Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kankar Payudara di RSUP H.Adam Malik Medan

(1)

Hubungan Perilaku

Caring

Perawat dengan Tingkat

Kecemasan Pasien Kanker Payudara di RSUP H. Adam

Malik Medan

Oleh:

Nama : Meszadena Tumanggor

Nim

: 091101045

SKRIPSI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

Judul : Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat

Kecemasan Pasien Kankar Payudara di RSUP H.Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Meszadena Tumanggor NIM : 091101045

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2013

Abstrak

Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang paling sering terjadi pada wanita di dunia. Ketika didiagnosis kanker payudara hampir wanita mengalami kecemasan, depresi, ataupun keduanya. Kecemasan pada pasien kanker payudara berlangsung sepanjang penyakit tersebut diderita karena payudara adalah salah satu ciri seks sekunder yang mempunyai arti penting bagi wanita, bukan hanya sebagai identitas namun juga mempunyai nilai tersendiri dari segi biologik, psikologik, psikososial dan psikoseksual. Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus mampu menampilkan caring. Bagi pasien perilaku caring yang ditunjukkan perawat dapat meningkatkan harga diri, kemampuan merawat diri, menurunkan kecemasan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskrptif korelasional. Pengambilan sampel menggunakan metode Non Probability sampling jenis purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 40 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner demografi, kuisioner perilaku caring perawat, dan kuisioner kecemasan pasien kanker payudara. Uji hipotesis dengan menggunakan korelasi spearman. Berdasarkan analisis data diperoleh koefesien spearman rho’ atau r sebesar 0.027 dan nilai signifikansi p 0.86 . Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan. Hal ini mungkin disebabkan karena ada perbedaan persepsi antara pasien kanker payudara dengan perawat tentang prioritas dalam pelaksanaan caring dalam mengatasi kecemasan pasien kanker payudara.


(3)

Title : The Correlation between Nurses’ Caring Behavior with The Level of Anxiety of Breast Cancer Patients at RSUP H.Adam Malik Medan

Name : Meszadena Tumanggor

Std. ID Number : 091101045 Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

Breast cancer is a cancer disease which frequently attacks women throughout the world. Nearly all women feel anxiety and/or depressed when their breast cancer is diagnosed. The apprehensiveness of breast cancer patients continues when the disease attacks a woman because breast is one of the secondary sexual characteristics which are very important for her, not only as an identity but also a specific characteristic, viewed from biological, psychological, psychosocial, and psychosexual point of view. In providing nursing care, nurses must be able to present caring behavior. Caring behavior given by nurses to patients can increase self-esteem, capability of self-nursing, and reducing anxiety. The objective of the study was to know the correlation between nurses’ caring behavior and the level of anxiety of breast cancer patients at RSUP H. Adam Malik, Medan. The study used descriptive correlation design. The samples comprised 40 respondents, using non-probability sampling with purposive sampling technique. The instruments used for collecting the data were demographic questionnaires, nurses’ caring behavior questionnaires, and questionnaires about the anxiety of breast cancer patients. The hypothesis was tested by using Spearman correlation. Based on the analysis of the data, it was found that coefficient spearman rho’ or r was 0.027 and significance value p = 0.86 which indicated that there was no correlation between nurses’ caring behavior and the level of anxiety of breast cancer patients at RSUP H. Adam Malik, Medan. This was probably caused by the difference in perception between breast cancer patients and nurses about the priority in implementing caring behavior to cope with the apprehensiveness of breast cancer patients.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan berkat-Nya yang selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Payudara di RSUP H.Adam Malik Medan”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati S.Kp., MNS selaku dosen pembimbing akademik.

2. Bapak Achmad Fathi S.Kep,Ns,MNS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak setiawan,S.Kp,MNS,PhD. selaku penguji I dan Ibu Nunung F. Sitepu S.Kep,Ns,MNS selaku penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan juga kepada seluruh staf pengajar beserta staf administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.


(5)

5. Direktur RSUP H.Adam Malik Medan yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

6. Seluruh responden yang sudah terlibat dalam penelitian ini

7. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Janner Tumanngor dan ibunda Rustialam Siregar S.Pd yang mendoakan, memberikan dukungan moril maupun materil dan segala yang terbaik untuk penulis

8. Adik saya (Billy Tumanggor dan Cindy Tumanggor) yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan doa buat saya.

9. Seluruh teman-teman F.Kep 2009 yang selalu memberikan semangat dan motivasi dan teristimewa untuk kalian semua Imelda, Trisna, Sannesy, Heppy dan Asrilchan

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan ilmu dan praktik keperawatan. Terimakasih.

Medan, Juli 2013


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ……….iii

KATA PENGANTAR ... .iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA ... .ix

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Teori Caring ... 7

2.1.2 Perilaku Caring ... 10

2.2 Kanker Payudara 2.2.2 Defenisi Kanker Payudara ... 14

2.2.2 Penyebab Kanker Payudara ... 14

2.2.3 Gambaran Klinis ... 15

2.2.4 Tipe Kanker Payudara... 16

2.2.5 Pentahapan Kanker Payudara ... 17

2.2.6 Pengobatan Kanker Payudara ... 18

2.3 Konsep Kecemasan 2.3.1 Defenisi Kecemasan ... 20

2.3.2 Etiologi Kecemasan ……….. 21

2.3.3 Tingkat Kecemasan ……….. 22


(7)

Bab 3 KERANGKA PENELITIAN

3.1Kerangka Konsep………... 27

3.2Defenisi Opersional... 29

3.3Hipotesa ……… 30

Bab 4 METODE PENELITIAN 4.2Desain penelitian ... 31

4.3Populasi dan sampel penelitian ... 31

4.3 Lokasi dan waktu penelitian... 32

4.4 Pertimbangan etik... 32

4.5 Instrumen penelitian ... 33

4.6 Validitas dan reliabilitas ... 37

4.7Pengumpulan data ... 38

4.8Analisa data ... 39

Bab 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian 5.1.1 Karakteristik responden……… 41

5.1.2 Perilaku caring perawat……….... 43

5.1.3 Tingkat kecemasan pasien kanker payudara ……… 45

5.1.4 Hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan.46 5.2 Pembahasan 5.2.1 Perilaku Caring perawat pada pasien kanker payudara di ruangan rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan …... 47

5.2.2 Kecemasan pasien kanker payudara yang di rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan …………..……….… 53

5.2.3 Hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan ... 57


(8)

Bab 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ………... 62 6.2 Saran ………. 63

Daftar Pustaka ... 64 Daftar Lampiran

Lampiran 1 Informed Consent Lampiran 2 Instrument penelitian Lampiran 3 Reliabilitas instrumen Lampiran 4 Hasil analisa data Lampiran 5 Surat uji validitas

Lampiran 6 Distribusi frekuensi pertanyaan Lampiran 7 Taksasi dana

Lampiran 8 Surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Lampiran 9 Jadwal penelitian

Lampiran 10 Lembar konsultasi Lampiran 11 Cirrculum Vitae


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ……… 29 Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden di

ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan (n = 40) …... 42 Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase perilaku Caring perawat pada

pasien kanker payudara di ruangan rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan (n = 40) ………... 43 Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase perilaku Caring perawat pada

pasien kanker payudara di ruangan rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan (n = 40) ……….. 44 Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kecemasan responden di ruangan rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan (n = 40). 46 Tabel 5.1.4 Hasil analisa hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat

kecemasan pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan. (n=40) ………... 46


(10)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 3.1 Kerangka penelitian hubungan perilaku caring perawat dengan

tingkat kecemasan pasien kanker payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan ………... 29


(11)

Judul : Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat

Kecemasan Pasien Kankar Payudara di RSUP H.Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Meszadena Tumanggor NIM : 091101045

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2013

Abstrak

Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang paling sering terjadi pada wanita di dunia. Ketika didiagnosis kanker payudara hampir wanita mengalami kecemasan, depresi, ataupun keduanya. Kecemasan pada pasien kanker payudara berlangsung sepanjang penyakit tersebut diderita karena payudara adalah salah satu ciri seks sekunder yang mempunyai arti penting bagi wanita, bukan hanya sebagai identitas namun juga mempunyai nilai tersendiri dari segi biologik, psikologik, psikososial dan psikoseksual. Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus mampu menampilkan caring. Bagi pasien perilaku caring yang ditunjukkan perawat dapat meningkatkan harga diri, kemampuan merawat diri, menurunkan kecemasan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskrptif korelasional. Pengambilan sampel menggunakan metode Non Probability sampling jenis purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 40 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner demografi, kuisioner perilaku caring perawat, dan kuisioner kecemasan pasien kanker payudara. Uji hipotesis dengan menggunakan korelasi spearman. Berdasarkan analisis data diperoleh koefesien spearman rho’ atau r sebesar 0.027 dan nilai signifikansi p 0.86 . Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan. Hal ini mungkin disebabkan karena ada perbedaan persepsi antara pasien kanker payudara dengan perawat tentang prioritas dalam pelaksanaan caring dalam mengatasi kecemasan pasien kanker payudara.


(12)

Title : The Correlation between Nurses’ Caring Behavior with The Level of Anxiety of Breast Cancer Patients at RSUP H.Adam Malik Medan

Name : Meszadena Tumanggor

Std. ID Number : 091101045 Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

Breast cancer is a cancer disease which frequently attacks women throughout the world. Nearly all women feel anxiety and/or depressed when their breast cancer is diagnosed. The apprehensiveness of breast cancer patients continues when the disease attacks a woman because breast is one of the secondary sexual characteristics which are very important for her, not only as an identity but also a specific characteristic, viewed from biological, psychological, psychosocial, and psychosexual point of view. In providing nursing care, nurses must be able to present caring behavior. Caring behavior given by nurses to patients can increase self-esteem, capability of self-nursing, and reducing anxiety. The objective of the study was to know the correlation between nurses’ caring behavior and the level of anxiety of breast cancer patients at RSUP H. Adam Malik, Medan. The study used descriptive correlation design. The samples comprised 40 respondents, using non-probability sampling with purposive sampling technique. The instruments used for collecting the data were demographic questionnaires, nurses’ caring behavior questionnaires, and questionnaires about the anxiety of breast cancer patients. The hypothesis was tested by using Spearman correlation. Based on the analysis of the data, it was found that coefficient spearman rho’ or r was 0.027 and significance value p = 0.86 which indicated that there was no correlation between nurses’ caring behavior and the level of anxiety of breast cancer patients at RSUP H. Adam Malik, Medan. This was probably caused by the difference in perception between breast cancer patients and nurses about the priority in implementing caring behavior to cope with the apprehensiveness of breast cancer patients.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang paling sering terjadi pada wanita di dunia (16 %), dan terjadi 2 kali lebih banyak dibandingkan dengan kanker kolorektal dan kanker serviks (Kumar, 2011). Amerika merupakan negara yang memiliki insidensi tertinggi penyakit kanker payudara di seluruh dunia, di mana 1 dari 8 wanita memiliki resiko mendapatkan kanker payudara, dan 1 dari 35 penderita kanker payudara memiliki resiko kematian (Kumar). Di Indonesia, kanker payudara merupakan kasus kanker yang paling banyak dijumpai (30%), kemudian diikuti dengan kanker serviks (24%)(Depertemen Kesehatan RI, 2010). Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, penyakit kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia (16,85%) (Depertemen Kesehatan RI). Di Medan, khususnya di RSUP H. Adam Malik, pada tahun 2010 diketahui terdapat 312 orang wanita yang menderita kanker payudara dengan kelompok umur terbanyak berkisar 45-64 tahun (56.4%). Pasien kanker payudara yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik paling banyak (67.3%) datang dengan kanker payudara stadium IV (Azrie, 2012).

Payudara adalah salah satu ciri seks sekunder yang mempunyai arti penting bagi wanita, bukan hanya sebagai identitas namun juga mempunyai nilai tersendiri dari segi biologik, psikologik, psikososial dan psikoseksual (Hawari, 2004). Ketika didiagnosis kanker payudara hampir 50% wanita mengalami kecemasan, depresi, ataupun keduanya. Sekitar 33% pada saat


(14)

awal didiagnosis dokter dan 15 % berikutnya pada tahun pertama menderita kanker payudara (Burgess et al, 2004). Kecemasan pada pasien kanker payudara berlangsung sepanjang penyakit tersebut diderita. Ekspresi kecemasan yang ditunjukkan oleh pasien kanker payudara berhubungan dengan perawatan yang tidak tuntas, kesulitan untuk mengerti informasi, usia yang lebih muda, tidak ada riwayat penanganan psikologis dan kurangnya dukungan sosial (Pedersen et al, 2010 ; Burgess et al, 2004).

Hasil penelitian oleh Lim (2011) mengemukakan bahwa kecemasan juga dialamai wanita yang mendapatkan pengobatan. Diketahui bahwa tindakan pengobatan dengan kemoterapi mengalami kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mendapatkan pengobatan lain seperti radioterapi dan masektomi . Selain itu, perubahan citra tubuh akibat perubahan fisik yang menyertai pengobatan menjadi respon psikologis yang amat menekan bagi penderita kanker payudara. Kondisi yang demikian membuat para wanita mengalami kecemasan terhadap proses pengobatan (Nuracmah, 1999 dalam Hartati, 2008). Kecemasan akibat perubahan citra tubuh dapat terlihat dari persepsi penderita yang merasa bukan wanita yang sempurna dan juga penderita merasa kekurangan secara fungsi sebagai wanita (Herawati, 2004).

Jika gangguan kecemasan tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan perilaku kepatuhan pengobatan yang buruk, bertambahnya waktu rawat inap dirumah sakit dan menurunnya kualitas hidup pasien. Kecemasan yang berkepanjangan pada penderita kanker payudara juga menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan pasien (Pederson et al,


(15)

2010). Perawat perlu memahami kecemasan yang dialami oleh pasien kanker payudara selama menghadapi penyakitnya. Pemberian asuhan keperawatan secara holistik pada penderita kanker perlu dilakukan oleh perawat. Tidak hanya melihat dari segi biopatologik, namun juga melihat dari segi psikologik tentang nilai payudara bagi wanita yang dapat menimbulkan rasa cemas (Hawari, 2004).

Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus mampu menampilkan caring. Benner (1989 dalam Potter & Perry, 2009) menggambarkan inti dari praktik keperawatan yang baik adalah caring. Caring merupakan proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik meliputi membantu, menolong dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus (Griffin 1983 dalam Morrison & Burnard, 2008).

Bagi pasien, pelaksanaan caring oleh perawat dapat meningkatkan pengetahuan, kontrol diri, perawatan diri sendiri dan mempercepat kesembuhan (Watson 1999 dalam Alligood & Tomey, 2006). Penelitian oleh Larson et al (1998) tentang pentingnya perilaku caring bagi pasien kanker dan perawat dan hubungannya terhadap kecemasan pasien mengemukakan bahwa, bagi pasien kanker perilaku caring perawat yang paling penting ialah mengantisipasi dan memberi perhatian penuh pada hal-hal pertama kali yang diterima pasien seperti pertama kali melakukan kunjungan, pertama kali dirawat inap dan pertama kali mendapatkan pengobatan dan juga memberikan penjelasan hingga pasien paham tentang penyakit dan pengobatannya.


(16)

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A dan merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah sumatera bagian utara. Untuk kasus kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan, diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien yang dirawat inap mulai dari bulan Januari sampai dengan akhir Oktober 2012 adalah sebanyak 589 orang (rekam medik, 2012). Penelitian oleh Hartati (2008) tentang konsep diri dan kecemasan pada penderita kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan menyatakan bahwa sebagian besar penderita kanker payudara mengalami kecemasan sedang (42,4 %) dan selebihnya mengalami kecemasan berat (30,3 % ) dan ringan (27,3 %). Untuk perilaku caring perawat, berdasarkan penelitian oleh Qomariah (2012) tentang hubungan kecerdasan spiritual dengan perilaku

caring perawat di RSUP H. Adam Malik Medan diketahui bahwa perilaku

caring sebagian besar perawat (53,5%) adalah baik. Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Payudara yang di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian berdasarkan latar belakang di atas adalah :

1. Bagaimana tingkat kecemasan pasien kanker payudara yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan

2. Bagaimana perilaku caring perawat pada pasien kanker payudara yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan


(17)

3. Apakah ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku caring

perawat dengan tingkat kecemasan pasien payudara di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui perilaku caring perawat terhadap pasien kanker payudara yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan

b. Untuk mengetahui kecemasan pasien kanker payudara yang dirawat di inap di RSUP H. Adam Malik Medan

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, yakni :

1. Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan evaluasi bagi rumah sakit tentang pelaksanaan caring yang dilakukan oleh perawat khususnya pada pasien kanker payudara yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada mahasiswa tentang pelaksanaan perilaku caring perawat di rumah sakit


(18)

dan sebagai tambahan informasi tentang pentingnya perilaku caring

perawat terhadap kecemasan yang dialami pasien sehubungan dengan penyakit yang dialami oleh pasien, sehingga bisa sebagai bahan pertimbangan bagi institusi pendidikan agar caring lebih lagi diajarkan dalam perkuliahan agar nantinya melahirkan perawat-perawat yang bisa mengaplikasikan caring dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan perilaku caring perawat terhadap tingkat kecemasan pasien kanker payudara.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERILAKU CARING

2.1.1 Teori Caring

Caring ialah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berpikir, merasa dan mempunyai hubungan dengan sesama. Dalam keperawatan, caring merupakan bentuk dasar praktik keperawatan yang membantu klien pulih dari sakitnya, memberikan penjelasan tentang penyakitnya dan mengelola atau membangun kembali hubungan. Caring

memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali klien, membuat perawat mengetahui masalah klien dan mencari serta melaksanakan solusinya (Potter & Perry 2009).

Caring menurut Watson (1985 dalam Kozier, 2010) merupakan inti dari keperawatan yang digambarkan dalam sebuah kesatuan nilai-nilai kemanusian yang universal (kebaikan, kepedulian dan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain). Watson et al (2005 dalam Alligood & Tomey, 2006) mendefinisikan

caring sebagai moral ideal keperawatan yang dimiliki perawat dalam membina hubungan interpersonal dan nilai-nilai kemanusian. Miller (1995 dalam Kozier, 2010) mendefinisikan caring sebagai tindakan yang disengaja yang membawa rasa aman baik fisik maupun emosi serta keterkaitan yang tulus dengan orang lain maupun sekelompok orang. Swanson (1991 dalam Potter & Perry 2009) mendefinisikan bahwa caring ialah suatu cara pemeliharaan dengan cara menghargai orang lain, perasaan memiliki dan


(20)

tanggung jawab kepada pasien sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan klien. Campbel (1984 dalam Morrison & Burnard, 2008) mempersepsikan caring sebagai bentuk “cinta”, yang secara professional terikat oleh konvesi dan undang-undang. Griffin (1980, 1983 dalam Morrison & Burnard, 2008) membagi konsep caring dalam dua domain utama, yang pertama yaitu sikap dan emosi perawat dan selanjutnya

caring merupakan aktivitas perawat dalam melaksanakan fungsi keperawatannya.

Watson (1999 dalam Alligood & Tomey, 2006) menyatakan bahwa

caring merupakan hubungan antara dua individu yang unik yaitu perawat dan pasien. Tujuan caring ialah meningkatkan kualitas hubungan antara perawat dan pasien untuk mendukung proses penyembuhan. Tujuan dari dibentuknya hubungan tersebut ialah melindungi, memelihara dan peningkatan martabat pasien, serta terciptanya kondisi yang harmonis bagi perawat dan pasien. Bagi pasien, pelaksanaan caring oleh perawat dapat meningkatkan pengetahuan, kontrol diri, perawatan diri sendiri dan mempercepat proses penyembuhan. Tindakan caring meliputi komunikasi, tanggapan yang positif atau intervensi fisik oleh perawat (Kozier, 2010). Mayeroff (dalam Barbara 1981) menyatakan bahwa tindakan caring terdiri dari pengetahuan, kemampuan memandang masalah dari sudut pandang yang berbeda, kesabaran, kejujuran, kerendahan hati, harapan dan keberanian.

Menurut (Leininger 1984 dalam Kozier, 2010) caring bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi manusia yang menekankan pada aktivitas yang sehat dan mudah dilakukan pada individu atau sekelompok


(21)

orang yang didasarkan pada metode bantuan yang telah ditentukan, didapat dan disetujui oleh budaya dan kepercayaan. Perilaku caring meliputi kenyamanan, kasih sayang kepedulian, perilaku koping, empati, memudahkan, memfasilitasi, tindakan konsultasi, tindakan pemeliharaan kesehatan, perilaku menolong, cinta, perilaku protektif, berbagi, penurunan stress, bantuan, sentuhan dan kepercayaan (Leininger 1984 dalam Kozier 2010).

Tindakan caring yang diberikan perawat didasarkan pada kebutuhan, masalah dan nilai-nilai pasien. Walaupun caring bersifat universal, namun penerapannya pada setiap klien sangat personal berdasarkan kebiasaan kultur pasien, sehingga penting untuk perawat memahami kebiasan dan nilai-nilai dari setiap pasien karena pengungkapan caring pada setiap pasien akan berbeda (Leinenger, 1988 dalam Potter & Perry, 2009). Pelaksanaan caring

bisa terkendala atau bahkan tidak terlihat jika hubungan antara perawat dan klien didasari penghargaan, perhatian dan dukungan (Potter & Perry 2009).

Watson, (Tomey, 1994) mengungkapkan tujuh asumsi utama tentang

caring dalam keperawatan yaitu :

a. Caring hanya akan efektif jika diperlihatkan dan dilaksanakan melalui hubungan interpersonal

b. Caring terdiri dari sepuluh carative factor sebagai hasil dari kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan manusia

c. Caring yang efektif dapat meningkatkan perkembangan kesehatan individu ataupun keluarga

d. Respon dari caring ialah menerima individu tidak hanya keadaannya saat ini tapi juga keadan individu yang selanjutnya


(22)

e. Lingkungan yang caring sangat potensial untuk mendukung individu memilih tindakan yang baik untuk dirinya

f. Caring lebih kompleks daripada curing. Praktik caring

mengintegrasikan pengetahuan bio-fisik dan pengetahuan tentang perilaku individu untuk meningkatkan derajat kesehatan dan memberikan pertolongan bagi orang yang sakit

g. Praktik caring merupakan inti dari keperawatan.

2.2.2 Perilaku Caring

Watson (1985 dalam Tomey, 1994) mengidentifikasi sepuluh carative faktor sebagai pondasi dan kerangka kerja dalam praktik keperawatan. Dalam setiap komponen menjelaskan hubungan yang dilakukan antara perawat dengan pasien. Sepuluh carative factor tersebut adalah:

a. Membentuk nilai Humanistik-Altruistik

Pembentukan sistem nilai humainistik-altruistik dibangun dari pengalaman hidup, belajar dan juga dapat ditingkatkan selama masa pendidikan perawat. Humanistik-Altruistik dapat didefinisikan sebagai kepuasan dalam memberi yang berasal dari dalam diri sendiri (Marriner & Tomey, 1994). Sikap perawat yang mencerminkan nilai Humanistik-Altruistik ialah perawat memberikan kebaikan dan kasih sayang serta membuka diri untuk melakukan tindakan terapi dengan klien (Potter & Perry, 2009).

b. Menciptakan kepercayaan dan harapan

Menggambarkan peran perawat dalam meningkatkan hubungan antara perawat-pasien yang lebih efektif dalam meningkatkan


(23)

kesehatan dan menolong pasien beradaptasi dengan keadaan sehat sakit. Faktor ini merupakan gabungan dari nilai humanistic-altruistik

dalam memfasilitasi promosi kesehatan melalui pemberian asuhan keperawatan secara holistik (Tomey, 1994). Perawat harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan pasien, memperoleh informasi pasien yang dibutuhkan selama merawat pasien, dan perawat harus mampu mendorong pasien untuk menemukan harapan (Alligood & Tomey, 2006)

c. Meningkatkan rasa sensitif pada diri sendiri dan orang lain

Perawat belajar meningkatkan kepekaan sehingga perawat bisa menerima keberadaan diri sendiri dan orang lain. Adanya rasa sensitif dalam diri perawat, membuat perawat lebih ikhlas, lebih peka terhadap orang lain, dan tampil apa adanya (Tomey, 1994). Perawat harus paham tentang kebutuhan psikologis dan spiritual klien, meningkatkan rasa kepekaan sehingga mampu menemukan cara untuk menunjukkan caring pada klien (Alligood & Tomey, 2006).

d. Membangun hubungan saling percaya dan membantu

Membangun hubungan saling percaya dan membantu antara perawat dan pasien sangat penting dalam pelaksanaan caring. Hubungan saling percaya dapat meningkatkan penerimaan terhadap ekspresi negatif dan positif (Tomey, 1994). Untuk membangun hubungan saling percaya maka perawat harus bersikap harmonis, menunjukkan


(24)

sikap empati, bersikap hangat, dan dapat melaksanakan komunikasi terapuetik dengan baik (Potter & Perry, 2009).

e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif Perawat harus mempersiapkan diri untuk menerima ekspresi perasaan negatif ataupun positif dari pasien. Dalam berhubungan dengan pasien, perawat harus mampu menunjukkan kesiapan mengambil resiko saat berbagi dengan pasien (Potter & Perry 2009). Hal yang dapat perawat lakukan misalnya memahami setiap ekspresi kekhawatiran klien, cara klien menunjukkan rasa sakitnya, nilai atau budaya yang dimiliki klien berhubungan dengan penyakitnya (Alligood & Tomey, 2006).

f. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam mengambil keputusan

Perawat menerapkan proses keperawatan secara sistematis, membuat keputusan pemecahan masalah secara ilmiah dalam menyelanggarakan pelayanan yang berfokus pada klien (Potter & Perry 2009). Perawat harus memahami bahwa setiap individu adalah unik dan situasi dalam menghadapi penyakit berbeda-beda, sehingga dalam menerapkan metode pemecahan masalah perawat harus mampu menyesuaikan teori keperawatan dengan setiap orang dan situasi yang dihadapi (Alligood & Tomey, 2006).

g. Peningkatan pembelajaran interpersonal

Hal ini merupakan konsep penting yang membedakan antara caring


(25)

proses belajar-mengajar yang diciptakan agar klien dapat meningkatkan kemandiriannya, memenuhi kenutuhan secara mandiri dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien (Tomey, 1994).

h. Menyediakan dukungan, perlindungan dan/atau perbaikan suasana mental, fisik, sosial dan spiritual

Perawat harus menyadari lingkungan internal dan eksternal berpengaruh terhadap kondisi sehat-sakit klien. Lingkungan internal meliputi keadaan mental dan spiritual, keadaan sosiokultural, dan kepercayaan individu. Sedangkan lingkungan eksternal ialah kenyamanan, privasi, keamanan, kebersihan, lingkungan yang astetik. Sehingga perawat harus mampu membuat pemulihan suasana fisik dan non fisik serta menciptakan kebersamaan, keindahan, kenyamanan (Tomey, 1994).

i. Memberi bantuan dalam memenuhi kebutuhan manusia

Perawat membantu memenuhi kebutuhan dasar klien meliputi kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan kebutuhan intrapersonal klien dengan sepenuh hati. Pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya (Tomey, 1994).

j. Mengijinkan terjadinya kekuatan-kekuatan fenomenologis- eksistensial

Fenomenologis diuraiakan sebagai suatu keadaan langsung yang dapat membuat seseorang mengerti tentang situasi yang terjadi.


(26)

Watson mempertimbangkan bahwa faktor ini memang sulit untuk dimengerti. Namun hal ini akan membawa perawat untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga perawat dapat membantu seseorang untuk memahami kehidupan dan kematian dengan melibatkan kekuatan spiritual (Tomey, 1994).

Tujuan dari pelaksanaan cartive factor oleh perawat ialah memfasilitasi klien untuk meningkatkan kesehatan dengan upaya pencegahan penyakit dengan cara mengajarkan klien meningkatkan kesehatannya, menyediakan dukungan lingkungan, mengajarkan metode penyelesaian masalah, dan membantu melakukan koping dan adaptasi terhadap kehilangan (Tomey, 1994).

2.2 KANKER PAYUDARA

2.2.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara. Jaringan payudara terdiri dari kelnjar susu (pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu), dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah menjadi abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2005).

2.2.2 Penyebab kanker Payudara

Penyebab spesifik kanker payudara sampai saat ini belum diketahui, namun faktor genetik dan hormonal diketahui dapat menunjang terjadinya kanker payudara. Faktor resiko penyebab kanker payudara meliputi: Riwayat pribadi tentang kanker payudara, wanita yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara, wanita yang mengalami manarke atau menstuasi


(27)

dini sebelum usia 12 tahun, nulipara atau usia maternal saat kelahiran anak pertama lebih dari 30 tahun diketahui mempunyai resiko dua kali lipat mengalami kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai anak pertama sebelum usia 20 tahun, Manopause setelah usia 50 tahun, wanita yang mempunyai riwayat penyakit payudara jinak, Pemajanan terhadap radiasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun dan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (Smeltzer & Bare, 2002).

2.2.3 Gambaran Klinis Kanker Payudara

Selama ini penderita kanker payudara mengetahui bahwa dirinya terserang kanker payudara setelah timbul rasa nyeri atau sakit pada payudara. Penderita yang mengalami kondisi seperti demikian sebenarnya sudah terserang kanker payudara stadium lanjut. Penderita kanker payudara pada stadium awal tidak merasakan adanya nyeri atau sakit pada bagian payudara (Mardiana, 2005)

Gambaran klinis pada kanker payudara meliputi gejala awal, gejala pernyebaran lokal atau regional dan gejala yang menunjukkan bukti metastasis. Gejala awal yang terjadi ialah adanya teraba masa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada payudara, rabas puting payudara unilateral yang persisten yang mempunyai karakter serosanguinosa dan mengandung darah, retraksi atau inverse puting susu, perubahan ukuran serta tekstur payudara dan bentuk payudara menjadi tidak simetris, pengerutan atau pelekukan kulit disekitarnya, dan kulit yang bersisik disekeliling putting susu. Gejala penyebaran lokal meliputi kemerahan dan ulserasi edema atau pelebaran vena, perubahan kulit menjadi peu d’ orange (seperti kulit jeruk), dan pembesaran kelenjar getah bening diaksila. Jika kanker payudara sudah


(28)

metastasis maka terlihat pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal, hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura, peningkatan alkali fosfatase dan kalsium, pindai tulang positif dan/ atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang dan tes fungsi hati abnormal (Otto & Shirley, 2003)

2.2.4 Tipe Kanker Payudara

Kanker payudara dibagi menjadi beberapa tipe yaitu : a. Karsinoma duktus menginfiltrasi

Tipe histology yang paling umum dan merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Saat diraba payudara terasa keras dan kanker ini bisa bermetastasis ke nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk dari tipe kanker yang lain.

b. Karsinoma lobular menginfiltrasi

Kasusnya jarang terjadi, sekitar 5-10% dari kasus kanker payudara. Pada tipe ini terjadi pada suatu area penebalan yang tidak baik pada payudara. Tipe ini lebih umum metasentris, dengan demikian dapat terjadi penebalan pada beberapa area pada salah satu atau kedua payudara

c. Karsinoma medular

Tipe tumor ini dapat menjadi besar namun meluas secara lambat, sehingga prognosisnya lebih baik.

d. Kanker Musinus

Terjadi sekitar 3% pada kanker payudara. Penghasil lendir dan tumbuh dengan lambat, sehingga prognosisnya lebih baik dibandingkan dengan kanker lainnya.


(29)

e. Karsinoma duktal tubular

Karsinoma duktal tubular terjadi sekitar 2% dari kanker payudara. Metastasis aksilaris secara histology tidak lazim, maka prognosisnya sangat baik

f. Karsinoma Inflamatori

Gejala yang muncul berupa nyeri tekan dan sangat nyeri. Payudara secara abnormal keras dan membesar, kulit diatas tumor merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan retraksi putting susu. Penyakit dapat menyebar dengan cepat pada bagian tubuh yang lainnya.

g. Penyakit Piaget Payudara

Penyakit Piaget merupakan tipe kanker payudara yang jarang terjadi. Gejala yang sering muncul ialah rasa terbakar dan gatal pada payudara. Massa tumor sering tidak dapat diraba di bagian putting susu yang merupakan tempat penyakit ini muncul. Mammografi merupakan satu-satunya peemeriksaan diagnostic yang dapat mendeteksi tumor

h. Karsinoma Payudara In Situ

Karsinoma Payudara In Situ dapat dideteksi dengan mammografi. Penyakit ini ditandai dengan poliferasi sel-sel malignan didalam duktus dan lobulus tanpa invasi ke dalam jaringan sekitar

(Smeltzer & Bare, 2002)

2.2.5 Pentahapan Kanker Payudara

Faktor prognostik terpenting untuk kanker payudara adalah ukuran tumor primer, metastasis ke kelenjar getah bening, dan adanya lesi ditempat jauh. Faktor prognosi lokal yang buruk ialah invasi ke dinding dada, ulserasi kulit, dan


(30)

gambaran peradangan. Sistem penentuan stadium yang sering digunakan telah dirancang oleh American Join Committee on Cancer Staging dan International Union Againts Cancer. Penentuan stadium terbagi menjadi :

Stadium 0 : Ductal Carsinoma In Situ atau karsinoma tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.

Stadium I : Karsinoma invasive dengan ukuran 2 cm atau kurang serta kelenjar getah bening negatif

Stadium IIA : Karsinoma invasive dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai dengan metastasis ke kelenjar getah bening, atau karsinoma invaasif lebih dari 2cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening negatif

Stadium IIB : Karsinoma invasive dengan diameter lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening positif atau karsinoma invasive berukuran kurang dari 5cm tanpa keterlibatan kelenjar getah bening

Stadium IIIA : Karsinoma invasive berukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening terfiksasi atau karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5cm dengan kelenjar getah bening nonfiksasi

Stadium IIIB : Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada, kulit, nodus kulit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening mamaria interna ipsilateral


(31)

2.2.6 Pengobatan kanker Payudara

Pengobatan untuk penyakit kanker payudara terdiri dari pengobatan lokal dan pengobatan sistemik (Smeltzer & Bare, 2001). Pengobatan lokal bertujuan untuk menyingkirkan adanya kanker lokal yang meliputi tindakan pembedahan dan terapi radiasi. Pengobatan sistemik meliputi penggunaan kemoterapi dan terapi hormonal yang dilakukan pada pasien dengan penyebaran kelenjar getah bening aksila, prognosis buruk pada penyakit tanpa kelenjar yang terkena, penyakit lokal-regional yang telah berkembang jauh, metastasis yang sudah jauh (Otto & Shirley, 2003).

Pada pengobatan lokal, tindakan pembedahan dipilih berdasarkan tahapan penyakit, temuan pada mamografi (pembuktian adanya sel kanker pada daerah lain pada payudara yang terpisah dari tumor primer), lokasi tumor, ukuran dan bentuk payudara dan pilihan pasien. Jenis-jenis pembedahan yang dapat dilakukan pada kanker payudara ialah : Lupektomi (Tumorektomi) yaitu Pengangkatan hanya pada tumor saja, Eksisi luar (reseksi terbatas, matektomi parsial) yaitu pengangkatan tumor dengan batas jaringan payudara normal yang jelas, kuadranektomi yaitu pembedahan untuk melakukan pengangkatan seluruh kuadaran payudara yang mengandung tumor bersama kulit dan tepi otot pektoralis mayor, Masektomi totalis yang merupakan pengangkatan seluruh jaringan payudara, kelenjar getah bening diaksila dan dinding toraks tidak diangkat, dan Masektomi radikal modifikasi yang merupakan pengangkatan seluruh payudara bersama kelenjar getah bening aksila dan tepi otot pektoralis mayor (Otto & Shirley, 2003). Setelah tindakan pembedahan, dilakukan terapi radiasi yang bertujuan untuk mengurangi kekambuhan dan untuk menyingkirkan kanker


(32)

residual. Efek samping dari radiasi berupa reaksi kulit ringan sampai sedang dan keletihan yang bersifat sementara. Keletihan yang terjadi akibat radiasi biasanya dimulai sekitar 2 minggu setelah pengobatan dan berlangsung beberapa minggu setelah pengobatan (Smeltzer & Bare, 2002).

Pengobatan sistemik dengan penggunaan kemoterapi secara umum dilakukan setelah masektomi. Penatalaksanaan kemoterapi bertujuan untuk meningkatkan penghancuran sel tumor dan untuk meminimalkan resistensi terhadap medikasi. Kemoterapi dilakukan dengan menggabungkan preparat kemoterapeutik yaitu cytoxan (C), methotrexate (M), fluorouracil (F), dan adriamycin (A). Efek samping dari kemoterapi ialah mual, muntah, perubahan rasa kecap, rambut rontok, dermatitis, keletihan, mukositis dan depresi sumsum tulang belakang. Selain kemoterapi, terdapat terapi hormonal yang didasarkan pada indeks reseptor estrogen dan progesterone yang diturunkan dari pemeriksaan uji jaringan tumor. Jaringan payudara normal memiliki reseptor untuk estrogen. Namun, hanya sepertiga dari kanker payudara yang tergantung pada estrogen, atau ER (+). Uji ER (+) menunjukkan bahwa pertumbuhan tumor bergantung pada suplai estrogen. Sehingga penggunaan preparat pada terapi hormonal bertujuan untuk mengurangi pembentukan hormone estrogen untuk membatasi kemajuan penyakit (Smeltzer & Bare, 2002).

2.3 KONSEP KECEMASAN 2.3.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang dan merupakan perasaan yang tidak pasti, dimana objek yang menimbulkan kecemasan tidak spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan


(33)

dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart & Sundeen, 1998). Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan menentu dan tidak berdaya. Kecemasan merupakan respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dan dialami oleh makhluk hidup tanpa dapat diobservasi secara langsung (Suliswati dkk, 2005). Kecemasan merupakan suatu kondisi yang meliputi kegelisahan mental, keprihatinan, ketakutan dan perasaan putus asa karena ancaman yang akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri atau hubungan yang bermakna (Kozier, 2010)

2.3.2 Etiologi Kecemasan

Menurut Stuart & Sundeen (1998) mengembangkan beberapa teori yang menjelaskan penyebab terjadinya kecemasan yaitu (a) Teori psikoanalisis yang menjelaskan kecemasan terjadi akibat konflik dari elemen kepribadian yaitu id yang mewakili dorongan insting dan impuls primitif dengan super ego yang mencerminkan hati nurani yang dikendalikan oleh budaya. (b)Teori interpersonal menyatakan bahwa kecemasan muncul akibat dari ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. (c) Teori Perilaku yang menyatakan bahwa kecemasan adalah hasil dari segala sesuatu yang mengganggu individu untuk mencapai tujuan. (d) Kajian Keluarga menunjukkan bahwa kecemasan biasabya terjadi dalam keluarga. (e) Kajian Biologis menjelaskan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk


(34)

benzodiazepine yang berperan penting secara biologis dalam terjadinya kecemasan.

Kecemasan dapat juga terjadi akibat adanaya faktor pencetus yang berasal dari dalam diri sendiri (faktor internal), dan dari luar diri (faktor eksternal). Secara umum faktor pencetus dikelompokkan menjadi dua yaitu ancaman terhadap integritas fisik yang mencakup disabilitas fisiologis atau penurunan kemampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan Ancaman terhadap sistem diri yang dapat membahayakan indentitas diri, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu (Stuart & Sundeen, 1998)

2.3.3 Tingkat Kecemasan

Peplau (1963 dalam Stuart & Sundeen, 1998) mengidentifikasikan kecemasan menjadi empat tingkatan berdasarkan respon individu dalam menghadapi kondisi yang ada dalam diri dan lingkungannya menjadi cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan panik.

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menyebabkan seseorang menjadi waspada dan lahan persepsinya menjadi meningkat (Stuart & Sundeen, 1998). Cemas ringan dapat meningkatkan motrivasi dan kreativitas selain itu membuat seseorang menjadi lebih waspada. Respon dari cemas ringan ialah bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk tenang dan tremor halus pada tangan (Tarwoto 2004)


(35)

Cemas sedang membuat seseorang fokus pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah (Stuart & Sundeen, 1998). Respon cemas sedang ialah sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapangan pandang menyempit, banyak bicara dan cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak (Tarwoto 2004)

Cemas berat membuat lahan persepsi seseorang menjadi lebih sempit, dan seseorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang lebih terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Seseorang dengan cemas berat memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu daerah lain (Stuart & Sundeen, 1998). Respon kecemasan berat ialah nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, blocking, dan perasaan terhadap ancaman meningkat (Tarwoto 2004)

Panik,tingkatan ini berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Pada tahap ini lahan persepsi sudah sangat terganggu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apapun walaupun dengan bimbingan dan pengarahan oleh orang lain. Pada saat panik terjadi peningkatan aktivitas motorik dan penurunan kemampuan berhubungan dengan orang lain serta kehilangan pemikiran yang rasional (Stuart & Sundeen, 1998). Respon panik ialah nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, tidak dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk,


(36)

Rentang Respon Ansietas

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan kendali dan persepsi kacau (Stuart & Sudeen, 1998)

Skema 2.3.3 Rentang Respon Kecemasan menurut Stuart & Sudden (1998)

2.3.4 Kecemasan Pada Penderita Kanker Payudara

Payudara adalah salah satu ciri seks sekunder yang mempunyai arti penting bagi wanita, bukan hanya sebagai identitas namun juga mempunyai nilai tersendiri dari segi biologik, psikologik, psikososial dan psikoseksual (Hawari, 2004). Saat wanita mengetahui bahwa dirinya terkena kanker payudara, munculnya gangguan kejiwaan seperti depresi dan kecemasan adalah umum. Jika gangguan kecemasan tidak ditangani dapat menyebabkan perilaku kepatuhan pengobatan yang buruk, bertambahnya waktu rawat inap dirumah sakit dan menurunnya kualitas hidup pasien. Kecemasan yang berkepanjangan pada penderita kanker payudara juga menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan pasien. Kecemasan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologis dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun dan sangat terlihat pada penderita kanker payudara yang sudah tua. Konsekuensi patologis yang dapat dilihat akibat kecemasan ialah sakit kepala sebelah


(37)

berkepanjangan mempengaruhi perilaku kesehatan pasien menjadi lebih buruk diantaranya adalah konsumsi makanan yang tinggi lemak, dan peningkatan konsumsi alkohol (Pederson et al, 2010).

2.3.5.1 Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan pada pasien kanker payudara

Kecemasan pada pasien kanker payudara berlangsung sepanjang penyakit tersebut diderita. Ekspresi kecemasan yang ditunjukkan oleh pasien kanker payudara berhubungan dengan perawatan yang tidak tuntas, kesulitan untuk mengerti informasi dan kesalahan dalam perencanaan pengobatan (Pedersen et al, 2010).

Kecemasan pada pasien kanker payudara adalah respon umum yang terjadi dan dapat dihubungkan dengan usia yang lebih muda, tidak ada riwayat penanganan psikologis dan kurangnya dukungan sosial. Kualitas dukungan sosial yang baik diprediksi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara sehingga status kesehatannya menjadi lebih baik (Burgess et al, 2005). Dukungan sosial terutama dukungan emosional dari keluarga dan anak-anak yang diberikan pada pasien kanker dapat membantu menurunkan kecemasan yang dialami. Kurangnya dukungan keluarga pada pasien yang sudah bercerai ataupun janda menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang memiliki dukungan dari keluarga (Bulotiene et al, 2008)

Selain itu, kecemasan juga umum terjadi pada pengobatan kanker payudara. Tindakan pengobatan yang berbeda, maka intensitas dan pengalaman kecemasan pasien juga berbeda (Lim et al, 2011). Pada tindakan


(38)

pengobatan dengan operasi pengangkatan payudara (masektomi) biasanya kecemasan dikarenakan pasien akan kehilangan organ payudara nya yang berfungsi bukan hanya sebagai organ penyusu bagi bayinya namun juga sebagai daya tarik (attractiveness). Pengangkatan payudara mengakibatkan perasaan kecewa, rasa malu bagi wanita, terjadinya gangguan fungsi seksual, dan terganggunya fungsi sosial (Hawari, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Lim (2011) tentang kecemasan pada penderita kanker yang mengalami pengobatan ditemukan hasil bahwa pengobatan dengan kemoterapi menunjukkan banyak gejala kecemasan diantara pengobatan dengan radioterapi dan pembedahan, dan kecemasan tertinggi terjadi sebelum infuse pertama kemoterapi. Hal ini terjadi akibat efek samping yang dirasakan pada pengobatan kemoterapi. Ketakutan terhadap jarum infuse juga merupakan penyebab kecemasan pada pasien kanker payudara yang dikemoterapi. Sedangkan untuk pengobatan kanker payudara dengan radioterapi tidak menyebabkan kecemasan yang berarti. Dalam menjalani pengobatan, masalah finansial juga merupakan hal yang menyebabkan timbulnya kecemasan pada pasien kanker payudara (Hawari, 2005).

Pada penderita kanker stadium lanjut, ancaman kematian merupakan masalah yang cukup serius. Saat penderita kanker payudara mengetahui bahwa kanker yang dideritanya sudah mencapai stadium lanjut, terdapat tiga fase reaksi emosional. Fase pertama penderita akan merasakan syok mental, reaksi kedua penderita diliputi rasa takut dan depresi namun cepat berlalu dan fase ketiga muncul penolakan (denail), menjadi murung, dan terkadang penderita menjadi panik. Dalam menghadapi stadium akhir penyakit ini,


(39)

pendekatan psikoterapeutik seperti keramahan, penuh pengertian, simpatik, menyediakan waktu untuk berbagi lebih dirasakan sebagai pengobatan dibandingkan dengan tindakan teknis selama perawatan (Hawari, 2005)


(40)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual.

Kerangka konsep dari penelitian ini disusun untuk mengidentifikasi hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara. Perilaku caring perawat didasarkan pada sepuluh carative factor

menurut Watson. Sepuluh carative factor menurut Watson merupakan pondasi dan kerangka kerja dalam praktik keperawatan (Watson 1985 dalam Tomey, 1994). Dalam penelitian ini, tingkat kecemasan pasien kanker payudara dibagi menjadi empat berdasarkan Peplau (1963 dalam Stuart & Sundeen, 1998) yaitu tingkat kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik. Keadaan panik tidak diteliti karena seseorang dalam keadaan panik tidak bisa mengendalikan dirinya walaupun sudah diarahkan oleh orang lain dan memiliki persepsi yang kacau (Stuart & Sudeen, 1998). Selain itu Dalam kerangka penelitian juga dijelaskan faktor-faktor yang menimbulkan kecemasan pada pasien kanker payudara, namum tidak diteliti.


(41)

Faktor-faktor yang

menyebabkan kecemasan : 1. Usia

2. Masalah pengobatan 3. Masalah finansial 4. Ancaman kematian 5. Kehilangan organ tubuh 6. Keadaan penyakit yang

memburuk

7. Kurangnya dukungan sosial Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Payudara : -Ringan -Sedang - Berat -Panik Perilaku Caring Perawat

Terdiri dari sepuluh carative factor yaitu :

- Membentuk nilai

Humanistic-Altruistik

- Menciptakan Kepercayaan dan Harapan

- Meningkatkan rasa sensitif pada diri sendiri dan orang lain

- Membangun hubungan saling percaya dan membantu

- Meningkatkan dan

menerima ekspresi perasaan positif dan negatif

- Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam mengambil keputusan

- Peningkatan pembelajaran interpersonal

- Menyediakan dukungan, perlindungan dan/atau perbaikan suasana mental, fisik, sosial dan spiritual - Memberi bimbingan dalam

memenuhi kebutuhan manusia

- Mengijinkan adanya kekuatan-kekuatan


(42)

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Skema 3.1 Kerangka penelitian hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat

kecemasan pasien kanker payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.2 Tabel Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala 1. 2. Variabel Independen: - Perilaku Caring perawat Variabel Dependen : - Kecemasan pasien kanker payudara

Perilaku caring

perawat adalah perilaku yang ditunjukkan oleh perawat di ruangan RSUP H. Adam Malik Medan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan yang mencakup sepuluh

carative factor

menurut Watson

Kecemasan pasien kanker payudara ialah respon fisik, psikologi dan kognitif dari individu dalam menghadapi penyakit kanker payudara selama pasien dirawat di

Kuisioner yang terdiri dari 54 butir pertanyaan dengan skala likert yang memiliki 4 pilihan jawaban yaitu - Tidak pernah - Kadang-kadang - Sering - Selalu Kuisioner sebanyak 20 butir pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yaitu: - Tidak pernah Baik = 164-216 Cukup = 109-163 Kurang = 54-108

Kecemasan Ringan = 20-40 Kecemasan sedang = 41-60

Kecemasan berat = 61-80

Interval


(43)

Malik Medan kadang - Sering - Selalu

3.3 Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternative (Ha), yang menunjukkan ada hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara.


(44)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskrptif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Nursalam, 2009). Dalam penelitian ini ingin mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara di RSUP H. Adam Malik Medan dengan melakukan observasi data hanya satu kali.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dari hasil survey awal yang dilakukan, maka diketahui jumlah penderita kanker payudara yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan dari januari sampai akhir oktober 2012 adalah 589 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel ialah bagian dari populasi yang terjangkau yang digunakan menjadi subjek penelitian (Nursalam, 2009). Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin yaitu :

N Ket : n : Besar sampel

n= N : Besar populasi

1 + N (d)2 d : Tingkat Signifikansi (p)

589 n=

1 + 589 (0.1)2


(45)

Cara pengaambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

Non Probability sampling dengan cara Purposive sampling. Purposive sampling

ialah cara memilih sampel dari populasi berdasarkan criteria khusus yang dibuat oleh peneliti (Nursalam, 2009).Alasan peneliti menggunakan purposive sampling

adalah untuk mencoba mengontrol tingkat kecemasan pasien kanker payudara sehingga faktor bias yang dapat mempengaruhi hasil dapat di kurangi. Adapun jumlah sampel yang didapatkan oleh peneliti saat pengambilan data adalah 40 responden dikarenakan keterbatasan waktu dan banyak dari pasien yang dalam keadaan lemah. Kriteria yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah :

- Pasien kanker payudara yang bersikap kooperatif - Pasien kanker payudara dengan stadium III dan IV

-Pasien kanker payudara yang mendapatkan pengobatan kemoterapi, radiasi, dan pembedahan.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A dan rumah sakit pendidikan sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan sampel yang diinginkan untuk penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2013.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Kepada responden yang merupakan objek


(46)

penelitian, maka sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan kepada responden. Setelah itu peneliti menyerahkan lembar persetujuan kepada responden. Jika responden bersedia, responden mengisi lembar persetujuan (informed consent) yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Lembar persetujuan menjadi bukti kesediaan sebagai sampel penelitian. Dalam penelitian ini responden berhak menolak ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian tanpa ada tekanan, dan peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai responden.

Untuk menjaga kerahasian responden maka peneliti akan merahasiakan identitas responden sehingga peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data hanya nomor kode responden. Kerahasiaan informasi responden dijamin olen peneliti (Nursalam, 2008)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi, perilaku caring perawat dan tingkat kecemasan pasien kanker payudara.

4.5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi pasien meliputi kode responden, usia, status perkawinan, agama, pendidikan terakhir, stadium penyakit, lama menderita, jenis pengobatan, pekerjaan, dan jumlah penghasilan dalam keluarga.

4.5.2 Kuesioner Perilaku Caring

Kuesioner perilaku caring bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku


(47)

Behaviors Assessment Tools yang dikembangkan oleh Cronnin dan Horison (1988) yang terdiri dari 63 pernyataan positif berdasarkan teori caring dan sepuluh carative factor menurut teori Watson. Instrumen Caring Behaviors Assessment Tools sudah diuji validitas oleh empat orang ahli yang sudah akrab dengan konsep Watson. Uji reliabilitas untuk instrumen ini juga sudah pernah dilakukan menggunakan Cronbach alpha’s dan didapatkan nilai untuk setiap bagian carative factor antara 0.66-0.99

Penggunaan kuesioner ini telah meminta izin dari penerbit, namun tidak mendapat balasan izin pemakaian kuesioner oleh penerbit. Kuesioner ini telah melalui proses penterjemahan dengan metode back translation sehingga telah dibuat ke dalam bahasa Indonesia. Setelah dilakukan uji validitas kepada dosen difakultas keperawatan maka ada beberapa pernyataan yang tidak dapat dipakai dikarenakan tidak sesuai dengan pelaksanaan perawatan di Indonesia, dan ada beberapa kalimat yang sulit dimengerti jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia. Maka kuesioner perilaku caring menjadi 54 pernyataan, dimana tiga faktor pertama dari sepuluh carative factor yaitu membentuk nilai

humanistik-altruistik, menciptakan kepercayaan dan harapan, dan meningkatkan rasa sensitive pada diri sendiri dan orang lain dimasukan dalam satu kelompok (1-14), membangun hubungan saling percaya dan membantu (15-22), meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif (23-26), meningkatkan pembelajaran interpersonal (27-34), menyediakan dukungan, perlindungan dan/atau perbaikan suasana mental, fisik, sosial dan spiritual (35-43), memberi bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia (44-51) Mengijinkan terjadinya kekuatan-kekuatan fenomenologis-


(48)

eksistensial (52-54) (Watson, 2001). Penilian kuesioner ini dibuat oleh peneliti menggunakan skala likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu tidak pernah (bernilai 1), kadang-kadang (bernilai 2), sering (bernilai 3), dan selalu (bernilai 4). Berdasarkan rumus statistik Sudjana (2005), p adalah rentang/banyak kelas dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) yaitu sebesar 162, dan banyak kelas dibagi atas tiga kategori kelas untuk perilaku caring maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 54. Dengan p = 54 dan nilai terendah 54 sebagai batas bawah kelas pertama, maka perilaku caring perawat di ruang rawat inap RSUP HAM dikategorikan sebagai berikut: 163-216 = Baik,109-162 = Cukup dan 54-108 = Buruk

Untuk komponen membentuk sistem nilai humanistic-altruistik, menciptakan kepercayaan dan harapan, dan meningkatkan rasa sensitive pada diri sendiri dan orang lain nilai tertinggi yang dicapai adalah 56 dan nilai terendah adalah 14, maka untuk komponen ini dapat dikategorikan sebagai berikut: 43-56 = Baik, 29-42 = Cukup dan 14-28 = Buruk

Untuk komponen membangun hubungan saling percaya dan membantu nilai tertinggi yang dicapai adalah 32 dan nilai terendah adalah 8, maka untuk komponen ini dapat dikategorikan sebagai berikut: 25-32 = Baik, 17-24 = Cukupdan8-16 = Buruk

Untuk komponen membangun meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif nilai tertinggi yang dicapai adalah 16 dan nilai terendah adalah 4, maka untuk komponen ini dapat dikategorikan sebagai berikut: 13-16 = Baik, 9-12 = Cukupdan4-8 = Buruk


(49)

Untuk komponen meningkatkan pembelajaran interpersonal nilai tertinggi yang dicapai adalah 32 dan nilai terendah adalah 8, maka untuk komponen ini dapat dikategorikan sebagai berikut: 25-32 = Baik, 17-24 = Cukupdan 8-16 = Buruk

Untuk komponen menyediakan dukungan, perlindungan dan/atau perbaikan suasana mental, fisik, sosial dan spiritual nilai tertinggi yang dicapai adalah 36 dan nilai terendah adalah 9, maka untuk komponen ini dapat dikategorikan sebagai berikut:28-36 = Baik, 19-27 = Cukupdan9-18 = Buruk

Untuk komponen memberi bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia nilai tertinggi yang dicapai adalah 32 dan nilai terendah adalah 8, maka untuk komponen ini dapat dikategorikan sebagai berikut:25-32 = Baik,

17-24 = Cukupdan8-16 = Buruk

Untuk komponen memberi bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia nilai tertinggi yang dicapai adalah 12 dan nilai terendah adalah 3, maka untuk komponen ini dapat dikategorikan sebagai berikut:10-12 = Baik,

7-9 = Cukup, dan 3-6 = Buruk 4.5.3 Kuesioner Tingkat kecemasan

Kuesioner kecemasan bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien kanker payudara. Kuesioner ini menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), namun peneliti tidak mendapatkan izin untuk menggunakan kuesioner ini. Kuesioner ini sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesi melalui proses Back Translation dan kemudian dimodifikasi oleh peneliti menjadi 20 pernyataan tentang gejala-gejala yang dialami oleh seseorang saat menghadapi kecemasan kanker payudara. Penilian kuesioner


(50)

ini dibuat oleh peneliti menggunakan skala likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu tidak pernah (bernilai 1), kadang-kadang (bernilai 2), sering (bernilai 3), dan selalu (bernilai 4). Berdasarkan rumus statistik Sudjana (2005), p adalah rentang/banyak kelas dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) yaitu sebesar 60, dan banyak kelas dibagi atas tiga kategori kelas untuk tingkat kecemasan maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 20. Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas pertama, maka tingkat kecemasan pasien kanker payudara di RSUP HAM dikategorikan sebagai berikut:

61-80 = Berat 41-60 = Sedang 20-40 = Ringan

4.6 Validitas dan Reabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan bahwa instrument pengumpulan data mampu mengukur apa yang seharusnya diukur, dan untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang seharusnya sedang diukur. Pada penelitian ini menggunakan validitas isi untuk melihat apakah dalam instrumen mencakup keseluruhan yang ingin diteliti (Dempsey&Dempsey, 2002). Uji Validitas isi instrumen untuk kuesioner perilaku caring dan kuesioner tingkat kecemasan telah dilakukan oleh tiga dosen ahli Fakultas Keperawatan USU.

Reliabilitas instrumen adalah pengukuran yang mengacu pada kemampuan instrumen untuk mendapatkan hasil yang konsisten saat dipakai berulang-ulang. Sebuah instrument dikatakan reliabel jika instrumen konsisten memberikan hasil yang sama dalam beberapa kali pengukuran. Peneliti menggunakan uji reliabilitas


(51)

internal karena memiliki kelebihan yaitu pemberian instrumen hanya dilakukan satu kali untuk mengukur reliabilitasnya. Uji reliabilitas telah dilakukan kepada 20 orang pasien kanker payudara di ruang rawat inap RSUD DR Pirngadi Medan yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian dan tidak termasuk dalam sampel penelitian. Peneliti menggunakan uji reliabilitas cronbach alpa dengan bantuan sistem komputerisasi, dan didapatkan nilai 0.870 untuk kuesioner caring dan 0.807 untuk kuesioner kecemasan. Instrument dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpa minimal 0.70 (Dempsey&Dempsey, 2002).

4.7 Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data dengan beberapa prosedur yaitu peneliti mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ketempat penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin dari direktur RSUP Haji Adam Malik Medan, maka peneliti melaksanakan penelitian di ruang RB 2 A dan RB 3.Untuk di ruang RB 2 A maka peneliti mencari terlebih dahulu pasien kanker payudara yang sesuai kriteria sampel diruangan dan kemudian mendatanginya. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tersebut tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner. Sedangkan untuk di ruang RB 3, sebelum peneliti menemui calon responden diruangan maka sebelumnya peneliti menanyakan dahulu nama-nama pasien kepada perawat di ruang RB 3 dan setelah itu peneliti pergi keruangan dan melihat terlebih dahulu calon responden untuk memastikan bahwa calon responden sesuai dengan criteria penelitian. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti


(52)

menjelaskan kepada calon responden tersebut tentang tujuan, manfaat, dan proses pengisian kuesioner.

Calon responden yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent). Dalam mengisi kuesioner, peneliti membacakan langsung semua pertanyaan yang ada karena pasien ingin di tanya secara langsung dan tidak mau mengisi kuisioner sendiri dan di karenakan juga keadaan pasien yang di infus dan kondisi pasien yang masih sakit. Responden menjawab sesuai pilihan jawaban yang ada dan peneliti menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner. Waktu yang diperlukan untuk melakukan pengisian kuesioner minimal 30 menit. Dalam melakukan pengumpulan data ada beberapa responden yang pengisian kuesionernya tidak dilakukan sampai selesai dikarenakan responden mengalami kelelahan atau rasa nyeri yang timbul sehingga kondisi responden tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Responden yang pengisian wawancaranya tidak seslesai dikeluarkan dari sampel penelitian. Setelah kuesioner diisi, peneliti mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan data sehingga data yang ingin diperoleh terpenuhi.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama mengecek kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Dilanjutkan dengan analisa data hasil penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian.


(53)

a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik data dari setiap variabel yang ditampilkan berupa distribusi frekuensi dan persentasi (Dahlan, 2004). Pada penelitian ini analisa univariat digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel independen yaitu perilaku caring

perawat dan variebel dependen yaitu tingkat kecemasan pasien kanker payudara.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel. Analisa data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel. Pada perencanaan awal peneliti akan melakukan uji korelasi Pearson. Namun ketika dilakukan uji normalitas menggunakan rumus Shapiro-Wilk ternyata untuk variabel perilaku caring mendapatkan nilai 0.003 dan diasumsiakan tidak normal. Sehingga peneliti akhirnya menggunakan uji korelasi Spearman.

Nilai r menginterpretasikan hubungan kekuatan yang berkisar antara -1,0 sampai +1,0 (Dempsey&Dempsey, 2002). Jika nilai r berada pada level 0,80-1,00 (baik plus ataupun minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang sangat kuat. Jika nilai r berada pada level 0,60-0,79 (baik plus ataupun minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang kuat. Jika nilai r berada pada level 0,40-0,59 (baik plus ataupun minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang sedang. Jika nilai r berada pada level 0,20-0,39 (baik plus ataupun minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang rendah. Jika nilai r berada pada level 0,00-0,19 (baik plus ataupun minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang sangat lemah. Data diinterpretasikan dengan melihat


(54)

nilai signifikansi (p), jika nilai p kurang atau sama dengan alpa (0,05) berarti ada hubungan yang signifikan sehingga hipotesis alternatif (Ha) diterima (Dahlan, 2004).


(55)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara di ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan. Pengumpulan data dimulai dari bulan Mei 2013 sampai Juni 2013 di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan jumlah responden 40 orang.

5.1Hasil Penelitian.

Hasil penelitian ini dibagi menjadi empat bagian yaitu data demografi responden, perilaku caring perawat, tingkat kecemasan pasien kanker payudara dan hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan.

5.1.1 Karakteristik Responden

Dari penelitian menunjukkan bahwa umumnya responden berada pada kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 17 orang (42,5%) dan mayoritas responden sudah menikah yaitu sebanyak 33 orang (82,5%), beragama islam sebanyak 23 orang (57, 5%). Stadium penyakit yang paling banyak diderita oleh responden ialah stadium tiga yaitu sebanyak 29 orang (72,5%), dengan lama menderita penyakit paling banyak berkisar antara 1-5 tahun yaitu 27 orang (67.5%) dan sebagian besar sudah pernah menjalani pengobatan pembedahan dan kemoterapi sebanyak 18 orang (45%). Sebagian besar pendidikan responden


(56)

mengungkapkan bahwa penghasilan keluarga berkisar antara Rp1.000.000 – Rp 2.000.000 dan responden kebanyakan adalah ibu rumah tangga yaitu 21 orang (52,5 %).

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan (n = 40)

Karakteristik f %

Usia

30 – 40 tahun 41 – 50 tahun 51 – 60 tahun 61 – 70 tahun

9 11 17 3 22.5 27.5 42.5 7.5 Status Belum menikah Menikah Janda 1 33 6 2.5 82.5 15 Agama Islam Kristen 23 17 57.5 42.5 Stadium penyakit Stadium 3 Stadium 4 29 11 72.5 27.5

Lama menderita penyakit

< 1 tahun 1-5 tahun 5-10 tahun >10 tahun 9 27 1 3 22.5 67.5 2.5 7.5 Jenis pengobatan Pembedahan Kemoterapi Pembedahan, Kemoterapi Pembedahan,Kemoterapi, dan Radiasi 1 15 18 6 2.5 37.5 45 15


(57)

Tabel 3 lanjutan

Karakteristik f %

Pendidikan SD SMP SMA S1 Lain-lain 10 5 19 5 1 25 12.5 47.5 12.5 2.5 Pekerjaan PNS Wiraswasta IRT Petani Lain-lain (Tidak bekerja, guru mengaji)

7 2 21 8 2 17.5 5 52.5 20 5 Jumlah penghasilan

< Rp. 500.000 Rp 500.000- Rp 1.000.000

Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 >Rp 2.000.000 6 10 19 5 15 25 47.5 12.5

5.1.2 Perilaku Caring perawat

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 20 orang (55%) menyatakan perawat telah menunjukkan perilaku caring yang baik, dan hanya 3 orang (5 %) menyatakan perilaku caring perawat buruk.

Tabel 5.1.2. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku Caring perawat pada pasien kanker payudara di ruangan rawat inap RSUP H. Adam Malik

Medan (n = 40)

Perilaku Caring Perawat f %

Baik Cukup Kurang 20 17 3 50 42.5 7.5


(58)

Hasil penelitian perilaku caring perawat berdasarkan carative factor yang diungkapkan oleh Watson (1979) yaitu membentuk nilai

humanistik-altruistik, menciptakan kepercayaan dan harapan, dan meningkatkan rasa sensitive pada diri sendiri dan orang lain, mayoritas responden menyatakan baik (85%). Membangun hubungan saling percaya dan membantu, responden menjawab cukup (67.5%). Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative, mayoritas responden menjawab baik (55%). Meningkatkan pembelajaran interpersonal hampir sebagian responden menjawab kurang (45%). Menyediakan lingkungan yang mendukung secara fisik, mental, social dan spiritual sebagian besar responden menyatakan cukup (57.5%). Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia sebagian besar responden menyatakan baik (52,5 %) dan untuk Mengembangkan kekuatan-kekuatan fenomenologis- eksistensial, umumnya responden menyatakan cukup (60%)

Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase perilaku Caring perawat pada pasien kanker payudara di ruangan rawat inap RSUP H. Adam Malik

Medan (n = 40)

Faktor Carative f %

Membentuk nilai humanistik-altruistik, menciptakan kepercayaan dan harapan, dan meningkatkan rasa sensitive pada diri sendiri dan orang lain

Baik Cukup Kurang 34 4 2 85 10 5 Membangun hubungan saling percaya dan

membantu Baik Cukup Kurang 10 27 3 25 67.5 7.5


(59)

Tabel 5.3 Lanjutan

Faktor Carative f %

Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif

Baik Cukup Kurang 22 12 6 55 30 15 Meningkatkan pembelajaran interpersonal

Baik Cukup Kurang 6 16 18 15 40 45 Menyediakan lingkungan yang mendukung

secara fisik, mental, social dan spiritual Baik Cukup Kurang 15 23 2 37.5 57.5 5 Membantu pemenuhan kebutuhan dasar

manusia Baik Cukup Kurang 21 15 4 52.5 37.5 10 Mengembangkan kekuatan-kekuatan

fenomenologis- eksistensial Baik Cukup Kurang 6 24 10 15 60 25

5.1.3 Tingkat kecemasan responden

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 40 responden, mayoritas responden yaitu 28 orang memiliki tingkat kecemasan yang ringan (70 %) dalam menghadapi penyakit kanker payudara dan sebagian lainnya yaitu 12 orang memiliki tingkat kecemasan sedang (30 %) dalam menghadapi kanker payudara.


(60)

Tabel 5.1.3. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat kecemasan responden di ruangan rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan (n = 40)

Tingkat Kecemasan f %

Ringan Sedang

28 12

70 30

5.1.4 Hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan

pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan.

Analisa hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara diiukur dengan uji korelasi

Spearman. Hal ini dikarenakan saat melakukan uji normalitas didapatkan nilai signifikansi untuk variabel caring 0.44 . Jika nilai

p<0.05 maka diinterpretasikan bahwa sebaran data tidak normal. Berdasarkan hasil uji korelasi nilai koefisien korelasi spearman rho’

atau r sebesar 0.027 dan nilai signifikansi p 0.86 . Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan.

Tabel 5. 1.4. Hasil analisa hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien kanker payudara di RSUP H.Adam Malik Medan.

(n=40)

Variabel r P (Value)

Perilaku Caring 0.027 0.868


(61)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Perilaku Caring perawat pada pasien kanker payudara di ruangan rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan

Dari hasil analisis deskriptif perilaku caring perawat (pada tabel 4) menunjukkan bahwa sebagian besar pasien (50%) menyatakan perilaku

caring perawat sudah berada pada kategori baik dalam melakukan asuhan keperawatan di ruang rawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan. Watson (1985 dalam Kozier, 2010) yang menggambarkan caring sebagai inti dari keperawatan yang digambarkan dalam sebuah kesatuan nilai-nilai kemanusian yang universal (kebaikan, kepedulian dan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain) dan juga oleh Watson (1999 dalam Alligood & Tomey, 2006) yang menyatakan bahwa caring merupakan hubungan antara dua individu yang unik yaitu perawat dan pasien sudah ditunjukkan dengan baik oleh perawat di RSUP H.Adam Malik Medan.

Namun, dari 40 responden masih terdapat 3 orang responden (7.5%) responden yang menyatakan bahwa perilaku caring perawat masih berada dalam kategori buruk. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan responden masih baru menderita kanker payudara yaitu < 1 tahun sehingga pasien masih sangat membutuhkan peran perawat dalam menghadapi penyakitnya. Krujiver (2000) menyatakan bahwa pasien kanker payudara mengalami penderitaan dan kecemasan terutama pada awal didiagnosis berkisar antar 2-3 bulan sehingga peran perawat sangat dibutuhkan. Peran yang dibutuhkan terlebih komunikasi terapeutik oleh perawat yang dapat


(62)

ditunjukkan dengan sikap empati, memberikan sentuhan untuk menenangkan dan memberikan rasa aman dan nyaman.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qomariah (2012) tentang hubungan kecerdasan spiritual dengan perilaku

caring perawat di ruang rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan, dari hasil analisa data deskriptif diketahui bahwa mayoritas perawat (53,5 %) memiliki perilaku caring yang baik. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Arlinda (2008) tentang perilaku caratif caring perawat RSUP H. Adam Malik Medan, maka diketahui bahwa secara keseluruhan pelaksanaan caratif caring perawat (58 %) sudah baik.

Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Ardiana (2010) di RSU Dr H Koesnadi Bondowoso tentang persepsi pasien terhadap perilaku

caring perawat, masih ditemukan hampir sebagian perawat (46 %) kurang

caring terhadap pasien. Perawat dinilai kurang dapat melakukan komunikasi terapeutik dengan baik (60%) dan juga perawat belum dapat membantu pasien secara maksimal dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti BAK, BAB dan lain-lain.

Watson (1979) juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor. Watson (1985 dalam Tomey, 1994) mengidentifikasi sepuluh carative faktor sebagai pondasi dan kerangka kerja dalam praktik keperawatan. Dalam setiap komponen menjelaskan hubungan yang dilakukan antara perawat dengan pasien. Watson (1979) juga menekankan dalam sikap caring ini harus tercermin sepuluh faktor


(63)

caratif yang berasal dari perpaduan nilai-nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan dasar dalam memberikan asuhan (Asmadi, 2008).

Hasil analisis data perilaku caring perawat berdasarkan sepuluh faktor caratif (tabel 6) dapat dilihat bahwa pada komponen membentuk sistem nilai membentuk nilai humanistik-altruistik, menciptakan kepercayaan dan harapan, dan meningkatkan rasa sensitive pada diri sendiri dan orang lain mayoritas perawat menunjukkan perilaku yang baik (85%). Hal ini sesuai dengan Watson et al (2005 dalam Alligood & Tomey, 2006) yang menyatakan caring sebagai moral ideal keperawatan yang dimiliki perawat dalam membina hubungan interpersonal dan nilai-nilai kemanusian.

Dalam hal membangun hubungan saling percaya dan membantu, didapatkan hasil dalam kategori cukup (67.5). Dari hasil analisa data responden menyatakan bahwa sebagian perawat (52.5 %) tidak pernah menanyakan nama panggilan pasien saat bertemu dan juga perawat tidak pernah memperkenalkan diri kepada pasien saat pertama bertemu (45 %). Responden menyatakan bahwa kemungkinan perawat bisa mengetahui nama responden dari status pasien dan juga dari gelang yang ada ditangan pasien sehingga tidak pernah menanyakan lagi nama panggilan dari pasien. Hal ini belum sesuai dengan Watson (1985 dalam Tomey, 1994) yang menyatakan bahwa pengembangan hubungan saling percaya dan membantu antara perawat dan pasien merupakan hal yang penting sekali dalam pelaksanaan caring. Tanpa adanya rasa percaya antara perawat dan pasien maka hubungan caring yang dibangun akan gagal (Barbara, 1981)


(64)

Untuk membangun hubungan saling percaya maka perawat harus bersikap harmonis, menunjukkan sikap empati, bersikap hangat, dan dapat melaksanakan komunikasi terapuetik dengan baik (Potter & Perry, 2009).Dalam melaksanakan komunikasi terapeutik yang baik, pengenalan diri merupakan hal yang penting. Saat perawat tidak memperkenalkan diri ataupun tidak tahu nama pasien akan menyebabkan suatu keraguan dalam suatu interaksi dan memberikan kesan bahwa perawat tidak mengenal baik pasiennya. Memanggil pasien dengan nama panggilannya akan membuat pasien merasa dihormati (Potter & Perry, 2009).

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan maka perawat harus siap dalam menerima ekspresi perasaan negatif ataupun positif dari pasien. Hal yang dapat perawat lakukan misalnya memahami setiap ekspresi kekhawatiran klien, cara klien menunjukkan rasa sakitnya, nilai atau budaya yang dimiliki klien berhubungan dengan penyakitnya (Alligood & Tomey, 2006). Hal ini sudah sesuai dengan hasil analisa data pada komponen meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative yang sudah berada dalam kategori baik (55%). Swason (1991 dalam Potter & Perry, 2009) juga menyatakan bahwa caring adalah suatu cara pemeliharaan hubungan dengan menghargai orang lain disertai dengan perasaan memiliki.

Dari hasil analisa data diketahui bahwa komponen meningkatkan pembelajaran interpersonal masih dalam kategori kurang (45%). Salah satu aspek dalam pembelajaran interpersonal adalah memberikan edukasi kepada pasien. Lorig (2003 dalam Potter & Perry, 2009) menyatakan


(1)

menjalani pengobatan kanker payudara

15 Saya merasa jantung berdebar-debar ketika berada di rumah sakit untuk menjalani pengobatan kanker payudara

25 62.5 9 22.5 3 7.5 3 7.5

16 Saya merasakan rasa tertekan didada ketika berada di rumah sakit untuk menjalani pengobatan kanker payudara

32 80 5 12.5 0 0 3 7.5

17 Saya akan menarik nafas panjang ketika akan melakukan pengobatan kanker payudara

29 72.5 6 15 4 10 1 2.5

18 Saya merasa tidak bersemangat melakukan hubungan sexual karena terjadinya perubahan pada payudara saya

17 42.5 7 17.5 8 20 8 20

19 Saya merasa bulu roma saya apabila memikirkan penyakit kanker payudara saya

35 87.5 4 10 1 2.5 0 0

20 Saya menjadi berkeringat apabila memikirkan penyakit kanker payudara saya


(2)

Lampiran 7

TAKSASI DANA 1. Persiapan proposal

a. Biaya kertas dan tinta printer : Rp 100.000 b. Fotocopy sumber-sumber dan tinjauan pustaka : Rp 100.000

c. Perbanyak proposal : Rp 100.000

d. Biaya internet : Rp 200.000

e. Translate kuesioner : Rp 125.000

f. Survei awal : Rp 50.000

g. Sidang proposal : Rp 100.000

2. Pengumpulan data

a. Survey RS Adam Malik dan izin penelitian : Rp 200.000

b. Transportasi : Rp 50.000

c. Pengadaan kuesioner : Rp 200.000

d. Cendera mata : Rp 300.000

3. Aanalisa data dan penyusunan laporan penelitian

a. Biaya kertas dan printer : Rp 150.000

b. Penjilidan : Rp 100.000

c. Penggandaan laporan penelitian : Rp 150.000

4. Biaya tak terduga : Rp 100.000


(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Nama lengkap : Meszadeba Tumanggor

2. NIM : 091101045

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Tempat/tgl lahir : Tanjung pandan/15 Februari 1992

5. Alamat lengkap : Jln. Kapten Pattimura, RT22/06 No.18 Kota Jambi

No Hp : 085361245159

e-mail : kepompong_mesa.ketupat@yahoo.com 6. Status pendidikan

Jurusan : S1 Keperawatan Fakultas : Keperawatan

Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara 7. Riwayat pendidikan

a. SD : SD Negeri 147 Kota Jambi (Lulus tahun 2003) b. SMP : SMP Negeri 11 Kota Jambi (Lulus tahun 2006) c. SMA : SMA Negeri 5 Kota Jambi (Lulus Tahun 2009)