurdistan.8 Tertutupnya harapan suku Kurdi
untuk dapat memperoleh kemerdekaannya, tidak menyurutkan upaya suku Kurdi untuk tetap
melakukan upaya Self Determination. Walaupun suku Kurdi telah tidak mungkin lagi
Machmudi, Yon. “Kurdi : Bangsa Besar yang Termarjinalkan”,
, diakses pada tanggal 10 November 2011
6
Bengio, Ofra. “A Kurdish Call for Self Determination : Crossing the Rubicon?”. Moshe Dayan Centre: Tel
Aviv Notes, , diakses pada tanggal 9
Januari 2012
5

Manchot, Peter. 1996. “Self Determination for the Kurds in Turkey”,
, diakses pada tanggal 9 Januari 2012

7

8

Ibid

6

mewujudkan cita-citanya dalam memperoleh teritori negara sendiri, suku Kurdi tetap
memperjuangkan keinginannya untuk dapat memperoleh hak sebagai warga negara Turki,
Irak, Iran dan Suriah. Suku Kurdi pada akhirnya bersedia ‘mengurangi’ tuntutan mereka
dalam upaya Self Determination yang mereka lakukan. Suku Kurdi mengganti tuntutan
mereka yang sebelumnya ingin memperoleh kedaulatan atas negara Kurdistan menjadi
diberikannya otonomi khusus bagi suku Kurdi agar suku Kurdi dapat menggunakan
identitasnya sebagai etnis Kurdi (internal Self Determination). Suku Kurdi menuntut
kebebasan mereka dalam menggunakan bahasa, tulisan dan adat mereka di wilayah Kurdistan.
Suku Kurdi menuntut keadilan peemerintah baik pemerintah Turki, Irak, Iran dan juga Suriah
kepada masyarakat minoritas. Tuntutan Kurdi dalam Self Determination kali ini didukung
oleh pernyataan PBB mengenai hak-hak sipil dan hak politik warga negara yang terdapat pada
‘International Treaty on Economic, Social and Political Rights’ dan the 'Treaty on Civil and
Political Rights’ yang mana traktat ini dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB pada tahun
1966.9 Kedua traktat ini juga mengatur mengenai Self Determination, namun dalam traktat ini
Self Determination yang dimaksud bukanlah hak suatu kelompok atau individu untuk

memperoleh kemerdekaan melainkan hak individu atau kelompok untuk dapat menikmati
hak-hak sipil maupun politik serta dapat berpartisipasi tanpa mendapat diskriminasi dalam
kehidupan sosial mereka di negara tersebut.10 Berdasarkan traktat tersebut, suku Kurdi
seharusnya dapat memperoleh hak-haknya sebagai warga negara dengan mendapatkan
kebebasan untuk memperlihatkan identitasnya sebagai etnis Kurdi serta mendapatkan akses
politik yang salah satunya melalui keikutsertaan suku Kurdi dalam pemilihan umum. Namun
internal Self Determination suku Kurdi ini dapat berubah kembali menjadi external Self
Determination jika suku Kurdi tidak kunjung memperoleh haknya sebagai warga negara suatu

negara. Hal ini didukung dengan adanya Resolution 2625 yang muncul pada tahun 1970 yang
mana resolusi tersebut berbunyi sebagai berikut :
“....protection of the territorial integrity is only valid for a state that conducts itself
in accordance with the principle of equal rights and self-determination and is ruled
by a government that represents the whole population belonging to the country
without distinction as to race, creed or colour...”11

Jika tuntutan suku Kurdi dalam mendapatkan otonomi khusus belum juga didapatkan,
maka tuntutan suku Kurdi yang sebelumnya yaitu pemberian kemerdekaan bagi suku

9

Ibid

10
11

Ibid
Ibid

7

Kurdi dapat diperjuangkan kembali dan pada saat itu PBB akan mendukung upaya Self
Determination suku Kurdi.

Alasan Pemerintah Turki, Iran, Irak dan Suriah Menolak Self Determination Suku
Kurdi

Tindakan Self Determination Kurdi yang telah dilakukan selama bertahun-tahun
selalu mendapat perlawanan dari pemerintah baik pemerintah Turki, Irak, Iran maupun
Suriah. Aksi teror yang dilancarkan oleh suku Kurdi ditanggapi secara keras pula dari
pemerintah. Pemerintah Turki, Irak, Iran dan Suriah selalu mengerahkan kekuatan
militer untuk mengatasi serangan suku Kurdi serta melumpuhkan kekuatan Kurdi.
Perlawanan keras yang ditunjukkan oleh pemerintah negara-negara yang terletak di
wilayah Kurdistan ini disebabkan oleh adanya kehendak untuk tidak melepaskan suku
Kurdi sebagai bagian dari negaranya. Lokasi tempat tinggal suku Kurdi yang strategis
secara geopolitik serta adanya tambang minyak yang cukup besar di wilayah Kurdi yang
mana tambang tersebut juga memiliki pipa-pipa menuju Eropa dan Israel membuat
Turki, Irak, Iran dan Suriah tidak ingin melepaskan aset yang cukup menjanjikan
tersebut.12 Kekayaan alam yang dimiliki oleh wilayah suku Kurdi menjadi
pertimbangan pemerintah Turki, Irak, Iran dan Suriah tidak ingin melepaskan Kurdi
menjadi sebuah negara yang berdaulat. Selain itu, kebijakan pemerintah Turki yang
mengharuskan semua warga negara Turki berbicara menggunakan bahasa Turki yang
mana telah ada sejak pemerintahan Mustafa Kemal merupakan kebijakan yang memiliki
tujuan agar kesatuan nasional Turki dapat terus terjaga. Turki sejak dahulu berusaha
untuk menumbuhkan rasa nasionalisme bagi setiap warga negaranya dengan tidak
memberi ruang bagi kaum minoritas untuk menggunakan identitasnya. Begitu juga di
Irak, otonomi khusus yang menjadi tuntutan suku Kurdi dinilai sebagai aksi separatis
yang dapat mengancam kesatuan Irak sehingga pemerintah Irak terus memberikan
perlawanan dan bahkan berusaha menghilangkan pergerakan Self Determination suku
Kurdi.13 Secara umum, kebijakan negara-negara yang terletak di wilayah Kurdistan
memiliki kesamaan dalam menyikapi upaya Self Determination suku Kurdi. Kekayaan
alam yanng dimiliki oleh suku Kurdi menjadi alasan utama mengapa mereka tidak ingin
melepas Kurdi. Selain itu, terdapat pola pikir yang sama terkait ancaman Self

Machmudi, Yon. “Kurdi : Bangsa Besar yang Termarjinalkan”,
, diakses pada tanggal 10 November 2011

12

Anonymous, “Keterlibatan Etnis Kurdi dalam Pemilu 2005 di Irak”,
, diakses pada tanggal 10 November 2011
13

8

Determination Kurdi yang dapat merusak kesatuan nasional pada pemerintah Turki,

Irak, Iran dan Suriah.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sejarah konflik suku
Kurdi merupakan konflik yang telah berlangsung cukup lama. Suku Kurdi yang telah
mendiami daerah Kurdistan sejak kurang lebih 8000 tahun yang lalu tidak dapat
menikmati kemerdekaannya sebagai negara yang berdaulat akibat adanya kekaisaran
Persia dan Ottoman yang datang menguasai daerah Kurdistan. Janji akan diberikannya
kemerdekaan bagi suku Kurdi yang tertera di perjanjian Sevres tidak juga membuat
Kurdi merdeka. Akibatnya tindakan Self Determination suku Kurdi pun muncul.
Wilayah Kurdistan diklaim sebagai wilayah suku Kurdi yang harus diperjuangkan.
Selain itu berbekal perjanjian Sevres suku Kurdi tetap memperjuangkan hak-haknya
agar mendapatkan kemerdekaan atau paling tidak kebebasan bagi suku Kurdi untuk
memperlihatkan identitasnya. Tindakan Self Determination suku Kurdi memiliki dua
macam, yaitu tindakan terorisme dan upaya memperjuangkan misi Kurdi di parlemen
melalui partai-partai politik Kurdi. Tuntutan Self Determination yang dilakukan suku
Kurdi pun juga mengalami perubahan. Tuntutan awal suku Kurdi adalah pemberian hak
bagi Kurdi untuk mendirikan negara sendiri yang berdaulat. Namun tuntutan Kurdi ini
harus terbentur oleh prinsip Self Determination PBB yang tertuang pada resolusi 1514
artikel 6. Tertutupnya jalan agar kemerdekaan Kurdi tercapai tidak menghentikan upaya
Self Determination Kurdi. Suku Kurdi mengganti tuntutan mereka dengan diberikannya

otonomi khusus bagi Kurdi agar Kurdi dapat memperoleh hak-haknya sebagai warga
negara. Jika hak-hak kewarganegaraan yang menjadi tuntutan suku Kurdi tidak
terpenuhi maka suku Kurdi dapat kembali menuntut kemerdekaannya. Hal ini tercantum
dalam resolusi PBB 2625 pada tahun 1970. Disisi lain, upaya Self Determination Kurdi
dianggap merupakan tindakan separatis yang dapat mengancam stabilitas nasional dan
kesatuan nasional keempat negara yang terletak di wilayah Kurdistan walaupun tuntutan
suku Kurdi telah berkurang. Selain itu, kekayaan alam yang dimiliki wilayah hunian
suku Kurdi menjadi penghalang suku Kurdi dalam mencapai kemerdekaannya. Dengan
demikian proses Self Determination suku Kurdi tampaknya masih akan berlangsung
lama, hal ini disebabkan oleh karena masih tidak ditemukannya jalan keluar bagi kedua
pihak yang dapat saling menguntungkan. Adanya kepentingan masing-masing pihak
yang saling bertolak belakang membuat kemungkinan terwujudnya Self Determination
tersebut masih sangat utopis.
9

REFERENSI
Anonymous, “Keterlibatan Etnis Kurdi dalam Pemilu 2005 di Irak”,
, diakses pada tanggal
10 November 2011
Bengio, Ofra. “A Kurdish Call for Self Determination : Crossing the Rubicon?”. Moshe
Dayan Centre: Tel Aviv Notes, , diakses pada tanggal 9 Januari 2012
Jatmika, Sidik. 2009, “ Kurdi”, , diakses
pada tanggal 15 Desember 2011
Machmudi, Yon. “Kurdi : Bangsa Besar yang Termarjinalkan”,
, diakses pada tanggal 10
November 2011
Manchot, Peter. 1996. “Self Determination for the Kurds in Turkey”,
, diakses pada tanggal 9 Januari 2012
Nuzulian, Ulli. 2009, “ Sejarah Panjang Perjuangan Etnis Kurdi di Turki”. Jurnal Penelitian
Universitas Tanjungpura . Vol XV. No 3,

, diakses pada tanggal
15 Desember 2011

10