S PGSD 1200224 Chapter3

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian, metode yang akan
digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode PTK
digunakan sebab melalui metode ini maka guru yang lebih mengenal keadaan
kelasnya dapat melakukan penelitian secara langsung untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penelitian ini pula diharapkan guru
dapat memperbaiki kinerjanya agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara
ideal.
Arikunto (2010, hlm. 2-3) menjelaskan PTK secara sistematis.
1.

Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperolah data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti,

2.


Tindakan menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk siswa.

3.

Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula.
Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.

Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus, selama kegiatan
penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus
pelaksanaan

berupa

pola:


perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi

(perencanaan ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya
tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus. Ciri ini merupakan ciri khas

Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

26

27

penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai didapat
hasil yang terbaik. (Wardani dan Wihardit, 2011, hlm.1.7).
Manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu dapat mengubah
kenyataan dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tahapan perkembangan anak. (Nurhayati,

2011, hlm. 13).
Adapun skema atau alur penelitian tindakan kelas yang dikemukakan Kemmis
dan Taggart adalah sebagai berikut:
Perencanaan

Refleksi

Siklus I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

Siklus II

Pelaksanaan


Pengamatan

Hasil
Gambar 3.1
Sumber Arikunto (2010, hlm 16)

Menurut Arikunto (2010, 17-20) adapun model dan penjelasan untuk masingmasing tahap adalah sebagai berikut:
Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27

28

1.

Perencanaan (Planning)

Pada tahap pertama ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Peneliti
menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus
untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk
membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Dikarenakan pelaksana guru peneliti adalah pihak yang paling berkepentingan
untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan
dengan selera dan kepentingan guru peneliti, agar pelaksanaan tindakan dapat
terjadi secara wajar, realistis, dan dapat terjadi secara wajar, realistis, dan dapat
dikelola dengan mudah.
2.

Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan
di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap kedua ini pelaksana
guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam
rancangan, tetapi harus pula berlaku, wajar, tidak dibuat-buat. Keterkaitan antara

pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron
dengan maksud semula.
3.

Pengamatan (Observing)
Pada tahap ketiga ini merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

pengamat untuk memperoleh data yang akurat mengenai tingkat keberhasilan
strategi yang dipakai dalam memecahkan masalah untuk perbaikan siklus
berikutnya.
4.

Refleksi (Reflecting)
Pada tahap keempat ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali

apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris
reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan

refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan
tindakan,


kemudian

berhadapan

dengan

peneliti

untuk

mendiskusikan

implementasi rancangan tindakan.
Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

28


29

B. Partisipan dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan disalah satu sekolah dasar yang beralamat di
Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. Jumlah seluruh siswa adalah 285 orang.
Jumlah siswa laki-laki 135 orang dan jumlah siswa perempuan 150 orang.
Dilihat dari latar belakang keluarga, siswa berasal dari keluarga yang
mayoritas menengah keatas. Dengan persentase 96,8% berasal dari keluarga
menengah keatas dan 3,2% berasa l dari keluarga menengah kebawah dengan
orang tua rata-rata berprofesi wiraswasta, PNS guru, dan PNS TNI AD.
Dalam penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian atau partisipan
adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang. Jumlah siswa lakilaki 12 orang dan jumlah siswa perempuan 19 orang. Peneliti memilih penelitian
dengan subjek penelitian kelas IV ini dikarenakan keaktifan belajar siswa masih
sangat rendah.
Jumlah kelas yang terdapat di SD ini yaitu delapan rombongan belajar
(rombel), dengan jumlah guru sebelas guru ditambah dengan satu orang kepala
sekolah, satu orang operator dan satu orang penjaga sekolah. Waktu belajar kelas
IV yaitu siang, dimulai dari jam 12.30 WIB sampai 17.00 WIB. Lokasi SD
terletak dipinggir jalan. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum KTSP.

Ekstrakulikuler yang ada di sekolah ini yaitu pramuka, pencak silat, dan
karawitan.

C. Prosedur Administratif Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan peneliti lakukan dalam dua siklus dan
dalam setiap siklusnya terdiri dari satu pertemuan. Hal ini dilakukan supaya
terjadi peningkatan perubahan sikap pada siswa dalam pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Apabila siswa telah mengalami peningkatan dalam dua siklus, maka
siklus akan diakhiri. Sebaliknya, jika dalam dua siklus apa yang diteliti tidak
Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29

30

menunjukkan keberhasilan, maka siklus dapat bertambah. Sebelum melakukan
penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk

mengidentifikasi, menentukan fokus dan menganalisis masalah yang akan diteliti.
Hasil temuan studi pendahuluan, direfleksi peneliti agar dapat menentukan
strategi pemecahannya.
Tahap tindakan penelitian yang akan dilaksanakan dapat diuraikan sebagai
berikut.
1.

Tahap pra penelitian

a.

Melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran untuk menentukan masalah
yang akan dikaji.

b.

Melakukan praktek terbimbing di dalam kelas yang telah di observasi untuk
menentukan masalah yang akan dikaji.

c.


Membuat jurnal reflektif untuk mengidentifikasi masalah lebih lanjut.

d.

Melakukan studi literatur untuk memperoleh dukungan teori mengenai
strategi yang sesuai.

e.

Menyusun proposal penelitian.

2.

Tahap perencanaan tindakan

Setelah melakukan hal-hal pada pra penelitian, peneliti merancang perencanaan
tindakan untuk siklus I. Hal-hal yang dilakukankan pada tahap perencanaan siklus
I adalah sebagai berikut:
a.

Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan
model cooperative learning tipe Time Token, di dalam RPP terdapat Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator capaian kompetensi, tujuan
pembelajaran,

materi

ajar,

pendekatan,

metode,

langkah-langkah

pembelajaran, media, lembar evaluasi.
b.

Menyiapkan bahan ajar pembelajaran berupa teks bacaan.

c.

Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi.

d.

Menyiapkan daftar kelompok belajar siswa. Setiap kelompok terdiri 4-5
orang siswa yang heterogen kemampuannya, ada yang memiliki kemampuan

Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

30

31

tinggi, sedang, rendah berdasarkan nilai yang diperoleh peserta didik dalam
pembelajaran IPA.
e.

Membuat media yang digunakan berupa kartu bicara (bertanya. menjawab,
dan pendapat), kartu identitas kelompok, dan wadah yang digunakan untuk
meletakkan kartu bicara.

f.

Menyiapkan “bintang-bintang” dan hadiah sebagai motivasi.

g.

Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa, serta menyiapkan
catatan harian lapangan (instrumen penelitian).

h.

Menyiapkan lembar observasi meningkatkan keaktifan siswa dengan
pedoman penskoran yang sesuai dengan deskripsi observer berdasarkan
indikator-indikator keaktifan.

i.

Mendiskusikan RPP, LKS, dan instrumen penelitian dengan dosen
pembimbing.

j.

Menghubungi tim observer untuk judgement validitas instrumen.

k.

Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
pembelajaran berlangsung.

Perencanaan penelitian siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I. Halhal yang dilakukankan pada tahap perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:
a.

Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b.

Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Evaluasi.

c.

Menyiapkan daftar kelompok belajar siswa.

d.

Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian.

e.

Membuat media yang digunakan berupa kartu bicara (bertanya. menjawab,
dan pendapat), kartu identitas kelompok, dan wadah yang digunakan untuk
meletakkan kartu bicara.

f.

Menyiapkan “bintanng-bintang” dan hadiah sebagai motivasi

g.

Membuat lembar observasi guru dan lembar observasi siswa serta
menyiapkan catatan harian lapangan (instrumen penelitian).

h.

Menyiapkan lembar observasi meningkatkan keaktifan siswa dengan
pedoman penskoran yang sesuai dengan deskripsi observer berdasarkan
indikator-indikator keaktifan.

Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

31

32

i.

Mendiskusikan RPP, LKS, dan instrumen penelitian dengan dosen
pembimbing.

j.

Menghubungi tim observer untuk judgement validitas instrumen.

k.

Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama
pembelajaran berlangsung.

3.

Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-

langkah model Cooperative Learning Tipe Time Token yang telah direncanakan
dan dikembangkan dalam RPP. Pada saat pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak
sebagai guru. Tahap pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan penerapan model
Cooperative Learning Tipe Time Token siklus I yaitu sebagai berikut :

a.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.

b.

Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikaal.

c.

Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ±30 detik perr kupon
pada tiap siswa.

d.

Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara
atau memberi komentar. Satu kupon untuk satu kesempatan berbicara. Siswa
dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah
habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon
harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga
semua anak berbicara.

e.

Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan tiap siswa
dalam berbicara.

Hasil dari refleksi siklus I, pelaksanaan tindakan pada siklus II, yaitu:
a.

Sebelum memulai pada sintaks model Cooperative Learning Tipe Time
Token peneliti menginformasikan mengenai kegiatan penelitian yang

dilakukan,
b.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.

Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32

33

c.

Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikaal. Kelompok
sesuai dengan kelompok pada kegiatan siklus I.

d.

Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ±30 detik perr kupon
pada tiap siswa.

e.

Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara
atau memberi komentar. Satu kupon untuk satu kesempatan berbicara. Siswa
dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah
habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon
harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga
semua anak berbicara.

f.

Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan tiap siswa
dalam berbicara.

4.

Tahap observasi tindakan
Tahap observasi tindakan dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Dalam kegiatan observasi tindakan, peneliti dibantu oleh observer untuk
merekam dan mencatat setiap perilaku yang muncul selama pembelajaran.
Rekaman dan catatan hasil obeservasi dari para observer dijadikan satu berkas
oleh peneliti.
5.

Tahap refleksi terhadap tindakan
Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat, guru dan dosen pembimbing

berdiskusi mengenai kekurangan, kelebihan penerapan model Cooperative
Learning Tipe Time Token dalam pembelajaran dengan menganalisis berkas dan

menentukan strategi perbaikan selanjutnya. untuk mendapatkan suatu simpulan.
Berpedoman dari alur siklus yang dikembangkan Kemmis dan Taggart, pada
hasil pelaksanaan dan refleksi siklus I merupakan kumpulan data yang akan
dijadikan pedoman untuk pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya yaitu
sikus II. Apabila dari dua siklus yang dilaksanakan kemampuan siswa belum
mencapai taraf yang baik, maka dilakukan siklus hingga kemampuan siswa
mengalami peningkatan secara signifikan.

Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

33

34

D. Prosedur Substantif Penelitian
1.

Pengumpulan Data
Pada bagian ini peneliti memaparkan secara rinci instrumen yang akan

digunakan untuk mengumpulkan data mengenai masalah yang telah dirumuskan
pada bab 1. Selain itu peneliti pun menjelaskan secara rinci tahapan-tahapan
teknis pengumpulan datanya. Untuk mengungkap keberhasilan yang dicapai
dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti diantaranya:
a.

Instrumen Pembelajaran

Instrument pembelajaran yang digunakan selama pembelajaran berlangsung yaitu:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang menggunakan model cooperative
learning tipe Time Token sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun

setiap siklus. Masing-masing RPP berisi standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran, metode, dan media.
2) Lembar Kerja Siswa (LKS), memuat masalah-masalah yang harus
diselesaikan oleh siswa dalam proses pembelajaran. LKS dikerjakan siswa
dengan berdiskusi dalam kelompok.
3) Tes Evaluasi
Tes evaluasi merupakan kegiatan penilaian untuk mengukur kemampuan
siswa. Dalam teknik ini siswa mengisi soal tes yang terdiri dari bentuk soal
uraian. Soal tes tersebut telah disusun oleh peneliti yang digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa.
b.

Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen untuk mengungkap hasil penelitian sebagai

berikut:
1) Observasi Partisipatif
Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk
menjawab masalah yang terjadi selama penelitian ini berlangsung. Peneliti
dibantu oleh beberapa teman sejawat dalam melakukan observasi partisipatif
sehingga jenis observasi partisipatif yang dilakukan yaitu partisipasi aktif dan
partisipasi pasif. Partisipasi aktif dilakukan oleh peneliti. Peneliti sebagai observer
Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

34

35

dan berperan sebagai guru yang melakukan pembelajaran dengan penerapan
model cooperative learning Tipe Time Token. Sedangkan partisipasi pasif
dilakukan oleh teman sejawat peneliti. Teman sejawat peneliti hanya mengamati
dan mencatat hasil pengamatannya pada format observasi mengenai aktivitas guru
dan siswa dalam langkah-langkah model cooperative learning Tipe Time Token
dan pada format observasi keaktifan belajar siswa yang menjadi fokus penelitian,
teman sejawat peneliti di sini tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
2) Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Lembar observasi

ini sebagai

instrument

untuk

mengukur tingkat

ketercapaian pelaksanaan model cooperative learning Tipe Time Token dalam
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
3) Lembar observasi keaktifan siswa
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar
siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning Tipe
Time Token. Indikator keaktifan siswa yang digunakan dalam lembar observasi

ini sesuai dengan indikator yang tertulis pada definisi operasional penelitian.
Keaktifan belajar siswa yang diobservasi terdiri dari beberapa aspek, yaitu
mengerjakan

tugas,

menjawab

pertanyaan,

mengemukakan

pendapat,

mengajukan pertanyaan dan bekerja sama dengan teman sekelompoknya. Aspek
tersebut diamati dan diberikan skor sesuai dengan pedoman penskoran yang
dibuat oleh peneliti. Observer memberikan skor sesuai dengan indikator yang
telah dibuat peneliti. Indikator tersebut akan dipaparkan di bawah ini.
a)

Aspek Mengerjakan Tugas

1.

Siswa dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu (skor 3).

2.

Siswa menyelesaikan tugas dengan waktu yang lebih lama dari yang
ditentukan guru (skor 2).

3.

Siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru (skor 1).

b) Aspel Menjawab Pertanyaan
1.

Siswa dapat menjawab pertanyaan guru/siswa lain dengan benar (skor 3).

Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

35

36

2.

Siswa dapat menjawab pertanyaan guru/siswa lain dengan cukup benar
walaupun jawaban yang diberikan kurang lengkap namun siswa tersebut
sudah berusaha untuk menjawab pertanyaan (skor 2).

3.

Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan (skor 1).

c)

Aspek Mengemukakan Pendapat

1.

Siswa dapat mengemukakan pendapat dengan berani menggunakan kata-kata
sendiri (skor 3).

2.

Siswa dapat mengemukakan pendapat namun belum sesuai dengan yang
diharapkan (skor 2).

3.

Siswa tidak mengemukakan pendapat sama sekali (skor 1).

d) Aspek Mengajukan Pertanyaan
1.

Siswa mengajukan pertanyaan ketika menghadapi suatu kesulitan dan sesuai
dengan materi yang dipelajari (skor 3).

2.

Siswa mengajukan pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan materi yang
dipelajari (skor 2).

3.

siswa tidak mengajukan pertanyaan (skor 1).

e)

Bekerja sama dengan teman sekelompoknya

1.

Siswa ikut berpartisipasi memberikan saran dalam menyelesaikan tugas
kelompok (skor 3).

2.

siswa cukup berpartisipasi dengan teman sekelompoknya (sewaktu-waktu
terlihat kurang serius menyelesaikan persoalan kelompok baik pada saat
diskusi maupun mengerjakan LKS kelompok (skor 2).

3.

Siswa tidak ikut berpartisipasi serta memberikan saran dalam menyelesaikan
tugas kelompok (skor 1).

4) Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan adalah foto-foto kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran untuk menggambarkan secara visual kondisi yang terjadi selama
Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

37

pembelajaran berlangsung dengan penerapan model cooperative learning Tipe
Time Token. Dokumentasi ini juga membantu peneliti untuk merefleksi kegiatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan dan mengkonfirmasi hasil observasi teman
sejawat.
.
2

Pengolahan Data
Adapun rencana pengolahan data dan keabsahan data yang dihasilkan, akan

dilakukan dengan cara analisis data secara kualitatif dan kuantitatif tergantung
dari objek yang di amati.

a.

Analisis Data Kualitatif
Diperoleh dari lembar observasi serta studi dokumentasi. Dilakukan

perhitungan skor dari hasil akhir lembar observasi untuk setiap faktor yang
diamati. Sedangkan foto digunakan sebagai data pelengkap dan penguat dari
kegiatan pembelajaran. Analisis data kualitatif ini memberikan gambaran
bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative
learning Tipe Time Token.

Teknik analisis yang digunakan merupakan teknik analisis kualitatif yang
digunakan pada data hasil observasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik analisis model Miles dan Huberman (dalam Kunandar, 2012, hlm. 102),
yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
1) Reduksi data (Data Reduction), yaitu proses menyeleksi, menentukan fokus,
menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada
dalam dalam catatan lapangan. Dalam proses ini dilakukan penajaman,
pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna dan menatanya
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.
2) Penyajian Data (Data Display), penyajian data dilakukan dalam bentuk teks
yang bersifat narasi plus matriks, grafik atau diagram, termuat laporan hasil
penelitian. Pembeberan data yang sistematis dan interaktif akan memudahkan

Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37

38

pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga memudahkan penarikan
kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3) Penarikan kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/verivication),
merupakan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi
dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada
akhir siklus I ke simpulan terevisi pada akhir siklus II dan seterusnya dan
kesimpulan terakhir pada siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai
dengan yang terakhir saling terkait dan kesimpulan pertama sebagai pijakan.

b.

Analisis Data kuntitatif

1) Pengolahan Data Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Dalam lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang digunakan peneliti
menggunakan kriteria (Ya) atau (Tidak) untuk mengetahui terlaksana atau
tidaknya aktivitas pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan peniliti
untuk mengolah data hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut:
a) Menghitung jumlah “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format
observasi.
b) Setelah diketahui jumlah “ya” dan “tidak” selanjutnya dilakukan
perhitungan sebagai berikut:




Silalahi (2015, hlm. 56)

2) Pengolahan Data Keaktifan Belajar Siswa
Aspek keaktifan belajar siswa yang peneliti gunakan ialah memperhatikan
penjelasan guru, mengerjakan tugas,

menjawab pertanyaan, mengemukakan

pendapat,

dan

mengajukan

pertanyaan

bekerja

sama

dengan

teman

Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38

39

sekelompoknya. Setiap aspek memiliki skor maksimal 3, sehingga skor maksimal
keaktifan belajar setiap siswa ialah 15. Untuk memperoleh nilai skor siswa, yaitu
dengan cara membagi skor keaktifan belajar yang diperoleh siswa dengan skor
maksimal. Untuk mengolah data kuantitatif pada lembar observasi keaktifan
belajar siswa, peneliti menggunakan perhitungan sederhana dengan rumus sebagai
berikut:




Silalahi (2015, hlm. 58)

Adapun rentangan jumlah setiap aspek terhadap kategori siswa tidak aktif,
cukup aktif, dan aktif yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1
Klasifikasi Kategori Keaktifan Siswa
Rantangan Jumlah Aspek

Kategori

25%

Tidak Aktif

30% - 50%

Kurang Aktif

55% - 75%

Cukup Aktif

80% - 100%

Aktif
Agund (Gede, 2011, hlm. 12)

3) Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa
Data kuantitatif diperoleh dari pengolahan hasil tes untuk mengetahui sejauh
mana peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang diberikan setelah
dilaksanakannya pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe
Time Token pada setiap siklusnya dengan batas ketercapaian hasil belajar kognitif

siswa didasarkan pada KKM yang terdapat di sekolah yaitu 75. Langkah-langkah
dalam menganalisa data kuantitatif yaitu sebagai berikut:
a)

Penskoran terhadap jawaban siswa

Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

39

40

Bentuk tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa
adalah tes uraian bebas dengan bobot soal: 20, 20, 20, 20, 20. Sehingga skor
maksimal yang dapat diperoleh siswa adalah 100
b)

Mencari rata-rata nilai yang diperoleh siswa melalui rumus yang
diadaptasi dari Sudjana (2012, hlm. 109).
R = ∑x
∑N
Keterangan :
R

= nilai rata-rata siswa

∑x

= Jumlah seluruh nilai siswa

∑N

= Jumlah siswa

c) Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa yang lulus di kelas IV
dengan rumus:




Keterangan:
P




persentase siswa yang lulus
jumlah siswa yang lulus
jumlah seluruh siswa

Dalam menguji keabsahan data dibutuhkan validitas data, yaitu langkah yang
diambil peneliti untuk menunjukkan ketepatan pengumpulan data atau data yang
telah dikumpulkan benar-benar sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan.
Menurut Hopkins (dalam Ramdhany, 2015, hlm. 29) kegiatan yang bisa
digunakan dalam meningkatkan validitas data yaitu:
a)

Triangulasi
Triangulasi merupakan proses dalam melakukan sesuatu dari berbagai sudut

pandang, dapat dilakukan melalui pengambilan data dari berbagai sumber, yaitu
diskusi antara pendidik sebagai peneliti dan observer dengan menggunakan
metode pengumpulan data yang telah dirancang dan disepakati bersama.
Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

41

b) Member Check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi .

c)

Expert Opinion
Expert opinion adalah meminta nasihat pakar. Pada penelitian tindakan kelas

ini, expert opinion dilakukan dengan meminta saran dan nasihat dari dosen
pembimbing.

E. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Kriteria merupakan patokan untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan
atau program, dikatakan berhasil apabila mampu mencapai kriteria yang
ditentukan dan gagal apabila tidak mampu melampaui kriteria yang telah
ditentukan. Sebagai acuan untuk mempertimbangkan dan memberikan makna
terhadap apa yang telah dicapai sesudah tindakan. Dalam penelitian tindakan ini
digunakan kriteria normatif, yaitu dengan membandingkan hasil sebelum tindakan
dan sesudah tindakan. Kriteria yang dimaksud adalah apabila keadaan sebuah
tindakan menunjukkan keadaan siswa lebih baik dari sebelum tindakan, maka
dikatakan bahwa tindakan tersebut berhasil. Adapun kriteria keberhasilan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Banyaknya siswa yang memperoleh kategori aktif pada pembelajaran adalah ≥
75% yang mengacu pada E Mulyasa (2002, hlm. 101) bahwa dari segi proses,
pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau
Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41

42

setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
2. Banyaknya siswa yang hasil belajarnya pada kategori tuntas adalah ≥ 85%.

Wulan Mega Kartini, 2016
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TIME TOKEN PADA PEMBELAJARAN IPA
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

42