THE EFFECTIVENESS OF GUIDED DISCOVERY METHOD APPLICATION TOWARD CREATIVE THINKING SKILL AT THE TENTH GRADE STUDENTS OF SMA N 1 TERAS BOYOLALI IN THE ACADEMIC YEAR 2011/2012.

Pendidikan Biologi
Volume 4, Nomor 3
Halaman 89-99

September 2012

THE EFFECTIVENESS OF GUIDED DISCOVERY METHOD
APPLICATION TOWARD CREATIVE THINKING SKILL AT
THE TENTH GRADE STUDENTS OF SMA N 1 TERAS
BOYOLALI IN THE ACADEMIC YEAR 2011/2012
Taufik Widhiyantoro1), Meti Indrowati2), and Riezky Maya Probosari3)
1)

Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]
3)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: [email protected]

2)

ABSTRACT – The purpose of this study was determine the effectiveness of

Guided Discovery method application toward creative thinking skill of the tenth
grade students of SMA N 1 Teras Boyolali In The Academic Year 2011/2012.
This study was a quasi-experimental study using Posttest Only Control Design as
a research design. The population in this study was the students of tenth grade in
the second semester of SMA N 1 Teras Boyolali in the Academic Year
2011/2012. The sampling technique used Cluster Random Sampling. The
collecting data were by test and non test. The datas were analysed by t-test. The
result of the research showed that the Guided Discovery application method has
an effect on students' science process skill. The highest aspect average of creative
thinking skill in the experiment class was obtained in elaboration aspect that is
88.05%, while the lowest in fluency aspect is 83.2%. Based on the sequence of the
aspects of creative thinking skill from the highest to the lowest. In details, the
creative thinking skill was measured by elaboration : 88.05%, flexibility : 86.56%,
originality : 86.56%, fluency : 83.25%. Whereas in the control class, the sequence
from the highest to the lowest is flexibility : 74.25%, elaboration : 71.64%,
fluency : 70.9%, originality : 69.4%. The conclusion of this research was Guided
Discovery learning method was had significantly affecting the creative thinking
skill on X grade of SMA Negeri 1 Teras Boyolali.
Keywords: Guided Discovery, Creative Thinking Skill.


pengalaman atau pengetahuan, baik

PENDAHULUAN
Belajar

terjadi

proses

pengalaman baru maupun sesuatu yang

perubahan tingkah laku sebagai hasil

pernah

diperoleh

atau

dari interaksi dengan lingkungannya.


sebelumnya akan tetapi menimbulkan

Lingkungan dalam hal ini dapat berupa

perhatian kembali bagi individu tersebut

manusia atau obyek-obyek lain yang

sehingga

memungkinkan individu memperoleh

interaksi. Pendapat ini didukung oleh

memungkinkan

ditemukan

terjadinya


90 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 3, hal 89-99

Slameto (1995), belajar adalah suatu

untuk berpartisipasi dan bekerja sama

proses usaha yang dilakukan seseorang

dengan orang lain, dan belajar untuk

untuk memperoleh suatu perubahan

menjadi

tingkah

secara

pembelajaran yang di perlukan adalah


hasil

yang memungkinkan di budayakannya

laku

yang

keseluruhan,

baru

sebagai

diri

sendiri.

Model


pengalamanya sendiri dalam interaksi

kecakapan

dengan lingkungannya.

terkembangkanya “sense of inquiry”

Salah satu tujuan pendidikan

berpikir

ilmiah,

dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

mengembangkan

Kreatifitas sangatlah penting


potensi peserta didik agar menjadi

dalam kehidupan sehari-hari, karena

manusia

kreatifitas merupakan suatu kemampuan

nasional

adalah

kreatif.

Menurut

Mulyasa

(2006), apabila pendidikan berhasil


yang

dengan baik sejumlah orang kreatif

kehidupan manusia. Dengan kreatifnya

akan lahir karena tugas utamanya

seseorang

pendidikan adalah menciptakan orang-

aktifitas yang bervariasi dan memiliki

orang yang mampu melakukan sesuatu

bermacam-macam

yang baru yang tidak hanya mengulang


penyelesaian terhadap suatu persoalan.

apa yang sudah ada sebelumnya.

Sesuai dengan pendapat Hawadi (2001),

Tuntutan di era globalisasi saat

dari

sangat

berarti

dapat

potensi

proses


melakukan

suatu

kemungkinan

kreatif

yang

dimiliki

ini adalah manusia yang bercirikan

seseorang

kreatif dan kritis. Akibat dari tuntutan

perbuatan, kinerja atau karya, baik


tersebut,

harus

dalam bentuk barang ataupun gagasan

mampu membekali peserta didik untuk

yang bermakna. Kreatif atau kreatifitas

menghadapi tantangan hidup secara

pada intinya kemampuan seseorang

mandiri, cerdas, rasional dan kreatif.

untuk melahirkan sesuatu hal yang baru,

Menurut Haryono (2006), pembelajaran

baik berupa gagasan maupun karya

harus mampu mengacu pada konsep

nyata, yang semuanya itu berbeda

belajar

dengan apa yang telah ada sebelumnya.

sistem

yang

pendidikan

dicanangkan

oleh

UNESCO dalam wujud “the four pillars
of education”

dapat

dalam

menunjukan

Pelaksanaan

hasil

kegiatan

yaitu belajar untuk

pembelajaran saat ini justru terkadang

mengetahui, belajar melakukan sesuatu,

menghambat kreativitas peserta didik.

belajar hidup bersama sebagai dasar

Pembelajaran saat ini siswa masih

Taufik Widhiyantoro – The Effectiveness of Guided Discovery Method 91

untuk

Kegiatan pembelajaran biologi

mengembangkan keterampilan berpikir.

saat ini cenderung hanya menggunakan

Salah

kemampuan menghafal saja.

Proses

pembelajarn biologi menurut

Trianto

kurang

diberi

satunya

berpikir

kesempatan

adalah

kreatif

keterampilan
yang

perlu

dini.

Menurut

(2008), guru masih mendominasi dan

Mulyasa (2005), proses pembelajaran

kurang memberi kesempatan bagi siswa

pada

untuk

dikembangkan

sejak

hakekatnya

mengembangkan
kreativitas

aktivitas

peserta

berbagai

untuk

interaksi

didik,
dan

dan
melalui

melalui

secara

mandiri

dan

proses

penemuan

berpikirnya.
Proses pembelajaran biologi

pengalaman

yang terjadi di lapangan yaitu siswa

belajar.
Pembelajaran biologi berkaitan
dengan

berkembang

cara

mencari

tahu

dan

cenderung tidak mau menyampaikan
ide-ide

saat

guru

mengajukan

secara

pertanyaan. Penyampaian ide-ide oleh

sistematis, dalam pembelajaran biologi

siswa saat guru mengajukan pertanyaan

siswa tidak hanya diharapkan mampu

dapat merangsang kemampuan berpikir

menguasai fakta-fakta, konsep-konsep

kreatif

maupun prinsip-prinsip saja melainkan

meningkatkan

merupakan suatu proses penemuan,

kreatif siswa kurang optimal, sehingga

sehingga

siswa belum terbiasa berpikir kreatif

memahami

alam

dalam

pembelajaran

semesta

mengembangkan

biologi

di

kelas

hendaknya ada keterlibatan aktif siswa

untuk

siswa.

Usaha

guru

kemampuan

memecahkan

suatu

untuk
berpikir

masalah

dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran

dalam pembelajaran untuk menemukan

biologi

sendiri pengetahuan melalui interaksi

seharusnya siswa diberi kesempatan

dalam lingkungan. Namun kenyataan di

untuk menemukan sendiri fakta dan

lapangan sistem penyampaiannya lebih

konsep, Menurut Rustaman (2005),

di dominasi oleh guru, serta proses

proses pembelajaran yang melibatkan

komunikasinya satu arah. Guru yang

siswa dapat diciptakan oleh guru, salah

memegang kendali, memainkan peran

satunya

aktif, sementara siswa duduk menerima

(penemuan). Hal ini didukung oleh

secara pasif.

pendapat

melalui

metode

discovery

Asmani (2010), metode

discovery merupakan suatu cara untuk

92 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 3, hal 89-99

mengembangkan cara belajar siswa

pemahaman,

aktif

Kegiatan

dengan

menemukan

sendiri,

dan

belajar

kreatif.

belajar

tidak

hanya

menyelidiki sendiri, maka hasil yang

menggunakan kemampuan menghafal,

diperoleh

dalam

sehingga konsep dan prinsip yang

ingatan serta dapat meningkatkan proses

didapat mudah di ingat lebih lama oleh

berpikir siswa.

siswa. Penelitian ini dilakukan untuk

akan

tahan

lama

Menurut Suryosubroto (2002),

mengetahui

pengaruh

penerapan

seorang guru ada yang menerapkan

metode Guided Discovery terhadap

metode penemuan terpimpin (guided

kemampuan berfikir kreatif siswa kelas

discovery), penemuan tidak terpimpin

X SMA N 1 Teras Boyolali Tahun

sama sekali dan metode inquiry. Pada

Pelajaran 2011/2012.

penemuan terpimpin (guided discovery)

METODE PENELITIAN
Penelitian ini

guru mengemukakan masalah, memberi

dilaksanakan di

pengarahan mengenai pemecahan, dan

SMA Negeri 1 Teras Boyolali kelas X

membimbing siswa dalam hal mencatat

pada semester genap tahun pelajaran

data.

terpimpin

(guided

2011/2012. Populasi dalam penelitian

rancang

untuk

ini adalah seluruh siswa kelas X SMA

mengajarkan konsep dan hubungan

Negeri 1 Teras Boyolali tahun pelajaran

antarkonsep.

2011/2012.

Penemuan

discovery)

di

Menurut

David

dkk

Pengambilan

sampel

(2009), pada saat menerapkan metode

dilakukan dengan cara cluster random

discovery terpimpin, guru lebih sedikit

sampling. Dari tujuh kelas pada kelas X

menjelaskan dan lebih banyak untuk

yang terdapat di SMA Negeri 1 Teras

mengajukan

Boyolali

pertanyaan-pertanyaan

diambil

2

kelas

sebagai

sehingga siswa cenderung aktif dan

kelompok eksperimen dan kelompok

memotivasi

kontrol.

siswa

dalam

kegiatan

Hasil

pembelajaran.
Akinbobola and Afolabi (2010),

pengambilan

sampel

secara acak diperoleh X.3 sebagai

seorang guru harus berusaha untuk

kelompok

menggunakan

pembelajaran ceramah bervariasi dan

pendekatan penemuan

kontrol

terbimbing untuk melibatkan siswa

X.1

sebagai

dalam kegiatan pemecahan masalah,

dengan

belajar mandiri, berpikir kritis dan

Discovery.

dengan

kelompok

penerapan
Variabel

metode

eksperimen

metode
bebas

Guided

pada

Taufik Widhiyantoro – The Effectiveness of Guided Discovery Method 93

metode

Pengujian hipotesis dilakukan dengan

pembelajaran dan variabel terikat yaitu

uji t (t-test) menggunakan SPSS 16.

kemampuan berpikir kreatif.

Berdasarkan hasil analisis data maka

penelitian

ini

adalah

Penelitian ini menggunakan tiga

dapat dibahas sebagai berikut:

metode pengumpulan data. Teknik tes

Tabel 1. Pengaruh Metode Guided

digunakan

Discovery

untuk

mengambil

data

kemampuan berpikir kreatif. Teknik
dokumentasi

dilakukan

mengumpukan

kemampuan

berpikir kreatif.

dengan

Berdasarkan

Tabel

1

dapat

mengambil

disimpulkan bahwa HO ditolak, maka

catatan-catatan dan menelaah dokumen

H1 diterima, artinya ada beda yang

yang ada yang dimiliki kaitan dengan

signifikan pada kemampuan berpikir

objek penelitian, sedangkan metode

siswa antara kelas kontrol dengan

observasi digunakan untuk mengetahui

metode

keterlaksanaan langkah-langkah metode

bervariasi dan kelas eksperimen dengan

pembelajaran

metode

Instrumen

data,

terhadap

Discovery.

Guided

penelitian

berupa

pembelajaran

ceramah

pembelajaran

Guided

tes

Discovery, sehingga dapat disimpulkan

diujicobakan untuk diketahui validitas

bahwa penerapan metode pembelajaran

dan

Guided

reliabilitasnya.

Rancangan

Discovery mampu

penelitian Postest Only Control Group

meningkatkan

Design. Analisis data pada penelitian ini

kreatif siswa.

menggunakan t-test (uji t). Uji prasyarat

untuk

kemampuan

Metode

Guided

berpikir

Discovery

yaitu uji normalitas menggunakan uji

merupakan metode pembelajaran yang

Kolmogorov

melibatkan siswa secara aktif dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

menemukan sendiri konsep pada materi

Dari hasil analisis deskriptif dapat

pencemaran lingkungan dan terbukti

diketahui bahwa data-data penelitian

mampu meningkatkan proses berpikir

tentang kemampuan berpikir kreatif

siswa.

berdistribusi normal sehingga keputusan

masalah, memberi pengarahan kepada

yang

siswa

berlaku

bagi

digeneralisasikan

sampel

kepada

dapat

populasi.

Peran

guru

mengenai

membimbing

mengemukakan

pemecahan,

siswa

dalam

dan
proses

Hasil uji homogenitas diketahui bahwa

pembelajaran. Interaksi antara guru dan

varians

siswa

KBK

populasi
F

P-value

66

0.000

bersifat
Kriteri
a
p-value
< 0,05

homogen.
Keputus
an
Ho
ditolak,
Terdapat
perbedaa
n yang
signifikan

tersebut

terbukti

mendorong

94 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 3, hal 89-99

siswa

meningkatkan

kemampuan

siswa dapat mengoptimalkan salah satu

berpikirnya terutama dalam hal berpikir

aspek

kreatif. Aspek berpikir kreatif meliputi

berpikir luwes (flexibility). Tayangan

berpikir lancar (fluency), berpikir luwes

video

(flexibility), berpikir orisinal (originaly),

memberi

berpikir

terperinci

mengenai

Penerapan

metode Guided Discovery

(elaboration).

kemampuan

berpikir

pencemaran

tersebut

untuk

kepada

siswa

gambaran
materi

lingkungan

yaitu

pencemaran

sehingga

ketika

guru

pada materi pencemaran lingkungan

memberikan pertanyaan siswa mampu

dilakukan

agar

siswa

mampu

menemukan konsep dan melatih proses

mengorganisasikan

bahan

pelajaran

berpikir siswa. Hal tersebut sesuai

yang

dipelajarinya

sesuai

dengan

dengan pendapat

Rustaman (2005)

kemampuannya sendiri. Guru sebagai

yang menyatakan bahwa pertanyaan

fasilitator harus memberikan bimbingan

yang diberikan guru kepada siswa akan

kepada siswa dalam kegiatan yang

mendorong siswa melatih kemampuaan

berbasis

berpikir sehingga mampu menemukan

penemuan

pada

materi

pencemaran lingkungan.
Metode

Guided

konsep
Discovery

terutama

pada

materi

pencemaran lingkungan.

yang diterapkan pada kelas X.I sebagai

Tahap kedua metode Guided

kelas eksperimen mempunya beberapa

Discovery adalah problem statement.

tahapan

Siswa

atau

langkah-langkah

diberi

kesempatan

pembelajaran. Tahap pertama yaitu

mengidentifikasi berbagai permasalahan

simulation, kegiatan pembelajaran pada

pada wacana di lembar kerja siswa.

tahap ini adalah guru menampilkan

Permasalahan yang dipilih selanjutnya

video tentang pencemaran lingkungan,

harus

kemudian guru bertanya kepada siswa

pertanyaan. Guru membimbing siswa

dengan

persoalan

untuk memecahkan suatu permasalahan

mengenai pencemaran lingkungan yang

yang terdapat pada LKS dan siswa

sudah ditayangkan di video tersebut.

dibimbing untuk membuat hipotesis

Guru meminta siswa untuk menjawab

eksperimen tentang pengaruh detergen

pertanyaan tentang macam polutan dan

terhadap

mengelompokkan

pencemaran

Guru memberikan motivasi kepada

berdasar tempatnya. Pada tahapan ini

siswa untuk menggutarakan gagasan,

mengajukan

jenis

dirumuskan

dalam

kelangsungan

hidup

bentuk

ikan.

Taufik Widhiyantoro – The Effectiveness of Guided Discovery Method 95

pendapat mereka melalui pertanyaan

Tahap keempat adalah data

yang diajukan sehingga siswa dapat

processing.

mengoptimalkan

aspek

bacaan, eksperimen, observasi, dan

berpikir

sebagainya, semua diolah, bahkan bila

lancar (fluency) dalam menyampaikan

perlu dihitung serta ditafsirkan pada

berbagai gagasan. Hal tersebut sesuai

tingkat kepercayaan tertentu. Tahapan

dengan pendapat Vassiliki Derri dan

ini pada saat pembelajaran siswa setelah

Maria Pachta (2007) bahwa penggunaan

melakukan eksperimen atau praktikum

pertanyaan

siswa

menuliskan hasil yang diperoleh pada

berpikirnya,

tabel data pengamatan yang telah

kemampuan

salah

berpikir

dapat

mengoptimalkan

satu
yaitu

membantu
proses

tetapi dengan pertanyaan yang berbeda.

Semua

informasi

hasil

tercantum pada LKS. Salah satu siswa

Tahap ketiga data collection

mengajukan pertanyaan kepada guru

adalah untuk menjawab pertanyaan atau

tentang hal-hal yang belum dipahami,

membuktikan benar tidaknya hipotesis.

misalnya ada siswa yang bertanya

Aktivitas siswa dalam tahap ini adalah

mengapa

melakukan

berdarah jika terkena detergen.

praktikum

pengaruh

detergen terhadap kelangsungan hidup
ikan.

Tahapan

Tahap

kelima

dan

adalah

verification atau pembuktian dimana

mengoptimalkan aspek berpikir kreatif

setiap siswa menganalisis apa yang

yaitu berpikir terperinci (elaboration).

didapat dari eksperimen yang dilakukan

Kegiatan

dan

mengoptimalkan

di

siswa

ikan berlendir

dapat

siswa

ini

sisik

kelas

untuk

aspek

elaboration

yaitu dengan membuat

rancangan

setiap

siswa

diminta

untuk

menyimpulkan hasil eksperimen sesuai
dengan hipotesis atau tidak.

eksperimen pengaruh detergen terhadap

Tahap

kelangsungan hidup ikan, rancangan

generalization

yaitu

dimana

siswa

eksperimennya

lebih

lanjut

hasil

rancangan,

meliputi

judul

menganalisis

permasalahan,

solusi

eksperimen

terakhir

apakah

sesuai

adalah

dengan

permasalahan, tujuan, alat dan bahan,

hipotesis yang dibuat atau belum serta

cara kerja. Peran guru pada tahapan ini

memberikan alasan-alasan yang sesuai.

hanya membimbing siswa membuat

Proses pembelajaran di kelas

suatu eksperimen, dan membantu siswa

X.3 sebagai kelas kontrol menggunakan

jika ada kesulitan.

metode ceramah bervariasi yang biasa

96 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 3, hal 89-99

digunakan guru sehari-hari. Pertemuan

Guru

pertama guru menyampaikan materi

menanggapi pertanyaan tersebut, namun

pencemaran

tidak

lingkungan

dengan

meminta

ada

siswa

ceramah. sebagian mendengarkan dan

menanggapi

mencatat hal-hal yang dianggap penting

Akibatnya

yang

mengoptimalkan

telah

disampaikan

guru.

siswa

lain

lain

yang

pertanyaan
siswa

untuk

mau

tersebut.

tidak

bisa

proses

berpikir

Pertemuan kedua siswa melakukan

kreatifnya untuk memecahkan suatu

kegiatan praktikum dikelas tetapi semua

permasalahan

langkah-langkah

sudah

pencemaran lingkungan. Hal ini tidak

tidak

sesuai dengan pendapat Wenno (2008)

untuk

yang menyatakan bahwa proses berpikir

dibuat

oleh

praktikum

guru,

merangsang

sehingga

siswa

terutama

diperlukan

materi

mengoptimalkan kemampuan berpikir

kreatif

siswa

untuk

mereka dalam hal memecahkan suatu

menemukan suatu cara baru untuk

permasalahan dan kurang mampu dalam

memecahkan suatu permasalahan.

pemahaman suatu konsep pembelajaran.

Proses pembelajaran biologi

Setelah praktikum siswa melakukan

antara kelas eksperimen dan kelas

diskusi untuk mengejakan LKS secara

kontrol berdasarkan penjelasan di atas

individu kemudian dibahas bersama di

menunjukkan perbedaan yang cukup

kelas. Saat diskusi kelas hanya beberapa

mencolok.

Kelas

siswa saja yang mau menyampaikan

pembelajaran

berpusat

pendapat

(student center) sedangkan kelas kontrol

serta

gagasannya

dalam

eksperimen
siswa

diskusi. Banyak siswa yang tidak

pembelajaran

memperhatikan dalam diskusi sehingga

(teacher center). Aktivitas siswa pada

pelaksanaan

kelas kontrol terlihat pasif karena guru

diskusi

tidak

berjalan

dengan efektif.

pada

guru

kurang memberikan kesempatan kepada

Pada akhir pembelajaran guru
meminta

berpusat

pada

siswa

untuk

mengajukan

siswa untuk menyampaikan gagasan
atau ide-ide mereka untuk memecahkan

pertanyaan jika ada poin penting yang

permasalahan

yang

belum dipahami. Salah satu siswa

pencemaran

lingkungan.

mengangkat

pertanyaan yang diajukan siswa saat

tangan

dan

bertanya

juga

terkait

sangat

dengan
Kriteria

kepada guru tentang alternatif untuk

pembelajaran

berbeda.

menanggulangi pencemaran di sungai.

Pertanyaan yang diajukan siswa pada

Taufik Widhiyantoro – The Effectiveness of Guided Discovery Method 97

kelas eksperimen sudah mengarah ke

berurutan dari yang tertinggi ke yang

proses

sedangkan

terendah flexibility 74,25 %, elaboration

pertanyaan di kelas kontrol masih

71,64 %, fluency 70,9%, originality 69,4%.

berpikir

kreatif,

Hasil

tingkat rendah karena pemahaman siswa

penelitian

mengenai

masih terbatas oleh penjelasan yang

pengaruh metode Guided Discovery

diberikan guru. Siswa di kelas kontrol

terbukti

yang

metode

kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal

bervariasi

ini didukung penelitian yang dilakukan

menggunakan

pembelajaran
cenderung

ceramah
tidak

mengerjakan

antusias

soal-soal

dan

dalam
serta

mampu

meningkatkan

oleh Astuti (2008) bahwa penerapan
metode

Discovery

berpengaruh

terhadap

kemampuan

menjawab pertanyaan yang diberikan.

signifikan

Gambar

berpikir kreatif siswa. Berdasarkan tes

1

:

Histogram

Aspek

Kemampuan Berpikir Kreatif.

kemampuan berpikir kreatif, nilai yang
tertinggi pada kelas eksperimen adalah
pada aspek elaboration, dikarenakan
pada aspek ini terdapat aktivitas siswa
membuat rancangan eksperimen sendiri
tentang pengaruh detergen terhadap
kelangsungan hidup ikan. Rancangan
eksperimennya
rancangan,

meliputi

judul

permasalahan,

solusi

permasalahan, tujuan, alat dan bahan,
cara kerja. Aspek
Gambar histogram 1 menunjukkan
rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif
pada kelas eksperimen tertinggi didapat
pada aspek elaboration yaitu sebanyak
88,05 %, sedangkan terendah pada aspek

elaboration ini

diaplikasikan pada soal untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu
berupa pertanyaan essay yang berisi
tentang penyusunan suatu rancangan

fluency yaitu sebanyak 83,2 %. Berdasarkan

eksperimen untuk mengetahui pengaruh

urutan dari nilai aspek kemampuan berpikir

detergen terhadap kelangsungan hidup

kreatif dari yang tertinggi ke yang terendah

ikan, sehingga siswa dengan mudah dan

adalah elaboration 88,05 %, flexibility

benar dalam menjawab soal tersebut.

86,56%, originality 86,56 %, fluency 83,25
%. Sedangkan pada kelas kontrol secara

Metode
mampu

Guided

meningkatkan

Discovery

kemampuan

98 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 3, hal 89-99

berpikir

kreatif

karena

keduanya

memiliki aspek yang saling berkaitan.
Hal ini dapat dilihat pada tahapantahapan metode Guided Discovery yang
mengacu pada aspek berpikir kreatif
seperti berpikir luwes (flexibility) yang
terdapat pada tahap simulation dimana
guru merangsang berpikir kreatif siswa
dengan memberi pertanyaan-pertanyaan
yang

berkaitan

pencemaran

dengan

untuk

video

dijawab

dan

dipecahkan siswa. Selanjutnya pada
tahap

collection

siswa

salah

aspek

data

mengoptimalkan

satu

berpikir kreatif yaitu elaboration untuk
membuat rancangan eksperimen serta
membuat tujuan dan alat bahan yang
digunakan.

Penjelasan

di

atas

menunjukkan bahwa metode Guided
Discovery

terbukti

meningkatkan

kemampuan berpikir

KESIMPULAN
hasil

penelitian

tentang pengaruh penerapan metode
pembelajaran

Guided

Akinbobola, A.O & Afolabi, F.O.
(2010). Constructivist practices
through guided discovery
approach: The effect on
students’
cognitive
achievement in Nigerian senior
secondary school physics.
Eurasian Journal of Physics
and Chemistry Education,
2(1):16-25.
Asmani, J.M. (2010). Tips Menjadi
Guru Inspiratif, Kreatif dan
Inovatif.
Jogjakarta:
Diva
Press.
Astuti, Dewi Puji. (2008). Pengaruh
Implementasi
Metode
Discovery
Dalam
Pembelajaran
Matematika
Terhadap
Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa . Skripsi
Tidak Dipublikasikan, UPI:
Bandung.
David, A., Paul, E., & Donald Kauchak.
(2009). Methods for Teaching.
Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

mampu

kreatif siswa.

Berdasarkan

DAFTAR PUSTAKA

Discovery

terhadap kemampuan berpikir kreatif
siswa dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh secara signifikan penerapan
metode Guided Discovery terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
X SMA Negeri 1 Teras Boyolali.

Haryono. (2006). Model Pembelajaran
Berbasis
Peningkatan
Keterampilan Proses Sains.
Jurnal Pendidikan Dasar.
Vol.7, No.1, 1-13
Hawadi R. (2001). Kreativitas. Jakarta:
PT Grasindo.
Mulyasa, Enco. (2005). Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Rustaman, Nuryani. (2005). Strategi
Belajar Mengajar Biologi.
Malang: UM Press.
Slameto. (1995). Belajar dan FaktorFaktor
yang

Taufik Widhiyantoro – The Effectiveness of Guided Discovery Method 99

Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Trianto.(2008).
Mendesain
Pembelajaran
Kontekstual
(Contextual Teaching And
Learning) Di Kelas. Jakarta:
Cerdas Pustaka Publisher.
Vassiliki Derri dan Maria Pachta. 2007.
Motor skills and concepts
acquisition and retention: a
comparison between two styles
of teaching. International
Journal of Sport Science
Volume III: 37-47 ISSN: 18853137.
Wenno I. H,. 2008. Strategi Belajar
Mengajar
Sains
Berbasis
Kontekstual. Yogyakarta: Inti
Media.