ART Susi Septi H, Daru P Perilaku Seks Pranikah fulltext

(1)

PERILAKU SEKS PRANIKAH DALAM BERPACARAN

(Studi Kasus Perilaku Seks Pr anikah di Lingkungan Remaja di Kota Salatiga)

Oleh:

Susi Septi Harningrum

1

Drs. Daru Purnomo, M.Si

2

ABSTRACT

Salat iga demogr aphic sit uat ion show s t hat in a decade (2000-2010) t he population gr ow t h r at e has incr eased. Salat iga Religious Cour t said that t her e isa policy t hat caused t he Mar r iage Dispensat ionof Mar r iage Relat ions, w hich one of t he couple's age int o t he t een cat egor y. Hencet he need for a sociological st udy t o examine t he sexual behavior among adolescent s. The pur pose of t his r esear ch is t o descr ibe t he behavior of pr emar it al sex among t eenager s in dat ing, cont r ibut ing fact or san dt he impact on social life. This r esear ch is adescr ipt ive st udy w it h a quali t at ive appr oach. The uni t of obser vat ion is dat ing t he t een had pr emar it al sex, w hile t he uni t of analysis is t he pr emar it al sexual behavior in dat ing, causes and effect s of social li fe. The findings of t his st udy ar e pr emar it al sexual behavior isasympt omat ic and has been r egar ded asacommon pr act ice w hen dat ing. The r oot s of t his behavior is t he exist ence of at aboot hing t hat mat t er s r elat ing t o sex. In addit ion, given t he lack of sex educat ion makes adolescent s w ho have high cur iosi t y w as sear ching for i nfor mat ion onminor s and t he mediaso t hat t he confir mat ion has not been r eceived cor r ect ly. This is w hat causes deviant behavior . The impact of pr emar it al sexual behavi or led t o a shift in t he value of t he sanct it y of t he inst i t ut ion of mar r iage. Sex per for med aft er ent er ing t he mar r iage w ill happen but t he r ealit y is sex do w hen dat ing.

Keywords: sex, teen, dati ng, social deviati on.

1

Fakult as Ilm u Sosial dan Ilm u Kom unikasi

2


(2)

1. PENDAHULUAN

Laju per t umbuhan penduduk Salat iga dalam sat u dekade mengalami peningkat an dar i 153.036 jiw a menjadi 170.332. Dengan meningkatnya laju per t umbuhan penduduk maka nampak sekali bahw a Salat iga t er masuk kot a dengan t ingkat kelahir an (Tot al Fer t ilit y Rat e/ TFR) yang cukup t inggi yakni 2,7%, TFR yang t inggi umumnya ber kor elasi dengan jumlah usia pr odukt if yang besar dan per ist iw a per kaw inan yang t erjadi pada suat u w ilayah. Per ist iw a per kaw inan yang t er cat at di Pengadilan Agama Salat iga menyebut kan bahw a ada kebijakan Dispensasi Kaw in yang disebabkan Hubungan Luar Nikah yait u melalui Penet apan No. 05/ Pdt .P/ 2005/ PA.Sal3,

kasus per nikahan yang t er jadi kar ena hubungan di luar nikah at au pasangan yang t elah melakukan seks pr anikah. Salah sat u usi a pasangan t er sebut masuk dalam kat egor i r emaja akhir yait u usia 18-21 t ahun dan t elah hamil.

Keadaan masyar akat sekar ang ini sedang mengalami anomi yait u suat u sist em sosial dimana t idak ada pet unjuk at au pedoman t ingkah laku (Siahaan, 2007). Kebiasaan dan at ur an-at ur an yang ber laku kini t idak ber laku lagi. Akibat nya t er jadi individualism, individu-individu ber t indak menur ut kepent inganya masing-masing dan t idak memper hat ikan nor ma-nor ma. Keadaan anomi ini t ent u t idak hanya ber laku t er hadap anggot a masyar akat dew asa, melainkan juga t er hadap gener asi muda seper t i r emaja. Salah sat u bukt i t ent ang adanya kondisi anomi di kalangan r emaja adalah dalam segi kehidupan seksual yait u t er jadinya per gaulan bebas. Nor ma-nor ma masyar akat , budaya dan agama sehar usnya mampu mempengar uhi per ilaku seseor ang sehingga menjadi pegangan t er hadap per ilaku-per ilaku menyimpang, t er masuk per ilaku seks pr anikah. Namun, dalam r ealit asnya t eknologi komunikasi dan globalisasi t elah menyebabkan masuknya ber macam-macam nor ma dan nilai bar u yang ber asal dar i budaya luar yang menyebabkan t er jadinya seks pr anikah. Oleh kar ena it u maka per lu adanya

3

ht t p:/ / share.pdfonline.com / 959619a0c30942fbb5ea6ce4c69eb837/ w s4001.pdf, diunduh t anggal 8 Januari 2013 pukul 12.05 WIB.


(3)

suat u kajian sosiologis mengenai per ilaku seks pranikah di kalangan r emaja, dengan t ujuan penelit ian adalah menggambar kan per ilaku seks pr anikah, menjelaskan fakt or penyebab dan menggambar kan dampak t er hadap kehidupan sosial.

Ker angka Pemikir an Penelitian

Bagan 1

Ker angka Pikir Penelitian

Keter angan :

Individu het er oseksual ber int er aksi yang didasar i rasa cint a, kasih dan sayang unt uk menjalin suat u hubungan yait u ber pacar an. Ket ika ber pacar an r emaja melakukan seks pr anikah, yait u suat u penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial yang dimaksud adalah suat u penyimpangan at au penyelew engan at as nilai dan nor ma yang t elah disepakat i oleh masyar akat baik secar a t er t ulis maupun t idak t er t ulis. Dalam pr oses ber pacar an t er sebut muncul per ilaku seks at au seks pr anikah dan apa sajakah faktor -fakt or yang

Remaja Perempuan

Remaja Laki-laki

Berpacaran

Penyim pangan Sosial

Seks Pranikah

Faktor Penyebab Munculnya

Perilaku Seks Pranikah


(4)

mendor ong t er jadinya per ilaku seks pr anikah t er sebut . Dalam masyar akat hubungan seks dilakukan oleh or ang-or ang yang cukup umur dan set elah melakukan per nikahan baik negar a maupun agama. Namun, ket ika ber pacar an t er dapat r emaja yang sudah melakukan seks pr anikah, inilah yang bisa dikat akan sebagai penyimpangan sosial. Kemudian dampak apa yang akan didapat r emaja ket ika dia sudah melakukan seks pr anikah.

2. KAJIAN TEORITIS

Penyimpangan sosial yait u sit uasi dimana masyar akat menganggap or ang ser t a per ilaku t er t ent u dianggap melanggar at ur an at au konvensi yang ada (Siahaan, 2002). Penyimpangan sosial melihat per ilaku dan mer eka yang dianggap sebagai pelanggar at ur an. Pada kenyat aannya penyimpangan sosial t er jadi dalam kehidupan sehar i-har i. Penyimpangan ini dapat kit a lihat melalui media massa seper t i sur at kabar , media elekt r oni k seper t i t elevisi, maupun media yang lain. Cont oh penyimpangan sosial yang t er jadi dalam kehidupan sehar i-sehar i adalah homoseksual, lesbian, pr ost itusi, por nogr afi, por noaksi dan seks pr anikah.

Menur ut Sar w ono, seks pr anikah adalah hubungan seksual yang dilakukan r emaja t anpa adanya ikat an per nikahan. Remaja melakukan ber bagai macam per ilaku seksual ber esiko yang t er dir i at as t ahapan-t ahapan t er t ent u yait u dimulai dar i ber pegangan t angan, cium ker ing, cium basah, ber pelukan, memegang at au mer aba bagian sensit if, pet t ing, or al sex, dan ber senggama (sexual int er cour se), per ilaku seksual pr anikah pada r emaja ini pada akhir nya dapat mengakibat kan ber bagai dampak yang mer ugikan r emaja it u sendiri. Ser t a per ilaku seks pr anikah adalah akt ivit as fisik, yang menggunakan t ubuh unt uk mengekspr sikan per asaan er ot is at au per asaan afeksi kepada, law an jenisnya diluar ikat an per nikahan (Nevid dalam Nevid, Rat hus dan Rat hus 1995).


(5)

Ber ikut beber apa bahaya ut ama akibat seks pr anikah dan seks bebas:

a. Mencipt akan kenangan bur uk. Apabila seseor ang t er bukt i t elah melakukan seks pr anikah at au seks bebas maka secar a mor al per ilaku dihant ui r asa ber salah yang ber lar ut lar ut . Keluar ga besar pun t ur ut menangung malu sehingga menjadi beban ment al yang ber at.

b. Mengakibat kan kehamilan dan Abor si Hubungan seks sat u kali saja bisa mengakibat kan kehamilan bila dilakukan pada masa subur . Kehami lan yang t er jadi akibat seks bebas menjadi beban ment al yang luar biasa. Kahamilan yang dianggap “kecelakaan” ini mengakibat kan kesusahan dan malapet aka bagi pelaku bahkan ket ur unannya. Menggugur kan Kandungan (abor si) dan pembunuhan bayi. Abor si mer upakan t indakan medis yang ilegal dan melanggar hukum. Abor si mengakibat kan kemandulan bahkan Kanker Rahim. Menggugur kan kandungan dengan car a abor si tidak aman, kar ena dapat mengakibat kan kemat ian.

Konsep anomie di kembangkangkan oleh seor ang sosiologi dar i Per ancis, Emile Dur kheim. Ist ilah Anomie dapat diar t ikan sebagai ketiadaan nor ma. Konsep t er sebut dipakai unt uk menggambar kan suat u masyar akat yang memiliki banyak nor ma dan nilai yang sat u sama lain saling ber t ent angan. Suat u mayar akat yang anomis (t anpa nor ma) t idak mempunyai pedoman mant ap yang dapat dipelajar i dan di pegang oleh par a anggot a masyar akat nya.

Dalam pandangan lain, penyimpangan per ilaku mer upakan pr oses belajar . Edw in H Shut her land (1974) menyebut nya differ ent ial associat ion unt uk mengindikasikan bahw a sebagian besar dar i kit a belajar unt uk menyimpang dar i nor ma-nor ma masyar akat melalui kelompok-kelompok yang ber beda t empat kit a ber gaul. Menur ut nya penyimpangan adalah konsekuensi kemahir an dan penguasaan suat u sikap at au t indakan yang dipelajar i dar i nor ma-nor ma yang menyimpang, t er ut ama dar i sub kult ur at au diant ar a t eman-t eman sebaya yang menyimpang. Ada sembilan pr oposisi dalam t eor i asosiasi defer ensial ini :


(6)

1. Per ilaku menyimpang adalah hasil dar i pr oses belajar at au yang dipelajar i.

2. Per ilaku menyimpang dipelajar i seseor ang dalam int er aksinya dengan or ang lain dan melibat kan komunikasi yang int ens.

3. Per ilaku menyimpang t er jadi dalam kelompok-kelompok per sonal yang int im dan akr ab.

4. Hal-hal yang dipelajar i dalam pr oses t er bent uknya per ilaku menyimpang adalah : (a) t eknis-t eknis penyimpangan; (b) petunjuk khusus t ent ang mot ivasi, dor ongan dan r asionalisasi.

5. Tujuan khusus mot ifasi dan dor ongan dipelajar i dar i mendifinisikan nor ma yang mnegunt ungkan dan t iadak mengunt ungkan. Pr oposisi ini meur pakan pengakuan adanya per t ent angan nor ma. Individu akan mempelajar i alasan baik unt uk menganut at au melanggar per an yang diber ikan. Misalnya, seseor ang akan mencur i suat u bar ang yang diasur ansikan sehingga pemiliknya t idak t er lalu r ugi.

6. Seseor ang menjadi menyimpang kar ena per t imbangan yang lebih mengunt ungkan jika melanggar nor ma dibandingkan dengan t idak melanggar nya. Ini adalah pr oposisi kunci t eor i ini. Per ilaku individu dipengar uhi pengalaman belajar yang saling ber t ent angan, jika penyimpangan dianggap lebih mengunt ungkan ia akan melakukan penyimpangan. Per lu dicatat bahw a hubungan asosi asi disini bukan hanya dengan penyimpang, t et api juga dengan definisi, nor ma at au pola per ilaku. Pr oposisi ini juga menjelaskan bahw a seseor ang t idak menjadi penyimpang kar ena pert imbangan yang mengunt ungkan jika t idak melakukan penyimpangan.

7. Difer ensial associat ionber agam dalam fr ekuensi, dur asu, pr ior it as dan int ensit as. Fr ekuensi dan dur asi adalah penjelasan pr ibadi t er gant ung ber apa lama seseor ang t er ekspos oleh definisi t er t ent u dan kapan dimulainya. Int ensit as menyangkut pr est os sumber pola per ilaku.


(7)

8. Pr oses belajar per ilaku menyimpang melalui asosiasi dengan pola penyimpang dan non-penyimpang t er masuk ke dalam semua mekanisme yang ada pada pr oses belajar . Jadi t idak ada pr oses belajar yang unik dalam pr oses melakukan per ilaku menyimpang.

9. Walaupun per ilaku menyimpang adalah ekspr esi kebut uhan umum dan nilai-nilai, ia t idak dijelaskan oleh kebut uhan dan nilai-nilai it u kar ena per ilaku non-menyimpang juga mer upakan ekspr esi dar i kebut uhan dan nilai-nilai yang sama.

Dalam fenomena seks pr anikah di kalangan r emaja mer upakan akibat dar i adanya per t ent angan nilai dan nor ma dalam hubungan law an jenis at au hubungan ber pacar an. Fenomena seks pr anikah diaw ali dengan ber pacar an. Ber pacar an sebenar nya juga sudah melanggar nilai dan nor ma, seper t i per gi ber duaan, ber pegangan t angan, ber ciuman bahkan sampai melakukan seks pr anikah. Konst r uksi sosial membiar kan laki-laki dan per empuan unt uk ber pacar an t anpa pelar angan yang memaksa. Hal t er sebut t anpa disadar i mempengar uhi per ilaku pasangan pacar an. Semakin banyak yang mengikuti maka semakin kecil pengaw asan t er hadap penyimpangan sosial t er sebut .

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelit ian ini menggunakan pendekat an kualit at if yang t idak menggunakan sampling, dengan menggunakan pendoman per t anyaan yang dit ujukan kepada infor man kunci. Jenis penelit ian menggunakan penelit ian deskr ipt if unt uk menggambar kan secar a mendalam mengenai per ilaku seks pr anikah. Menyangkut kajian ut ama maka unit amat an pada penelitian ini adalah r emaja pasangan het er oseksual yang t elah melakukan hubungan seks sedangkan unit analisanya adalah per ilaku seks pr anikah, fakt or penyebab dan dampak kehidupan t er hadap kehidupan sosial.

Dat a pr imer diper oleh dar i hasil w aw ancar a kepada infor man kunci yait u r emaja yang t elah melakukan hubungan seks pr anikah. Dat a sekunder


(8)

diper oleh dar i lembaga-lembaga yang t er kait dengan masalah penelit ian seper t i BAPPERMAS, BPS Kot a Salat iga dan hasil penelit ian-penelit ian sebelumnya. Penelit ian dilakukan pada bulan Febr uar i 2014 sampai Mei 2014 mengacu pada ket er sediaan dan keluangan w akt u nar asumber . Analisa dat a dilakukan mulai dar i t ahap menelaah selur uh dat a yang t er sedia dar i ber bagai sumber , kemudian ber usaha unt uk menampilkan dat a yang r elevan, sehingga menjadi infor masi yang dapa disimpulkan dan memiliki makna t er t ent u sampai dengan t ahap akhir yait u penyusunan kesimpulan.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Masa r emaja mer upakan masa t r ansisi dar i masa kanak-kanak menuju kedew asaan. Per ilaku masa r emaja juga ber aneka r agam, seper t i ber pacar an bahkan ada yang sampai melakukan hubungan seks pr anikah pada saat ber pacar an.

4.1 Per ilaku Seks Pr anikah

Ber dasar kan hasil penelit ian yang dilakukan dapat diket ahui bahw a r emaja melakukan hubungan dengan law an jenis dalam ar t i ber pacar an adalah sebagai st at us sosial. Kalau ada st at us maka ada per an yang har us dilakukan. Per an mer upakan sesuat u yang har us dilakukan sesuai dengan st at us yang disandangnya. Ber pacar an adalah int er aksi het er oseksual yang didasar i oleh r asa cint a, kasih dam sayang unt uk menjalin suat u hubungan yang lebih dekat pada esensinya unt uk saling mengenal lebih jauh menuju per nikahan at au unt uk mencar i pasangan hidup yang dianggap cocok (Bacht iar A.K, 2004). Remaja hanya memikir kan st at usnya saja, t et api mer eka t idak mengetahui per an dalam ber pacar an it u seper t i apa. Oleh kar ena it u bagi r emaja per an dalam ber pacar an adalah unt uk senang-senang saja. Maka dar i it u sekar ang sudah t er jadi per ubahan nilai dar i pacar an it u sendir i. Dulu pacar an diar tikan sebagai t ahap pendekat an dua individu law an jenis unt uk melangkah ke jenjang yang lebih for mal yait u ikat an per nikahan, namun sekar ang pacar an


(9)

diar t ikan hanya unt uk st at us saja supaya dit er ima dalam lingkungan. Ber ikut hasil w aw ancar a penelit i dengan nar asumber :

“Saya mulai mengenal ber pacar an sejak SMP ya... itu pun saya tahu lewat sinetron-sinetr on, dan dari temen-temen juga udah ada yang pacar an. Saya mulai ber pacaran sejak kelas 1 SMP”4

“Saya mulai mengenal pacar an sejak SD ber awal dari suka-sukaan sama temen SD sekelas. Lalu SMP temen-temen udah ada yang ber pacar an, di TV juga banyak banget sinetr on yang ceritanya tentang r emaja cinta-cintaan pacaran. Tapi saya per tama kali pacaran itu SMA kelas 1"5

Dar i pet ikan w aw ancar a di at as dapat dilihat bahw a media mempunyai pengar uh yang cukup t inggi t er hadap per ilaku r emaja. Dalam hal ini per ilaku r emaja t er hadap law an jenis. Media dapat ber fungsi sebagai pember i infor masi, hibur an dan sosialisasi. Dalam kasus diat as media yang aw alnya ber t ujuan unt uk member ikan hibur an akan t et api dar i hibur an it u r emaja menangkapnya sebagai infor masi t ent ang per ilaku or ang ber pacar an. Remaja ber pacar an pada saat sekolah mempunyai ber bagai alasan. Namun, menur ut hasil w aw ancar a penelit i dengan beber apa nar asumber bahw a alasan per t ama kali r emaja melakukan hubungan ber pacar an adalah unt uk st at us. Ber ikut hasil w aw ancar a penelit i :

“Alasan saya berpacar an waktu itu buat seneng-seneng aja dalam ar ti mengikuti perkembangan jaman aja secar a tidak langsung ter pengar uh oleh lingkungan mbak”6

4

Transkrip w aw ancara dengan B, t anggal 26 Februari 2014.

5

Transkrip w aw ancara dengan P t anggal 2 M aret 2014.

6


(10)

“Saya per tama kali ber pacar an dengan Toni pada saat kelas 1 SMA kar ena status sih mbak belum punya rasa seneng sih biar dapat pengakuan dar i temen-temen.”7

Ber dasar kan pet ikan w aaw ancar a t er sebut dapat diket ahui bahw a r emaja melakukan hubungan dengan law an jenis dalam ar t i ber pacar an adalah sebagai st at us sosial. Kalau ada st at us maka ada per an yang har us dilakukan. Per an mer upakan sesuat u yang har us dilakukan sesuai dengan st at us yang disandangnya. Ber pacar an adalah int er aksi het er oseksual yang didasar i oleh r asa cint a, kasih dam sayang unt uk menjalin suat u hubungan yang lebih dekat pada esensinya unt uk saling mengenal lebih jauh menuju per nikahan at au unt uk mencar i pasangan hidup yang dianggap cocok (Bacht iar A.K, 2004). Remaja hanya memikir kan st at usnya saja, t et api mer eka t idak mengetahui per an dalam ber pacar an it u sepert i apa. Oleh kar ena it u per an yang dilakukan oleh r emaja pacar an didefinisikan seper t i suami ist ri yang akhir nya juga melakukan hubungan suami ist r i yait u seks.

Pacar an dianggap sebagai pint u masuk yang lebi h dalam lagi yait u hubungan seksual pr anikah sebagai w ujud kedekat an dua or ang law an jenis yang sedang ber pacar an. Tanpa ada komit men yang jelas r emaja t er baw a unt uk melakukan hubungan seksual dengan pacar nya. Remaja mendapat pengalaman per t ama melakukan hubungan seksual pr anikah dar i pacar nya. Kenapa sampai r emaja ini melakukan hubungan seksual pr anikah? Kar ena int ensit as ber t emu, selain it u juga t er dapat pengar uh dar i media yang didor ong dar i r asa ingin t ahu yang t inggi maka r emaja melakukan hubungan seksual pr anikah pada saat ber pacar an. Dar i sini juga t er jadi per geser an nilai dan nor ma. Nilai mer upakan sesuat u yang dianggap benar , nilai yang dimaksud adalah seks it u adalah kebut uhan jasmani suami ist r i. Nor ma mer upakan at ur an unt uk ber t indak (Tr i, 2000). Menur ut jenis nor ma maka t er masuk nor ma t at a kelakuan (mor es). Nor ma yang dimaksud adalah hubungan seks it u har usnya dilakukan set elah melakukan per nikahan, akan t et api nilai it u ber ubah seks dilakukan pada saat ber pacar an. Ber ikut pet ikan w aw ancar anya :

7


(11)

“Dulu konsep pacar an saya itu nggak kayak anak sekar ang nggak aneh-aneh, hanya main bar eng tapi kalu ciuman itu udah saya mbak. Gaya pacar an dengan yang kedua ini no sex tapi gr epe-gr epe. Gaya pacar an yang kelima ini saya no sex tapi sempet per nah diajakin “gitu” tapi saya menolak kar ena takut hamil. Dengan yang Jakar ta ini saya bisa ber tahan lama kar ena saya per tama kali melakukan seks. “8

Menur ut Sar w ono, seks pr anikah adalah hubungan seksual yang dilakukan r emaja t anpa adanya ikat an per nikahan. Remaja melakukan ber bagai macam per ilaku seksual ber esiko yang t er dir i at as t ahapan-t ahapan t er t ent u yait u dimulai dar i ber pegangan t angan, cium ker ing, cium basah, ber pelukan, memegang at au mer aba bagian sensit if, pet t ing, or al sex, dan ber senggama (sexual int er cour se), per ilaku seksual pr anikah pada r emaja ini pada akhir nya dapat mengakibat kan ber bagai dampak yang mer ugikan r emaja it u sendiri. Ser t a per ilaku seks pr anikah adalah akt ivit as fisik, yang menggunakan t ubuh unt uk mengekspr sikan per asaan er ot is at au per asaan afeksi kepada, law an jenisnya diluar ikat an per nikahan. Per ilaku seks pr anikah dapat dikat egor ikan dalam per ilaku menyimpang itu kar ena per ilaku t er sebut dipelajar i. Penyimpangan tidak diw ar iskan, juga bukan hasil dar i ker usakan ot ak dan lainnya. Per ilaku seks pr anikah it u dipelajar i melalui int er kasi dengan or ang lain dalam kasus ini or ang lain t er sebut adalah dalam pr oses komunikasi. Dalam kasus ini per ilaku seks pr anikah t er jadi kar ena keint ensit asnya r emaja ber pacar an ini dalam ber t emu dan melihat gaya ber pacar an or ang lain, dar i sit u mer eka melihat dan mempelajar inya. Bagian pent ing dalam pr oses belajar per ilaku menyimpang t er jadi dalam hubungan yang intim. Hubungan int im yang dimaksudkan adalah int ensit as ber t emu r emaja dalam ber pacar an.Ber ikut hasil t emuan penelit i dengan nar asumber yang t elah melakukan hubungan seks pr anikah ket ika ber pacar an :

“Saya per tama kali melakukan seks waktu SMP tapi itu dipaksa sama pacar saya yang per tama itu yang 8


(12)

1,5 tahun.Saya melakukan fr ee seks dengan tiga or ang pacar saya, yang per tama itu yang SMP yang kedua itu waktu SMA temen sekolah saya dan yang ketiga itu yang sekar ang menjadi pacar saya”9

“kita udah melakukan fr ee sex mbak itu ter jadi sekitar 3 bulan setelah kejadian dan itu ter jadi pada saat saya kelas 2 SMA, Sempet ya mbak dia maksa saya untuk fr ee sex awalnya saya menolak kar ena saya mau menjaga keper awanan saya tapi akhirnya kebobolan juga deh mbak. Awalnya memang paksaan tapi lama-lama saya juga menikmatinya mbak.”10

Yang t er masuk dipelajar i dalam pr oses menyimpang (seks pr anikah adalah t eknik penyimpangan dan mot if dar i penyimpangan t er sebut . Mot if dipelajar i dar i mendefiniskan nor ma yang mengunt ungkan dan t idak mengunt ungkan. Individu akan mempelajar i alasan baik unt uk menganut at au melanggar per an yang diber ikan. Seper ti sepasang r emaja yang sedang ber pacar an. Mer eka mempunyai st at us sebagai pacar or ang akan t et api per an sebagai seor ang pacar it u belum jelas definisinya. Sehingga par a r emaja ini mendefinisikan per an pacar it u seper t i per an suami ist ri dan akhir nya per ilaku yang dilakukan oleh suami ist r i juga dilakukan oleh r emaja yang sedang ber ada pada masa ber pacar an yait u melakukan hubungan suami ist r i at au seks pr anikah.Individu menjadi menyimpang kar ena per t imbangan yang lebih mengunt ungkan jika melanggar nor ma dibandingkan dengan tidak melanggar nor ma. Remaja melakukan seks pr anikah kar ena lebih mengunt ungkan bisa mer asakan hubungan suami ist r i t anpa har us menikah. Per ilaku individu dipengar uhi pengalaman belajar yang saling ber t ent angan, jika penyimpangan dianggap lebih mengunt ungkan ia akan melakukan penyimpangan.Ber ikut t emuan penelit i dar i w aw ancar a dengan beber apa nar asumber :

9

Transkrip w aw ancara dengan B, t anggal 26 Februari 2014

10


(13)

“Saya melakukan fr ee sex itu kar ena bagi saya untuk memenuhi hasr at saya bahkan kadang saya yang minta itu sama pacar saya. Ga ada paksaan dar i pacar saya. Saya pernah pake pengaman mbak waktu melakukan hubungan intim, r asanya sih sama aja ya mbak tapi kalo pake pengaman itu lebih aman aja, biar saya ga hamil. Kalau sampai hamil dengan pacar yang sekar ang sih sepakat menggurkan, karena kita mikirnya kondisi masih ikut or ang tua, masih kuliah itu beban banget. ”11

“Saya mulai melakukan seks itu umur 18 tahun awal kuliah. Saya melakukan seks dengan 3 or ang. Sama yang LDR, B dan T. Saya melakukan seks itu di hotel dan di kos, saya nggak pernah menggunakan pengaman. Kar ena r asanya itu ga enak.Sebenarnya saya sudah janji tidak akan melakukan seks, tapi kondisi per tama kali seks itu kar ena sedikit dipaksa. Jadi gini mbak ketika sudah melakukan seks tiba-tiba nggak melakukan seks pasti ada gejala-gejala fisik kur ang enak lah, lemes lah tapi saya bukan hyper sex lho mbak.”12

4.2 Faktor Penyebab Per ilaku Seks Pr anikah 4.2.1 Ter paan New Media

Masa r emaja adalah masa t r ansisi at au masa per alihan dar i st at us kanak-kanak menuju st at us dew asa. Pada masa r emaja mulai t er t ar ik t er hadap hal-hal bar u yang belum per nah mer eka t emui sebelumnya. Rasa ingin t ahu muncul dan ber kembang sesuai dengan per t umbuhan r emaja. Suar diman (1995) menyat akan bahw a r emaja pada fase akhir memiliki minat yang

11

Trasnkrip w aw ancara dengan B, t anggal 26 Februari 2014.

12


(14)

meningkat t er hadap law an jenis (het er oseksualit as). Sement ar a it u, Enchar t a (2005) menyat akan bahw a pada masa r emaja ter jadi peningkatan per ilaku seksual. Rasa ingin t ahu yang t inggi menyebabkan r emaja akan mendor ong r emaja ini unt uk mencar i infor masi mengenai seks dar i ber bagai sumber . Banyaknya sumber infor masi seper t i t elevisi (Film dan Sinet r on), sur at kabar , handphone, dan int er net memper mudah r emaja unt uk mengaksesnya. Kar ena dengan mudahnya akses infor masi yang mer eka dapat kan maka semakin tidak t er sar ing pula dan infor masi yang mer eka t er ima. Hal ini diper kuat dengan t emuan penelit i dar i nar asumber :

“Tapi saya tau seks itu ya dar i inter net, buku liat film bokep, temen ku yang udah melakukan seks”13

Dengan adanya globalisasi dan masuknya ber bagai macam kebudayaan bar at yang liber al, maka pembicar aan mengenai seks seakan-akan sudah menjadi hal yang biasa di kalangan par a r emaja. Selain it u juga per kembangan t eknologi semakin cepat dan pesat , sehingga memudahkan r emaja unt uk mecar i infor masi melalui media apa saja. Sekar ang jar ang dit emui par a r emaja membaw a handphone yang tidak bisa digunakan unt uk mengakses int er net . Melalui alat canggih t er sebut mer eka dapat dengan mudah mengakses sit us-sit us yang t er kait dengan por nogr afi, mulai dar i cer it a, ber it a, gambar maupun video. Cukup dengan mengakses google at au yang lain dan memasukkan ist ilah t er nt ent u maka akan muncul sit us-sit us por nogr afi.

4.2.2 Pendidikan Seks

Pendidikan seksual yang minim menjadi salah sat u pemicu seks pr anikah. Pendidikan seksual bukan unt uk mengajar kan seseor ang melakukan seks akan t et api dengan adanya pendidikan seksual maka seseor ang akan dapat menget ahui car a menjaga kesehatan r epr oduksinya dan dapat menget ahui efek dar i seks pr anikah, sehingga mer eka t ahu dan dapat menghindar inya. Sebab it u pendidikan seksual sehar usnya diber ikan at au dimasukkan ke dalam sat u mat a pelajar an di sekolah supaya dapat menjadi

13


(15)

kont r ol dar i per ilaku menyimpang ini. Hal ini diper kuat dengan t emuan penelit i, bahw a nar asumber yang melakukan hubungan seks pr anikah t idak per nah mendapat kan pendidikan seks baik di sekolah maupun di r umah.

“Saya tidak pernah mendapat pendidikan seks, tapi saya tau seks itu ya dari inter net, buku liat film bokep, temen ku yang udah melakukan seks.”14

Namun ada kasus ber beda, ada nar asumber yang mendapat pendidikan seksual di sekolah akan t et api mer eka t et ap saja melakukan hubungan seks pr anikah. Pendidikan seksual yang mer eka dapat kan it u hanya per bedaan biologis ant ar a per empuan dan laki-laki.

“Selama ini saya pernah mendapatkan pendidikan seks itu pun hanya sekali waktu SD dan itu hanya mener angkan biologis fisik per empuan dan laki-laki, seper ti kita ini per empuan kita punya organ r epr oduksi ini-ini... ya cuman itu aja mbak jadi menurut saya kur ang mengena lah”15

“Saya per nah mendapatkan pendidikan seks waktu saya per tama kali menstrulasi sama mamah, dibilangin untuk menjaga daer ah kewanitaan karena r awan penyakit, cuman itu.”16

Pendidikan seks memang har us diber ikan kepada par a r emaja sebagai kont r ol t er hadap per ilaku menyimpang. Akan t etapi disini diper lukan ker ja sama dar i ber bagai pihak seper t i keluar ga, sekolah dan lembaga t er kait unt uk melakukan pendidikan seks. Keluar ga mer upakan kesat uan kelompok t er keci l di dalam masyar akat . Lembaga keluar ga mengat ur manusia dalam melanjut kan keluar ga (r epr oduksi), dengan fungsinya mengat ur masalah hubungan seksual, t anggung jaw ab mendidik anak, mengat ur hubungan keker abat an dan memiliki fungsi afeksi (pembent ukan sikap et ika dan nor ma,

14

Transkrip w aw ancara dengan T, t anggal 14 April 2014.

15

Transkrip w aw ancara dengan B, t anggal 26 Februari 2014.

16


(16)

ser t a mengat ur masalah ekonomi keluar ga dan melaksanakan pengendalian sosial. Fungsi lembaga pendidikan adalah membant u or ang dalam mengembangkan pot ensi dan memper siapkan dir i dalam dunia ker ja, member ikan ket r ampilan dasar , ment r ansmisi kebudayaan, dan membent uk manusia sosial17. Fungsi dar i lembaga agama adalah bant uan t er hadap

pencar ian ident it as mor al, member ikan penafsir an-penafsir an unt uk membant u memper jelas keadaan lingkungan fisik dan sosial seseor ang, peningkat an kadar ker amahan ber gaul, kohesi sosial, dan solidar it as kelompok. Pendidikan seks yang t elah dilakukan oleh sekolah dan keluar ga t er nyat a belum bisa mencegah t er jadinya per ilaku menyimpang. Bahkan dar i pendidikan seks yang dilakukan it u menjadi pint u dar i r asa ingin t ahu r emaja. Dapat disimpulkan bahw a per an dan fungsi lembaga-lembaga t er sebut t idak ber jalan sesuai dengan r ealit a.

4.3 Dampak Per ilaku Seks Pr anikah ter hadap Kehidupan Sosial

Dampak seks pr anikah t er hadap kehidupan sosial r emaja dapat dilihat dar i int er aksi pelaku seks pr anikah t er hadap or ang lain, ser t a kondisi pendidikan mer eka. Dalam hal int er aksi dengan or ang lain pelaku seks pr anikah akan menut up dir i kar ena t elah melakukan sesuat u yang menyimpang dan t idak mengindahkan nilai dan nor ma di masyar akat . Akan t et api penelit i menemukan per bedaan. Pelaku seks pr anikah tidak menut up dir i dengan lingkungan. Mer eka ber sikap sepert i biasa, seper t i yang kebiasaan yang ser ing mer eka lakukan sebelum melakukan seks pr anikah. Hal ini diper kuat dengan hasil w aw ancar a ber ikut :

“Per gaulan saya dengan teman-teman saya itu karena teman-teman saya juga melakukan seks tapi ada satu teman saya yang tidak melakukan seks karena dia anak pendeta. Menurut saya seks itu sudah nggak tabu lagi, kar ena kalau menur ut saya kalau dipikir dengan ga per awan lagi itu ga bisa move on itu cewek 17

ht t p:/ / w w w .uin-alauddin.ac.id/ dow


(17)

bodoh kar ena cowok sekar ang juga nggak ter lalu mikirin cewek per awan apa nggak. Dulu waktu per tama kali melakukan seks itu saya takut ber hubungan lagi sama cowok, tapi uniknya temen-temen saya juga melakukan itu jadi itu memotivasi saya untuk tidak menutup dir i. Setelah melakukan seks itu saya ser aching untuk kesehatan seper ti dibersihkan dengan daun sirih. Seks ini juga tidak mengganggu pendidikan saya karena pendidikan saya malah tambah bagus.”18

Hal ini sesuai dengan per nyat aan Sut her land (1974) mengenai per ilaku menyimpang ber asal dar i sub kult ur at au diant ar a t eman-t eman sebaya yang menyimpang. Remaja menyimpang kar ena lingkungan ber gaulnya juga menyimpang. Remaja ber per ilaku menyimpang kar ena mer eka lebih t er buka dengan t eman-t emannya dar ipada dengan or ang yang lebih dew asa. Sehingga konfir masi yang mer eka t er ima salah kar ena mer eka mencar i konfir masi t er hadap or ang yang salah pula. Selain it u mer eka menganggap bahw a keper aw anan sudah t idak menjadi hal yang pent ing dalam suat u ikat an per nikahan. Per ubahan sosial ini mer upakan per geser an nilai dan nor ma yang selama ini ber laku di masyar akat . Masyar akat menganggap bahw a ket ika hubungan seks hanya boleh dilakukan ket ika sudah ber ada dalam satu ikatan yait u per nikahan. Namun r ealit anya r emaja sekar ang sudah melakukan hubungan seks pr anikah pada saat mer eka ber pacar an. Sehar usnya keper aw anan adalah kado t er indah unt uk suami, namun diber ikan kepada pacar nya. Dulu keper aw anan dianggap sebagai ukur an har ga dir i seor ang per empuan, namun sekar ang nilai t er sebut sudah hi lang.

4.4 Refleksi Hasil Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelit ian ini penulis melihat penelit ian yang t elah dilakukan sebelumnya dengan t ema yang sama. Ber ikut t emuan

18


(18)

hasil penelit ian dar i Dar u Pur nomo dan Set o Her w andit o mengenai Dampak Per nikahan Usia Dini Ter hadap Kondisi Sosio Ekonomi Keluar ga :

1. Minimnya penget ahuan dan pendidikan t ent ang sexualit as secar a benar menjadi var iabel penyebab paling besar t er jadinya “kecelakaan” sehingga per nikahan dini “t er paksa” dilakukan. Rasa ingin t ahu, ket idakmampuan menyeleksi infor masi, dan t iadanya bimbingan dar i or ang dew asa t er kait dengan sexualit as menyebabkan infor masi yang diper oleh t idak benar . Lebih lanjut , kemudahan memper oleh infor masi menyebabkan semakin banyak infor masi yang diper oleh r emaja. Infor masi yang masuk mer upakan st imulus yang kuat ,dor ongan int er nal akibat banyaknya hor mon yang dihasilkan dit ambah st imulus yang kuat akan semakin memper besar dor ongan sisw a unt uk mencoba melakukan hubungan seks.

2. Lingkungan keluar ga dan lingkungan masyar akat yang semakin per misif (longgar ) dikar enakan kesibukan or ang t ua kar ena peker jaan, dan lingkungan per t emanan yang kur ang sehat menjadi var iable t er jadinya hubungan sex pr a-nikah dan menjadi fact or pot ensial t er jadinya per kaw inan usia muda.

Hal yang sama juga dit emukan oleh penulis, bahw a minimnya penget ahuan dan pendidikan seks ser t a lingkungan per t emanan menjadi fakt or -fakt or penyebab per ilaku seks pr anikah. Sesuai dengan per nyat aan Sut her land bahw a penyimpangan it u dipelajar i dalam hubungan inter aksi dengan or ang lain melalui pr oses komunikasi. Pr oses penyimpangan melalui per gaulan melibat kan semua mekanisme yang ber laku dalam set iap pr oses belajar . Hal ini ber ar t i dalam pr oses penyimpangan t er jadi kar ena komunikasi yang int ens ant ar a dengan pasangan dan t eman-t eman seper gaulan. Selain it u kar ena minimnya penget ahuan dan pendidikan seks membuat r emaja hanya mendapat kan sebagian kecil infor masi yang dit er ima sehingga r emaja mencar i sendiri kelengkapan infor masinya. Ket ika r emaja ini sudah mendapat kan infor masi, mer eka konfir masi pada or ang yang belum t ahu juga mengenai


(19)

kebenar an infor masinya sehingga konfir masi yang dit er ima pun juga belum t epat .

Hasil penelit ian dar i Devi Set iaw at i t ent ang “Per sepsi Remaja Mengenai Pendidikan Seks”, per sepsi r emaja mengenai pendidikan seks adalah pendidikan seks dipandang oleh r emaja sebagai sesuat u yang pent ing, ber nilai positif, ser t a ber manfaat bagi mer eka dalam membant u per soalan hidup r emaja. Melalui pendidikan seks r emaja mampu mengar ahkan per ilaku seksualnya agar t idak menyimpang dar i nor ma yang ada ser t a dapat t er hindar dar i hal-hal yang negat if. Dengan kat a lain r emaja memandang pendidikan seks sebagai alat unt uk mencegah t er jadinya penyalahgunaan seks. Remaja menganggap pendidikan seks mampu menjaw ab keingint ahuan dan r asa penasar an mer eka akan segala hal yang ber kait an dengan seks. Oleh kar ena it u r emaja menganggap pendidikan seks sebagai suat u kebut uhan dan mer eka t idak menabukannya.

Ber dasar kan penelit ian t er sebut penulis juga menemukan hal yang sama, pendidikan seks it u per lu diber ikan akan t et api pendidikan seks yang t idak sekedar per bedaan biologis per empuan dan laki-laki saja akan t et api pendidikan yang lebih luas lagi seper t i dampak fr ee sexser t a pencegahan yang har us dilakukan, sehingga t idak menimbulkan r asa ingin t ahu yang tinggi yang nant inya akan memicu r emaja mencar i sendir i infor masi yang ber kait an dengan seks.

Ber dasar kan penelit ian-penelit ian sebelumnya yang penulis dapat kan bahw a penelit ian sebelumnya memper kuat penelit ian yang dilakukan oleh penulis. Fakt or -fakt or penyebab per ilaku seks pr anikah dalam ber pacar an adalah r asa ingin t ahu yang t inggi dan per gaulan ser t a minimnya pendidikan seks. Hal lain yang dit emukan penulis adalah per ilaku seks pr anikah dalam ber pacar an t er jadi kar ena per ubahan at au per geser an nilai dan nor ma dalam ber pacar an. Nilai ber pacar an yang dahulu dimaknai sebagai t ahapan unt uk mendapat kan pasangan hidup yang akan ber kelanjut an ke jenjang per nikahan, namun sekar ang ber pacar an dimaknai hanya sebagai st at us saja. Remaja t idak memahami per an ber pacar an it u seper t i apa, maka dar i it u per an ber pacar an


(20)

disamakan dengan per an suami ist ri yait u ber hubunngan seks. Selain it u dengan ber kembangnya media juga mempunyai dampak yang posit if dan juga negat if. Dampak posit ifnya adalah set iap individu dapat bebas mengakses ber bagai infor masi melalui ber bagai media. Namun kar ena kebebasan ini lah yang membjadikan media ini mempunyai dampak negat if yait u mer eka dapat mudah menemukan dan mengakses infor masi yang tidak layak unt uk diakses misalnya por nogr afi, r asisme, kr iminalit as at aupun hal-hal yang sifatnya menghasut unt uk melakukan akt ivit as negat if yang memungkinkan t er jadinya per ilaku menyimpang. Pada t at ar an individu, or ang yang menggunakan int er net akan mengalami r ealit as diluar apa yang dijalaninya sehar i-har i. Pada t itik t er t ent u or ang yang mengakses t eknologi infor masi dengan fasilit as komunikasi via int er net misalnya menjadi t idak peduli dengan t at anan mor al, sist em nilai dan nor ma yang t elah disepakat i ber sama dalam masyar akat19.

Dalam kasus diat as dapat disimpulkan bahw a kont r ol sosial melemah. Kont r ol sosial at au pengendalian sosial menur ut Soer jono Soekant o (1981) adalah suat u pr oses baik yang dir encanakan at au t idak dir encanakan, yang ber t ujuan unt uk mengajak, membimbing at au bahkan memaksa w ar ga masyar akat agar memat uhi nilai-nilai dam kaidah-kaidah yang ber laku. Salah sat u penyebab melemahnya kont r ol sosial adalah t er jadi per ubahan gemeinschaft ke gesellschaft . Gemeinschaft mer upakan bent uk kehidupan ber sama, dimana ant ar anggot anya mempunyai hubungan bat in yang mur ni yang sifat nya alamiah yang nyat a dan or ganis, seper t i keluar ga. Gesselschaft mer upakan bent uk kehidupan ber sama yang mempunyai hubungan yang ber sifat pamr ih dan dalam jangka w akt u yang pendek ser t a ber sifat mekanis. Hal inilah yang membuat masyar akat per misif kar ena dengan per ubahan t er sebut membuat sikap individualis semakin tinggi dan ber sikap acuh t er hadap kondisi sekit ar .

19

ht t p:/ / m ew acana.blogspot.com / 2013/ 03/ perspekt if-dan-teori-kom unikasi-m assa.htm l, diunduh hari Rabu t anggal 6 Agust us 2014, jam 11.00 WIB.


(21)

5. KESIMPULAN

Hasil penelit ian dan t emuan lapangan dapat disimpulkan hal-hal sebagai ber ikut :

1) Per ilaku seks pr anikah dalam ber pacar an mer upakan suat u fenomena yang menggejala di kalangan r emaja. Hal ini t er jadi kar ena ket idakt ahuan makna dan nilai ber pacar an yang sebenar nya yait u int er aksi het er oseksual yang didasar i r asa cint a dan kasih unt uk menjalin suat u hubungan yang lebih dekat pada esensinya unt uk saling mengenal lebih jauh menuju per nikahan at au unt uk mencar i pasangan hidup yang dianggap cocok. Sehingga t er jadi per ubahan nilai ber pacar an yait u dahulu unt uk mencar i pasangan hidup yang akan dit er uskan ke lembaga per nikahan sekar ang ber ubah menjadi ber pacar an hanya unt uk st at us dan diakui oleh t eman-t eman seper gaulannya. Ket ika ada st at us maka selalu didampingi dengan per an yang akan dilakukan sesuai dengan st at us yang disandang. Disinilah t er jadi penyimpangan ber pacar an. Par a r emaja melakukan per an ber pacar an it u seper t i per an suami ist r i yait u melakukan seks. Dar i sini juga t er jadi per nyimpangan t er hadap kesakr alan lembaga per nikahan yang mengat ur bahw a hubungan suami ist r i (seks) hanya boleh dilakukan set elah menikah akan tet api r ealit a sekar ang sudah biasa dilakukan pada saat mer eka masih ber pacar an.

2) Fakt or yang menyebabkan per ilaku seks pr anikah dalam ber pacar an adalah r asa ingin t ahu dan per gaulan, ser t a minimnya pendidikan seks. Rasa ingin t ahu muncul dan ber kembang sesuai dengan per t umbuhan r emaja. Rasa ingin t ahu yag t inggi menyebabkan r emaja mencar i infor masi mengenai seks dar i ber bagai media. Banyaknya infor masi yang diber ikan media membuat r emaja dengan mudah mengaksesnya. Dengan mudahnya akses infor masi yang mer eka dapat kan maka semakin t idak t er sar ing pula infor masi yang mer eka t er ima. Dalam hal per gaulan ket ika r emaja sudah melakukan hubungan seks pr anikah


(22)

t er nyat a mer eka juga mendapat kan suat u dukungan dar i t eman-t emannya yang juga menyimpang. Hal ini sesuai dengan per nyaeman-t aan Sut her land bahw a penyimpangan adalah konsekuensi kemahir an dan penguasaan suat u sikap at au t indakan yang dipelajar i dar i nor ma yang menyimpang t er ut ama dar i subkult ur at au diant ar a t eman-t eman yang menyimpang. Ser t a minimnya pendidikan seks yang diber ikan kepada r emaja juga menjadi penyebab per ilaku seks pr anikah, kar ena infor masi yang diber ikan t idak t ot al dalam ar t ian hanya per bedaan biologis laki-laki dan per empuan. Hal ini lah yang menjadi pint u masuk r asa ingin t ahu r emaja.

3) Dampak yang t er jadi t er hadap kehidupan sosial r emaja yang t elah melakukan seks pr anikah adalah dalam hal per t emanan, pelaku per ilaku seks pr anikah t idak menut up dir i, mer eka ber sikap seper t i biasa. Dalam hal pendidikan pelaku juga ber pr est asi di sekolah. Hal ini dilakukan kar ena r emaja mencoba menut upi per ilaku menyimpangnya. Remaja ber per ilaku menyimpang kar ena r emaja ini t er nyata lebih t er buka kepada t eman-t eman sebayanya dar i or ang yang lebih dew asa dalam hal ini keluar ga. Sehingga konfir masi yang mer eka t er ima salah, kar ena mer eka mecar i konfir masi t er hadap or ang yang salah juga. Selain it u t er jadi pergeser an nilai dan nor ma ser t a budaya ber pacar an. Nilai keper aw anan mulai t er kikis dan nor ma ser t a budaya ber pacar an juga sudah ber ubah. Dahulu ber pacar an t idak melakukan kont ak fisik, akan t et api sekar ang melakukan seks pr anikah dalam ber pacar an it u sudah dianggap suat u hal yang biasa.

Penutup

Sebagai penut up, maka ber dasar kankesimpulan hasil penelit ian ini, penelit i mengajukan sar an sebagai ber ikut, dar i kacamat a sosiologi melihat kasus seks pr anikah di kalangan r emaja it u sebaiknya lembaga keluar ga, agama, dan sekolah per lu difungsikan lagi. Kemudian hal yang ber bau seks jangan dianggap sesuat u yang t abu lagi, t api diber i penjelasan dan pemahaman it u bisa dilakukan di r umah. Di sekolah bisa melakukan pr ogr am Pusat


(23)

Infor masi dan Konseling (PIK) unt uk membant u mencegah masalah-masalah yang sedang dihadapi r emaja dengan pendidikan sebaya maupun pendidikan konselor . Unt uk masalah per kembangan t eknologi r emaja t idak boleh dibat asi dalam per kembangannya akan t et api di kont r ol supaya r emaja dapat “melek media”.


(24)

Daftar Pustaka

Bacht iar , A.K (2004). Hubungan Cint a Remaja : Mengungkap Pola dan Per ilaku Cint a Remaja. Cet . I Yogyakar t a : Saujana.

Doyle P Johnson.1988. Teor i Sosiologi Klasik dan Moder n. Jil 1. Jakar t a: Gr amedia

Kar t ono, Kar t ini, 1981. Pat ologi Sosial. Bandung : CV Rajaw ali

Siahaan, Jokie M.S, 2002. Sosiologi Per ilaku Menyimpang. Jakar t a : Unier sit as Ter buka.

Soekant o, Soer jono, 1976. Remaja dan Masalah-Masalahnya. Jakar t a : BPK Gunung Mulia.


(1)

kebenar an infor masinya sehingga konfir masi yang dit er ima pun juga belum t epat .

Hasil penelit ian dar i Devi Set iaw at i t ent ang “Per sepsi Remaja Mengenai Pendidikan Seks”, per sepsi r emaja mengenai pendidikan seks adalah pendidikan seks dipandang oleh r emaja sebagai sesuat u yang pent ing, ber nilai positif, ser t a ber manfaat bagi mer eka dalam membant u per soalan hidup r emaja. Melalui pendidikan seks r emaja mampu mengar ahkan per ilaku seksualnya agar t idak menyimpang dar i nor ma yang ada ser t a dapat t er hindar dar i hal-hal yang negat if. Dengan kat a lain r emaja memandang pendidikan seks sebagai alat unt uk mencegah t er jadinya penyalahgunaan seks. Remaja menganggap pendidikan seks mampu menjaw ab keingint ahuan dan r asa penasar an mer eka akan segala hal yang ber kait an dengan seks. Oleh kar ena it u r emaja menganggap pendidikan seks sebagai suat u kebut uhan dan mer eka t idak menabukannya.

Ber dasar kan penelit ian t er sebut penulis juga menemukan hal yang sama, pendidikan seks it u per lu diber ikan akan t et api pendidikan seks yang t idak sekedar per bedaan biologis per empuan dan laki-laki saja akan t et api pendidikan yang lebih luas lagi seper t i dampak fr ee sexser t a pencegahan yang har us dilakukan, sehingga t idak menimbulkan r asa ingin t ahu yang tinggi yang nant inya akan memicu r emaja mencar i sendir i infor masi yang ber kait an dengan seks.

Ber dasar kan penelit ian-penelit ian sebelumnya yang penulis dapat kan bahw a penelit ian sebelumnya memper kuat penelit ian yang dilakukan oleh penulis. Fakt or -fakt or penyebab per ilaku seks pr anikah dalam ber pacar an adalah r asa ingin t ahu yang t inggi dan per gaulan ser t a minimnya pendidikan seks. Hal lain yang dit emukan penulis adalah per ilaku seks pr anikah dalam ber pacar an t er jadi kar ena per ubahan at au per geser an nilai dan nor ma dalam ber pacar an. Nilai ber pacar an yang dahulu dimaknai sebagai t ahapan unt uk mendapat kan pasangan hidup yang akan ber kelanjut an ke jenjang per nikahan, namun sekar ang ber pacar an dimaknai hanya sebagai st at us saja. Remaja t idak memahami per an ber pacar an it u seper t i apa, maka dar i it u per an ber pacar an


(2)

disamakan dengan per an suami ist ri yait u ber hubunngan seks. Selain it u dengan ber kembangnya media juga mempunyai dampak yang posit if dan juga negat if. Dampak posit ifnya adalah set iap individu dapat bebas mengakses ber bagai infor masi melalui ber bagai media. Namun kar ena kebebasan ini lah yang membjadikan media ini mempunyai dampak negat if yait u mer eka dapat mudah menemukan dan mengakses infor masi yang tidak layak unt uk diakses misalnya por nogr afi, r asisme, kr iminalit as at aupun hal-hal yang sifatnya menghasut unt uk melakukan akt ivit as negat if yang memungkinkan t er jadinya per ilaku menyimpang. Pada t at ar an individu, or ang yang menggunakan int er net akan mengalami r ealit as diluar apa yang dijalaninya sehar i-har i. Pada t itik t er t ent u or ang yang mengakses t eknologi infor masi dengan fasilit as komunikasi via int er net misalnya menjadi t idak peduli dengan t at anan mor al, sist em nilai dan nor ma yang t elah disepakat i ber sama dalam masyar akat19.

Dalam kasus diat as dapat disimpulkan bahw a kont r ol sosial melemah. Kont r ol sosial at au pengendalian sosial menur ut Soer jono Soekant o (1981) adalah suat u pr oses baik yang dir encanakan at au t idak dir encanakan, yang ber t ujuan unt uk mengajak, membimbing at au bahkan memaksa w ar ga masyar akat agar memat uhi nilai-nilai dam kaidah-kaidah yang ber laku. Salah sat u penyebab melemahnya kont r ol sosial adalah t er jadi per ubahan gemeinschaft ke gesellschaft . Gemeinschaft mer upakan bent uk kehidupan ber sama, dimana ant ar anggot anya mempunyai hubungan bat in yang mur ni yang sifat nya alamiah yang nyat a dan or ganis, seper t i keluar ga. Gesselschaft mer upakan bent uk kehidupan ber sama yang mempunyai hubungan yang ber sifat pamr ih dan dalam jangka w akt u yang pendek ser t a ber sifat mekanis. Hal inilah yang membuat masyar akat per misif kar ena dengan per ubahan t er sebut membuat sikap individualis semakin tinggi dan ber sikap acuh t er hadap kondisi sekit ar .

19


(3)

5. KESIMPULAN

Hasil penelit ian dan t emuan lapangan dapat disimpulkan hal-hal sebagai ber ikut :

1) Per ilaku seks pr anikah dalam ber pacar an mer upakan suat u fenomena yang menggejala di kalangan r emaja. Hal ini t er jadi kar ena ket idakt ahuan makna dan nilai ber pacar an yang sebenar nya yait u int er aksi het er oseksual yang didasar i r asa cint a dan kasih unt uk menjalin suat u hubungan yang lebih dekat pada esensinya unt uk saling mengenal lebih jauh menuju per nikahan at au unt uk mencar i pasangan hidup yang dianggap cocok. Sehingga t er jadi per ubahan nilai ber pacar an yait u dahulu unt uk mencar i pasangan hidup yang akan dit er uskan ke lembaga per nikahan sekar ang ber ubah menjadi ber pacar an hanya unt uk st at us dan diakui oleh t eman-t eman seper gaulannya. Ket ika ada st at us maka selalu didampingi dengan per an yang akan dilakukan sesuai dengan st at us yang disandang. Disinilah t er jadi penyimpangan ber pacar an. Par a r emaja melakukan per an ber pacar an it u seper t i per an suami ist r i yait u melakukan seks. Dar i sini juga t er jadi per nyimpangan t er hadap kesakr alan lembaga per nikahan yang mengat ur bahw a hubungan suami ist r i (seks) hanya boleh dilakukan set elah menikah akan tet api r ealit a sekar ang sudah biasa dilakukan pada saat mer eka masih ber pacar an.

2) Fakt or yang menyebabkan per ilaku seks pr anikah dalam ber pacar an adalah r asa ingin t ahu dan per gaulan, ser t a minimnya pendidikan seks. Rasa ingin t ahu muncul dan ber kembang sesuai dengan per t umbuhan r emaja. Rasa ingin t ahu yag t inggi menyebabkan r emaja mencar i infor masi mengenai seks dar i ber bagai media. Banyaknya infor masi yang diber ikan media membuat r emaja dengan mudah mengaksesnya. Dengan mudahnya akses infor masi yang mer eka dapat kan maka semakin t idak t er sar ing pula infor masi yang mer eka t er ima. Dalam hal per gaulan ket ika r emaja sudah melakukan hubungan seks pr anikah


(4)

t er nyat a mer eka juga mendapat kan suat u dukungan dar i t eman-t emannya yang juga menyimpang. Hal ini sesuai dengan per nyaeman-t aan Sut her land bahw a penyimpangan adalah konsekuensi kemahir an dan penguasaan suat u sikap at au t indakan yang dipelajar i dar i nor ma yang menyimpang t er ut ama dar i subkult ur at au diant ar a t eman-t eman yang menyimpang. Ser t a minimnya pendidikan seks yang diber ikan kepada r emaja juga menjadi penyebab per ilaku seks pr anikah, kar ena infor masi yang diber ikan t idak t ot al dalam ar t ian hanya per bedaan biologis laki-laki dan per empuan. Hal ini lah yang menjadi pint u masuk r asa ingin t ahu r emaja.

3) Dampak yang t er jadi t er hadap kehidupan sosial r emaja yang t elah melakukan seks pr anikah adalah dalam hal per t emanan, pelaku per ilaku seks pr anikah t idak menut up dir i, mer eka ber sikap seper t i biasa. Dalam hal pendidikan pelaku juga ber pr est asi di sekolah. Hal ini dilakukan kar ena r emaja mencoba menut upi per ilaku menyimpangnya. Remaja ber per ilaku menyimpang kar ena r emaja ini t er nyata lebih t er buka kepada t eman-t eman sebayanya dar i or ang yang lebih dew asa dalam hal ini keluar ga. Sehingga konfir masi yang mer eka t er ima salah, kar ena mer eka mecar i konfir masi t er hadap or ang yang salah juga. Selain it u t er jadi pergeser an nilai dan nor ma ser t a budaya ber pacar an. Nilai keper aw anan mulai t er kikis dan nor ma ser t a budaya ber pacar an juga sudah ber ubah. Dahulu ber pacar an t idak melakukan kont ak fisik, akan t et api sekar ang melakukan seks pr anikah dalam ber pacar an it u sudah dianggap suat u hal yang biasa.

Penutup

Sebagai penut up, maka ber dasar kankesimpulan hasil penelit ian ini, penelit i mengajukan sar an sebagai ber ikut, dar i kacamat a sosiologi melihat kasus seks pr anikah di kalangan r emaja it u sebaiknya lembaga keluar ga, agama, dan sekolah per lu difungsikan lagi. Kemudian hal yang ber bau seks jangan dianggap sesuat u yang t abu lagi, t api diber i penjelasan dan pemahaman


(5)

Infor masi dan Konseling (PIK) unt uk membant u mencegah masalah-masalah yang sedang dihadapi r emaja dengan pendidikan sebaya maupun pendidikan konselor . Unt uk masalah per kembangan t eknologi r emaja t idak boleh dibat asi dalam per kembangannya akan t et api di kont r ol supaya r emaja dapat “melek media”.


(6)

Daftar Pustaka

Bacht iar , A.K (2004). Hubungan Cint a Remaja : Mengungkap Pola dan Per ilaku Cint a Remaja. Cet . I Yogyakar t a : Saujana.

Doyle P Johnson.1988. Teor i Sosiologi Klasik dan Moder n. Jil 1. Jakar t a: Gr amedia

Kar t ono, Kar t ini, 1981. Pat ologi Sosial. Bandung : CV Rajaw ali

Siahaan, Jokie M.S, 2002. Sosiologi Per ilaku Menyimpang. Jakar t a : Unier sit as Ter buka.

Soekant o, Soer jono, 1976. Remaja dan Masalah-Masalahnya. Jakar t a : BPK Gunung Mulia.