Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akta Kelahiran sebagai Hak Konstitusional Anak: Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012080 BAB I

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam suatu Negara khususnya Indonesia anak memiliki peran yang sangat penting. Anak merupakan generasi penerus serta masa depan suatu Negara, berdasarkan Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo undang Nomer 35 Tahun 2014 tentang tentang Perubahan atas Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 butir 1, anak adalah sesorang yang belum berusia 18 tahun. Dan seorang Anak merupakan manusia yang di ciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa sehingga anak memiliki hak harus dilindungi. Dalam Pasal 1 butir ke 12 Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 jo Undang-undang Nomer 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang nomer 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menejelaskan bahwa Hak Anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah,dan negara.Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada manusia yang mencerminkan martabatnya, yang harus memeperoleh jaminan hukum, sebab hak-hak hanya efektif apabila hak-hak itu

dilindungi hukum.1

1

Maidin Gultom, .Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia


(2)

Dalam Undang-undang Dasar 1945 pada Pasal 28A sampai 28J melindungi jelas tentang Hak asasi manusia dan hak anak merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia sehingga bisa dibilang bahwa hak yang dimilki seorang anak merupakan Hak Konstitusional , Hak konstitusional adalah hak-hak yang dijamin oleh konstitusi atau

Undang-undang Dasar, baik jaminan itu dinyatakan secara tegas maupun tersirat.2

Berdasarkan pengertian diatas secara jelas hak yang dimilki seorang anak dapat di simpulkan sebagai hak asasi anak. Hak asasi anak adalah hak asasi manusia plus dalam arti kata harus mendapatkan perhatian khusus dalam memberikan perlindungan, agar anak yang baru lahir akan tumbuh dan berkembang mendapat hak

asasi manusia secara utuh. 3 Dalam Undang-undang Nomer 39 Tahun 1999 Tentang

Hak Asasi Manusia dalam pasal 52 sampai Pasal 66 Menjelaskan Tentang Hak-hak Anak seperti hak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan Negara ,Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya, Setiap anak sejak kelahirannya berhak atas suatu nama dan status kewarganegaraannya, untuk anak yang cacat fisik dan/atau mental berhak untuk memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya Negara, untuk anak yang cacat fisik dan/atau mental berhak untuk terjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dll. Selain Undang-undang Ham Dalam Undang-undang Nomer 23 Tahun

2

I Dewa Gede Palguna, Pengaduan Konstitusional upaya Hukum terhadap Pelanggaran Hak-hak Konstitusional Warga Negara. Jakarta: Sinar Grafika. 2013. Hlm 111.

3

H, R, Abdussalam, dan Andri Desasfuryanto,.Hukum Perlindungan Anak.PTIK: Jakarta. 2014. Hlm 11.


(3)

2002 tentang Perlindungan Anak jo Undang-undang Nomer 35 Tahun 2014 tentang tentang Perubahan atas Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 4 sampai pada pada pasal 12 menegaskan juga tentang hak-hak seorang anak seperti hak anak atas identitas , hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan social, Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, dll.

Selain dalam Undang-undang Perlindungan Anak Dunia Internasional juga melindungi apa yang seharusnya menjadi Hak Anak, pada tanggal 20 Nopember 1959 dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa telah mengesahkan Hak-hak

Anak.4 secara garis besar Deklarasi ini memuat 10 asas tentang hak-hak anak yaitu:

hak untuk memperoleh perlindungan khusus, kesempatan dan fasilitas yang memungkinkan mereka berkembang secara sehat dan wajar dalam keadaan bebas dan

4


(4)

bermanfaat, memiliki nama dan kebangsaan sejak lahir, mendapat jaminan sosial termasuk gizi yang cukup, perumahan, rekreasi dan pelayanan kesehatan, memperoleh pendidikan, perawatan dan perlakuan khusus jika mereka cacat, tumbuh dan dibesarkan dalam suasana yang penuh kasih dan rasa aman sedapat mungkin di bawah asuhan serta tanggung jawab orangtua mereka sendiri mendapatkan pendidikan, dan dalam hal terjadi kecelakaan / malapetaka , mereka termasuk yang pertama memperoleh perlindungan serta pertolongan, memperoleh perlindungan terhadap segala bentuk yang menyia-nyiakan anak, kekejaman dan penindasan serta

perbuatan yang mengarah kedalam bentuk diskriminasi.5 Dalam beberapa peraturan

diatas termasuk Undang-undang Dasar masing-masing menjelaskan atau

mencantumkan hak-hak anak yaitu salah satunya ialah setiap anak berhak atas suatu nama sebagai suatu identitas dan status kewarganegaraan, hal ini diperjelas melalui Pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomer 23 tahun 2002 jo Undang-undang Nomer 35 Tahun 2014 tentang tentang Perubahan atas Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatakan bahwa identitas setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya dan pada ayat 2 mengatakan bahwa identitas yang dimaksud pada ayat 1 dituangkan dalam akta kelahiran,secara tertulis pengertian dari akta kelahiran penulis tidak menemukan secara jelas, oleh sebab itu Sebelum kita mengetahui arti dari akta kelahiran kita harus mengetahui pengertian dari akta catatan sipil . akta catatan sipil ialah alat bukti yang kuat atas peristiwa ( kejadian ) untuk memperoleh kepastian hukum dari status keperdataan seseorang yang mengalami peristiwa hukum tersebut dan membantu/memperlancar aktivitas pemerintah dibidang kependudukan

5


(5)

dan pencatatn tersebut dilakukan oleh lembaga catatan sipil.6 Berdasarkan Pengertian diatas penulis menyimpulkan akta kelahiran ialah pencatatan yang di lakukan lembaga catatan sipil untuk pembuktian yang selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya serta memberikan kepastian hukum yang sebesar-besarnya atas peristiwa kelahiran. Pendapat lain yaitu Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengartikan akta kelahiran adalah bentuk identitas setiap anak yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari hak sipil dan politik warga negara. Hak atas identitas merupakan bentuk pengakuan negara terhadap keberadaan seseorang di depan

hukum.7

Berdasarkan penjelasan tentang akta kelahiran diatas jelas bahwa akta kelahiran merupakan hak yang penting bagi seorang anak. namun di Indonesia hak tersebut masih belum bisa dimiliki semua orang anak di Indonesia, pendapat ini diperkuat

oleh pendapat kemendagri yang mengatakan” Dari 181 kabupaten dan kota seluruh di seluruh Indonesia, baru delapan daerah yang cakupan angka kepemilikan akta

kelahirannya di atas 75 persen”8.Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY adalah salah

satu daerah yang memiliki masalah dalam pemenuhan hak anak tersebut berdasarkan

pendapat Kepala Disdukcapil Gunungkidul Eko Subiantoro mengatakan

“Berdasarkan data yang ada per 30 Juni 2015, jumlah warga di Gunungkidul yang

berusia 18 tahun ke bawah ada 184.727 anak. Dari jumlah itu, yang terdata memiliki

6

Djaja s. meliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Orang dan Hukum Keluarga, CV. Nuansa aulia, Bandung, 2009, h. 46.

7

Tim KPAI,http://www.kpai.go.id/tinjauan/akta-kelahiran-adalah-hak-setiap-anak-indonesia-batalkan-uu-yang-persulit-pembuatan-akta-kelahiran/, 5 juni 2013. Diakses pada tanggal 21 september 2015.

8


(6)

Kemendagri,jogja.http://jogja.tribunnews.com/2015/10/07/masih-ada-56-juta-anak-yang-akta baru ada 138.612 anak, sisanya sebanyak 46,315 anak belum memiliki surat tanda kelahiran tersebut, jumlah anak yang belum memiliki KTP sekitar 25%. Kami akan terus berusaha mendorong warga anak-anak yang belum memiliki akta untuk

segera mengurusnya9. Dengan anak tidak memiliki akta kelahiran akan memiliki

dampak yang sangat bepengaruh terhadap masa depan si anak seperti yang di

kemukakan oleh Mentri Sosial yaitu Khofifah Indar Parawansa “Kalau tidak punya

akta kelahiran anak tidak bisa sekolah, tidak bisa menjadi PNS, TNI, Polri,” selain itu Mentri Sosial juga mengatakan bahwa 50 juta dari 85 juta jumlah anak Indonesia tidak memiliki akta kelahiran.Dari data tersebut jelas bahwa Pemerintah daerah Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY harus lebih intensif dalam memperjuangkan

hak anak khususnya akta kelahiran Dan Mentri sosial menambahkan “Anak yang

tidak memiliki akta kelahiran juga tidak bisa mendapatkan bantuan program pemerintah seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).

“Kalau mereka sudah punya akta kelahiran, kita anggap anak ini sudah memiliki „SIM‟ untuk mendapatkan berbagai hak dasar mereka,”10

dengan berdasarkan pernyataan mentri sosisal berikut seharusnya setiap anak harus dan wajib memiliki hak untuk identitas dalam bentuk akta kelahiran guna memperoleh masa depan yang baik dan berguna untuk bangsa dan negara.

9

Kepala Dinas Disdukcapil GunungKidul Eko Subiantoro, http://www.harianjogja.com/read/20151010/1/5398/25-anak-di-gunungkidul-belum-memiliki-akta-kelahiran, 9 Oktober 2015, diakses tanggal 11 Oktober 2015.

10

Mentri Sosial, http://mediasionline.com/news/mensos-harap-semua-anak-mempunyai-akta-kelahiran/, 14 september 2015. diakses tanggal 20 september 2015.


(7)

Dari pengaturan yang menjelaskan tentang hak anak khususnya tentang hak anak dalam memperoleh identitas sebagai hak konstitusional dalam bentuk akta kelahiranmasih belum terpenuhi secara merata di Indonesia khususnya di Kabupaten Gunung Kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan masalah yang ada , sebagai berikut :

Apakah yang menjadi faktor penyebab tidak terpenuhinya hak anak dalam

memperoleh akta kelahiran dalam masyarakat Kabupaten Gunung Kidul ?

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab anak di daerah Kabupaten Gunung Kidul tidak memiliki akta kelahiran

2. Untuk mengetahiu kebijakan Pemerintah Kabupaten Gunung kidul dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan pembuatan akta kelahiran

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka akta kelahiran merupakan Hak konstitusional seorang anak yang harus dimiliki setiap anak di Indonesia.

2. Memeberikan wawasan terhadap orang tua, dalam melakukan penyelesaian masalah anak, untuk memeperoleh haknya yaitu akta kelahiran.


(8)

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Jenis dan Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian empiris. Penelitian empris adalah penelitian hukum yang memakai sumber data primer dan data yang diperoleh

berasal dari eksperimen dan observasi.11 Penggunaan Penelitian empiris untuk

mengetahui apakah yang menjadi faktor belum terpenuhunya hak anak atas identitas dalam bentuk akta kelahiran di kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Penelitian ini menggunakan pendekatan Socio-Legal research, yaitu penelitian hukum yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam

kaitannya dengan hukum.12

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,

literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya

dengan masalah yang dipecahkan13

b. Wawancara

11

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/pembahasan-penelitian-empiris.html, Agustus 2013, diakses pada tanggal 29 April 2016

12

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 134

13


(9)

Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat atau instansi pemerintah terkait melalui dalam hal ini penulis

menggunakan teknik wawancara.14. Wawancara akan dilakukan

kepada :

1. Dinas kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Gunung

Kidul

2. Masyarakat Kabupaten Gunung Kidul

2.5.3. Unit Amatan

Yang menjadi unit Amatan dalam penelitian ini ialah :

1. Dinas kependudukan Kabupaten Gunung Kidul

2. Dinas Catatan sipil Kabupaten Gunung Kidul

3. Undang-undang Dasar 1945 pasal 28D

4. Undang – Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi

Manusia

5. Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan peraturan pelaksananya.

6. Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak Pasal 27

14


(10)

7. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang

Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi

tentang Hak-Hak Anak) 1.5.4. Unit analisa

Unit analisa dalam penelitian ini adalah faktor penyebab tidak terpenuhinya hak anak dalam memperoleh akta kelahiran dalam masyarakat Kabupaten Gunung Kidul.


(1)

dan pencatatn tersebut dilakukan oleh lembaga catatan sipil.6 Berdasarkan Pengertian diatas penulis menyimpulkan akta kelahiran ialah pencatatan yang di lakukan lembaga catatan sipil untuk pembuktian yang selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya serta memberikan kepastian hukum yang sebesar-besarnya atas peristiwa kelahiran. Pendapat lain yaitu Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengartikan akta kelahiran adalah bentuk identitas setiap anak yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari hak sipil dan politik warga negara. Hak atas identitas merupakan bentuk pengakuan negara terhadap keberadaan seseorang di depan hukum.7

Berdasarkan penjelasan tentang akta kelahiran diatas jelas bahwa akta kelahiran merupakan hak yang penting bagi seorang anak. namun di Indonesia hak tersebut masih belum bisa dimiliki semua orang anak di Indonesia, pendapat ini diperkuat

oleh pendapat kemendagri yang mengatakan” Dari 181 kabupaten dan kota seluruh di

seluruh Indonesia, baru delapan daerah yang cakupan angka kepemilikan akta kelahirannya di atas 75 persen”8.Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY adalah salah satu daerah yang memiliki masalah dalam pemenuhan hak anak tersebut berdasarkan pendapat Kepala Disdukcapil Gunungkidul Eko Subiantoro mengatakan “Berdasarkan data yang ada per 30 Juni 2015, jumlah warga di Gunungkidul yang berusia 18 tahun ke bawah ada 184.727 anak. Dari jumlah itu, yang terdata memiliki

6

Djaja s. meliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Orang dan Hukum Keluarga, CV. Nuansa aulia, Bandung, 2009, h. 46.

7

Tim KPAI,http://www.kpai.go.id/tinjauan/akta-kelahiran-adalah-hak-setiap-anak-indonesia-batalkan-uu-yang-persulit-pembuatan-akta-kelahiran/, 5 juni 2013. Diakses pada tanggal 21 september 2015.

8

Kemendagri,jogja.http://jogja.tribunnews.com/2015/10/07/masih-ada-56-juta-anak-yang-belum-punya-akta-kelahiran, 7 oktober 2015, diakses pada tanggal 11 oktober 2015


(2)

akta baru ada 138.612 anak, sisanya sebanyak 46,315 anak belum memiliki surat tanda kelahiran tersebut, jumlah anak yang belum memiliki KTP sekitar 25%. Kami akan terus berusaha mendorong warga anak-anak yang belum memiliki akta untuk segera mengurusnya9. Dengan anak tidak memiliki akta kelahiran akan memiliki dampak yang sangat bepengaruh terhadap masa depan si anak seperti yang di kemukakan oleh Mentri Sosial yaitu Khofifah Indar Parawansa “Kalau tidak punya

akta kelahiran anak tidak bisa sekolah, tidak bisa menjadi PNS, TNI, Polri,” selain itu

Mentri Sosial juga mengatakan bahwa 50 juta dari 85 juta jumlah anak Indonesia tidak memiliki akta kelahiran.Dari data tersebut jelas bahwa Pemerintah daerah Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY harus lebih intensif dalam memperjuangkan hak anak khususnya akta kelahiran Dan Mentri sosial menambahkan “Anak yang tidak memiliki akta kelahiran juga tidak bisa mendapatkan bantuan program pemerintah seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). “Kalau mereka sudah punya akta kelahiran, kita anggap anak ini sudah memiliki

„SIM‟ untuk mendapatkan berbagai hak dasar mereka,”10

dengan berdasarkan pernyataan mentri sosisal berikut seharusnya setiap anak harus dan wajib memiliki hak untuk identitas dalam bentuk akta kelahiran guna memperoleh masa depan yang baik dan berguna untuk bangsa dan negara.

9

Kepala Dinas Disdukcapil GunungKidul Eko Subiantoro, http://www.harianjogja.com/read/20151010/1/5398/25-anak-di-gunungkidul-belum-memiliki-akta-kelahiran, 9 Oktober 2015, diakses tanggal 11 Oktober 2015.

10

Mentri Sosial, http://mediasionline.com/news/mensos-harap-semua-anak-mempunyai-akta-kelahiran/, 14 september 2015. diakses tanggal 20 september 2015.


(3)

Dari pengaturan yang menjelaskan tentang hak anak khususnya tentang hak anak dalam memperoleh identitas sebagai hak konstitusional dalam bentuk akta kelahiranmasih belum terpenuhi secara merata di Indonesia khususnya di Kabupaten Gunung Kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan masalah yang ada , sebagai berikut :

Apakah yang menjadi faktor penyebab tidak terpenuhinya hak anak dalam

memperoleh akta kelahiran dalam masyarakat Kabupaten Gunung Kidul ?

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui penyebab anak di daerah Kabupaten Gunung Kidul tidak memiliki akta kelahiran

2. Untuk mengetahiu kebijakan Pemerintah Kabupaten Gunung kidul dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan pembuatan akta kelahiran

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka akta kelahiran merupakan Hak konstitusional seorang anak yang harus dimiliki setiap anak di Indonesia.

2. Memeberikan wawasan terhadap orang tua, dalam melakukan penyelesaian masalah anak, untuk memeperoleh haknya yaitu akta kelahiran.


(4)

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Jenis dan Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian empiris. Penelitian empris adalah penelitian hukum yang memakai sumber data primer dan data yang diperoleh berasal dari eksperimen dan observasi.11 Penggunaan Penelitian empiris untuk mengetahui apakah yang menjadi faktor belum terpenuhunya hak anak atas identitas dalam bentuk akta kelahiran di kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Penelitian ini menggunakan pendekatan Socio-Legal research, yaitu penelitian hukum yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.12

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,

literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan13

b. Wawancara

11

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/pembahasan-penelitian-empiris.html, Agustus 2013, diakses pada tanggal 29 April 2016

12

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 134

13


(5)

Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat atau instansi pemerintah terkait melalui dalam hal ini penulis menggunakan teknik wawancara.14. Wawancara akan dilakukan kepada :

1. Dinas kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Gunung Kidul

2. Masyarakat Kabupaten Gunung Kidul

2.5.3. Unit Amatan

Yang menjadi unit Amatan dalam penelitian ini ialah : 1. Dinas kependudukan Kabupaten Gunung Kidul 2. Dinas Catatan sipil Kabupaten Gunung Kidul 3. Undang-undang Dasar 1945 pasal 28D

4. Undang – Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia

5. Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan peraturan pelaksananya.

6. Undang-undang Nomer 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 27

14

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm. 44


(6)

7. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak)

1.5.4. Unit analisa

Unit analisa dalam penelitian ini adalah faktor penyebab tidak terpenuhinya hak anak dalam memperoleh akta kelahiran dalam masyarakat Kabupaten Gunung Kidul.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab terhadap Anak Didik dalam Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012078 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akta Kelahiran sebagai Hak Konstitusional Anak: Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012080 BAB II

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akta Kelahiran sebagai Hak Konstitusional Anak: Perspektif Hukum Perlindungan Anak

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan T1 312011020 BAB I

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan T1 312011020 BAB II

0 0 46

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan T1 312011020 BAB VI

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum Terhadap Folklore dalam Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia dan Hukum Internasional T1 312006046 BAB I

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa Menurut Hukum Nasional dan Hukum Internasional T1 312008059 BAB I

0 0 17

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hak Atas Air Bersih dan Aman sebagai Hak Asasi Manusia T1 BAB I

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Korban Bencana Alam sebagai Hak Asasi Manusia

0 0 12