NASKAH PUBLIKASI PENGARUH SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN PRAMUKA Pengaruh Simulasi Bencana Terhadap Kesiapsiagaan Pramuka Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di SMP Negeri 3 Mojolaban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN PRAMUKA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 3 MOJOLABAN
KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi
INDAH PURNAMASARI A 610090083
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
(2)
(3)
(4)
PENGARUH SIMULASI BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAAN PRAMUKA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 3 MOJOLABAN KECAMATAN MOJOLABAN
KABUPATEN SUKOHARJO Oleh :
Indah Purnamasari, A610090083, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2013
ABSTRAK
Siswa merupakan salah satu aset bangsa yang rentan terhadap bencana. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di lingkungan tempat tinggal mereka termasuk Sekolah. Simulasi bisa dikatakan sebagai bentuk kegiatan pembelajaran berbasis kebencanaan yang dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana. Namun demikian, berdasarkan pengalaman di SMP Negeri 3 Mojolaban, menunjukkan bahwa belum ada bentuk pembelajaran berbasis kebencanaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan Sekolah terhadap banjir dan tingkat kesiapsiagaan siswa melalui kegiatan pembelajaran simulasi bencana banjir. Objek penelitian ini adalah simulasi bencana banjir. Data yang diperoleh berupa hasil kuesioner yang memuat sepuluh indikator kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Kuesioner kesiapsiagaan diberikan sebelum dan sesudah kegiatan simulasi. Setelah data terkumpul, data dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif.Hasil penelitian ini menunjikkan bahwa: 1) Melalui perhitungan parameter kerentana banjir dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan tingkat kerentanan sosial, ekonomi, dah lingkungan adalah rendah. 2) Kegiatan simulasi dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana banjir. Nilai indeks kesiapsiagaan sebelum simulasi adalah 68 dan nilai indeks setelah simulasi adaah 80.
(5)
1 1. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Bencana sebagai ciri khas yang dimiliki di sebagian besar wilayah Indonesia. Keadaan Iklim, Geologi, Geomorfologi, Tanah, dan Hidrologi menjadikan Indonesia sebagai Negara Rawan Bencana. Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya, serta kondisi fisik Indonesia berpengaruh terhadap tingkat risiko bencana.
Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang menunjukkan respons terhadap bencana. Faktor yang berperan dalam kesiapsiagaan bencana adalah Masyarakat dan pihak pengambil keputusan. Masyarakat memiliki Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitude), dan Perilaku (Behaviour) untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah bagian yang integral dari pembangunan berkelanjutan. Jika pembangunan dilaksanakan dengan baik, upaya kesiapsiagaan terhadap
bencana akan lebih ringan tugasnya (Kharisma, 2009).
Partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana dapat diwujudkan dengan Pendidikan Kebencanaan. Melalui pendidikan kebencanaan, mayarakat yang tinggal di daerah rawan ancaman bencana mempunyai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tentang kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat bencana (Emi Dwi Suryanti et.al., 2009:145).
Rencana kesiapsiagaan disusun berdasarkan tingkat kelembagaan. Rencana kesiapsiagaan haruslah praktis dan sesuai dengan konteks setiap kelompok masyarakat atau lembaga. Sekolah merupakan lembaga/ organisasi penyedia layanan hendaknya mampu mengidentifikasi kerentanan wilayah terhadap bencana. B.Tujuan Penelitian
Tujuan:
a. Mengkaji kerentanan sosial, ekonomi, dan ligkunagan di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
b. Mengkaji kegiatan simulasi bencana sebagai upaya
(6)
2 meningkatkan kesiapsiagaan
peserta didik dalam menghadapi bencana banjir.
2. LANDASAN TEORI
1) Perkembangan yang pesat dalam ilmu pengetahuan, budaya, politik, ekonomi, komunikasi, dan sebagainya akan berdampak dalam pendidikan dan pembelajaran. Dalam dunia pembelajran, untuk untuk menghadapi tantangan global, UNESCO memberikan resep berupa apa yang disebut empat pilar belajar (four pillars of education/learning), yaitu: belajar untuk mengetahui (learning to know) , belajar untuk bekerja (learning to do), belajar untuk hidup berdampingan dan berkembang bersama (learning to live together), dan belajar untuk
menjadi manusia seutuhnya (Suyono,2011).
2) Bencana
Menurut UU No.24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
3) Banjir
Menurut BNPB dalam Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun 20011, banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal, sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya
(7)
3 genangan pada lahan rendah di sisi
sungai.
4) Kesipsiagaan
Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang menunjukkan tingkat efektivitas respon terhadap bencana secara keseluruhan. Kesiapsiagaan bertujuan membangun ketahanan masyarakat untuk menghadapi bencana. Fokus pengukuran kesiapsiagaan warga terhadap bencana adalah elemen-elemen dari ketahanan warga itu sendiri.
5) Kerentanan
Kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat tersebut untuk mencegah,
meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertenu. 3. METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dibutuhkan tempat penelitian. Tempat penelitian yang digunakan peneliti adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Mojolaban. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013.
B. Populasi, Sampel, dan Sampling Populasi penelitian ini adalah semua siswa SMP Negeri 3 Mojolaban Total populasi 801 terdiri dari, 280 Siswa Kelas VII, 260 Siswa Kelas VIII, dan 261 Siswa Kelas IX. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 89 Orang. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik Purposive sampling
C.Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel kontrol karena peneliti akan membandingkan tingkat kesiapsiagaan sebelum simulasi dan sesudah simulasi. Variabel Kontrol
(8)
4 dalam penelitian ini adalah
kesiapsiagan.
D.Teknik Pengumpulan Data a) Wawancara (Interview)
Wawancara tersrtuktur digunakan peneliti setelah mengetahui dengan pasti tentang semua informasi yang akan diperoleh. Wawancara yang dilakukan dalam perolehan data penelitian ini ditujukan kepada siswa, guru, dan masyarakat di sekitar Sekolah. Pertanyaan berhubungan dengan dampak atau risko yang dihadapi masyakat saat terjad banjir. b) Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan kondisi geografis Desa Laban, keadaan geografis sekolah, dan kegiatan Simulsi
c) Metode dokumentasi
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan sumber data yang berupa gambar/ foto saat kegiatan penelitian berlangsung di SMP Negeri 3 Mojolabn Sukoharjo.
d) Kuesioner (Angket)
Teknik kuesioner dianggap teknik yang cocok digunakan apabila jumlah respondennya cukup besar dan mencakup wilayah yang sangat luas. Angket penelitian ini berisi 20 soal pilihan ganda terdiri dari 10 standar kesiapsiagaan yang digunakan sebagai indikator pembuatan kuesioner.
Kesiapsiagaan penilitian ini diukur melalui sepuluh standar kesiapsiagaan:
1. Pembentukan dan Pembangunan Kapasitas Organisasi untuk Mengawasi dan Menjalankan Sistem Peringatan
2. Evakuasi
3. Penyelamatan dan Bantuan
4. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Menangani Bencana Mobilisasi Langsung
5. Pengaturan stok persediaan 6. Komunikasi Bahaya 7. Pelatihan Relawan
8. Latihan dan Simulasi Masyarakat 10 Pendidikan dan kesadaran
masyarakat
(9)
5 Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik analisis data statistik inferensial. Peneliti akan membuat kesimpulan dari data sampel yang berlaku untuk populasi, yaitu kesiapsiagaan seluruh siswa SMP Negeri 3 Mojolaban Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik inferensial parametris dan non parametris. Statistic parametris digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio. Statistic parametris ini digunakan untuk pengujian hipotesis dengan teknik uji t atau t-test dan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov.
4. HASIL PENELITIAN
a) Kerentanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkngan di Kecamatan Mojolaban
Kerentanan sosial, ekonomi, dan lingkungan digunakan untuk mengetahui kondisi wilayah yang rentan terhadap banjir. Kerentanan tinggi maka dampak risiko bencana banjir juga tinggi apabila kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana rendah. Secara keseluruhan
tingkat kerentana sosial, ekonomi, dan lingkungan adalah rendah (lampiran 1 tabel 1,2,3).
b) Tingkat Kesiapsiagaan Sebelum Simulasi dan Setelah Simulasi Siswa SMP Negeri 3 Mojolaban
Penelitian ini akan mengetahui pengaruh Simulasi Banjir terhadap kesiapsiagaan siswa SMP Negeri 3 Mojolaban Sukoharjo. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari pengesian angket sebelum simulasi dan setelah simulasi.
Tabel 1. Kesiapsiagaan Siswa Sebelum Simulasi dan Setelah Simulasi
indeks
nilai kategori
jumlah responden
sebelum Setelah
80-100
Sangat
siap 18 57
65-79 Siap 36 23
55-64 Hampir
siap 26 1
40-54 Kurang
siap 9 0
0-39 Belum
siap 1 0
total 90 90
(10)
6 Tabel. Tingkat Kesiapsagaan Setelah
dan Sebelum Simulasi
Perhitungan uji paired sample t test, diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan menunjukkan ℎ� �� = 6,728 > ��= 1,671, artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga hipotesis yang
berbunyi “Ada peningkatan rata-rata indeks kesiapsiagaan sebelum simulasi dan setelah simulasi” dapat diterima. Hasil penelitian ini, siswa yang mendapatkan simulasi memiliki kesiapsiagaan yang lebih tinggi dibanding dengan sebelum siswa mendapatkan simulasi. Rata-rata sebelum simulasi 68 dan setelah simulasi 80. Berdasarkan hal ini kegiatan simulasi dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa menghadapi
bencana banjir. Hasil pengolahan data hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Analisis data hipotesis Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean Std.
Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Sebelum
- Setelah -11.556 16.295 1.718 -14.969 -8.143 -6.728 89 .000
Sumber: hasil olah data peneliti
Hasil penelitian tersebut menunjukkan kegiatan simulasi dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam menghadapi bencana banjir. Siswa lebih mengatahui tindakan-tindakan yang harus mereka lakukan sebelum, saat, dan setelah menghadapi bencana. Siswa lebih peka dan sadar bahwa mereka tinggal di daerah yang rawan bencana banjir.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan:
1. Kerentanan sosial Kecamatan Mojolaban masuk kategori sedang, kerentana ekonomi kategori 0 20 40 60 Ju m la h Kategori
Tingkat Kesiapsiagaan Setelah dan Sesud Simulasi
jumlah re sebelum jumlah re setelah s
(11)
7 sedang, dan kerentanan lingkungan
masuk kategori rendah.
2. Kegiatan simulasi dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana banjir. Hasil tabulasi data sebelum simulasi dan setelah simulasi menunjukkan peningkatan kesiapsiagan siswa dalam menghadapi bencan banjir di sekolah. Rata-rata nilai indeks sebelum simulasi 68 masuk kategori siap dan setelah simulasi rata-rata mencapai 85 masuk kategori sangat siap.
Saran :
1. Sekolah hendaknya memberikan pengetahuan sistem peringatan untuk di sosialisasikan ke semua warga sekolah untuk pencegahan pertama saat terjadi bencana. 2. Sekolah memberikan pendidikan
dan pelatihan kebencanan pada pembelajaran ekstra kurikuler maupun intrakurikuler misalnya kegitan simulasi bencana.
(12)
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi, Kerusakan Lingkungan, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan. Yogyakarta: Liberty.
Hidayati, Deny, . 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: LIPI.
Kodoatie, J.Robert dan Roestam Sjarief. 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu. Jakarta: Yarsif Watampone.
Kodoatie, J.Robert dan Sugiyanto. 2002. Banjir Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Maarif, Syamsul. 2012. PERKA BNPB No. 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta.
Mawardi, Erman, Asep Sulaeman. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air.
Nugroho, Kharisma, Hening purwati, Jenik Andreas, Surya Rahman M, Barry Adhitya. 2009. Preparedness Assessment Tools for Indonesia. Jakarta: UNESCO Office.
Pribadi, Krishna S, Engkon K. Kertapati, Diah Kusumastuti, Hamzah Latief,Hendra Grandis, Eng Imam A. Sadisun, Soebagiyo Soekarnen, Harman Ajiwibowo, Retno Dwi S, Ayu Krishna Juliawati, Farah Mulyasari, Novya Ekawati, Bayu Novianto. 2008. Pendidikan Siaga Bencana. Bandung:Institut Teknologi Bandung.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantita tif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarto, Muh Aris Marfai, dan Djati Mardiatno. 2010. Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Yogyakarta: PSBA Universitas Gajah Mada.
(13)
2 Suyono, Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Vanaspongse, Chitraporn. 2007. Pedoman Pelatihan: Pengurangan Risiko Bencana yang Dimotori oleh Anak-anak di Sekolah dan Komunitas. Bangkok: Save the Children Swedia.
(14)
3 LAMPIRAN 1
KLASIFIKASI KERENTANAN EKONOMI SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN Tabel 1 tingkat kerentanan sosial
TINGKAT KERENTANAN SOSIAL
No. Desa
Kerentanan Total
Keren-tanan
SO-SIAL
Klasi-fikasi Kepad
atan Pendu -duk
Ratio Jenis Kela-min
Ratio Kemiski
nan
Ratio Orang
cacat
Ratio kelom-pok Umur
1 Tegalmade 0.30 10 5.6 0.1 10 26 Sedang
2 Laban 0.30 10 3.4 0.0 10 23.7 Sedang
3 Wirun 0.30 10 2.9 0.0 10 23.2 Sedang
4 Bekonang 0.30 9 4.5 0.0 10 23.8 Sedang
5 Cangkol 0.30 10 5.1 0.1 10 25.5 Sedang
6 Klumprit 0.30 9 3.4 0.1 10 22.8 Sedang
7 Kragilan 0.30 10 4.6 0.0 10 24.9 Sedang
8 Sapen 0.30 10 4.8 0.0 10 25.1 Sedang
9 Triyagan 0.30 10 2.7 0.0 10 23 Sedang
10 Joho 0.30 10 6.9 0.1 10 27.3 Sedang
11 Demakan 0.30 10 10.1 0.1 10 30.5 Sedang
12 Dukuh 0.30 10 3.8 0.0 10 24.1 Sedang
13 Plumbon 0.30 10 3.9 0.0 10 24.2 Sedang
14 Gadingan 0.30 10 6.2 0.0 10 26.5 Sedang
15 Palur 0.30 10 5.3 0.0 10 25.6 Sedang
(15)
4 Lanjutan
Tabel 2. Klasifikasi parameter kerentanan ekonomi kecamatan mojolaban
Desa KERENTANAN TOTAL
KERENTANAN EKONOMI Klasifikasi Lahan Produktif PDRB
Tegalmade 0.36 0.48 0.84 sedang
Laban 0.36 0.48 0.84 sedang
Wirun 0.36 0.48 0.84 sedang
Bekonang 0.36 0.48 0.84 sedang
Cangkol 0.36 0.48 0.84 sedang
Klumprit 0.36 0.48 0.84 sedang
Kragilan 0.36 0.48 0.84 sedang
Sapen 0.36 0.48 0.84 sedang
Triyagan 0.36 0.48 0.84 sedang
Joho 0.36 0.48 0.84 sedang
Demakan 0.36 0.48 0.84 sedang
Dukuh 0.36 0.48 0.84 sedang
Plumbon 0.36 0.48 0.84 sedang
Gadingan 0.36 0.48 0.84 sedang
Palur 0.36 0.48 0.68 sedang
Sumber : Olah Data Peneliti
Tabel 3. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Lingkungan
No. Desa
Kerentanan Total
Kerentan an Lingkung an Klasifi-kasi Hutan Lindung Hutan Alam Hutan Bakau Semak
Belukar Rawa
1 Tegalmade 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
2 Laban 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
3 Wirun 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
4 Bekonang 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
5 Cangkol 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
6 Klumprit 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
7 Kragilan 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
8 Sapen 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
(16)
5
10 Joho 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
11 Demakan 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
12 Dukuh 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
13 Plumbon 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
14 Gadingan 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
15 Palur 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
Sumber: Olah Data Peneliti
Gambar . Peta Kerentanan Bencana Kecamatan Mojolaban
(1)
7 sedang, dan kerentanan lingkungan
masuk kategori rendah.
2. Kegiatan simulasi dapat meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana banjir. Hasil tabulasi data sebelum simulasi dan setelah simulasi menunjukkan peningkatan kesiapsiagan siswa dalam menghadapi bencan banjir di sekolah. Rata-rata nilai indeks sebelum simulasi 68 masuk kategori siap dan setelah simulasi rata-rata mencapai 85 masuk kategori sangat siap.
Saran :
1. Sekolah hendaknya memberikan pengetahuan sistem peringatan untuk di sosialisasikan ke semua warga sekolah untuk pencegahan pertama saat terjadi bencana. 2. Sekolah memberikan pendidikan
dan pelatihan kebencanan pada pembelajaran ekstra kurikuler maupun intrakurikuler misalnya kegitan simulasi bencana.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi, Kerusakan Lingkungan, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan. Yogyakarta: Liberty.
Hidayati, Deny, . 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: LIPI.
Kodoatie, J.Robert dan Roestam Sjarief. 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu. Jakarta: Yarsif Watampone.
Kodoatie, J.Robert dan Sugiyanto. 2002. Banjir Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Maarif, Syamsul. 2012. PERKA BNPB No. 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta.
Mawardi, Erman, Asep Sulaeman. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air.
Nugroho, Kharisma, Hening purwati, Jenik Andreas, Surya Rahman M, Barry Adhitya. 2009. Preparedness Assessment Tools for Indonesia. Jakarta: UNESCO Office.
Pribadi, Krishna S, Engkon K. Kertapati, Diah Kusumastuti, Hamzah Latief,Hendra Grandis, Eng Imam A. Sadisun, Soebagiyo Soekarnen, Harman Ajiwibowo, Retno Dwi S, Ayu Krishna Juliawati, Farah Mulyasari, Novya Ekawati, Bayu Novianto. 2008. Pendidikan Siaga Bencana. Bandung:Institut Teknologi Bandung.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantita tif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarto, Muh Aris Marfai, dan Djati Mardiatno. 2010. Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Yogyakarta: PSBA Universitas Gajah Mada.
(3)
2 Suyono, Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Vanaspongse, Chitraporn. 2007. Pedoman Pelatihan: Pengurangan Risiko Bencana yang Dimotori oleh Anak-anak di Sekolah dan Komunitas. Bangkok: Save the Children Swedia.
(4)
3 LAMPIRAN 1
KLASIFIKASI KERENTANAN EKONOMI SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN Tabel 1 tingkat kerentanan sosial
TINGKAT KERENTANAN SOSIAL
No. Desa
Kerentanan Total
Keren-tanan SO-SIAL Klasi-fikasi Kepad atan Pendu -duk Ratio Jenis Kela-min Ratio Kemiski nan Ratio Orang cacat Ratio kelom-pok Umur
1 Tegalmade 0.30 10 5.6 0.1 10 26 Sedang
2 Laban 0.30 10 3.4 0.0 10 23.7 Sedang
3 Wirun 0.30 10 2.9 0.0 10 23.2 Sedang
4 Bekonang 0.30 9 4.5 0.0 10 23.8 Sedang
5 Cangkol 0.30 10 5.1 0.1 10 25.5 Sedang
6 Klumprit 0.30 9 3.4 0.1 10 22.8 Sedang
7 Kragilan 0.30 10 4.6 0.0 10 24.9 Sedang
8 Sapen 0.30 10 4.8 0.0 10 25.1 Sedang
9 Triyagan 0.30 10 2.7 0.0 10 23 Sedang
10 Joho 0.30 10 6.9 0.1 10 27.3 Sedang
11 Demakan 0.30 10 10.1 0.1 10 30.5 Sedang
12 Dukuh 0.30 10 3.8 0.0 10 24.1 Sedang
13 Plumbon 0.30 10 3.9 0.0 10 24.2 Sedang
14 Gadingan 0.30 10 6.2 0.0 10 26.5 Sedang
15 Palur 0.30 10 5.3 0.0 10 25.6 Sedang
(5)
4 Lanjutan
Tabel 2. Klasifikasi parameter kerentanan ekonomi kecamatan mojolaban
Desa KERENTANAN TOTAL
KERENTANAN EKONOMI Klasifikasi Lahan Produktif PDRB
Tegalmade 0.36 0.48 0.84 sedang
Laban 0.36 0.48 0.84 sedang
Wirun 0.36 0.48 0.84 sedang
Bekonang 0.36 0.48 0.84 sedang
Cangkol 0.36 0.48 0.84 sedang
Klumprit 0.36 0.48 0.84 sedang
Kragilan 0.36 0.48 0.84 sedang
Sapen 0.36 0.48 0.84 sedang
Triyagan 0.36 0.48 0.84 sedang
Joho 0.36 0.48 0.84 sedang
Demakan 0.36 0.48 0.84 sedang
Dukuh 0.36 0.48 0.84 sedang
Plumbon 0.36 0.48 0.84 sedang
Gadingan 0.36 0.48 0.84 sedang
Palur 0.36 0.48 0.68 sedang
Sumber : Olah Data Peneliti
Tabel 3. Klasifikasi Parameter Tingkat Kerentanan Lingkungan
No. Desa
Kerentanan Total
Kerentan an Lingkung an Klasifi-kasi Hutan Lindung Hutan Alam Hutan Bakau Semak
Belukar Rawa
1 Tegalmade 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
2 Laban 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
3 Wirun 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
4 Bekonang 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
5 Cangkol 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
6 Klumprit 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
7 Kragilan 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
8 Sapen 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
(6)
5
10 Joho 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
11 Demakan 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
12 Dukuh 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
13 Plumbon 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
14 Gadingan 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
15 Palur 0.09 0.09 0.01 0.01 0.04 0.24 rendah
Sumber: Olah Data Peneliti
Gambar . Peta Kerentanan Bencana Kecamatan Mojolaban