Peran Perawat Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

Peran Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada

Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Haryati Oktavia Simatupang 111101120

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis baik tenaga, ide-ide maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Achmad Fathi S.Kep.Ns, MNS selaku penguji 1 dan Ibu Farida Linda Sari Siregar S.Kep.Ns, M.Kep selaku penguji 2 yang telah memberi masukan untuk perbaikan skripsi ini.


(5)

5. Bapak Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan beserta seluruh staff yang bekerja di RSUP Haji Adam Malik Medan.

6. Ibu Lufthiani, S.Kep. Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan selama proses perkuliahan.

8. Teristimewa kepada kedua orangtua saya yaitu S. Simatupang dan H br. Sinaga (+), L br. Panggabean yang telah memberikan sumbangan baik moril maupun material.

9. Saudara-saudara yang saya kasihi T.Sitompul/Lusianna br.Simatupang, Tulus Simatupang/br. Sinaga, Lamhot Simatupang, Orti Simatupang dan Luhut Simatupang.

10. Teman-teman satu KTB yaitu kak Siska Hutagalung, Citra Simbolon, Otania Hosianna, Wanda Pardede, dan Putry Mey Ginting dan adik-adik kelompokku Sri Ratu Natalia Ginting, Mepi Dame Sinaga dan Stevani Panggabean.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, Juli 2015


(6)

DAFTAR ISI Halaman Judul

Lembar Pengesahan

Halaman Pernyataan Orisinalitas

Kata Pengantar... i

Daftar isi... iii

Daftar Tabel ... vi

Daftar Skema ... vii

Abstrak ... viii

Bab 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pertanyaan penelitian ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat penelitian ... 7

Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian anak ... 8

2.2 Tahapan perkembangan psikososial anak ... 8

2.3 Pengertian Hospitalisasi ... 10

2.4 Dampak Hospitalisasi ... 10

2.5 Reaksi anak terhadap Hospitalisasi ... 11

2.6 Pengertian Peran ... 15

2.7 Peran Perawat ... 15

2.8 Peran Perawat dalam mengatasi dampak ... 18

hospitalisasi pada anak Bab 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1Kerangka konseptual ... 25

3.2 Definisi operasional ... 26

Bab 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain penelitian ... 28

4.2 Populasi penelitian ... 28

4.3 Sampel penelitian ... 28

4.4 Tempat dan waktu penelitian... 29

4.5 Pertimbangan etik ... 30

4.6 Instrumen penelitian ... 31

4.6.1 Kuesioner data demografi ... 31


(7)

4.7 Validitas dan reliabilitas... 33

4.8 Pengumpulan data ... 34

4.9 Analisa data... 35

Bab 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Karakteristik demografi responden... 37

5.1.2 Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan ... 38

5.1.2.1 Peran Perawat dalam menyiapkan anak untukhospitalisasi ... 40

5.1.2.2 Peran Perawat dalam mencegah/meminimalkan perpisahan ... 41

5.1.2.3 Peran Perawat dalam meminimalkan kehilanganpengendalian ... 43

5.1.2.4 Peran Perawat dalam mencegah/meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri ... 44

5.2 Pembahasan 5.2.1 Peran perawat dalam menyiapkan anak untukhospitalisasi... 46

5.2.2 Peran perawat dalam mencegah/meminimalkan perpisahan ... 50

5.2.3 Peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian ... 52

5.2.4 Peran perawat dalam mencegah/meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri ... 55

Bab 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Inform Consent ... 65

Lampiran 2 Instrumen penelitian... 66

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas... 69

Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas... 73

Lampiran 5 Hasil Olahan Data... 75

Lampiran 6 Taksasi Dana Penelitian ... 79

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup ... 80

Lampiran 8 Jadwal Tentatif Penelitian ... 81


(8)

Lampiran 10 Surat Pengantar Survey Awal ... 83

Lampiran 11 Surat Balasan Survey awal ... 84

Lampiran 12 Surat Pengantar Uji Reliabilitas ... 85

Lampiran 13 Surat Balasan Uji Reliabilitas ... 86

Lampiran 14 Surat selesai Uji Reliabilitas ... 87

Lampiran 15 Surat Pengantar Pengumpulan Data... 89

Lampiran 16 Surat Ijin Penelitian... 90

Lampiran 17 Surat Selesai Penelitian... 92

Lampiran 18 Lembar Persetujuan Validitas ... 93

Lampiran 19 Lembar Terjemahan Abstrak ... 94


(9)

DAFTAR TABEL

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26 2. Distribusi responden berdasarkan karakteristik ... 38 3. Distribusi frekuensi dan persentase komponen peran perawat dalam

mengatasi dampak hospitalisasipada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan ... 39 4. Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam menyiapkan

anak untuk hospitalisasi ... 40 5. Distribusi frekuensi dan persentase peranperawat dalam

mencegah/meminimalkan Perpisahan ... 41 6. Distribusi frekuensi dan persentase peran perawatdalam meminimalkan

kehilangan pengendalian ... 43 7. Distribusi frekuensi dan persentase peran perawatdalam


(10)

DAFTAR SKEMA

1. Kerangka Penelitian Peranperawat dalam mengatasi dampak hospitalisasipada anak di RSUP Haji AdamMalik Medan ... 25


(11)

ABSTRAK

Judul : Peran Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Haryati Oktavia Simatupang

NIM : 111101120

Jurusan : Ilmu Keperawatan (S. Kep) Tahun Akademik : 2014/2015

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anaksaat anak sakit dan dirawat di rumah sakit.Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres. Stresor utama saat mereka dirawat di rumah sakit adalah kecemasan akibat perpisahan, kehilangan pengendalian dan ketakutan akan cedera tubuh/nyeri. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan selalu menemani pasien anak selama 24 jam, hal mengatasi dampak hospitalisasi anak sudah menjadi tanggung jawab seorang perawat. Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak ini meliputi: menyiapkan anak untuk hospitalisasi, mencegah atau meminimalkan perpisahan, meminimalkan kehilangan pengendalian dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel adalah 80 orang dan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dimana pengambilan data dilakukan mulai bulan April sampai Mei 2015 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan peran perawat. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah dewasa awal (48,8%), jenis kelamin perempuan (80%), anak usia sekolah (55%), beragama Islam (67,4%) dan bersuku Batak (47,5%). Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak dengan kategori cukup (73,7%), peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi dengan ketegori cukup (71,3%), peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan dengan kategori cukup (75%), peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian dengan kategori cukup (60%), dan peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri dengan kategori cukup (51,3%). Diharapkan untuk penelitian selanjutnya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(12)

ABSTRACT

Title of the Thesis : The Role of Nurses in Coping with the Effect of Hospitalization on Children in RSUP Haji AdamMalik, Medan

Name of Student : Haryati Oktavia Simatupang Std. ID Number : 111101120

Department : Nursing Science (S.Kep) Academic Year : 2014-2015

Hospitalization is a critical condition in children when they are sick and treated in a hospital. Hospitalization in children can cause apprehensiveness and stress. The main stressor when they are being treated is worry caused by separation, loss of control, and fear of becoming defective or painful. As professional health care providers, nurses have the responsibility to take care of child patients for 24 hours and to cope with the effect of hospitalization on child patients. The role of a nurse in coping with the effect of hospitalization on children includes: preparing the child for hospitalization, forestalling or minimizing separation, minimizing loss of control, and forestalling or minimizing fear for physical defect and pain. The research used descriptive design; it was conducted from April until May, 2015. The samples were 80 respondents, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires about demography and the role of a nurse. The result of the research showed that 48.8% of the respondents were young adults, 80% of the respondents were females, 55% of the respondents were school-ages, 67.4% of the respondents were Moslems, and 47.5% of the respondents were Bataknese. The role of nurses in coping with the effect hospitalization on children was in moderate category (73.7%), in preparing children for hospitalization was in moderate category (71.3%), in forestalling or minimizing separation was in moderate category (75%), in minimizing the loss of control was in moderate category (60%), and in forestalling or minimizing fear for physical defect and pain was in moderate category (51.3%). It is recommended that the next researches should deal with the factors which influence the role of nurses in coping with the effect of hospitalization on children at RSUP Haji Adam Malik, Medan.


(13)

ABSTRAK

Judul : Peran Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Haryati Oktavia Simatupang

NIM : 111101120

Jurusan : Ilmu Keperawatan (S. Kep) Tahun Akademik : 2014/2015

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anaksaat anak sakit dan dirawat di rumah sakit.Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres. Stresor utama saat mereka dirawat di rumah sakit adalah kecemasan akibat perpisahan, kehilangan pengendalian dan ketakutan akan cedera tubuh/nyeri. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan selalu menemani pasien anak selama 24 jam, hal mengatasi dampak hospitalisasi anak sudah menjadi tanggung jawab seorang perawat. Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak ini meliputi: menyiapkan anak untuk hospitalisasi, mencegah atau meminimalkan perpisahan, meminimalkan kehilangan pengendalian dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel adalah 80 orang dan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dimana pengambilan data dilakukan mulai bulan April sampai Mei 2015 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan peran perawat. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah dewasa awal (48,8%), jenis kelamin perempuan (80%), anak usia sekolah (55%), beragama Islam (67,4%) dan bersuku Batak (47,5%). Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak dengan kategori cukup (73,7%), peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi dengan ketegori cukup (71,3%), peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan dengan kategori cukup (75%), peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian dengan kategori cukup (60%), dan peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri dengan kategori cukup (51,3%). Diharapkan untuk penelitian selanjutnya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(14)

ABSTRACT

Title of the Thesis : The Role of Nurses in Coping with the Effect of Hospitalization on Children in RSUP Haji AdamMalik, Medan

Name of Student : Haryati Oktavia Simatupang Std. ID Number : 111101120

Department : Nursing Science (S.Kep) Academic Year : 2014-2015

Hospitalization is a critical condition in children when they are sick and treated in a hospital. Hospitalization in children can cause apprehensiveness and stress. The main stressor when they are being treated is worry caused by separation, loss of control, and fear of becoming defective or painful. As professional health care providers, nurses have the responsibility to take care of child patients for 24 hours and to cope with the effect of hospitalization on child patients. The role of a nurse in coping with the effect of hospitalization on children includes: preparing the child for hospitalization, forestalling or minimizing separation, minimizing loss of control, and forestalling or minimizing fear for physical defect and pain. The research used descriptive design; it was conducted from April until May, 2015. The samples were 80 respondents, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires about demography and the role of a nurse. The result of the research showed that 48.8% of the respondents were young adults, 80% of the respondents were females, 55% of the respondents were school-ages, 67.4% of the respondents were Moslems, and 47.5% of the respondents were Bataknese. The role of nurses in coping with the effect hospitalization on children was in moderate category (73.7%), in preparing children for hospitalization was in moderate category (71.3%), in forestalling or minimizing separation was in moderate category (75%), in minimizing the loss of control was in moderate category (60%), and in forestalling or minimizing fear for physical defect and pain was in moderate category (51.3%). It is recommended that the next researches should deal with the factors which influence the role of nurses in coping with the effect of hospitalization on children at RSUP Haji Adam Malik, Medan.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Masa anak-anak adalah masa yang sangat menyenangkan yang dipenuhi dengan segala macam hal yang baru. Anak sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir seluruh hidupnya disertai oleh rasa ingin tahu terhadap apa yang didengar atau dilihatnya. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua anak mengalami masa yang menyenangkan, anak juga mengalami sakit yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter et al, 2011).Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, anak akan berhadapan dengan situasi dan lingkungan yang baru serta melakukan kontak dengan orang asing selain keluarga. Hospitalisasi dan penyakit merupakan pengalaman yang penuh tekanan, terutama karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan (Potter & Perry, 2005). Hospitalisasi juga merupakan sebuah situasi yang penuh stress bagi anak dimana anak harus menjalani perawatan selama di rumah sakit dan diperhadapkan dengan lingkungan atau prosedur yang tidak diharapkan untuk dilakukan (Tsai, 2007).

Pada tahun 2004lebih dari2,57 jutaanak di bawahusia15 tahundirawat di rumah sakitdengan rata-ratalama rawat4,5hari(DeFrances &Podgornik,2006). Berdasarkan data Perhimpunan Nasional Rumah Sakit Anak di Amerika, sebanyak 6,5 juta anak/tahun yang menjalani perawatan di rumah sakit dengan usia kurang dari 17 tahun (Mc Andrews, 2007 dalam Roberts, 2010). Angka


(16)

kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Stresor utama yang akan dihadapi anak selama hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri. Reaksi hospitalisasi pada anak berbeda-beda tergantung olehusia perkembangan anak, pengalaman mereka sebelumnya menjalani perawatan, keterampilan koping yang mereka miliki dan sistem pendukung yang ada (Wong, 2008).

Reaksi terhadap penyakit atau masalah diri yang dialami anak seperti perpisahan, tidak mengenal lingkungan atau lingkungan yang asing, hilangnya kasih sayang, body image adalah mengalami regresi yaitu hilangnya kontrol, agresi, menarik diri, tingkah laku protes, serta lebih peka dan pasif seperti menolak makanan dan lain-lain (Alimul, 2005). Hospitalisasi dapatmenyebabkan gangguan pada anak seperti kehilangan nafsu makan, susah tidur, mengompol, menghisap jempol dan sering ditemukan anak-anak menyalahkan orangtuanya karena membawa mereka ke rumah sakit (Severo, 2009; dalam Wijayanti, 2009). Hospitalisasi juga dapat mengakibatkan anak menjadi regresi dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Regresi adalah mundurnya tahap perkembangan yang telah dicapai seseorang kedalam tahap perkembangan sebelumnya, contohnya yaitu anak sering meminta minum menggunakan botol yang biasanya sudah minum dengan gelas, mengompol dan buang air kecil tidak teratur, atau meningkatnya ketergantungan pada orangtua seperti meminta digendong (Leifer, 2003; dalam Wijayanti, 2009).


(17)

Perasaan yang sering muncul pada anak ketika dirawat di rumah sakit yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2004).Kecemasan dan ketakutan sangat mempengaruhi proses pengobatan anak. Laili (2006) menyatakan apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit maka besar sekali kemungkinan anak akan mengalami disfungsi perkembangan. Anak akan mengalami gangguan seperti gangguan somatik, emosional dan psikomotor.

Ketakutan dan kecemasan anak sangat dipengaruhi oleh peran perawat.Perawat adalah salah satu dari tim kesehatan yang memiliki peranan yang sangat penting untuk mengatasi masalah anak saat dihospitalisasi. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan selalu menemani pasien anak selama 24 jam, hal mengatasi dampak hospitalisasi anak sudah menjadi tanggung jawab seorang perawat.Oleh karena itu perawat harus melaksanakan perannya secara profesional baik sebagai caregiver, konselor, advokat, kolaborator, change agent, coordinatordan educator (Hidayat, 2007).Peran yang dapat dilakukan oleh perawat saat anak dihospitalisasi adalah menyiapkan anak untuk hospitalisasi yaitu melakukan pemilihan ruangan bagi anak berdasarkan usia, jenis kelamin atau jenis penyakitnya, mengorientasikan anak terhadap ruangan serta melakukan berbagai pengkajian awal, mencegah atau meminimalkan perpisahan selama hospitalisasi melalui kolaborasi dengan orangtua sebagai mitra menggunakan pendekatan family centered serta berperan sebagai educator melalui pendidikan kesehatan untuk menyiapkan orangtua sehingga terlibat aktif dalam perawatan anaknya,meminimalkan kehilangan pengendalian melalui peran advokat dimana


(18)

perawat berusaha memandirikan anak dan memiliki hak dalam mengambil keputusan sesuai dengan perkembangannya, mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri melalui peran caregiver dengan cara perawat menggunakan teknik distraksi dan relaksasi serta berkolaborasi dengan orangtua dalam upaya memberi kenyamanan pada anak saat dilakukan suatu prosedur medis(Wong, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Simangunsong (2011) didapatkan bahwa peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi pada anak di Rumah Sakit Umum di Medandalam kategori baik sebesar (73,3%) meliputi peran pembela (63,3%), pendidik (76,6%), konselor (50%), koordinator (83,3%), pembuat keputusan etik (83,3%) dan perencana kesehatan (83,7%).Penelitian lain yang dilakukan oleh Yulianto (2012) didapatkangambaran peran perawat dalam penanganan hospitalisasi anak di ruang perawatan 4 RSU Islam Faisal Makassar dari 16 responden perawat yang berpartisipasi dalam penelitian yaitu 9 orang responden (56,2%) melaksanakan peran dengan kategori baik sedangkan 7 responden (43,8%) lainnya melaksanakan peran dengan kategori masih kurang baik.Berdasarkan hasil dari kedua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat telah melaksanakan perannya dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak dengan baik lebih dari 50 %.

RSUP Haji Adam Malik Medan adalah salah satu rumah sakit terakreditasi Paripurna yang ada di kota Medan dan merupakan rumah sakit pendidikan serta sedang menjalani proses akreditasi JCI (Joint Commission International) yang dapat dikatakan harus mampu menjadi indikator dalam pemberian pelayanan


(19)

kesehatan yang bermutu terutama pelayanan asuhan keperawatan. Mutu pemberian pelayanan keperawatan salah satunya dapat dilihat dari aspek asuhan yang berfokus pada anak terutama dalam hal mengatasi dampak hospitalisasi anak, sehingga dibutuhkan peran perawat yang harus dilakukan secara profesional dan hal ini menjadi sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan.Dari hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti, pada bulan Januari sampai November 2014 didapatkan bahwa sebanyak 2093 anak dihospitalisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan dan peneliti melakukan wawancara dengan 3 orang anak, menyatakan bahwa mereka sangat cemas dan stress selama berada di rumah sakit dan kebanyakan dari mereka banyak menolak untuk makan dan dilakukan tindakan medis oleh dokter maupun perawat karna menganggapnya sebagai hal yang sangat menyakitkan sehingga memperpanjang lama rawatan di rumah sakit. Berdasarkan hal diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan masalah

Hospitalisasi pada anak menjadi suatu pengalaman yang mengancam dan merupakan sebuah stresor, serta dapat menimbulkan krisis bagi anak.Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2004). Menurut Laili (2006) apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit maka besar sekali kemungkinan anak akan mengalami disfungsi perkembangan. Anak akan mengalami gangguan, seperti gangguan somatik, emosional dan psikomotor. Reaksi hospitalisasi dan dampak yang ditimbulkan seringkali menjadi permasalahan pokok yang dihadapi dalam


(20)

dunia kesehatan. Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan ?”. 1.3 Pertanyaan penelitian

1.3.1 Bagaimana peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan ?

1.3.2 Bagaimana peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3.3 Bagaimana peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan anak di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3.4 Bagaimana peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian anak di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3.5 Bagaimana peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan anak akan cedera tubuh dan nyeri di RSUP Haji Adam Malik Medan? 1.4 Tujuan penelitian

1.4.1 Tujuan Umum :

Mengidentifikasi peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4.2 Tujuan Khusus :

1.4.2.1 Mengidentifikasi peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi

1.4.2.2 Mengidentifikasi peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan


(21)

1.4.2.3 Mengidentifikasi peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian

1.4.2.4 Mengidentifikasi peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri

1.5 Manfaat penelitian 1.5.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan pengetahuan bagi peserta didik di institusi pendidikan keperawatan khususnya di bidang keperawatan anak tentang peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak sehingga peserta didik dapat mengimplementasikan perannya dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak ketika mereka berada di pelayanan. 1.5.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan secara profesional pada anak yaitu mengatasi dampak hospitalisasi pada anak sehingga dampak hospitalisasi pada anak dapat diatasi saat anak dirawat.

1.5.3 Penelitian Keperawatan

Penelitian ini memberi landasan atau menjadi data dasar bagi pengembangan penelitian selanjutnya tentang peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Anak

Anak merupakan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual.Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2012).Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mendefinisikan anak sebagai seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa anak adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

2.2 Tahapan Perkembangan Psikososial Anak

Dalam Teori Erikson, ada beberapa tahapan perkembangan psikososial anak. Tiap tahap terdiri dari tugas perkembangan yang unik yang menghadapkan sesorang pada suatu krisis yang harus dipecahkan (Santrock, 2007).

Berikut ini tahapan perkembangan psikososial anak (Santrock, 2007) antara lain : 2.2.1 Kepercayaan versus Ketidakpercayaan (trust vs mistrust)

Tahap ini merupakan tahap yang dialami pada tahun pertama kehidupan dimana terjadi pembentukan rasa percaya pada anak.Rasa percaya yang didapatkannya menjadi fondasi bagi anak untuk menjadikan dunia sebagai tempat yang menyenangkan baginya baik kenyamanan secara fisik maupun psikologis.


(23)

2.2.2 Otonomi versus Rasa malu dan ragu-ragu (autonomy vs doubt/shame) Tahap ini terjadi pada masa bayi akhir dan masa kanak-kanak awal (1-3 tahun). Seiring berjalannya waktu, anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Rasa percaya yang mereka dapatkan pada awal pertama kehidupannya menghantarkannya kepada sebuah keinginan-keinginan dirinya dan menyadari bahwa perilaku mereka menjadi haknya sendiri dan inilah yang disebut dengan otonomi. Anak akan menunjukkan sikap malu dan ragu-ragu apabila keinginan mereka dibatasi.

2.2.3 Inisiatif versus Rasa bersalah (initiative vs guilt)

Tahap ini terjadi selama tahun prasekolah. Anak prasekolah memasuki dunia sosial yang lebih luas dibanding ketika mereka masih berada pada tahap bayi maupun toddler karena mereka akan lebih banyak mengahadapi tantangan. Perilaku yang aktif dan bertujuan diperlukan untuk menghadapi tantangan ini. Anak diminta untuk memikirkan tanggung jawab terhadap tubuh, perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka sehingga akan terlahir inisiatif. Anak akan merasa bersalah ketika gagal melakukan tanggung jawabnya dan akhirnya hal ini membuat mereka sangat cemas.

2.2.4 Kerja keras versus Rasa inferior (industry vs inferiority)

Tahap ini terjadi di sekitar tahun sekolah dasar. Inisiatif yang muncul saat mereka berada di usia pra sekolah akan membawa mereka berhubungan dengan banyak pengalaman baru. Anak akan diperhadapkan dengan kemampuan menguasai pengetahuan dan keterampilan di sekolahnyasehingga anak akan menjadi lebih antusias dalam belajar. Rasa inferior dapat muncul ketika mereka


(24)

gagal atau tidak mampu mencapai tuntutan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut.

2.3 Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi atau perawatan, kegiatan pelaksanaan pelayanan dan perawatan kesehatan anak yang dilaksanakan di rumah sakit sebaiknya tidak hanya pada kesehatan murni terhadap anak sakit, tetapi juga harus ada upaya untuk membantu meningkatkan tingkat kooperatif pada anak yang memungkinkan anak bisa bekerja sama dengan perawat dalam mencapai tujuan pengobatan bersama (Potter & Perry, 2005). Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2008).Sakit dan dirawat di rumah sakit adalah suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress yang disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat, lingkungan yang asing, prosedur tindakan yang menyakitkan, serta terpisah dengan keluarga (Hockenberry & Wilson, 2007).

2.4 Dampak Hospitalisasi pada Anak

Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres. Stresor utama saat mereka dirawat di rumah sakit adalah kecemasan akibat perpisahan, kehilangan pengendalian dan ketakutan akan cedera tubuh/nyeri (Wong, 2008). Kecemasan dan stress yang dialami anak saat hospitalisasi dipengaruhi oleh


(25)

beberapa faktor antara lain faktor dari petugas kesehatan (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru dan keluarga yang mendampingi selama perawatan (Nursalam et al, 2005).Perasaan tersebut dapat timbul karena adanya perubahan dari kondisi sehat menjadi sakit serta perubahan rutinitas lingkungan yang berbeda dan anak memiliki koping yang terbatas untuk menyelesaikan stresor selama hospitalisasi (Wong, 2008).Kecemasan dan ketakutan sangat mempengaruhi proses pengobatan anak.Perasaan yang sering muncul pada anak ketika dirawat di rumah sakit yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2004). Hockenberry & Wilson (2007) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada anak selama hospitalisasi diantaranya usia, jenis kelamin, lama dirawat dan pengalaman dirawat.

2.5 Reaksi Anak terhadap Hospitalisasi

Reaksi anak terhadap hospitalisasi sangat individual bergantung pada usia perkembangan, pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit, keterampilan koping yang mereka miliki, keparahan diagnosis dan sistem pendukung yang ada (Wong, 2008). Berikut ini reaksi anak terhadap hospitalisasi sesuai dengan tahapan perkembangannya (Wong, 2008) :

2.5.1 Masa Bayi (0-1 tahun)

Bayi yang mengalami perpisahan dengan orangtuanya merupakan stress terbesar pada anak selama mereka mengalami hospitalisasi. Reaksi yang paling sering muncul pada anak usia ini adalah menangis keras sebagai bentuk perilaku protesnya. Setelah mengalami fase protes, anak akan mengalami fase putus asa dimana anak akan berhenti menangis lalu mengalami depresi yang ditunjukkan


(26)

dengan sikap kurang aktif dan kemudian akan mengalami fase pelepasan yaitu anak mulai membentuk hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Kehilangan kendali juga dapat dirasakan oleh bayi. Rasa percaya menjadi fondasi pada tahap perkembangan usia ini yang dapat diekspresikan secara emosional seperti menangis dan tersenyum. Bayi yang mengalami cedera tubuh dan nyeri akan mengalami distress yang dapat ditunjukkan dengan sikap menggeliat, menyentak, dan memukul-mukul. Pada beberapa anak, respon yang ditunjukkan adalah menangis, menolak berbaring diam ketika diberi tindakan, berusaha mendorong perawat atau melakukan gerakan motorik untuk menghindar.

2.5.2 Masa Toddler (2-3 tahun)

Anak usia toddler yang mengalami perpisahan dengan orangtuanya akan menunjukkan sikap yang mencapai tujuan misalnya berusaha memohon orangtuanya agar tetap tinggal, berusaha menahan orangtuanya dan berusaha mencari orangtuanya yang sudah pergi. Anak juga dapat menunjukkan reaksi tidak senang pada orangtuanya yang datang kembali setelah meninggalkannya seperti menunjukkan sikap temper tantrum, menolak melakukan rutinitasnya sehari-hari dan mengalami regresi ke tingkat perkembangan yang lebih buruk. Temper tantrum dan mengompol menjadi reaksi fisiologis terhadap stress yang dialaminya selama hospitalisasi. Anak usia toddler diperhadapkan kepada tumbuh kembang yaitu otonomi. Selama anak dirawat, akan banyak pembatasan keinginan-keinginan anak yang mengakibatkan dia merasa stress. Akibatnya anak akan bereaksi temper tantrum dan regresi sehingga anak cenderung menolak makan dan menarik diri dari hubungan interpersonal. Anak yang terancam


(27)

mengalami cedera tubuh dan nyeri pada usia ini akan memunculkan reaksi kemarahan emosional yang kuat misalnya meringis kesakitan, mengatupkan gigi, membuka mata lebar-lebar, agresif, menggigit, menendang, memukul bahkan melarikan diri.

2.5.3 Masa Pra Sekolah (3-6 tahun)

Pada usia pra sekolah, anak dapat mentoleransi perpisahan yang singkat dengan orangtuanya dan cenderung membangun rasa percaya dengan orang lain yang dapat memberi kenyamanan baginya. Stres yang dialami anak selama hospitalisasi membuatnya merasa cemas akibat perpisahan dengan orangtuanya. Pada akhirnya anak akan menunjukkan sikap protes seperti menolak makan, kesulitan tidur, menangis diam-diam karna kepergian orangtuanya, sering bertanya kapan mereka akan kembali dan menarik diri dari orang lain. Anak usia pra sekolah tidak akan mengungkapkan amarahnya secara langsung sehingga anak akan sering memecahkan benda, memukul anak lain, bahkan menolak tindakan yang diberikan perawat. Anak usia pra sekolah juga mengalami kehilangan kendali selama dirawat di rumah sakit. Pemahaman usia ini bersifat egosentris dan pemikiran magis yang membuat mereka memahami segala sesuatu menurut cara pandang mereka sendiri misalnya menjalani hospitalisasi dianggap sebagai hukuman atas kesalahan mereka akibatnya akan muncul reaksi malu, merasa bersalah dan takut. Anak juga akan menunjukkan rasa khawatir akan mutilasi bahkan nyeri yang mereka alami dan akan menunjukkan sikap agresi fisik seperti mendorong orang melakukan tindakan, mengamankan peralatan, mengunci diri di tempat aman bahkan sampai melarikan diri.


(28)

2.5.4 Masa Sekolah ( 6-12 tahun)

Pada usia sekolah, perpisahan anak dengan orangtua/keluarga mereka menjadi hal yang ditakuti karena mereka masih membutuhkan rasa nyaman/bimbingan akibat stress dan regresi yang dialaminya selama dirawat. Meskipun anak usia sekolah umumnya lebih mampu melakukan koping terhadap perpisahan tetapi masih sering sekali anak menunjukkan sikap kesepian, bosan, isolasi dan depresi. Pada usia ini anak diperhadapkan dengan tugas perkembangan kemandirian, sehingga ketika mereka dirawat di rumah sakit, anak tidak mau mengungkapkan kebutuhannya secara langsung karna akan menunjukkan kelemahan bagi mereka sehingga kebanyakan anak akan menunjukkan sikap agresi, menarik diri dari petugas rumah sakit, menolak sibling, atau menolak berhubungan dengan teman sebaya. Akan tetapi anak akan lebih menunjukkan reaksi perpisahan terhadap aktivitas bahkan teman sebaya dibanding dengan orangtuanya.

Kehilangan kendali pada usia sekolah dapat dialami ketika anak merasa kemandirian mereka terancam misalnya karena lingkungan rumah sakit yang mengakibatkan adanya pembatasan aktivitas atau penyakit yang mengakibatkan tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri sehingga anak akan menunjukkan reaksi depresi, bermusuhan, atau frustasi. Anak usia sekolah tidak terlalu khawatir dengan adanya nyeri. Mereka sudah memiliki koping yang lebih baik dalam menghadapi suatu ketidaknyamanan seperti berpegangan dengan erat, mengepalkan tangan atau mengatupkan gigi dan meringis. Secara umum anak


(29)

usiasekolah juga sudah dapat mengkomunikasikan secara verbal nyeri yang mereka alami.

2.6 Pengertian Peran Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Kusnanto, 2004). Jadi peran perawat adalah suatu cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesinya.Peran yang dimiliki oleh seorang perawat antara lain peran sebagai pelaksana, peran sebagai pendidik, peran sebagai pengelola, dan peran sebagai peneliti (Asmadi, 2008). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak, perawat mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat anak di antaranya pemberi perawatan, sebagai advokat keluarga, pencegahan penyakit, pendidikan, konseling, kolaborasi, pengambil keputusan etik dan peneliti (Hidayat, 2012). 2.7Peran Perawat

Keberhasilan pelaksanaan suatu asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh peran perawat. Peran perawat tersebut antara lain adalah :

2.7.1.Pemberi Perawatan ( Care Giver)

Peran utama perawat dalam hal ini adalah memberikan pelayanan keperawatan anak. Pemberian pelayanan keperawatan anak dapat dilakukan


(30)

dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih dan asuh ( Hidayat, 2012).

2.7.2.Pelindung (Advokat)

Dalam hal ini perawat mampu sebagai advokat keluarga, pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien serta melindungi hak-hak klien melalui penolakan terhadap aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien (Hidayat, 2012). Selain itu perawat menjadi pembela bagi anak/keluarga saat mereka membutuhkan pertolongan, tidak dapat mengambil keputusan/pilihan, meyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang tersedia, pengobatan dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan keluarga (Supartini, 2004).

2.7.3.Pendidik ( Educator)

Perawat harus mampu sebagai pendidik, sebab beberapa pesan dan cara mengubah perilaku pada anak dan keluarga harus selalu dilakukan dengan pendidikan kesehatan/penyuluhan khususnya dalam keperawatan. Melalui pendidikan/penyuluhan ini diupayakan anak tidak lagi mengalami gangguan yang sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat (Hidayat, 2012). Tiga domain yang dapat diubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan serta sikap keluarga dalam kesehatan khususnya perawatan anak sakit (Supartini, 2004).

2.7.4. Konselor

Perawat dalam melaksanakan perannya dengan memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh anak maupun


(31)

keluarga.Berbagai masalah tersebut diharapkan mampu diatasi dengan cepat dan diharapkan pula tidak terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga maupun anak itu sendiri.Konseling ini dapat memberikan kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan (Hidayat, 2012).Perawat mendengarkan segala keluhan, melakukan sentuhan, hadir secara fisik, bertukar pikiran dan pendapat dengan orangtua tentang masalah anak dan membantu mencarikan alternatif pemecahannya (Supartini, 2004).

2.7.5.Kolaborator

Peran perawat dengan mengadakan kerjasama dalam melakukan tindakan yang akan dilaksanakan oleh perawat dengan tim kesehatan lain. Pelayanan keperawatan anak tidak dapat dilaksanakan secara mandiri oleh tim perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, psikolog, dan lain- lain, mengingat anak merupakan individu yang kompleks yang membutuhkan perhatian dalam perkembangan (Hidayat, 2012).

2.7.6.Pembaharu ( Change Agent)

Peran perawat dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan (Hidayat, 2007).

2.7.7.Koordinator

Peran perawat dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasikan pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien (Hidayat, 2007).


(32)

2.7.8.Pembuat Keputusan Etik

Perawat dalam hal ini menekankan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien dan keuntungan asuhan keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien.Perawat juga harus terlibat dalam perumusan rencana pelayanan kesehatan di tingkat kebijakan (Supartini, 2004).

2.8Peran Perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak

Dampak hospitalisasi pada anak dapat diatasi dengan mengoptimalkan peran perawat. Berikut ini adalah peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak (Wong, 2008) :

2.8.1 Menyiapkan anak untuk hospitalisasi

Persiapan dalam penerimaan anak untuk dirawat di rumah sakit menjadi hal yang sangat penting bagi perawat.Persiapan tersebut berbeda untuk setiap anak tergantung pada kondisinya yang tidak terlepas dari berbagai prosedur awal medis seperti pengambilan spesimen darah, uji sinar-X atau pemeriksaan fisik. Setiap tindakan dalam penerimaan itu dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan bagi anak yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pembentukan rasa percaya perawat dengan anak-anak tersebut. Perawat sangat memberi pengaruh yang besar untuk mengatasi semua ini. Selama prosedur penerimaan awal perawat harus meluangkan waktu bersama dengan anak dan memberi kesempatan untuk lebih jauh mengenal anak dan mengkaji setiap pemahamannya akan prosedur yang akan dialaminya selama dirawat di rumah sakit dan semua ini berpengaruh terhadap pembentukan rasa percaya antara anak dengan perawat selama hospitalisasi.


(33)

Apabila rasa percaya sudah terbentuk maka anak akan merasa lebih nyaman selama dirawat di rumah sakit. Pada saat anak masuk rumah sakit, perawat akan melakukan prosedur penerimaan rumah sakit yaitu memperkenalkan dirinya dan dokter yang akan menangani, memilih ruangan untuk anak yang sesuai, mengorientasikan anak terhadap ruangan beserta fasilitas di dalamnya, memperkenalkannya dengan teman satu ruangannya, memberi label identitas, menjelaskan peraturan rumah sakit dan melakukan berbagai pemeriksaan dan pengkajian keperawatan awal. Pemilihan ruangan pada anak dilakukan berdasarkan pertimbangan usia, jenis kelamin dan penyakitnya karena dapat memberikan manfaat psikologis dan medis.

2.8.2 Mencegah atau meminimalkan perpisahan

Perpisahan anak dengan orangtua atau orang-orang yang dikasihinya menjadi hal yang sangat ditakuti oleh anak selama mereka dirawat di rumah sakit.Orangtua atau saudara dari anak tersebut dapat memberi kenyamanan baginya dibanding orang-orang sekitar yang berada di rumah sakit termasuk perawat.Saat ini, rumah sakit sudah mengeluarkan suatu kebijakan untuk menjadikan keluarga sebagai pusat asuhan selama anak di rumah sakit tanpa mengabaikan peran perawat. Dalam hal ini perawat berkolaborasi dengan orangtua/saudara, melibatkan mereka selama proses asuhan di rumah sakit misalnya membantu memberi makan anak atau menyusun jadwal yang lengkap yang sesuai rutinitas harian anak. Anak yang mengalami perpisahan selama dirawat di rumah sakit akan menimbulkan berbagai reaksi seperti menangis. Kehadiran perawat disamping anak menjadi salah satu strategi untuk


(34)

mengatasinya untuk menunjukkan sikap empati dengan mempertahankan kontak mata, bersuara dengan nada tenang, memberi sentuhan untuk memberikan mereka kenyamanan. Jika tidak berhasil maka perawat harus menganjurkan orangtua untuk tetap berada dekat anak atau tetap mempertahankan kontak misalnya melalui telepon ataupun surat yang membuat anak selalu mengingat orangtuanya.

Perawat juga perlu memberi penjelasan tentang reaksi anak jika mengalami perpisahan dengan orangtuanya sehingga apabila memang orangtua harus meninggalkan, mereka tidak akan merasa cemas. Sebelum orangtua pergi, perawat menganjurkan mereka untuk mengkomunikasikan kepada anaknya alasan kepergian mereka dan kapan mereka akan datang kembali atau jika memungkinkan tidak bisa mengunjungi anak, kehadiran saudara atau keluarga lain dapat memberi kenyamanan bagi anak. Strategi lain juga dapat dilakukan seperti menganjurkan orangtua untuk meninggalkan suatu tanda bagi anak yang membuat anak tetap merasa dekat dengan orangtuanya seperti benda-benda kesukaannya, boneka, foto, mainan, dan sebagainya. Perawat juga dapat memfasilitasi anak untuk belajar, mendapat kunjungan dari guru atau teman sekolah, telepon atau surat menyurat. Bagi anak yang dihospitalisasi dalam jangka waktu yang panjang, perawat sebisa mungkin membuat ruangannya senyaman mungkin dengan membuat dekorasi dinding gambar kartun atau bunga -bunga yang membuat ruangan itu serasa milik pribadi anak dan selama anak dirawat akan diperhadapkan dengan suara bising seperti peralatan medis, maka perawat harus melindungi anak dengan memberi penjelasan yang dapat membuatnya mengerti akan itu semua sehingga rasa cemas mereka pun akan berkurang.


(35)

2.8.3 Meminimalkan kehilangan pengendalian

Anak yang dihospitalisasi akan mengalami perasaan kehilangan pengendalian yang dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya perpisahan dengan orangtua, adanya pembatasan aktivitas fisik, perubahan rutinitas, pemaksaan ketergantungan bahkan pemikiran magis. Kondisi anak yang mengharuskan dirinya mengalami imobilisasi akibat penyakit tertentu akan mengakibatkan stress bagi anak yang dapat mengganggu perkembangan sensorik maupun motoriknya. Pemeriksaan medis tertentu yang dilakukan perawat bersifat kaku, yang membuat anak harus tetap berbaring di tempat tidur membuat sebuah pengalaman yang penuh tekanan bagi anak. Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan anak mengalami kehilangan pengendalian misalnya anak harus ditempatkan di dalam boks bermain sehingga membatasi ruang anak untuk bermain lebih leluasa.Anak yang dihospitalisasi juga akan mengalami perubahan rutinitas yang berbeda dengan kondisi sebelum dia masuk rumah sakit. Rutinitas yang dilakukan di rumah sakit dapat bersifat kaku atau fleksibel yang dapat membuat anak mengalami stress hospitalisasi ditambah lagi dia mengalami perpisahan dengan orangtuanya. Anak memiliki penstrukturan waktu yang teratur dan jelas sebelum dia masuk rumah sakit misalnya bangun tidur, belajar, mandi, makan, bermain dan tidur sedangkan setelah dia dirawat justru mengalami hal yang berbeda dari kondisi tersebut.

Selain karena adanya pembatasan aktivitas fisik dan perubahan rutinitas, anak dapat mengalami kehilangan pengendalian karena ketergantungan sepenuhnya kepada perawat/orangtua selama mereka dirawat di rumah sakit baik


(36)

dalam mengambil keputusan atas tindakan yang akan diberikan kepadanya atau dalam melakukan perawatan dirinya sendiri. Anak yang mengalami hospitalisasi juga sering mengalami interpretasi yang keliru atau pemahaman yang kurang terhadap semua hal yang dialaminya selama dirawat di rumah sakit akibat kurangnya informasi yang mereka terima dari perawat sehingga hal ini mengakibatkan stress hospitalisasi pada anak dan akhirnya tidak dapat mengendalikan pikirannya.

Perawat sangat berperan penting dalam mengatasi kehilangan pengendalian ini diantaranya mempertahankan kontak antara anak dengan orangtua saat mereka mengalami pembatasan aktivitas bahkan menghadirkan orangtua saat anak mengalami nyeri. Perawat juga perlu memodifikasi cara pemeriksaan fisik anak yang disesuaikan dengan kondisinya misalnya digendong oleh Ibunya atau dipeluk bahkan berada di pangkuan orangtuanya. Mobilisasi anak juga dapat ditingkatkan misalnya memindahkan anak ke gendongan, kursi roda, cart, wagon, atau brankar sehingga anak tidak mengalami kekakuan hanya berbaring di tempat tidur. Untuk perubahan rutinitas, perawat perlu membuat jadwal harian anak yang disusun bersama anak dan orangtua lalu menempatkannya disamping tempat tidur anak disertai jam dinding untuk dapat mengingatkan setiap kegiatan yang berlalu atau yang akan dikerjakannya. Perawat juga memberikan otonomi kepada anak untuk mengambil setiap keputusan misalnya mengenai tindakan yang akan diberikan kepadanya atau bahkan memandirikan anak melakukan perawatan dirinya selama di rumah sakit sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pemberian informasi sangat berperan penting


(37)

dalam mengatasi stres anak saat mereka dirawat di rumah sakit. Untuk itu, perawat perlu memberi penjelasan sebelum melakukan tindakan bahkan memberitahu apa yang akan terjadi pada anak sehingga ketakutan mereka akan berkurang.

2.8.4 Mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri Anak yang mengalami hospitalisasi tidak akan pernah terlepas dari berbagai prosedur yang menyakitkan seperti mendapat suntikan, pemasangan infus atau bahkan mereka takut akan mengalami cedera tubuh misalnya mutilasi, intrusi tubuh, perubahan citra tubuh, disabilitas bahkan mengalami kematian. Banyak hal yang dapat menyebabkan cedera tubuh pada anak misalnya penggunaan mesin sinar-X yang penempatannya salah di ruangan, penggunaan alat asing untuk pemeriksaan, ruang yang tidak dikenal atau bahkan prosedur yang mengharuskan anak untuk diamputasi.Semua ini dapat mengakibatkan stres atau ketakutan pada anak selama mereka dihospitalisasi.Perawat sangat berperan penting dalam mengatasi ketakutan anak akan cedera tubuh yang dialaminya. Secara umum, perawat harus mempersiapkan anak untuk menghadapi prosedur dengan cara memberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan dengan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif anak sehingga mereka akan memahami dan ketakutan mereka akan berkurang. Selain itu, perawat dapat memanipulasi atau memodifikasi teknik prosedural yang akan diberikan pada anak sesuai dengan kondisinya, secepat mungkin melakukan prosedur pada anak bahkan tetap melakukan kolaborasi dengan orangtua melalui cara mempertahankan kontak antara orangtua dengan anak.Anak yang didapati merasa


(38)

marah/stres dengan kondisi penyakit yang dialaminya, perawat perlu mengubah persepsi anak dengan cara memberi penjelasan yang berbeda yang tidak terlalu memandang penyakit itu sebagai sesuatu yang negatif/menyakitkan sekali misalnya menyampaikan pada anak jika suatu prosedur dilakukan pada anak maka tindakan yang sama tidak akan diulangi lagi. Sebagai contoh anak yang mengalami tonsilektomi dapat diubah menjadi penjelasan bahwa tonsil yang diperbaiki tidak perlu diperbaiki lagi di lain waktu. Jadi apabila suatu waktu dia mengalami sakit tenggorokan, anak tidak akan memahami bahwa dia akan dioperasi lagi.


(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini mendeskripsikan peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dalam penelitian ini, peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak akan diketahui dari tindakan menyiapkan anak untuk hospitalisasi, mencegah atau meminimalkan perpisahan, meminimalkan kehilangan pengendalian, dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri (Wong, 2008).

Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian peran perawat dalam mengatasidampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak : 1. Menyiapkan anak untuk

hospitalisasi

2. Mencegah/Meminimalkan perpisahan

3. Meminimalkan kehilangan pengendalian

4. Mencegah/Meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri

Baik Cukup Kurang


(40)

3.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007). Definisi Operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada table 3.2 di bawah ini.

No Variabel Definisi

Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala 1. Peran

Perawat

Tingkah laku atau aktivitas perawat dalam praktik untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan yang terdiri dari : 1.Menyiapkan anak untuk hospitalisasi yaitu peran perawat dengan memperkenalkan lingkungan rumah sakit yang akan ditempati oleh anak

Kuesioner berupa

20 pernyataan yang terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif dengan penilaian Tidak Pernah (TP) : 1

Kadang-Kadang (KK) : 2

Sering (SR) : 3 Selalu (SS) : 4 Kuesioner 1-5

Peran perawat terdiri dari 20 pernyataan Baik (60-80) Cukup (40-59) Kurang(20-39) 1.Menyiapkan anak untuk hospitalisasi yang terdiri dari 5 pernyataan Baik (15-20) Cukup (10-14) Kurang (5-9) Ordinal Ordinal


(41)

Tabel 3.2 Definisi Operasional Peran Perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

2.Mencegah atau meminimalkan perpisahan yaitu peran perawat dengan melibatkan orangtua dalam perawatan selama 24 jam di ruang rawat anak 3.Meminimalkan kehilangan pengendalian yaitu peran perawat dalam mengatasi adanya pembatasan aktivitas pada anak selama perawatan 4.Mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri yaitu peran perawat dalam mempersiapkan anak yang akan menghadapi prosedur Kuesioner 6-10 Kuesioner 11-15 Kuesioner 16-20 2.Mencegah atau meminimalkan perpisahan yang

terdiri dari 5 pernyataan Baik (15-20) Cukup (10-14) Kurang (5-9) 3.Meminimalk an kehilangan pengendalian yang terdiri dari 5 pernyataan Baik (15-20) Cukup (10-14) Kurang (5-9) 4.Mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh yang terdiri dari 5 pernyataan Baik (15-20) Cukup (10-14) Kurang (5-9) Ordinal Ordinal Ordinal


(42)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif, dimana tujuannya adalah untuk mendeskripsikanperan perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Ayah/Ibu yang anaknya di rawat di ruang rawat inap anak RB4 RSUP Haji Adam Malik Medan terhitung dari bulan Oktober sampai November 2014 yaitu sebanyak 390 orang.

4.3Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang teliti (Arikunto, 2010). Penentuan besar sampel dalam penelitian ini yaitu dengan rumus :

n =

� +� 2

n =

39 +39 . 2

n = 79,5

n = 80

Keterangan : n = Besar sampel N = Besar populasi


(43)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode NonProbability Sampling dengan caraPurposive Sampling. Purposive sampling adalah cara memilih sampel dari populasi berdasarkan kriteria khusus yang dibuat oleh peneliti. Adapun kriteria inklusi dari sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Orangtua (Ayah/Ibu) yang anaknya dirawat minimal 24 jam di ruang rawat inap RB4 RSUP Haji Adam Malik Medan

2. Orangtua (Ayah/Ibu) yang anaknya berusia 1-12 tahun 3. Orangtua (Ayah/Ibu) yang mengerti bahasa Indonesia

4. Orangtua (Ayah/Ibu) yang bersedia menjadi responden penelitian 4.4Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan April hingga Mei 2015 di RSUP Haji Adam Malik Medan khususnya ruang RB4. Alasan peneliti memilih RSUP Haji Adam Malik Medan sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki akreditasi Paripurna serta sedang menjalani proses akreditasi JCI (Joint Commission International) yang menjadi indikator dalam pemberian asuhan keperawatan yang bermutu khususnya keperawatan anak dan sampel untuk penelitian ini terpenuhi di lokasi penelitian.RSUP Haji Adam Malik Medan adalah sebuah rumah sakit yang terletak di Jalan Bunga Lau no.17 Medan. Rumah Sakit ini telah berdiri sejak 21 Juli 1993 yang merupakan rumah sakit pendidikan dengan akreditasi A. Adapun visi dari rumah sakit ini adalah menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional yang terbaik dan


(44)

bermutu di Indonesia pada tahun 2019 dan misinya adalah melaksanakan pelayanan pendidikan, penelitian dan pelatihan di bidang kesehatan yang Paripurna, Bermutu dan Tejangkau, melaksanakan pengembangan kompetensi SDM secara berkesinambungan, mengampu RS jejaring dan RS di wilayah Sumatera. Rumah Sakit ini juga memiliki motto yaitu mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan PATEN (pelayanan cepat, akurat, terjangkau, efisien dan nyaman).

4.5Pertimbangan Etik

Penelitian initelahdilakukan dengan mempertimbangkan etik penelitian, yaitu peneliti telah terlebih dahulu mengajukan permohonan izin penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapatkan izin tersebut, peneliti memberi surat izin penelitian kepada Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan untuk pengambilan data dimana instrumen penelitian terlebih dahulu telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat penelitian dan proses penelitian. Kemudian peneliti membuat surat persetujuan calon responden. Calon responden yang bersedia berpartisipasi melakukan penelitian maka harus mengisi lembar persetujuan ( informed consent ) dan bagi calon responden yang tidak bersedia, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak- hak tanpa ada tekanan fisik maupun psikologis.Untuk menjaga kerahasiaan calon responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap (Anonimity) tetapi mencantumkan inisial atau memberi kode pada masing- masing lembar kuesioner pengumpulan data serta kerahasiaan informasi calon responden (Confidentiality) dijamin oleh peneliti.


(45)

4.6Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner peran perawat.

4.6.1 Kuesioner Data Demografi

Data demografi meliputi inisial nama, usia, jenis kelamin, usia anak, agama dan suku. Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latarbelakang dari responden.

4.6.2 Kuisioner Peran Perawat

Kuesioner peran perawat ini disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan tinjauan pustaka yang berpedoman pada buku Wong (2008) yang terdiri dari 20 pernyataan meliputi 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Aspek pengukuran peran perawat meliputi menyiapkan anak untuk hospitalisasi yang terdiri dari 5 pernyataan, mencegah atau meminimalkan perpisahan yang terdiri dari 5 pernyataan, meminimalkan kehilangan pengendalian yang terdiri dari 5 pernyataan, dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri yang terdiri dari 5 pernyataan.

Kuesioner berupa pernyataan dengan pilihan jawaban tidak pernah diberi skor 1, kadang-kadang diberi skor 2, sering diberi skor 3 dan selalu diberi skor 4.Jadi setiap satu pernyataan, skor terendah adalah 1 dan tertinggi adalah 4. Skor masing-masing pernyataan akan dijumlahkan untuk mendapatkan total skor peran perawat. Nilai terendah yang mungkin akan dicapai dari peran perawat adalah 20 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 80. Semakin rendah nilai total skor kuesioner maka semakin kurang baik peran perawat dalam mengatasi


(46)

dampak hospitalisasi pada anak demikian sebaliknya semakin tinggi nilai total skor kuesioner maka semakin baik peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak.

Berdasarkan rumus statistik : p = � � ��� ����� �

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang ( selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) yaitu 60 dan 3 kategori kelas untuk peran perawat yaitu baik, cukup dan kurang. Maka didapatkan panjang kelas sebesar 20, menggunakan p =20 dan nilai terendah = 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Data peran perawat dikategorikan yaitu :

20-39 peran kurang 40-59 peran cukup 60-80 peran baik

Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi terdiri dari menyiapkan anak untuk hospitalisasi, mencegah atau meminimalkan perpisahan, meminimalkan kehilangan pengendalian dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri masing-masing didapatkan p (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) yaitu 15 dan dibagi menjadi 3 kategori kelas yaitu baik, cukup dan kurang sehingga didapatkan nilai :

5-9 peran kurang 10-14 peran cukup 15-20 peran baik


(47)

4.7 Validitas dan Reliabilitas

Instrumen dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebelum digunakan. Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sebuah instrumen dianggap valid jika instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2007). Uji validitas yang peneliti lakukan adalah uji validitas isi pada seorang ahli yang memiliki keahlian dalam keperawatan anak yaitu ibu Rahmita Sari S.Kep Ns M.Kep.Uji Validitas ini telah dilakukan pada bulan Februari 2015 dan dari hasil uji validitas isi didapatkan ada 4 item pernyataan yang harus diperbaiki agar lebih relevan sesuai dengan saran validator.

Reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Arikunto, 2010).Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Cronbach’s alpha karena skor pada instrumen ini merupakan skor bertingkat yaitu antara 1 sampai 4.Arikunto (2010) menyatakan bahwa instrumen yang berbentuk multiple choice maupun skala bertingkat maka reliabilitasnya dihitung dengan menggunakan rumus Alpha.Uji reliabilitas telah dilakukan pada 21 responden (Ayah/Ibu) yang anaknya dirawat di ruang rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan.Uji reliabilitas dilakukan pada bulan Maret 2015 dan hasil uji reliabilitas yang diperoleh adalah 0,813. Berdasarkan Polit & Hungler (1999) yang menyatakan bahwa suatu instrumen akan reliabel jika memiliki nilai


(48)

reliabilitas lebih dari 0,70. Dengan demikian kuesioner peran perawat sudah reliabel sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.

4.8 Proses Pengumpulan data

Prosedur yang telah dilakukan oleh peneliti dalam pengumpulan data, yaitu mengajukan surat permohonan izin kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian mengajukan surat permohonan izin kepada Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan. Sesudah izin penelitian diberikan, peneliti mendata jumlah orangtua untuk dijadikan responden yaitu sebanyak 80 orang.Pengisian kuesioner pada penelitian ini dilakukan peneliti dengan cara mendatangi setiap responden yaitu orangtua (Ayah/Ibu) yang anaknya dirawat di rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti mendatangi responden hanya sekali dan dalam sehari peneliti dapat menjumpai 6 -8 responden.Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam sebulan waktu penelitian, peneliti mencari responden sebanyak 12 kali.Setelah itu peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat dan proses penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah proses pengumpulan data. Sesudah orangtua bersedia menjadi responden penelitian maka peneliti memberikan lembar informed consent sebagai bentuk persetujuan dan meminta responden untuk memberikan tanda tangannya pada lembar persetujuan tersebut.

Setelah itu peneliti membacakan pernyataan yang terdapat di lembar kuesioner dan memberi tanda checklist pada jawaban responden dan dilakukan kurang lebih selama 20 menit.Kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data dan


(49)

setelah semua responden telah tercapai maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.Peneliti memiliki beberapa kendala saat melakukan pengumpulan data yaitu beberapa responden tidak mempercayai peneliti.Mereka menolak peneliti untuk membacakan pernyataan sesuai dengan pedoman yang ada pada kuesioner sehingga peneliti harus berkali-kali menjelaskan tujuan dari penelitian ini. Mereka beranggapan bahwa informasi yang mereka berikan akan memberikan sanksi dan dampak negatif bagi mereka sedangkan peneliti terlebih dahulu sudah menjelaskan apa maksud dari penelitian dan tidak akan ada sanksi yang diperoleh sehingga hal ini dapat menyebabkan kurangnya efisiensi waktu dalam proses penelitian. Selain itu peneliti kesulitan dalam mencari responden yang sesuai dengan kriteria sampel dikarenakan peneliti kurang didukung oleh data dari rekam medik di ruangan.

4.9Analisa Data

Semua data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan data dengan memeriksa semua kuesioner. Data yang ada dilakukan editing, coding, processing, cleaning dan saving.Hasil kuesioner yang telah selesai dikumpulkan, kemudian dilakukan editing terlebih dahulu.Editing dilakukan untuk memeriksa dan memperbaiki isian kuesioner.Pada tahap ini, peneliti memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan apakah telah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.Data yang telah diedit, dilakukan coding pada variable.Data yang berbentuk kalimat diubah menjadi angka. Pada penelitian ini coding yang dilakukan yaitu pada peran perawat, jenis kelamin, usia orangtua, usia anak, agama dan suku. Data yang telah siap kemudian diolah dengan sistem komputerisasi.Dalam memasukkan data,


(50)

ketelitian perlu diperhatikan untuk mencegah kesalahan dalam memasukkan data dan memaknai data (data entry dan processing).Setelah data dimasukkan ke dalam komputer, dilakukan pemeriksaan terhadap semua data guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data).Tahap terakhir dilakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving).Analisa yang digunakan adalah analisa data univariat meliputi data demografi yaitu usia, jenis kelamin, usia anak, agama, sukuserta data peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(51)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2015. Penyajian data meliputi deskripsi karakteristik responden dan peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan jumlah sampel keseluruhan adalah 80 orang.

5.1.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik

Data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, usia anak, agama dan suku. Hasil penelitian diperoleh data bahwa responden terbanyak berada pada kategori usia dewasa awal sebanyak 39 orang (48,8%), mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 64 orang (80%), memiliki anak usia sekolah sebanyak 44 orang (55%), beragama Islam sebanyak 54 orang (67,4%), dan bersuku Batak sebanyak 38 orang (47,5%). Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di RB4 RSUP Haji Adam Malik Medan dapat diuraikan pada tabel 5.1 di bawah ini.


(52)

Tabel 5.1

Distribusi responden berdasarkan karakteristik (n=80) di RSUP Haji Adam Malik Medan

Karakteristik Responden

f %

Usia

Remaja akhir 6 7,5

Dewasa awal 39 48,8

Dewasa akhir 31 38,7

Lansia awal 4 5

Jenis kelamin

Perempuan 64 80

Laki-laki 16 20

Usia anak

Todler 22 27,5

Pra sekolah 14 17,5

Sekolah 44 55

Agama

Islam 54 67,4

Protestan 24 30

Katolik 1 1,3

Hindu 1 1,3

Budha 0 0

Suku

Batak 38 47,5

Jawa 29 36,3

Padang 0 0

Melayu 2 2,5

Dan lain-lain 11 13,7

5.1.2 Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan


(53)

dalam kategori cukup yaitu 59 (73,7%), sedangkan dalam kategori baik sebanyak 20 (25%) dan kategori kurang sebanyak 1 (1,3%). Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan dapat diuraikan pada tabel 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi dan persentasi peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=80)

Peran Perawat f %

Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan

Baik 20 25

Cukup 59 73,7

Kurang 1 1,3

Peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan dibagi menjadi 4 bagian yaitu peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi, peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan, peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian dan peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri. Distribusi frekuensi dan persentase komponen peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan dapat diuraikan di bawah ini.


(54)

5.1.2.1 Peran Perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi sebagian besar dalam kategori cukup 57 (71,3%). Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi dapat diuraikan pada tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=80)

Peran Perawat f %

Peran Perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi

Baik 16 20

Cukup 57 71,3

Kurang 7 8,7

Peran Perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi didapatkan bahwa kebanyakan perawat selalu mengucapkan salam dan memberi senyum pada anak saat bertemu sebanyak 34 (42,5%), perawat kadang-kadang tidak memperkenalkan diri pada anak 28 (35%), mayoritas perawat selalu tidak memperkenalkan anak dan orangtua terhadap fasilitas ruang rawat inap 57 (71,3%), mayoritas perawat selalu sudah memastikan terlebih dahulu ruangan tampak bersih dan rapi sebelum anak masuk ke dalam ruangan 63 (78,7%) dan mayoritas perawat selalu tidak memperkenalkan anak dengan teman satu ruangannya 58 (72,5%).


(55)

No Pernyataan TP KK SR SS 1. Perawat mengucapkan salam

dan memberi senyum pada anak saat bertemu 2 (2,5%) 19 (23,7%) 25 (31,3%) 34 (42,5%) 2. Perawat tidak memperkenalkan

diri pada anak

22 (27,5%) 28 (35%) 16 (20%) 14 (17,5%) 3. Perawat tidak memperkenalkan

anak dan orangtua terhadap fasilitas ruang rawat inap

7 (8,7%) 10 (12,5%) 6 (7,5%) 57 (71,3%) 4. Sebelum anak masuk ke dalam

ruangan perawat sudah memastikan terlebih dahulu ruangan tampak bersih dan rapi

0 (0%) 7 (8,8%) 10 (12,5%) 63 (78,7%)

5. Perawat tidak memperkenalkan anak dengan teman satu

ruangannya 3 (3,7%) 9 (11,3%) 10 (12,5%) 58 (72,5%)

5.1.2.2 Peran Perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan sebagian besar dalam kategori cukup 60 (75%).Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan dapat diuraikan pada tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=80)

Peran Perawat f %

Peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan

Baik 20 25

Cukup 60 75


(56)

Peran Perawat dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan didapatkan bahwa mayoritas perawat tidak pernah tidak memperbolehkan orangtua untuk tetap bersama anak selama 24 jam di ruang rawat sebanyak 80 (100%), perawat selalu member sentuhan dan bersuara halus untuk menyenangkan hati anak jika sedang menangis 30 (37,5%), mayoritas perawat tidak pernah melarang orangtua untuk memberitahu pada anak kenapa orangtua harus pergi dan kapan akan kembali 78 (97,4%), perawat tidak pernah meluangkan waktunya bermain bersama anak jika orangtua mereka pergi 41 (51,3%) dan mayoritas perawat selalu tidak menganjurkan orangtua untuk meninggalkan beberapa benda kesukaan anak jika mereka harus pergi 75 (93,8%).

No. Pernyataan TP KK SR SS

6. Perawat tidak memperbolehkan anda untuk tetap bersama anak selama 24 jam di ruang rawat

80 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 7. Perawat memberi sentuhan dan

bersuara halus untuk

menyenangkan hati anak jika sedang menangis 15 (18,7%) 25 (31,3%) 10 (12,5%) 30 (37,5%)

8. Perawat melarang anda untuk memberitahu pada anak kenapa anda pergi dan kapan akan kembali lagi

78 (97,4%)

1 (1,3%) 1 (1,3%) 0 (0%)

9. Perawat meluangkan waktunya bermain bersama anak anda untuk mengalihkan perhatiannya jika anda pergi

41 (51,3%)

24 (30%) 10 (12,4%)

5 (6,3%)

10. Perawat tidak menganjurkan anda untuk meninggalkan beberapa benda kesukaan anak

0 (0%) 2 (2,5%) 3 (3,7%) 75 (93,8%)


(57)

jika anda harus pergi

5.1.2.3 Peran Perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian sebagian besar dalam kategori cukup 48 (60%).Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian dapat diuraikan pada tabel 5.5 di bawah ini.

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian di RSUP Haji Adam Malik Medan (n=80)

Peran Perawat f %

Peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian

Baik 26 32,5

Cukup 48 60

Kurang 6 7,5

Peran Perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian didapatkan bahwa kebanyakan perawat tidak pernah membiarkan anak berada di pangkuan orangtua atau sambil dipeluk ketika melakukan pemeriksaan fisik 31 (38,7%), mayoritas perawat tidak pernah bersama-sama dengan orangtua merencanakan jadwal kegiatan harian anak selama dirawat di rumah sakit 71 (88,7%), mayoritas perawat tidak pernah tidak memperbolehkan anak bermain bersama dengan teman satu ruangannya 76 (95%), perawat tidak pernah tidak memberitahu pada anak tentang yang akan terjadi pada mereka selama dirawat 45 (56,2%) dan perawat selalu memperbolehkan orangtua untuk membawa anak berjalan-jalan keluar ruangan dengan tetap mempertahankan infus berada di tiang infus 44 (55%).


(58)

No. Pernyataan TP KK SR SS 11. Perawat membiarkan anak

berada di pangkuan orangtua atau sambil dipeluk ketika melakukan pemeriksaan fisik

31 (38,7%) 14 (17,5%) 9 (11,3%) 26 (32,5%)

12. Perawat bersama - sama dengan anda merencanakan jadwal kegiatan harian anak selama dirawat di rumah sakit

71 (88,7%) 4 (5%) 2 (2,5%) 3 (3,8%)

13. Perawat tidak memperbolehkan anak bermain bersama dengan teman satu ruangannya

76 (95%) 1 (1,3%) 0 (0%) 3 (3,7%) 14. Perawat tidak memberi tahu

pada anak tentang yang akan tejadi pada mereka selama dirawat 45 (56,2%) 16 (20%) 16 (20%) 3 (3,8%)

15. Perawat memperbolehkan anda untuk membawa anak berjalan-jalan keluar ruangan dengan tetap mempertahankan infus yang terpasang di tiang infus

15 (18,7%) 19 (23,8%) 2 (2,5%) 44 (55%)

5.1.2.4 Peran Perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri sebagian besar dalam kategori cukup 41 (51,3%). Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri dapat diuraikan pada tabel 5.6 di bawah ini.


(59)

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri di RSUP Haji Adam Malik

Medan (n=80)

Peran Perawat f %

Peran perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri

Baik 33 41,2

Cukup 41 51,3

Kurang 6 7,5

Peran Perawat dalam mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri didapatkan bahwa mayoritas perawat tidak pernah memperkenalkan peralatan medis pada anak dengan mempraktikkan tindakan pengobatan pada sebuah boneka 79 (98,7%), perawat selalu memberikan penjelasan singkat, sederhana yang dipahami oleh anak sebelum melakukan prosedur 46 (57,4%), perawat tidak pernah mengajak anak untuk bermain sebelum melakukan tindakan 34 (42,4%), mayoritas perawat tidak pernah tidak memperbolehkan anak mendengarkan musik selama diberi tindakan medis 78 (97,4%) dan mayoritas perawat tidak pernah tidak memberitahu anak jika tindakan medis sudah selesai dilakukan 49 (61,3%).

No. Pernyataan TP KK SR SS

16. Perawat memperkenalkan peralatan medis pada anak dengan mempraktikkan tindakan pengobatan pada sebuah boneka

79 (98,7%) 0 (0%) 1 (1,3%) 0 (0%)

17. Perawat memberi penjelasan singkat, sederhana yang

5 (6,3%) 24 (30%) 5 (6,3%) 46 (57,4%)


(60)

dipahami oleh anak sebelum melakukan prosedur

18. Perawat mengajak anak untuk bermain sebelum melakukan tindakan 34 (42,4%) 17 (21,3%) 13 (16,3%) 16 (20%) 19. Perawat tidak memperbolehkan

anak mendengarkan musik selama diberi tindakan medis

78 (97,4%)

1 (1,3%) 1 (1,3%) 0 (0%) 20. Perawat tidak memberitahu anak

jika tindakan medis sudah selesai dilakukan 49 (61,3%) 11 (13,7%) 13 (16,3%) 7 (8,7%) 5.2 Pembahasan

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anaksaat anak sakit dan dirawat di rumah sakit.Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2008). Ketakutan dan kecemasan anak sangat dipengaruhi oleh peran perawat.Perawat adalah salah satu dari tim kesehatan yang memiliki peranan yang sangat penting untuk mengatasi masalah anak saat dihospitalisasi. Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan selalu menemani pasien anak selama 24 jam, hal mengatasi dampak hospitalisasi anak sudah menjadi tanggung jawab seorang perawat (Hidayat, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar masih dalam kategori cukup (73,7%) dimana peran perawat ini dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut :


(61)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi sebagian besar masih dalam kategori cukup (71,3%). Hal ini terkait dengan hasil penelitian bahwa perawat kadang-kadang tidak memperkenalkan diri pada anak (35%) yang terlampir pada kuesioner no.2, mayoritas perawat selalu tidak memperkenalkan anak dan orangtua terhadap fasilitas ruang rawat inap (71,3%) yang terlampir pada kuesioner no.3 dan mayoritas perawat selalu tidak memperkenalkan anak dengan teman satu ruangannya (72,5%) yang terlampir pada kuesioner no.5. Meskipun demikian kebanyakan perawat selalu mengucapkan salam dan memberi senyum pada anak saat bertemu (42,5%) yang terlampir pada kuesioner no.1 dan mayoritas perawat selalu sudah memastikan terlebih dahulu ruangan tampak bersih dan rapi sebelum anak masuk ke dalam ruangan (78,7%) yang terlampir pada kuesioner no.4. Hospitalisasi menjadi sebuah keadaan krisis bagi anak karena mengharuskannya beradaptasi dengan lingkungan yang asing dan baru yaitu rumah sakit dan akhirnya hal ini menjadi sebuah stressor bagi anak (Wong, 2008).Hampir semua anak menunjukkan perilaku maladaptif ketika diperhadapkan dengan situasi dirawat di rumah sakit. Perilaku maladaptif ini muncul karena tidak dilakukannya orientasi ruangan terhadap anak saat akan dirawat di rumah sakit. Kondisi ini pada akhirnya menghambat pemberian pelayanan baik perawatan maupun pengobatan (Nursalam, 2005).Anak yang dipersiapkan dengan baik sebelum masuk rumah sakit akan mampu menerima keadaan rumah sakit. Masalah psikis yang penting pada pasien anak yang dirawat di rumah sakit yaitu rasa cemas dan takut terhadap lingkungan baru. Untuk itu perlu memberitahu kepada anak mengenai rumah sakit


(62)

dengan cara orientasi ruangan dan peraturan rumah sakit. Orientasi ini meliputi pengenalan dengan ruangan, alat-alat, peraturan-peraturan, petugas, dan perawat yang ada, guna mencegah stress hospitalisasi (Nursalam, 2008).Orientasi ruangan merupakan hal yang penting yang harus dilaksanakan oleh perawat kepadapasien dan pendamping untuk menghindari sesuatu yang mencemaskan dan menakutkan bagi pasien tersebut misalnya mengorientasikan pasien dan pendamping tentang rumah sakit, fasilitas, dan peraturan yang berlaku (Nursalam, 2008).

Hal ini terkait dengan mayoritas responden dalam penelitian ini adalah dewasa awal sebanyak 39 orang (48,8%). Pada dasarnya dewasa awal lebih mudah mengalami cemas dibanding usia tua (Kaplan & Sadock, 1997). Penelitian Arifin (2005) menyatakan bahwa faktor usia memberi kontribusi terhadap terjadinya kecemasan bagi orangtua ketika anaknya mengalami hospitalisasi sehingga akan mempengaruhi persepsi individu terhadap pelayanan kesehatan yang digunakan. Hal ini akan berkontribusi terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya berupa kepuasan sehingga pada tahapan usia ini, setiap orangtua mengharapkan perawat memberi pelayanan yang maksimal kepada anak mereka. Salah satu bentuk dukungan yang diharapkan oleh orangtua yang dapat diberikan oleh perawat untuk menyiapkan anak untuk hospitalisasi adalah pemberian informasi melalui komunikasi terapeutik.Komunikasi terapeutikmerupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien.Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien karena adanya saling membutuhkan dan mengutamakan saling pengertian yang direncanakan secara sadar dengan menggunakan ungkapan-ungkapan atau isyarat tertentu dan


(1)

94


(2)

(3)

96


(4)

(5)

98


(6)

99