PENERAPAN DOKTRIN ULTRA VIRES TERHADAP DIREKSI DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NO 37 TAHUN 2004 TENTANG KE.
PENERAPAN DOKTRIN ULTRA VIRES TERHADAP DIREKSI DALAM
KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANGUNDANG NO 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
DAN UNDANG-UNDANG NO 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN
DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
OLEH:
DAVID YACOB MARULI
ABSTRAK
PT sebagai sebuah badan usaha yang juga berbadan hukum
memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan hukum dengan subjek
hukum lainnya melalui organ yang ada di dalam Perseroan tersebut.
Salah satu latar belakang dibentuknya sebuah PT adalah untuk
mendapatkan keuntungan melalui aktivitas sehari-hari melalui pengurusan
yang dilakukan oleh Direksi. Dalam pelaksanaan pengambilan keputusan
direksi yang berimplikasi terhadap PT, tidak selamanya memberikan
keuntungan kepada PT sebagai sebuah badan usaha melainkan membuat
kerugian atau bahkan menyebabkan adanya permohonan kepailitan bagi
PT tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan suatu
penjelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas kepailitan yang
terjadi terhadap perusahaan yang disebabkan pelampauan kewenangan
(Ultra Vires) direksi.
Metode yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah metode
penelitian yuridis normatif yang artinya adalah metode yang bahan
utamanya adalah bahan kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum
primer seperti peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
skripsi ini, bahan hukum sekunder yang berasal dari buku-buku,
artikel,jurnal yang berhubungan dengan skripsi ini dan bahan-bahan lain
yang berguna untuk menunjang penyelesaian skripsi ini.
Sehubungan dengan adanya pelampauan kewenangan dari direksi
sebuah PT sehingga menyebabkan adanya permohonan kepailitan
terhadap perusahaan menurut ketentuan yang ada dalam Pasal 104
UUPT dapat diterapkan tanggung jawab pribadi. Selain itu, terhadap
perusahaan juga diberikan kesempatan untuk membuat adanya suatu
tuntutan hukum untuk dapat membuktikan adanya pelampauan
kewenangan (Ultra Vires) sebagaimana diatur dalam Pasal 28 UUKPKPU
sehingga harta yang digunakan untuk pelunasan utang sebagaimana
diatur dalam Pasal 21 UUKPKPU berasal dari harta pribadi direksi bukan
harta perusahaan.
KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANGUNDANG NO 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
DAN UNDANG-UNDANG NO 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN
DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
OLEH:
DAVID YACOB MARULI
ABSTRAK
PT sebagai sebuah badan usaha yang juga berbadan hukum
memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan hukum dengan subjek
hukum lainnya melalui organ yang ada di dalam Perseroan tersebut.
Salah satu latar belakang dibentuknya sebuah PT adalah untuk
mendapatkan keuntungan melalui aktivitas sehari-hari melalui pengurusan
yang dilakukan oleh Direksi. Dalam pelaksanaan pengambilan keputusan
direksi yang berimplikasi terhadap PT, tidak selamanya memberikan
keuntungan kepada PT sebagai sebuah badan usaha melainkan membuat
kerugian atau bahkan menyebabkan adanya permohonan kepailitan bagi
PT tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan suatu
penjelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas kepailitan yang
terjadi terhadap perusahaan yang disebabkan pelampauan kewenangan
(Ultra Vires) direksi.
Metode yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah metode
penelitian yuridis normatif yang artinya adalah metode yang bahan
utamanya adalah bahan kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum
primer seperti peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
skripsi ini, bahan hukum sekunder yang berasal dari buku-buku,
artikel,jurnal yang berhubungan dengan skripsi ini dan bahan-bahan lain
yang berguna untuk menunjang penyelesaian skripsi ini.
Sehubungan dengan adanya pelampauan kewenangan dari direksi
sebuah PT sehingga menyebabkan adanya permohonan kepailitan
terhadap perusahaan menurut ketentuan yang ada dalam Pasal 104
UUPT dapat diterapkan tanggung jawab pribadi. Selain itu, terhadap
perusahaan juga diberikan kesempatan untuk membuat adanya suatu
tuntutan hukum untuk dapat membuktikan adanya pelampauan
kewenangan (Ultra Vires) sebagaimana diatur dalam Pasal 28 UUKPKPU
sehingga harta yang digunakan untuk pelunasan utang sebagaimana
diatur dalam Pasal 21 UUKPKPU berasal dari harta pribadi direksi bukan
harta perusahaan.