PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTS MADINATUSSALAM SEI ROTAN.

(1)

P E N G E M B A N G A N P E R A N G K A T P E M B E L A J A R A N BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTs MADINATUSSALAM SEI ROTAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH:

SALIMAH ANGREINY

NIM. 8136171047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRAK

SALIMAH ANGREINY. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa MTs Madinatussalam Sei Rotan. Tesis. Medan

Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) validitas perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan 2) efektivitas perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan; 3) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa MTs Madinatussalam dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan; 4) peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa MTs Madinatussalam dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan; 5) proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yakni tahap pertama pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah menggunakan model pengembangan

Four-D, dan tahap kedua mengujicobakan perangkat pembelajaran berbasis

masalah yang dikembangkan di kelas VII-3 dan kelas VII-2 MTs Madinatussalam untuk melihat efektivitasnya. Dari hasil uji coba I dan uji coba II diperoleh: 1) perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan valid dengan rata-rata total validitas RPP = 4,46, buku siswa = 4,43, LAS = 4,40. Uji validitas tes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik juga valid dengan reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah = 0,604 (tinggi) dan komunikasi matematik = 0,786 (tinggi); 2) perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan efektif, ditinjau dari a) ketuntasan belajar siswa secara klasikal; b) aktivitas aktif siswa dalam batas toleransi waktu ideal yang ditetapkan; dan c) respon siswa terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran positif; 3) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan; 4) peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan; 5) proses jawaban siswa pada uji coba II lebih baik dari uji coba I. Selanjutnya, disarankan agar guru dapat menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang telah dikembangkan sebagai salah satu alternatif pembelajaran sehingga siswa lebih mudah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik.

Kata kunci: pengembangan perangkat pembelajaran, model 4-D, pembelajaran


(7)

ii

ABSTRACT

SALIMAH ANGREINY. The Development of Problem Based Learning Devices to Increase Problem Solving and Mathematics Communication Skills of Students at Islamic Junior High School Madinatussalam Sei Rotan. Thesis.

Medan. Mathematics Education Study Program Postgraduate State University of Medan. 2015.

This research study aimed to describe: 1) validity learning devices of problem based learning developed; 2) effective learning devices of problem based learning developed; 3) increase problem solving skill of students at Islamic Junior High School Madinatussalam by using learning devices of problem based learning developed; 4) increase mathematics communication skill of students at Islamic Junior High School Madinatussalam by using learning devices of problem based learning developed; 5) the settlement process of the student’s answers of problem solving and mathematics communication skills of students. This research was conducted in two stages, the first stage is the development of problem based learning devices with the reference four-D model, and the second stage is to try-out of problem based learning devices developed in VII-3 and VII-2 Students At Islamic Junior High School Madinatussalam to see its effectiveness. From the results of field trials I and field trials II obtained: 1) problem based learning devices developed is valid with an average validity total of RPP = 4,46, student books = 4,43, worksheet = 4,40. Trials validity of test problem solving and mathematics communication skills is valid with reliability of test problem solving skill = 0,604 (high) and mathematics communication skill = 0,786 (high); 2) problem based learning devices developed is effective, it can be seen from a) students mastery learning in the classically; b) student activities within the specified tolerance limits; and c) Student’s responses to components of learning devices and learning activities were positive; 3) increase problem solving skill of students by using learning devices of problem based learning developed; 4) increase mathematics communication skill of students by using learning devices of problem based learning developed; 5) the settlement process of the student’s answers of field trials II is better than field trials I. Furthermore, it is suggested that teachers can use the learning devices of problem based learning developed as an alternative model of learning, so that student more easily to solve the problems related to problem solving and mathematics communication skills.

Keywords: development of learning devices, 4-D development model, problem

based learning model, problem solving, mathematics communication.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa MTs Madinatussalam Sei Rotan”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah umat.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan, baik langsung maupun tidak langsung sampai selesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

1. Teristimewa kepada kedua orang tua saya Ayahanda Salahuddin Nst, SH dan Ibunda Yusmaini Lubis, S.Pd serta nenek dan adik-adikku tersayang yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, nasihat, motivasi, do’a dan dukungan baik moril maupun materi yang tak terhingga.

2. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku dosen pemimbing II yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulisan tesis ini sampai dengan selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd serta Bapak Dr. Abil Mansyur, M.Si selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini. 4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd

selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan, nasihat serta semangat yang sangat berharga bagi penulis.


(9)

iv

5. Direktur, Asisten Direktur I, dan II beserta Staf Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Kepala MTs Madinatussalam yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

7. Sahabat D’Kahaani, Suci Dahlya Narpila, Sri Wahyuni, Hetty Elfina serta Siti Aminah Nababan yang selalu bersama dalam suka duka, panas terik serta hujan dan badai. Semoga persahabatan ini tidak akan pernah putus.

8. Rekan-rekan tercinta khususnya Kakanda Yanti Rambe, Mustika Fitri L Sibuea serta Irma Sari Daulay yang menjadi tempat bertanya di sela-sela penyusunan tesis ini. Serta keluarga besar Dikmat A-3 stambuk 2013 yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan studinya. 9. Teman-teman satu pembimbing Elfira, Kakanda Kiki Yuliani, Zia, Novia

Susanti, Amalia Ramli, Rani, Indah, Ade dan Boynes, yang selalu memberikan motivasi agar tetap semangat dalam menyelesaikan tesis ini. 10.Semua pihak dari rekan-rekan angkatan XXII Program Studi Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi serta dorongan dalam penyusunan tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Penulis Salimah Angreiny


(10)

v

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakangMasalah ... 1

1.2 IdentifikasiMasalah ... 18

1.3 BatasanMasalah... 19

1.4 RumusanMasalah ... 20

1.5 TujuanPenelitian ... 20

1.6 ManfaatPenelitian ... 21

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 23

2.1 MasalahMatematik ... 23

2.2 KemampuanPemecahanMasalahMatematik ... 25

2.3 KemampuanKomunikasiMatematik... 31

2.4 Model PembelajaranBerbasisMasalah ... 36

2.5 TeoriBelajarPendukung Model PembelajaranBerbasisMasalah ... 43

2.6 PengembanganPerangkatPembelajaran ... 48

2.7 KualitasPerangkatPembelajaran ... 59

2.8 Model PengembanganPerangkatPembelajaran ... 64

2.9 HasilPenelitian yang Relevan... 70

2.10 KerangkaKonseptual ... 73

2.11 PertanyaanPenelitian ... 80

BAB III METODE PENELITIAN ... 82

3.1 JenisPenelitian ... 82

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 82

3.3 Subjek danObjekPenelitian ... 82

3.4 Definisi Operasional ... 83

3.5 ProsedurPengembangan Perangkat Pembelajaran ... 84

3.6 Instrumendan Teknik Pengumpulan Data ... 96

3.7 TeknikAnalisis Data ... 101

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 112

4.1 HasilPenelitian ... 112

4.1.1 DeskripsiTahapPengembanganPerangkatPembelajaran ... 113

4.1.1.1 DeskripsiTahapPendefinisian (Define) ... 113

4.1.1.2 DeskripsiTahapPerancangan (Design) ... 120

4.1.1.3 DeskripsiTahapPengembangan (Develop) ... 128


(11)

vi

4.1.2 DeskripsiEfektivitasPerangkatPembelajaranBerbasis

Masalah yang dikembangkan ... 146

4.1.2.1 AnalisisEfektifitasPerangkatPembelajaranBerbasis MasalahUjiCoba I ... 146

4.1.2.2 AnalisisEfektifitasPerangkatPembelajaranBerbasis MasalahUjiCoba II ... 157

4.1.3 DeskripsiPeningkatanKemampuanPemecahanMasalahSiswa MenggunakanPerangkatPembelajaranBerbasisMasalah ... 167

4.1.4 DeskripsiPeningkatanKemampuanKomunikasiMatematikSiswa MenggunakanPerangkatPembelajaranBerbasisMasalah ... 165

4.1.5 DeskripsiProses JawabanSiswa ... 169

4.2 PembahasanHasilPenelitian ... 206

4.2.1 ValiditasPerangkatPembelajaranBerbasisMasalah ... 206

4.2.2 EfektivitasPerangkatPembelajaranBerbasisMasalah ... 208

4.2.3 PeningkatanKemampuanPemecahanMasalah ... 212

4.2.4 PeningkatanKemampuanKomunikasiMatematik ... 214

4.2.5 ProsesJawabanSiswa ... 216

4.3 KeterbatasanPenelitian ... 217

BAB VSIMPULAN DAN SARAN ... 219

5.1 Simpulan... 219

5.2 Saran ... 220


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 41

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 100

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 101

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kevalidan ... 103

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Validitas Butir Soal dan Reliabelitas ... 105

Tabel 3.5 Persentase Waktu Efektif dan Batas Toleransi Aktivitas Siswa ... 107

Tabel 3.6 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah ... 109

Tabel 3.7 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Komunikasi Matematik ... 110

Tabel 4.1 Media dan Alat Bantu Pembelajaran Segi Empat ... 121

Tabel 4.2 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 129

Tabel 4.3 Hasil Validasi Buku Siswa (BS) ... 132

Tabel 4.4 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 135

Tabel 4.5 Hasil Validasi Instrumen Penelitian ... 138

Tabel 4.6 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 139

Tabel 4.7 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematik ... 140

Tabel 4.8 Revisi Buku Siswa (BS) ... 143

Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba I ... 147

Tabel 4.10 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Hasil Posttest Uji Coba I ... 147

Tabel 4.11 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Hasil Posttest Uji Coba I ... 148

Tabel 4.12 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba I ... 150

Tabel 4.13 Rata-rata Persentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa Uji Coba I ... 152

Tabel 4.14 Hasil Analisis Respon Siswa Uji Coba I ... 155

Tabel 4.15 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba II ... 157

Tabel 4.16 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Hasil Posttest Uji Coba II ... 158

Tabel 4.17 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Hasil Posttest Uji Coba II ... 159

Tabel 4.18 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba II ... 160

Tabel 4.19 Rata-rata Persentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa Uji Coba II ... 162

Tabel 4.20 Hasil Analisis Angket Respon Siswa Uji Coba II ... 165

Tabel 4.21 Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 167

Tabel 4.22 Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa untuk Setiap Indikator ... 168

Tabel 4.23 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematik... 170

Tabel 4.24 Rata-rata Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa untuk Setiap Indikator ... 170


(13)

viii

Tabel 4.25 Kriteria Penyelesaian Jawaban Siswa Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Uji Coba I dan II ... 185 Tabel 4.26 Kriteria Penyelesaian Jawaban Siswa Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Uji Coba I dan II ... 205


(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1 Jawaban Siswa TKPM ... 6

Gambar 1.2 Jawaban Siswa TKKM ... 9

Gambar 1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guru ... 13

Gambar 1.4 Buku Ajar Siswa ... 14

Gambar 2.1 Tahap Pendefinisian dalam Model 4-D ... 66

Gambar 2.2 Tahap Perancangan dalam Model 4-D ... 68

Gambar 2.3 Tahap Pengembangan dalam Model 4-D ... 69

Gambar 2.4 Tahap Penyebaran dalam Model 4-D ... 70

Gambar 3.1 Skema Operasional Pengembangan Perangkat Pembelajaran dari Model 4-D ... 85

Gambar 3.2 Peta Konsep Segi Empat ... 88

Gambar 3.3 Prosedur Penelitian Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah ... 95

Gambar 4.1 Hasil Analisis Konsep Materi Segi Empat ... 117

Gambar 4.2 Cover Buku Siswa ... 124

Gambar 4.3 Peta Konsep Segi Empat ... 124

Gambar 4.4 Materi Segi Empat ... 125

Gambar 4.5 Tampilan Lembar Aktivitas Siswa ... 126

Gambar 4.6 Sebelum dan Setelah Validasi RPP Validator III ... 131

Gambar 4.7 Sebelum dan Setelah Validasi RPP Validator IV... 131

Gambar 4.8 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Siswa Validator I ... 133

Gambar 4.9 Masukan Validator II Terhadap Buku Siswa ... 134

Gambar 4.10 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Siswa Validator II ... 134

Gambar 4.11 Sebelum dan Setelah Validasi Buku Siswa Validator III ... 135

Gambar 4.12 Sebelum dan Setelah Validasi LAS Validator I ... 136

Gambar 4.13 Sebelum dan Setelah Validasi LAS Validator IV ... 137

Gambar 4.14 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Hasil Posttest Uji Coba I ... 148

Gambar 4.15 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Hasil Posttest Uji Coba I ... 149

Gambar 4.16 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba I ... 150

Gambar 4.17 Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba I ... 153

Gambar 4.18 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Hasil Posttest Uji Coba II... 159

Gambar 4.19 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik Hasil Posttest Uji Coba II... 160

Gambar 4.20 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Uji Coba II ... 161

Gambar 4.21 Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Uji Coba II ... 163

Gambar 4.22 Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah untuk Setiap Indikator ... 169

Gambar 4.23 Rata-rata Kemampuan Komunikasi Matematik untuk Setiap Indikator ... 171


(15)

x

Gambar 4.24 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Memahami

Masalah Kategori Baik Uji Coba I ... 172 Gambar 4.25 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Memahami

Masalah Kategori Baik Uji Coba II ... 172 Gambar 4.26 Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Memahami

Masalah Kategori Cukup Uji Coba I ... 173 Gambar 4.27 Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Memahami

Masalah Kategori Cukup Uji Coba II ... 173 Gambar 4.28 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Merencanakan Penyelesaian Kategori Baik Uji Coba I ... 174 Gambar 4.29 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Merencanakan Penyelesaian Kategori Baik Uji Coba II ... 174 Gambar 4.30 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Merencanakan Penyelesaian Kategori Cukup Uji Coba I ... 175 Gambar 4.31 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Merencanakan Penyelesaian Kategori Cukup Uji Coba II ... 175 Gambar 4.32 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Menyelesaikan Masalah Kategori Baik Uji Coba I ... 176 Gambar 4.33 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Menyelesaikan Masalah Kategori Baik Uji Coba II ... 176 Gambar 4.34 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Menyelesaikan Masalah Kategori Cukup Uji Coba I ... 177 Gambar 4.35 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek Menyelesaikan Masalah Kategori Cukup Uji Coba II ... 177 Gambar 4.36 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek Memahami

Masalah Kategori Baik Uji Coba I ... 179 Gambar 4.37 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek Memahami

Masalah Kategori Baik Uji Coba II ... 179 Gambar 4.38 Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek Memahami

Masalah Kategori Cukup Uji Coba I ... 180 Gambar 4.39 Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek Memahami

Masalah Kategori Cukup Uji Coba II ... 180 Gambar 4.40 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1 Aspek

Merencanakan Perhitungan Kategori Baik Uji Coba I ... 181 Gambar 4.41 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Merencanakan Perhitungan Kategori Baik Uji Coba II ... 181 Gambar 4.42 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek Merencanakan Perhitungan Kategori Cukup Uji Coba I ... 182 Gambar 4.43 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Merencanakan Perhitungan Kategori Cukup Uji Coba II ... 182 Gambar 4.44 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menyelesaikan Masalah Kategori Baik Uji Coba I... 183 Gambar 4.45 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menyelesaikan Masalah Kategori Baik Uji Coba II ... 183 Gambar 4.46 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menyelesaikan Masalah Kategori Cukup Uji Coba I ... 184 Gambar 4.47 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menyelesaikan Masalah Kategori Cukup Uji Coba II ... 184 Gambar 4.48 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1a Aspek


(16)

xi

Menulis Matematik Kategori Baik Uji Coba I ... 187 Gambar 4.49 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1a Aspek

Menulis Matematik Kategori Baik Uji Coba II ... 188 Gambar 4.50 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1a Aspek

Menulis Matematik Kategori Cukup Uji Coba I ... 188 Gambar 4.51 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1a Aspek

Menulis Matematik Kategori Cukup Uji Coba II ... 189 Gambar 4.52 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1a Aspek

Menulis Matematik Kategori Kurang Uji Coba I ... 189 Gambar 4.53 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1a Aspek

Menulis Matematik Kategori Kurang Uji Coba II ... 190 Gambar 4.54 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Baik Uji Coba I ... 191 Gambar 4.55 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Baik Uji Coba II ... 191 Gambar 4.56 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Cukup Uji Coba I ... 192 Gambar 4.57 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Cukup Uji Coba II ... 192 Gambar 4.58 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Kurang Uji Coba I ... 193 Gambar 4.59 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 1b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Kurang Uji Coba II ... 193 Gambar 4.60 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menggambar Matematik Kategori Baik Uji Coba I ... 195 Gambar 4.61 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menggambar Matematik Kategori Baik Uji Coba II ... 195 Gambar 4.62 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menggambar Matematik Kategori Cukup Uji Coba I ... 196 Gambar 4.63 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menggambar Matematik Kategori Cukup Uji Coba II ... 196 Gambar 4.64 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menggambar Matematik Kategori Kurang Uji Coba I ... 197 Gambar 4.65 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 2 Aspek

Menggambar Matematik Kategori Kurang Uji Coba II ... 197 Gambar 4.66 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3a Aspek

Menulis Matematik Kategori Baik Uji Coba I ... 198 Gambar 4.67 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3a Aspek

Menulis Matematik Kategori Baik Uji Coba II ... 199 Gambar 4.68 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3a Aspek

Menulis Matematik Kategori Cukup Uji Coba I ... 199 Gambar 4.69 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3a Aspek

Menulis Matematik Kategori Cukup Uji Coba II ... 200 Gambar 4.70 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3a Aspek

Menulis Matematik Kategori Kurang Uji Coba I ... 200 Gambar 4.71 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3a Aspek

Menulis Matematik Kategori Kurang Uji Coba II ... 201 Gambar 4.72 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek


(17)

xii

Gambar 4.73 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Baik Uji Coba II ... 202 Gambar 4.74 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Cukup Uji Coba I ... 203 Gambar 4.75 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Cukup Uji Coba II ... 203 Gambar 4.76 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek

Ekspresi Matematik Kategori Kurang Uji Coba I ... 204 Gambar 4.77 Contoh Proses Jawaban Siswa Butir Soal 3b Aspek


(18)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran I LembarValidasiPerangkatPembelajaran ... 225

Lampiran II RencanaPelaksanaanPembelajaran (RPP) ... 238

LampiranIII BukuSiswa (BS) ... 273

Lampiran IV LembarAktivitasSiswa (LAS) ... 318

Lampiran V TesKemampuanPemecahanMasalah (TKPM) ... 343

Lampiran VI TesKemampuanKomunikasiMatematik (TKKM) ... 352

Lampiran VII HasilValidasiPerangkatdanInstrumenPenelitian ... 361

Lampiran VIII HasilPosttestKemampuanPemecahanMasalahSiswa ... 389

LampiranIX HasilPosttestKemampuanKomunikasiMatematikSiswa ... 396

Lampiran X PerhitunganAktivitasSiswa ... 401

Lampiran XI HasilAnalisisAngketResponSiswa ... 409

Lampiran XII DokumentasiPenelitian ... 412


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Pentingnya pendidikan, sehingga menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi spritual, intelegensi maupun skill. Sehingga dengan sumber daya manusia yang berkualitas suatu bangsa akan mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Untuk menumbuhkembangkan sumber daya manusia yang berkualitas maka diperlukan mutu pendidikan yang berkualitas pula. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah pembaruan secara berkelanjutan dalam bidang pendidikan khususnya pelajaran matematika.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai peran yang penting dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Materi pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah berperan dalam melatih siswa berpikir logis, kritis dan praktis, bernalar efektif, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggungjawab, percaya diri yang disertai dengan iman dan taqwa. Karena pentingnya peranan matematika dalam kehidupan, maka dalam kurikulum KTSP, matematika ditempatkan pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan teknologi, serta menerangkan bahwa matematika merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki peserta didik disetiap jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).


(20)

2

Sejalan dengan pernyataan di atas, kompetensi pembelajaran matematika yang tercantum dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), adalah agar siswa mampu:

1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, instuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta coba-coba; (3) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan; (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan (Balitbang Depdiknas dalam Siregar, 2013:2).

Berdasarkan standar kompetensi yang termuat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), aspek pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi yang harus dikembangkan dikalangan peserta didik. Pemecahan masalah matematika merupakan hal yang sangat penting karena dengan berusaha mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman yang konkrit sehingga dengan pengalaman tersebut dapat digunakan dalam memecahkan masalah-masalah serupa.

Masalah dalam matematika adalah sesuatu persoalan yang ia sendiri mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin (Ruseffendi,1991:335). Apabila kita berniat menggunakan pengetahuan matematika, keterampilan atau pengalaman untuk memecahkan suatu persoalan atau situasi yang baru dan membingungkan, maka kita sedang melakukan pemecahan masalah. Suatu masalah atau persoalan akan berbeda untuk setiap siswa, bisa saja suatu persoalan merupakan pemecahan masalah bagi siswa yang satu namun tidak bagi siswa yang lain, maka menjadi tugas guru untuk menyeleksi dan membuat soal-soal yang merupakan pemecahan masalah.


(21)

3

Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, Sebab kita tidak akan pernah lepas dari masalah. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini sejalan dengan pendapat Holmes (Wardhani,dkk, 2010:7) yang menyatakan bahwa alasan seseorang perlu belajar memecahkan masalah adalah adanya fakta bahwa orang yang mampu memecahkan masalah akan hidup dengan produktif dalam abad dua puluh satu ini, akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya serta mampu memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global.

Senada dengan Holmes, Cooney (Hudojo, 2005:130) mengemukakan bahwa, mengajar siswa menyelesaikan masalah-masalah akan memungkinkan siswa menjadi lebih analitik dalam mengambil keputusan dalam kehidupan. Artinya, siswa yang dilatih dalam menyelesaikan masalah maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan, sebab ia mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan menyadari betapa perlu meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah juga dikemukakan oleh Hudojo (2005:133)

Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah intrinsik; (3) potensi intelektual siswa meningkat; (4) siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Dari pendapat-pendapat di atas, sudah sewajarnya kemampuan pemecahan masalah harus mendapat perhatian khusus, melihat peranannya sangat strategis


(22)

4

dalam mengembangkan potensi intelektual siswa, khususnya pada pembelajaran matematika.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa, siswa belum dapat menyelesaikan masalah dengan baik yang menyebabkan hasil pembelajaran matematika belum memenuhi harapan. Matematika masih dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Ini terlihat dari hasil penelitian Trends International

Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2003 menempatkan siswa

Indonesia pada peringkat 34 dari 45 negara. Prestasi itu bahkan relatif lebih buruk pada Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 2 terendah dari 40 negara sampel, yaitu hanya satu peringkat lebih tinggi dari Tunisia. Indonesia mengikuti TIMSS pada tahun 1999, 2003 dan 2007 dan PISA tahun 2000, 2003, 2006, 2009 dengan hasil tidak menunjukkan banyak perubahan pada setiap keikutsertaan. Pada PISA tahun 2009 Indonesia hanya menduduki rangking 61 dari 65 peserta dengan rata-rata skor 371, sementara rata-rata skor internasional adalah 496. Pada TIMSS 2007 Rangking Indonesia menjadi rangking 36 dari 49 negara. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa soal yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan soal-soal yang distandarkan di tingkat internasional, sehingga siswa tidak terbiasa dengan soal-soal yang berstandar TIMSS dan PISA (Wardhani dan Rumiati, 2011:1).

Selain hasil penelitian internasioal di atas, penelitian terdahulu mengenai rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa Marzuki (2012) mengungkapkan bahwa kemampuan awal pemecahan masalah pada materi segi empat di kelas model pembelajaran berbasis masalah dari 66 siswa, 60 siswa atau


(23)

5

90,90% memperoleh nilai sangat kurang dan hanya 6 orang atau sebear 9,09%, yang memiliki nilai kategori cukup. Ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih sangat rendah. Sumarmo (Marzuki, 2012:2) menyatakan bahwa rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa karena kesulitan yang dialami siswa paling banyak terjadi pada tahap melaksanakan perhitungan dan memeriksa kembali perhitungan.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah juga terlihat dari hasil observasi awal dan wawancara dengan guru matematika di MTs Madinatussalam Sei Rotan bahwa siswa mengalamai kesulitan dalam pemecahan masalah dan juga komunikasi matematik, guru mengungkapkan bahwa siswa belum terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal, bahkan kebanyakan siswa tidak memahami soal dan tidak mengetahui bagaimana cara menyelesaikannya. Hasil observasi juga menunjukkan siswa masih pasif dalam pembelajaran dan kurang memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran yang saat itu sedang berlangung. Salah satu bahasan yang dirasa sulit oleh siswa adalah segi empat yang mencakup bidang geometri. Pernyataan di atas diperkuat dengan hasil jawaban siswa pada saat pemberian tes diagnostik di kelas VII soal yang diberikan yaitu :

Indah memiliki kebun bunga. Berbagai jenis bunga ditanam di dalamnya. Kebun itu terbagi kedalam beberapa petak. Petak I berbentuk daerah persegi, ditanami bunga putih seluas 625 m2. Petak II berbentuk daerah persegi panjang

ditanami bunga merah, panjang petak II 50 m dan luasnya

5 1

dari luas petak I,

berapakah panjang kebun petak I, berapa lebar dan luas kebun petak II, dan tentukan luas kebun indah seluruhnya!.


(24)

6

Soal tersebut diberikan kepada 10 orang siswa sebagai sampel. Hanya 1 siswa atau (10%) yang menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal tetapi itu belum lengkap dan masih salah dalam perencanaan dan penyelesaian masalah. Sisanya 9 siswa (90%) tidak menuliskan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan serta kecukupan dari data yang diberikan, hanya 2 orang siswa (20%) yang menjawab permasalahan dengan benar namun tidak mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah, kebanyakan siswa kurang memahami soal sehingga salah dan tidak mampu menyelesaiakan soal dengan baik dan benar. Masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dilihat dari salah satu jawaban siswa berikut

Dari jawaban siswa di atas, terlihat bahwa siswa tidak mengetahui cara menyelesaikan masalah yang terdapat pada bagian (a). Siswa juga tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari masalah, sehingga siswa tidak mampu merubah kedalam model matematika. Siswa juga tidak paham mengenai luas persegi sehingga langsung membagi dua dari nilai luas yang

Siswa belum paham pada masalah mengenai luas persegi

Siswa kurang teliti dalam penggunaan satuan panjang dalam soal aplikasi

Siswa belum terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal

Hasil pemecahan yang diperoleh benar, namun proses

penyelesaiannya masih kurang dipahami karena siswa tidak merencanakan penyelesaian masalah


(25)

7

diketahui dalam soal. Dari permasalahan di atas, siswa akhirnya tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.

Keadaan yang demikian harus diatasi dengan membiasakan dan melatih siswa menjawab soal-soal pemecahan masalah di kelas, aktivitas-aktivitas yang mencakup penyelesaian soal pemecahan masalah menurut Ruseffendi (1991:341) yaitu : 1) merumuskan permasalahan dengan jelas; 2) menyatakan kembali persoalan dalam bentuk yang dapat diselesaikan; 3) menyusun hipotesis dan strategi penyelesaiannya; 4) melaksanakan prosedur penyelesaian; 5) melaksanakan evaluasi terhadap penyelesaian. Sejalan dengan Ruseffendi, Polya (Marzuki, 2012:6) menyebutkan empat langkah dalam menyelesaikan masalah yaitu : 1) memahami masalah; 2) merencanakan pemecahan; 3) melakukan perhitungan; 4) memeriksa kembali. Langkah-langkah kemampuan pemecahan masalah di atas seharusnya dimiliki setiap siswa dengan harapan melalui kemampuan ini siswa memiliki bekal dalam memecahkan masalah matematika maupun masalah yang ia temukan dalam kehidupannya sehari-hari.

Selain kemampuan pemecahan masalah, kompetensi lain yang harus dimiliki siswa dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kemampuan komunikasi matematik. Komunikasi matematik merupakan suatu kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, komunikasi matematik juga merupakan wadah bagi siswa dalam bekomunikasi dengan temannya untuk memeperoleh informasi, bertukar pikiran dan penemuan serta menilai dan mempertajam ide. Komunikasi matematik sangat penting karena matematika merupakan bahasa dan alat, matematika menggunakan


(26)

definisi-8

definisi yang jelas dan simbol-simbol khusus serta digunakan setiap manusia dalam kehidupannya.

Baroody (Ansari 2009:4) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.

Paparan di atas menunjukkan bahwa banyak persoalan ataupun informasi disampaikan dengan bahasa matematika, misalnya menyajikan persoalan atau masalah ke dalam model matematika yang dapat berupa diagram, persamaan matematika, grafik, ataupun tabel. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sebagai bahasa sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat.

Namun kenyataannya kemampuan komunikasi matematik siswa juga masih belum memuaskan. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian Marzuki (2012) yang mengungkapkan bahwa pada kemampuan awal komunikasi matematik pada kelas model pembelajaran berbasis masalah diperoleh dari 66 siswa, sebanyak 42 orang atau sebesar 63,63% mendapat nilai dengan kategori sangat kurang, sebanyak 18 orang atau sebesar 27,27% mendapat nilai kategori


(27)

9

kurang dan sisanya sebanyak 6 orang atau sebesar 9,09% memperoleh kategori cukup.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematik ini juga dialami oleh siswa MTs Madinatussalam Sei Rotan, dari soal yang diberikan yaitu keliling tanah pak Sulaiman yang berbentuk persegi panjang adalah 36 m dan lebarnya 6 m kurang dari panjangnya. Berapakah luas tanah pak Sulaiman?.

Melalui situasi yang ada dalam masalah di atas, diharapkan siswa dapat mengiterpretasikan serta mengevaluasi ide-ide dan informasi matematika, kemudian menyatakan situasi yang ada dalam permasalahan ke dalam model matematika, dan selanjutnya menyusun prosedur penyelesaian luas tanah pak Sulaiman dan melaksanakan pemecahannya. Tetapi, siswa jarang memulai penyelesaian masalah dengan membuat model matematika dari informasi yang diberikan, mereka hanya menuliskan angka-angka yang terdapat dalam soal tanpa memahami maksud dari persoalan tersebut. Sehingga yang terjadi adalah masalah tidak dapat diselesaikan atau hasil jawaban dari masalah yang diberikan tidak tepat. Salah satu jawaban siswa yang menunjukkan ketidakmampuan siswa dalam membuat model matematika dari situasi masalah yang diberikan tentang luas tanah pak Sulaiman terlihat pada gambar 1.2

Siswa belum paham mengenai penggunaan rumus keliling pada persegi panjang

Siswa salah dalam membuat model untuk menentukan lebar persegi panjang

Hasil yang diperoleh siswa salah karena siswa tidak mampu

memodelkan apa yang diketahui dalam soal


(28)

10

Dari kasus-kasus dan temuan-temuan di lapangan, rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : pertama, rencana pembelajaran yang dimiliki guru tidak sesuai dengan kriteria pengembangan perangkat pembelajaran yang baik. Rencana pembelajaran yang ada hanya sebagai pelengkap administrasi, guru tidak mengembangkan rencana pembelajarannya sendiri, proses pembelajaran terkesan situasional dan tidak terarah. Hal ini menyebabkan siswa pasif dan kurang termotivasi dalam pembelajaran. Kedua, siswa tidak memiliki lembar aktivitas siswa atau yang sering disebut LKS sehingga proses pengembangan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik tidak berkembang dengan baik.

Ketiga, masalah-masalah yang disajikan pada buku pendukung pembelajaran yang

digunakan belum mampu mengukur kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik sesuai dengan indikator yang diharapkan. Keempat, tes kemampuan belajar yang diberikan guru masih kurang dalam hal pengembangan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik. Dari beberapa faktor di atas, perangkat pembelajaran menjadi faktor dominan rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa.

Untuk dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik, diperlukan suatu perangkat pembelajaran yang mendukung. Bertolak dari hal tersebut, adalah suatu tantangan bagi para guru untuk dapat mengembangkan perangkat pembelajarannya sendiri. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang berkaitan dengan standar nasional pendidikan mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Permendiknas


(29)

11

Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses. Untuk memenuhi standar proses tersebut, maka pembelajaran harus direncanakan, dinilai, dan diawasi. Perencanaan program pembelajaran menurut Hamzah dan Muhlisrarini (2013:64) adalah sebagai acuan kepada peserta didik dalam posisi membantu terlaksananya dengan efektif suatu pembelajaran. Salah satu perencanaan pembelajaran adalah menyusun perangkat pembelajaran. Ibrahim (Trianto, 2011:96) mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran adalah perangkat yang diperlukan dan dipergunakan dalam mengelola proses belajar mengajar. Perangkat pembelajaran tersebut dapat berupa Buku Siswa (BS), silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Siswa (LAS), intrumen evaluasi atau tes hasil belajar, serta media pembelajaran. Pentingnya perangkat pembelajaran dalam kegiatan berlajar sehingga pengembangannya merupakan hal yang sangat dituntut kepada setiap guru maupun calon guru.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menurut Permendiknas nomor 41 tahun 2007 adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara lebih rinci mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya pencapaian kompetensi dasar. RPP memuat langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. RPP menurut Trianto (2011:214) adalah panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. RPP ini berfungsi sebagai pedoman bagi guru selama proses pembelajaran. RPP akan membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi siswa dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran. Baik guru maupun siswa mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai dan cara


(30)

12

mencapainya. Dengan demikian, guru dapat mempertahankan situasi agar siswa dapat memusatkan perhatian dalam pembelajaran yang telah dirancangnya.

RPP yang dikembangkan oleh guru harus memiliki validitas yang tinggi, kriteria validitas RPP yang tinggi menurut pedoman penilaian RPP (Akbar, 2013:144) yaitu :

(1) ada rumusan tujuan pembelajaran yang jelas, lengkap, disusun secara logis, mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi; (2) deskripsi materi jelas, sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan perkembangan keilmuan; (3) pengorganisasian materi pembelajaran jelas cakupan materinya, kedalaman dan keluasannya, sistematik, runtut, dan sesuai dengan alokasi waktu: (4) sumber belajar sesuai dengan perkembangan siswa, materi ajar, lingkungan konsteksual dengan siswa dan bervariasi; (5) ada skenario pembelajarannya (awal, inti, akhir) secara rinci, lengkap dan langkah pembelajarannya mencerminkan model pembelajaran yang dipergunakan; (6) langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan; (7) teknik pembelajaran tersurat dalam langkah pembelajaran, sesuai tujuan pembelajaran, mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif, memotivasi, dan berpikir aktif; (8) tercantum kelengkapan RPP berupa prosedur dan jenis penilaian sesuai tujuan pembelajaran, ada instrumen penilaian yang bervariasi (tes dan non tes), rubrik penilaian.

Kriteria-kriteria pengembangan RPP di atas belum ditemukan pada MTs Madinatussalam, dari hasil pengamatan dan analisis terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang ada, masih terdapat beberapa kekurangan:

Pertama, RPP yang digunakan guru masih merupakan hasil copy dari guru lain

yang masih bersifat umum dan kurang sesuai dengan karakteristik siswa di MTs Madinatussalam. Kedua, langkah-langkah pembelajaran tidak mengacu pada model pembelajaran yang tercantum dalam RPP namun masih bersifat teacher

centered. Langkah-langkah pembelajaran tidak memuat alokasi waktu yang jelas

pada setiap prosesnya. Ketiga, masalah-masalah untuk menilai hasil belajar masih minim dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran serta kurang mendukung pengembangan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik


(31)

13

siswa. Keempat, tidak adanya rubrik penskoran pada penilaian hasil belajar siswa. Berikut bentuk visual RPP guru MTs Madinatussalam terlihat pada gambar 1.3.

Buku merupakan perangkat yang mendukung pembelajaran. Akbar (2013:33) mendefinisikan buku ajar merupakan buku teks yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu. Ciri-ciri buku ajar adalah: (1) sumber materi ajar; (2) menjadi referensi baku untuk mata pelajaran tertentu; (3) disusun sistematis dan sederhana; (4) disertai petunjuk pembelajaran. Buku siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan sains, informasi dan contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2011:227). Pengembangan buku ajar yang baik harus memenuhi kriteria valid dan efektif. Menurut Akbar (2013:34) buku ajar yang baik adalah: (1) akurat (akurasi); (2) sesuai (relevansi); (3) komunikatif; (4) lengkap dan sistematis; (5) berorientasi pada student centered; (6) berpihak pada ideologi


(32)

14

bangsa dan negara; (7) kaidah bahasa benar, buku ajar yang ditulis menggunakan ejaan, istilah dan struktur kalimat yang tepat; (8) terbaca, buku ajar yang keterbacaannya tinggi mengandung panjang kalimat dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca.

Buku ajar yang digunakan di MTs Madinatussalam masih memiliki beberapa kelemahan antara lain: pertama, materi yang disajikan pada buku ajar siswa tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kedua, langsung memberikan rumus yang selanjutnya digunakan dalam penyelesaian masalah, buku ajar tidak mengandung langkah-langkah dalam menemukan rumus sehingga siswa hanya menghafal yang menyebabkan mudah lupa dalam penggunaannya. Ketiga, contoh soal yang ada tidak menunjukkan langkah-langkah yang dapat mengukur kemampuan pemecahan masalah matematik.


(33)

15

LAS atau lembar aktivitas siswa merupakan salah satu yang mendukung buku ajar siswa, LAS merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar aktivitas ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori atau tugas praktik (Widyantini, 2013:3). Guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar aktivitas siswa harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Guru dapat memanfaatkan LAS sebagai latihan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan matematika siswa, seperti kemampuan-kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik. Sebab, salah satu manfaat adanya lembar aktivitas siswa adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran serta bagi siswa sendiri akan melatih untuk belajar secara mandiri dan belajar memahami suatu tugas secara tertulis.

Pentingnya peran LAS sebagai salah satu perangkat pembelajaran yang mendukung buku ajar siswa belum dimanfaatkan dalam pembelajaran di MTs Madinatussalam. Sebab, siswa belum memiliki LAS sebagai pendamping buku ajar siswa, ini menjadi salah satu faktor siswa kurang terlatih dalam mengasah kemampuan-kemampuan matematikanya. Untuk itu guru diharapkan dapat mengembangkan LAS yang mendukung buku ajar serta kemampuan matematika siswa. LAS yang dikembangkan harus memiliki kriteria yang valid dan efektif agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.


(34)

16

Pengembangan perangkat pembelajaran antara lain rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa (BS), lembar aktivitas siswa (LAS) harus mengacu pada suatu model pembelajaran agar perangkat yang dikembangkan menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dan terfokus pada tujuan yang ingin dicapai. Model pembelajaran menurut Istarani (Simamora, 2014:13) adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Ada banyak model pembelajaran yang bisa digunakan dalam upaya menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika siswa, salah satu model pembelajaran yang diduga akan sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah model pembelajaran berbasis masalah.

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran di mana peserta didik mengerjakan masalah yang autentik (nyata) sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, mengembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya Trianto (2011:92). Menurut Saragih (2007) keterampilan soft skill siswa seperti kemampuan bekerjasama, berkomunikasi, semangat dalam melakukan tugas, mengelola waktu, mengembangkan berpikir logis, dan menanamkan nilai moral, budi pekerti dan akhlak mulia, dapat diajarkan dan dilatih dengan model pembelajaran berbasis masalah. Woods (Amir, 2010:13) pembelajaran berbasis masalah lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu siswa


(35)

17

membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerjasama tim dan berkomunikasi.

Pembelajaran berbasis masalah melibatkan presentasi situasi-situasi yang autentik dan bermakna yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan siswa (Arends, 2008b:41). Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama lain. Mereka bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas yang kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inquiry dan dialog untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir (Hosnan, 2014:297).

Penerapan model pembelajaran ini diupayakan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika siswa mulai bekerja dari permasalahan yang diberikan, mengaitkan masalah yang akan diselidiki dengan meninjau masalah itu dari banyak segi, melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata, membuat produk berupa laporan untuk didemonstrasikan kepada teman-teman lain, bekerja sama satu sama lain untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

Paparan model pembelajaran serta kelemahan-kelemahan perangkat pembelajaran di MTs Madinatussalam menunjukkan bahwa kualitas perangkat pembelajaran yang tersedia belum tergolong baik. Untuk itu, perlu dilakukan pengembangan perangkat pembelajaran yang berkualitas, sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa MTs Madinatussalam. Kualitas perangkat yang dikembangkan dirancang agar memenuhi kriteria valid dan efektif serta sesuai dengan kurikulum KTSP yang berlaku. Perangkat pembelajaran yang


(36)

18

dikembangkan disusun mengacu pada model pembelajaran berbasis masalah, diantaranya: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Lembar Aktivitas Siswa (LAS) serta Tes Kemampuan Belajar (TKB). Hal inilah yang mendorong dilakukannya penelitian yang memfokuskan diri pada pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa MTs Madinatussalam.

.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Penguasaan siswa terhadap matematika masih belum memuaskan. 2. Prestasi belajar matematika masih rendah.

3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa. 4. Rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa. 5. Aktivitas siswa dalam belajar matematika masih pasif.

6. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika masih bersifat negatif. 7. Strategi pembelajaran matematika kurang sejalan dengan tujuan pembelajaran 8. Siswa tidak menggunakan LAS sebagai pendukung pembelajaran.

9. Buku pegangan siswa belum efektif dalam mendukung pengembangan kemampuan-kemampuan matematika siswa.


(37)

19

11. Dalam penilaian hasil belajar, guru kurang maksimal memberikan soal-soal matematika kontekstual yang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa.

12. Pembelajaran matematika disekolah-sekolah saat ini masih cenderung menerapkan pembelajaran langsung.

13. Bentuk proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah kurang sistematis.

1.3 Batasan Masalah

Berbagai masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini pada :

1. Perangkat pembelajaran yang digunakan saat ini belum memenuhi kriteria perangkat pembelajaran yang baik. Maka dalam penelitian ini akan dikengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Lembar Aktivitas Siswa (LAS) serta Tes Kemampuan Belajar (TKB)

2. Aktivitas siswa dalam belajar matematika masih pasif.

3. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika masih bersifat negatif. 4. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah. 5. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah.


(38)

20

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan?

2. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan?

4. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan?

5. Bagaimana proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan komunikasi matematik melalui perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang valid.

2. Mendeskripsikan efektivitas perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan


(39)

21

3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan

4. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan

5. Mendeskripsikan proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan komunikasi matematik melalui perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan masukan berarti bagi pembaruan kegiatan pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik. Manfaat yang diperoleh sebagai berikut:

1. Bagi siswa, dengan pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan matematika siswa. 2. Bagi guru, dapat memberikan informasi dalam pengembangan perangkat

pembelajaran berbasis masalah.

3. Bagi kepala sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan kepada tenaga pendidik untuk menerapkan perangkat pembelajaran berbasis masalah dalam kegiatan pembelajaran disekolah, untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan acuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah lebih lanjut.


(40)

22

5. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi pembaca maupun penulis lain yang berkeinginan melakukan penelitian sejenis.


(41)

219

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terdiri dari: (1) Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP); (2) Buku Siswa (BS); (3) Lembar Aktivitas Siswa (LAS); (4) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM); serta (5) Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (TKKM) masing-masing termasuk dalam kategori valid.

2. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terdiri dari: (1) Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP); (2) Buku Siswa (BS); (3) Lembar Aktivitas Siswa (LAS); (4) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM); serta (5) Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (TKKM) termasuk dalam kategori efektif, baik ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara klasikal, aktivitas siswa, serta respon siswa.

3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ditinjau dari rata-rata pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa maupun rata-rata setiap indikator kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat dari uji coba I ke uji coba II.

4. Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ditinjau dari rata pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa maupun


(42)

220

rata setiap indikator kemampuan komunikasi matematik siswa meningkat dari uji coba I ke uji coba II.

5. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan komunikasi matematik pada uji coba II lebih baik dari proses jawaban siswa pada uji coba I.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ini sudah memenuhi aspek kevalidan dan keefektifan, maka disarankan kepada guru untuk dapat menggunakan perangkat pembelajatran ini dalam menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik para siswanya khususnya siswa kelas VII.

2. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dihasilkan dapat disebarluaskan mengingat tahap penyebaran (disseminate) pada penelitian ini masih terbatas di sekolah penelitian. Sehingga terbuka peluang bagi peneliti lain untuk mengkaji lebih jauh tentang keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

3. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ini dapat dijadikan rujukan untuk membuat suatu perangkat pembelajaran dengan materi lain guna menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa baik tingkat satuan pendidikan yang sama maupun berbeda.


(43)

221

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Akker, J,V,D. 1999. Principle and Methods of Development Research. First Edition. Illionis: F.E Peacock Publishers, Inc.

Amir, M.T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,

Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ansari, B.I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan Pena.

. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik Suatu Perbandingan:

Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan Pena.

Arends, R.I. 2008b. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh.

Jidil Dua. (diterjemahkan oleh Soedjipto, Helly, P. dan Soedjipto, Sri, M.)

Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Asmin & Abil, M. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan

Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA.

Badger, M.S. dkk. 2011. Teaching Problem Solving in under graduate

Mathematics. The Nasional HE STEM. Coventry University.

Creswell, J.W. 2014. Educational Research Planning, Conducting and Evaluating

Quantitative and Qualitative Research. Boston : Pearson.

Dahar. R.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga. Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya

Daulay, L.N. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi

Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Eggen, P & Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan

Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta : Indeks.

Frinsnoiry, S. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Membelajarkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMPN 7 Binjai. Tesis tidak


(44)

222

Hamzah, A & Muhlisraini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran

Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Herman. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Pengajaran Langsung untuk Mengajarkan Materi Kesetimbangan Benda Tegar. Jurnal

Sains dan Pendidikan Fisika. 8 (1): 1-11.

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Guru dan Dosen, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005. Bandung; Fokus Media.

Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad

21. Jakarta: Galian Indonesia.

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Penerbit Universitas Malang.

Iriantara, Y. 2014. Komunikasi Pembelajaran Interaksi Komunikatif dan Edukatif

di Dalam Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Krismanto, Al. & Wibawa, A,D. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan

Masalah Bangun Datar di SMP. Yogyakarta: PPPPTK

Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Antara Siswa yang diberi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung. Tesis tidak

diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Ministry of Education. 2011. Problem and Problem Solving. Jamaica: Kingston. Mulyana, S. dkk. 2013. Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V dengan Model

Cooperatif Learning Bermuatan Pendidikan Karakter. Journal of Primary

Education. 2(1):134-140

NCTM. 2010. Why is Teaching with Problem Solving Important to Students Learning?. Problem Solving Reasearch Brief.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendiidikan. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007. Standar

Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:

Permendiknas.

Polya, G. 1973. How To Solve (2ndEd. Princeton University Press.

Rahman & Amri. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem


(45)

223

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jurnal

Kreano. 3 (1): 59-72

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru Edisi Dua. Jakarta : Rajawali Press.

Russefendi, ET. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.

Bandung: Tarsito.

Sanjaya, W. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi

Matematika Siswa SMP melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi

tidak diterbitkan. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Setiawan, T. dkk. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Higher Order Thinking. Unnes Journal of Research Mathematics Education. 1 (1): 72-80.

Setyosary, P. 2010. Metode Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Pranada Media Group.

Simamora, R. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian

Otentik Melalui Penerapan Model PBM untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di Kelas VII SMP Negeri I Siantar.

Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan

Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3). Disertasi Tidak diterbikan.

Surabaya: Program Pascasarjana UNESA.

Siregar, N. 2013. Pengembangan Modul untuk Membelajarkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Pecahan Melalui Strategi TTW pada Siswa SMP. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program

Pascasarjana UNIMED.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif,

dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, Psikologi, Pendidikan,

Ekonomi Bisnis, dan Sosial. Jakarta: Buku Seru.

Sumarmo, U. 2005. Pengembangan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU serta Mahasiswa Strata Satu Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Bandung. UPI.


(46)

224

Suprapto. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu

Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing

Service.

Suprijono, A. 2010. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thiagarajan, S. Semmel, D.S & Semmel, M.I. 1974. Instructional Development

for Training Teachers of Exceptional Children: A sourcebook. Indiana:

Indiana University.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada KTSP. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, B.H. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Wardhani, S & Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika

SMP:Beajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: PPPPTK.

Widyantini, T. 2013. Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Sebagai Bahan


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terdiri dari: (1) Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP); (2) Buku Siswa (BS); (3) Lembar Aktivitas Siswa (LAS); (4) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM); serta (5) Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (TKKM) masing-masing termasuk dalam kategori valid.

2. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terdiri dari: (1) Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP); (2) Buku Siswa (BS); (3) Lembar Aktivitas Siswa (LAS); (4) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM); serta (5) Tes Kemampuan Komunikasi Matematik (TKKM) termasuk dalam kategori efektif, baik ditinjau dari ketuntasan belajar siswa secara klasikal, aktivitas siswa, serta respon siswa.

3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ditinjau dari rata-rata pencapaian kemampuan pemecahan masalah siswa maupun rata-rata setiap indikator kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat dari uji coba I ke uji coba II.

4. Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ditinjau dari rata pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa maupun


(2)

rata setiap indikator kemampuan komunikasi matematik siswa meningkat dari uji coba I ke uji coba II.

5. Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan komunikasi matematik pada uji coba II lebih baik dari proses jawaban siswa pada uji coba I.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ini sudah memenuhi aspek kevalidan dan keefektifan, maka disarankan kepada guru untuk dapat menggunakan perangkat pembelajatran ini dalam menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik para siswanya khususnya siswa kelas VII.

2. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dihasilkan dapat disebarluaskan mengingat tahap penyebaran (disseminate) pada penelitian ini masih terbatas di sekolah penelitian. Sehingga terbuka peluang bagi peneliti lain untuk mengkaji lebih jauh tentang keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

3. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ini dapat dijadikan rujukan untuk membuat suatu perangkat pembelajaran dengan materi lain guna menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa baik tingkat satuan pendidikan yang sama maupun berbeda.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Akker, J,V,D. 1999. Principle and Methods of Development Research. First Edition. Illionis: F.E Peacock Publishers, Inc.

Amir, M.T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ansari, B.I. 2009. Komunikasi Matematik. Banda Aceh: Yayasan Pena.

. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik Suatu Perbandingan: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Yayasan Pena.

Arends, R.I. 2008b. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh. Jidil Dua. (diterjemahkan oleh Soedjipto, Helly, P. dan Soedjipto, Sri, M.) Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Asmin & Abil, M. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan

Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA.

Badger, M.S. dkk. 2011. Teaching Problem Solving in under graduate Mathematics. The Nasional HE STEM. Coventry University.

Creswell, J.W. 2014. Educational Research Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston : Pearson.

Dahar. R.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga. Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya

Daulay, L.N. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED. Eggen, P & Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan

Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta : Indeks.

Frinsnoiry, S. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Membelajarkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMPN 7 Binjai. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.


(4)

Hamzah, A & Muhlisraini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Herman. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Pengajaran Langsung untuk Mengajarkan Materi Kesetimbangan Benda Tegar. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. 8 (1): 1-11.

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Guru dan Dosen, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005. Bandung; Fokus Media.

Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Galian Indonesia.

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Penerbit Universitas Malang.

Iriantara, Y. 2014. Komunikasi Pembelajaran Interaksi Komunikatif dan Edukatif di Dalam Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Krismanto, Al. & Wibawa, A,D. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Bangun Datar di SMP. Yogyakarta: PPPPTK

Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Antara Siswa yang diberi Pembelajaran

Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung. Tesis tidak

diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Ministry of Education. 2011. Problem and Problem Solving. Jamaica: Kingston. Mulyana, S. dkk. 2013. Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V dengan Model

Cooperatif Learning Bermuatan Pendidikan Karakter. Journal of Primary Education. 2(1):134-140

NCTM. 2010. Why is Teaching with Problem Solving Important to Students Learning?. Problem Solving Reasearch Brief.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendiidikan. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendiknas.

Polya, G. 1973. How To Solve (2ndEd. Princeton University Press.

Rahman & Amri. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.


(5)

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jurnal Kreano. 3 (1): 59-72

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Dua. Jakarta : Rajawali Press.

Russefendi, ET. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sanjaya, W. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa SMP melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Setiawan, T. dkk. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Higher Order Thinking. Unnes Journal of Research Mathematics Education. 1 (1): 72-80.

Setyosary, P. 2010. Metode Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Pranada Media Group.

Simamora, R. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian Otentik Melalui Penerapan Model PBM untuk Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematis pada Pokok Bahasan Persamaan dan

Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di Kelas VII SMP Negeri I Siantar. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3). Disertasi Tidak diterbikan. Surabaya: Program Pascasarjana UNESA.

Siregar, N. 2013. Pengembangan Modul untuk Membelajarkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Pecahan Melalui Strategi TTW pada Siswa SMP. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, Psikologi, Pendidikan, Ekonomi Bisnis, dan Sosial. Jakarta: Buku Seru.

Sumarmo, U. 2005. Pengembangan Berfikir Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU serta Mahasiswa Strata Satu Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Bandung. UPI.


(6)

Suprapto. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service.

Suprijono, A. 2010. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thiagarajan, S. Semmel, D.S & Semmel, M.I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children: A sourcebook. Indiana: Indiana University.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, B.H. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Wardhani, S & Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP:Beajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: PPPPTK.

Widyantini, T. 2013. Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Sebagai Bahan Ajar. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP TAMAN SISWA TANJUNG SARI MEDAN.

0 12 28

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DINAMIKA ROTASI.

1 6 31

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 SIMANINDO.

0 1 45

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK DAN SELF-EFFICACY SISWA MTS NURUL HIKMAH TINJOWAN.

0 2 45

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI PERBANDINGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA.

0 4 45

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 27 MEDAN.

0 4 54

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 3 SUNGGAL.

0 14 42

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 3 37

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP.

0 1 41

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMU MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 40