Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Pengetahuan Ibu Terkait Pola Asuh Anak Usia Golden Age di Dusun Plalar Kulon Kabupaten Semarang T1 462012024 BAB II

(1)

7

Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang konsep permasalahan yang diangkat, diantaranya tentang pengetahuan, faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan, tahap tumbuh kembang yang dilewati anak usia golden age (0 - 5 tahun).

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengetian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan indera penglihatan (Notoatmodjo, 2005)

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek (Mubarak, 2007)


(2)

Pengaruh pengetahuan ibu terhadap perkembangan anak sangat penting, sebab ibu yang mempunyai pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Notoatmodjo, 2005).

2.1.2 Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam kognitif mempunyai enam aspek :

1. Tahu (Know), tahu merupakan tingkatan paling rendah dalam domain kognitif. Tahu berarti kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (comprehension) Menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (aplication) merupakan kemampuan untuk

menggunakan rumus-rumus, metode dalam situasi yang lain.

4. Analisi (analysis) yang merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(3)

5. Sintesis (sinthesis) yang merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation) yang merupakan terakhir untuk melakukan evaluasi penilain terhadap suatu materi (Ngatimin,2000).

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmojdo, (2010) yaitu :

1. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka dia akan semakin mudah menerima hal-hal baru sehingga akan lebih muda juga untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut

2. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas.

3. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai dengan tindaknya kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.


(4)

4. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu maksudnya pendidikan yang tinggi, pengalaman yang luas dan umur yang semakin tua.

5. Sosial Ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin.Begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada mereka sesuiakan dengan pendapatan yang ada (Notoadmojo, 2010).

2.2 Pengertian Pola asuh

Pengasuhan berasal dari kata asuh (to tear) yang mempunyai makna menjaga, merawat dan mendidik anak yang masih kecil. Pada prinsipnya cara pengasuhan anak mengandung sifat : pengajaran (Instructing), penghargaan (rewarding) dan pembujukan (inciting). Pola asuh anak merupakan praktek pengasuhan yang diterapkan kepada anak balita dan pemeliharaan kesehatan. Pengasuhan adalah suatu tindakan atau interaksi yang diberikan orang tua kepada anaknya yang berupa melindungi,


(5)

membimbing, memberikan makan, memberikan kasih sayang dari bayi anak tumbuh dewasa.

Pada waktu anak belum dapat dilepas sendiri maka semua kebutuhan sehari-hari seperti makanan, pakaian, kesehatan dan lain-lain masih tergantung pada orang lain terkhususnya ibu. Dalam mengembangkan sumber daya keluarga, peran ibu sebagai pengasuh dan mendidik anak di dalam keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan tumbuh kembang anak. Lingkungan keluarga terutama ibu atau orang tua bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan kualitas hidup anak sesuai tumbuh kembang potensinya. Potensi ini menyangkut kesehatan, gizi, maupun psikososialnya. Untuk dapat melakukan tanggung jawabnya orang tua di tuntut untuk memelihara kesehatan anak, memberikan makanan bergizi, memberikan pendidikan dan mencipatakan lingkungan psikososial yang kondusif (Kependudukan RI, 2000 & Sulystryorini,2007).

Pola pengasuhan anak dalam rumah tangga mencakup beberapa aspek, menurut Eagle dalam Sulystryorini (2007) pola asuh anak merupakan satu faktor penting dalam terjadinya gangguan status gizi, yang termasuk pola asuh adalah pemberiaan ASI, penyedian dan pemberian makanan pada anak, serta pemberian rasa aman pada anak. Selain itu, perilaku pengasuhan mencakup empat aspek yaitu (1) Perilaku pengasuhan makanan, (2)


(6)

perilaku pengasuhan dalam hygiene, (3) Perilaku pengasuhan dalam psiko sosial, (4) Perilaku pengasuhan dalam kesehatan. Dengan adanya 4 aspek ini maka kualitas pengasuhan akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak balita.

2.3 Tumbuh Kembang Anak

2.3.1 Pengertian Tumbuh Kembang Anak

Dalam bukunya Soejtiningsih (2002), tumbuh kembang berasal dari dua peristiwa yang berbeda yaitu pertumbuhan dan perkembangan namun keduannya tidak dapat saling dipisahkan. Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pounds, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tumbuh kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil proses dari pematangan. Termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai interaksi dengan lingkungannya (Soejtiningsih,2002). Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi secara fisik, intelektual, maupun emosional. Pada semua dimensi tumbuh kembang terdapat urutan yang jelas dan dapat diperkirakan tetapi laju perkembangan setiap anak


(7)

tidak sama. Terdapat variasi yang besar dalam hal usia pencapaian tahap perkembangannya. Sebagian tumbuh dan berkembang dengan cepat sedangkan lainnya lambat dalam mencapai maturasi. Periode usia perkembangan dapat dimulai dari usia prenatal (konsepsi-lahir), masa bayi (lahir - 1 tahun), masa kanak-kanak awal (toddler 1 - 3 tahun dan prasekolah 3-5 tahun), masa kanak-kanak pertengahan ( 6 - 12 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (12 - 19 tahun). Masing-masing periode memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai yaitu serangkaian ketrampilan dan kompetensi yang harus dikuasai pada tahap perkembangannya, agar anak mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya (Wong, 2009).

2.3.2 Tahap tumbuh kembang anak 2.3.2.1 Usia infant (0-1 tahun)

Usia infant adalah periode dari kelahiran sampai usia dua puluh empat bulan. Ini adalah masa ketika anak sangat tergantung kepada orang tuanya. Banyak aktivitas seperti perkembangan bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor dan pembelajaran sosial baru mulai (Nelson, 2010).


(8)

2.3.2.2 Usia toddler (1 - 3 tahun)

Masa toddler berada dalam rentang dari masa kanak-kanak mulai berjalan sendiri sampai mereka berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu mendekati usia 12 sampai 36 bulan (Potter & Perry, 2010). Pada masa ini seorang anak mulai belajar menentukan arah perkembangan dirinya, suatu fase yang mendasari derajat kesehatan, perkembangan emosional, derajat pendidikan, kepercayan diri, kemampuan bersosialisasi, serta kemampuan diri seorang anak dimasa mendatang.

2.3.2.3 Usia preschool (3 - 5 tahun)

Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai lima tahun. Anak usia ini perkembangan lebih pada kemandirian dan sosialisasi. Pada usia ini perkembangan motorik, bahasa, kreativitas, sosial, moral dan emosional mulai terbentuk dan cenderung menetap sampai usia dewasa (Wong, 2002).

2.3.2.4 Perkembangan motorik kasar dan halus

Perkembangan motorik kasar dan halus usia infant, toddler, dan prasekolah yaitu sebagai berikut :

1) Usia infant :

Perkembangan motorik halus pada usia infant meliputi penggunaan tangan dan jari-jari dalam tindakan


(9)

(menggenggam) suatu benda. Penggenggaman terjadi selama 2-3 bulan pertamasebagai refleks dan secara bertahap menjadi volunteer. Pada usia 1 bulan, tanggan secara dominan dalam keadaan tertutup, dan pada 3 bulan lebih banyak terbuka. Mulai usia ini bayi, memperlihatkan keinginan menggenggam setiap benda, namun mereka “menggenggam” benda tersebut lebih dengan mata dibandingkan dengan tangan. Pada usia 4 bulan bayi memperlihatkan pellet kecil dan tangan, kemudian melihat dari benda ketangan dan dari tangan ke benda. Pada usia 5 bulan bayi sudah mampu menggenggam benda secara volunter.

Pada usia 6 bulan, bayi telah mengembangkan ketrampilan manipulativ, bayi memegang botol, menggengam kaki dan menariknya ke mulut. Pada usia 7 bulan, bayi dapat memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain, menggunakan satu tangan untuk menggenggam, dan memegangi kubus pada masing-masing tangan secara bersamaan. Pada usia 8 sampai 9 bulan bayi menggunakan genggaman cubit kasar, pada usia 10 bulan genggaman cubit telah cukup terbentuk sehingga memungkinkan bayi mengambil kismis dan benda kecil lainnya. Pada usia 11 bulan mereka dapat


(10)

memasukan benda ke dalam wadah dan senang memindahkannya. Pada usia 1 tahun, bayi berusaha membangun menara dari dua balok (Wong, 2009).

Perkembangan motorik kasar yaitu :

- Kontrol kepala : bayi baru lahir cukup bulan secara sementara dapat mempertahankan kepalanya di garis tengah dan pararel ketika ketika badannya digantung secar ventral dan dapat mengangkat serta menegakkan kepala dari satu sisi ke sisi lainya ketika dalam posisi prone (tengkurap). Kepala bayi yang terkulai jelas terlihat ketika bayi ditarik dari posisi berbaring ke posisi duduk. Pada usia 3 bulan bayi dapat mempertahankan kepalanya dengan baik di atas permukaan tubuhnya. Pada usia 4 bulan, bayi dapat mengangkat kepala dan bagian depan dadanya sekitar 90 derajat dan menahan berat badanya pada lengan bawah, pada usia 4 sampai 6 bulan kontrol kepala bayi telah terbentuk dengan baik.

- Berguling : bayi baru lahir dapat berguling secara tidak sengaja karena punggungnnya membulat. Kemampuan berguling secara sengaja dari posisi punggung ke perut terjadi pada usia 5 bulan, dan kemampuan untuk berpindah dari punggung ke


(11)

abdomen terjadi pada usia 6 bulan. Bayi yang diletakan untuk tidur pada posisi miring dapat dengan mudah berguling ke posisi tengkurap. Ketika bayi terjaga, posisi tengkurap bisa diterima untuk meninggkatkan pencapaian perkembangan seperti kontrol kepala, meranggkak, bergerak maju secar perlahan-lahan dan berguling.

- Duduk : bayi sudah memiliki punggung membulat secara sempurna, dan bayi tidak memiliki kemampuan untuk duduk tegak pada usia 1 bulan. Pada usia 2 bulan, bayi memperlihatkan kontrol yang lebih besar, punggung tetap bulat, namun bayi dapat berupaya untuk menarik punggungnya ke atas dengan sedikit kontrol kepala. Punggung membulat hanya diarea lumbal, dan bayi mampu duduk tegak dangan kontol kepala yang baik pada usia 4 sampai 6 bulan. Pada usia 7 bulan, bayi dapat duduk sendiri dengan bersandar pada tangan untuk sokongan, dan pada usia 8 bulan bayi duduk tanpa di sokong dan mulai mengeksplorasi area sekitar mereka dalam posisi ini dari pada posisi dalam posisi berbaring. Pada usia 10 bulan ke atas, bayi dapat melakukan maneuver dari posisi tengkurap ke posisi duduk.


(12)

- Lokomosi : pada bayi lokomosi melibatkan pengenalan kemampuan menahan beban, mendorong kedepan pada ke empat ekstremitas, berdiri tegak dengan sokongan, dan pada akhirnya berjalan sendiri. Lokomosi awal terjadi ketika bayi mendorong diri mereka sendiri ke belakang dengan mendorong memakai lengannya.

- Merangkak : Bayi bergerak secara perlahan-lahan pada tangan dan lutut pada usia 9 bulan. Pada usia ini, bayi dapat berdiri sambil memegangi furniture dan dapat menarik dirinya sendiri keposisi berdiri, namun mereka tak mampu melakukan manuver kebelakang dan bawah kecuali ketika jatuh. Pada usia 11 bulan bayi dapat berjalan sambil memegangi furnitur atau dengan kedua tangan dipegangi, dan usia 1 tahun mereka mampu berjalan dengan satu tangan dipegangi.

2) Usia toddler :

Toddler mampu berjalan sendiri dengan jarak kaki yang melebar pada jarak tertentu. Selanjutnya toddler mulai berlari akan tetapi masih mudah jatuh pada usia 18 bulan


(13)

3) Usia Preschool :

Seorang anak akan bergerak cepat pada usia 3- 5 tahun, sebagian besar anak-anak akan mampu bejalan, berlari, memanjat dan melompat diusia ini. Prediktabilitas perkembangan motorik awal menunjukan hubungan dengan kondisi genetik. Meskipun hal ini benar dalam kondisi tertentu ada bukti bahwa lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan motorik. Pada motorik halus anak sudah mulai berkembang sehingga sudah dapat menggambar dan menulis. Kreativitas sangat jelas dalam menggambar, melukis, dan kegiatan seni lainnya. Tema dan emosi muncul dalam gambar anak sering mencerminkan isu-isu emosional terbesar yang penting bagi akan (Wong,2009)

2.3.2.5 Perkembangn psikoseksual

Freud dalam Wong (2009) menjelaskan bahwa tahapan psikoseksual anak dibagi dalam beberapa tahap :

- Tahap perkembangan oral :

Selama masa bayi, sumber utama mencari kesenangan berpusat pada aktivitas oral, seperti menghisap, menggigit, mengunyah, dan berbicara.


(14)

Anak boleh memilih salah satu dari yang disebutkan ini, dan metode pemuasan kebutuhan oral yang di pilih dapat memberikan beberapa indikasi kepribadian yang sedang mereka bentuk.

- Tahap perkembangan anal :

Pada anak usia toddler (1-3 tahun), terjadi tahap anal, dimana kepuasan pada fase ini adalah pengeluaran tinja, anak akan menunjukan kelakuannya, sikap sangat narsistik yatu cinta terhadap diri sendiri dan egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak dapat latihan kebersihan. Menurut freud keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara dimana orang tua melakukan pendekatan toilet training. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunkan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif.


(15)

- Tahap perkembangan falik :

Anak prasekolah membentuk kelekatan yang kuat dengan orang tua yang berlawan jenis kelamin sambil mengidentifikasi orang tua yang berjenis kelamin sama. Saat identitas seksual berkembang melebihi pengenalan gender, maka kerendahan hati menjadi perhatian, begitu juga ketakutanadanya mutilasi. Terjadi imitasi peran seks, dan “berdandan seperti ibu atau ayah” meruapak aktivitas yang penting. Eksplorasi seksual mungkin kini lebih menonjol dari sebelumnya, terutama dalam hal ekplorasi dan manipulasi genital.

2.3.2.6 Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif dikembangkan oleh jean Piaget dalam wong (2009) berdasarkan perkembangan dalam rentang usianya, maka perkembangan kognitif akan berkembang sebagai berikut :

- Tahap sensorimotorik (antara lahir sampai dau tahun), kemampuan intelektual berkembang dan bayi memperoleh pengetahuan tentang lingkungan melalui indra. Perkembangan mengalami kemajuan dari aktivitas refleksif ke tindakan yang memiliki tujuan


(16)

yang ditandai dengan penggunaan reflex yang dibawah sejak lahir dan dapat diduga untuk bertahan hidup (misalnya menghisap dan menggenggam). Reaksi sirkular primer ditandai dengan pengulangan yang stereotip dan bayi fokus pada tubuhnya sendiri sebagai pusat perhatian (mislnya bayi menemukan tubuhnya sendiri). Reaksi sirkular sekunder dikarakteristikan dengan adaptasi yang diperoleh dan mengalihkan perhatian pada objek dan lingkungan (misalnya bayi mencari objek yang jatuh). Pola yang disengaja dan konsilidasi serta koordinasi menandai koordinasi pada pola sekunder (bayi secara aktif mencari objek yang tersembunyi (Wong,2009).

- Tahap preoprasional

Pada usia ini anak menggunakan pikirannya untuk mengingat kembali, menggambarkan keadaan sekarang, dan mengantisipasi keadaan yang akan datang. Selama fase ini toddler membentuk konsep yang lengkap atau berlogika seperti orang dewasa. Membuat klasifikasi yang sederhana, menggabungkan suatu kejadian dengan kejadian yang bersamaan, menunjukan pemikiran yang egosentrik (Wong, 2009). Tugas yang berhubungan


(17)

dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk sekolah dan pelajaran sekolah. Banyak proses berfikir pada periode ini sangat penting dalam mencapai kesiapan tersebut. Teori kognitif piaget sebernanya tidak meliputi periode yang khusus untuk anak uia 3 sampai 5 tahun. Pada periode ini terjadi Fase praoperasionalmeliputi anak dalam rentang usia 2 sampai 7 tahun dibagi menjadi 2 tahap : fase prakonseptual ( usia 2 - 4 tahun) dan fase intuitif (usia 4 - 7 tahun). Salah satu transisi utama selama kedua fase tersebut adalah perpindahan dari pikiran egosentris total menjadi kesadaran sosial dan kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain (Wong, 2009)

2.3.2.7 Perkembangan psikososial

Menurut teori Erikson yang dikemukakan dalam perkembangan psikososial dalam fase tumbuh kembang psikososial anak adalah sebagai berikut :

- trust vs mistrust

Pada tahap ini bayi mengalami konflik antara percaya dan tidak percaya. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik. Pada saat itu, hubungan bayi


(18)

dengan ibu menjadi sangat penting. Kalau ibu memberi bayi makan, memeluk dan mengajaknya bicara, maka bayi akan memperoleh kesan bahwa lingkungannya dapat menerima kehadirannya secara hangat dan bersahabat. Ini yang menjadi landasan rasa percaya. Sebaliknya, jika ibu tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, maka dalam diri bayi akan timbul rasa ketidakpercayaan terhadap lingkungannya.

- Autonomi vs malu dan ragu

Perkembangan autonomi selama periode toddler berpusat pada peningkatan kemampuan anak untuk mengendalikan tubuh mereka. Mereka ingin melakukan hal-hal untuk diri sendiri, menggunakan ketrampilan motorik yang baru mereka peroleh seperti, berjalan, memanjat dan memanipulasi, serta menggunakan kekuatan mental mereka dalam memilih dan membuat keputusan. Jika bayi terlalu banyak dilarang atau dihukum terlalu keras, maka mereka cenderung akan mengembangkan perasaan malu dan ragu - ragu (Wong, 2009).


(19)

Dimasa ini anak sedang dalam stadium belajar energik. Mereka bermain, bekerja, dan hidup sepenuhnya serta merasakan rasa pencapaian dan kepuasaan yang sebernanya dalam aktivitas mereka. Anak akan mengalami rasa bersalah ketika anak telah melampaui batas kemampuan, karena tidak berprilaku atau bertindak dengan benar. Perasaan bersalah, ansietas, dan takut juga bisa diakibatkan oleh pikiran yang berbeda dengan perilaku yang diharapkan.

2.3.2.8 Perkembangan Bahasa dan berbicara 1) Usia infant

Perkembangan bahasa anak terlihat dari perubahan dari tangisan hingga akhirnya anak mampu membuat kata dan kalimat. Pada umumnya bayi sering menangis pada minggu- minggu pertama kehidupan, baik siang maupun malam. Ini karena bayi yang baru lahir masih berada dalam fase penyesuaian dari dalam kandungan ke dunia luar. Banyak dan sedikitnya tangisan, menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya “Perkembangan Anak II”, berbeda- beda menurut cepat dan memadainya pemenuhan kebutuhan dan


(20)

keinginan mereka. Jika dipenuhi dengan segera, bayi kemudian hanya akan menangis karena merasa sakit dan tertekan. Setelah umur dua minggu, ada sebagian bayi yang menangis berlebihan (Soetjiningsih,2010)

2) Usia toddler

Pada perkembangan bahasa untuk anak usia toddler sudah memiliki perbendaharaan kata sekitar 300 kata, termasuk nama, menanyakan sesuatu dengan menunjuk, memahami perintah sederhana, dapat menggunakan gelengan kepala untuk mengatakan “tidak” menggunakan “tidak” meskipun setuju terhadap permintaan. Mengatakan kebutuhan untuk pergi ke toilet, makan ataupun minum, berbicara berulang-ulang.

3) Usia preschool

Tugas perkembangan bahasa merupakan serangkaian ketrampilan dankompetensi yang harus dicapai dan dikuasai oleh anak sesuai dengan tahapperkembangan usia anak. Menurut Wong (2009) pada usia prasekolah perkembangan bahasa yang harus dicapai adalah :


(21)

- Usia 3 tahun : Anak Mempunyai perbendaharaan kata sekitar 900 kata, Menggunakan percakapan telegrafik, Menggunakan kalimat lengkap terdiri dari 3 atau 4 kata, berbicara terus-menerus tanpa memperhatikan ada tidaknya orang yang memperhatikan, mengulang-ulang kalimat dengan 6 suku kata, bertanya dengan banyak pertanyaan. - Usia 4 tahun : Mempunyai perbendaharaan 1500 kata

atau lebih, menggunakan kalimat yang terdiri atas 1500 kata atau lebih, kesukaan bertanya pada puncaknya, menceritakan cerita secara berlebihan, mengetahui lagu sederhana, mematuhi empat frase preposisional seperti di bawah,di atas, disamping, di depan atau di belakang, menyebutkan nama satu warna, memahami analogi seperti : jika es dingin maka api panas.

- Usia 5 tahun : Memiliki perbendaharaan sekitar 2100 kata, menggunakan kalimat yang terdiri atas 6 sampai 8 kata, menamakan 4 warna atau lebih, menerangkan gambar atau lukisan dengan banyak komentar dan menyebutkannya satu per satu, mengetahui nama-nama hari , bulan dan keterangan waktu, mengetahui komposisi benda misalnya sendok


(22)

terbuat dari logam, dapat mengikuti tiga perintah secara berturut-turut.

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Faktor-faktor yang mempengaruhi tahap pertumbuhan anak adalah faktor keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan adalah faktor yang tidak dapat dirubah. Sukarmin (2009), menambahkan yang termasuk faktor keturunan adalah jenis kelamin dan suku bangsa atau ras. Faktor lingkungan adalah faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.

Faktor lingkungan secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu faktor lingkungan pranatal dan faktor lingkungan postnatal. Lingkungan pranatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu di dalam kandungan. Faktor lingkungan pranatal antara lain, gizi ibu pada waktu hamil, toksin, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia embrio. Sedangkan lingkungan postnatal adalah yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir. Faktor postnatal terdiri dari lingkungan biologis, faktor fisik dan faktor psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat. Yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi


(23)

metabolisme dan hormon. Faktor fisik yang mempengaruhi pertumbuhan anak antara lain cuaca, musim, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi. Sedangkan yang termasuk kedalam faktor psikososial antara lain stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang wajar, kelompok sebaya, sekolah,cinta dan kasih sayang, serta kualitas interaksi anak dengan orang tua (Surjadi, 2004)

Faktor keluarga dan adat istiadat antara lain pekerjaan atau pendapatan, pendidikan ibu dan ayah, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadan ayah atau ibu, adat istiadat, agama, urbanisasi dan kehidupan politik. Tingkat pendidikan khususnya tingkat pendidikan ibu mempengaruhi derajat kesehatan karena unsur pendidikan ibu dapat berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan anak. Menurut Depkes RI (2004), menyatakan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan menerapkannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari.

Tahap tumbuh kembang dan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang yang sudah dibahas diatas merupakan tahapan-tahapan penting yang dilalui anak usia Golden age (0 - 5 tahun). Periode penting dalam proses tumbuh kembang anak adalah masa lima tahun pertama


(24)

(Center on the Developing Child Harvard University, 2009), yang merupakan masa emas kehidupan individu. Golden period merupakan masa dimana kemampuan otak anak untuk menyerap segala bentuk informasi sangatlah tinggi, karena sekitar 80% otak anak berkembang pada periode emas tersebut (Ambarwati & Handoko, 2011). Masa ini juga merupakan jendela kesempatan bagi anak, yang memungkinkan anak untuk mengasah seluruh aspek perkembangan motorik, penglihatan, kemampuan berpikir, kemampuan bahasa, perkembangan sosial, serta kecerdasan emosional. Masa emas ini sekaligus merupakan periode kritis bagi anak karena pada masa ini lingkungan memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan anak, khususnya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, serta kurangnya stimulasi, akan berdampak buruk pada perkembangan anak (Kemenkes RI, 2011).


(25)

2.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori di atas, maka kerangka konsep darigambaran tingkat pengetahuan pola asuh Ibu dalam proses tumbuh kembang anak usia Golden Agedapat dilihat pada kerangka dibawah ini :

Keterangan : : Diteliti

: Acuan untuk penentuan tingkat pengetahuan pola asuh.

Baik

Kategori Kurang

Cukup Tingkat Pengetahuan Pola

Asuh Ibu pada proses Tumbuh Kembang Anak Usia

Golden Age

Faktor – faktor yang mempengaruhi :

1. Informasi 2. Pendidikan 3. Pengalaman 4. Sosial ekonomi 5. Budaya


(1)

keinginan mereka. Jika dipenuhi dengan segera, bayi kemudian hanya akan menangis karena merasa sakit dan tertekan. Setelah umur dua minggu, ada sebagian bayi yang menangis berlebihan (Soetjiningsih,2010)

2) Usia toddler

Pada perkembangan bahasa untuk anak usia toddler sudah memiliki perbendaharaan kata sekitar 300 kata, termasuk nama, menanyakan sesuatu dengan menunjuk, memahami perintah sederhana, dapat menggunakan gelengan kepala untuk mengatakan “tidak” menggunakan “tidak” meskipun setuju terhadap permintaan. Mengatakan kebutuhan untuk pergi ke toilet, makan ataupun minum, berbicara berulang-ulang.

3) Usia preschool

Tugas perkembangan bahasa merupakan serangkaian ketrampilan dankompetensi yang harus dicapai dan dikuasai oleh anak sesuai dengan tahapperkembangan usia anak. Menurut Wong (2009) pada usia prasekolah perkembangan bahasa yang harus dicapai adalah :


(2)

- Usia 3 tahun : Anak Mempunyai perbendaharaan kata sekitar 900 kata, Menggunakan percakapan telegrafik, Menggunakan kalimat lengkap terdiri dari 3 atau 4 kata, berbicara terus-menerus tanpa memperhatikan ada tidaknya orang yang memperhatikan, mengulang-ulang kalimat dengan 6 suku kata, bertanya dengan banyak pertanyaan. - Usia 4 tahun : Mempunyai perbendaharaan 1500 kata

atau lebih, menggunakan kalimat yang terdiri atas 1500 kata atau lebih, kesukaan bertanya pada puncaknya, menceritakan cerita secara berlebihan, mengetahui lagu sederhana, mematuhi empat frase preposisional seperti di bawah,di atas, disamping, di depan atau di belakang, menyebutkan nama satu warna, memahami analogi seperti : jika es dingin maka api panas.

- Usia 5 tahun : Memiliki perbendaharaan sekitar 2100 kata, menggunakan kalimat yang terdiri atas 6 sampai 8 kata, menamakan 4 warna atau lebih, menerangkan gambar atau lukisan dengan banyak komentar dan menyebutkannya satu per satu, mengetahui nama-nama hari , bulan dan keterangan waktu, mengetahui komposisi benda misalnya sendok


(3)

terbuat dari logam, dapat mengikuti tiga perintah secara berturut-turut.

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Faktor-faktor yang mempengaruhi tahap pertumbuhan anak adalah faktor keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan adalah faktor yang tidak dapat dirubah. Sukarmin (2009), menambahkan yang termasuk faktor keturunan adalah jenis kelamin dan suku bangsa atau ras. Faktor lingkungan adalah faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.

Faktor lingkungan secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu faktor lingkungan pranatal dan faktor lingkungan postnatal. Lingkungan pranatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu di dalam kandungan. Faktor lingkungan pranatal antara lain, gizi ibu pada waktu hamil, toksin, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia embrio. Sedangkan lingkungan postnatal adalah yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir. Faktor postnatal terdiri dari lingkungan biologis, faktor fisik dan faktor psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat. Yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi


(4)

metabolisme dan hormon. Faktor fisik yang mempengaruhi pertumbuhan anak antara lain cuaca, musim, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi. Sedangkan yang termasuk kedalam faktor psikososial antara lain stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang wajar, kelompok sebaya, sekolah,cinta dan kasih sayang, serta kualitas interaksi anak dengan orang tua (Surjadi, 2004)

Faktor keluarga dan adat istiadat antara lain pekerjaan atau pendapatan, pendidikan ibu dan ayah, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadan ayah atau ibu, adat istiadat, agama, urbanisasi dan kehidupan politik. Tingkat pendidikan khususnya tingkat pendidikan ibu mempengaruhi derajat kesehatan karena unsur pendidikan ibu dapat berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan anak. Menurut Depkes RI (2004), menyatakan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan menerapkannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari.

Tahap tumbuh kembang dan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang yang sudah dibahas diatas merupakan tahapan-tahapan penting yang dilalui anak usia Golden age (0 - 5 tahun). Periode penting dalam proses tumbuh kembang anak adalah masa lima tahun pertama


(5)

(Center on the Developing Child Harvard University, 2009), yang merupakan masa emas kehidupan individu. Golden period merupakan masa dimana kemampuan otak anak untuk menyerap segala bentuk informasi sangatlah tinggi, karena sekitar 80% otak anak berkembang pada periode emas tersebut (Ambarwati & Handoko, 2011). Masa ini juga merupakan jendela kesempatan bagi anak, yang memungkinkan anak untuk mengasah seluruh aspek perkembangan motorik, penglihatan, kemampuan berpikir, kemampuan bahasa, perkembangan sosial, serta kecerdasan emosional. Masa emas ini sekaligus merupakan periode kritis bagi anak karena pada masa ini lingkungan memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan anak, khususnya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, serta kurangnya stimulasi, akan berdampak buruk pada perkembangan anak (Kemenkes RI, 2011).


(6)

2.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori di atas, maka kerangka konsep darigambaran tingkat pengetahuan pola asuh Ibu dalam proses tumbuh kembang anak usia Golden Agedapat dilihat pada kerangka dibawah ini :

Keterangan : : Diteliti

: Acuan untuk penentuan tingkat pengetahuan pola asuh.

Baik Kategori Kurang

Cukup Tingkat Pengetahuan Pola

Asuh Ibu pada proses Tumbuh Kembang Anak Usia

Golden Age

Faktor – faktor yang mempengaruhi :

1. Informasi 2. Pendidikan 3. Pengalaman 4. Sosial ekonomi 5. Budaya


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab dan Dampak Terjadinya Pernikahan Dini pada Remaja di Dusun Plalar Kulon Desa Kopeng Kabupaten Semarang T1 462012094 BAB II

0 1 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun Plalar Kulon Desa Kopeng T1 462012087 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun Plalar Kulon Desa Kopeng T1 462012087 BAB II

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun Plalar Kulon Desa Kopeng T1 462012087 BAB IV

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Pengetahuan Ibu Terkait Pola Asuh Anak Usia Golden Age di Dusun Plalar Kulon Kabupaten Semarang

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Pengetahuan Ibu Terkait Pola Asuh Anak Usia Golden Age di Dusun Plalar Kulon Kabupaten Semarang T1 462012024 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Pengetahuan Ibu Terkait Pola Asuh Anak Usia Golden Age di Dusun Plalar Kulon Kabupaten Semarang T1 462012024 BAB IV

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Pengetahuan Ibu Terkait Pola Asuh Anak Usia Golden Age di Dusun Plalar Kulon Kabupaten Semarang T1 462012024 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Pengetahuan Ibu Terkait Pola Asuh Anak Usia Golden Age di Dusun Plalar Kulon Kabupaten Semarang

0 0 16

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Pola Asuh Orang Tua pada Anak di Keluarga Buruh Pabrik Dusun Kadipaten Kabupaten Semarang T1 BAB II

0 0 23