Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Pemprovsu Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada masa globalisasi saat ini dengan kehidupan modern yang semakin
kompleks, manusia cenderung akan mengalami stress apabila ia tidak mampu
mengadaptasikan

keinginan-keinginan

dengan

kenyataan-kenyataan

yang

dimiliki. Gaya hidup dan persaingan hidup menjadi semakin tinggi yang
disebabkan oleh tuntutan akan kebutuhan hidup yang semakin meningkat seperti
pemenuhan kebutuhan ekonomi dalam sandang, pangan, papan, pemenuhan kasih
sayang, rasa sayang dan aktualisasi diri. Hal ini dapat mengakibatkan tingginya
stress di kalangan masyarakat. Jika individu kurang atau tidak mampu dalam

menggunakan koping dan gagal dalam beradaptasi maka akan dapat mengalami
penyakit baik fisik maupun gangguan mental (Rasmun,2004).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2001 mengatakan satu dari
empat orang di dunia terkena gangguan jiwa dalam setiap tahap kehidupannya.
Sekitar 450 juta orang kini telah mengalami gangguan jiwa, sehingga
menempatkan penyakit jiwa sebagai penyakit tertinggi di dunia.
Berdasarkan RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007 di Indonesia
bahwa prevalensi gangguan jiwa berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat
sampai lima penduduk dari 1000 penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa
berat. Angka gangguan jiwa di Indonesia telah mencapai 10% dari populasi
penduduknya.

Universitas Sumatera Utara

Hasil Penelitian Hatfield (1998) menunjukkan bahwa sekitar 72% pasien
gangguan jiwa yang mengalami isolasi sosial dan 64% tidak mampu memelihara
diri sendiri (makan, mandi dan berpakaian). Dapat disimulkan bahwa 72% klien
mengalami masalah isolasi sosial sebagai akibat dari kerusakan kognitif dan
afektif.
Stressor yang sering dijumpai saat ini berasal dari lingkungan sosial. Hampir

setiap masalah yang dialami individu timbul saat berhubungan dengan konteks
sosial, baik dalam pergaulan, pekerjaan maupun di dalam keluarga. Hal ini dapat
dipahami karena manusia adalah makhluk sosial, yang bisa berkembang hanya
dalam lingkungan sosial, tetapi dalam lingkungan sosial itu juga seseorang akan
menghadapi masalah, salah pengertian, tersinggung perasaan secara sengaja
ataupun tidak sengaja, bentrokan kebutuhan dalam kehidupan kelompok dan
lainnya (Wiramihardja, 2004).
Jika stressor terjadi secara terus menerus atau berkepanjangan dan disertai
koping yang tidak efektif dapat menimbulkan resiko gejala gangguan jiwa salah
satunya isolasi sosial. Isolasi sosial merupakan keadaan ketika individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Klien akan merasa ditolak, tidak diterima, merasa
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Keliat dkk, 2010).
Kondisi isolasi sosial dapat disebabkan oleh berbagai stressor yang bisa
berasal dari individu, bisa juga berasal dari keluarga. Masalah-masalah yang
terjadi sering dihubungkan dengan kurang baiknya interaksi di antara anggota

Universitas Sumatera Utara


keluarga. Perubahan-perubahan pola pengasuhan menyebabkan berkurangnya
interaksi orang tua dan klien isolasi sosial. Persoalan-persoalan yang dihadapi
para anggota keluarga dalam hubungan satu sama lain, misalnya soal pembagian
kerja di keluarga, komunikasi di antara anggota keluarga, persoalan ekonomi dan
pendidikan. Keadaan lain yang menimbulkan klien menjadi isolasi sosial akibat
dari pengaruh lingkungan yang tidak sehat bagi perkembangan mental atau asuhan
yang salah kepada klien isolasi sosial (Notosoedirdjo dan Latipun, 2005).
Ketidaktahuan keluarga karena kurangnya pengetahuan, pemahaman terhadap
masalah kesehatan pada klien isolasi sosial, dan kesalahan persepsi dalam
berkomunikasi antar anggota keluarga, ketidakmauan keluarga dalam menghadapi
situasi yang terjadi, ketidakmampuan atau kurangnya keterampilan keluarga
terhadap prosedur atau tindakan terhadap masalah klien isolasi sosial, kurangnya
sumber daya keluarga terhadap klien isolasi sosial, baik dari segi finansial,
fasilitas kesehatan yang tersedia, sistem pendukung, lingkungan fisik, dan
psikologis. Masalah dari sumber-sumber masyarakat seperti dalam bentuk fasilitas
kesehatan, organisasi masyarakat, dan dukungan sosial masyarakat. Hal di atas
dapat memicu ketidaksembuhan pada klien isolasi sosial dan menjadi beban pada
keluarga klien isolasi sosial (Mubarak dkk,2009).
Keluarga merupakan faktor sangat penting dalam proses kesembuhan klien
isolasi sosial. Keluarga yang bersikap terapeutik dan mendukung klien, masa

kesembuhan klien isolasi sosial dapat dipertahankan selama mungkin. Sebaliknya,
jika keluarga tidak mendukung, angka kekambuhan menjadi lebih cepat. Keluarga
diharapkan sebagai sarana pemberdayaan baik ketika klien isolasi sosial masih

Universitas Sumatera Utara

dirawat di rumah sakit maupun setelah pulang ke rumah. Perhatian keluarga
terhadap klien isolasi sosial yang dirawat di rumah sakit jiwa selama ini sangat
kurang. Kondisi ini sangat jauh dari ideal untuk mengharapkan peran keluarga
yang optimal dalam pelayanan keperawatan yang profesional terhadap klien
isolasi sosial (Keliat dkk, 2010).
Menurut penelitian Komarudin dkk (2009) ketika salah satu anggota
mengalami masalah kesehatan maka akan menjadi beban bagi keluarga.
Seringkali keluarga lambat dalam menangani perawatan dalam pencegahan dan
penyembuhan klien akibat ketidaktahuan keluarga tentang cara merawat pasien
isolasi sosial. Menurut penelitian Wiyati dkk (2010) dampak sosial pada
gangguan jiwa yang berupa penolakan, pengucilan, dan diskriminasi. Begitu pula
dampak ekonomi berupa hilangnya hari produktif untuk mencari nafkah bagi
penderita maupun keluarga yang merawat, serta tingginya biaya perawatan yang
harus ditanggung oleh keluarga menjadi beban keluarga dalam proses

penyembuhan klien isolasi sosial.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa daerah
Propinsi Sumatera Utara pada bulan Juni 2013, didapat data bahwa banyaknya
kasus klien dengan isolasi sosial dikarenakan banyaknya masalah di dalam
keluarga seperti adanya perasaan kehilangan orang yang disayangi, perceraian,
kurangnya perhatian orang tua, dan kehilangan pekerjaan sehingga klien menjadi
stress hingga cenderung menarik diri atau isolasi sosial.
Berdasarkan hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Klien Isolasi Sosial di RSJ Provsu Medan”.

Universitas Sumatera Utara

2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang peneliti paparkan dapat dirumuskan
permasalahan penelitian tentang bagaimanakah gambaran klien isolasi sosial
dan faktor-faktor yang mempengaruhi klien isolasi sosial?

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi klien isolasi sosial
di RSJ Daerah Pemprovsu Medan.
3.2 Tujuan Khusus
3.2.1 Untuk mengetahui faktor komunikasi keluarga yang mempengaruhi
klien isolasi sosial di RSJ Daerah Pemprovsu Medan.
3.2.2 Untuk mengetahui faktor koping keluarga yang mempengaruhi
klien isolasi sosial di RSJ Daerah Pemprovsu Medan.
3.2.3 Untuk

mengetahui

faktor

pengetahuan

keluarga

yang


mempengaruhi klien isolasi sosial di RSJ Daerah Pemprovsu
Medan.
3.2.4 Untuk mengetahui faktor biaya perawatan dan pengobatan yang
mempengaruhi klien isolasi sosial di RSJ Daerah Pemprovsu
Medan.

Universitas Sumatera Utara

4.

Manfaat Penelitian

4.1. Praktik Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan jiwa sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan yang profesional kepada pasien isolasi sosial dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.
4.2. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan
pengetahuan bagi perawat mengenai adanya faktor-faktor yang terdapat pada

anggota keluarga yang mengalami isolasi sosial di RSJ Daerah Pemprovsu
Medan.
4.3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal tentang penelitian
adanya faktor-faktor yang terdapat pada anggota keluarga yang mengalami
isolasi sosial di RSJ Daerah Pemprovsu Medan, sehingga penellitian yang
dilakukan selanjutnya dapat menigkatkan kualitas asuhan keperawatan
kepada keluarga dan klien.
4.4. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi
keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami isolasi sosial,
sehingga meningkatkan motivasi pada keluarga untuk meningkatkan
dukungan keluarga pada anggota keluarga yang mengalami isolasi sosial.

Universitas Sumatera Utara