STATUS HUKUM PENGGARAP TANAH YANG BELUM DIGANTI KERUGIAN OLEH PEMEGANG HAK GUNA USAHA (HGU) YANG HAK GUNA USAHANYA TELAH BERALIH KEPEMILIKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERA.
STATUS HUKUM PENGGARAP TANAH YANG BELUM DIGANTI
KERUGIAN OLEH PEMEGANG HAK GUNA USAHA (HGU) YANG HAK
GUNA USAHANYA TELAH BERALIH KEPEMILIKAN DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN
DASAR POKOK-POKOK AGRARIA
ABSTRAK
Monica Ekananda
110110100190
Permasalahan mengenai tanah begitu banyak karena tanah
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang menyebabkan
kebutuhan akan tanah semakin meningkat, sedangkan persediaan akan
tanah itu sendiri semakin lama semakin berkurang. Salah satu
masalahnya yaitu mengenai ganti kerugian yang dituntut oleh penggarap
terhadap pemegang hak guna usaha yang terjadi di Desa Lunjuk,
Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu sebagai akibat adanya pengalihan
Hak Guna Usaha dari PT Way Sebayur kepada PT Sandabi Indah Lestari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hak penggarap dalam meminta
ganti kerugian serta perlindungan hukum yang di dapat terhadap para
penggarap yang tanah garapannya belum diganti rugi.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan yuridis
normatif, dengan spesifikasi penelitian menggunakan metode deskriptif
analitis. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan yang
ditunjang dengan penelitian lapangan dengan menggunakan data primer
dan data sekunder yang selanjutnya di analisis dengan metode kualitatif.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari penulisan ini,
disimpulkan bahwa hak garap tidak diatur di dalam UUPA. Penggarap di
Desa Lunjuk memiliki hak untuk menuntut kompensasi kepada PT Way
Sebayur, namun terhadap tuntutannya tidak dapat terpenuhi dikarenakan
telah beralihnya HGU kepada PT Sandabi Indah Lestari. Hukum
kebiasaan yang berlaku dan berkembang di Indonesia, pemberian ganti
kerugian tetap perlu dilakukan dengan di dasari itikad baik untuk menjaga
hubungan baik antara PT Sandabi Indah Lestari dengan masyarakat.
Upaya perlindungan hukum terhadap penggarap dapat dilakukan
diantaranya adalah dengan musyawarah yang dilakukan antara PT
Sandabi Indah Lestari dengan masyarakat Desa Lunjuk untuk mencapai
kesepakatan bersama, perlunya peran serta Pemerintah Daerah untuk
memfasilitasi penyelesaian masalah ini, serta perlu adanya pengakuan
mengenai hak garap dan peraturan yang mengaturnya agar jelas
mengenai hak-hak penggarap dan terciptanya kepastian hukum.
iv
KERUGIAN OLEH PEMEGANG HAK GUNA USAHA (HGU) YANG HAK
GUNA USAHANYA TELAH BERALIH KEPEMILIKAN DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN
DASAR POKOK-POKOK AGRARIA
ABSTRAK
Monica Ekananda
110110100190
Permasalahan mengenai tanah begitu banyak karena tanah
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang menyebabkan
kebutuhan akan tanah semakin meningkat, sedangkan persediaan akan
tanah itu sendiri semakin lama semakin berkurang. Salah satu
masalahnya yaitu mengenai ganti kerugian yang dituntut oleh penggarap
terhadap pemegang hak guna usaha yang terjadi di Desa Lunjuk,
Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu sebagai akibat adanya pengalihan
Hak Guna Usaha dari PT Way Sebayur kepada PT Sandabi Indah Lestari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hak penggarap dalam meminta
ganti kerugian serta perlindungan hukum yang di dapat terhadap para
penggarap yang tanah garapannya belum diganti rugi.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan yuridis
normatif, dengan spesifikasi penelitian menggunakan metode deskriptif
analitis. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan yang
ditunjang dengan penelitian lapangan dengan menggunakan data primer
dan data sekunder yang selanjutnya di analisis dengan metode kualitatif.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh dari penulisan ini,
disimpulkan bahwa hak garap tidak diatur di dalam UUPA. Penggarap di
Desa Lunjuk memiliki hak untuk menuntut kompensasi kepada PT Way
Sebayur, namun terhadap tuntutannya tidak dapat terpenuhi dikarenakan
telah beralihnya HGU kepada PT Sandabi Indah Lestari. Hukum
kebiasaan yang berlaku dan berkembang di Indonesia, pemberian ganti
kerugian tetap perlu dilakukan dengan di dasari itikad baik untuk menjaga
hubungan baik antara PT Sandabi Indah Lestari dengan masyarakat.
Upaya perlindungan hukum terhadap penggarap dapat dilakukan
diantaranya adalah dengan musyawarah yang dilakukan antara PT
Sandabi Indah Lestari dengan masyarakat Desa Lunjuk untuk mencapai
kesepakatan bersama, perlunya peran serta Pemerintah Daerah untuk
memfasilitasi penyelesaian masalah ini, serta perlu adanya pengakuan
mengenai hak garap dan peraturan yang mengaturnya agar jelas
mengenai hak-hak penggarap dan terciptanya kepastian hukum.
iv