Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Anak merupakan anugerah, karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha
Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan matabat sebagai manusia seutuhnya.
Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang dalam
proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisk, psikologis,
sosial, dan spritual) yang berbeda dengan orang dewasa, apabila kebutuhan
tersebut terpenuhi maka anak akan mampu beradaptasi dan kesehantannya terjaga,
sedangkan bila anak sakit maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spritual (Ramdaniati,
2011).
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak yang yang mengalami
masalah kesehatan juga sangat mempengaruhi proses perkembangannya. Anak
yang tidak terbiasa dengan kondisi di rumah sakit akan banyak mengalami
kesulitan dalam proses penyembuhan tersebut. Anak yang dirawat di rumah sakit
akan muncul tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti perpisahan,
penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya dan tenaga kesehatan yang
menanganinya, pergaulan dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman

mengikuti terapi yang menyakitkan (Wong, 2009).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Sehat dan sakit merupakan sebuah rentang yang dapat dialami oleh semua
manusia, tidak terkecuali oleh anak. Anak dengan segala karakteristiknya
memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami sakit jika dikaitkan dengan
respon imun dan kekuatan pertahanan dirinya yang belum optimal (Makum, 2002
dalam Ramdaniati, 2011).
Kecemasan adalah salah satu masalah yang sering muncul pada anak yang
dirawat inap di rumah sakit. Hal ini dikarenakan anak merasa asing dengan
lingkungan di rumah sakit yang berbeda jauh dengan lingkungan rumah, berpisah
dengan keluarga dan merasakan nyeri karena penyakitnya sehingga berdampak
pada kondisi psikologis anak (Wong, 2009).
Hospitalisasi pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan pada semua
tingkat usia.Hospitalisasi dan penyakit merupakan pengalaman yang penuh
tekanan, terutama karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain

berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan (Potter &
Perry, 2005). Hospitalisasi juga merupakan sebuah situasi yang penuh stress bagi
anak dimana anak harus menjalani perawatan selama di rumah sakit dan
diperhadapkan dengan lingkungan atau prosedur yang tidak diharapkan untuk
dilakukan (Tsai, 2007).
Menurut Potter & Perry (2005), kemampuan koping pada anak prasekolah
yang mengalami hospitalisasi meliputi protes, putus asa, agresi (tersinggung,
frustasi) dan regresi (kehilangan pengendalian, ketergantungan). Dampak
hospitalisasi pada masa prasekolah yaitu sering menolak makan, sering bertanya,
menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, anak sering

Universitas Sumatera Utara

3

merasa cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau merasa tidak
cukup terlindungi dan merasa tidak aman. Tingkat rasa aman pada setiap anak
berbeda. Beberapa anak lebih pemalu dan cepat cemas dibanding anak lain.
Hospitalisasi dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengancam dan
menjadi stressor sehingga dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga. Bagi

anak, hal ini mungkin terjadi karena anak tidak memahami mengapa ia dirawat/
terluka, stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan,
kebiasaan sehari-hari dan keterbatasan mekanisme koping. Pada anak yang
dirawat akan muncul tantangan yang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu
perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian
dengan banyak orang yang merawatnya, dan kerapkali harus berhubungan atau
bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang
menyakitkan bagi anak-anak (June, 2003 dalam Mardaningsih, 2011).
Anak yang tidak terbiasa dengan kondisi di rumah sakit akan banyak
mengalami kesulitan dalam proses penyembuhan tersebut. Anak yang dirawat di
rumah sakit akan muncul tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti
perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya dan tenaga
kesehatan yang menanganinya, pergaulan dengan anak-anak yang sakit serta
pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan (Wong, 2009).
Rawat inap atau hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu
alasan darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Lingkungan rumah
sakit dapat menimbulkan trauma bagi anak seperti lingkungan fisik rumah sakit,

Universitas Sumatera Utara


4

tenaga kesehatan baik dari sikap maupun pakaian putih yang dikenakan oleh
perawat. Dengan adanya stressor tersebut, anak dapat mengalami distress seperti
gangguan tidur, pembatasan aktivitas, distress psikologis mencakup marah, takut,
sedih, dan rasa bersalah (Wong, 2009).
Anak-anak di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta mengalami
hospitalisasi dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, anak mengalami kecemasan
dan stres (Kain, 2006 dalam Apriliawati, 2011). Anak-anak yang menjalani
hospitalisasi di Indonesia diperkirakan 35 per 1000 anak (Sumarko, 2008 dalam
Purwandari, 2009). Data Susenas di Indonesia tahun 2001 hingga tahun 2005,
menunjukkan persentase angka kesakitan anak (Morbidity Rate) sebanyak 15,50%
(Susenas, 2005). Perawatan anak selama sakit selama dirawat di rumah sakit atau
hospitalisasi menimbulkan krisis dan kecemasan tersendiri bagi anak dan
keluarganya. Saat anak berada di rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan
yang asing dan pemberian asuhan yang tidak dikenal. Anak juga sering kali
berhadapan dengan prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian,
dan berbagai hal yang tidak diketahui (Wong, 2009).
Kecemasan pada anak-anak telah diakui sebagai masalah selama bertahuntahun yang menyebabkan anak sering menunda dan menolak untuk melakukan

perawatan. Suatu penelitian di Australia memperkirakan bahwa antara 50%
hingga 80% dari seluruh kasus penyakit yang terjadi berkaitan secara langsung
dengan kecemasan sebagai faktor etiologi (Amaliah, 2014).

Universitas Sumatera Utara

5

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa penting melakukan
penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan nyata dengan judul
pengaruh terapi bermain terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia
sekolah yang di rawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah
Dari hasil penelitian yang sudah diuraikan diatas dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat kecemasan anak usia
prasekolah akibat hospitalisasi di RSUP Adam Malik Medan”.

1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat

hospitalisasi di ruang perawatan anak RSUP Adam Malik Medan.

1.4. Mafaat Penelitian
1.4.1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil keperawatan ini dapat dijadikan bekal bagi perawat yang bekerja
di lingkungan rumah sakit maupun klinik dalam memberikan tindakan
perawatan untuk menurunkan tingkat kecemasan anak selama mengalami
hospitalisasi di rumah sakit guna mempercepat proses pengobatan dalam
penyembuhan penyakit.
1.4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah
pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya menurunkan kecemasan akibat
hospitalisasi pada anak.

Universitas Sumatera Utara

6

1.4.3. Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi

bahan yang berguna bagi pengembangan penelitian keperawatan berikutnya
dan menambah pengetahuan peneliti mengenai konsep kecemasan anak saat
proses hospitalisasi

Universitas Sumatera Utara