Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab terhadap Anak Didik dalam Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012078 BAB I

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas bagi pembangunan nasional, dan mampu memimpin kesatuan dan persatuan Negara Republik Indonesia. Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Di jaman yang modern ini berbagai permasalahan yang berkaitan dengan anak semakin marak, sangat disayangkan memang karena anak seharusnya dilindungi dari tindakan yang mengancam pertumbuhannya dan kelangsungan hidupnya. Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak.1 Undang – Undang No. 4 Tahun 1979 Pasal 2 ayat (3) dan (4) tentang Kesejahteraan anak berbunyi “Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah melahirkan. Anak berhak atas perlindungan – perlindungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar.” Selanjutnya Pasal 11 ayat (2) terhadap suatu

1

Arief Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1998, h.155.


(2)

rumusan yang mengatakan bahwa yang mengusahakan kesejahteraan anak (Perlindungan anak) adalah Pemerintah dan atau Masyarakat. Jadi dari kalimat diatas ditegaskan, bahwa yang harus mengusahakan perlindungan anak adalah setiap anggota masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai macam usaha dalam situasi dan kondisi tertentu. Dapat dikatakan setiap warganegara, anggota masyarakat ikut serta bertanggungjawab terhadap dilaksanakannya perlindungan anak demi kesejahteraan anak, orangtua, masyarakat dan bangsa.2 Perlindungan anak bermanfaat bagi anak, orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara. Koordinasi kerjasama kegiatan perlindungan anak perlu dilakukan dalam rangka mencegah ketidakseimbangan kegiatan perlindungan anak secara keseluruhan.3

Anak wajib dilindungi agar tidak menjadi korban tindakan kebijaksanaan siapa saja (individu atau kelompok, organisasi swasta maupun Pemerintah) baik secara langsung maupun tidak langsung. Yang dimaksud menjadi korban adalah menjadi korban, menderita kerugian (mental, fisik, sosial) oleh sebab tindakan yang aktif atau pasif orang lain atau kelompok (swasta atau Pemerintah), baik secara langsung maupun tidak langsung.4 Pasal 1 angka 2 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan anak menentukan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak - haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2

Shanty Dellyana, Wanita dan anak dimata hukum, Yogykarta, Liberty, 1988, h. 18. 3

Dr. Maidin Gultom, SH, M.hum.Perlindungan Hukum terhadap anak: dalam sistem peradilan pidana anak di Indonesia.Bandung, Refika aditama, 2010, h 38.

4


(3)

Berdasarkan hasil seminar perlindungan anak/remaja oleh Prayuana Pusat tanggal 30 Mei 1977, terdapat dua perumusan tentang perlindungan anak yaitu:5

“a) segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah dan swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan, pemenuhan kesejahteraan fisik, mental dan sosial anak dan remaja yang sesuai dengan kepentingan dan hak asasinya.”

b) segala daya upaya bersama yang dilakukan secara sadar oleh perorangan, keluarga, masyarakat, badan-badan pemerintahan dan swasta untuk pengamanan, pengadaan, dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan dan jasmaniah anak berusia 0-21 tahun, tidak dan belum pernah nikah, sesuai dengan hak asasi dan kepentingannya agar dapar mengembangkan dirinya seoptimal mungkin.”

Hak asasi anak adalah hak asasi manusia plus dalam arti kata harus mendapatkan perhatian khusus dalam memberikan perlindungan, agar anak yang baru lahir, tumbuh dan berkembang mendapat hak asasi manusia secara utuh.6 Ini berarti anak harus diberikan hak perlindungan yang lebih dan tidak cukup hanya sama dengan orang dewasa. Yang dimaksud dengan hak asasi anak adalah pernyataan tentang Hak – hak anak – anak menurut Deklarasi PBB. Beberapa diantaranya adalah:

1. Seorang anak harus menikmati perlindungan yang khas, harus diberi kesempatan dan kemungkinan baik oleh hukum atau dengan cara lain agar ia dapat memperkembangkan jasmaninya, rohani, budi pekerti, kecerdasan, dan keadaan sosial dengan cara yang sehat dan biasa, dalam alam kemerdekaan dan kehormatan. Dalam menjalankan hukum ini kepentingan utama dari seseorang anak harus didahulukan.

5

Irma Setyowati Sumitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, Bumi Aksara, 1990, h 14.

6

Prof. Dr, H, R, Abdussalam, SIK, SH, MH dan Andri Desasfuryanto, SH, MH, Hukum Perlindungan Anak PTIK, Jakarta, 2014, h 11.


(4)

2. Seorang anak memerlukan kasih sayang dan pengertian untuk kepentingan untuk kepentingan perkembangannya dengan penuh dan wajar.

Seberapa mungkin seorang anak harus dibesarkan di bawah perlindungan dan perhatian orang tuanya, sekurang – kurangya dalam suasana kasih sayang dan jaminan sosial dan moral; seorang anak yang masih muda tidak boleh kecuali bila keadaan memerlukan, dipisahkan dari ibunya.Masyarakat dan penjabat – penjabat Negara berkewajiban untuk mencurahkan perhatian yang khas terhadap anak – anak yang tidak berkeluarga, atau yang tidak cukup mendapatkan bantuan penghidupan. Bantuan keuangan dari Negara maupun bantuan yang berupa lain supaya dianjurkan bagi pemeliharaan anak – anak dari keluarga yang besar.

3. Seorang anak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang bebas dan wajib, sekurang – kurangnya dalam tahun permulaan. 4. Seorang anak dalam segala keadaan harus pertama – tama

mendapat perlindungan dan bantuan.

5. Seorang anak harus dilindungi terhadap tindakan yang membangkitkan diskriminasi sosial, agama, dan lainnya.7

Dalam Undang – Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, juga menyebutkan setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan Negara (Pasal 52 ayat (1)). Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepetingannya hak anak itu harus diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan (Pasal 52 ayat (2)). Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya (Pasal 53 ayat (1)).

Masalah yang sering terjadi terhadap perlindungan anak adalah seringnya terjadi cedera pada anak didik dan kejahatan di dalam lingkungan sekolah. Anak harus dilindungi baik di luar maupun di dalam lingkungan sekolah. Sejatinya sekolah adalah tempat dimana seorang anak dapat menuntut ilmu dengan keadaan aman dan

7


(5)

nyaman. Orang tua mempercayakan anaknya kepada pihak sekolah untuk dibimbing dalam segi keilmuan termasuk juga ilmu agama maupun budi pekerti. Selain dalam segi keilmuan orang tua percaya bahwa pada saat anaknya berada di dalam lingkungan sekolah anak mendapat pengawasan dari guru dan pihak sekolah, sehingga selama dalam sekolah orangtua merasa aman dan tidak perlu khawatir anaknya mengalami tindakan yang tidak diinginkan. Apalagi ketika orang tua mendaftarkan anaknya disekolah yang berlebel plus tentu orang tua akan sangat percaya menyekolahkan anaknya di tempat yang mempunyai sarana dan prasana lebih daripada sekolah lainnya, keamanan dan kenyaman anak juga lebih meyakinkan karena biaya yang harus dikeluarkan juga tidak murah.

Seperti yang dialami Dr. Yudha Nurdian, M.Kes, ketika menyekolahkan anaknya di “Pelita Hati National Plus School” ia berfikir bahwa anaknya akan mendapat pelayanan yang baik, nyaman, dan aman. Bukan aman yang diperoleh tetapi justru anaknya mengalami cedera berkali – kali. Zsa – Zsa (4 tahun) anak kedua beliau mengalami kecelakaan yang menyebabkan kesakitan, bibir pecah serta terdapat darah kering di baju seragamnya. Wali kelas anak tersebut berjanji agar lebih memperhatikan anak didiknya lagi. Namun hal serupa terjadi kembali kepada anak tersebut, 3 jarinya bengkak dan lecet. Bahkan yang lebih parahnya kakak dari Zsa – Zsa, yakni Pilar Menara Falah (10 tahun) mengalami cedera parah yakni berupa luka memar dan luka robek dengan jaringan kulit hilang di dahi, pelipis kiri, kelopak mata dan hidung. Cedera tersebut terjadi saat jam istirahat, ketika Pilar Menara Falah bermain dengan kedua temannya sesame anak didik. Karena sudah terlalu sering


(6)

anaknya mengalami cedera pada jam sekolah dan pihak sekolah dirasa tidak secara optimal melindungi anaknya, Dr. Yudha Nurdian, M.Kes menggugat Taruna Bumi Foundation selaku Badan Hukum yang memiliki Pelita Hati National Plus School ke Pengadilan Negeri Jember.8 Namun, amar putusan hakim menolak gugatan tersebut. Kemudian Dr. Yudha Nurdian, M.Kes melakukan kasasi ke MA, amar putusan tetap sama yakni menolak dengan pertimbangan majelis hakim bahwa tanggung jawab materiil pendidikan ada pada sekolah termasuk materi pelajaran dan budi pekerti dalam lingkungan sekolah, dan sedangkan yang ada pada murid secara fisik menjadi tanggung jawab orang tua murid termasuk perkembangan dan pertumbuhan fisik, termasuk juga kecelakaan disekolah yang mengakibatkan cedera fisik.

Penulis berpendapat bahwa pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 3131 K/Pdt/2013 tidaklah tepat, mengingat bahwa Kitab Undang – Undang Perdata Pasal 1367 menentukan bahwa Guru sekolah bertanggungjawab selama anak berada di bawah pengawasannya. Penulis tidak setuju terhadap putusan tersebut dalam hal anak didik berada dalam sekolah bukan hanya orang tua yang bertanggungjawab melainkan sekolah juga mengusahakan perlindungan anak tersebut. Orang tua berpikiran bahwa ketika anak berada di lingkungan sekolah kewajiban untuk melindungi anak tersebut menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Sebenarnya perlindungan anak harus diusahakan dan dilakukan oleh siapa saja baik itu orang tua, masyarakat maupun pemerintah. Dalam Undang – Undang No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan Undang - Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 54

8


(7)

ayat (1) menyebutkan “Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seks, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain. Kemudian pada ayat (2) dijelaskan yang melakukan perlindungan adalah pendidik, tenaga kependidikan, aparat pemerintahan, dan/atau masyarakat.

Anak tumbuh dan pertumbuhannya itu sangat bergantung dari kedua orang tua. Sampai ia mandiri dan membentuk dirinya sendiri. Setiap anak itu dilahirkan menurut fitrah, kejadian asli yang suci. Kedua orangtuanyalah yang menjadikan ia golongan Yahudi, Nasrani, atau Majusi (hadis). Itulah sabda Nabi tentang tanggung jawab orang tua mendidik anak. Selanjutnya tentang pendidikan, Nabi bersabda :“Ajarlah anakmu, sesungguhnya ia dijadikan untuk zaman yang bukan zamanmu”.9 Jadi, orang tua berperan penting dalam perlindungan anak, selama anak belum dewasa anak mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan baik di dalam maupun di luar sekolah. Menurut Hukum Adat seseorang dikatakan belum dewasa bilamana seseorang itu belum menikah dan berdiri sendiri belum terlepas dari tanggung jawab orang tua.10 Dalam Undang – Undang Perlindungan Anak Pasal 20 menentukan bahwa “Negara, Pemerintah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelanggarakan perlindungan anak.” Tanggung jawab orang tua diperjelas dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata ( KUHPerdata )

9

opcit, hlm 9. 10

Hilman Hadikusuma, Hukum Adat dalam Yurisprudensi, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993, h 11.


(8)

pasal 1367 ayat (2) mengatur bahwa “Orangtua dan wali bertanggungjawab atas kerugian yang disebabkan oleh anak-anak yang belum dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orangtua atau wali.”

Disisi lain perlu diketahui bahwa mengenai tanggung jawab anak saat berada dalam lingkungan dan jam sekolah, anak didik tersebut berada di bawah pengawasan guru sekolahnya. Dalam pasal 1367 ayat (4) mengatur bahwa “Guru sekolah atau kepala tukang bertanggungjawab atas kerugian yang disebabkan oleh murid-muridnya atau tukang-tukangnya selama waktu orang-orang itu berada di bawah pengawasannya“.

Dalam hal tanggung jawab terhadap anak didik yang mengalami baik kecelakaan maupun kajahatan di dalam lingkungan sekolah siapakah yang sebenarnya harus bertanggungjawab. Dengan melihat latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik meneliti lebih lanjut tentang tanggung jawab terhadap anak didik dalam perspektif hukum perlindungan anak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan masalah yang ada, sebagai berikut:

1. Siapakah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan perlindungan anak selama dalam lingkungan sekolah?


(9)

2. Mengapa mereka harus bertanggungjawab terhadap anak didik selama dalam lingkungan sekolah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pertanggung jawaban terhadap perlindungan anak selama dalam lingkungan sekolah

2. Untuk mengetahui latar belakang pemikiran mengapa mereka harus bertanggungjawab terhadap anak didik dalam lingkungan sekolah

D. Manfaat Penelitian

a. Memberikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka memberi solusi pertanggung jawaban terhadap anak didik di lingkungan sekolah

b. Memberikan wawasan bagi para anak didik dan orang tuanya apabila anak didik mengalami baik kekerasan maupun kecelakaan pada jam sekolah dan berada di lingkungan sekolah sehingga dapat diambil sikap tegas sesuai dengan aturan yang berlaku.

E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan pertimbangan bahwa penelitian analisis terhadap perundang-undangan yang berkaitan dengan


(10)

penyelenggaraan tanggung jawab terhadap anak didik dalam perspektif hukum perlindungan anak. Penelitian hukum pada hakikatnya merupakan kegiatan argumentasi dengan mengacu pada bahan – bahan hukum.11 Namun demikian, penelitian kepustakaan dalam skripsi ini tidak saja terhadap bahan perundang – undangan tetapi juga menggunakan deklarasi dan konvensi yang mengatur hak – hak anak.

2. Metode pendekatan

Penelitian tentang tanggung jawab terhadap anak didik dalam perspektif hukum perlindungan anak termasuk jenis penelitian hukum, maka pendekataan yang dilakukan adalah pendekataan perundang-undangan (statute aprroach). Menurut Johnny Ibrahim, penelitian hukum menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) akan lebih akurat bila dibantu oleh satu atau lebih pendekatan lain, guna memperkaya pertimbangan-pertimbangan hukum yang tepat untuk menghadapi problem yang dihadapi.12 Maka selain pendekatan perundang-undangan (statute aprroach), skripsi ini juga menggunakan pendekatan konsep (conceptual approach).

3. Sumber Data

Bahan – bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undang dan putusan-putusan hakim

11

Titon Slamet Kurnia, Sri Harini Dwiyatmi dan Dyah Hapsari P, Pendidikan Hukum, Ilmu Hukum & Penelitian Hukum di Indonesia Sebuah Reorienasi, Salatiga, Fakultas Hukum Universitas Satya Wacana, 2009, h 102

12

Dr. Johnny Ibrahim, SH, Mhum, Teori&Metiodologi penelitian Hukum Normatif, Malang, Bayumedia Publishing, 2006, h 305.


(11)

sedangkan bahan-bahan sekunder merupakan bahan-bahan publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.13

a. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari :

1) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) 2) Undang-undang di Luar KUHPerdata dalam hal ini :

- Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28B dan 31 ayat (1)

- Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

- Undang – Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia - Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

2003

- Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen - Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

3) Peraturan Pemerintah dan aturan lain dibawah undang-undang :

- Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak)

13

Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, SH, MS, LLM, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana, 2005, h 141.


(12)

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan

- Kode Etik Guru Indonesia

b. Bahan – bahan hukum sekunder terdiri dari :

1) Hasil – Hasil penelitian yang berkaitan dalam bidang pendidikan 2) Hasil karya ilmiah yang berhubungan dengan judul skripsi

3) Hasil – hasil pertemuan ilmiah seperti : seminar, diskusi dan sebagainya yang berkaitan dengan judul skripsi

c. Bahan - bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dan terdiri dari :

1) Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia

4. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian, pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview.Teknik pengumpulan data yang digunakan pada skripsi ini adalah bahan pustaka dan studi dokumen.


(13)

5. Penyajian data dan Analisa

Dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis kualitatif dilakukan secara normatif. Data dalam skripsi ini diperoleh dari studi kepustakaan, aturan perundang – undangan dan hasil – hasil karya ilmiah.Kemudian penulis menguraikan dan menghubungkan sedemikian rupa, sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

6. Unit Amatan

a) Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28B dan 31 ayat (1) b) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

c) Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak d) Undang – Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia e) Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 f) Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

g) Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

h) Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak)

i) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan


(14)

j) Kode Etik Guru Indonesia

7. Unit Analisa

Dalam skripsi ini yang menjadi unit analisa penulis adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap terhadap perlindungan anak didik dan mengapa pihak tersebut bertanggungjawab.


(1)

2. Mengapa mereka harus bertanggungjawab terhadap anak didik selama dalam lingkungan sekolah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pertanggung jawaban terhadap perlindungan anak selama dalam lingkungan sekolah

2. Untuk mengetahui latar belakang pemikiran mengapa mereka harus bertanggungjawab terhadap anak didik dalam lingkungan sekolah

D. Manfaat Penelitian

a. Memberikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka memberi solusi pertanggung jawaban terhadap anak didik di lingkungan sekolah

b. Memberikan wawasan bagi para anak didik dan orang tuanya apabila anak didik mengalami baik kekerasan maupun kecelakaan pada jam sekolah dan berada di lingkungan sekolah sehingga dapat diambil sikap tegas sesuai dengan aturan yang berlaku.

E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan pertimbangan bahwa penelitian analisis terhadap perundang-undangan yang berkaitan dengan


(2)

penyelenggaraan tanggung jawab terhadap anak didik dalam perspektif hukum perlindungan anak. Penelitian hukum pada hakikatnya merupakan kegiatan argumentasi dengan mengacu pada bahan – bahan hukum.11 Namun demikian, penelitian kepustakaan dalam skripsi ini tidak saja terhadap bahan perundang – undangan tetapi juga menggunakan deklarasi dan konvensi yang mengatur hak – hak anak.

2. Metode pendekatan

Penelitian tentang tanggung jawab terhadap anak didik dalam perspektif hukum perlindungan anak termasuk jenis penelitian hukum, maka pendekataan yang dilakukan adalah pendekataan perundang-undangan (statute aprroach). Menurut Johnny Ibrahim, penelitian hukum menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) akan lebih akurat bila dibantu oleh satu atau lebih pendekatan lain, guna memperkaya pertimbangan-pertimbangan hukum yang tepat untuk menghadapi problem yang dihadapi.12 Maka selain pendekatan perundang-undangan (statute aprroach), skripsi ini juga menggunakan pendekatan konsep (conceptual approach).

3. Sumber Data

Bahan – bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undang dan putusan-putusan hakim

11

Titon Slamet Kurnia, Sri Harini Dwiyatmi dan Dyah Hapsari P, Pendidikan Hukum, Ilmu Hukum & Penelitian Hukum di Indonesia Sebuah Reorienasi, Salatiga, Fakultas Hukum Universitas Satya Wacana, 2009, h 102

12

Dr. Johnny Ibrahim, SH, Mhum, Teori&Metiodologi penelitian Hukum Normatif, Malang, Bayumedia Publishing, 2006, h 305.


(3)

sedangkan bahan-bahan sekunder merupakan bahan-bahan publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.13

a. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari :

1) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) 2) Undang-undang di Luar KUHPerdata dalam hal ini :

- Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28B dan 31 ayat (1)

- Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

- Undang – Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia - Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

2003

- Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen - Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

3) Peraturan Pemerintah dan aturan lain dibawah undang-undang :

- Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak)

13

Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, SH, MS, LLM, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana, 2005, h 141.


(4)

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan

- Kode Etik Guru Indonesia

b. Bahan – bahan hukum sekunder terdiri dari :

1) Hasil – Hasil penelitian yang berkaitan dalam bidang pendidikan 2) Hasil karya ilmiah yang berhubungan dengan judul skripsi

3) Hasil – hasil pertemuan ilmiah seperti : seminar, diskusi dan sebagainya yang berkaitan dengan judul skripsi

c. Bahan - bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dan terdiri dari :

1) Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia

4. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian, pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview.Teknik pengumpulan data yang digunakan pada skripsi ini adalah bahan pustaka dan studi dokumen.


(5)

5. Penyajian data dan Analisa

Dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis kualitatif dilakukan secara normatif. Data dalam skripsi ini diperoleh dari studi kepustakaan, aturan perundang – undangan dan hasil – hasil karya ilmiah.Kemudian penulis menguraikan dan menghubungkan sedemikian rupa, sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

6. Unit Amatan

a) Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28B dan 31 ayat (1) b) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

c) Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak d) Undang – Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia e) Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 f) Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

g) Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

h) Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak)

i) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan


(6)

j) Kode Etik Guru Indonesia

7. Unit Analisa

Dalam skripsi ini yang menjadi unit analisa penulis adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap terhadap perlindungan anak didik dan mengapa pihak tersebut bertanggungjawab.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab terhadap Anak Didik dalam Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012078 BAB II

0 0 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab terhadap Anak Didik dalam Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012078 BAB IV

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab terhadap Anak Didik dalam Perspektif Hukum Perlindungan Anak

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akta Kelahiran sebagai Hak Konstitusional Anak: Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012080 BAB I

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akta Kelahiran sebagai Hak Konstitusional Anak: Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012080 BAB II

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akta Kelahiran sebagai Hak Konstitusional Anak: Perspektif Hukum Perlindungan Anak

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan T1 312011020 BAB I

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan T1 312011020 BAB II

0 0 46

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Berpotensi Menjadi Korban Perdagangan Manusia (Human Trafficking) T1 BAB I

0 0 19

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Perempuan (Istri) Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga T1 BAB I

0 0 14