Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan T1 312011020 BAB I

(1)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

1.1.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu usaha setiap bangsa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga membantu memperlancar pelaksanaan pembangunan nasional Indonesia dan sebagai hak asasi yang harus dimiliki oleh setiap orang.1 Berdasarkan pengertian yang lain, pendidikan adalah sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan adalah suatu peristiwa penyampaian informasi yang berlangsung dalam situasi komunikasi antar manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Secara khusus pendidikan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pengabdian mutu, keahlian dan keterampilan; b. Menciptakan pola daya pikir yang sama;

c. Menciptakan dan mengembangkan metode specification yang lebih baik;

d. Membina masyarakat daerah setempat.

1

Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo, Januari 2012, hal 3.


(2)

Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan cipta, rasa, dan karsa yang ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, maupun kehidupan global.

Sejalan dengan hal tersebut, Prof. MR. Kuntjoro Purbopranoto mengatakan:

Pendidikan adalah proses atau usaha setiap bangsa yang tak terputus-putus sifatnya di dalam segala tingkat kehidupan manusia, sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bertujuan untuk mencapai kesempurnaan dan kedewasaan pada manusia, agar dengan kesadaran dan tanggung jawab dapat menghadapi berbagai persoalan hidup”.2

Hak atas pendidikan merupakan salah satu hak yang menjadi pilar yang harus dipenuhi oleh sebuah negara untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang seluas-luasnya. Pemenuhan hak atas pendidikan juga menjadi salah satu indikator apakah suatu negara dikategorikan Negara maju, Negara berkembang atau bahkan Negara miskin. Sekaya apapun sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara tanpa didukung dari sumber daya manusianya yang berpendidikan tinggi, maka negara tersebut tidak akan bisa mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam tersebut dengan sebaik-baiknya. Disisi lain walaupun suatu negara tidak memiliki sumber daya alam yang kaya, akan tetapi jika rakyatnya berpendidikan tinggi maka negara tersebut akan maju dan bangkit.

Sebagai hak yang hakiki, pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa

“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan tehnologi seni dan budaya, untuk meningkatkan kualitas

2

Kuntjoro Purbopranoto, 1976, Hak-Hak Azasi Manusia dan Pancasila, Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 147


(3)

hidupnya”.3

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.4

Dijelaskan pula bahwa salah satu tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mencerdaskan bangsa, agar dapat tercipta sumber daya manusia yang berkualitas, bertanggung jawab, maju dan mandiri sesuai dengan tatanan kehidupan

masyarakat yang berdasar Pancasila. “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.5

Rumusan tujuan pendidikan disebuah negara selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, tergantung pada rezim yang berkuasa. Tujuan pendidikan pada suatu masa akan menentukan ke arah mana anak didik dibawa ke masa depan. Adapun tujuan lain dari pendidikan yang jelas pada gilirannya akan mengarahkan ke pencapaian kompetensi yang dibutuhkan serta metode pembelajaran yang efektif sehingga akhirnya pendidikan akan bermanfaat bagi pengembangan kualitas kehidupan manusia, kemandirian dan kebudayaan.6 Meskipun rumusan fungsi dan tujuan pendidikan dari satu rezim ke rezim yang lain selalu berbeda, akan tetapi substansinya tetap sama, yaitu bagaimana pendidikan dapat mengembangkan kemampuan warga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, serta mendukung terciptanya kehidupan yang demokratis.

Pendidikan sebagai salah satu hak yang hakiki yang harus dimiliki oleh setiap manusia, diatur dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum nasional, maupun instrumen hukum Internasional. Pasal 26 ayat (1) DUHAM (Deklarasi Umum HAM) sebagai salah satu instrumen hukum nasional mengatur bahwa

3

Pasal 26 huruf (B), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

4

Pasal 28 ayat (2), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

5

Pasal 31 ayat (1), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

6


(4)

“Setiap orang berhak memperoleh pendidikan. Pendidikan harus dengan cuma-cuma, setidak-tidaknya untuk tingkatan sekolah rendah dan pendidikan dasar. Pendidikan rendah harus diwajibkan. Pendidikan teknik dan kejuruan secara umum harus terbuka bagi semua orang, dan pendidikan tinggi harus dapat

dimasuki dengan cara yang sama oleh semua orang, berdasarkan kepantasan”.

Berdasarkan hal tersebut, pada hakikatnya instrumen Nasional maupun Internasional menegaskan perlindungan hak setiap orang untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Namun, diantaranya ada yang mendapat perhatian khusus, yaitu kelompok-kelompok rentan yang lazimnya tidak mampu melindungi haknya sendiri. Seperti anak, kaum wanita, kaum pekerja, minoritas, penyandang cacat, penduduk asli atau suku terasing/terbelakang (indigenous people), tersangka, tahanan, budak, korban kejahatan, pengungsi, dan mereka yang tidak berkewarganegaraan (stateless). Maka pembangunan pendidikan nasional di masa mendatang tidak hanya ditujukan untuk mengembangkan aspek intelektual atau kognisi saja, melainkan juga mampu menggugah kesadaran manusia Indonesia untuk lebih menghargai kemanusiaan sebagai dasar kehidupan sehari-hari. Dan upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pengembangan sistem pendidikan yang berbasis HAM, karena di dalamnya masyarakat akan belajar bagaimana menghargai hak-hak yang paling hakiki dalam diri setiap warga. Sebabnya, dalam pendidikan berbasis HAM terbangun watak dan moralitas yang menjunjung tinggi kemanusiaan.


(5)

1.1.2 Pengertian Anak Putus Sekolah

Seorang anak dapat dikatakan putus sekolah apabila ia tidak dapat menyelesaikan program suatu sekolah secara utuh yang berlaku sebagai suatu sistem. Di indonesia sejak ditetapkan wajib belajar 9 tahun, maka anak yang lulus SD dan tidak melanjutkan pada jenjang SLTP maka termasuk kategori anak putus sekolah.7 Putus sekolah dapat didefinisikan sebagai proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Artinya adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai.8 Sedangkan putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya.9

Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Maka dengan kata lain bahwa peranan orang tua sangat signifikan terhadap pendidikan anak. Pada masa-masa perkembangan seorang anak menuju kedewasaannya bisa saja dipengaruhi oleh faktor yang bersifat positif maupun negatif. Oleh karenanya tanggung jawab orang tua untuk mengusahakan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga kelak dikemudian hari akan menjadi individu orang dewasa yang sehat, baik secara jasmani, rohani dan sosialnya, sehingga mereka bisa menjadi generasi penerus bangsa.

7

Suyanto, Masalah, hal. 359

8

Musfiqon, Menangani yang Putus Sekolah (UMSIDA: Sidoarjo, 2007), hal. 19

9


(6)

Pendidikan dasar yang seharusnya diperoleh anak-anak yaitu program pemerintah Wajib Belajar 12 tahun. Program Wajib Belajar 12 tahun ini berjenjang mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat. Kewajiban Pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan dasar pun hingga saat ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Masih terlalu banyak penduduk Indonesia yang belum tersentuh pendidikan. Selain itu, layanan Pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan bermutu pun masih hanya di dalam angan.

Faktor yang menyebabkan anak-anak tidak dapat mengenyam pendidikan antara lain kemiskinan, biaya pendidikan yang semakin mahal, kemalasan, dan keadaan anak yang sudah merasa “nyaman” dengan pekerjaan mereka sehingga mereka lebih mengutamakan bekerja dari pada belajar. Anak yang bekerja ini biasanya untuk membantu perekonomian keluarga mereka, dengan keadaan

mereka yang sudah merasa “nyaman” karena mendapat penghasilan maka mereka pun meninggalkan kewajibannya untuk belajar. Pekerjaan yang dilakukan anak-anak usia sekolah untuk membantu keluarga mereka antara lain menjadi penjual koran, pengamen jalanan bahkan menjadi buruh bangunan. Faktor lain yang menyebabkan anak putus sekolah yaitu tidak lulus Ujian Akhir Nasional dan paradigma masyarakat yang mengatakan bahwa pendidikan itu kurang penting.

Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi anak Indonesia harus mengalami putus sekolah, faktor-faktor penyebab tersebut, mencakup:10

a. Faktor Internal:

10


(7)

1. Motivasi : Pengaruh motivasi rendah sangat tinggi di sebabkan tidak terpenuhnya kebutuhan, perhatian dan fasilitas pendidikan anak. Motivasi yang kurang diberikan oleh orang tua menyebabkan anak-anak mereka putus sekolah. Kurangnya perhatian orang tua mereka membuat mereka malas untuk sekolah dan suka bolos, hura-hura dan keluyuran tidak tahu kemana, yang tidak ada manfaatnya.

2. Keadaan Status Ekonomi Keluarga : Faktor yang datang dari pendapatan tiap keluarga. Semakin rendah pendapat setiap keluarga dimungkinkan akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan setiap harinya. Begitu pula yang terjadi pada pemenuhan kebutuhan pada pendidikan siswa. Sebagian besar siswa yang putus sekolah dikarenakan faktor ekonomi, hal ini diutarakan oleh Purwo Udiutomo (2013: 80). Dengan begitu bukan suatu hal yang mengherankan jika terdapat siswa yang putus sekolah karena tidak mampu melanjutkan sekolahnya karena terbentur biaya yang akan berimbas pada angka partsispasi siswa untuk melajutkan sekolah.

3. Perhatian Orang Tua : Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah. Makin besar anak perhatian orang tua makin diperlukan, dengan cara dan variasi dan sesuai kemampuan. Kenakalan anak adalah salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian orang tua.


(8)

4. Hubungan Orang Tua Kurang Harmonis : Hubungan keluarga tidak harmonis dapat berupa perceraian orang tua, hubungan antar keluarga tidak saling peduli, keadaan ini merupakan dasar anak mengalami permasalahan uyang serius dan hambatan dalam pendidikannya sehingga mengakibatkan anak mengalami putus sekolah.

b. Faktor Eksternal:

1. Kondisi Sekolah : Kondisi sekolah yang dimaksudkan disini adalah kondisi fisik yang ada di suatu sekolah. Rendahnya partisipasi sekolah suatu wilayah juga sangat dipengaruhi oleh terbatasnya ruang kelas dan gedung sekolah serta infrastruktur lainnya.11

2. Lingkungan Pergaulan : Penyebab anak putus sekolah lebih melingkupi dari lingkungan pergaulan anak dan masyarakat dimana anak itu bertempat tinggal atau menetap dan menyebabkan anak menjadi terpengaruh akan kebiasaan dan kehidupan masyarakat pusaran sekitar.

3. Faktor lingkungan yang lebih kuat mempengaruhi mereka untuk tidak sekolah atau melanjutkan sekolah bahkan menjadi putus sekolah. Kasus lainnya yakni anak putus sekolah di sebabkan karena pergaulan anak sekarang yang tidak sesuia dengan norma dan nilai-nilai yang ada.

11

Purwo Udiutomo. (2013). Besar Janji Daripada Bukti. Jakarta: Dompet Duafa Makmakl Pendidikan, Hal. 83


(9)

4. Faktor Budaya : Perilaku masyarakat dalam menyekolahkan anaknya dan pola pikir masyarakat tentang pendidikan.

5. Faktor Lokasi atau Letak Sekolah : Letak sekolah dan jarak yang di tempuh dari rumah ke sekolah.

6. Sistem atau Kebijakan yang Digunakan Disekolah : Sistem atau kebiajakan yang tidak sesuai dengan lingkungan sekolah sangatlah bisa mempengaruhi angka partisipasi sekolah. Katakan saja masalah kurikulum yang tidak sesuai dan target pendidikan yang terlalu tinggi akan membuat siswa kehilangan motivasi untuk bersekolah. Selain kurikulum juga dijelaskan mengenai kualitas guru yang kurang berkompeten akan menjadikan siswa kehilangan gairah untuk meneruskan sekolah, pasalnya guru tersebut pastinya tidak akan bisa menggunakan metode mengajar yang baik dan menyenangkan yang bisa membuat siswa nyaman dan senang. Beliau juga menegaskan mengenai kebijakan sekolah yang mengeluarkan seorang siswa juga mempengaruhi jumlah siswa putus sekolah, selain itu juga sistem penerimaan siswa yang diskriminatif akan sangat berpengaruh dalam angka partisipasi siswa untuk sekolah.12

12 Ibid


(10)

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Ali Imron menyebutkan bahwa hal yang menyebabkan siswa bisa putus sekolah adalah sebagai berikut:13

a. Orangtua yang tidak mempunyai biaya untuk sekolah putra

atau putrinya. Hal ini sering ditemui bagi orangtua yang ada di daerah pedesaan dan masyarakat yang hidup dalam kantong-kantong kemiskinan;

b. Karena sakit yang diderita yang tidak akan tahu kapan

sembuhnya. Sakit yang diderita siswa tersebut yang terlalu lama menyebabkan siswa merasa tertinggal banyak mata pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah, maka keputusan yang dipilih siswa tersebut memilih untuk tidak sekolah melihat teman-teman sebayanya yang sudah hampir menyelesaikan sekolah ;

c. Siswa yang terpaksa untuk bekerja demi menyambung hidup

keluarga. Keterpaksaan siswa untuk bekerja dalam hal ini menyebabkan siswa tidak fokus pada sekolah saja, melainkan harus bercabang untuk sekolah dan bekerja. Alhasil yang didapatkan adalah kelelahan fisik yang didapatkan siswa dikarenakan untuk bekerja dan tidak dapat dibagi dengan kegiatan sekolah, hal ini menjadikan pada saat di sekolah siswa menjadi tidak konsentrasi dan lelah;

d. Karena di droup-out dari sekolah yang bersangkutan. Hal ini

dikarenakan sekolah merasa tidak mampu untuk mendidik

13

Ali Imron. (2004). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Malang: Deparmen Pendidikan Nasional, hal. 126


(11)

siswa tersebut dikarenakan beberapa hal, yaitu karena siswa tersebut mempunyai kemampuan berpikir yang rendah, atau bisa jadi karena siswa yang bersangkutan tidak punya lagi gairah untuk sekolah dan belajar;

e. Faktor yang berasal dari siswa itu sendiri, yaitu keinginan

siswa itu sendiri yang ingin putus sekolah atau tidak ingin melanjutkan sekolah ke tingkat berikutnya.

Disisi lain masalah-masalah dalam keluarga yang bisa mengakibatkan anak putus sekolah yaitu:14

a. Keadaan ekonomi keluarga.

b. Latar belakang pendidikan ayah dan ibu.

c. Status ayah dalam masyarakat dan dalam pekerjaan.

d. Hubungan sosial spikologis antara orang tua dan antara anak dengan orang tua.

e. Aspirasi orang tua tentang pendidikan anak, serta perhatiannya terhadap kegiatan belajar anak.

f. Besarnya keluarga serta orang-orang yang berperan dalam keluarga.

Dengan banyaknya berbagai faktor-faktor permasalahan yang muncul dari dalam maupun luar maka kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan dasar hingga saat ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Masih terlalu banyak penduduk Indonesia yang belum tersentuh pendidikannya.

14


(12)

Hal ini seharusnya menjadi perhatian penting dari Pemerintah Negara Indonesia karena pendidikan bukan hanya sebagai pengamalan terhadap hak asasi manusia tapi juga sebagai pelaksanaan dari kewajiban asasi manusia. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menulis tentang: ”PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK PUTUS SEKOLAH ATAS PENDIDIKAN”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dan alasan pemilihan judul maka permasalahan yang akan di bahas dalam penulisan makalah ini adalah:

Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak anak putus sekolah berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional?

1.3Tujuan Penulisan

Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui perlindungan hukum terhadap hak anak putus sekolah atas pendidikan.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil kajian penulisan ini di harapkan dapt memberi manfaat dan dapat berkontribusi:


(13)

1. Untuk memperoleh manfaat ilmu pengetahuan di bidang perlidunngan anak, khususnya perlindungan hukum terhadap hak anak putus sekolah atas pendidikan.

2. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi Pemerintah sebagai penentu kebijakan untuk semakin aktif melakukan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak anak putus sekolah atas pendidikan.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi para anak di Negara Indonesia agar dapat mendapatkan perlindungan hukum yang baik dari pemerintah.

1.5Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini ,metode yang di gunakan oleh penulis adalah:

1. Jenis Penelitian.

Berdasarkan jenis penelitian, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian normatif, karena penelitian berdasarkan pada asas hukum, meneliti subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, dan obyek hukum dengan mensinkronkan dengan peraturan perundang-undngan yang ada,


(14)

membandingkan hukum dan memeliti juga sejarah filosofi dari hukum tersebut.

2. Bahan-bahan Hukum.

Jenis data pada penelitian ini adalah Data Sekunder karena data diperoleh dari penelusuran kepustakaan atau dokumentasi dan juga peraturan perundang-undangan, bukan langsung dari masyarakat (responden) seperti melalui wawancara dan penelitian lapangan. Namun, berdasarkan pada teori Manheim, data pada penelitian ini termasuk kedalam jenis Second Level Data karena data berasal dari pengamatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional dan tertulis.


(1)

4. Faktor Budaya : Perilaku masyarakat dalam menyekolahkan anaknya dan pola pikir masyarakat tentang pendidikan.

5. Faktor Lokasi atau Letak Sekolah : Letak sekolah dan jarak

yang di tempuh dari rumah ke sekolah.

6. Sistem atau Kebijakan yang Digunakan Disekolah : Sistem atau

kebiajakan yang tidak sesuai dengan lingkungan sekolah sangatlah bisa mempengaruhi angka partisipasi sekolah. Katakan saja masalah kurikulum yang tidak sesuai dan target pendidikan yang terlalu tinggi akan membuat siswa kehilangan motivasi untuk bersekolah. Selain kurikulum juga dijelaskan mengenai kualitas guru yang kurang berkompeten akan menjadikan siswa kehilangan gairah untuk meneruskan sekolah, pasalnya guru tersebut pastinya tidak akan bisa menggunakan metode mengajar yang baik dan menyenangkan yang bisa membuat siswa nyaman dan senang. Beliau juga menegaskan mengenai kebijakan sekolah yang mengeluarkan seorang siswa juga mempengaruhi jumlah siswa putus sekolah, selain itu juga sistem penerimaan siswa yang diskriminatif akan sangat berpengaruh dalam angka partisipasi siswa untuk

sekolah.12

12


(2)

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Ali Imron menyebutkan bahwa hal

yang menyebabkan siswa bisa putus sekolah adalah sebagai berikut:13

a. Orangtua yang tidak mempunyai biaya untuk sekolah putra

atau putrinya. Hal ini sering ditemui bagi orangtua yang ada di daerah pedesaan dan masyarakat yang hidup dalam kantong-kantong kemiskinan;

b. Karena sakit yang diderita yang tidak akan tahu kapan

sembuhnya. Sakit yang diderita siswa tersebut yang terlalu lama menyebabkan siswa merasa tertinggal banyak mata pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah, maka keputusan yang dipilih siswa tersebut memilih untuk tidak sekolah

melihat teman-teman sebayanya yang sudah hampir

menyelesaikan sekolah ;

c. Siswa yang terpaksa untuk bekerja demi menyambung hidup

keluarga. Keterpaksaan siswa untuk bekerja dalam hal ini menyebabkan siswa tidak fokus pada sekolah saja, melainkan harus bercabang untuk sekolah dan bekerja. Alhasil yang didapatkan adalah kelelahan fisik yang didapatkan siswa dikarenakan untuk bekerja dan tidak dapat dibagi dengan kegiatan sekolah, hal ini menjadikan pada saat di sekolah siswa menjadi tidak konsentrasi dan lelah;

d. Karena di droup-out dari sekolah yang bersangkutan. Hal ini

dikarenakan sekolah merasa tidak mampu untuk mendidik

13

Ali Imron. (2004). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Malang: Deparmen Pendidikan Nasional, hal. 126


(3)

siswa tersebut dikarenakan beberapa hal, yaitu karena siswa tersebut mempunyai kemampuan berpikir yang rendah, atau bisa jadi karena siswa yang bersangkutan tidak punya lagi gairah untuk sekolah dan belajar;

e. Faktor yang berasal dari siswa itu sendiri, yaitu keinginan

siswa itu sendiri yang ingin putus sekolah atau tidak ingin melanjutkan sekolah ke tingkat berikutnya.

Disisi lain masalah-masalah dalam keluarga yang bisa mengakibatkan

anak putus sekolah yaitu:14

a. Keadaan ekonomi keluarga.

b. Latar belakang pendidikan ayah dan ibu.

c. Status ayah dalam masyarakat dan dalam pekerjaan.

d. Hubungan sosial spikologis antara orang tua dan antara anak

dengan orang tua.

e. Aspirasi orang tua tentang pendidikan anak, serta perhatiannya

terhadap kegiatan belajar anak.

f. Besarnya keluarga serta orang-orang yang berperan dalam

keluarga.

Dengan banyaknya berbagai faktor-faktor permasalahan yang muncul dari dalam maupun luar maka kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan dasar hingga saat ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Masih terlalu banyak penduduk Indonesia yang belum tersentuh pendidikannya.

14 Ibid


(4)

Hal ini seharusnya menjadi perhatian penting dari Pemerintah Negara Indonesia karena pendidikan bukan hanya sebagai pengamalan terhadap hak asasi manusia tapi juga sebagai pelaksanaan dari kewajiban asasi manusia. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menulis tentang: ”PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK PUTUS SEKOLAH ATAS PENDIDIKAN”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dan alasan pemilihan judul maka permasalahan yang akan di bahas dalam penulisan makalah ini adalah:

Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak anak putus sekolah berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional?

1.3Tujuan Penulisan

Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui perlindungan hukum terhadap hak anak putus sekolah atas pendidikan.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil kajian penulisan ini di harapkan dapt memberi manfaat dan dapat berkontribusi:


(5)

1. Untuk memperoleh manfaat ilmu pengetahuan di bidang perlidunngan anak, khususnya perlindungan hukum terhadap hak anak putus sekolah atas pendidikan.

2. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi tambahan

pengetahuan bagi Pemerintah sebagai penentu kebijakan untuk semakin aktif melakukan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak anak putus sekolah atas pendidikan.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi para anak di Negara Indonesia agar dapat mendapatkan perlindungan hukum yang baik dari pemerintah.

1.5Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini ,metode yang di gunakan oleh penulis adalah:

1. Jenis Penelitian.

Berdasarkan jenis penelitian, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian normatif, karena penelitian berdasarkan pada asas hukum, meneliti subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa

hukum, hubungan hukum, dan obyek hukum dengan


(6)

membandingkan hukum dan memeliti juga sejarah filosofi dari hukum tersebut.

2. Bahan-bahan Hukum.

Jenis data pada penelitian ini adalah Data Sekunder karena data diperoleh dari penelusuran kepustakaan atau dokumentasi dan juga peraturan perundang-undangan, bukan langsung dari masyarakat (responden) seperti melalui wawancara dan penelitian lapangan. Namun, berdasarkan pada teori Manheim, data pada penelitian ini termasuk kedalam jenis Second Level Data karena data berasal dari pengamatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional dan tertulis.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggung Jawab terhadap Anak Didik dalam Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012078 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akta Kelahiran sebagai Hak Konstitusional Anak: Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012080 BAB I

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Akta Kelahiran sebagai Hak Konstitusional Anak: Perspektif Hukum Perlindungan Anak T1 312012080 BAB II

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan T1 312011020 BAB II

0 0 46

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan T1 312011020 BAB VI

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Hak Anak Putus Sekolah Atas Pendidikan

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum Terhadap Folklore dalam Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia dan Hukum Internasional T1 312006046 BAB I

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengakuan Negara Terhadap Hak Atas Tanah Adat Bagi Masyarakat Adat dalam Sistem Hukum di Indonesia T1 312007008 BAB I

0 1 13

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Anak yang Berpotensi Menjadi Korban Perdagangan Manusia (Human Trafficking) T1 BAB I

0 0 19

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hak Atas Air Bersih dan Aman sebagai Hak Asasi Manusia T1 BAB I

0 0 11