PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 SIMANINDO.

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 SIMANINDO

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

ANNI HARTINI MARITO SITANGGANG NIM: 8146172O73

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Anni. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Negeri 1 Simanindo. Tesis. Medan. 2016. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) efektivitas proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan model pembelajaran berbasis masalah, meliputi : (a) pencapaian tujuan belajar siswa dilihat dari kemampuan pemecahan masalah baik secara individu maupun klasikal, (b) kadar aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran, (c) tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran , (d) respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran; 2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Simanindo sebanyak 30 orang. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran, angket respon siswa serta tes kemampuan pemecahan masalah. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan (RPP, buku guru, buku siswa, dan LKS). Tes kemampuan pemecahan masalah sudah memenuhi tingkat kevalidan dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,910. Berdasarkan data yang diperoleh dari ujicoba terhadap perangkat pembelajaran diketahui bahwa: 1) perangkat yang dikembangkan telah dapat memenuhi efektivitas proses pembelajaran, dimana: (a) persentase ketuntasan belajar siswa yang mencapai tingkat kemampuan pemecahan masalah 86,67% secara klasikal dari 30 orang siswa yang mengikuti tes dengan nilai minimal 2,67 (B-); (b) kadar aktivitas siswa telah memenuhi batas toleransi waktu ideal dalam pembelajaran pada ujicoba I maupun ujicoba II, (b) kemampuan guru pada ujicoba I sebesar 3,35 dan pada ujicoba II sebesar 3,93, (d) respon siswa terhadap proses pembelajaran sudah positif pada ujicoba I maupun ujicoba II; 2) terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada postes ujicoba I yaitu 2,85 meningkat menjadi 3,01 pada ujicoba II dengan peningkatan rata-rata pada kategori sedang (rata-rata N-gain = 0,647)

Kata kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik.


(7)

ii ABSTRACT

Anni. Development of learning tools Based Learning Problem Based Learning Approach To Improve Maths Problem Solving Ability Students of SMP Negeri 1 Simanindo. Thesis. Medan. 2016. Mathematics Education Program Graduate Program, State University of Medan (UNIMED).

The aim of this research is to: 1) the effectivennes of the learning process by using learning tools based problem based learning model, include: (a) the achievement of student learning objectives views of problem solving skills both individually and classical, (b) active activity levels of students during the learning procces, (c) the level of the teacher’s ability to manage learning procces, (d) students respons of components and the learning process; 2) increase students problem solving skills using learning tools developed. Subjects in this research were students of class VII SMP Negeri 1 Simanindo as many as 30 people. The instrument used consisted of obsevations of student activity sheets, a theacher”s ability observation sheet, questionnaire responses of students and problem solving ability test. Learning tools developed (RPP, teacher books, students books, and activity sheets) already meets the level of validity with reliability coefficient is 0,910. Based on data obtained from tests on learning devices in mind that: 1) the device has been developed to meet the effectiviness of the learning process, wherein: (a) the percentage of students who reach the level of problem solving ability in classical 86,67% of the 30 students taking the test with a minimum value of 2,67 (B-), (b) the activity levels of students have met the tolerance limit in teaching in the first trial and the second trials, (c) the ability of teachers on the first trial is 3,35 and the second trials is 3,93, (d) students response to the components and the learning process has been positive on the first trial and second trial; 2) an increase in students problem solving ability of students at postest first trial, which increased 2,85 to 3,01 in postes second trial with an average increase in the medium category (average N-Gain = 0,647)

Keywords: Development of Learning tools, Problem Based Learning model, Mathematical Problem Solving Abilities.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan kasihNya yang tidak pernah berkesudahan sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Negeri 1 Simanindo”.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan perangkat pemelajaran berbasis masalah. Awal penulisan hingga penyelesaian tesis ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan membutuhkan begitu banyak bimbingan, dorongan, bantuan serta semangat. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua pihak yang telah membantu, memberi semangat, membimbing dan juga mengajari dengan ikhlas, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hanya ucapan terima kasih yang dapat saya sampaikan, kiranya Tuhan yang akan membalas kebaikan bapak/ibu dan teman-teman sekalian. Terimakasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd dan Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang meluangkan waktu disela kesibukannya untuk memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat membangun bagi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc., Ed., Ph.D serta Bapak Dr. Mulyono, S.Si, M.Si selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini 3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra M.Pd dan bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku

ketua prodi dan sekretaris prodi program pascasarjana pendidikan matematika UNIMED serta bapak Dapot Tua Manullang, S.E, M.Si, yang telah memberi kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis.

4. Direktur, Asisten I dan II beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.


(9)

iv

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED yang sudah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak berhingga kepada penulis.

6. Bapak Pinus Sihaloho, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Simanindo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan di sekolah.

7. Seluruh keluarga khususnya kepada orang yang sangat berharga dalam hidup saya lebih dari apapun di dunia ini yaitu kedua orangtua saya dan juga adek/kakak saya teristimewa buat orang yang paling saya sayangi JBS dan orang-orang yang saya sayangi yang selalu mendukung saya selama ini dari mulai awal perkuliahan sampai penulisan tesis ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan khususnya kelas B-1 angkatan XXIII tahun 2014.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa di lingkungan program studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, oktober 2016 Penulis,


(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 21

1.3 Pembatasan Masalah ... 22

1.4 Rumusan Masalah ... 22

1.5 Tujuan Penelitian ... 23

1.6 Manfaat Penelitian ... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 25

2.1Kemampuan pemecahan Masalah Matematik ... 25

2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33

2.2.1 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33

2.2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 38

2.2.3 Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Model PBM ... 42

2.3 Perbandingan ... 45

2.4 Teori-teori yang Relevan dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 47

2.5 Pengembangan perangkat Pembelajaran ... 51

2.5.1 Pengertian Perangkat Pembelajaran ... 51

2.5.2 Kualitas perangkat Pembelajaran ... 54

2.6 Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan ... 60

2.7 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 70

2.8 Hasil Penelitian Relevan ... 77

2.9 Kerangka Konseptual ... 79

2.9.1 Bagaimana Validitas dan Efektivitas Perangkat Pembela jaran yang Dihasilkan melalui Model Pembelajaran Ber basis Masalah ... 79

2.9.2 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dengan Menggunakan Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 82

2.10 Pertanyaan Penelitian ... 84

BAB III METODE PENELITIAN………. 85

3.1 Jenis Penelitian ... 85

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 85


(11)

vi

3.4 Definisi Operasional ... 86

3.5 Prosedur Penelitian ... 88

3.6 Rancangan penelitian……… ... 98

3.7 Instrumen Penelitian ... 99

3.7.1 Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 99

3.7.2 Lembar Observasi ... 100

3.7.3 Angket Respon Siswa ... 103

3.7.4 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 105

3.8 Teknik Analisis Data ... 110

3.8.1 Analisis Data Validasi Perangkat Pembelajaran ... 111

3.8.2 Analisis Data Keefektifan Perangkat Pembelajaran ... 111

3.8.3 Analisis Data Respon Siswa ... 114

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 115

4.1 Hasil penelitian ... 115

4.1.1 Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define) ... 116

4.1.2 Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ... 127

4.1.3 Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop) ... 133

4.1.4 Deskripsi Tahap penyebaran ... 151

4.2 Hasil Ujicoba I ... 152

4.2.1 Efektifitas Perangkat Pembelajaran Yang Dikembangkan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Ujicoba I 152

4.2.2 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Ujicoba I ... 170

4.3 Revisi Berdasarkan Hasil Ujicoba I ... 173

4.3.1 Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 173

4.3.2 Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 176

4.4 Hasil Ujicoba II ... 180

4.4.1 Efektifitas Perangkat Pembelajaran Yang Dikembangkan Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Ujicoba II 181 4.4.2 Deskripsi peningkatan Kemampuan pemecahan Masalah Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Ujicoba II... 197

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 200

4.5.1 Validitas dan Efektivitas Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Perbandingan ... 201

4.5.1.1 Pencapaian Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 202

4.5.1.2 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 212

4.5.1.3 Analisis Kadar Aktifitas Siswa selama Kegiatan Pembelajaran ... 214

4.5.1.4 Data Hasil Respon Terhadap Pembelajaran ... 219

4.5.1.5 Analisis Pencapaian Tujuan Belajar Siswa ... 221

4.5.2 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Menggunakan Perangkat Pembelajaran melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 222


(12)

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 227

5.1 Kesimpulan ... 227

5.2 Saran ... 228

DAFTAR PUSTAKA ... 229


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40

Tabel 2.2 Klasifikasi Isi Bahan Ajar Dalam Ranah Pengetahuan ... 53

Tabel 2.3 Criteria for High Quality Intervention ... 55

Tabel 3.1 Rancangan Ujicoba ... 98

Tabel 3.2 Indikator/Aspek yang Diamati Pada Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran……… 104

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 105

Tabel 3.4 Rubrik Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 106

Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 107

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Tes (dalam Arikunto, 2006: 216) ...109

Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas...110

Tabel 3.8 Pendeskrpsian Rata-rata Skor Validasi ...111

Tabel 3.9 Persentase Waktu Ideal dan Toleransi Aktifitas Siswa ...112

Tabel 3.10 Kriteria Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ...113

Tabel 4.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik... 133

Tabel 4.2 Daftar Nama-nama Validator ... 134

Tabel 4.3 Hasil Validasi Buku Guru ... 135

Tabel 4.4 Revisi Buku Guru Berdasarkan Hasil Vlidasi... 136

Tabel 4.5 Hasil Validasi Buku Siswa ... 137

Tabel 4.6 Revisi Buku Siswa Berdasarkan Hasil Validasi ... 138

Tabel 4.7 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 139

Tabel 4.8 Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi... 141

Tabel 4.9 Hasil Vlidasi Lembar Kerja Siswa ... 142

Tabel 4.10 Revisi LKS Berdasarkan Hasil Validasi ... 143

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Para Ahli ... 144

Tabel 4.12 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik 145 Tabel 4.13 Hasil Ujicoba Perangkat Pembelajaran ... 149

Tabel 4.14 Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Ujicoba I ... 153

Tabel 4.15 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Hasil Pretes Ujicoba I ... 154

Tabel 4.16 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Hasil Postes Ujicoba I ... 155

Tabel 4.17 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Ujicoba I ... 156

Tabel 4.18 Rata-rata Setiap Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Pada Ujicoba I ... 158

Tabel 4.19 Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran (Ujicoba I) ... 160

Tabel 4.20 Hasil Analisis Persentase Pencapaian Waktu Ideal Aktivitas Siswa 165 Tabel 4.21 Hasil Analisis Resmpon Siswa Terhadap Pembelajaran Pada Ujicoba I ... 168

Tabel 4.22 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Pretes dan Postes dalam Bentuk Gain ... 170

Tabel 4.23 Peningkatan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah, Persentase Pencapaian KKM dan Hasil Gain Ujicoba I ... 171


(14)

ix

Tabel 4.24 Rata-rata Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Siswa pada Ujicoba I ... 174 Tabel 4.25 Hasil Revisi Ujicoba I yang Dianalisis dari Setiap Aspek Dinilai yang Terdapat Kendalanya ... 177 Tabel 4.26 Deskripsi Hasil Keampuan Pemecahan Masalah pada Ujicoba II 181 Tabel 4.27 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Hasil Pretes Ujicoba II ... 182 Tabel 4.28 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa pada Hasil Postes Ujicoba II ... 183 Tabel 4.29 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Ujicoba II ... 185 Tabel 4.30 Rata-rata Setiap Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa pada Ujicoba II ... 186 Tabel 4.31 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran (Ujicoba II) ... 189 Tabel 4.32 Aktifitas Siswa Selama Pembelajaran (Ujicoba II)... 193 Tabel 4.33 Hasil Analisis Respon Siswa Terhadap Pembelajaran pada

Ujicoba II ... 195 Tabel 4.34 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Pretes dan

Postes dalam Bentuk Gain untuk Ujicoba II ... 197 Tabel 4.35 Peningkatan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah, Persentase Pencapaian KKM dan Hasil Gain Ujicoba II ... 198 Tabel 4.36 Aktifitas Siswa Selama Pembelajaran pada Ujicoba I dan

Ujicoba II ... 214 Tabel 4.37 Persentase Nilai Pretes dan Postes Ujicoba I dan Ujicoba II ... 223


(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Contoh RPP Konvensional ... 7

Gambar 1.2 Buku Teks yang Digunakan Guru dan Siswa... 9

Gambar 1.3 Contoh Jawaban Siswa TKPM Matematik ... 14

Gambar 2.1 Tahap “Four –D Model” ... 71

Gambar 3.1 Modifikasi Bagian Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4D ( Trianto, 2011: 190) ... 89

Gambar 4.1 Peta Konsep Materi Pokok Perbandingan ... 119

Gambar 4.2 Konsep Perangkat Pembelajaran Menghadirkan Masalah dalam Menemukan Konsep Matematika ... 120

Gambar 4.3 Tampilan Buku Pegangan Guru ... 129

Gambar 4.4 Tampilan Buku Siswa ... 130

Gambar 4.5 Tampilan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 131

Gambar 4.6 Tampilan Lembar Kerja Siswa ... 132

Gambar 4.7 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Hasil Postes pada Ujicoba I ... 156

Gambar 4.8 Persentase Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa pada Hasil Pretes dan Postes ... 157

Gambar 4.9 Rata-rata Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Ujicoba I ... 159

Gambar 4.10 Diagram Nilai Perolehan Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran ... 164

Gambar 4.11 Peningkatan Rata-rata Pretes-Postes pada Ujicoba I... 172

Gambar 4.12 Diagram Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Ujicoba I ... 175

Gambar 4.13 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Hasil Postes pada Ujicoba II ... 184

Gambar 4.14 Persentase Ketuntasan kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa pada Hasil Pretes dan Postes Ujicoba II ... 186

Gambar 4.15 Rata-rata Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Ujicoba II ... 188

Gambar 4.16 Diagram Nilai Perolehan Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran (Ujicoba II) ... 192

Gambar 4.17 Peningkatan Rata-rata Pretes-Postes Kemampuan Pemecahan Masalah pada Ujicoba II ... 199

Gambar 4.18 Jawaban Siswa terhadap Soal Postes Nomor 1 ... 205

Gambar 4.19 Jawaban Siswa terhadap Soal Postes Nomor 2 ... 206

Gambar 4.20 Jawaban Siswa terhadap Soal Postes Nomor 3 ... 208

Gambar 4.21 Jawaban Siswa terhadap Soal Postes Nomor 4 ... 210

Gambar 4.22 Jawaban Siswa terhadap Soal Postes Nomor 5 ... 211

Gambar 4.23 Nilai Rata-rata Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba I dan Ujicoba II ... 212

Gambar 4.24 Tingkat Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Hasil Ujicoba I dan Hasil Ujicoba II ... 224


(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perangkat Pembelajaran ... ...232

Lampiran B Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Pembelajaran ... ...489

Lampiran C Lembar Observasi dan Angket Respon Siswa pada Saat Pembelajaran ... ...499

Lampiran D Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... ...507

Lampiran E Hasil Ujicoba Perangkat Pembelajaran dan Insrtumen Penelitian ... ...567

Lampiran F Semua Perhitungan pada Ujicoba I ... ...579

Lampiran G Semua Perhitungan Pada Ujicoba II ... ...596


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa (Sagala, 2012: 3).

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di semua tingkatan sekolah, dan jumlah jam pelajaran yang disediakan relatif lebih banyak dibanding dengan mata pelajaran lainnya. Siswa pada tingkatan Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) akan menerima pelajaran matematika karena matematika merupakan salah satu penguasaan yang mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius dalam Abdurrahman (2009: 253) mengemukakan :

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan memahami (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.


(18)

2

Kutipan tersebut memberi penekanan bahwa, dengan belajar matematika diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktifitas kreatif dan pemecahan masalah. Ini menunjukkan bahwa matematika memiliki manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu untuk dipelajari.

Terkait dengan pentingnya matematika, Concroft (dalam Abdurrahman, 2009: 253) juga mengemukakan alasannya perlu belajar matematika, yaitu:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan saran komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dalam Permendiknas Nomor 70 Tahun 2013 (2013: 7) disebutkan bahwa, Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa & bernegara, dan peradaban dunia. Berkenaan dengan hal tersebut, Lerner (dalam Abdurrahman, 2009: 253) mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah.

Pada Abad ke-21dunia pendidikan mengalami pergeseran paradigma dari behavioristik ke konstruktivistik. Perkembangan pendidikan tersebut juga menggeser peran guru dari “penyampai pesan” menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Menyikapi perubahan ini, guru bukan hanya sekedar pengajar


(19)

3

melainkan harus menjadi tenaga professional yang mengusai berbagai kompetensi. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, pasal 8 bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang harus dimiliki guru (1) kompetensi pedagogis, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, (4) kompetensi kepribadian. Terkait dengan kompetensi inti, kompetensi yang harus dimiliki oleh guru antara lain: (1) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu dan melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik untuk kompetensi pedagogis, (2) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif untuk kompetensi profesional. Oleh karena itu guru diberi tuntutan untuk mempersiapkan diri serta memiliki kemampuan untuk menentukan cara atau strategi dan juga sumber belajar yang cocok digunakan dengan tujuan menjadikan pembelajaran yang berkualitas bagi siswa, salah satunya guru harus mampu menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan perkembangan kebutuhan siswa.

Perangkat pembelajaran sebagai sumber belajar perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Perangkat pembelajaran merupakan komponen penting yang menentukan keberhasilan pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu, perangkat pembelajaran harus dipersiapkan guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini didukung oleh Trianto (2014:251) keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran tergantung pada wawasan, pengetahuan,


(20)

4

pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola perangkat pembelajaran National for Vocational Education Research Ltd/National centre for Competency Based Training (dalam Prastowo,2014: 138) menyatakan perangkat pembelajaran adalah segala bentuk perangkat yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Perangkat yang dimaksud bisa berupa perangkat yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Hal senada dikemukakan (Depdiknas, 2008: 6) Perangkat pembelajaran adalah bahan-bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan pengajar dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran disusun untuk mempermudah proses pembelajaran demi tercapainya kompetensi yang harus dikuasai siswa. Prastowo (2014: 138) mengemukakan bahwa:

Perangkat pembelajaran secara umum segala bahan yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akandikuasai oleh siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah segala bahan yang disusun oleh guru secara sistematis dan dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Adapun fungsi dari perangkat pembelajaran menurut Depdiknas (2008: 6) yaitu sebagai berikut: (1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan/dilatihkan kepada siswanya, (2) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses


(21)

5

pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya, (3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaaan hasil pembelajaran, (4) Membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar, (5) Membantu siswa dalam proses belajar mengajar, (6) Sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, (7) Untuk menciptakan lingkungan/suasana belajar yang kondusif. Berdasarkan fungsi bahan ajar, dapat dikemukakan bahwa perangkat pembelajaran dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Ini berarti kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan menentukan kualitas disain pembelajaran. Model pembelajaran yang tepat dan pemilihan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Degeng (dalam Harijanto, 2007) Salah satu kegiatan awal dalam meningkatkan pembelajaran adalah merancang perangkat pembelajaran yang mengacu pada suatu model pengembangan agar memudahkan belajar.

Seyogianya mendesain perangkat pembelajaran merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru, agar mampu menciptakan pembelajaran yang berkualitas, yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, belajar bermakna dan mampu membangun kemampuan siswa, khususnya kemampuan matematik.

Fakta dilapangan berdasarkan wawancara dengan Delpia Sidabutar selaku ketua MGMP Matematika Kabupaten Samosir pada tanggal 11 Januari 2016,


(22)

6

diperoleh informasi bahwa guru belum terbiasa menyusun perangkat pembelajaran yang berorientasi pada suatu model pembelajaran yang akan diterapkan. Seperti perangkat pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran berbasis masalah. Perangkat pembelajaran yang digunakan tidak menuntun siswa menemukan suatu konsep matematika melalui pemecahan masalah autentik. Perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru berupa lembar kerja siswa (LKS) hanya berisi soal-soal rutin sehingga tidak dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Selain itu perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru belum dinilai kevalidan dan keefektifitasannya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diperoleh gambaran bahwa perangkat pembelajaran yang disusun guru tidak berorientasi pada model pembelajaran berbasis masalah serta belum valid dan efektif. Sehingga menjadi salah satu faktor tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Tujuan menyusun perangkat pembelajaran adalah tercapainya tujuan dari suatu pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran matematika. Adapun tujuan pembelajaran matematika (Depdiknas, 2006) yaitu: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tetap dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan penyelesaian matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan pemahaman masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menemukan solusi (4) Mengkomunikasikan gagasan matematika dengan simbol,


(23)

7

diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Namun pada kenyataannya, berdasarkan wawancara dengan beberapa orang guru, diperoleh informasi bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dipakai masih bersifat konvensional serta RPP yang dibuat guru tidak mengambarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan tidak dikondisikan dengan kebutuhan siswa. RPP yang dibuat tidak dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran dan dalam RPP yang ada jarang menggunakan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

Berikut ini contoh RPP bersifat konvensional yang sering digunakan oleh guru.

Gambar 1.1 Contoh RPP Konvensional

Belum menggunakan


(24)

8

Selain RPP, buku teks yang juga salah satu perangkat pembelajaran merupakan suatu acuan yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan suatu materi pelajaran juga perlu untuk menjadi perhatian. Berdasarkan wawancara, guru dalam mengajar hanya menggunakan satu buku teks, buku teks tersebut berfungsi sebagai buku guru dan buku siswa. Guru tidak membuat buku pegangan guru dan buku pegangan siswa (perangkat pembelajaran tidak dirancang langsung oleh guru). Jadi, buku teks yang digunakan hanyalah buku teks yang berasal dari pihak sekolah yang diperoleh dari salah satu penerbit buku. LKS yang digunakan juga cenderung pada LKS siap pakai yang banyak diperjual belikan yang isinya lebih mengarah pada kesimpulan materi bukan kegiatan siswa. Keseluruhan perangkat pembelajaran tidak sinkron dan tidak menggunakan suatu model pembelajaran yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Selanjutnya Buku teks dan LKS yang dipakai berasal dari penerbit yang berbeda-beda. Sebagian besar perangkat pembelajaran yang diperoleh guru berasal dari internet yang tidak dimodifikasi oleh guru dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Bahan ajar tersebut langsung menyajikan rumus-rumus atau dalil-dalil kemudian penyajian contoh soal dan soal kompetensi, sehingga anak cenderung menghapal rumus tetapi tidak memahami konsep matematika. Disamping itu perangkat pembelajaran yang ada hanya untuk memenuhi kelengkapan administrasi saja dan sebagian besar alasannya, karena keterbatasan waktu dan sumber bacaan guru dalam merancang perangkat kurang. Berikut ini contoh buku teks yang senantiasa digunakan oleh guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar:


(25)

9

Gambar 1.2 Buku Teks yang digunakan Guru dan Siswa

Dari uraian di atas dapat disimpulkan perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Tujuan dilakukan pengembangan perangkat pembelajaran adalah untuk mendapatkan produk perangkat yang efektif. Perangkat pembelajaran tersebut perlu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, terutama dalam meningkatkan kemampuan matematis siswa.

Tim MKBPM (2001: 85) mengungkapkan bahwa “Sejak lama, pemecahan masalah telah menjadi fokus perhatian utama dalam pengajaran matematika di sekolah. Sebagai contoh, salah satu agenda yang dicanangkan National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) di Amerika Serikat pada tahun 80’an adalah bahwa problem solving must be focus of school mathematics in the 1980 atau pemecahan masalah harus menjadi fokus utama matematika sekolah di tahun 80’an”. Berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah Buner (dalam Trianto,

Soal-soal tidak menyangkut kehidupan nyata

Langsung memberikan konsep-konsep sehingga siswa tidak menemukan sendiri


(26)

10

2010: 7) mengatakan bahwa, “Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna”. Selanjutanya Polya (1973) mengatakan pemecahan masalah adalah salah satu aspek berfikir tingkat tinggi, sebagai proses menerima masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut. Dari rekomendasi NCTM dan keterangan tersebut dapat diartikan bahwa problem solving sangat penting dalam pelajaran matematika. Mengingat masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam mengkonstruksikan dan mengaplikasikan ide-ide dalam problem solving matematika diperlukan sebuah usaha yang dapat membantu siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan mereka.

Abdurrahman (2009: 254) mengungkapkan bahwa, “Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam situasi baru atau situasi yang berbeda”. Pemecahan masalah itu sendiri merupakan latihan untuk siswa yang berhadapan dengan sesuatu yang tidak rutin kemudian mencoba untuk menyelesaikannya. Hal ini merupakan salah satu kompetensi yang harus ditumbuhkan dan dikembangkan pada siswa. Sebuah soal pemecahan masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak secara langsung tahu caranya. Jika seorang anak dihadapkan pada suatu masalah matematika dan anak tersebut langsung tahu cara menyelesaikannya dengan benar maka masalah yang diberikan tidak dapat digolongkan pada kategori soal pemecahan masalah. Oleh karena itu diharapkan peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan matematika sehingga prestasi belajar juga akan dicapai.


(27)

11

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah bagi peserta didik, seperti halnya kemampuan yang lain, yaitu penalaran, komunikasi, koneksi, maupun representasi matematik, terbukti dari ditentukannya standar untuk kemampuan-kemampuan tersebut dalam NCTM. Indikator yang dapat menunjukkan apakah seorang peserta didik telah mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematika, menurut NCTM (dalam Widjajanti, 2009: 408) adalah: (1) menerapkan dan mengadaptasi berbagai pendekatan dan strategi untuk menyelesaikan masalah; (2) menyelesaikan masalah yang muncul di dalam matematika atas di dalam konteks lain yang melibatkan matematika; (3) membangun pengetahuan matematis yang baru lewat pemecahan masalah; dan (4) memonitor dan merefleksi pada proses pemecahan masalah matematis.

Polya (1973: 154) menggolongkan masalah matematik menjadi dua golongan, yaitu: “…problems ‘to find’ and problems ‘to prove’. The aim of a problem to prove is to show conclusively that a certain clearly started assertion is true, or else to show that it is false”. Problem ‘to find’: bertujuan untuk menemukan suatu objek tertentu yang tidak dikenal dari masalah. Sedangkan problem ‘to prove’ bertujuan untuk memutuskan kebenaran suatu pernyataan, membuktikannya dan menyangkalnya.

Secara umum, Polya (1973: xvi) menetapkan empat langkah yang dapat dilakukan agar siswa lebih terarah dalam menyelesaikan masalah matematika, yaitu understanding the problem, devising a plan, carrying out the plan, dan looking back yang diartikan sebagai memahami masalah, membuat perencanaan, melaksanakan rencana, dan melihat kembali hasil yang diperoleh. Selanjutnya


(28)

12

Tim MKPBM (2001: 84) memberikan penjelasan fase-fase solusi pemecahan masalah yang diungkapkan Polya tersebut. Fase pertama adalah memahami masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Setelah siswa dapat memahami masalahnya dengan benar, selanjutnya siswa harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah, bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah. Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai fase pertama sampai fase penyelesaian ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.

Namun, kenyataan saat ini menunjukkan bahwa pencapaian siswa pada pelajaran matematika tergolong rendah dan belum memenuhi harapan. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik ini disebabkan masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kurang berminat, dan selalu menganggap matematika sebagai ilmu yang sukar, sehingga menimbulkan rasa takut untuk belajar matematika, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2009: 252) bahwa, “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di


(29)

13

sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.

Permasalahan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematik siswa juga dialami siswa SMP Negeri 1 Simanindo. Feny salah satu siswa kelas VII-B mengatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, susah dimengerti, dan sangat membosankan. Pandangan seperti ini akan mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa.

Seiring dengan itu penulis juga memberikan tes awal pada materi perbandingan. Tes awal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal tes tersebut. Ini terlihat baik dari hasil tes kemampuan awal yang diikuti oleh 32 orang siswa kelas VII-D yang dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2015 diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa pada pokok bahasan perbandingan masih rendah. Salah satu masalah yang diberikan ialah:

Masalah : “Jumlah uang Fero, Dimas dan Andi adalah Rp 30.000,-. Jika perbandingan uang Fero, Dimas dan Andi adalah 2 : 3 : 5

a. Apa saja yang diketahui dan ditanya dari soal di atas? b. Bagaimana cara untuk mengetahui besar uang mereka

masing-masing?

c. Hitunglah berapa besar uang Fero, Dimas, Andi?

d. Di antara mereka, siapakah yang jumlah uangnya paling sedikit?


(30)

14

Penulis memperoleh hasil bahwa hampir seluruh siswa tidak mampu menyelesaikan soal dengan benar. Dari tes yang diberikan kepada 32 orang siswa diperoleh 22 orang siswa memperoleh skor sangat rendah, 3 orang memperoleh skor rendah, 5 orang memperoleh skor sedang, dan 2 orang memperoleh skor sangat tinggi. Salah satu contoh hasil jawaban siswa dari tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang diberikan sebagai berikut:

Gambar 1.3 Contoh Jawaban Siswa TKPM Matematik

Dari jawaban siswa di atas terlihat bahwa kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaiakan masalah perbandingan adalah kesalahan konseptual dan prosedural. Terlihat pada pola jawaban siswa kita identifikasi berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah. Dari indikator pertama yang disampaikan Polya yaitu memahami masalah terlihat bahwa siswa sudah dapat memahami masalah yang diberikan. Siswa dapat menentukan apa yang diketahui


(31)

15

dan apa yang ditanyakan dalam soal. Untuk indikator yang kedua yaitu merencanakan pemecahan masalah, siswa masih salah dalam memilih strategi/rencana pemecahan masalah. Dan yang ketiga yaitu menyelesaiakan masalah sesuai dengan rencana, beberapa siswa melakukan kesalahan dalam konseptual dan prosedural. Selanjutnya untuk indikator keempat memeriksa kembali kebenaran jawaban, siswa tidak dapat memberi kesimpulan secara logika terhadap soal.

Dari penjelasan di atas jelas terlihat bahwa siswa tidak mampu memecahkan soal matematika di atas, ini memiliki arti bahwa pengetahuan siswa dalam pemecahan masalah matematika sangat rendah. Sehingga memerlukan peran dari guru untuk membimbing siswa agar keluar dari permasalahan tersebut.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika dalam aspek pemecahan masalah masih rendah. Trianto (2010: 5) menyebutkan bahwa, “Berdasarkan analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif”. Pola pengajaran terlalu banyak didominasi oleh guru, khususnya dalam transformasi pengetahuan kepada anak didik. Siswa diposiskan sebagai objek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai sumber yang mempunyai pengetahuan. Keberhasilan para peserta didik dapat dipengaruhi salah satunya dengan keberhasilan pembelajarannya. Sedangkan keberhasilan suatu pembelajaran, dipengaruhi banyak faktor, antar lain: model pembelajaran, strategi pembelajaran,


(32)

16

media pembelajaran, dan juga bahan ajar atau materi pembelajaran. Pemilihan model maupun pendekatan pembelajaran yang tepat dapat menunjang keberhasilan pembelajaran itu juga. Kurikulum 2013 menekankan proses pembelajaran saat ini mengacu pada pendekatan saintifik yang terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengasasosiasi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan pada semua mata pelajaran begitu juga dengan mata pelajaran matematika.

Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Amri, 2013: 4).

Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan konsep, tetapi juga harus membekali peserta didik untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan ini. Pada pelajaran matematika, pemecahan masalah dapat berupa soal yang tidak rutin, yaitu soal yang untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang mendalam. Namun sering kali permasalahan yang muncul adalah siswa tidak memiliki cukup pengetahuan untuk memilih strategi yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dengan kondisi dan situasi yang demikian ini, pembelajaran semestinya disusun adalah pembelajaran berbasis masalah.


(33)

17

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau dalam bahasa Inggris Problem Based Instruksion (PBI) telah dikenal sejak zaman John Dewey. PBM merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme yang penekanannya membuat siswa mampu memecahkan masalah. Hal ini diungkapkan oleh Trianto (2010: 92) yang mengatakan bahwa, “Model pembelajaran berbasis masalah dilandasi oleh teori konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama di antara siswa-siswi”. Selanjutnya, Trianto, (2010: 91) juga mengungkapkan bahwa, “Model pembelajaran berbasis masalah ini adalah model yang mulai diangkat karena dilihat secara umum model ini terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri”. Dari pernyataan tersebut, pembelajaran ini diharapkan dapat memungkinkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat menggunakan sendiri konsep-konsep pemecahan masalah yang dipelajarinya.

PBM dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, karena model pembelajaran ini dapat membuat siswa aktif untuk ikut serta dalam proses pembelajaran, yakni dengan menyelesaikan masalah yang diberikan dalam kelompok. Dalam PBM siswa dihadapkan kepada suatu permasalahan dalam kehidupan nyata yang akan lebih menarik siswa untuk mempelajari matematika sehingga siswa akan mengetahui bahwa matematika mempunyai banyak kegunaan. Yang penting untuk diketahui dan dijadikan pegangan adalah bahwa


(34)

18

matematika itu merupakan ilmu dasar dari pengembangan sains (basic of science) dan sangat berguna dalam kehidupan.

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Minarni (2012) bahwa PBM signifikan memberikan pengaruh lebih baik pada pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa daripada pembelajaran biasa.

Adapun sintaks PBM menurut Arends (2008: 57) yaitu: (1) memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membantu investigasi individu dan kelompok; (4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah.

Sejalan dengan hal itu, Trianto (2009: 96) juga mengungkapkan bahwa kelebihan PBM sebagai suatu model pembelajaran adalah: (1) realistik dengan kehidupan siswa; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) memupuk sifat inquiry siswa; (4) retensi konsep jadi kuat; dan (5) memupuk kemampuan problem solving. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa PBM adalah model cocok dan dapat dijadikan suatu alternatif pembelajaran dalam proses peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

Selain pemilihan model pembelajaran yang tepat, guru juga harus dapat menyusun sebuah bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang baik. Selaras dengan hal itu, Amri (2013: 81) menjelaskan bahwa tuntutan kompetensi yang harus dimiliki guru (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesi), pengembangan bahan ajar dan media merupakan salah satu kewajiban yang diemban oleh guru untuk mengembangkan kompetensi


(35)

19

yang dimiliki, pada gilirannya dapat meningkatkan eksistensinya sebagai guru professional. Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan guru mencanangkan bahan ajar maupun perangkat pembelajaran.

Selanjutnya Amri (2013: 73) mengungkapkan mengapa bahan ajar perlu untuk dikembangkan karena bahan pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Bahan ajar maupun perangkat pembelajaran yang dikembangakan sudah semestinya tetap memperhatikan pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dan sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah dalam mengembangkan assesmen.

Selanjutnya Amri (2013: 97) mengungkapkan bahwa buku pelajaran yang ada di lapangan, ditinjau dari jumlah, jenis, maupun kualitasnya sangat bervariasi. Sementara itu, buku pelajaran pada umumnya menjadi rujukan utama dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, jika mutu buku tidak memenuhi standar mutu, terutama dalam kaitannya dengan konsep, buku tersebut menjadi sumber pembodohan, bukan sumber pencerdasan anak didik. Buku demikian sangat berbahaya bagi dunia pendidikan.

Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan nantinya pada materi perbandingan di kelas VII SMP Negeri 1 Simanindo. Materi ini dikembangkan karena masih banyak siswa yang belum memahami konsep perbandingan dan menyelesaikan soal-soal pemecahan masalahnya. Hal tersebut


(36)

20

telah didukung fakta yang diperoleh dari tes awal yang telah dilakukan oleh peneliti.

Di samping itu, faktanya pada kondisi di lapangan masih belum tersedianya bahan ajar maupun perangkat pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dan memenuhi kriteria valid, dan efektif. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa penulis mengembangkan perangkat pembelajaran pada materi perbandingan. Perangkat ini perlu untuk dikembangkan karena perangkat pembelajaran memungkinkan siswa untuk dapat mempelajari suatu kompetensi inti atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Tanpa adanya perangkat pembelajaran akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Begitu juga halnya dengan siswa, tanpa perangkat pembelajaran siswa akan kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam belajar. Oleh karena itu, perangkat pembelajaran dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, baik oleh guru maupun siswa dalam upaya memperbaiki mutu proses pembelajaran.

Sejalan dengan itu, penelitian yang telah dilakukan oleh Yannidah, dkk (2013) memperoleh hasil bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi efektivitas pembelajaran matematika. Efekvitas ini dapat dilihat dari ketuntasan siswa dalam belajar, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dikatakan baik, keterlaksanaan sintaks pembelajaran di kelas dikatakan baik, serta respon siswa terhadap perangkat dan pembelajaran di kelas positif.


(37)

21

Adapun perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah berupa RPP, Buku Guru, Buku Siswa, Lembar Kerja Siswa serta Instrument pengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik siswa. Dalam penelitian ini akan dikembangkan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang dapat mengaktifkan siswa belajar dan sebagai sarana dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Dengan demikian peneliti memberi judul penelitian ini yaitu : “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Negeri 1 Simanindo”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini yaitu:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah. 3. RPP yang digunakan guru belum memenuhi kriteria valid dan efektif.

4. Buku pegangan siswa dan guru belum efektif dalam mendukung pengembangan kemampuan bermatematika siswa.

5. LKS pendukung pembelajaran belum dirancang sendiri oleh gurunya.

6. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran matematika masih rendah.


(38)

22

7. Sebagian besar kemampuan guru mengelola pembelajaran belum sesuai dengan harapan.

8. Aktivitas aktif siswa dalam pembelajaran masih rendah.

9. Dalam proses pembelajaran, siswa belum membangun sendiri pengetahuan dalam dirinya.

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran matematika seperti yang telah diidentifikasi di atas, maka penelitian ini perlu dibatasi sehingga lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak yang luas terhadap permasalahan yang dihadapi. Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas dan kompleks, agar penelitian ini lebih terfokus dan mencapai tujuan maka penulis membatasi masalah pada pengembangan perangkat pembelajaran matematika berdasarkan pendekatan pembelajaran pada model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa SMPN 1 Simanindo. Perangkat pembelajaran tersebut mencakup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Guru (BG), Buku Siswa (BS), Lembar Kerja Siswa (LKS), Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik (TKPMM).


(39)

23

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah utama dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis masalah?

2. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis masalah?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa SMP dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis masalah?

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan validitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis masalah.

2. Mendeskripsikan efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis masalah.

3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik dengan perangkat yang dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis masalah.


(40)

24

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Tersedianya perangkat pembelajaran model pembelajaran berbasis nmasalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. 2. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan

perangkat pembelajaran model pembelajaran berbasis masalah untuk materi lain yang relevan.

3. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah matematik siswa di masa yang akan datang.

4. Memberikan informasi tentang kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dalam memecahkan masalah pada materi tertentu.


(41)

227

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, disimpulkan berdasarkan pada: (i) pemecahan masalah matematik siswa memperoleh presentase 86,67%, (ii) kemampuan guru mengelola pembelajaran berada pada kriteria baik, (iii) kadar aktifitas siswa memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan, (iv) respon siswa terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran adalah positif.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan perbandingan adalah dari persentase pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematik pada ujicoba I sebesar 76,67% meningkat menjadi 86,67%

3. Tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berbasis masalah sudah dapat dikatakan efektif, sebab rata-rata kemampuan guru mengelola telah mencapai kriteria minimal dengan kategori baik.

4. Aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah sudah berada pada kriteria batasan keefektifan pembelajaran.


(42)

228

5. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah sudah menunjukkan respon yang positif (di atas 80%).

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan dengan kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Para guru agar dapat menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif pembelajaran, dengan bimbingan atau pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dapat terjangkau oleh siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami masalah-masalah yang diberikan.

2. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ini dapat dijadikan rujukan untuk membuat suatu perangkat pembelajaran dengan materi lain guna menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa baik tingkat satuan pendidikan yang sama maupun berbeda. 3. Peneliti menyarankan kepada pembaca dan para praktisi pendidikan untuk

dapat melakukan penelitian sejenis, pada tahap penyebaran diharapkan dapat menyebarkan perangkat pembelajaran lebih luas lagi, tidak hanya di sekolah uji coba lapangan.


(43)

229

DAFTAR PUSTAKA

Aburrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Amir, T. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Amri, S. (2013). Pengenbangan & Model Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi Pelajar.

Arends, R. (2008). Learning to Teach. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Brog, W., dan Gall, M. (2003). Educational Research; an Introduction 6th edition.

Boston: Pearson.

Choridah, Dedeh. , T. (2013). Peran Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Berfikir Kreatif Serta Disposisi Matematis Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STIKIP Siliwangi Bandung, Vol.2, No.2, September 2013

(http://e-journal.stikipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/35/34, diakses

januari 2015).

Depdiknas. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia no 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. 2006. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional no 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Depdiknas Ekana, Heni., dkk. (2012). Pengembangan Modul Matematika yang Berbasis Peta

Konsep. Makalah diseminarkan di Seminar Nasional Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 21 Nopember 2012. http//lppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2012-11122013224206.pdf. Diakses: 16 september 2013.

Hake, R. ((1999). Analyzing Change/Gain Score. Woodland Hills: Dept. Of Physics, Indiana University.


(44)

230

Hudojo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan.

Husnidar, dkk. (2014). Penerapan Model Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Didaktik Matematika – issn: 2355-4185. (online), Vol.1 No.1 April 2014, (http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/download/1340/1221,diakses januari 2015.

Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Kemdikbud, 2013. Modul Pelatihan Implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud

Kemdikbud, 2013a. Matematika SMP/MTs Kelas VII.Jakarta : Kemdikbud

Kemendiknas. (2013). Permendiknas Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangkan Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. BSNP. http://bsnp-indonesia.org/id/bsnp/wpcontent/- uploads/2013/06/08.-Permendikbud-Nomor-70-ttg-Kerangka-Dasar-dan- Struktur-Kurikulum-SMK-MAK-dan-Lampiran-Versi-05-06-13-Aries-edit-hukor.pdf. [28 januari 2014] Yogyakarta.

Kemendiknas. (2014). Permendiknas RI Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. http://pgsd.uad.ac.id/wp-content/uploads/lampiran-permendikbud-no-104-tahun-2014.pdf (Januari 2014).

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA: NCTM.

Nieveen, N. (2007). Formative Evaluation in Educational Design Research dalam An Introduction to Educational Design Research (Ed) . Disampaikan dalam seminar di East China Normal University, Shanghai, 23-26 November 2007. Polya, G. (1973). How To Solve It: A New Aspect of Mathematics Method. New

Jersey Princeton University Press.

Prastowo, A. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran-Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Rajawali Pers.


(45)

231

Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Penerbit Kencana Media Group: Jakarata.

Siara, L. (2004). Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta.Jakarta.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan-Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.. Bandung: Alfabeta.

Thiagarajan, S., Semmmel, D.S. & Semmel, M.I. (1974). Instructional Development For Training Teachers Of Exeptional Children. Indiana: Indiana University Bloomington.

Tim MKPBM. (2001).Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Widjajanti, D. B. (2009). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya. PROSIDING: FMIPA Universitas Yogyakarta, (online) (http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25Djamilah%20Bondan%20Widjajanti.pdf , diakses 17 September 2013.

Yannidah, N, dkk. (2013).Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Aptitude Treatment Interaction pada Efektivitas Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, (online), Vol. 1, No.1, (http://lppm.stkippgri-sidoarjo.ac.id/index.php?pilih=mat&modul=yes&action=detail&id=c4ca423 8a0b92380dcc509a6f75849b, , diakses 1 April 2014.


(1)

24

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Tersedianya perangkat pembelajaran model pembelajaran berbasis nmasalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. 2. Menjadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan

perangkat pembelajaran model pembelajaran berbasis masalah untuk materi lain yang relevan.

3. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah matematik siswa di masa yang akan datang.

4. Memberikan informasi tentang kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dalam memecahkan masalah pada materi tertentu.


(2)

227 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Efektifitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, disimpulkan berdasarkan pada: (i) pemecahan masalah matematik siswa memperoleh presentase 86,67%, (ii) kemampuan guru mengelola pembelajaran berada pada kriteria baik, (iii) kadar aktifitas siswa memenuhi kriteria toleransi waktu ideal yang ditetapkan, (iv) respon siswa terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran adalah positif.

2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan perbandingan adalah dari persentase pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematik pada ujicoba I sebesar 76,67% meningkat menjadi 86,67%

3. Tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berbasis masalah sudah dapat dikatakan efektif, sebab rata-rata kemampuan guru mengelola telah mencapai kriteria minimal dengan kategori baik.

4. Aktivitas aktif siswa selama proses pembelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah sudah berada pada kriteria batasan keefektifan pembelajaran.


(3)

228

5. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah sudah menunjukkan respon yang positif (di atas 80%).

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan dengan kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Para guru agar dapat menggunakan perangkat pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif pembelajaran, dengan bimbingan atau pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dapat terjangkau oleh siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami masalah-masalah yang diberikan.

2. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan ini dapat dijadikan rujukan untuk membuat suatu perangkat pembelajaran dengan materi lain guna menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa baik tingkat satuan pendidikan yang sama maupun berbeda. 3. Peneliti menyarankan kepada pembaca dan para praktisi pendidikan untuk

dapat melakukan penelitian sejenis, pada tahap penyebaran diharapkan dapat menyebarkan perangkat pembelajaran lebih luas lagi, tidak hanya di sekolah uji coba lapangan.


(4)

229

Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Amir, T. (2013). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Amri, S. (2013). Pengenbangan & Model Pembelajaran dalam kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi Pelajar.

Arends, R. (2008). Learning to Teach. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Brog, W., dan Gall, M. (2003). Educational Research; an Introduction 6th edition.

Boston: Pearson.

Choridah, Dedeh. , T. (2013). Peran Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Berfikir Kreatif Serta Disposisi Matematis Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STIKIP Siliwangi Bandung, Vol.2, No.2, September 2013 ( http://e-journal.stikipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/35/34, diakses januari 2015).

Depdiknas. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia no 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. 2006. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional no 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Depdiknas Ekana, Heni., dkk. (2012). Pengembangan Modul Matematika yang Berbasis Peta

Konsep. Makalah diseminarkan di Seminar Nasional Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 21 Nopember 2012. http//lppm.uns.ac.id/kinerja/files/pemakalah/lppm-pemakalah-2012-11122013224206.pdf. Diakses: 16 september 2013.

Hake, R. ((1999). Analyzing Change/Gain Score. Woodland Hills: Dept. Of Physics, Indiana University.


(5)

230

Hudojo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan.

Husnidar, dkk. (2014). Penerapan Model Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Didaktik Matematika – issn: 2355-4185. (online), Vol.1 No.1 April 2014, (http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/download/1340/1221,diakses januari 2015.

Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Kemdikbud, 2013. Modul Pelatihan Implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud

Kemdikbud, 2013a. Matematika SMP/MTs Kelas VII.Jakarta : Kemdikbud

Kemendiknas. (2013). Permendiknas Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangkan Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. BSNP. http://bsnp-indonesia.org/id/bsnp/wpcontent/- uploads/2013/06/08.-Permendikbud-Nomor-70-ttg-Kerangka-Dasar-dan- Struktur-Kurikulum-SMK-MAK-dan-Lampiran-Versi-05-06-13-Aries-edit-hukor.pdf. [28 januari 2014] Yogyakarta.

Kemendiknas. (2014). Permendiknas RI Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. http://pgsd.uad.ac.id/wp-content/uploads/lampiran-permendikbud-no-104-tahun-2014.pdf (Januari 2014).

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA: NCTM.

Nieveen, N. (2007). Formative Evaluation in Educational Design Research dalam An Introduction to Educational Design Research (Ed) . Disampaikan dalam seminar di East China Normal University, Shanghai, 23-26 November 2007. Polya, G. (1973). How To Solve It: A New Aspect of Mathematics Method. New

Jersey Princeton University Press.

Prastowo, A. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran-Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Rajawali Pers.


(6)

Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Penerbit Kencana Media Group: Jakarata.

Siara, L. (2004). Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta.Jakarta.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan-Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.. Bandung: Alfabeta.

Thiagarajan, S., Semmmel, D.S. & Semmel, M.I. (1974). Instructional Development For Training Teachers Of Exeptional Children. Indiana: Indiana University Bloomington.

Tim MKPBM. (2001).Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Widjajanti, D. B. (2009). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya. PROSIDING: FMIPA Universitas Yogyakarta, (online)

(http://eprints.uny.ac.id/7042/1/P25Djamilah%20Bondan%20Widjajanti.pdf

, diakses 17 September 2013.

Yannidah, N, dkk. (2013).Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Aptitude Treatment Interaction pada Efektivitas Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, (online), Vol. 1, No.1, ( http://lppm.stkippgri-sidoarjo.ac.id/index.php?pilih=mat&modul=yes&action=detail&id=c4ca423 8a0b92380dcc509a6f75849b, , diakses 1 April 2014.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP TAMAN SISWA TANJUNG SARI MEDAN.

0 12 28

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DINAMIKA ROTASI.

1 6 31

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 3 LUBUK PAKAM.

3 11 23

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTS MADINATUSSALAM SEI ROTAN.

0 5 46

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI PERBANDINGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA.

0 4 45

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS MATEMATIK SISWA SMP.

0 4 40

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 27 MEDAN.

0 4 54

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 1 GUNUNG MALELA.

0 4 44

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 3 SUNGGAL.

0 14 42

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMU MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 1 40