Uji Beban Kerja Terhadap Kinerja Alat Penumbuk Mekanis

TINJAUAN PUSTAKA
Udang

Udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut.
Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah
sekitar sungai-sungai besar dan rawa-rawa dekat pantai. Udang-udang air tawar
ini pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae sehingga para ahli
sering

menyebutnya

sbagai

kelompok

udang

palaemonid

(Suyanto dan Mujiman, 2001).
Udang diklasifikasikan ke dalam filum arthopoda, kelas crustacean, dan

bangsa decapoda. Setiap udang kemudian dibagi kembali atas suku, marga, dan
jenis yang berbeda-beda. Udang juga dibedakan menurut tempat hidupnga, yaitu
udang laut dan udang darat. Dari sekian banyak jenis yang terdapat diperairan
Indonesia, jenis udang laut yang dikategorikan memiliki nilai ekonomis penting
antara lain penaeus monodon (udang windu), panaeus merguiensis (udang putih),
dan metapenaeus monoceros (udang dogol). Udang air tawar yang memiliki nilai
ekonomis penting antara lain macrobranchium rosenbergii (udang galah),
panalirus spp (udang kipas), dan lobster (udang karang) (Purwaningsih, 2000).
Udang laut sendiri, terutama terdiri dari udang-udang dalam keluarga
penaeidae, beberapa jenis udang penaeidae yang terkenal dan sering tertangkap
oleh para nelayan antara lain adalah : udang windu (penaeus monodon), udang
kembang (penaeus semisulcatus), udang putih (penaeus merguiensis), udang jari
(penaeus indicus longirostris), udang werus (metapenaeus monoceros), udang

5
Universitas Sumatera Utara

6

belang (parapenaeopsis sculpitilis), udang kipas, dan udang ronggeng

(Suyanto dan Mujiman, 2001).
Buwono 1993 mengatakan bahwa udang merupakan salah satu produk
perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi yang
tinggi. Adapun komposisi kimia daging udang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi Kimia Daging Udang
Zat Kimia yang terkandung
Air
Protein
Lemak
Kalsium
Magnesium
Fosfor
Besi
Tembaga
Iodium
(Moejanto, 1979).

Persentase (%)
71,5-79,5
18,0-22,0

23,0
0,0542
0,421
0,2285
0,002185
0,003973
0,000023

Udang Rebon
Beberapa jenis benih yang biasanya masuk ke dalam tambak bersamasama benih udang putih antara lain adalah benih udang werus (Metapenaeus
monoceros), udang cendana (Metapenaeus brevicornis), udang windu (Panaeus
monodon), rebon (Acetes sp.), reket (Mesopodopsis sp), dan udang biang atau
udang buku (Caridina sp dan Palaemon sp.). Pada waktu rebon (Acetes sp.) masih
kecil (panjang antara 8-15 mm), sungut rebon panjang berwarna merah dan seperti
patah tak jauh dari pangkalnya (Mudjiman, 1982).
Udang rebon adalah salah satu hasil laut dari jenis udang-udangan namun
dalam ukuran yang

sangat kecil dibanding udang yang lainnya.


Udang ini

merupakan bahan baku utama dalam pembuatan terasi. Dipasaran udang ini lebih
mudah ditemukan sebagai bahan seperti terasi atau telah dikeringkan dan sangat
jarang dijual dalam keadaan segar (Fatty, 2012).

Universitas Sumatera Utara

7

Gambar 1 udang rebon (Mysis relicta)

Udang rebon mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Berdasarkan
Direktorat Gizi Depkes (1992) dalam 100 gram udang rebon segar mengandung
protein 16,2 gram dan mengandung kalsium 757 mg. Namun, udang rebon
mudah busuk jika tidak diolah. Oleh karena itu rebon harus diolah terlebih dahulu
agar tidak kehilangan nilai gizinya, salah satu contoh produk olahan yaitu terasi
(fitriani, dkk, 2013).
Tabel 2. Kandungan Gizi Udang Rebon per 100 g
Kandungan gizi

Udang rebon kering
Energi (kkal)
299
Protein (g)
59,4
Lemak (g)
3,6
Karbohidrat (g)
3,2
Kalsium (mg)
2.306
Fosfor (mg)
265
Besi (mg)
21,4
Vitamin A (SI)
0
Vitamin B1 (mg)
0,06
Air (g)

21,6
Sumber: Direktorat Gizi Depkes, 1992

Udang rebon segar
81
16,2
1,2
0,7
757
292
2,2
60
0,04
79,0

Universitas Sumatera Utara

8

Terasi

Terasi adalah suatu jenis penyedap makanan berbentuk pasta, berbau khas hasil
fermentasi udang, ikan, atau campuran keduanya dengan garam atau bahan tambahan
lain.Hampir semua negara di Asia Selatan dan Tenggara memiliki produk ini yaitu
Hentak, Ngari, dan Tungtap di India, Bagoong di Filipina, Terasi di Indonesia, Belacan di
Malaysia, Ngapi di Myanmar, Ka-pi di Thailand. Pasta ikan atau udang biasanya terbuat
dari berbagai jenis ikan air tawar dan laut serta udang (Anggo., dkk, 2014).

Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari
ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau
fermentasi, disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada
umumnya bentuk terasi berupa padatan, kemudian teksturnya agak kasar, dan
memiliki khas aroma yang tajam akan tetapi rasanya gurih (Fitriyani, 2013).
Mutu Terasi Udang
Persyaratan mutu terasi udang rebon berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-2716.1-2009, dalam Eska (2011) dapat dilihat pada Tabel 1
dibawah ini.
Tabel 3. Persyaratan Mutu Terasi
Jenis Uji
I. Organoleptik
II. Cemaran Mikroba *

- Escherichia coli
- Salmonella
- Staphylococcus aureus
- Vibrio cholerae
III. Kimia
- Kadar Air
- Kadar Abu Tak Larut dalam
Asam
- Kadar Garam
- Kadar Protein
- Kadar Karbohidrat

Satuan
Angka (1-9)

Persyaratan
Minimal 7

APM/g
Per 25 g

Koloni / g
Per 25 g

Minimal < 3
Negatif
1 x 103
Negatif

% Fraksi Massa
% Fraksi Massa

30-50
Maksimal 1,5

% Fraksi Massa
% Fraksi Massa
% Fraksi Massa

Maksimal 10
Maksimal 15

Maksimal 2

Universitas Sumatera Utara

9

Proses Pengolahan terasi
Tahapan pembuatan terasi rebon tradisional yakni, pertama dilakukan
pembersihan,

pencucian,

pengukusan,

penjemuran

1

(setengah


kering),

penggaraman, penumbukkan 1, pemeraman (fermentasi) 24 jam, penjemuran 2,
penumbukan 2, pemeraman 24 jam, penjemuran 3, penumbukan 3, pemeraman 3
selama 4-7 hari hingga berbau khas terasi, dicetak dipotong-potong dan
terakhir pengemasan. Cara pembuatan terasi rebon modern, yakni pertama
pembersihan, pencucian, penggaraman, penggilingan, pemanasan (mendidih 5
menit), pemeraman 1 (fermentasi) 7 hari, penjemuran 1 (setengah kering).
Jika membandingkan dengan cara pembuatan terasi dia atas maka tahapan
pembuatan terasi yang dilakukan oleh wanita nelayan di Selangan Laut relatif
lebih sederhana, yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan alat yang digunakan untuk membuat terasi
Peralatan yang dipergunakan dalam proses pembuatan terasi sangat
sederhana, yakni menggunakan lesung dan alu sebagai penumbuk/mengahaluskan
udang, baskom, cetakan terbuat dari kayu, baki,nampan, karung, gayung, dan
kursi duduk rendah terbuat dari kayu.
2. Penyiapan bahan baku
Bahan baku pembuatan terasi adalah rebon (udang kecil) yang
diperoleh dari hasil penyeseran sehingga masih dalam kondisi segar. Rebon
tersebut dijemur kurang lebih sehari agar kering. Jika tidak langsung diolah
menjadi terasi, udang rebon kering paling lama disimpan 1 bulan dan harus segera
diolah. Jika masa penyimpanan lebih dari 1 bulan, maka terasi yang diolah
rasanya menjadi pahit.

Universitas Sumatera Utara

10

3.

Proses pemeraman (fermentasi)
Rebon kering dibungkus dalam karung dan diperam sehari semalam untuk

tujuan fermentasi.
4.

Proses penghalusan
Rebon hasil fermentasi ditumbuk atau dihaluskan dengan mencampurkan
air laut sedikit demi sedikit, tanpa pemberian garam karena air laut sudah
cukup asin.

Alat yang digunakan untuk menumbuk udang rebon adalah

lesung dan alu. Limbah yang dihasilkan dalam proses ini adalah ceceran
udang rebon saat melakukan penumbukkan.
5.

Proses pencetakan dan pengeringan
Adonan yang sudah lembut selanjutnya dicetak dengan cetakan dari kayu,

dipadatkan dengan tangan dan langsung dijemur sampai kering selama 3 hari.
Dengan cara ini terasi baunya tidak terlalu menyengat dan rasanyapun tidak
terlalu asin. Dalam proses pencetakan yang masih menggunakan tangan ini, bau
udang rebon yang khas akan menempel di tangan selama beberapa hari. Terasi
yang sudah kering selanjutnya di kemas dalam kantong plastik, isi 10 atau 15
buah.
(Ma’ruf., dkk, 2013).
Prosedur pengolahan terasi berdasarkan Moeljanto (1992) yang telah
dimodifikasi mengikuti proses pembuatan terasi skala industri rumah tangga di
Semarang. Preparasi dilakukan dengan membersihkan rebon dari kotoran,
kemudian dicampur secara merata dengan garam sesuai perlakuan. Adonan
dimasukkan

ke

dalam

alat

penggilingan

sedikit

demi

sedikit

sambil

dipercikan air agar adonan tidak menggumpal. Adonan giling kemudian

Universitas Sumatera Utara

11

diletakkan di atas widig atau alat penjemur untuk penjemuran pertama.
Penjemuran dilakukan selama ±2 jam dengan sinar matahari. Pembalikan secara
berulang selama penjemuran dilakukan supaya adonan kering merata. Adonan
yang telah kering dimasukkan ke dalam baskom plastik sambil diangin-anginkan.
Adonan daging rebon kemudian digiling kembali lalu dijemur lagi selama ±2 jam.
Adonan yang sudah kering selanjutnya digiling lagi untuk menghasilkan
adonan terasi yang halus dan kalis sehingga mempermudah proses pencetakan.
Adonan terasi disimpan dalam baskom plastik dan ditutup tidak terlalu rapat.
Terasi kemudian dieramkan pada suhu ruang selama 48 jam. Proses pemeraman
ini bertujuan untuk melakukan fermentasi awal adonan terasi supaya
menghasilkan aroma khas terasi, kemudian dicetak berbentuk seperti tabung
dengan diameter ±3 cm dan panjang ±10 cm dengan berat per 100 g. Potongan
terasi diletakkan dalam nampan kemudian dijemur selama ±2 hari kemudian
dibungkus rapat dengan daun pisang dan dieramkan. Sampel diuji pada hari ke-8
dan 32 (dihitung sejak bahan baku mulai digiling). Proses pembuatan terasi sudah
selesai ketika bau khas terasi mulai tercium (Anggo, 2014).
Elemen Mesin
Motor Diesel
Motor penggerak adalah motor yang dapat mengubah tenaga panas hasil
dari suatu pembakaran menjadi tenaga mekanik. Motor penggerak dapat
dibedakan dalam 2 golongan, yaitu:
1. Motor dengan pembakaran diluar.
2. Motor dengan pembakaran didalam silinder.
(Hadjosentono, dkk., 1996).

Universitas Sumatera Utara

12

Salah satu penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu
mesin yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau
yang

mengubah

energi

termal

menjadi

energi

mekanik.

Motor

diesel disebut juga motor bakar atau mesin pembakaran dalam karena pengubahan
tenaga kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanik dilaksanakan di dalam mesin
itu sendiri. dalam motor diesel terdapat torak yang mempergunakan beberapa
silinder yang di dalamnya terdapat torak yang bergerak bolak-balik (translasi). Di
dalam silinder itu terjadi pembakaran antara bahan bakar solar dengan oksigen
yang berasal dari udara.Gas yang dihasilkan oleh proses pembakaran mampu
menggerakkan torak yang dihubungkan dengan poros engkol oleh batang
penggerak (Nofica, 2012).
Puli
Puli ada dua macam, yaitu puli tetap (fixed pulley) dan puli bergerak
(movable pulley).

Puli tetap terdiri dari sebuah cakra dan sebuah tali yang

dilingkarkan pada alur (groove) dibagian atasnya dan pada ujungnya digantungi
beban. Puli bergerak terdiri dari cakra dan poros yang bebas. Tali dilingkarkan
dalam alur dibagian bawah.

Salah satu ujung tali diikatkan tetap dan ujung

lainnya ditahan atau ditarik pada waktu pengangkatan, beban digantungkan pada
kait (hook) yang tergantung pada poros (Zainuri, 2006).
Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi
langsung dengan pasangan roda gigi. Dengan demikian, cara transmisi putaran
dan daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk
atau rantai yang dibelitkan disekeliling puli atau sprocket pada poros. Jika pda
suatu konstruksi mesin putaran puli penggerak dinyatakan N1 dengan diameter

Universitas Sumatera Utara

13

dpdn puli yang digerakkan n2 dan diameternya Dp, maka pertandingan putaran
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
dp
=
N2 Dp
N1

(Roth, dkk., 1982).
Ada beberapa jenis puli yang digunakan untuk sabuk penggerak yaitu:
-

Puli datar
Puli ini kebanyakan dibuat dari besi tuang dan juga dari baja dengan bentuk
yang bervariasi.

-

Puli mahkota
Puli ini lebih efektif dari puli datar karena sabuknya sedikit menyudut
sehingga untuk slip relatif sukar.

-

Tipe lain
Puli ini harus mempunyai kisar celah yang sama dengan kaisar urat pada
sabuk penggeraknya.
Pemasangan puli antara lain dapat dilakukan dengan cara:

-

Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana
pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

-

Vertikal, pemasangan puli dilakukan tegak dimana letak pasangan puli adalah
pada sumbu vertikal

(Daryanto, 1994).
V-belt
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi, kehandalan telah menjadi
indikator kunci untuk mengevaluasi kualitas dari pruduk mesin. V-belt merupakan
salah satu transmisi mekanik yang banyak digunakan, dan harus dirancang sesuai

Universitas Sumatera Utara

14

kebutuhan yang berbeda, untuk memastikan V-belt dapat memenuhi persyaratan
kehandalan yang diharapkan dalam kondisi kerja normal (Sun., et al, 2011).

V-belt merupakan alat transmisi pemindah daya/putaran yang ditempatkan
pada pulley, V-belt adalah belt yang berpenampang trapezium, terbuat dari
tenunan dan serat-serat yang dibenamkan pada karet kemudian dibungkus dengan
anyaman dan karet, digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu
ke poros yang lainnya melalui pulley yang berputar dengan kecepatan sama atau
berbeda (Darmono., dkk, 2006).

Sabuk berbentuk trapesium atau bentuk V dinamakan demikian karena sisi
sabuk dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V.
Kontak gesekan terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan
berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang
lebih kecil daripada sabuk yang pipih.
Susunan Khas sabuk V terdiri atas:
1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi
2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan
daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut
(Smith dan Wilkes, 1990).
Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium, tenunan
atau teteron atau semacamnya digunakan sebagai inti sabuk untuk membawa
tarikan yang besar, sabuk V dibelitkan disekeliling alur puli yang berbentuk V
pula. transmisi i sabuk sabuk yang bekerja atas dasar gesekan, belitan,mempunyai
beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan

Universitas Sumatera Utara

15

mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Kekurangan
dari sabuk ini adalah terjadi slip antara sabuk dan pulisehingga tidak dipakai
untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 2007).

Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah
penanganannya dan harganya pun murah. Kecepatan sabuk direncanakan untuk
10 sampai 20 (m/s) pada umumnya, dan maksimum sampai 25 (m/s). Daya
maksimum yang dapat ditransmisikan kurang lebih sampai 500 (kW). Sabuk-V
terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapezium. Tenunan tetoron atau
semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk unutk membawa tarikan yang besar.
Sabuk-V dibelitkan dikeliling alur puli ini mengalami lengkungan sehingga lebar
bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah
karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi data yang besar
pada tegangan yang relatif rendah (Sularso dan Suga, 2004).

Speed reducer
Speed reducer adalah jenis motor yang mempunyai reduksi yang besar.
Gearbox bersinggungan ke dalam motor, tetapi secara bersamaan rangkaian ini
mengurangi kecepatan keluaran (output speed). Speed reducer digunakan untuk
menurunkan putaran. Dalam hal ini perbandingan speed reducer putarannya dapat
cukup tinggi.
i=

N1
N2

i = perbandingan reduksi
N1 = input putaran (rpm)
N2 = output putaran (rpm)

Universitas Sumatera Utara

16

(Niemann, 1982).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Hal-hal yang perlu diperhatikan
di dalam merencanakan sebuah poros adalah:
1. Kekuatan poros
Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan
antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan
seperti poros baling-baling kapal atau turbin dan lain-lain. Kelelahan, tumbukan
atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau poros
bertangga, mempunyai alur pasak harus diperhatikan. Sebuah poros harus
direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atas.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan
atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian, atau
menumbulkan getaran dan suara. Karena itu kekakuan dari poros harus
diperhatiakan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan dilayani oleh poros
tersebut.
3. Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis.
Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dan lain-lain. Jika

Universitas Sumatera Utara

17

mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih
rendah dari putaran kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk propeler dan pompa bila
terjadi kontak dengan media yang korosif. Demikian pula untuk poros yang
terancam kavitasi dan poros mesin yang sering berhenti lama.
(Sularso dan Suga, 2004).
Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang mempunyai
beban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara
halus, aman, dan mempunyai umur yang panjang. Bearing harus cukup kokoh
untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika
bearing tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem tidak dapat
bekerja secara semestinya (Hermawan, 2012).
Bantalan digunakan untuk mendukung gerakan relatif diantara komponen
mesin dan memungkinkan berbagai posisi pada masing-masing komponen
tersebut.Rolling bearing atau bantalan gelinding adalah salah satu jenis bantalan
yang memungkinkan gerakan relatif secara radial pada sumbu geraknya.
Elemennya terdiri dari bola, pemisah/pemegang bola (cage), lintasan dalam (inner
race), lintasan luar (outer race) (Aji, 2007).
Berbagai macam bantalan, pada prinsipnya bantalan dapat digolongkan
menjadi:
- Bantalan luncur

Universitas Sumatera Utara

18

- Bantalan gelinding (bantalan peluru dan bantalan rol)
- Bantalan dengan beban radial
- Bantalan dengan beban aksial
- Bantalan dengan beban campuran (aksial-radial)
(Daryanto, 2007).
Alu
Di Indonesia, alu dan lesung adalah penyosoh padi tradisional pertama
yang digunakan petani, baik secara manual dengan tenaga manusia maupun yang
digerakkan oleh tenaga air. Satu atau beberapa alu dan lesung dapat dioperasikan
melalui tenaga kincir air, yang merupakan bentuk tradisional unit penggilingan
padi. Pada alu dan lesung telah diterapkan prinsip penggerusan untuk memisahkan
butir gabah dan penggesekan untuk mengupas kulit sekam (Thahir, 2010).
Alu atau antan merupakan alat pendamping lesung dalam proses
pemisahan sekam dari beras. Alu digunakan untuk menumbuk padi dan hasil
pertanian lainnya. Biasanya alu dibuat dari kayu. Bentuk alu memanjang seperti
tabung dengan diameter sekitar 7 cm (tergantung besarnya lesung). Selain itu alu
juga berfungsi untuk menggerus, mencampur, dan meracik obat dan lain-lain
(Permaswari, 2013).
Alu sebagai alat penumbuk terbuat dari jenis batang kayu tanaman yang
memiliki serat kayu keras, ulet dan tidak mudah patah. Jenis kayu yang demikian
didapatkan pada pohon luyung, asem, sawo, petai cina, dan jati. Berbeda dengan
lesung, aluhanya membutuhkan bahan dasar batang kayu sebesar betis orang
dewasa dengan ukuran panjang satu setengah sampai dua meter. Alu tersebut
berbentuk tongkat bulat panjang dan bagian tengah tongkat ukuran lingkarannya

Universitas Sumatera Utara

19

lebih kecil dari kedua ujungnya sebagai pegangan sewaktu menumbuk padi
(Putranto, 2014).

Lesung
Lesung adalah lumpang kayu panjang. Lesung berfungsi sebagai tempat
meletakkan bahan-bahan pertanian yang akan ditumbuk. Lesung sendiri
sebenarnya hanya berupa wadah cekung, biasanya terbuat dari kayu besar yang
dibuang bagian dalamnya. Gabah dan hasil pertanian yang akan diolah diletakkan
di dalam lubang tersebut. Gabah lalu ditumbuk dengan alu, tongkat tebal dari
kayu, berulang-ulang sampai beras terpisah dari sekam. Sedangkan hasil pertanian
lainnya, seperti bahan-bahan jamu, ditumbuk dengan alu hingga lembut
(Permaswari, 2013).
Lesungpada dasarnya terbuat dari kayu utuh (glondongan-bahasa jawa)
dengan ukuran panjang yang bervariasi tidak ada ukuran yang baku. Meskipun
dengan demikian pada umumnya lesungberukuran antara dua setengah sampai
tiga meter. Adapun batang kayu yang sering digunakan sebagai bahan dasar
lesung adalah kayu munggur, sawo, kayu asem, dan kayu nangka (Putranto, 2014).
Kapasitas Efektif Alat
Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas efektif suatu alat atau mesin
didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam mengolah suatu produk
(contoh: ha, kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas efektif alat dapat
dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu
menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi:

Universitas Sumatera Utara

20

Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis
sebagai berikut:

Kapasitas Efektif Alat =

Produk Yang Diolah
Waktu

........................... (1)

Bahan yang Hilang
Bahan yang hilang ditandai dengan bahan yang tidak tergiling, atau
tertinggal padaalat. Pengukuran bahan yang hilang dilakukan dengan pemisahan
atau penyortiran yang ditandai dengan bahan yang tidak tergiling, atau tertinggal
pada alat. Persentase bahan hilang diperoleh dengan membandingkan antara
berat bahan yang hilang dengan berat awal bahan yang dinyatakan dalam persen.

Bahan yang hilang =

berat bahan yang hilang
berat awal

x 100% ............... (2)

(Ramadhan 2014).
Konsumsi Bahan Bakar Solar
Konsumsi Bahan bakar adalah banyaknya bahan bakar yang digunakan
alat selama beroperasi.Perhitungan konsumsi bahan bakar dilakukan dengan cara
mengisi penuh tangki bahan bakar lalu mesin dihidupkan. Setelah selesai operator
mematikan mesin, kemudian mengisi bahan bakar ke dalam tangki sampai penuh
dan mencatat volume penambahan bahan bakar yang dimasukkan ke dalam
tangki. Hal ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk masing-masing
perlakuan.
Konsumsi bahan bakar solar =

volume penambahan
waktu kerja

(liter/jam) ............(3)

(Zulias, 2014).

Universitas Sumatera Utara

21

Kadar Air
Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan, dan hal ini
merupakan salah satu sebab mengapa di dalam pengolahan pangan air tersebut
sering dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan air tersebut sering
dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan atau pengentalan dan
pengeringan. Kandungan air sangat berpengaruh terhadap konsistensi bahan
pangan dimana sebagian besar bahan pangan segar mempunyai kadar air 70
persen atau lebih. Di dalam bahan pangan air terdapat dalam bentuk air bebas dan
air terikat. Air bebas mudah dihilangkan dengan cara penguapan atau
pengeringan, sedangkan air terikat sangat sukar dihilangkan dari bahan pangan
tersebut meskipun dengan cara pengeringan (Winarno, dkk., 1980).

Kadar air =

Berat sampel awal- Berat Sampel akhir
Berat sampel akhir

x 100 %............................... (4)

Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air per satuan bobot
bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan
tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah
(wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan biasanya dilakukan berdasarkan
bobot basah (wet basis). Dalam hal ini berlaku rumus sebagai berikut :
Wa

KA = Wb x 100% ................................................................................. (5)
Dimana :
KA = Kadar air bahan berdasarkan bobot basah (%)
Wa = Bobot air bahan (gr)

Universitas Sumatera Utara

22

Wb = Bobot bahan basah (gr)
(Taib, dkk., 1988).

Universitas Sumatera Utara