this PDF file PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP FINANCIAL PERFORMANCE (Studi Pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 20142016) | Barokah | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP FINANCIAL
PERFORMANCE
(Studi Pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014-2016)

Siti Barokah
Wilopo
Inggang Perwangsa Nuralam
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
Email : Sbsitibarokah@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to identify and analyze the influence intellectual capital to the financial performance. This
type of research is explanatory research with a quantitative approach. Variabel examined included
intellectual capital is created by capital employed (Value Added Capital Employed - VACA), human capital
(Value Added Human Capital - VAHU), and structural capital (Structural Capital Value Added - STVA),
and financial performance measured by return on assets (ROA). The study population was the property and
real estate sub sector companies listed. The sample is this research totalled 34 companies obtained from
sampling purposive sampling. This type of data used is an secondary data. The technique of data collection

was done with the methods documentation. Analysis of the data used in the form of descriptive, classic
assumption test, and multiple linear regression analysis. The research finding indicate that the VACA,
VAHU, and STVA variables are simultaneously affected on ROA. The finding partially indicate VACA,
VAHU, and STVA effest significantly to Return On Assets (ROA).
Keywords : Intellectual Capital, Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital
(VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), Return On Assets (ROA)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh intellectual capital terhadap financial
performance. Jenis penelitian ini yang digunakan adalah explanatory research dengan pendekatan
kuantitatif. Variabel yang diteliti meliputi intellectual capital yang diciptakan dari penjumlahan capital
employed (Value Added Capital Employed - VACA), human capital (Value Added Human Capital VAHU), dan structural capital (Structural Capital Value Added - STVA), serta financial performance
perusahaan, yaitu return on assets (ROA). Populasi penelitian ini adalah perusahaan sub sektor property dan
real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 34
perusahaan diperoleh dari metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan
teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Analisis data yang digunakan berupa
statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan
VACA, VAHU, dan STVA secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara parsial
menunjukan bahwa VACA, VAHU, dan STVA berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Kata Kunci : Intellectual Capital, Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital

(VAHU), Structural Capital Value Added (STVA), Return On Assets (ROA)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 1 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

132

PENDAHULUAN
Perkembangan globalisasi dan teknologi
mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk
mampu bersaing diketatnya persaingan bisnis saat
ini. Menurut Pulic (2008), cara perusahaan untuk
bersaing yaitu dengan mengubah cara mereka
dalam menjalankan bisnisnya yang awalnya
didasarkan bekerja secara manual menuju bisnis
yang didasarkan pengetahuan agar dapat
mengetahui cara menggunakan sumber daya
secara lebih efisien dan ekonomis yang akan
memberikan keunggulan bagi perusahaan. Hal ini
mengakibatkan intellectual capital (modal

intelektual) menjadi salah satu sumber kekayaan
penting perusahaan karena di dalamnya
terkandung elemen penting, yaitu ilmu
pengetahuan.
Menurut
beberapa
peneliti
seperti
Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD) dalam Ulum (2009:21),
Gaol (2014:698), dan Barney (1999) berpendapat
bahwa intellectual capital merupakan bagian dari
aset tidak berwujud (intangible assets). Sullivan
(2000:4) berpendapat intellectual capital sebagai
pengetahuan merupakan hal yang sangat penting
bagi perusahaan daripada tanah, material, dan aset
berwujud untuk menciptakan nilai tambah (value
added). Fenomena intellectual capital di
Indonesia mulai berkembang setelah munculnya
PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan)

Nomor 19 tentang aktiva tidak berwujud.
Meskipun tidak secara ekplisit menjelaskan
sebagai intellectual capital namun kurang lebih
intellectual capital telah mendapat perhatian.
Intellectual capital perlu dilakukan
pengukuran karena intellectual capital memiliki
manfaat yang cukup besar bagi perusahaan.
Menurut Tan et al. dalam Ulum (2009:49),
pengukuran
intellectual
capital
dapat
dikelompokan ke dalam dua kategori, yaitu
pengukuran non moneter dan moneter. Pulic
(2008) menyatakan bahwa dibandingkan dengan
metode pengukuran intellectual capital lainnya,
Value Added Intellectual Capital (VAIC)
merupakan metode yang relatif mudah dan sangat
mungkin dilakukan karena dikontruksikan dari
akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan,

yaitu neraca dan laba rugi. Selain itu, VAIC juga
banyak dipilih oleh para peneliti untuk mengukur
intellectual capital. Metode Value Added
Intellectual Capital (VAIC) mengukur efisiensi
penggunaan modal yang meliputi Value Added
Capital Employed (VACA), Value Added Human

Capital (VAHU), dan Structural Capital Value
Added (STVA).
Sullivan
(2000:192)
berpendapat
intellectual capital sebagai pengetahuan yang
dapat meningkatkan financial performance.
Menurut Jumingan (2006:26) bahwa financial
performance merupakan gambaran kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dapat diukur
dengan menggunakan analisis rasio keuangan,
salah satunya yaitu rasio profitabilitas. Rasio
profitabilitas yang akan digunakan pada penelitian

ini ialah Return On Asset (ROA). Perusahaan sub
sektor property dan real estate juga termasuk dalam
salah satu klasifikasi High-IC intensive industries,
yaitu perusahaan yang padat intellectual capital.
Perusahaan membutuhkan pengetahuan sumber
dayanya untuk menciptakan suatu konsep, memilih
lokasi, menentukan harga, dan membuat keputusan
lainnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Financial Performance (Studi Pada Perusahaan
Sub Sektor Property dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2014-2016)”.

KAJIAN PUSTAKA
Intellectual Capital
Para peneliti memberikan definisi yang

beragam tentang intellectual capital. Menurut
Sadeli (2016), saat ini intellectual capital menjadi
sumber utama dalam pengetahuan perekonomian
untuk memberikan nilai tambah (value added)
bagi perusahaan. Menurut Roslender dan Fincham
dalam Ulum (2009:21) bahwa intellectual capital
umumnya diidentifikasi sebagai perbedaan antara
nilai pasar dan nilai buku dari aset perusahaan
tersebut atau dari modal keuangannya. Hal ini
berdasarkan hasil observasi pada akhir 1980-an,
bahwa nilai pasar menjadi lebih besar dari nilai
yang dilaporkan dalam laporan keuangan
berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh
akuntan. Edvinsson dan Malone dalam Ulum
(2009:21),
mengidentifikasikan
intellectual
capital sebagai nilai yang tersembunyi (hidden
value) dari bisnis, maksudnya intellectual capital
tidak terlihat seperti layaknya aset pada umumnya

dan aset semacam ini biasanya tidak terlihat pula
pada laporan keuangan. Berdasarkan definisi
intellectual capital tersebut, dapat disimpulkan
bahwa intellectual capital sebagai sumber daya
pengetahuan yang sangat penting yang mampu
menciptakan nilai tambah (value added) bagi
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 1 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

133

perusahaan tetapi tidak bisa terlihat pada laporan
keuangan.
Value Added Intellectual Capital (VAIC)
Metode VAIC menurut Pulic (2008),
didesain untuk mengukur seberapa efisiensi
pengelolaan dari aset berwujud dan aset tidak
berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dan
merupakan instrumen untuk mengukur kinerja
intellectual capital. Sebuah konsep penting dalam

metode VAIC adalah efisiensi penciptaan nilai,
yaitu value added yang disebabkan oleh
penggunaan intellectual capital dan capital
employed di dalam lingkungan bisnis. Alasan
capital employed dimasukan dalam pengukuran
intellectual capital karena saat ini selain
memerlukan
intellectual
capital
dalam
memperoleh value added juga memerlukan
sumber daya lain seperti capital employed (modal
kerja) untuk mendukung kegiatan perusahaan.
Intellectual capital sendiri mempunyai dua
komponen yaitu human capital dan structural
capital. Model konseptual VAIC dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1 Model Konseptual Value Added Intellectual
Capital (VAIC)
Capital Employed

Intellectual Capital
Physical
Financial
Human
Structural
Capital
Capital
Capital
Capital

Sumber : Pulic (2008)
VAIC merupakan penjumlahan dari tiga
komponennya, yaitu VACA, VAHU, dan STVA
(Pulic, 2008). Fungsi menghitung VAIC adalah
untuk mengetahui seberapa besar efisiensi
intellectual capital pada perusahaan yang
dianalisis. VAIC perlu diperhatikan oleh
perusahaan karena semakin tinggi koefisien VAIC
maka semakin banyak value added yang
diciptakan dengan jumlah intellectual capital dan

employed capital yang sama. Ketika VAIC  2,50
berarti kinerja perusahaan sangat sukses dalam hal
bisnis yang berteknologi dan berbasis ilmu
pengetahuan dengan tingkat efisiensi yang benarbenar dapat memastikan bisnis dan tempat kerja
yang aman.

VAHU = Value Added Human Capital
STVA = Structural Capital Value Added

Value Added Capital Employed (VACA)
Hubungan value added (VA) dengan
capital employed (CE) dalam hal ini disebut
VACA. Fungsi menghitung VACA yaitu untuk
mengetahui seberapa efektif perusahaan dalam
mengelola CE-nya untuk menciptakan VA. CE
terdiri dari physical capital dan financial capital.
Rasio ini menunjukan kontribusi yang dibuat oleh
setiap unit dari CE terhadap value added
organisasi. VACA harus diperhatikan oleh
perusahaan karena dengan adanya hasil yang
tinggi maka perusahaan dianggap mampu untuk
melakukan efisiensi terhadap dana perusahaan
yang tersedia, yaitu modal dan laba bersih.
��� =


��

Sumber : Pulic (2008)
Keterangan :
VA
= Value Added
CE
= dana yang tersedia (ekuitas dan laba bersih)

Value Added Human Capital (VAHU)
Hubungan value added (VA) dengan
Human Capital (HC) dalam hal ini disebut Value
Added Human Capital (VAHU). Fungsi
menghitung VAHU menunjukan berapa banyak
VA dapat dihasilkan dengan dana yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Pulic (2008)
berargumen bahwa total gaji dan biaya upah
adalah indikator dari HC perusahaan. Rasio ini
menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap
rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap
VA. Ketika nilai perusahaan lebih besar daripada
beban karyawan maka perusahaan dianggap
mampu untuk melakukan efisiensi terhadap
kinerja karyawan karena hasil VAHU akan
semakin tinggi.


=




Sumber : Pulic (2008)

� � = ��� + �

+

Sumber : Pulic (2008)

Keterangan :
VAIC = Value Added Intellectual Capital
VACA = Value Added Capital Employed



Keterangan :
VA
= Value Added
HC
= Human Capital: beban karyawan

Structural Capital Value Added (STVA)
Structural Capital Value Added (STVA)
menunjukan kontribusi structural capital (SC)
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 1 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

134

dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah
SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah
dari VA dan merupakan indikasi bagaimana
keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC
bukanlah ukuran yang independen sebagaimana
HC, ia dependen terhadap VA (Pulic, 2008).
Artinya semakin besar kontribusi HC dalam VA
maka akan semain kecil kontribusi SC dalam hal
ini. Ketika VA lebih besar daripada HC maka
perusahaan dianggap mampu untuk melakukan
efisiensi terhadap kinerja karyawan karena hasil
STVA akan semakin tinggi.
�=




Sumber : Pulic (2008)
Keterangan :
SC = Structural Capital: VA-HC
VA = Value Added

Return on Assets (ROA)
ROA menurut Kasmir (2008:202) adalah
rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah
aset yang digunakan dalam perusahaan. ROA
memberikan ukuran yang lebih baik atas
profitabilitas perusahaan karena menunjukan
efektivitas manajemen dalam menggunakan aset
untuk memperoleh laba. Menurut Murhadi
(2013:64) bahwa ROA menggambarkan seberapa
besar return yang diperoleh oleh perusahaan dari
rupiah yang dikeluarkan dalam bentuk aset.
Semakin besar rasio ini berarti bahwa aset dapat
lebih cepat berputar dalam meraih laba. Rasio
ROA dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
�� =

� � � �
� � �

sektor property dan real estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu sebanyak 49
perusahaan. Teknik sampling yang digunakan
dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan teknik purposive sampling dengan
menentukan kriteria-kriteria. Kriteria yang
digunakan dalam pengambilan sampel sebagai
berikut:
1. Perusahaan sub sektor property dan real estate
yang terdaftar di BEI.
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan
keuangan selama 3 tahun berturut-turut dan
telah diaudit tahun 2014-2016.
3. Perusahaan memiliki laba positif selama tahun
2014-2016.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti ialah teknik dokumentasi karena data
yang akan diambil adalah laporan keuangan
tahunan perusahaan. Analisis data yang digunakan
berupa statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan
analisis regresi linier berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif
N
VACA
VAHU
STVA
VAIC
ROA
Valid N
(listwise)

Minimum

Maximum

,00938
1,13167
,11635
1,25739
,08914

,73418
39,80810
,97488
41,08210
35,89009

Mean
,15425
6,20171
,71448
7,07045
7,50474

Std. Deviation
,11120
6,39703
,18980
6,54671
6,08145

Sumber: Data diolah (2018)
a.

b.

Sumber : (Murhadi, 2013:64)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan explanatory
research dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi
penelitian yang ditunjuk adalah Bursa Efek
Indonesia (BEI). Objek yang dipilih pada
penelitian ini adalah perusahaan sub sektor
property dan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan
dua variabel, yaitu variabel independen (tidak
terikat) dan variabel dependen (terikat). Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan sub

102
102
102
102
102
102

c.

d.

Nilai minimum Value Added Capital
Emplyed (VACA) sebesar 0,00938, nilai
maksimum sebesar 0,73418, nilai mean
sebesar 0,15425, dan nilai std. Deviasi
sebesar 0,11120.
Nilai minimum Value Added Human
Capital (VAHU) sebesar 1,13167, nilai
maksimum sebesar 39,80810, nilai mean
sebesar 6,20171, dan nilai std. Deviasi
sebesar 6,39703.
Nilai minimum Structural Capital Value
Added (STVA) sebesar 0,11635, nilai
maksimum sebesar 0,97488, nilai mean
sebesar 0,71448, dan nilai std. Deviasi
sebesar 0,18980.
Nilai minimum Value Added Intellectual
Capital (VAIC) sebesar 1,25739, nilai
maksimum sebesar 41,08210, nilai mean
sebesar 7,07045, dan nilai std. Deviasi
sebesar 6,54671.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 1 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

135

e.

Nilai minimum Return On Asset (ROA)
sebesar 0,8914, nilai maksimum sebesar
35,89009, nilai mean sebesar 7,50474, dan
nilai std. Deviasi sebesar 6,08145

4.

Uji Heteroskedastisitas

Hasil Pengujian Asumsi Klasik
1.

Uji Normalitas

Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
102
,0000000
,03382332
,132
,132
-,087
1,330
,058

N
Normal
Parametersa,b

Mean
Std. Deviation
Absolute
Most Extreme
Positive
Differences
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Sumber: Data diolah (2018)

Gambar 1 : Hasil Uji Heteroskedastisitas

Nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk
keseluruhan variabel yaitu 1,330 dan nilai Asymp.
Sig (2-tailed) 0,058 > 0,05. Hasil tersebut
menunjukan bahwa model regresi ini memenuhi
asumsi normalitas

Sumber : Data diolah (2018)

2.

Uji Multikolinieritas

Tabel 4 Hasil Uji Multikolinieritas
Model

1

Uji Regresi Linier Berganda

Collinearity Statistics
Tolerance

(Constant)
VACA
VAHU
STVA

,889
,637
,608

Berdasarkan gambar scatterplot di atas
bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas
dimana titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Kesimpulan yang dapat
diambil yaitu tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

VIF
1,125
1,570
1,645

Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan tabel di atas, VACA, VAHU,
dan STVA memiliki nilai tolerance > 0,10 dan
nilai VIF < 10 sehingga dapat disimpulkan tidak
terdapat hubungan linier antarvariabel independen
sehingga asumsi ini terpenuhi.
3.

Uji Autokorelasi

Tabel 5 Hasil Uji Autokorelasi
Model
1

DW
1,974

dU
1,7383

4-dU
4 − 1,7383

Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai DW
sebesar 1,974. Hasil nilai DW terletak di antara DU
dan 4 − DU, yaitu 1,7383 < 1,974 < 4 − 1,7383.
Nilai DU didapat dari tabel DW dengan n=102 dan
k=3 yaitu sebesar 1,7383. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi

Sumber : Data diolah (2018)
Persamaan regresi linier berganda dengan tiga
variabel independen dan satu variabel dependen
sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Keterangan :
Y : Nilai prediksi variabel dependen (ROA)
a : Konstanta
b : koefisien regresi
X : Variabel independen (VACA, VAHU, STVA)
e : error item

Y = (-0,22) + 0,181X1 + 0,005X2 + 0,045X3
Arti dari angka-angka tersebut ialah:
a.

Nilai konstanta (a) adalah (-0,22) berarti
variabel independen yaitu VACA, VAHU,
dan STVA memiliki nilai 0 maka variabel
dependen yaitu ROA nilainya (-0,22).

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 1 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

136

b.

c.

d.

Nilai koefisien regresi variabel VACA
bernilai positif, yaitu 0,181 yang artinya
bahwa peningkatan VACA sebesar 1 maka
akan meningkatkan ROA sebesar 0,181
dengan asumsi nilai variabel independen
lainnya tetap.
Nilai koefisien regresi variabel VAHU
bernilai positif, yaitu 0,005 yang artinya
bahwa peningkatan VAHU sebesar 1 maka
akan meningkatkan ROA sebesar 0,005
dengan asumsi nilai variabel independen
lainnya tetap.
Nilai koefisien regresi variabel STVA
bernilai positif, yaitu 0,045 yang artinya
bahwa peningkatan STVA sebesar 1 maka
akan meningkatkan ROA sebesar 0,045
dengan asumsi nilai variabel independen
lainnya tetap.

3.

Sumber : Data diolah (2018)
a.

b.
1.

Uji Determinasi

(R2)

Tabel 7 Hasil Uji Determinasi
Model
1

R
,831a

R Square
,691

Adjusted R
Square
,681

Std. Error of the
Estimate
,03433920

Sumber : Data diolah (2018)
Berdasarkan tabel 20 diketahui bahwa
kontribusi keseluruhan variabel independen
terhadap variabel dependen yang dinyatakan
dengan nilai Adjusted R Square adalah sebesar
0,681 atau 68,1%. Angka ini dapat menjelaskan
bahwa 68,1 % variabel ROA dipengaruhi oleh
ketiga variabel independen, yaitu VACA, VAHU,
dan STVA. Sedangkan sisanya sebesar 31,9%
dikontribusikan oleh faktor lain di luar variabel
penelitian.
2.

Uji F (Simultan)
Df Mean Square
3
,086
98
,001
101

c.

Nilai STVA t hitung > t tabel (2,018 >
1,984) dan signifikansi < 0,05 (0,046 <
0,05) yang berarti berpengaruh signifikan.
Jadi, kesimpulannya bahwa STVA secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap
ROA. Nilai t hitung positif artinya
berpengaruh positif, yaitu jika STVA
meningkat maka ROA juga akan meningkat.
Berdasarkan tabel di atas, VAHU Nilai t
hitung > t tabel (8,437 > 1,984) dan
signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05) yang
berarti berpengaruh signifikan. Jadi,
kesimpulannya bahwa VAHU secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Nilai
t hitung positif artinya berpengaruh positif,
yaitu jika VAHU meningkat maka ROA
juga akan meningkat.
Berdasarkan tabel di atas, STVA nilai t
hitung > t tabel (2,018 > 1,984) dan
signifikansi < 0,05 (0,046 < 0,05) yang
berarti berpengaruh signifikan. Jadi,
kesimpulannya bahwa STVA secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Nilai
t hitung positif artinya berpengaruh positif,
yaitu jika STVA meningkat maka ROA juga
akan meningkat.

Uji Dominan

Tabel 8 Hasil Uji F (Simultan)
Model
Regression
1 Residual
Total

Uji t (Parsial)

Tabel 9 Hasil Uji t (Parsial)

F
72,925

Sig.
,000b

Tabel 10 Hasil Uji Dominan

Sumber : Data diolah (2018)
Tabel 21 menunjukan F hitung dan F tabel sebesar
72,925 > 2,697 dan signifikansi 0,000 < 0,05 yang
berarti berpengaruh signifikan. Nilai F tabel
didapat dari nilai df (degree of freedom)
pembilang sebesar 3 dan df penyebut sebesar n-k1 (102-3-1= 98) dapat diperoleh F tabel sebesar
2,697. Jadi, dapat disimpulkan bahwa VACA,
VAHU, dan STVA secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap ROA

Sumber: Data diolah (2018)
Pada tabel 23 koefisien beta atau standardized
coefficient terlihat angka terbesar dari variabel
independen ialah VAHU dengan angka 0,594.
Jadi, variabel VAHU adalah yang paling
mempengaruhi atau dominan terhadap financial

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 1 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

137

performance perusahaan yang diproksikan dengan
ROA.
Pembahasan Hasil Penelitian
1.

Pengaruh Parsial VACA terhadap ROA
Hubungan value added (VA) dengan
capital employed (CE) dalam hal ini disebut
VACA. CE terdiri dari physical capital dan
financial capital. Fungsi menghitung VACA yaitu
untuk mengetahui seberapa efektif perusahaan
dalam mengelola CE untuk menciptakan VA. CE
dalam penghitungan VACA dikontruksikan
dengan total ekuitas (ekuitas dan laba bersih).
Semakin tinggi VA daripada total ekuitas yang
dikeluarkan perusahaan maka nilai VACA akan
semakin tinggi.
Hasil pada penelitian memiliki nilai t
hitung > t tabel (5,119 > 1,984) dan signifikansi <
0,05 (0,000 < 0,05). Diketahui bahwa VACA
berpengaruh signifikan terhadap ROA karena nilai
t hitung > t tabel dan nilai signifikansi < 0,05
sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa
VACA secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap ROA dapat diterima. Sesuai hasil uji
regresi linier berganda bahwa memiliki nilai
positif yang akan meningkatkan nilai ROA
sebesar 0,181. Hal ini berarti perusahaan sub
sektor property dan real estate tahun 2014-2016
mampu menciptakan VA dari total ekuitas dan
mampu memanfaatkan CE-nya, yaitu physical
capital dan financial capital.
2.

Pengaruh Parsial VAHU terhadap ROA
Hubungan value added (VA) dengan
human capital (HC) dalam hal ini disebut Value
Added Human Capital (VAHU). Fungsi
menghitung VAHU yaitu untuk mengetahui
seberapa efektif perusahaan dalam mengelola HCnya untuk menciptakan VA. HC dalam
penghitungan VACA dikontruksikan dengan
beban karyawan. Semakin tinggi VA daripada
beban karyawan yang dikeluarkan perusahaan
maka nilai VAHU akan semakin tinggi.
Hasil
penelitian
bahwa
VAHU
berpengaruh signifikan terhadap ROA karena
memiliki nilai t hitung > t tabel (8,437 > 1,984)
dan nilai signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05)
sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa
VAHU secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap ROA dapat diterima. Pernyataan tersebut
yaitu VAHU berpengaruh signifikan terhadap
ROA mengakibatkan hasil uji regresi linier
berganda bernilai positif yang akan menaikan nilai
ROA sehingga dapat diketahui hasil uji regresi

linier berganda dengan nilai VAHU sebesar 0,005
yang berarti setiap penambahan 1 VAHU maka
akan menaikan ROA sebesar 0,005. Hal ini
menunjukan bahwa perusahaan sub sektor
property dan real estate tahun 2014-2016 mampu
menciptakan VA dalam mengelola HC-nya.
3.

Pengaruh Parsial STVA terhadap ROA
Structural Capital Value Added (STVA)
dihasilkan dari structural capital (SC) dibagi
value added (VA). SC bukanlah ukuran yang
independen sebagaimana HC, ia dependen
terhadap VA. Ketika VA lebih besar daripada HC
maka perusahaan dianggap mampu untuk
melakukan efisiensi terhadap kinerja karyawan
karena hasil STVA akan semakin tinggi. Fungsi
menghitung STVA yaitu untuk mengetahui
seberapa baik SC yang dimiliki perusahaan untuk
menciptakan VA.
Hasil penelitian menunjukan bahwa STVA
berpengaruh signifikan terhadap ROA sehingga
hipotesis yang menyatakan bahwa STVA secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA
dapat diterima karena memiliki nilai t hitung > t
tabel (2,018 > 1,984) dan signifikansi < 0,05
(0,046 < 0,05). Pernyataan tersebut yaitu STVA
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROA
mengakibatkan hasil uji regresi linier berganda
bernilai positif yang akan menaikan nilai ROA
sehingga dapat diketahui hasil uji regresi linier
berganda dengan nilai nilai STVA sebesar 0,045
yang berarti setiap penambahan 1 STVA maka
akan menaikan ROA sebesar 0,045.
Hal ini disebabkan bahwa keseluruhan
perusahaan sub sektor property dan real estate
tahun 2014-2016 mampu untuk melakukan
efisiensi terhadap kinerja karyawan sehingga nilai
STVA semakin tinggi sehingga untuk mengelola
SC baik dan benar yang akan berdampak pada
proses produksi yang efisien serta mengurangi
biaya produksi yang tidak digunakan sehingga
meningkatkan profit perusahaan.
4.

Pengaruh Simultan VACA, VAHU, dan
STVA terhadap ROA
Sesuai hasil statistik deskriptif, nilai ratarata VAIC pada penelitian ini sebesar 7,36507,
yaitu nilai VAIC  2,50. Pada penelitian ini data
observasi sebanyak 102 dan yang memiliki nilai
VAIC  2,50 sebanyak 91 dan sisanya sebanyak
11 memiliki nilai VAIC  2,50. Hal ini
menunjukan bahwa perusahaan sub sektor
property dan real estate tahun 2014-2016 sangat
sukses terutama dari bisnis yang berteknologi dan
berbasis ilmu pengetahun tinggi dengan tingkat
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 1 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

138

efisien yang benar-benar dapat memastikan bisnis
dan tempat kerja yang aman.
Hasil penelitian menunjukan nilai F hitung
> F tabel (72,925 > 2,697), signifikansi 0,000 <
0,05 dan hasil uji determinasi 68,1%. Dapat
diketahui hasil penelitian bahwa VACA, VAHU,
dan STVA secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap ROA sehingga hipotesis yang
menyatakan bahwa VACA, VAHU, dan STVA
secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap ROA dapat diterima.
Pengaruh Dominan VAHU terhadap
ROA
Berdasarkan
uji
dominan
dengan
membandingkan koefisien beta (beta coeffient)
atau standardized coefficient tiap-tiap variabel
independen. Variabel independen yang nilainya
terbesar
adalah
yang
dominan
dalam
mempengaruhi variabel dependennya. Koefisien
beta pada standardized coefficient terlihat angka
terbesar dari variabel independen.
Hasil penelitian peneliti yang memiliki
nilai terbesar ialah VAHU dengan angka 0,594.
Jadi, variabel VAHU adalah yang dominan
terhadap financial performance perusahaan yang
diproksikan dengan ROA. Menurut Sullivan
(2000:192-193), menyatakan bahwa human
capital
(HC)
mencerminkan
kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan inovasi dan
kreativitas berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
oleh karyawan. HC mencerminkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh
orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut
sehingga perusahaan mengembangan HC-nya
untuk menciptakan strategi-strategi baru dalam
menjalankan bisnisnya dalam rangka menciptakan
keunggulan
kompetitifnya
terhadap
para
pesaingnya. Berarti pada perusahaan sub sektor
property dan real estate tahun 2014-2016, HC
merupakan faktor yang paling memberikan
pengaruhnya terhadap ROA.

2.

5.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Intellectual capital diukur menggunakan
VAIC. Komponen dari VAIC, yaitu VACA,
VAHU, dan STVA sedangkan financial
performance diproksikan dengan ROA.
Sesuai hasil uji F (simultan) dengan nilai F
hitung > F tabel (72,925 > 2,697) dan
signifikansi 0,000 < 0,05 serta hasil uji
determinasi 68,1%. Kesimpulan yang dapat
diambil yaitu bahwa intellectual capital

3.

4.

berpengaruh signifikan terhadap financial
performance sebesar 68,1% sedangkan
sisanya sebesar 31,9% dipengaruhi oleh
faktor lain di luar variabel penelitian. Hal ini
memperkuat penelitian Ulum (2007),
Wahdikorin (2010), dan Kholid (2017).
Hasil uji t (parsial) dari VAIC yaitu VACA,
VAHU, dan STVA secara individu
berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan
VAHU sebagai variabel yang dominan.
VACA dengan nilai t hitung > t tabel (5,119
1,984) dan signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05).
VAHU dengan nilai t hitung > t tabel (5,119
> 1,984) dan signifikansi < 0,05 (0,000 <
0,05). STVA dengan nilai t hitung > t tabel
(2,018 > 1,984) dan signifikansi < 0,05 (0,046
< 0,05).
Sesuai
hasil
uji
dominan
dengan
membandingkan koefisien beta tiap-tiap
variabel independen, menunjukan bahwa
variabel VAHU memiliki nilai terbesar
dengan angka 0,594. Kesimpulan yang dapat
diambil ialah variabel VAHU merupakan
variabel yang dominan terhadap ROA.
Sesuai hasil statistik deskriptif, nilai rata-rata
VAIC pada penelitian ini sebesar 7,3650,
yaitu nilai VAIC  2,50. Pada penelitian ini
data observasi sebanyak 102 dan yang
memiliki nilai VAIC  2,50 sebanyak 91 dan
sisanya sebanyak 11 memiliki nilai VAIC 
2,50. Hal ini menunjukan jika perusahaan
memiliki kinerja perusahaan yang sangat
sukses. Hasil ini terutama dari bisnis yang
berteknologi dan berbasis ilmu pengetahun
tinggi dengan tingkat efisien yang benarbenar dapat memastikan bisnis dan tempat
kerja yang aman.

Saran
1. Dilihat dari hasil statitstik deskriptif bahwa
dari nilai VACA, VAHU, dan STVA yang
memiliki nilai paling kecil yaitu VACA
dengan rata-rata sebesar 0,15425. Yang
dimana perusahaan sub sektop peoperty dan
real estate berarti saat ini masih belum
maksimal
memperhatikan
CE-nya.
Diharapkan ke depannya perusahaan lebih
memperhatika CE-nya, yaitu physical capital
dan financial capital agar nilai VACA
semakin tinggi.
2. Dilihat pada nilai VAIC bahwa terdapat
perusahaan yang memiliki nilai VAIC  2,50.
Oleh karena itu, perusahaan yang dianggap
belum mampu memaksimalkan intellectual
capital diharapkan lebih memperhatikan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 1 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

139

3.

intellectual capital agar perusahaan memiliki
bisnis yang berteknologi dan berbasis ilmu
pengetahun tinggi dengan tingkat efisien yang
benar-benar dapat memastikan bisnis dan
tempat kerja yang aman.
Bagi peneliti selanjutnya bisa memperpanjang
periode penelitian dan bisa menambah
variabel yang lain dari penelitian ini agar
memperoleh hasil lebih baik dan akurat serta
bisa menetapkan objek penelitian yang
berbeda dari penelitian ini agar memperluas
pandangan terkait penelitian terkait penelitian
yang membahas intellectual capital.

DAFTAR PUSTAKA
Barney, J. B. 1991. Firm resources and substained
competitive adventage. Journal of
Management. Vol. 17 No. 1, 99-120.
Boekestien, B. 2006. The relation between
intellectual capital and intangible assets
of pharmaceutical companies. Journal of
intellectual capital. Vol. 7 No. 2 pp. 241253.
Bursa Efek Indonesia (BEI), diakses 20 Oktober
2017
dari
http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/laporankeu
angandantahunan.aspx
Gaol, C.J.L. 2014. Human Capital Manajemen
Sumber
Daya
Manusia.
Jakarta:
Grasindo.
Hamdi, Imam. 2017. Penjualan Properti Terus
Naik
hingga
2018,
Termasuk
Apartemen, diakses 9 Oktober 2017
dari
https://bisnis.tempo.co/read/902993/penj
ualan-properti-terus-naik-hingga-2018termasuk-apartemen.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. Exposure
Draft Amandemen PSAK 19: Aset

Takberwujud tentang Klasifikasi Metode
yang Diterima untuk Penyusutan dan
Amortisasi. Jakarta: Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia.
Murhadi, Werner R. 2013. Analisis Laporan
Keuangan, Proyeksi, dan Valuasi Saham.
Jakarta: Salemba Empat.
Priyatno, Duwi. 2014. SPSS 22: Pengolahan
Data
Terpraktis.
Edisi
Pertama.
Yogyakarta: CV Andi.
Property And The City (PATC). 2015. Inovasi
Dan Berani Melangkah, diakses pada
tanggal
9
Oktober
2017
dari
http://propertyandthecity.com/index.php/
order/31-property-professional/397inovasi-dan-berani-melangkah.
Pulic, A. 2008. The Principle of Intellectual
Capital Efficiency – A Brief Description.
The Economist. Economist Intelligence
Unit.
www.vaicon.net/download/Casestudies/principles
2008.pdf.
Sadeli. 2016. Pengaruh Corporate Governance,
Ownership structure Terhadap Capital
Structure,
Intellectual
Capital
Disclosure, Cost of Capital, dan
Corporate Performance. Universitas
Brawijaya, Malang : Disertasi yang tidak
dipublikasikan.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D). Bandung: Alfabeta.
Sullivan, Patrick H. 2000. Value Driven
Intellectual Capital How To Convert
Intangible Corporate Assets Into Market
Value. United State of America: John
Wiley & Sons, Inc.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 1 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

140

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25