Kepuasan Kerja Sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah ( Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung).

(1)

i

KEPUASAN KERJA SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA

MANAJERIAL APARAT PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung)

SKRIPSI

Oleh :

NI GUSTI AYUNDA RATNA MENTARI NIM : 1215351130

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

KEPUASAN KERJA SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

APARAT PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung)

SKRIPSI

Oleh :

NI GUSTI AYUNDA RATNA MENTARI NIM : 1215351130

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 21 Maret 2016

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. IGAN Budiasih, SE., M.Si ………

2. Sekretaris : Ketut Alit Suardana, SE., M.Si, Ak ………

3. Anggota : Dr. Dodik Ariyanto, SE., M.Si, AK ………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. A.A.G.P Widanaputra SE., M.Si., Ak Ketut Alit Suardana, SE., M.Si, Ak NIP. 19650323 199103 1 004 NIP. 19570925 198601 1 002


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, April 2016 Mahasiswa,

Ni Gusti Ayunda Ratna Mentari NIM 1215351130


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kepuasan Kerja Sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE.,M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. A.A.G.P Widanaputra SE., M.Si., Ak dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak I Made Karya Utama, SE., M.Com,.Ak selaku Pembimbing Akademis yang telah membimbing saya selama berkuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(6)

v

5. Bapak Ketut Alit Suardana, SE., M.Si,. Ak selaku dosen pembimbing telah berkenan meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, masukan, kesabaran serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Dodik Ariyanto, SE., M.Si,. Ak selaku dosen pembahas yang telah memberikan saran dan masukan untuk penulisan skripsi ini.

7. Segenap dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas segala bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

8. Seluruh pegawai Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung yang tidak bisa penuls sebutkan satu – persatu yang telah banyak membantu memberikan data dan informasi yang diperlukan penulis dalam penelitian.

9. Keluarga, I Gst. Bagus Ketut Sukawirya SE,. MM , Dra. Dewi Indrawati dan I Gst. Ngurah Bagus Dony Wiraputra atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya untuk memotivasi, memberikan doa, masukan dan nasehat kepada penulis dalam studi.

10. A.A Gde Aditya Krisna SE. yang selau memberikan dukungan, motivasi, serta membantu dan memberi masukan/saran selama pembuatan skripsi ini.

11. Sahabat, Ida Ayu Enny Kiranayanti, Tri Istri Utami, Anggi Jayastini, Ria Arista Dewi, Putri Sari Talamaosandi, Ayu Puspita Dewi, Ayu Pramitari , dan Diah Savitri yang selalu memberikan dukungan dan saran kepada penulis.

12. Seluruh Pegawai dan Staf di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, yang telah memberikan bantuan dalam proses pengadministrasian skripsi.


(7)

vi

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan motivasi dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.

Denpasar, 2016


(8)

vii

Judul : Kepuasan Kerja sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung)

Nama : Ni Gusti Ayunda Ratna Mentari NIM : 1215351130

Abstrak

Penelitian tentang proses penyusunan anggaran dan efektivitasnya dalam meningkatkan kinerja manajerial merupakan topik yang penting, karena anggaran menjadi alat utama pengendalian setiap organisasi. Kabupaten Badung dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Kabupaten Badung (LAKIP) menyatakan bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Badung sangat baik. Karena adanya ketidak konsistenan dari beberapa hasil penelitian sebelumnya, maka penting menambahkan kepuasan kerja sebagai variabel pemoderasi, karena kepuasan kerja merupakan salah satu aspek yang dapat berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah dengan kepuasan kerja sebagai pemoderasi di Pemerintah Daerah Kabupaten Badung.

Responden dari penelitian ini adalah Kepala Dinas, Kepala Sub Bagian, dan Kepala Bidang di masing masing dinas dilingkungan SKPD Kabupaten Badung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data kuisioner yang disebar sebanyak 96 buah dan kusioner yang kembali tetap berjumlah 96. Alat analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu Moderated Regression Analysis (MRA).

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penelitian ini membuktikan partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah daerah serta kepuasan kerja berpengaruh positif antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah.

Kata Kunci: Partisipasi penyusunan anggaran, kinerja aparat pemerintah, kepuasan kerja.


(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.5 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 10

2.1.1 Teori Kontijensi ... 10

2.1.2 Teori Psikologi ... 11

2.1.3 Anggaran ... 12

2.1.4 Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 15

2.1.5 Kinerja Manajerial Aparat Pemerintahan ... 18

2.1.6 Kepuasan Kerja ... 20

2.2 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 DesainPenelitian ... 24

3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 25

3.3 Obyek Penelitian ... 25

3.4 Identifikasi Variabel ... 25

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 26

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 27

3.6.1 Jenis Data ... 27

3.6.2 Sumber Data ... 28

3.7 Populasi, Sampel, dan Teknik Penentuan Sampel ... 29

3.7.1 Populasi ... 29


(10)

ix

3.7.3 Teknik Penentuan Sampel ... 30

3.8 Instrument Penelitian... 30

3.8.1 Uji Validitas ... 30

3.8.2 Uji Reliabilitas ... 31

3.9 Teknik Analisis Data ... 31

3.9.1 Uji Statistik Deskriptif ... 31

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 32

3.9.3 Pengujian Hipotesis ... 33

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Badung ... 37

4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung ... 38

4.1.2 Struktur Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah ... 39

4.2 Deskripsi Responden ... 40

4.3 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 43

4.3.1 Uji Validitas ... 43

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 45

4.4 Deskripsi Variabel Penelitian ... 46

4.5 Analisis Regresi Moderasi ... 47

4.5.1 Uji Asumsi Klasik ... 47

4.5.2 Pengujian Hipotesis ... 49

4.6 Pembahasan Penelitian ... 54

4.6.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah ... 54

4.6.2 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah dengan Kepuasan Kerja sebagai Pemoderasi ... 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 57

5.2 Saran ... 57

DAFTAR RUJUKAN ... 59


(11)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Rincian Pengiriman Kuesioner ... 42

4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 44

4.3 Hasil Uji Reliabilias Penelitian ... 45

4.4 Deskripsi Skor Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Aparat ... 46

4.5 Hasil Uji Normalitas ... 47

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 48

4.7 Hasil Analisis Regresi Moderasi ... 49

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 51


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Model Penelitian ... 24 4.1 Struktur Organisasi SKPD ... 40


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Kuisioner... 64

2 Daftar uji coba kuisioner ... 69

3 Deskriptif Penelitian ... 78

4 Uji Validitas ... 79

5 Uji Reliabilitas ... 82

6 Analasis MRA ... 85

7 Uji Normalitas ... 86


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintah daerah diberikan kebebasan serta keleluasaan dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan asas desentralisasi yang dianut oleh Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, daerah provinsi, dan kabupaten/kota. Pemerintah daerah dituntut untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menerapkan asas-asas pelayanan publik seperti transparasi, akuntabilitas, pastisipatif, kesamaan hak, keseimbangan hak, serta kewajiban. Setiap organisasi pemerintahan pusat maupun daerah dalam melaksanakan tugasnya wajib untuk memiliki perencanaan yang telah disusun dalam bentuk anggaran. Anggaran sebagai bentuk rumusan berbagai kebijakan pemerintah yang telah diatur. Menurut Freeman dalam Nordiawan (2010:53), anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. Didalam anggaran akan dapat dilihat seberapa besar fungsi pemerintah dalam melaksanakan berbagai urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya.


(15)

2

Sebagai salah satu implementasi dari akuntabilitas kinerja pemerintah, makan dilaksanakan kewajiban pertanggungjawaban yang dimulai dari proses perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan atas tugas dan fungsi pemerintah dalam bentuk penetapan anggaran. Oleh karena itu, anggaran dianggap sebagai pencerminan program kerja (Bastian, 2010:66). Keberhasilan dalam proses penyusunan anggaran salah satunya dapat dipengaruhi oleh sikap dan prilaku pihak yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Tahap penyusunan anggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun (Rahayu, dkk. 2007). Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan partisipasi merupakan pendekatan yang lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan lainnya (Lestari dan Sudaryono, 1994). Partisipasi anggaran merupakan tingkat seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu didalam menentukan dan menyusun anggaran yang ada dalam divisi atau bagiannya, baik secara periodik maupun tahunan.

Untuk dapat menyusun Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) berdasarkan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) diperlukan pegawai yang mempunyai kemampuan analisis kinerja program. Tentu saja hal ini merupakan tanggung jawab yang besar bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran untuk menyediakan sumber daya manusia yang memadai, agar dapat mengelola anggaran secara ekonomis, efisien, efektif dan yang benar-benar mencerminkan kepentingan masyarakat. Mengelola anggaran secara ekonomis, efisien dan efektif adalah dengan cara membagi waktu secara proporsional untuk satuan kerja


(16)

3

atas dan bawahan. Dengan adanya tuntutan untuk pemerintah daerah agar turut serta berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran, maka diperlukannya komunikasi antara atasan dan bawahan. Proses penyusunan anggaran menekankan pada pendekatan Buttom-up Planning, hal ini sesuai dengan pendapat Argyris (1952) yang menyarankan perlunya bawahan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran karena menurutnya partisipasi dalam penyusunan anggaran diyakini dapat meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah.

Menurut Mangkunegara (2005:16), kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan serta menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dan keahliannya dalam bekerja. Kinerja aparat pemerintah yang belum maksimal dalam penyusunan anggaran biasanya dikarenakan karena terbatasnya personel baik kualitas maupun kuantitas di pemerintahan daerah. Partisipasi penyusunan anggaran ini diperlukan agar anggaran yang dibuat sesuai dengan realita yang ada di lapangan. Penelitian tentang proses penyusunan anggaran dan efektivitasnya dalam meningkatkan kinerja manajerial merupakan topik yang penting, karena anggaran menjadi alat utama pengendalian setiap organisasi (Cherrington dan Cherrington, 1973). Pentingnya peran anggaran dapat juga dilihat dari fungsi-fungsi lainnya seperti, anggaran mempunyai fungsi sebagai pedoman untuk menilai kinerja individual para manajer (Schiff dan Lewin, 1970). Anggaran juga dapat dijadikan alat untuk memotivasi kinerja anggota organisasi (Chow, et al1 988), alat koordinasi dan komunikasi antara atasan dengan


(17)

4

bawahan (Kenis, 1979), dan alat untuk mendelegasikan wewenang atasan kepada bawahan (Hofstede dalam Supomo, 1998).

Dalam hasil pemeriksaan Badan Keuangan (BPK) Tahun 2014, tentang pemeriksaan kinerja menemukan bahwa menemukan 6 kasus ketidakhematan/ ketidakekonomisan senilai Rp 77,90 miliar, 5 kasus ketidakefisienan, dan 173 kasus ketidakefektifan senilai Rp 419,59 miliar. Hasil pemeriksaan kinerja juga mengungkapkan 45 kasus yang mempengaruhi kehematan/ekonomi, efisiensi dan efektivitas, serta 10 kasus ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan senilai Rp 42,28 miliar (BPK, 2014). Hasil sebaliknya terjadi di Kabupaten Badung, dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Kabupaten Badung (LAKIP) menyatakan bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Badung sangat baik. Dan ketidakkonsistenan hasil audit BPK dengan LAKIP Kabupaten Badung, sehingga penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung. Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Bali. Dari hasil LAKIP (2014), pencapaian kinerja Kabupaten Badung memenuhi target sebesar 98,99%. Tercapainya kinerja yang hampir mencapai target tidak lepas dari adanya partisipasi penyusunan anggaran yang dilakukan di Kabupaten Badung. Proses penyusunan anggaran di sektor publik melibatkan partisipasi antara bawahan dan atasan. Dengan adanya partisipasi penyusunan anggaran, diharapkan meningkatkan kinerja manajerial.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hidayat (2009), menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial. Mediaty (2010) juga mengatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran


(18)

5

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur pemda provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu, Bangun (2009) dan Erwati (2009) dengan penelitian yang sama bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD. Sedangkan Sarjana, Wahyuni, dan Ambarajaya (2012) yang menyatakan bahwa anggaran pasrtisipatif tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial. Penelitian yang menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja secara tidak signifikan adalah penelitian yang dilakukan oleh Milani (1975), dan Kenis (1979). Penelitian oleh Utama (2013) juga menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial. Penelitian mengenai partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial masih menunjukkan hasil yang bertentangan

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terdapat pengaruh variabel moderating dalam mengidentifikasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengaruh variabel moderating tersebut dapat bersifat memperkuat atau memperlemah variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel moderating adalah faktor atau variabel yang mempengaruhi hubungan antara dua variabel (Murray, 1990) .

Penelitian yang menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah yang di moderasi variabel kepuasan kerja telah banyak dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan Wulandari (2011) menyatakan bahwa kepuasan kerja sebagai variabel moderating mempunyai pengaruh terhadap penyusunan anggaran dalam meningkatkan kinerja aparat pemerintah. Penelitian


(19)

6

serupa dilakukan oleh Riyadi (2012) menunujukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dengan kepuasan kerja sebagai variabel moderating. Kepuasan kerja sebagai salah satu perilaku atau sikap yang ditujukan pada suatu penyusunan anggaran pemerintahan. Kepuasan kerja merupakan salah satu aspek yang dapat berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah. Kepuasan kerja aparat pemerintah membuktikan bahwa aparat pemerintah tersebut bersungguh-sungguh dalam mewujudkan suatu rencana yang sudah dirancang sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1) Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah?

2) Apakah kepuasan kerja memperkuat pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:


(20)

7

1) Untuk mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah.

2) Untuk mengetahui kepuasan kerja memperkuat pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan membuat para pembaca dapat memahami apakah kepuasan kerja sebagai pemoderasi mempengaruhi partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah yang akan membantu pemerintah dalam mengambil keputusan dalam meningkatkan kinerja pemerintahan.

2) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam rangka pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah yang berbeda pada setiap kondisi tertentu berdasarkan teori kontijensi, serta dapat bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan di pemerintah daerah.


(21)

8 1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Secara garis besar, isi dari masing-masing bab dijelaskan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah kemudian dirumuskan ke dalam rumusan masalah penelitian, juga dibahas mengenai tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menguraikan mengenai landasan teori dan konsep yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang dapat digunakan sebagai dasar acuan penelitian, pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan skripsi ini, hipotesis penelitian dan kerangka pemikiran.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang tentang metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini, yang meliputi lokasi penelitian atau ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai karakteristik sampel, deskripsi variabel penelitian, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan teknik analisis data yang digunakan.


(22)

9 Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab penutup yang memuat simpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


(23)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Kontijensi

Teori kontijensi menyatakan bahwa tidak ada rancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen yang dapat diterapkan secara efektif untuk semua kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif untuk situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran, penggunaan teori kontijensi telah lama menjadi perhatian para peneliti. Para peneliti di bidang akuntansi menggunakan teori kontijensi saat menghubungkan pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Pendekatan kontijensi digunakan untuk mengatasi ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini memberikan suatu gagasan bahwa sifat hubungan yang ada antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial mungkin berbeda pada setiap kondisi (Riyanto, 2001). Maka dalam penelitian ini faktor kontijensi digunakan untuk mengevaluasi keefektifan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah. Faktor kontijensi yang dipilih adalah variabel moderasi yaitu kepuasan kerja sebagai pemoderasi yang dapat meningkatkan atau menurunkan pengaruh dari partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah.


(24)

11 2.1.2 Teori Psikologi

Menurut teori psikologi ada dua alasan utama mengapa partisipasi penyusunan anggaran diperlukan (Dunk, 1993), yaitu : (a) keterlibatan atasan dan bawahan dalam patisipasi anggaran mendorong pengendalian informasi yang tidak simetris dan ketidakpastian tugas, (b) melalui partisipasi anggaran individu dapat mengurangi tekanan tugas dan mendapatkan kepuasan kerja, selanjutnya dapat mengurangi senjangan anggaran. Berikut ini beberapa teori psikologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1) Teori Disonansi Kognitif

Robbins (2006) Teori disonansi kognitif dikembangkan oleh Leon Festinger pada tahun 1950-an. Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti adanya suatu inkonsistensi. Istilah kognisi digunakan untuk menunjuk kepada setiap pengetahuan, pendapat, keyakinan atau perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri atau lingkungannya. Disonansi kognitif mengacu pada setiap inkonsistensi yang dipersepsikan oleh seseorang terhadap dua atau lebih sikapnya, atau terhadap perilaku dengan sikapnya. Pekerja dengan sikap positif akan cenderung mengembangkan disonansi kognitif ketika kinerja yang dicapai tidak sesuai dengan harapannya. Disonansi kognitif membuat seseorang berusaha untuk meningkatkan kinerja melalui partisipasi penyusunan anggaran dengan tujuan untuk memperoleh informasi.


(25)

12 2) Teori Prestasi

Teori ini dikembangkan oleh McClelland pada tahun 1990, yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang berhubungan dengan teori kebutuhan dan kepuasan. McClelland (Robbins, 2006) menyatakan bahwa teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu:

a. Kebutuhan akan prestasi, merupakan dorongan untuk unggul, untuk berprestasi berdasar seperangkat standar, untuk berusaha keras supaya sukses.

b. Kebutuhan akan kekuasaan, merupakan kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.

c. Kebutuhan akan kelompok pertemanan, merupakan hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.

2.1.3 Anggaran

Setiap aktivitas organisasi dalam menjalankan kegiatannya selalu mempunyai suatu rencana yang baik untuk mencapai visi dan misi organisasi tersebut. Rencana-rencana tersebut disusun secara matang yang kemudian akan digunakan sebagai pedoman dalam setiap pelaksanaan kegiatan usahanya. Rencana-rencana untuk melaksanakan kegiatanya perlu disusun dan rencana tersebut dituangkan dalam bentuk anggaran.


(26)

13

Pada hakikatnya anggaran merupakan gambaran kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para manajer atau pimpinan organisasi bersama-sama bawahannya. Anggaran ini akan digunakan untuk mengarahkan suatu kegiatan dan juga sebagai alat perbandingan dalam mengukur hasil pelaksanaan kegiatan.

Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang (Munandar, 2001). Anggaran menurut Mulyadi (2001) merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Menurut Warsito (2005) dalam Lubis (2009) anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan lembaga yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Pengertian anggaran menurut Sabeni (2001) bahwa anggaran merupakan jenis rencana yang menggambarkan rangkaian tindakan atau kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka rupiah untuk suatu jangka waktu tertentu. Budget (anggaran) adalah suatu macam rencana, terdiri dari data yang disusun secara logis yang menunjukan keinginan-keinginan yang layak untuk suatu waktu tertentu (Moekijat, 2000).

Dari berbagai sudut pandang yang dikemukakan di atas, sebenarnya peran anggaran selain sebagai alat perencanaan, anggaran juga merupakan alat bagi manajer untuk mengendalikan, mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi kinerja, dan memotivasi bawahannya. Untuk itu pentingnya anggaran dalam suatu


(27)

14

organisasi akan terlihat dari peran dan tujuan anggaran. Adapun tujuan utama penyusunan anggaran menurut Anthony et all. (1998), adalah sebagai berikut:

1) Memperbaiki rencana strategis organisasi.

2) Mengkoordinasikan aktivitas berbagai bagian organisasi.

3) Menyerahkan tanggung jawab kepada manajer, memberikan otorisasi besarnya biaya yang boleh dikeluarkan, dan memberikan umpan balik kepada manajer atas kinerja mereka.

4) Sebagai perjanjian atau komitmen yang merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja manajer sesungguhnya.

Anggaran mempunyai kemungkinan dampak fungsional atau disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan pemberian kesempatan kepada bawahan yang mau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran sehingga tujuan yang ingin dicapai perusahaan akan lebih dapat diterima oleh anggota organisasi dengan ikut terlibat dalam menentukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Anggaran merupakan pedoman rencana manajemen dimasa yang akan datang mempunyai beberapa manfaat. (Ghozali dan Yusfaningrum, 2005) anggaran memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:

1) Anggaran merupakan hasil dari proses perencanaan, dan berarti anggaran mewakili kesepakatan dari negosisasi diantara partisipasi dominan dalam suatu organisasi mengenai tujuan kegiatan pada masa yang akan datang.


(28)

15

2) Anggaran merupakan gambaran tentang prioritas alokasi sumber daya yang dimiliki karena dapat bertidak sebagai blue print aktivitas perusahaan.

3) Sebagai alat komunikasi antar divisi, dimana anggaran sangat membantu melakukan komunikasi internal antar divisi dalam organisasi maupun dalam manajemen puncak.

Disamping memiliki manfaat, anggaran juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain ( Ghozali dan Yusfaningrum,2005):

1) Anggaran dapat menimbulkan perasaan tertekan bagi karyawan. Hal ini terjadi apabila anggaran disusun terlalu kaku atau target yang ditetapkan dalam anggran sulit untuk dicapai.

2) Adanya senjangan anggaran (budgetary slack) yang terjadi pada saat bawahan memberikan perkiraan yang bias kepada atasan. Perkiraan yang biasa tersebut disebabkan karena manajer mendapatkan gaji dari target anggaran yang dicapai sehingga anggaran disusun tidak berdasarkan pada kemampuan atau produktivitas yang sebenarnya.

2.1.4 Partisipasi Penyusunan Anggaran

Menurut Brownel (1982) partisipasi adalah suatu perilaku, pekerjaan, dan aktifitas yang dilakukan oleh aparat pemerintah selama aktivitas penyusunan anggaran berlangsung. Partisipasi penyusunan anggaran diperlukan dikarenakan agar anggaran yang dibuat sesuai dengan realita/kenyataan yang ada. Partisipasi penyusunan


(29)

16

anggaran merupakan ciri dari penyusunan anggaran yang menekankan kepada partisipasi aparat pemerintah daerah untuk mempertanggung jawabkan proses penyusunan anggaran. Brownell dan McInnes (1986) menyatakan bahwa partisipasi dalam penganggaran yaitu suatu proses partisipasi individu yang akan dievaluasi dan mungkin diberi penghargaan berdasarkan prestasi mereka pada sasaran. Siegel dan Marconi (1989) menyatakan bahwa partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran dapat menimbulkan inisiatif pada mereka untuk menyumbangkan ide dan informasi, meningkatkan kebersamaan dan merasa memiliki, sehingga kerjasama di antara anggota dalam mencapai tujuan meningkat. Dengan begitu bisa dikatakan bahwa dengan keikutsertaan aparat pemerintah daerah dalam penyusunan anggaran dapat mengasah pengetahuan mereka tentang anggaran dan mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai anggaran yang disusun oleh pemerintah.

Menurut Mardiasmo (2002) dalam partisipasi anggaran pada akuntansi sektor pemerintahan terdapat empat siklus anggaran yang meliputi empat tahap sebagai berikut :

1) Tahap persiapan anggaran

Pada tahapan ini dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang telah tersedia. Terkait dengan adanya penafsiran tersebut maka perlu diperhatikan sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, yaitu dengan cara melakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain adanya penaksiran perlu disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran


(30)

17

pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran.

2) Tahap Ratifikasi

Tahap ratifikasi ini melibatkan proses politik yang cukup rumit dan berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill, namun juga harus mempunyai political skill, dan coalition building yang memadai. Dalam hal ini integritas dan kesiapan mental (coalition building) sangat penting, karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pernyataan dan bantahan dari pihak legislatif.

3) Tahap implementasi / pelaksanaan anggaran

Tahap ini merupakan tahapan yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh manajer keuangan pemerintah. Dalam hal ini manajer keuangan publik mempunyai sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati sebelumnya.

4) Tahap pelaporan dan evaluasi anggaran

Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika pada tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan pelaporan dan evaluasi anggaran tidak akan menemukan banyak masalah. Menurut Siegel dan Marconi


(31)

18

(1989) partisipasi akan memungkinkan terjadinya perilaku disfungsional. Perilaku disfungsional dalam hal ini adalah perilaku yang tidak sesuai dengan aturan yang sedang berlaku, untuk menghindari adanya perilaku disfungsional maka aparat pemerintah di berikan kesempatan untuk ikut serta dalam penyusunan anggaran. Penyusunan anggaran pada pemerintahan di lakukan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Sekretaris SKPD, dan Kepala Bagian di pemerintahan.

2.1.5 Kinerja Manajerial Aparat Pemerintahan

Kinerja aparat dilihat berdasarkan kemampuan aparat dalam melaksanakan tugas-tugas manajerial yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi dan representasi (Mahoney dalam Leach-Lopez et al.,2007). Menurut Santoso (2009) ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan kinerja pemerintah daerah rendah diantaranya karena sistem pengelolaan keuangan daerah yang masih lemah dimulai dalam proses perencanaan dan penganggaran APBD, pelaksanaan/penatausahaan APBD, pertanggungjawaban yang berupa pelaporan hasil pelaksanaan APBD dan pengawasan. Dengan adanya keterlambatan dalam pengesahan menyebabkan banyak program dan kegiatan yang sudah disusun tidak dapat dilaksanakan sehingga menghambat pembangunan daerah tersebut. Untuk itu suatu kinerja harus diukur agar mengetahui keberhasilan atau kegagalan di dalam kinerja


(32)

19

tersebut, berikut ini adalah beberapa tujuan untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan kinerja:

1) Penetapan indikator kinerja.

2) Penentuan hasil indikator kinerja menurut Palmer (2012) terdapat beberapa jenis indikator kinerja Pemerintah Daerah antara lain:

(a) Indikator biaya (misalnya biaya total, biaya unit)

(b) Indikator produktivitas (misalnya jumlah pekerjaan yang mampu dikerjakan pegawai dalam jangka waktu tertentu)

(c) Tingkat penggunaan (misalnya sejauh mana layanan yang tersedia digunakan)

(d) Target waktu (misalnya waktu rata-rata rata yang digunakan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan)

(e) Volume pelayanan (misalnya perkiraan atas tingkat volume pekerjaan yang harus diselesaikan pegawai)

(f) Kebutuhan pelanggan (jumlah perkiraan atas tingkat volume pekerjaan yang harus diselesaikan pegawai)

(g) Indikator kualitas pelayanan (h) Indikator kepuasan pelanggan (i) Indikator pencapaian tujuan

Menurut Mahsun (2006) ada beberapa elemen pokok dalam kinerja yaitu: 1) Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.


(33)

20

3) Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.

4) Evaluasi kinerja/feed back, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Dengan mengevaluasi kinerja aparat pemerintah daerah maka akan diketahui seberapa besar tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah. Kinerja aparat pemerintahan dinilai dari bagaimana anggota-anggota dalam sektor pemerintahan berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik dengan mendayagunakan sumberdaya yang ada di organisasinya untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai pihak yang dilayani.

2.1.6 Kepuasan Kerja

Pada era globalisasi sekarang ini, manusia tidak hanya puas dengan pendapatan yang diperolehnya. Namun kepuasan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan juga menjadi tolak ukur dalam bekerja. Herzberg (2005) mengemukakan bahwa istilah kepuasan kerja (job satisfaction) dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan positif yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Equity theory yang diungkapkan Herzberg (2005), yang menyatakan bahwa kepuasan kerja muncul dimana individu merasa senang sehingga individu tersebut mau untuk bekerja secara baik dan penuh tanggungjawab. Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukan perbedaan antara banyaknya gaji yang diterima pekerja dengan yang diyakini oleh pekerja (Robbins, 2006). Kepuasan kerja


(34)

21

mencerminkan kegembiraan atau sikap emosi positif yang berasal dari pengalaman kerja seseorang. Luthans (1995) menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki tiga dimensi. Pertama, kepuasan kerja adalah tanggapan emosional seseorang terhadap situasi kerja. Hal ini tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat diduga. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja memenuhi harapan seseorang. Ketiga, kepuasan kerja mencerminkan hubungan dengan berbagai sikap lainnya daripada individual. Malayu (2004:475) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasan sikapnya senang atau tidak puas dalam bekerja.

Sedangkan menurut Robbins (2006) Istilah kepuasan kerja merujuk kepada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Jika seorang individu memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi maka hal tersebut akan menunjukkan sikap yang positif terhadap kinerja itu sendiri. Namun apabila seorang individu tidak puas dengan pekerjaannya maka hal tersebut menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu. Karena pada umumnya apabila apabila seseorang berbicara mengenai sikap aparat pemerintah mereka selalu mengkaitkannya dengan kepuasan kinerja.

Faktor-faktor penentu kepuasan kerja menurut Rousseau (1998) ada tiga variabel yaitu karateristik pekerjaan, organisasi dan individu. Karateristik pekerjaan terdiri atas keanekaragaman ketrampilan, identitas tugas, otonomi, keberatian tugas. Karateristik organisasi terdiri dari skala usaha, kompleksitas, jumlah anggota kelompok, usia kelompok, dan kepemimpinan. Sedangakan karateristik individu terdiri


(35)

22

dari tingkat pendidikan, umur, masa kerja, status perkawinan, jumlah tanggungan, jenis kelamin.

2.2 Hipotesis Penelitian

1) Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah

Dalam organisasi sektor publik, partisipasi anggaran dan pengukuran kinerja tidak sebatas pada masalah pemakaian anggaran, namun pengukuran kinerja mencakup berbagai aspek yang dapat memberikan informasi yang efisien dan efektif dalam mencapai hasil yang diinginkan kinerja. Aspek-aspek yang dapat memberikan informasi yang efektif dan efisien seperti masukan, kualitas, keluaran, hasil, efisiensi. Dalam hal ini penyusunan anggaran digunakan dalam pendekatan kinerja, maka setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan tercapai. Kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran (Kepmendagri No 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah).

Partisipasi anggaran dapat dinilai sebagai pendekatan aparat pemerintah daerah yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota organisasi sebagai individual karena dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap aparat pemerintah daerah mampu meningkatkan kinerjanya sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hidayat (2009), menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara


(36)

23

signifikan terhadap kinerja manajerial. Mediaty (2010) juga mengatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur pemda provinsi Sulawesi Selatan. Variabel partisipasi anggaran juga berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemda dari penelitian Agusti (2012). Berdasarkan uraian di atas diusulkan hipotesis:

H1 : Semakin tinggi tingkat partisipasi penyusunan anggaran semakin tinggi tingkat kinerja aparat pemerintah daerah.

2) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah dengan Kepuasan Kerja sebagai Pemoderasi

Kepuasan kerja dapat dilihat dari cara seorang pekerja merasakan pekerjaannya. Kepuasan kerja juga dapat menjadi tolak ukur hasil dari kinerja aparat pemeritahan dalam penyusunan anggaran. Kepuasan kerja mempunyai pengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran dalam meningkatkan kinerja aparat pemerintah. Semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin kuat pengaruh partisipasi terhadap kinerja. Hasil penelitian yang dilakukan Wulandari (2011) menyatakan bahwa kepuasan kerja sebagai variabel moderating mempunyai pengaruh terhadap penyusunan anggaran dalam meningkatkan kinerja aparat pemerintah. Penelitian serupa dilakukan oleh Riyadi (2012) menunujukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dengan kepuasan kerja sebagai variabel moderating. Berdasarkan uraian di atas diusulkan hipotesis:

H2 : Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja maka semakin kuat pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.


(1)

18

(1989) partisipasi akan memungkinkan terjadinya perilaku disfungsional. Perilaku disfungsional dalam hal ini adalah perilaku yang tidak sesuai dengan aturan yang sedang berlaku, untuk menghindari adanya perilaku disfungsional maka aparat pemerintah di berikan kesempatan untuk ikut serta dalam penyusunan anggaran. Penyusunan anggaran pada pemerintahan di lakukan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Sekretaris SKPD, dan Kepala Bagian di pemerintahan.

2.1.5 Kinerja Manajerial Aparat Pemerintahan

Kinerja aparat dilihat berdasarkan kemampuan aparat dalam melaksanakan tugas-tugas manajerial yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi dan representasi (Mahoney dalam Leach-Lopez et al.,2007). Menurut Santoso (2009) ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan kinerja pemerintah daerah rendah diantaranya karena sistem pengelolaan keuangan daerah yang masih lemah dimulai dalam proses perencanaan dan penganggaran APBD, pelaksanaan/penatausahaan APBD, pertanggungjawaban yang berupa pelaporan hasil pelaksanaan APBD dan pengawasan. Dengan adanya keterlambatan dalam pengesahan menyebabkan banyak program dan kegiatan yang sudah disusun tidak dapat dilaksanakan sehingga menghambat pembangunan daerah tersebut. Untuk itu suatu kinerja harus diukur agar mengetahui keberhasilan atau kegagalan di dalam kinerja


(2)

19

tersebut, berikut ini adalah beberapa tujuan untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan kinerja:

1) Penetapan indikator kinerja.

2) Penentuan hasil indikator kinerja menurut Palmer (2012) terdapat beberapa jenis indikator kinerja Pemerintah Daerah antara lain:

(a) Indikator biaya (misalnya biaya total, biaya unit)

(b) Indikator produktivitas (misalnya jumlah pekerjaan yang mampu dikerjakan pegawai dalam jangka waktu tertentu)

(c) Tingkat penggunaan (misalnya sejauh mana layanan yang tersedia digunakan)

(d) Target waktu (misalnya waktu rata-rata rata yang digunakan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan)

(e) Volume pelayanan (misalnya perkiraan atas tingkat volume pekerjaan yang harus diselesaikan pegawai)

(f) Kebutuhan pelanggan (jumlah perkiraan atas tingkat volume pekerjaan yang harus diselesaikan pegawai)

(g) Indikator kualitas pelayanan (h) Indikator kepuasan pelanggan (i) Indikator pencapaian tujuan

Menurut Mahsun (2006) ada beberapa elemen pokok dalam kinerja yaitu: 1) Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.


(3)

20

3) Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.

4) Evaluasi kinerja/feed back, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Dengan mengevaluasi kinerja aparat pemerintah daerah maka akan diketahui seberapa besar tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah. Kinerja aparat pemerintahan dinilai dari bagaimana anggota-anggota dalam sektor pemerintahan berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik dengan mendayagunakan sumberdaya yang ada di organisasinya untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat sebagai pihak yang dilayani.

2.1.6 Kepuasan Kerja

Pada era globalisasi sekarang ini, manusia tidak hanya puas dengan pendapatan yang diperolehnya. Namun kepuasan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan juga menjadi tolak ukur dalam bekerja. Herzberg (2005) mengemukakan bahwa istilah kepuasan kerja (job satisfaction) dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan positif yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Equity theory yang diungkapkan Herzberg (2005), yang menyatakan bahwa kepuasan kerja muncul dimana individu merasa senang sehingga individu tersebut mau untuk bekerja secara baik dan penuh tanggungjawab. Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukan perbedaan antara banyaknya gaji yang diterima pekerja dengan yang diyakini oleh pekerja (Robbins, 2006). Kepuasan kerja


(4)

21

mencerminkan kegembiraan atau sikap emosi positif yang berasal dari pengalaman kerja seseorang. Luthans (1995) menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki tiga dimensi. Pertama, kepuasan kerja adalah tanggapan emosional seseorang terhadap situasi kerja. Hal ini tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat diduga. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja memenuhi harapan seseorang. Ketiga, kepuasan kerja mencerminkan hubungan dengan berbagai sikap lainnya daripada individual. Malayu (2004:475) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasan sikapnya senang atau tidak puas dalam bekerja.

Sedangkan menurut Robbins (2006) Istilah kepuasan kerja merujuk kepada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Jika seorang individu memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi maka hal tersebut akan menunjukkan sikap yang positif terhadap kinerja itu sendiri. Namun apabila seorang individu tidak puas dengan pekerjaannya maka hal tersebut menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu. Karena pada umumnya apabila apabila seseorang berbicara mengenai sikap aparat pemerintah mereka selalu mengkaitkannya dengan kepuasan kinerja.

Faktor-faktor penentu kepuasan kerja menurut Rousseau (1998) ada tiga variabel yaitu karateristik pekerjaan, organisasi dan individu. Karateristik pekerjaan terdiri atas keanekaragaman ketrampilan, identitas tugas, otonomi, keberatian tugas. Karateristik organisasi terdiri dari skala usaha, kompleksitas, jumlah anggota kelompok, usia kelompok, dan kepemimpinan. Sedangakan karateristik individu terdiri


(5)

22

dari tingkat pendidikan, umur, masa kerja, status perkawinan, jumlah tanggungan, jenis kelamin.

2.2 Hipotesis Penelitian

1) Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah

Dalam organisasi sektor publik, partisipasi anggaran dan pengukuran kinerja tidak sebatas pada masalah pemakaian anggaran, namun pengukuran kinerja mencakup berbagai aspek yang dapat memberikan informasi yang efisien dan efektif dalam mencapai hasil yang diinginkan kinerja. Aspek-aspek yang dapat memberikan informasi yang efektif dan efisien seperti masukan, kualitas, keluaran, hasil, efisiensi. Dalam hal ini penyusunan anggaran digunakan dalam pendekatan kinerja, maka setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan tercapai. Kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran (Kepmendagri No 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah).

Partisipasi anggaran dapat dinilai sebagai pendekatan aparat pemerintah daerah yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota organisasi sebagai individual karena dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap aparat pemerintah daerah mampu meningkatkan kinerjanya sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hidayat (2009), menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara


(6)

23

signifikan terhadap kinerja manajerial. Mediaty (2010) juga mengatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur pemda provinsi Sulawesi Selatan. Variabel partisipasi anggaran juga berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja aparat pemda dari penelitian Agusti (2012). Berdasarkan uraian di atas diusulkan hipotesis:

H1 : Semakin tinggi tingkat partisipasi penyusunan anggaran semakin tinggi tingkat kinerja aparat pemerintah daerah.

2) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah dengan Kepuasan Kerja sebagai Pemoderasi

Kepuasan kerja dapat dilihat dari cara seorang pekerja merasakan pekerjaannya. Kepuasan kerja juga dapat menjadi tolak ukur hasil dari kinerja aparat pemeritahan dalam penyusunan anggaran. Kepuasan kerja mempunyai pengaruh terhadap partisipasi penyusunan anggaran dalam meningkatkan kinerja aparat pemerintah. Semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin kuat pengaruh partisipasi terhadap kinerja. Hasil penelitian yang dilakukan Wulandari (2011) menyatakan bahwa kepuasan kerja sebagai variabel moderating mempunyai pengaruh terhadap penyusunan anggaran dalam meningkatkan kinerja aparat pemerintah. Penelitian serupa dilakukan oleh Riyadi (2012) menunujukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dengan kepuasan kerja sebagai variabel moderating. Berdasarkan uraian di atas diusulkan hipotesis:

H2 : Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja maka semakin kuat pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DENGAN BUDAYA ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 4 12

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH: DESENTRALISASI, Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Desentralisasi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, dan Bud

0 3 18

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING ( Survei pada Pemerintah Daerah Kab. Su

0 1 14

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL APARAT PEMERINTAH DAERAH: GAYA Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah: Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating.

0 1 16

PENDAHULUAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah: Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating.

0 3 8

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL APARAT PEMERINTAH DAERAH: GAYA Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah: Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating.

0 1 17

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH : BUDAYA Analisis Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah : Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel

0 1 19

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DENGAN KOMITMEN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Survey di Kantor

0 1 14

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Survey di Kantor SKPD Kabupaten

0 0 15

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH: BUDAYA ORGANISASI DAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moder

0 1 16