PERAN SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR Peran Simulasi Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 1 Grogol Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

(1)

PERAN SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR

DI SMP NEGERI 1 GROGOL KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi

Diajukan Oleh:

SUSANTI BUDI PRATIWI A 610090080

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

(3)

1 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

PERAN SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR

DI SMP NEGERI 1 GROGOL KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

Susanti Budi Pratiwi, A 610 090 080, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.

ABSTRAK

SMP Negeri 1 Grogol terletak dekat dengan Sungai Samin. Sekolah ini sering terkena banjir apabila badan sungai tidak mampu menampung debit air. Pengetahuan dan keterampilan diperlukan untuk mengurangi dampak bencana. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui tingkat kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kecamatan Grogol serta mengetahui apakah kesiapsiagaan siswa kelas VII dalam menghadapi banjir dapat ditingkatkan melalui simulasi bencana di SMP Negeri 1 Grogol. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif-kuantitatif, dengan populasi siswa kelas VII sebagai kelompok yang paling rentan tehadap bencana di sekolah. Sampel diambil 90 siswa dari kelas VII (A,B,C). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 1) Kerentanan sosial kecamatan Grogol masuk dalam kategori sedang, kerentanan ekonomi kategori sedang, dan kerentanan lingkungan ketegori rendah, 2) Hasil tabulasi data diketahui bahwa kegiatan simulasi mampu meningkatkan kesiapsiagaan siswa kelas VII. Nilai indeks kesiapsiagaan siswa kelas VII dalam menghadapi banjir sebelum dilakukan kegiatan simulasi bencana adalah 77,5 (Siap), dengan persentase nilai indeks 80-100% (Sangat Siap) = 57%, 65-79% (Siap) = 36%, 55-64 (Hampir Siap) = 3%, 40-54 (Kurang Siap) = 3%, dan 0-3 (Belum Siap) = 1%. Sedangkan nilai indeks kesiapsiagaan siswa kelas VII setelah dilakukan kegiatan simulasi bencana adalah adalah 85 (Siap), dengan persentase nilai indeks 80-100 (Sangat Siap) = 84%, 65-79 (Siap) = 13%, 55-64 (Hampir Siap) = 1%, 40-54 (Kurang Siap) = 1%, dan 0-39 (Belum Siap) = 0%.

Kata kunci : Banjir, Kerentanan, Kesiapsiagaan, Simulasi.

1. Pendahuluan A. Latar Belakang

Ancaman banjir terjadi di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Banjir Tahun 2007 berdampak tergenangnya rumah, sekolah, kantor, tempat ibadah, jalan, sawah, serta fasilitas umum lainnya.

SMP Negeri 1 Grogol terletak dekat dengan Sungai Samin. Sekolah ini sering terkena banjir apabila badan sungai tidak mampu


(4)

2 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

menampung debit air. Pada kejadian banjir besar pada Bulan Desember Tahun 2007 sekolah terpaksa diliburkan satu hari karena tidak dapat melaksanakan pembelajaran pada kondisi banjir. Kondisi ini merugikan pihak sekolah, tidak hanya mengganggu pelaksanaan pembelajaran saja namun banjir merusak bangunan, perlengkapan, dan dokumen sekolah.

Bagi sekolah di kawasan rawan bencana dengan siswa yang rentan terhadap bencana perlu adanya pendidikan kebencanaan sebagai bekal menghadapi bencana. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran penting untuk menerapkan pendidikan kebencanaan. Pendidikan kebencanaan dapat di terapkan melalui pelatihan/simulasi bencana. Upaya ini merupakan kegiatan tanggap menghadapi bencana. Siswa kelas VII sebagai peserta didik yang paling rentan terhadap bencana dapat meningkatkan kesiapsiagaannya menghadapi bencana melalui kegiatan ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo?

2. Apakah simulasi bencana dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa kelas VII dalam menghadapi banjir?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

2. Mengetahui apakah kesiapsiagaan siswa kelas VII dalam menghadapi banjir dapat ditingkatkan melalui simulasi bencana.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada sekolah tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana.

2. Memberi pengetahuan, keterampilan dan kesadaran kepada siswa kelas VII tentang pengurangan risiko bencana sejak dini.


(5)

3 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

2. Tinjauan Pustaka a. Hakikat Pembelajaran

Hariyanto Suyono (2011) memberikan resep berupa empat pilar belajar (four pillars of education/learning), yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk bekerja (learning to do), belajar untuk hidup bersama (learning to live together), dan Belajar untuk menjadi manusia yang utuh (learning to be).

b. Pendidikan Kebencanaan

Menurut Sunarto, Muh Aris Marfai, dan Djati Mardiatno (2010), Pendidikan kebencanaan merupakan suatu usaha pemahaman konsep-konsep yang berkaitan dengan kebencanaan, dalam rangka mengembangkan pengertian dan kesadaran yang diperlukan untuk mengambil sikap dalam melakukan adaptasi kehidupan di daerah yang rawan bencana.

c. Pengelolaan Bencana 1. Pengertian Bencana

Menurut Erman Mawardi dan Asep Sulaeman (2011), Bencana diartikan sebagai suatu rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh fenomena alam, ulah manusia atau oleh keduanya yang mengakibatkan korban jiwa, penderitaan dan atau kesengsaraan manusia kerugian harta benda kerusakan lingkungan hidup dan kerusakan sarana dan prasarana umum.

2. Penyebab Bencana

Menurut Robert J. Kodoatie & Roestam Sjarief (2006) penyebab bencana dibagi menjadi dua, yaitu alam dan manusia. Secara alami bencana akan selalu terjadi dipermukaan bumi, misalnya tsunami, gempa bumi, gunung meletus, kekeringan, banjir, longsor dan lain sebagainya. Sedangkan bencana yang diakibatkan oleh aktifitas manusia segala aktifitas manusia yang merusak atau menggangu keseimbangan alam sehingga alam mencari


(6)

4 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

keseimbanganya dangan wujud berupa perubahan yang sangat cepat atau kontras sehingga menimbulkan ancaman kepada manusia.

3. Jenis-jenis Bencana

Joko Cristanto (2011) membagi jenis bencana menjadi 3, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

4. Definisi Banjir

Menurut Erman Mawardi dan Asep Sulaeman (2011) Banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air sungai tidak tertampung oleh palung sungai sehingga terjadi limpasan dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering. Banjir disebut pula sebagai suatu keadaan aliran permukaan yang relatif tinggi dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau saluran drainase.

5. Penyebab Banjir

Robert J.Kodoatie dan Sugiyanto (2002) mengklasifikasikan penyebab banjir dalam 2 kategori yaitu banjir yang disebabkan oleh alam dan manusia. Banjir yang disebabkan oleh alam seperti curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainasi yang tidak memadai, pengaruh air pasang. Sedangkan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia antara lain perubahan kondisi DPS, kawasan kumuh, sampah, drainasi lahan, bendung dan bangunan air, kerusakan bangunan pengendali banjir, dan perencanaan sistem pengendali banjir tidak tepat.

6. Jenis-jenis Banjir

Krishna S. Pribadi, dkk (2008) mengelompokkan jenis banjir menjadi empat yaitu banjir sungai, banjir pantai, banjir bandang, dan banjir kota. SMP Negeri 1 Grogol merupakan sekolah rawan bencana banjir dengan jenis bencana banjir sungai.

7. Kerentanan Bencana

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.


(7)

5 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

Dalam buku Pemetaan Risiko Bencana Gunung Api Merapi, Kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat tersebut untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu.

8. Simulasi

Menurut IOM (International Organization for Migration) JAWA BARAT dalam buku yang berjudul Panduan Simulasi, Simulasi adalah metode pembelajaran atau pendampingan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya. Metode ini menggunakan gambaran dari suatu situasi yang nyata tanpa harus mengalaminya. Simulasi memberikan latihan dalam situasi tiruan.

9. Kesiapsiagaan

Kharisma Nugroho, dkk (2009) Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang menunjukkan tingkat efektivitas respon terhadap bencana secara keseluruhan. Kesiapsiagaan masyarakat merupakan bagian dari pengurangan resiko bencana. Muara kesiapsiagaan ini adalah untuk membangun ketahanan masyarakat untuk menghadapi bencana.

3. Metode Penelitian A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang menggambarkan peran simulasi bencana terhadap kesiapsiagaan siswa kelas VII dalam menghadapi bencana banjir. Kesiapsiagaan mengacu pada 10 standar yaitu pembentukan dan pembangunan kapasitas organisasi untuk mengawasi dan menjalankan sistem peringatan, evakuasi, penyelamatan dan bantuan, pembuatan rencana pelaksanaan menangani bencana atau rencana penanganan bencana, mobilisasi


(8)

6 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

langsung, pengaturan stok persediaan, komunikasi bahaya, pelatihan relawan, latihan dan simulasi masyarakat, pendidikan dan kesadaran. B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Grogol yang terletak di Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan yaitu Bulan Februari sampai dengan Bulan Juli 2013.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yaitu sejumlah 321 siswa, dengan pengambilan sampel sebanyak 90 siswa. D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah kesiapsiagaan yang merupakan tindakan pengurangan resiko bencana. Pengurangan dampak negatif dari bencana dapat dengan salah satu aksi dari kesiapsiagaan salah satunya melalui simulasi bencana. Untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan siswa kelas VII dalam menghadapi bencana dapat diukur melalui 10 standar kesiapsiagaan.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan ingatan yang dilakukan peneliti terhadap suatu kegiatan atau keadaan yang sedang berlangsung dengan cakupan lebih luas bisa dengan berkomunikasi dengan orang ataupun mengamati obyek. Observasi dilakukan dengan mengamati letak sekolah yang dekat dengan sungai sehingga memiliki kerentanan terhadap bencana, keadaan sarana dan prasarana sekolah, bangunan sekolah dan lain sebagainya.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan. Wawancara di sekolah ditujukan kepada perwakilan guru sebagai staf pengajar yang mengetahui kondisi sekolah. Tujuan


(9)

7 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

dilaksanakan wawancara untuk mendapatkan informasi mengenai bencana yang pernah terjadi dan kesiapan yang telah dilakukan. 3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini untuk memperkuat penelitian berupa gambar/foto saat penelitian berlangsung di SMP Negeri 1 Grogol.

4. Angket

Menurut Sugiyono (2011) Angket atau Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Penelitian ini memberikan angket kepada siswa kelas VII dengan tujuan mengetahui dan menilai sejauh mana kesiapsiagaannya dalam menghadapi bencana yang diukur dengan 10 standar kesiapsiapsiagaan.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Tingkat Kerentanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan di Kecamatan Grogol

Kecamatan Grogol berpotensi terhadap dampak bahaya bencana banjir, sehingga perlu diketahui tingkat kerentanan didaerah tersebut. Untuk mengetahui tingkat kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan, pengukuran masing-masing menggunakan parameter. Masing-masing parameter dihitung berdasarkan data yang di dapat dari BPS dengan acuan PERKA BNPB.

1) Berdasarkan parameter kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat, dan rasio kelompok umur, klasifikasi tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Grogol masuk dalam kategori sedang.


(10)

8 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

Tabel 1. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Sosial.

No Desa

Kerentanan Sosial Total Kere ntana n Sosial Klasifi kasi Kerent anan Sosial Kepa datan Pend uduk Rasio Jenis Kela min Rasi o Ke mis kina n Rasi o Ora ng caca t Rasi o kelo mpo k Um ur

1. Pondok 0,80 10,40 1,59 0,02 9,98 22,79 Sedang 2. Parangjoro 0,75 10,30 1,62 0,03 9,98 22,68 Sedang 3. Pandeyan 0,77 10,62 1,73 0,02 9,98 23,12 Sedang 4. Telukan 0,82 10,12 1,52 0,01 9,98 22,45 Sedang 5. Kadokan 0,81 10,63 2,89 0,01 9,98 24,32 Sedang 6. Grogol 0,85 10,23 0,20 0,00 9,98 21,26 Sedang 7. Madegondo 0,86 7,93 1,93 0,01 9,98 20,71 Sedang 8. Langenharjo 0,84 9,86 2,10 0,01 9,98 22,79 Sedang 9. Gedangan 0,82 10,14 1,10 0,02 9,98 22,06 Sedang 10. Kwarasan 0,87 10,67 1,33 0,02 9,98 22,87 Sedang 11. Sanggrahan 0,85 10,73 0,50 0,01 9,98 22,07 Sedang 12. Manang 0,83 9,98 1,25 0,01 9,98 22,05 Sedang 13. Banaran 0,87 9,87 0,92 0,00 9,98 21,64 Sedang 14. Cemani 0,91 9,97 0,87 0,00 9,98 21,73 Sedang Sumber : Olah Data Penulis.

2) Berdasarkan parameter lahan produktif dan PDRB, klasifikasi tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Grogol masuk dalam kategori sedang.

Tabel 2. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Ekonomi.

No. Desa

Kerentanan Ekonomi Total Kerentanan Ekonomi Klasifikasi Kerentanan Ekonomi Lahan

Produktif PDRB

1. Pondok 0,36 0,48 0,84 Sedang

2. Parangjoro 0,36 0,48 0,84 Sedang

3. Pandeyan 0,36 0,48 0,84 Sedang

4. Telukan 0,36 0,48 0,84 Sedang


(11)

9 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

6. Grogol 0,36 0,48 0,84 Sedang

7. Madegondo 0,36 0,48 0,84 Sedang

8. Langenharjo 0,36 0,48 0,84 Sedang

9. Gedangan 0,36 0,48 0,84 Sedang

10. Kwarasan 0,36 0,48 0,84 Sedang

11. Sanggrahan 0,36 0,48 0,84 Sedang

12. Manang 0,36 0,48 0,84 Sedang

13. Banaran 0,36 0,48 0,84 Sedang

14. Cemani 0,36 0,48 0,84 Sedang

Sumber : Olah Data Peneliti.

3) Berdasarkan parameter hutan lindung, hutan alam, hutan bakau, semak belukar, dan rawa, klasifikasi tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Grogol masuk dalam kategori rendah.

Tabel 1. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Lingkungan.

No Desa

Kerentanan Lingkungan Total Kerentanan Lingkungan Klasifi kasi Kerent anan Lingku ngan Hutan Lindu ng Hutan Alam Hutan Bakau Semak Beluka r Rawa

1. Pondok 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

2. Parangjoro 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

3. Pandeyan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

4. Telukan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

5. Kadokan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

6. Grogol 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

7. Madegondo 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 8. Langenharjo 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

9. Gedangan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

10. Kwarasan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

11. Sanggrahan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

12. Manang 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

13. Banaran 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah


(12)

10 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

b. Simulasi Bencana Banjir

Kegiatan simulasi berupa materi dan latihan praktek menghadapi bencana banjir memberikan manfaat bagi siswa. Hasil tabulasi data kesiapsiagaan siswa kelas VII menghadapi banjir sebelum dan setelah dilakukan simulasi bencana mengalami peningkatan. Sebelum dilaksanakan simulasi bencana rata nilai indeks kesiapsiagaan siswa kelas VII adalah 77,5 (siap), dengan persentase nilai indeks 80-100% (Sangat Siap) = 57%, 65-79% (Siap) = 36%, 55-64 (Hampir Siap) = 3%, 40-54 (Kurang Siap) = 3%, dan 0-3 (Belum Siap) = 1%. Rata-rata nilai indeks kesiapsiagaan siswa kelas VII setelah dilaksanakan simulasi adalah 85 (sangat siap), dengan persentase nilai indeks 80-100 (Sangat Siap) = 84%, 65-79 (Siap) = 13%, 55-64 (Hampir Siap) = 1%, 40-54 (Kurang Siap) = 1%, dan 0-39 (Belum Siap) = 0%.

5. Kesimpulan

1. Kerentanan sosial kecamatan Grogol masuk dalam kategori sedang, kerentanan ekonomi kategori sedang, dan kerentanan lingkungan ketegori rendah.

2. Terdapat perubahan tingkat kesiapsiagaan siswa kelas VII setelah dilakukan kegiatan simulasi bencana, yaitu 77,5 (siap) menjadi 85 (sangat siap). Maka kegiatan simulasi memiliki peran penting meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi banjir.

6. Saran

1. Pihak sekolah memberikan pelajaran tambahan berkaitan dengan pendidikan kebencanaan.

2. Sekolah mengadakan pelatihan kebencanaan (simulasi) tahunan sebagai bekal keterampilan siswa dalam mengadapi bencana banjir.


(13)

11 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Pemetaan Risiko Bencana Gunung Api Merapi Sebuah “Jejak

Langkah” Pembelajaran. Yogyakarta: Pusat Studi Bencana UPN Veteran

Yogyakarta dan Oxfam GB Indonesia Untuk Forum Merapi.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi, Kerusakan Lingkungan, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan. Yogyakarta: Liberty.

Hidayati, Deny. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: LIPI.

Kodoatie, J.Robert dan Roestam Sjarief. 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu. Jakarta: Yarsif Watampone.

Kodoatie, J.Robert dan Sugiyanto. 2002. Banjir Beberapa Penyebab dan Metode

Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Maarif, Syamsul. 2012. PERKA BNPB No. 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta.

Mawardi, Erman, Asep Sulaeman. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air.

Nugroho, Kharisma, Hening purwati, Jenik Andreas, Surya Rahman M, Barry Adhitya. 2009. Preparedness Assessment Tools for Indonesia. Jakarta: UNESCO Office.

Pribadi, Krishna S, Engkon K. Kertapati, Diah Kusumastuti, Hamzah Latief,Hendra Grandis, Eng Imam A. Sadisun, Soebagiyo Soekarnen, Harman Ajiwibowo, Retno Dwi S, Ayu Krishna Juliawati, Farah Mulyasari, Novya Ekawati, Bayu Novianto. 2008. Pendidikan Siaga Bencana. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(14)

12 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

Sunarto, Muh Aris Marfai, dan Djati Mardiatno. 2010. Penaksiran Multirisiko

Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Yogyakarta: PSBA

Universitas Gajah Mada.

Suyono, Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Vanaspongse, Chitraporn. 2007. Pedoman Pelatihan: Pengurangan Risiko Bencana yang Dimotori oleh Anak-anak di Sekolah dan Komunitas. Bangkok: Save the Children Swedia.

Http://www.solopos.com/2012/02/25/warga-siaga-banjir-terus-mengancam-165428


(1)

7 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

dilaksanakan wawancara untuk mendapatkan informasi mengenai bencana yang pernah terjadi dan kesiapan yang telah dilakukan. 3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini untuk memperkuat penelitian berupa gambar/foto saat penelitian berlangsung di SMP Negeri 1 Grogol.

4. Angket

Menurut Sugiyono (2011) Angket atau Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Penelitian ini memberikan angket kepada siswa kelas VII dengan tujuan mengetahui dan menilai sejauh mana kesiapsiagaannya dalam menghadapi bencana yang diukur dengan 10 standar kesiapsiapsiagaan.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Tingkat Kerentanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan di Kecamatan Grogol

Kecamatan Grogol berpotensi terhadap dampak bahaya bencana banjir, sehingga perlu diketahui tingkat kerentanan didaerah tersebut. Untuk mengetahui tingkat kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan, pengukuran masing-masing menggunakan parameter. Masing-masing parameter dihitung berdasarkan data yang di dapat dari BPS dengan acuan PERKA BNPB.

1) Berdasarkan parameter kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat, dan rasio kelompok umur, klasifikasi tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Grogol masuk dalam kategori sedang.


(2)

8 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

Tabel 1. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Sosial.

No Desa

Kerentanan Sosial Total Kere ntana n Sosial Klasifi kasi Kerent anan Sosial Kepa datan Pend uduk Rasio Jenis Kela min Rasi o Ke mis kina n Rasi o Ora ng caca t Rasi o kelo mpo k Um ur

1. Pondok 0,80 10,40 1,59 0,02 9,98 22,79 Sedang 2. Parangjoro 0,75 10,30 1,62 0,03 9,98 22,68 Sedang 3. Pandeyan 0,77 10,62 1,73 0,02 9,98 23,12 Sedang 4. Telukan 0,82 10,12 1,52 0,01 9,98 22,45 Sedang 5. Kadokan 0,81 10,63 2,89 0,01 9,98 24,32 Sedang 6. Grogol 0,85 10,23 0,20 0,00 9,98 21,26 Sedang 7. Madegondo 0,86 7,93 1,93 0,01 9,98 20,71 Sedang 8. Langenharjo 0,84 9,86 2,10 0,01 9,98 22,79 Sedang 9. Gedangan 0,82 10,14 1,10 0,02 9,98 22,06 Sedang 10. Kwarasan 0,87 10,67 1,33 0,02 9,98 22,87 Sedang 11. Sanggrahan 0,85 10,73 0,50 0,01 9,98 22,07 Sedang 12. Manang 0,83 9,98 1,25 0,01 9,98 22,05 Sedang 13. Banaran 0,87 9,87 0,92 0,00 9,98 21,64 Sedang 14. Cemani 0,91 9,97 0,87 0,00 9,98 21,73 Sedang Sumber : Olah Data Penulis.

2) Berdasarkan parameter lahan produktif dan PDRB, klasifikasi tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Grogol masuk dalam kategori sedang.

Tabel 2. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Ekonomi.

No. Desa

Kerentanan Ekonomi Total Kerentanan Ekonomi Klasifikasi Kerentanan Ekonomi Lahan

Produktif PDRB

1. Pondok 0,36 0,48 0,84 Sedang

2. Parangjoro 0,36 0,48 0,84 Sedang

3. Pandeyan 0,36 0,48 0,84 Sedang

4. Telukan 0,36 0,48 0,84 Sedang


(3)

9 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

6. Grogol 0,36 0,48 0,84 Sedang

7. Madegondo 0,36 0,48 0,84 Sedang

8. Langenharjo 0,36 0,48 0,84 Sedang

9. Gedangan 0,36 0,48 0,84 Sedang

10. Kwarasan 0,36 0,48 0,84 Sedang

11. Sanggrahan 0,36 0,48 0,84 Sedang

12. Manang 0,36 0,48 0,84 Sedang

13. Banaran 0,36 0,48 0,84 Sedang

14. Cemani 0,36 0,48 0,84 Sedang

Sumber : Olah Data Peneliti.

3) Berdasarkan parameter hutan lindung, hutan alam, hutan bakau, semak belukar, dan rawa, klasifikasi tingkat kerentanan sosial di Kecamatan Grogol masuk dalam kategori rendah.

Tabel 1. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Lingkungan.

No Desa

Kerentanan Lingkungan

Total Kerentanan Lingkungan

Klasifi kasi Kerent

anan Lingku

ngan Hutan

Lindu ng

Hutan Alam

Hutan Bakau

Semak Beluka

r

Rawa

1. Pondok 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

2. Parangjoro 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 3. Pandeyan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 4. Telukan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 5. Kadokan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

6. Grogol 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah

7. Madegondo 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 8. Langenharjo 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 9. Gedangan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 10. Kwarasan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 11. Sanggrahan 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 12. Manang 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 13. Banaran 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah 14. Cemani 0,09 0,09 0,01 0,01 0,04 0,24 Rendah


(4)

10 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

b. Simulasi Bencana Banjir

Kegiatan simulasi berupa materi dan latihan praktek menghadapi bencana banjir memberikan manfaat bagi siswa. Hasil tabulasi data kesiapsiagaan siswa kelas VII menghadapi banjir sebelum dan setelah dilakukan simulasi bencana mengalami peningkatan. Sebelum dilaksanakan simulasi bencana rata nilai indeks kesiapsiagaan siswa kelas VII adalah 77,5 (siap), dengan persentase nilai indeks 80-100% (Sangat Siap) = 57%, 65-79% (Siap) = 36%, 55-64 (Hampir Siap) = 3%, 40-54 (Kurang Siap) = 3%, dan 0-3 (Belum Siap) = 1%. Rata-rata nilai indeks kesiapsiagaan siswa kelas VII setelah dilaksanakan simulasi adalah 85 (sangat siap), dengan persentase nilai indeks 80-100 (Sangat Siap) = 84%, 65-79 (Siap) = 13%, 55-64 (Hampir Siap) = 1%, 40-54 (Kurang Siap) = 1%, dan 0-39 (Belum Siap) = 0%.

5. Kesimpulan

1. Kerentanan sosial kecamatan Grogol masuk dalam kategori sedang, kerentanan ekonomi kategori sedang, dan kerentanan lingkungan ketegori rendah.

2. Terdapat perubahan tingkat kesiapsiagaan siswa kelas VII setelah dilakukan kegiatan simulasi bencana, yaitu 77,5 (siap) menjadi 85 (sangat siap). Maka kegiatan simulasi memiliki peran penting meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi banjir.

6. Saran

1. Pihak sekolah memberikan pelajaran tambahan berkaitan dengan pendidikan kebencanaan.

2. Sekolah mengadakan pelatihan kebencanaan (simulasi) tahunan sebagai bekal keterampilan siswa dalam mengadapi bencana banjir.


(5)

11 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Pemetaan Risiko Bencana Gunung Api Merapi Sebuah “Jejak Langkah” Pembelajaran. Yogyakarta: Pusat Studi Bencana UPN Veteran Yogyakarta dan Oxfam GB Indonesia Untuk Forum Merapi.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi, Kerusakan Lingkungan, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan. Yogyakarta: Liberty.

Hidayati, Deny. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: LIPI.

Kodoatie, J.Robert dan Roestam Sjarief. 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu. Jakarta: Yarsif Watampone.

Kodoatie, J.Robert dan Sugiyanto. 2002. Banjir Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maarif, Syamsul. 2012. PERKA BNPB No. 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta.

Mawardi, Erman, Asep Sulaeman. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air.

Nugroho, Kharisma, Hening purwati, Jenik Andreas, Surya Rahman M, Barry Adhitya. 2009. Preparedness Assessment Tools for Indonesia. Jakarta: UNESCO Office.

Pribadi, Krishna S, Engkon K. Kertapati, Diah Kusumastuti, Hamzah Latief,Hendra Grandis, Eng Imam A. Sadisun, Soebagiyo Soekarnen, Harman Ajiwibowo, Retno Dwi S, Ayu Krishna Juliawati, Farah Mulyasari, Novya Ekawati, Bayu Novianto. 2008. Pendidikan Siaga Bencana. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

12 Susanti Budi Pratiwi, Pendidikan Geografi 2009, FKIP UMS.

Sunarto, Muh Aris Marfai, dan Djati Mardiatno. 2010. Penaksiran Multirisiko

Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Yogyakarta: PSBA

Universitas Gajah Mada.

Suyono, Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Vanaspongse, Chitraporn. 2007. Pedoman Pelatihan: Pengurangan Risiko Bencana yang Dimotori oleh Anak-anak di Sekolah dan Komunitas. Bangkok: Save the Children Swedia.

Http://www.solopos.com/2012/02/25/warga-siaga-banjir-terus-mengancam-165428


Dokumen yang terkait

KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VIII TERHADAP BENCANA BANJIR DI SMP N 2 GROGOL Kesiapsiagaan Siswa Kelas Viii Terhadap Bencana Banjir di SMP N 2 Grogol Kecamatan Grogolka Bupaten Sukoharjo.

0 2 17

TINGKAT KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI Tingkat Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMPN 3 Nguter Kabupaten Sukoharjo.

0 1 16

PERAN SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII DALAM MENGHADAPI BECANA GEMPA BUMI DI MTs Peran Simulasi Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Di MTs Negeri Gantiwarno Kecamatan Gantiwarno Kabupa

0 1 18

PERAN SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII DALAM MENGHADAPI BECANA GEMPA BUMI DI MTs Peran Simulasi Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Di MTs Negeri Gantiwarno Kecamatan Gantiwarno Kabupa

0 1 14

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Desa Langenharjo Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 4 13

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Desa Langenharjo Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 9

PERAN SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA KELAS VII DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR Peran Simulasi Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 1 Grogol Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 14

PENDAHULUAN Peran Simulasi Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Kelas VII Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 1 Grogol Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 1 7

PENGARUH SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN PRAMUKA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR Pengaruh Simulasi Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Pramuka Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 3 Mojolaban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 1 13

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN PRAMUKA Pengaruh Simulasi Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Pramuka Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 3 Mojolaban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 3 16