Analisis Pergeseran Fungsi “Parhobas“ Dalam Acara Pesta Pada Sistem Kekerabatan Batak Toba. (Studi Deskriptif di Desa Sitinjak, Kec. Onan Runggu, Kab. Samosir)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Modernisasi
Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya merupakan
bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana. Perencanaan sosial (social
planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau negara yang sedang
mengalami perkembangan. Suatu perencanaan sosial haruslah didasarkan pada
pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat
berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau modern.
Adapun ciri-ciri modernitas menurut Kumar adalah:
 Individualisme
Yang memegang kekuasaan dalam masyrakat adalah individu, bukan
komunitas, suku, kelompok atau bangsa. Individu bebas dari posisi
tergantikan ; bebas dari tekanan kelompok; bebas berpindah dari kelompok
yang diinginkannya; bebas memilih keanggotaan kesatuan sosial;
bertanggunga jawab sandiri atas kesuksesan atau kegagalan dirinya.
 Diferensiasi
Maksudnya

adalah


munculnya

spesialisasi,

penyempitan

defenisi

pekerjaan dan profesi, yang akan menyebabkan keragaman keterampilan,
kecakapan dan latihan .
 Rasionalitas artinya berperhitungan. Manajemen efisien atau rasional
dianggap sebagai ciri utama modernitas.

20
Universitas Sumatera Utara

Ekonomisme. Seluruh aspek sosial didomonasi oleh ke hidupan Ekonomi,
tujuan ekonomi, kriteri ekonomi, dan prestasi ekonomi. Masyarakat
moderen terutama memusatkan perhatian pada produksi, distribusi, dan

konsumsi barang dan jasa dan tentu saja pada uang sebagai ukuran umum
dan alat tukar.
Adapun dalam bidang kultur yang terjadi perubahan adalah
1. Sekulerisasi. Merosotnya arti penting keyakinan agama, kekuatan gaib,
nilai dan norma dan digantikan dengan gagasan dan aturan yang disahkan
oleh argumen dan pertimbangan “Duniawi”.
2. Peran sentral ilmu yang membuka jalan untuk mendapatkan pengetahuan
yang benar dan selanjutnya dimnfaatkan dalam bentuk teknologi atau
kegiatan produktif.
3. Demokratisasi pendidikan yang menjagkau lapisan penduduk yang makin
luas dan tingkat pendidikan yang makin tinggi.
4. Munculnya kultur massa. Produk estetika, kesusasteraan, dan artistik
berubah menjadi komoditi yang tersebar luas dipasar dan menarik semua
lapisan sosial.
Adapun fenomen yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1. Adanya pemisahan antara waktu untuk bekerja dan waktu untuk bersantai
dan waktu untuk bersantai lebih baik.
2. Peningkatan

konsumerisme.


Kehidupan

sehari-hari

tertuju

pada

pendapatan dan konsumsi barang yang dianggap sebagai simbol peran
yang penting.

21
Universitas Sumatera Utara

2.2 Faktor-Faktor Yang Mendorong Jalannya Proses Perubahan
Di dalam masyarakat dimana terjadi suatu proses perubahan, terdapat
faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Beberapa
diantaranya tersebut adalah sebagai berikut.
a. Kontak dengan kebudayaan lain

Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion. Difusi adalah
proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu-individu kepada
individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses
tersebut, manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang
telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang
telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskann dan disebarkan pada
masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat menikmati
kegunaanya. Proses tersebut merupakan pendorong pertumbuhan suatu
kebudayaan

dan

memperkaya

kebudayaan-kebudayaan

masyarakat

manusia.
b. System pendidikan formal yang maju

Pendidikan mengajarkan aneka macam kemampuan kepada individu.
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam
membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara
berpikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat
berpikir secara objektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai
apakah kebudayaan masyarakat akan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan zaman atau tidak.

22
Universitas Sumatera Utara

c. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang (deviation) yang
bukan merupakan delik.
d. Ketidakpuasaan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

2.3. Kebudayaan Masyarakat Batak Toba
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville j.
Herskovits dan bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur social,

religious, dan lain-lain. (http://averroess.or.id/2014/15/03/teori-interaksionismesimbolik) diakses 15-3-2014 pkul 09.15.
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan
kemampuan-kemampuan

lain

yang

didapat

seseorang

sebagai

anggota

masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, Kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa,dan cipta masyarakat.
(http://averroess.or.id/2014/15/03/teori-interaksionisme-simbolik) diakses 15-32014 pkul 09.15.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai mahluk yang bebudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat

23
Universitas Sumatera Utara

nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social,
religi,seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.1.1 Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.
Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat, dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan
dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Kebudayaan mencakup
segenap cara berpikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang
komunikatif.pada dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial

dapat diketahui dari adanya cirri-ciri tertentu yaitu sebagai berikut:
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau
secara cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu diikuti
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
3. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau
bidang spiritual sajan karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan
timbale balik yang sangat kuat.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan perubahan sosial dan
kebudayaan

24
Universitas Sumatera Utara

a. Bertambah atau berkurangnya penduduk
Pertambahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan
dalam

struktur


masyarakat,

terutama

lembaga-lembaga

kemasyarakatan.

Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa
ke kota atau dari daerah ke daerah lain.
b. Penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan dapat
dibedakan dalam pengertian discovery dan invention. Discovery adalah
penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun berupa
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para
individu. Discovery baru invention

kalau masyarakat sudah mengakui,


menerima serta menerapkan penemuan baru itu. Proses tersebut meliputi suatu
penemuan baru, jalannyqa unsure kebudayaan baru yang tersebar kelain-lain
bagian masyarakat, dan cara-cara unsure kebudayaan baru tadi diterima,
dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
c. Pertentangan (conflict) masyarakat
Pertentangan masyarakat mungkin pula menjadi sebagai sebab terjadinya
perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi
antara individu dengan kelompok atau perantara kelompok perantara
kelompok dengan kelompok.

25
Universitas Sumatera Utara

2.4. Parhobas
Parhobas (bahasa batak) adalah pekerjaan pihak parboru untuk melayani

atau membantu dalam sebuah acara, biasanya dalam hal pembagian makanan,
beres2 atau bersih2 seperti nyuci piring, dan seksi sibuk lainnya. Dari
hirarki/status sosial Dalihan Natolu (Paranak, Parboru, Hula-Hula ), maka wanita
yang sudah menikah di dalam keluarganya sendiri ia dan suaminya disebut

sebagai pihak parboru, sudah menjadi tugasnya untuk menjadi parhobas. Dongan
saulaon atau donagn sahuta (warga sekitar tempat tinggal) adalah termasuk

parhobas jika ada warga yang mengadakan pesta.

Parhobas adalah orang yang bertugas untuk mempersiapkan makanan
dalam pesta orang batak,dan yang melakukan pekerjaan ini adalah boru dan
dongan saulaon. Boru merupakan pihak perempuan atau anggota keluarga
perempuan yang sudah menikah.di dalam adat batak, gelleng atau boru hanya
memiliki kapasitas untuk marhobas. Sedangkan dongan saulaon adalah tetangga
atau masyarakat sekitar tempat tinggal. marhobas merupakan bentuk kontribusi
kursial seorang gelleng terhadap hula-hulanya.Hula-hula merupakan orang-orang
yang harus di hormati gelleng.saudara laki-laki yang sudah menikah disebut hulahula.sebut saja luhut,ia akan menikah. sehari menjelang pesta, parhobas sudah
sibuk mempersiapkan makanan untuk para hula-hula dan tamu undangan. Saudara
perempuan luhut yang sudah menikah, serta keturunannya, disebut gelleng, bibi
luhut, saudara perempuan ayahnya juga disebut gelleng. Suami kakak perempuan
luhut yang sudah menikah akan marhobas,begitu juga bibi luhut saudara
perempuan ayahnya juga akan marohobas mulai dari suaminya dan keturunanya.

26
Universitas Sumatera Utara

Para gelleng atau boru akan bekerja sama melayani hula-hula, dan tamu.
menyajikan makanan selezat mungkin merupakan misi dan visi para gelleng
dalam marhobas. nenek moyang orang batak zaman dahulu sudah memberi
mandat kepada para gelleng untuk selalu siap di dapur menyajikan makanan,
sehingga pada saat pesta adat orang batak pihak gelleng yang sudah menikah di
wajibkan untuk marhobas. marhobas sudah menjadi kodrat gelleng dan dongan
saulaon. Dalam marhobas para parhobas bertugas untuk memasak teh dan
nasi,sedangkan para laki-laki suami mereka dan anak-anak mereka yang sudah
menikah, akan bertugas untuk memotong daging dan memasaknya. untuk urusan
memasak daging adalah peran para lelaki karena konon katanya masakan para
lelaki batak di pesta lebih memiliki cita rasa yang khas dibandingkan
perempuan.Setelah para parhobas sudah selesai mempersiapkan makanan, mereka
akan melayani para tamu dan hula hula secara bersama-sama.mereka akan
membentuk barisan memanjang, lalu menjalakan piring yang berisi nasi, daging
dan sayuran dari satu tangan ke tangan yang lain,hingga sampai ke tangan hulahula dan tamu.

Jarak para hula-hula dan tamu dari tempat makanan cukup jauh,jadi
parhobas membentuk barisan seperti sebuah antrian untuk menyajikan makanan di
depan para hula-hula dan tamu.parhobas yang lainnya bertugas untuk menyajikan
air minum.dua orang atau lebih menempatkan cangkir di depan hula-hula dan
tamu, sedangkan seorang lagi bertugas untuk menuangkan minuman ke dalam
cangkir. Mereka tampak seperti pelayan profesional di hotel berbintang.

27
Universitas Sumatera Utara

Dalam pesta orang batak semua makanan diatur dan dikontrol oleh
parhobas. Jadi para tamu tidak diperbolehkan mengambil makanan sembarangan.
Marhobas sudah menjadi kewajiban para gelleng dalam pesta adat atau pun
hajatan orang batak. Para gelleng harus mematuhi peraturan dan perintah para
hula-hula,jika tidak orang yang tidak punya adat akan dialamatkan pada
mereka.bagi orang orang batak, orang-orang yang tidak punya adat, akan
dilecehkan dan dikucilkan dalam komunitas kehidupan sosial mereka.

Marhobas merupakan kewajiban para perempuan,karena marhobas adalah
bentuk rasa hormat para gelleng terhadap hula-hulanya dan menghormati hula
hula sudah semacam kewajiban atau tradisi. Laki-laki sebagai penerus keturunan
dan

marga

lebih

mendapatkan

perlakuan

istimewa

dibandingkan

wanita.genderisasi antara pria dan wanita yang begitu mencolok adalah warisan
nenek moyang orang-orang batak zaman dulu, yang hingga kini budaya itu tetap
eksis. Para hula-hula akan menyalahkan para gelleng, apabila makanan tidak enak
atau ada tamu yang tidak kebagian makanan. Semua kekesalan akan bertumpu
pada parhobas. Parhobas tidak bisa membangkang dan melawan hula-hula, jika
parhobas berani melawan hula-hula, sangsi adat adalah taruhannya. Bagi sebagian
besar orang batak adat atau pun budaya adalah sesuatu bagian yang bersifat makro
dalam kehidupan mereka.orang orang batak memiliki resistensi pada sangsi
agama atau pun hukum, tapi mereka seperti tidak berdaya jika sudah di hadapkan
pada sanksi adat.

Sebagian besar kehidupan sosial masyarakat batak adalah menjalankan
budaya atau pun adat. Orang-orang batak masih fanatik menjalankan budaya dan

28
Universitas Sumatera Utara

tradisi. Semuanya masih dijalankan secara terstruktur dan sistematis. Orang-orang
batak yang berdomisili di pedesaan hampir delapan puluh persen hidupnya di
dedikasikan untuk adat atau pun budaya. Dominasi adat sangatlah kental dalam
kehidupan sosial masyarakat batak, karena setiap moment moment kusus sekecil
apa pun dalam kehidupan mereka, selalu menggunakan adat. Mulai dari
melahirkan, menikah, meninggal, bahkan orang yang sudah meninggal berpulupuluh tahun silam pun di buat acara adatnya. Marhobas dijadikan sebagai salah
satu indikator kongkrit dalam menilai rasa hormat dan kepatuhan gelleng terhadap
adat.

Diskriminasi pria dan wanita yang mencolok pada zaman dulu,
mengakibatkan munculnya aturan aturan yang dipatenkan dalam bentuk tradisi,
yang tidak berpihak kepada wanita. Seorang wanita yang sudah menikah, tidak
diperhitungkan dalam acara adat, mereka hanya berfungsi sebagai parhobas yang
mempersiapkan makanan. Seorang wanita tidak mendapatkan warisan harta
bergerak maupun harta tidak bergerak, karena wanita tidak bisa mewariskan
marga kepada orang tuanya. Wanita yang tidak memiliki saudara laki-laki, dalam
acara adat akan dianggap rendah. Seorang wanita yang tidak bisa memberikan
anak laki-laki pada suaminya dianggap mandul, karena tidak bisa memberikan
keturunan yang akan mewariskan marga suaminya.

Tradisi semacam itu masih melekat dalam kehidupan orang orang
batak,walau sekarang sudah lebih dinamis. Orang-orang batak adalah orang orang
yang konsisten dan fanatik dalam menjalankan tradisi. Acara-acara adat dan nilai
nilai kehidupan yang tersirat dalam ajaran budaya, akan di estafetkan antar

29
Universitas Sumatera Utara

generasi. Marhobas adalah kodrat wanita batak,dan salah satu indikator kongkrit
dalam menilai rasa hormat seorang gelleng terhadap adat atau pun hula-hula.
Kompas.com/2011/08/13/parhobas-388522.html.

Hubungannya gotong-royong sebagai nilai budaya, Nilai itu dalam sistem
budaya orang Indonesia mengandung empat konsep, ialah :
1. Manusia itu tidak sendiri di dunia ini tetapi dikelilingi oleh komunitinya,
masyarakatnya dan alam semesta sekitarnya. Di dalam sistem makrokosmos
tersebut ia merasakan dirinya hanya sebagai unsur kecil saja, yang ikut
terbawa oleh proses peredaran alam semesta yang maha besar itu.
2.

Dengan demikian, manusia pada hakekatnya tergantung dalam segala aspek
kehidupannya kepada sesamanya.

3. Karena itu, ia harus selalu berusaha untuk sedapat mungkin memelihara
hubungan baik dengan sesamanya terdorong oleh jiwa sama rata sama rasa
4. Selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat konform, berbuat sama
dengan sesamanya dalam komuniti, terdorong oleh jiwa sama tinggi sama
rendah. Adanya sistem nilai tersebut membuat gotong-royong senantiasa
dipertahankan dan diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga
gotong-royong akan selalu ada dalam berbagai bentuk yang disesuaikan
dengan kondisi budaya komunitas yang bersangkutan berada.

2.5. Interaki sosial dalam etnis Batak Toba
Etnis Batak berinteraksi menurut adat istiadat, pada etnis Batak Toba
Dalihan Na Tolu merupakan bentuk interaksi yang mengatur hubungan diantara
mereka bahkan ikatan keluarga, dimana garis keturunan diambil dari garis ayah

30
Universitas Sumatera Utara

(patrilineal) dan diturunkan kepada keturunanya, dengan adanya marga hubungan
antara masyarakat batak semakin dekat.
Secara Harfiah dalihan na tolu berarti,tungku nan tiga”. Seumpama tungku
yang berkaki tiga yang harus menjaga keseimbangan kuali atau periuk yang
digunakan untuk menanak nasi diatasnya. tungku mempunyai fungsi yang sama
untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Lambang tiga tungku dalam sistem
Dalihan na tolu mengandung unsur hubungan kekeluargaan, kedekatankan

seseorang yang terdiri dari :
1. Dongan sabutuha (kawan semarga)
2. Hu-hula (kelompok pemberi istri)
3. Boru ( kelompok penerima istri )
Masing-masing unsur dalihan na tolu ini memiliki peran-peran yang
diperankan mereka dengan kedudukan mereka dalam adat. Kelompok dongan
sabutuha

(kawan

semarga)

berkedudukan

sebagai

kelompok

yang

bermusyawarah/ sebagai pembicara dalam suatu kegiatan adat. Dongan sabutuha
selalu diminta satu prinsip dalam melangkah pada setiap kehidupan masyarakat,
karena merupakan satu penyelenggara pesta, kesejahteraan bersama, satu
keturunan, satu perasaan malu. (sada hasuhuton, sada hagabeon, sada hailaon).

Dalam konteks pemahaman keagamaan dalihan na tolu, hula-hula itu
personifikasi keteladanan TUHAN Yang Maha Esa (Debata Mulajadi Na Bolon).
Perilaku, sifat dan keeladanan Tuhan dapat dilihat karena kepercayaan bahwa
Debata adalah oknum yang sangat dihargai dalam kehidupan masyarakat adat.

31
Universitas Sumatera Utara

Hula-la mewakili Debata sebagai penyampaian berkat dan penilaian adil terhadap
perkara yang tidak dapat diselesaikan dongan sabutuha dan boru.
Istilah Boru berfungsi sebagai bumbungan (alat penyanggah) jika ada
perselisihan dikalangan hula-hula, boru dapat berfungsi untuk menghindari
perselisihan agar kembali bersatu. Jadi dalam penyelanggaraan peradilan
persekutuan masyarakat boru berfungsi sebagai hakim/penghukum baru dapat
menghukum baru dapat menghukum hula-hula yang hanya mau dihormati tetapi
tidak tahu menghormati orang lain.
Hubungn boru, hula-hula merupakan kesatuan yang erat dan selalu dibina
keharmonisannya. Boru harus bersikap memuliakan hula-hula, ia harus
memperlakukannya dengan hormat, sebab hula-hula dapat memantulkan
kemuliaan kepada boru. Hula-hula sumber kekuatan adikodrati, daya hidup bagi
masing-masing boru. Boru memandang hula-hula sebagai orang yang dikaruniai
sahala , yaitu kekuasaan istimewa yang dianggap sebagai suatu daya yang dahsyat.
Sahala ini dapat memancarkan pengaruh yang berfaedah dan menyelamatkan
boru sehingga kekuasaan hula-hula menciptakan rasa takut dan hormat kepada
hula-hula .

Marga adalah merupakan simbol bahwa seseorang mempunyai hubungan
yang bagaimana dengan orang lain. Etnis Batak yang tergabung dalam satu marga
adalah saudara, atau mempunyai hubungan darah. Menuru sejarah etnis Batak,
bahwa marga itu dulunya adalah nama orang. Nama itu kemudian dijadikan marga
untuk mengetahui garis keturunan berikutnya.
Etnis Batak Toba melihat garis keturunan dari pihak laki-laki atau sistem
patrilineal, sehingga anak laki-laki dianggap mempunyai suatu kekhususan

32
Universitas Sumatera Utara

tertentu, terutama dalam merumuskan warisan marga dan penerusan keturunan,
dianggap sebagai pelindung nantinya dihari tua bagi kedua orang tua dan
penolong orang tua yang tidak mampu lagi menghidupi diri sendiri. Bagi etnis ini
yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai “orang Batak kesasar”
(nalilu).
Etnis Batak khususnya lelaki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal
nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan
tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturannya )

dalam suatu klan atau marga. Marga merupakan suatu identitas diri karena dengan
mengetahui marganya maka dengan sendirinya akan mengatur dirinya sendiri,
mengatur sikapnya, sikap perilakunya terhadap orang lain apakah dia marhulahula, apakah mardongan tubu, atau barboru. Berdasarkan keterangan diatas

jelaslah marga menyangkut segala segi kehihupan etnis Batak Toba.
Kesatuan marga dijamin oleh hubungan mereka dengan nenek moyangnya,
karena mempunyai satu nenek moyang merek merasa sebagai satu keluarga (in
group). Dalam berinteraksi denagn marga lain (out group), mereka yang satu
marga lebih mengutamakan kepentingan marga daripada kepentingan pribadi.
Dam berinteraksi setiap etnis Batak tidak pernh lepas dari adat karena salah satu
pertanda dari hidup manusia itu adalah adanya disiplin atau tata tertib yang diatur
oleh pikiran manusia itu sendiri. Adat dalah suatu cara pikir bangsa Indonesia,
dimana mereka membentuk dunianya.
Menurut Kusnu adat yaitu tatanan hidup rakyat Indonesia yang bersumber
pada rasa susilanya. Susila ini dimengerti dalam suatu konteks harmoni spiritual,
dimana kedamaian menyeluruh ada karena kesepakatan bersama. Sebagai

33
Universitas Sumatera Utara

kebiasaan adat dijalankan sesuai dengan irama alam, yang kepadanya terikat suku
dan huta. Adat yang mengatur dengan kokoh segenap kehidupan serentak sebagai
rangkuman segala hukum.
Bentuk-bentuk pergaulan, penggarapan ladang dan sawah, pembangunan
rumah, perawatan orang sakit dan penguburan mayat, peperangan dan
perdamaian, permainan dan tari-tarian, perkawinan dan upacara kurban,
dipelihara, dilaksanakan dan diatur menurut adat. (Nainggolan,2006 :80 )
Adat merupakan suatu kewajiban yang sudah ada, adat adalah kuasa
penertib. Adat sumber hidup dan jalan menuju keselamatan. Maka orang yang
berbuat dan bertingkah laku tidak sesuai dengan adat tersebut na so mar adat
(orang yang hidup tidak sesuai dengan tatanan social) dan mereka terkurung
sacara social. Pelanggaran terhadap adat, misalnya perkawinan terlarang
membawa kutukan ilahi. Hal ini dipercaya bisa mengakibatkan kerugian ekonomi,
penyakit yang parah, mandul, memperoleh keturunan yang cacat bahkan
kematian. Besarnya hukuman tergantung beratnya pelanggaran terhadap adat.
Pada prinsipnya adat berakar pada religi purba. Adat datang dari Debata
yang kemudian diturunkan kepada nenek oyang. Adat mengikat orang hidup
dengan nenek oyang dan keturunan mereka hidup sesuai aturan adat yann telah
diturunkan kepada nenek moyang. Adriani mengatakan adat bgi orang-orag
Indones adalah jalannya dunia itu sendiri seperti yang diatur dan dipelihara nenek
moyang, sehingga setiap orang yang bermaksud mengadakan perubahanperubahan, melibatkan diri dalam suatu pertentangan dengan para nenek moyang.
(Naiggolan, 2006 : 82).

34
Universitas Sumatera Utara

Adat itu menjamin keseimbangan keseimbangan harmonis antara kekuatan
dalam mikrokosmos dengan ketertiban makrokosmos. Harmoni kekuatan itu
membawa hasil, yaitu mempertahankan atau menaikkan kekuatan hidup manusia,
hidup ternak dan ladangnya sebagaimana diharapkan. Karena adat berpengaruh
sangat kuat, mengandung rahmat dan hukuman serta merupakan sikap hidup etnis
Batak Tobauntuk memandang dunianya maka adat bersifat mutlak baiarpun
etnisBatak Toba sudah menjadi Kristen atau islam, terpelajar atau merantau,
mereka tetap mengahargai dan melaksanakan adatnya.

2.6. Kelompok Sosial
Kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di
dalamnya. Kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang telah mengadakan interakasi sosial yang cukup intensif dan
teratur sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur
dan norma-norma tertentu. (Santoso, 2004 :47).
Dalam bukunya Modern Society dari Jhon Biesanz mengemukakakan
defenisi kelompok sosial sebagai berikut: suatu kelompok adalah suatu
pengumpulan dari dua atau lebih orang atau individu yang:
1. Mungkin atau tidak mungkin mengadakan kontak dengan orang lain tetapi
dia sadar akan keanggotaanya bersama dengan kelompok.
2. Interaksi yang sesuai dengan norma-norma yang saling diterima, yang
menentukan perilakunya dan yang membedakan anggota-anggota dari
yang bukan anggota.

35
Universitas Sumatera Utara

3. Disusun atau tersusun disekeliling satu atau lebih dari kepentingan
bersama atau kegiatan bersama.
4. Disatukan oleh solidaritas yang emosional (a sense of emotional
solidarity).

Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang
hidup bersama oleh karena adanya hubungan diantara mereka. Hubung diantara
mereka, hubungan tersebut antara lain menyangkut timbal balik yang saling
mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. (Santoso
2004:67).
Adapun prasyarat kelompok sosial adalah
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain.
3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota
kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor
tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi
yang sama dan lain-lain.
Klasifikasi

kelompok

yang

lainnya

in-group

dan

out-group

yang

diperkenalkan oleh W. G. Summer. Menuru Zanden in-group adalah kelompok
yang mana kita mengidentifikasi diri kita dan merasa menjadi milik dari
kelompok tersebut. Sedangkan out-group adalah kelompok dimana kita
mengidentifikasi diri kita dan tidak merasa memiliki kelompok tersebut. Dengan
demikian maka terbentuklah kelompok kita (we group) atau kelompok dalam (in-

36
Universitas Sumatera Utara

group) dan kelompok mereka (they-group) atau kelompok luar (out-group). (
Soekanto, 2007: 166).
Menurut Summer pada in-group terdapat persahabatan, kerja sama,
keteraturan dan kedamaian. Sementara dilain pihak hubungan yang terjadi antara
in-group ditandai oleh kebencian, permusuhan, perng dan perampokan. Tidak sikit
pula hubungan antara in-group dengan out-group ditandai oleh kerja sama dan
kedamaian. Sikap-sikap kebencian dan permusuhan yang berkembang ini
biasanya menunjukkan adanya etnosentrisme dan chaivinisme. Contoh-contoh
hubungan

sosiaal

antar

un-group

dan

out-group

yang

mencerminkan

etnosentrisme banyak kita jumpai di masyarakat, seperti ubungan sosial antara
pribumi dan non pribumi, antara anggota sekte agama yang satu dengan sekte
agama yang lainnya. (Sunarto, 2004: 134-135).
Perbedaan antara in-gropu dan out-group terletak pada pembatas yang
berupa garis demarkasi sosial yang menjelaskan dimana interaksi sosial dimulai
dan dimana berakhir. Pembatas keolmpok ini didasarkan pada lokasi teritorial
(kebertetanggan, komunitas, kebangsaan/negara), etnisitas, kepercayaan/agama,
politik, pekerjaan, bahasa, kekerabatan, atau kelas sosial-ekonomi. Pembatas
sosial itu sendiri mempunyai dua peranan. ( Sunarto. 2004: 134-135) yaitu:
a. Mencegah outsider (orang luar) memesuki ‘wilayah’ kelompok.
Sehubungan dengan hal ini maka, misalnya dalam sistem kasta.
Orang dari kasta sudra tidak mungkin menjadi anggota kasta
Brahmana.
b. Mempertahankan insider dalam ‘wilayah’nya melalui sistem
marga, maka orang batak tetap akan terikat kerabatnya.

37
Universitas Sumatera Utara