DAMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA TERHADAP PEROLEHAN HASIL BELAJAR SISWA: Academic Achievement.
vi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional... 7
F. Pembatasan Penelitian ... 9
G. Anggapan Dasar ... 11
a. ... Anggapa n Dasar Penelitian ... 11
b. ... Hipotesis Penelitian ... 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 14
A. Kegiatan Olahraga ... 26
1. Kegiatan Olahraga Secara Umum ... 16
2. Kegiatan Olahraga di sekolah ... 17
i. ... Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani ... 17
(2)
vii
ii. ... Pendidik
an Jasmani Di SMP ... 18
iii. ... Kegiatan Ekstrakurikuler ... 28
B. Intensitas latihan ... 29
C. Kebugaran Jasmani dan Karakteristik Peserta Didik ... 53
1. Komponen Kebugaran Jasmani... 53
2. Karakteristik Peserta Didik ... 55
D. Hasil Belajar ... 60
1. Faktor Intern ... 60
2. Faktor Ekstern ... 63
3. Lingkungan Masyarakat ... 65
E. Prestasi Akademik ... 66
1. PKn ... 66
2. Matematika ... 67
3. Bahasa Indonesia ... 68
F. Tinjauan Konsep Tes dan Pengukuran ... 71
1. Tes ... 71
2. Pengukuran ... 72
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 75
A. Metode Penelitian... 75
B. Desain Penelitian ... 76
C. Prosedur Penelitian Dan Teknik Pengolahan Data ... 78
D. Populasi dan Sampel ... 83
E. Variabel Penelitian ... 86
F. Definisi Operasional... 86
(3)
viii
a. ... Program Latihan Bola Basket ... 91 b. ... Program
latihan Pramuka ... 98 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 102
A. ... Instrume n Penelitian ... 102 B. ... Gambara
n Umum Hasil Penelitian ... 104 C. ... Hasil
Statistik Deskripsi ... 106 D. ... Hasil Uji
Normalitas dan Homogenitas ... 110 E. ... Hasil Uji
Rata-rata Dua Sampel berpasangan ... 115 F... Hasil Uji
ANOVA ... 117 G. ... Hasil
Pengujian Hipotesis ... 120 H. ... Diskusi
Penemuan Penelitian ... 132 BAB V
A. ... Kesimpu lan ... 142 B. ... Saran
... 142 DAFTAR PUSTAKA ... 144
(4)
ix
(5)
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah adalah bagian dari pendidikan yang berlandaskan pada Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor : 0461/U/1964 dan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor :226/C/Kep/0/1992. Dalam Surat Keputusan itu dinyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan di samping jalur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Berdasarkan Surat Keputusan tersebut (Depdikbud, 1998) menegaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler sebagai bagian dari kebijaksanaan pendidikan secara menyeluruh yang mempunyai tugas pokok :
1. Memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, dalam arti memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan para siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran sesuai dengan program kurikulum yang ada.
2. Mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran.
3. Menyalurkan serta membina bakat, minat, keterampilan, dan hasil yang diharapkan ialah untuk memacu anak ke arah kemampuan mandiri, percaya diri dan kreatif.
4. Melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.
dari uraian di atas, menggambarkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler di sekolah mempunyai tugas yang mulia. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dijadikan wadah untuk menampung minat dan bakat siswa-siswi, bahkan sampai meraih prestasi tinggi sesuai dengan bidang kegiatan ekstrakurikuler yang diminatinya. Narmoatmojo (2009:15) menerangkan bahwa jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler yang populer di setiap sekolah di Indonesia adalah :
(6)
a) Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).
b)Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.
c) Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jumaistik, teater, keagamaan.
d)Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya. Dari beberapa jenis kelompok kegiatan ekstrakurikuler di atas, maka setiap sekolah dituntut untuk memiliki salah satu jenis kegiatan ekstrakurikuler unggulan yang dapat dijadikan wadah pembinaan siswa di sekolah dengan didasari atas tujuan dari kurikulum sekolah. Namun tidak hanya itu, kegiatan ekstrakurikuler adalah salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan seorang siswa, sebagaimana pemaparan dari Amal (2005:378) yaitu :
“Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahwa dapat dilaksanakan disela-sela materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah“.
Oleh karena itu pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler yang baik dapat dijadikan sebagai salah satu aktivitas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, antara lain : aktivitas belajar-mengajar formal, dan berbagai kegiatan-kegiatan yang menunjang pengembangan bakat dan minat para siswa. Selain itu ditujukan sebagai hal positif untuk menunjang kemampuan siswa sesuai dengan pendapat dibawah ini :
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan
(7)
lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri. (Wikipedia, 2011).
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : ekstrakurikuler olahraga dan ekstrakurikuler bukan olahraga. Kegiatan-kegiatan yang termasuk ekstrakurikuler olahraga antara lain : ekstrakurikuler olahraga permainan (bola basket, futsal, sepakbola, dan bola voli), ekstrakurikuler olahraga akuatik (renang), ekstrakurikuler olahraga atletik (lari, lompat, lempar), ekstrakurikuler olahraga beladiri (karate, silat, dan taekwondo). Kegiatan-kegiatan yang termasuk ekstrakurikuler bukan olahraga antara lain : ekstrakurikuler musik (band, marching band, paduan suara, dan degung), ekstrakurikuler tari (tari tradisional, modern dance, dan cheerleader), ekstrakurikuler teater, ekstrakurikuler karya ilmiah, ekstrakurikuler pramuka, pencinta alam, paskibra, ekstrakurikuler komputer, ekstrakurikuler elektronika, dan ekstrakurikuler fotografi.
Keikutsertaan siswa dalam kegiatan di luar akademik memiliki sisi baik dan sisi buruk. Sisi baik dari keikutsertaan ekstrakurikuler antara lain : mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka, mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik, mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan, serta untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik. Di lain pihak sisi buruk dari keikutsertaan siswa dalam kegiatan-kegiatan selain pelajaran formal di sekolah antara lain : siswa terlalu sibuk dengan kegiatan di luar sekolah sehingga kehilangan fokus terhadap tugas-tugas belajarnya di sekolah, penurunan prestasi belajar, dan kelelahan bahkan jatuh sakit. Adapun penurunan hasil belajar siswa
(8)
atau pencapaian prestasi akademik siswa dapat dilihat dari tes ulangan harian atau ujian akhir semester. Penurunan hasil belajar tersebut tentunya sangat dikhawatirkan oleh sebagian besar orangtua siswa, khususnya orangtua siswa kelas VII SMP Santa Maria Kota Bandung. Ada anggapan di dalam masyarakat, pada khususnya di kalangan guru dan orang tua murid SMP Santa Maria yang mengatakan bahwa siswa-siswa SMP Santa Maria yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga biasanya kurang baik prestasi akademiknya. Latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga dianggap membuat para siswa pesertanya terlalu lelah sehingga mengalami kesulitan untuk mengulang pelajaran di rumah. Para orang tua ini meminta agar intensitas dan frekuensi latihan didalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga sebaiknya dikurangi. Bila permintaan ini dituruti maka ada kemungkinan latihan menjadi sia-sia. Harsono menyatakan bahwa :
Perubahan-perubahan fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin apabila atlet dilatih atau berlatih melalui suatu program latihan yang intensif yang dilandaskan pada prinsip overload, di mana kita secara progresif menambahkan beban kerja, jumlah pengulangan gerakan (repetition), serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. (Harsono, 1988:115).
Latihan yang kurang baik akan berakibat performa yang terbaik tidak akan dapat dicapai, sehingga prestasi tidak akan didapat. Selain itu sebenarnya frekuensi kegiatan olahraga siswa-siswa SMP Santa Maria dalam satu minggu tidak terlalu banyak. Semua siswa SMP Santa Maria hanya mendapat 2 x 40 menit pelajaran pendidikan jasmani dalam satu minggu. Siswa-siswa SMP Santa Maria yang mengikuti pembelajaran ekstrakurikuler olahraga frekuensi tinggi (olahraga : Bola Basket) mendapatkan olahraga tambahan sebanyak 3 kali pertemuan dalam seminggu yang ditujukan untuk klasifikasi prestasi, kemudian kegiatan ekstrakurikuler frekuensi rendah (olahraga : Futsal, Taekwondo, Badminton) 1 kali pertemuan dalam seminggu yang ditujukan untuk mengisi
(9)
waktu luang. Kemudian satu kali pertemuan dalam seminggu untuk klasifikasi kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga seperti : Kuliner, Science Club, Pramuka, Paskibra, Teater (2 jam setiap pertemuan) dengan intensitas yang bervariasi sesuai program latihan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui sampai sejauhmana dampak kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi tinggi, rendah dan kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga terhadap hasil belajar siswa.
B. Identifikasi masalah
Dari kajian latar belakang, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :
Belum adanya bukti empirik mengenai prestasi belajar siswa dikaitkan dengan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler non olahraga.
Berkaitan dengan masalah di atas, maka bisa dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi tinggi (ekstrakurikuler bola basket) berpengaruh positif terhadap pencapaian akademik (academic achievement) siswa di SMP Santa Maria Bandung ?
2. Apakah kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi rendah(ekstrakurikuler futsal, taekwondo, bulutangkis) berpengaruh positif terhadap pencapaian akademik (academic achievement) siswa di SMP Santa Maria Bandung ?
(10)
3. Apakah kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga (Pramuka, Paskibra, Science Club, Kuliner) berpengaruh positif terhadap pencapaian akademik (academic achievement) siswa di SMP Santa Maria Bandung ?
Mengacu pada pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan, dapat ditentukan variabel-variabel penelitian sebagai berikut :
1. Variabel bebas (Independent Variabel) adalah program latihan yang diberikan pada kegiatan ekstrakurikuler frekuensi tinggi, rendah, ekstrakurikuler non olahraga siswa-siswi kelas VII di SMP Santa Maria, sesuai dengan program yang disetujui oleh Kepala Sekolah dan Yayasan Salib Suci.
2. Variabel Terikat (dependent variabel) adalah :
a. Nilai ujian akhir semester 2 siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi tinggi, rendah, dengan kegiatan ekstrakurikuler nonolahraga untuk mata pelajaran PKn, Matematika, dan Bahasa Indonesia akhir semester 2.
C. Tujuan Penelitian
Mengacu kepada pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Memahami pengaruh (kalau ada) kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi tinggi terhadap pencapaian akademik (academic achievement) siswa di SMP Santa Maria Bandung.
2. Memahami pengaruh (kalau ada) kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi rendah terhadap pencapaian akademik (academic achievement) siswa di SMP Santa Maria Bandung.
(11)
3. Memahami pengaruh (kalau ada) kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga terhadap pencapaian akademik (academic achievement) siswa di SMP Santa Maria Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk: 1. Manfaat Secara Teoritis
a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan bahan pemikiran untuk kajian ilmu olahraga mengenai pentingnya aktivitas fisik dalam menunjang pencapaian akademik (academic achievement) anak-anak tingkat sekolah menengah pertama.
b. Diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan untuk pembuat kebijakan para penyusun dan pelaksana Kurikulum Pendidikan Jasmani (Penjaskes) pada khususnya untuk guru-guru pendidikan jasmani dan pelatih di lapangan.
c. Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu olahraga.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Guru-guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan anak-anak Sekolah Menengah Pertama dalam menentukan frekuensi dan intensitas latihan yang dapat dirasakan manfaatnya.
b. Sebagai masukan untuk pihak-pihak yang terkait dengan pembinaan olahraga usia sekolah menengah pertama.
c. Sebagai bahan argumentasi untuk meyakinkan orang tua murid mengenai pentingnya olahraga bagi pertumbuhan fisik dan psikis siswa SMP.
(12)
E. Definisi Operasional
Untuk memperjelas maksud serta tujuan dari penelitian ini, perlu dikemukakan beberapa penjelasan untuk istilah-istilah yang dipakai didalam penelitian ini, yaitu :
1. Prestasi Akademik (Academic Achievement)
Menurut Sardiman (2001:46) “Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”. Sedangkan pengertian prestasi menurut A. Tabrani (1991:22) “Prestasi adalah kemampuan nyata (actual ability) yang dicapai individu dari satu kegiatan atau usaha”. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996:186) “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”. Sedangkan menurut W.S Winkel (1996:165) “Prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai”. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan.
2. Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2007:2) hasil belajar adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
(13)
Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya, karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
3. Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kegiatan diartikan sebagai akivitas, keaktifan , usaha yang sangat giat (Poerwadarminta, 2002:322).
Ekstrakurikuler dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti kegiatan yang bersangkutan di luar kurikulum atau di luar susunan rencana pelajaran (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989:479).
Kegiatan ekstrakurikuler menurut wikipedia Indonesia adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar (id.wikipedia.org, 2011).
Techonlyl3 (2009) mengemukakan bahwa:
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
(14)
F. Pembatasan Penelitian
Untuk menghindari timbulnya bias, maka penulis membatasi penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian ini mengkaji pencapaian hasil belajar (academic achievement) siswa-siswi kelas VII SMP Santa Maria yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi tinggi, rendah dan kegiatan ekstrakurikuler non olahraga, serta mengetahui kontribusinya terhadap hasil belajar siswa.
2. Populasi penelitian adalah semua siswa siswi kelas VII SMP Santa Maria pada tahun ajaran 2010-2011, yang berlatar belakang ekstrakurikuler olahraga frekuensi tinggi 21 siswa, kegiatan ekstrakulikuler olahraga frekuensi rendah sebanyak 14 siswa, kegiatan ekstrakurikuler non olahraga sebanyak 23 orang. Jumlah keseluruhan 58 siswa. Soetrisno (1990:70) mengatakan : “tidak semua populasi harus dijadikan sebagai sampel, sampel bisa diambil mengambil sebagian dari populasi, asal sampel tersebut bisa mewakili populasi”.
3. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 58 siswa yang dijadikan tiga kelompok (21 orang kelompok siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga frekuensi tinggi, 14 siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi rendah) dan diambil melalui total sampling.
4. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan memakai metode penelitian True experimental design, Sugiyono (2010:75) memaparkan bahwa : “dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen”. Dengan
(15)
pretest-posttest control group design, karena peneliti sendiri tidak memanipulasi sampel secara langsung.
5. Lokasi penelitian adalah daerah Jalan jenderal A. Yani no. 273 di SMP Santa Maria Kota Bandung.
6. Instrumen penelitian terdiri dari “instrumen utama” dan “instrumen pelengkap“. Instrumen utama terdiri :
a. Tes Kemampuan akademik, yaitu terdiri dari 3 set soal untuk ulangan sumatif pada tengah semester kedua untuk bidang studi PKn, Matematika dan Bahasa Indonesia. Sedangkan instrumen pelengkapnya terdiri dari tes kemampuan akademik tahap awal, yang hanya dilakukan pada tengah semester 2.
7. Variabel penelitian terdiri dari :
a. Variabel bebas, menurut Sugiyono (2010:39) variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya (kalau ada) atau timbulnya variabel dependen (terikat), dalam penelitian ini yaitu aktivitas fisik kegiatan ekstrakurikuler frekuensi tinggi (Bola Basket), kegiatan ekstrakurikuler frekuensi rendah (Futsal, Badminton, Taekwondo), dan kegiatan ekstrakurikuler non olahraga Pramuka, Science Club, Paskibra, Teater, dan Kuliner.
G. Anggapan Dasar
a. Anggapan dasar penelitian
Anggapan dasar diperlukan sebagai pegangan proses penelitian dan sebagai titik tolak dari semua proses yang dikerjakan oleh penulis, Surakhmad (1982:107) menjelaskan tentang anggapan dasar sebagai berikut :
(16)
Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak penelitian yang kebenarannya diterima oleh penyelidik itu. Hal itu berarti bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan anggapan dasar yang berbeda, seorang penyelidik mungkin saja meragukan suatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai suatu kebenaran. Dari sifat kebenaran itu selanjutnya diartikan pula penyelidik dapat dirumuskan satu atau lebih hipotesisi yang dianggap sesuai dengan penyelidikan.
Berdasarkan paparan di atas, dalam hal ini penulis mencoba memberikan anggapan dasar yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini. Adapun anggapan dasar itu adalah sebagai berikut : Kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang dikemas dengan sistematis dan terencana, akan berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi akademik para pelakunya. Asumsi ini diperkuat oleh beberapa ahli pendidikan sebagai berikut :
1. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah salah satu kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan seorang siswa, sebagaimana pemaparan dari Amal (2005:378) yaitu :
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahwa dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah”.
Dari tujuan ekstrakurikuler di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan ekstrakurikuler erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa. Melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas dan biasanya yang membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah guru bidang studi yang bersangkutan.
(17)
2. Giriwijoyo (2007:85) mengutip Renstrom & Roux 1988, dalam A.S Watson Children in Sport dalam Bloomfield, J, Fricker P.A, and Fitch, 1992) bahwa :
“Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologis, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektual maupun kemampuannya dalam bersosialisasi dengan lingkungan nyata lebih unggul pada siswa yang aktif mengikuti kegiatan penjas dari pada siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti penjas”.
3. Coe et al. (2006:1515) melakukan penelitian yang berjudul : “Effect of Physical Education and Activity Levels on Academic Achievement in Children”. Penelitian ini dilakukan terhadap 214 siswa kelas enam. Hasil dari penelitian ini adalah nilai siswa yang mendaftar pendidikan jasmani pada semester satu maupun kedua serupa. Siswa yang melakukan aktivitas fisik yang cukup berat sesuai Healthy People 2010 guidelines memiliki nilai yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan siswa yang tidak melakukan aktivitas yang cukup berat pada kedua semester.
4. Grissom (2005:11) melakukan penelitian yang berjudul : “Physical Fitness and Academic Achievement”. Penelitian ini dilakukan terhadap 888.715 siswa kelas 5, 7 , dan 9 sekolah umum di California dengan menggunakan instrumen tes kebugaran jasmani FITNESSGRAM®, yang dibandingkan dengan skor
membaca dan matematika dalam Stanford Achievement Test edisi ke-9. Hasil penelitian mengindikasikan hubungan positif yang konsisten antara kebugaran secara menyeluruh dengan pencapaian akademik, semakin besar nilai skor kebugaran fisik secara menyeluruh, skor pencapaian akademik juga semakin besar. Hubungan antara kebugaran dan pencapaian akademik terlihat lebih kuat pada perempuan daripada laki-laki, dan pada siswa yang memiliki status
(18)
ekonomi dan sosial yang lebih tinggi daripada siswa yang status ekonomi dan sosialnya rendah.
5. Rusli Lutan (2002) mengatakan bahwa :
“Hasil riview Bernett terhadap 60 hasil riset memantapkan kepercayaan bahwa bermain bagi anak berdampak terhadap peningkatan kemampuan memecahkan masalah, serta berdampak positif untuk peningkatan kreativitas. Aktivitas jasmani memiliki peranan penting terhadap perkembangan kognitif dan intelektual siswa melalui pengalaman sekolah, serta partisipasi dalam ekstrakurikuler sehingga dapat mengurangi angka drop out siswa khususnya pada siswa yang bermasalah”.
Mengacu kepada pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, dengan program pendidikan jasmani atau kegiatan olahraga yang teratur dan terencana dengan baik, akan mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan jasmani (sehat dinamis), serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tingkat kecerdasan anak yang selanjutnya tentu saja akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar.
b. Hipotesis Penelitian
Merujuk pada asumsi dasar yang telah dikemukakan, maka penulis mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi tinggi mempunyai pengaruh yang positif dibandingkan dengan ekstrakurikuler olahraga frekuensi rendah maupun kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga.
(19)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Kegiatan Olahraga
1. Kegiatan Olahraga Secara Umum
Noerbai (Harsuki:2003:10) menjelaskan, bahwa “Olahraga adalah perjuangan melawan diri sendiri dan melawan orang lain. Pada saat itu pula harus dilandasi dengan sikap batiniah tertentu“. Kegiatan olahraga identik dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan suatu permasalahan pokok yang telah banyak dibahas diberbagai negara, termasuk di negara Indonesia. Persoalan ini terkait dengan tingkat kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Berbagai penelitian mengenai aktivitas fisik telah banyak dilakukan oleh para ahli. Bahkan World Health Organization (WHO) yaitu badan kesehatan dunia yang menangani masalah kesehatan secara global, telah banyak mencurahkan perhatiannya kepada permasalahan ini. “Physical inactivity, a low level of cardiorespiratory fitness and obesity are related to many chronic diseases“. (U.S Department of Health and Human Services 1996. WHO 1998). Artinya adalah inaktivitas fisik, kebugaran yang rendah dan kardiorespirasi dan obesitas berhubungan dengan banyak penyakit kronis. Sebagaimana pendapat didalam (Tn.2011:1) menjelaskan bahwa :
“Penelitian yang dilakukan oleh badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja menjadi penyebab 1 dari 10 kematian dan kecacatan dan lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya bergerak atau aktivitas fisik. Oleh sebab itu, beraktivitas fisik sangat diperlukan untuk memelihara kesehatan”.
Beberapa pakar memaparkan pengertian tentang aktifitas fisik. Carl J. Casperen et al. dalam Public Health Report (1985 :126) menyatakan :”physical
(20)
activity is defined as any bodily movement produced by skeletal muscles that’s results in energy expenditure. The energy expenditure can be measured in kilo calories.” Aktivitas fisik didefinisikan sebagai segala gerak tubuh yang dilakukan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energy. Pengeluaran energi tersebut dapat diukur dengan satuan kilo kalori. WHO (WHO, 2011:1) menjelaskan bahwa aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai segala bentuk gerakan tubuh yang dihasilkan otot-otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energy. Ketidakaktifan fisik telah diidentifikasi sebagai peringkat keempat faktor resiko kematian global yang telah mengakibatkan kematian sekitar 3.2 juta orang.“Physical activity is defined as any bodily movement produced by skeletal muscles that requires energy expenditure. Physical inactivity has been identified as the fourth leading risk factor for global mortality causing an estimated 3.2 million deaths globally”.
2. Kegiatan Olahraga di Sekolah a.Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani
Di dalam pendidikan banyak hal yang dapat diperoleh seorang, mulai materi pendidikan yang meningkatkan kemampuan kognitif seseorang, materi yang meningkatkan kualitas afektif, sampai materi yang meningkatkan kemampuan psikomotorik. Dalam masyarakat kita, pendidikan secara formal dapat diperoleh melalui berbagai institusi pendidikan, mulai dari sekolah-sekolah, perguruan tinggi, tempat-tempat kursus, dan institusi pendidikan agama (pesantren).
Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan formal melakukan berbagai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, antara lain : aktivitas belajar-mengajar formal, dan berbagai
(21)
kegiatan-kegiatan yang menunjang pengembangan bakat dan minat para siswa. Salah satu kegiatan yang menunjang pengembangan bakat dan minat para siswa adalah kegiatan ekstrakurikuler.
b. Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Pertama
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan:
(1) Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi (Pasal 6 Ayat 6).
(2) Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2). (3) Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20).
Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak yang seluas-luasnya untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi-variasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan kebutuhan daerah, serta kondisi siswa. Untuk keperluan di atas, perlu adanya panduan pengembangan silabus untuk setiap mata pelajaran, agar daerah atau sekolah tidak mengalami kesulitan. Materi mata pelajaran Penjas SMP yang meliputi: pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar permainan dan
(22)
olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/senam; aktivitas ritmik; akuatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (outdoor) disajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. Adapun implementasinya perlu dilakukan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan, yang pada gilirannya siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup seseorang.
Dengan demikian, agar terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup aktif. Struktur materi Penjas dikembangkan dan disusun dengan menggunakan model kurikulum kebugaran jasmani dan pendidikan olahraga menurut LPMP yang dikutip dari (Jewett, Ennis, & Bain, 1995). Asumsi yang digunakan kedua model ini adalah untuk menciptakan gaya hidup sehat dan aktif, dengan demikian manusia perlu memahami hakikat kebugaran jasmani dengan menggunakan konsep latihan yang benar.
Olahraga merupakan bentuk lanjut dari bermain, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian manusia. Untuk dapat berolahraga secara benar, manusia perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Pendidikan jasmani diyakini dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk: (1) berpartisipasi secara teratur dalam kegiatan olahraga, (2) pemahaman dan penerapan konsep yang benar tentang aktivitas-aktivitas tersebut agar dapat melakukannya secara aman, (3) pemahaman dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas-aktivitas tersebut agar terbentuk sikap dan perilaku sportif dan positif, emosi stabil, dan gaya hidup sehat. Struktur materi penjas dari
(23)
TK sampai SMU dapat dijelaskan sebagai berikut. Materi untuk TK sampai kelas 3 SD meliputi kesadaran akan tubuh dan gerakan, kecakapan gerak dasar, gerakan ritmik, permainan, akuatik (olahraga di air) bila memungkinkan), senam, kebugaran jasmani dan pembentukan sikap dan perilaku. Materi pembelajaran untuk kelas 4 sampai 6 SD adalah aktivitas pembentukan tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, kecakapan hidup di alam bebas, dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku). Materi pembelajaran untuk kelas 7 dan 8 SMP meliputi teknik/keterampilan dasar permainan dan olahraga, senam, aktivitas ritmik, akuatik, kecakapan hidup di alam terbuka, dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku). Materi pembelajaran kelas 9 SMP sampai kelas 12 SMU adalah teknik permainan dan olahraga, uji diri/senam, aktivitas ritmik, akuatik, kecakapan hidup di alam terbuka dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku).
Sukintaka ( 2003:41) menyatakan bahwa :“Pendidikan jasmani adalah bagian integral dalam proses pendidikan anak seutuhnya dengan media aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan-tujuannya”. Rusli Lutan (2001a:1) mengenai pendidikan jasmani mengatakan sebagai berikut : “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan.“ Para pakar pendidikan jasmani kurang lebih sependapat bahwa tujuan-tujuan pendidikan jasmani (Sukintaka, 2003:21) adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan organ-organ tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani.
2. Perkembangan neuromuskular. 3. Perkembangan mental emosional.
(24)
4. Perkembangan sosial. 5. Perkembangan intelektual.
Struktur materi yang telah diterangkan dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini berdasarkan LPMP yang dikutip dari (Wuest dan Lombardo, 1994: 65).
Gambar 2.2. Struktur Materi Pendidikan Jasmani
Berdasarkan uraian di atas, karakteristik pendidikan jasmani SMP dapat dirumuskan sebagai berikut.
Kesadaran akan Tubuh dan Gerakan, Kecakapan Gerak Dasar Ritmik
Permainan dan
Olahraga
Tim Perorangan
Permainan (Games) Akuatiks (bila mungkin) Senam kelas
Aktivitas Pengondisian Jasmani
Kecakapan Hidup di Alam
Bebas
Pengenalann
Aktivitas Sepanjang Hayat Gaya Hidup Aktif 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 K E C A K A P A N H I D U P P E R S O N A L Kebugaran Jasmani 1. Komponen Kesehatan 2. Komponen Keterampilan Sikap dan perilaku Mempercayai Menghargai Inisiatif
(25)
(1) Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMP, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga.
(2) Pendidikan jasmani menggunakan pendekatan interdisipliner, karena melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti anatomi, fisiologi, psikologi, sosiologi, dan ilmu-ilmu yang lain. Pendukung utama pendidikan jasmani adalah ilmu-ilmu keolahragaan yang mencakup filsafat olahraga, sejarah olahraga, pedagogi olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi olahraga, dan biomekanika olahraga.
Materi pendidikan jasmani berupa kajian terhadap gerak manusia yang dikemas dalam muatan yang esensial, faktual, dan aktual. Materi ini disampaikan dalam rangka memberikan kesempatan bagi siswa untuk tumbuh dan berberkembang secara proporsional yang mencakup ranah psikomotor, jasmani, kognitif, dan afektif. Sukintaka (2003:5) menyatakan bahwa :
Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan melalui aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematik untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya. Jadi dengan demikian pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang cakupannya sangat luas, dalam mengembangkan kemampuan fisik (kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelentukan, power, stamina, kelincahan reaksi, dan koordinasi) dan psikis yang ditujukan untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Kurikulum Berbasis Kompetensi Bidang Studi Pendidikan Jasmani memaparkan bahwa : “Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, perseptual, kognitif dan emosional.”
SK Mendikbud 413/U/1987 mengatakan bahwa : “Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, intelektual, dan emosional melalui aktivitas fisik.“
(26)
Harsono (2010:3) merumuskan beberapa hal mengenai pendidikan jasmani :
(1) Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari seluruh proses pendidikan.
(2) Pendidikan jasmani adalah proses guna mengubah perilaku manusia. (3) Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang menggunakan fisik atau
tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, atau dengan perkataan lain, suatu pendidikan melalui aktivitas-aktivitas jasmaniah. Artinya, yang menggunakan jasmaniah (raga) sebagai media (vehicle) pendidikan.
(4) Harus diberikan secara sadar (intentionally), voluntary, dan bertujuan untuk memperkembangkan aspek-aspek fisik, mental, emosional, dan sosial dari individu.
(5) Menekankan penggunaan kumpulan otot-otot besar (big muscle activities). Maksudnya adalah otot-otot besar yang biasa digunakan untuk melakukan aktivitas-aktivitas melompat, lari, melempar, memanjat, bergulat, dsb. Hal ini adalah untuk membedakan dengan kumpulan otot-otot kecil yang biasa digunakan untuk aktivitas-aktivitas seperti menulis, melukis, dan menggambar, termasuk mungkin dalam catur, bridge aero-modelling, dam-daman.
(6) Pendidikan jasmani adalah suatu pendidikan yang berhubungan dengan pertumbuhan, perkembangan, dan penyesuaian diri dari individu melalui suatu program yang sistematis dari latihan-latihan jasmaniah yang terpilih dan terorganisir dengan baik guna mencapai tujuannya (outcomes). Harsono (2010:6) menyatakan bahwa sasaran (aim) dari pendidikan jasmani adalah: Memperkembangkan aspek-aspek fisik, mental, maupun sosial setiap individu secara optimal, melalui partisipasi dalam aktivitas-aktivitas jasmaniah yang terbimbing dan sistematis, dan terpilih sesuai standar-standar sosial dan kesehatan. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Menurut PERMENDIKNAS (2006:237) tujuan pendidikan jasmani adalah :
Mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Secara khusus tujuan utama pendidikan jasmani adalah menghasilkan manusia yang sehat, cerdas, aktif, disiplin serta sportif dan kemandirian yang tinggi. Mata pelajaran pendidikan jasmani yang
(27)
dilaksanakan disekolah merupakan salah satu program yang bertujan untuk meningkatkan kesegarann siswa, dengan kesehatan yang baikdiharapkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal.
Selain itu pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih dan dilakukan secara sistematis.
Adapun tujuan dari pendidikan jasmani menurut PERMENDIKNAS di dalam DIRJEN Pendidikan Menengah Tahun 2008 adalah :
(1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
(2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
(3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
(4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung didalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
(5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.
(6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
(7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga dilingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Keberhasilan pendidikan jasmani apabila dilaksanakan dengan sistem yang baik seperti dirumuskan AAHPERD (American Alliance For Health, Physical Education, Recreation, and Dance) yaitu seorang yang terdidik pendidikan jasmaninya, dan bagaimana jasmaninya itu berfungsi, badannya sehat dan bugar, prestasi akademiknya meningkat, perkembangan konsep diri maksimal
(28)
serta membantu dan meningkatkan keterampilan sosialnya. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melibatkan proses interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitar melalui aktivitas jasmani. Menurut Sukintaka (2003:5) : “Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan melalui aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematik untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya“. Jadi dengan demikian pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang cakupannya sangat luas, dalam mengembangkan kemampuan fisik (kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelentukan, power, stamina, kelincahan, reaksi, dan koordinasi) dan psikis yang ditujukan untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Lebih lanjut didalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Bidang Studi Pendidikan Jasmani memaparkan bahwa “Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, perseptual, kognitif dan emosional.“ Sejalan dengan hal tersebut SK Mendikbud 413/U/1987, bahwa :“Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, intelektual, dan emosional melalui aktivitas fisik.“
Guru pendidikan jasmani harus memahami dengan baik tujuan-tujuan apa yang harus dicapai dengan pelajaran pendidikan jasmani dengan merancang dan melaksanakan berbagai macam aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Para pakar pendidikan jasmani kurang lebih sependapat bahwa tujuan-tujuan pendidikan jasmani (Abdullah, 2003:21) adalah sebagai berikut :
(29)
(1) Perkembangan organ-organ tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani.
(2) Perkembangan neuromuskular. (3) Perkembangan mental emosional. (4) Perkembangan sosial.
(5) Perkembangan intelektual.
Sedangkan menurut Abdullah (2003:41) :“Pendidikan jasmani adalah bagian integral dalam proses pendidikan anak seutuhnya dengan media aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan-tujuannya. Selain itu mengenai pendidikan jasmani Rusli Lutan (2001a:1) mengatakan sebagai berikut : “pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan“.
Pembinaan kebugaran jasmani harus terus dilakukan secara berkesinambungan tanpa terkecuali mulai anak SD, SMP, bahkan SMA. Hal ini sangat penting karena berkaitan dengan masa depan anak ketika dewasa. Di lingkungan sekolah, olahraga dilakukan terutama pada saat jam pelajaran pendidikan jasmani. Praktik pengajaran pendidikan jasmani yang sistematis dan terencana untuk meningkatkan mutu penyajian bahan ajar, selain dapat mencapai tujuan pengajaran berupa peningkatan kemampuan partisipasi dalam aktivitas jasmani, juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial, kognitif, dan pengalaman spiritual. Pendidikan jasmani juga memungkinkan terjadinya penemuan atlet-atlet berpotensi yang kemudian dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Hal yang menjadi permasalahan adalah saat siswa tersebut berprestasi di salah satu cabang olahraga, maka fasilitas harus diberikan kepada mereka minimal menjamin mereka agar dapat meningkatkan kemampuan ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini akan meningkatkan peran siswa dalam
(30)
aktivitas jasmani di sekolah-sekolah dan diharapkan pihak orang tua tidak melarang aktivitas jasmani anak-anaknya dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Pendidikan jasmani di SMP diadakan sekali dalam satu minggu sebanyak 2 jam pelajaran. Sebagian siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga mendapat tambahan aktivitas berolahraga sebanyak 2 sampai 3 kali seminggu. Satu pertemuan kurang lebih berdurasi 1 sampai 2 jam. Harsono (2010:3) merumuskan beberapa hal mengenai pendidikan jasmani :
1) Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari seluruh proses pendidikan
2) Pendidikan jasmani adalah proses guna mengubah perilaku manusia 3) Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang menggunakan fisik atau
tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, atau dengan perkataan lain, suatu pendidikan melalui aktivitas-aktivitas jasmaniah. Artinya, yang menggunakan jasmaniah (raga) sebagai media (vehicle) pendidikan.
4) Harus diberikan secara sadar (intentionally), voluntary, dan bertujuan untuk memperkembangkan aspek-aspek fisik, mental, emosional, dan sosial dari individu.
5) Menekankan penggunaan kumpulan otot-otot besar (big muscle activities). Maksudnya adalah otot-otot besar yang biasa digunakan untuk melakukan aktivitas-aktivitas melompat, lari, melempar, memanjat, bergulat, dsb. Hal ini adalah untuk membedakan dengan kumpulan otot-otot kecil yang biasa digunakan untuk aktivitas-aktivitas seperti menulis, melukis, dan menggambar, termasuk mungkin dalam catur, bridge aero-modelling, dam-daman.
6) Pendidikan jasmani adalah suatu pendidikan yang berhubungan dengan pertumbuhan, perkembangan, dan penyesuaian diri dari individu melalui suatu program yang sistematis dari latihan-latihan jasmaniah yang terpilih dan terorganisir dengan baik guna mencapai tujuannya (outcomes).
Sementara mengenai objektif atau tujuan pendidikan jasmani, Harsono (2010:7-10) membaginya menjadi :
(31)
Pendidikan jasmani dalam jangka panjang akan mampu untuk memberikan sumbangan yang unik dan bermakna dalam mencapai tujuan :
1. Kesehatan (health)
2. Penggunaan waktu senggang (leisure)
3. Watak beradab, berakhlak, susila (ethical character)
• Intermediate objectives
Dari ketiga remote objectives dapat ditarik empat tujuan lagi yang bersifat intermediate atau lebih dekat dari remote. Keempat objectives ini adalah :
1. Perkembangan organik
2. Perkembangan neuromuskular 3. Perkembangan interpretive
4. Perkembangan impulsif (sportsmanship)
• Immediate control objectives
Objektives yang lebih immediate, yanglebih dekat ketimbang intermediate, dan yang langsung dapat dikontrol atau dilihat/diawasi hasilnya. Keempat objektif tersebut adalah :
1)Perkembangan fisik (condition control) 2)Perkembangan melekat (fixed control)
3)Kemudahan penyesuaian diri (adaptive control)
4)Perkembangan pola, model, kebiasaan, sikap (pattern control)
c.Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut kebutuhannya agar tercapai pembentukan karakter siswa-siswi, maka kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan diperlukan peranan sekolah sebagai penyedia kesempatan bagi siswa untuk turut berpartisipasi dalam olahraga maupun bukan olahraga. Hal ini sejalan dengan Abdul Kadir (2003:57) yang menjelaskan bahwa : “Guru pendidikan jasmani harus menambah, menyediakan program pendidikan jasmani untuk memperoleh pengalaman khusus dari olahraga”. Oleh karena itu dari penjelasan di atas erat kaitannya dengan ekstrakurikuler olahraga yang ada di sekolah-sekolah tingkat Sekolah Menengah Pertama. Seperti ekstrakurikuler futsal, bola basket, badminton dan taekwondo. Oleh karena itu seorang guru olahraga di sekolah harus merencanakan program yang diberikan agar sesuai dengan kebutuhan siswa.
(32)
Di SMP dan SMA kegiatan ekstrakurikuler berkembang dan bertambah macamnya. Banyak jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dipilih seperti Usaha Kesehatan Sekolah, Kegiatan Seni, Patroli Keamanan Sekolah (PKS), Paskibra, KIR, dan kegiatan olahraga. Para siswa pada umumnya mengikuti salah satu kegiatan ektrakurikuler tersebut, bahkan ada yang mengikuti beberapa kegiatan sekaligus. Kegiatan ekstrakurikuler dikoordinasikan oleh sekolah dan dibimbing oleh guru maupun tenaga pelatih yang dikelola sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah bagian dari pendidikan. Oleh karena itu maka kebijakan mengenai kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari kebijakan departemen pendidikan nasional yang sebelum era reformasi disebut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dengan berlandaskan pada Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor: 0461/U/1964 dan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor : 226/C/Kep/0/1992. Dalam Surat Keputusan itu dinyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan disamping jalur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), latihan kepemimpinan dan wawasan wiyatamandala. Berdasarkan kedua Surat Keputusan tersebut ditegaskan pula bahwa kegiatan ekstrakurikuler sebagai bagian dari kebijaksanaan pendidikan secara menyeluruh yang mempunyai tugas pokok :
1. Memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa 2. Mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran 3. Menyalurkan bakat dan minat
(33)
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki tujuan agar siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenai hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya dalam arti :
1. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. Berbudi pekerti luhur
3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan 4. Sehat jasmani dan rohani
5. Berkepribadian yang mantap dan mandiri
6. Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan Selain itu tujuan ekstrakurikuler juga untuk lebih memantapkan pendidikan kepribadian dan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. (Narmoatmojo, 2009:5)
Dari uraian diatas, menggambarkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler mempunyai tujuan mulia agar terbentuknya karakter bangsa yang sesuai dengan norma-norma Pancasila. Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1987) sebagai berikut:
1. Kegiatan ekstrakurikuler harus meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
3. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan pelajaran lainnya.(Suryobroto, 1997:272)
Ekstrakurikuler sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan mempunyai peranan utama sebagai berikut :
1. Memperdalam dan memperluas pengetahuan para siswa, dalam arti memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan para siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran sesuai dengan program kurikulum yang ada. 2. Melengkapi upaya pembinaan, pemantapan dan pembentukan nilai-nilai
(34)
3. Membina serta meningkatkan bakat, minas dan keterampilan, dan hasil yang diharapkan ialah untuk memacu anak ke arah kemampuan mandiri, percaya diri dan kreatif. (Narmoatmojo, 2009:6).
a. Materi kegiatan ekstrakurikuler
Ada delapan (8) materi dan jenis kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut;
a) Kegiatan pembinaan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. jenis kegiatannya adalah : (1) melaksanakan peribadatan sesuai dengan agamanya masingmasing, (2) memperingati hari-hari besar agama, (3) membina kegiatan toleransi antar umat beragama, (4) mengadakan lomba yang bersifat keagamaan, (5) menyelenggarakan kegiatan Beni yang bemafaskan keagamaan
b) Kegiatan pembinaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jenis kegiatannya adalah : (1) melaksanakan upacara benders pads hari Senin, Berta hari-hari besar nasional, (2) melaksanakan bakti sosial, (3) melaksanakan lomba karya tulis, (4) melaksanakan pertukaran pelajar antar propinsi, (5) menghayati dan mampu menyanyikan lagu lagu nasional.
c) Kegiatan pembinaan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara Jenis kegiatannya adalah : (1) melaksanakan tata tertib sekolah, (2) melaksanakan baris-berbaris, (3) mempelajari dan menghayati sejarah pejuangan bangsa, (4) melaksanakan wisata siswa dan kelestarian lingkungan slam, (5) mempelajari dan menghayati semangat perjuangn pars pahlawan bangsa.
d) Kegiatan pembinaan kepribadian dan budi pekerti luhur Jenis kegiatannya adalah : (1) melaksanakan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, (2) melaksanakan tata krama pergaulan, (3) menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran rela berkorban dengan perbuatan amal, (4) meningkatkan sikap hormat siswa terhadap orangtua, guru, dan sesama teman di lingkungan masyarakat. e) Kegiatan pembinaan berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan Jenis kegiatannya adalah : (1) mengembangkan peran siswa dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), (2) melaksanakan latihan kepemimpinan siswa, (3) mengadakan forum diskusi ilmiah, (4) mengadakan media komunikasi OSIS, (5) mengorganisir suatu pementasan atau bazar.
f) Kegiatan pembinaan keterampilan dan kewiraswastaan Jenis kegiatannya adalah : (1) meningkatkan keterampilan dalam menciptakan sesuatu lebih berguna, (2) meningkatkan keterampilan di bidang teknik, elektronik, pertanian dan peternakan, (3) meningkatkan usaha-usaha keterampilan tangan, (4) meningkatkan usaha koperasi sekolah, (5) meningkatkan penyelenggaraan perpustakaan sekolah
g)Kegiatan pembinaan kesegaran jasmani dan daya kreasi.
Jenis kegiatannya adalah : (1) meningkatkan usaha kesehatan sekolah, (2) meningkatkan kesehatan mental, (3) menyelenggarakan kantin sehat, (4) menyelenggarakan lomba berbagai macam olahraga. Kegiatan pembinaan persepsi, apersepsi dan kreasi seni. Jenis kegiatanya adalah : (1) meningkatkan wawasan dan keterampilan siswa di bidang seni, (2) menyelenggarakan sanggar
(35)
belajar semacam seni, (3) meningkatkan daya cipta seni, (4) mementaskan, memamerkan hasil berbagai cabang seni (Depdikbud, 1998: 6-10).
b. Visi dan Misi Kegiatan Ekstrakurikuler Narmoatmojo (2009:14) menyatakan bahwa :
Visi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Misi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah :
a) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka,
b) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
c. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler
Fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut :
a) Pengembangan yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b) Sosial yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c) Rekreatif yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d) Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik (Narmoatmojo, 2009:14).
d. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah :
a) Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.
b) Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.
c) Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
(36)
d) Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan mengembirakan peserta didik.
e) Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f) Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat (Narmoatmojo, 2009:15).
e. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler yang populer di negara kita adalah :
a) Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).
b) Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.
c) Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jumaistik, teater, keagamaan.
d) Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya. (Narmoatmojo, 2009:15)
f. Format Kegiatan
Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam format-format berikut :
a) Individual, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik secara perorangan.
b) Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik.
c) Klasikal, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik dalam satu kelas.
d) Gabungan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik antarkelas/antarsekolah/madraasah.
e) Lapangan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan (Narmoatmojo, 2009:16).
g. Kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Santa Maria
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di SMP Santa Maria Bandung secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu ekstrakurikuler olahraga
(37)
dan ektrakurikuler bukan olahraga. Kegiatan ektrakurikuler olahraga terdiri dari : bola basket, futsal, badminton, dan taekwondo. Kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga terdiri dari : pramuka, paskibra, paduan suara, fotografi, kuliner, teater, modern dance, dan science club. Dalam penelitian ini subjek penelitian akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok siswa-siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan kelompok siswa-siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga diwakili oleh bola basket, sementara kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga diwakili oleh Pramuka.
Kegiatan ekstrakurikuler basket dipilih karena jumlah siswa-siswa kelas VII yang mengikuti bola basket cukup banyak (sekitar 18 orang) dan diikuti oleh baik siswa laki-laki maupun perempuan. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang lain cenderung lebih sedikit pesertanya dan pada umumnya diikuti oleh siswa laki-laki. Alasan selanjutnya adalah karena dalam kegiatan ekstrakurikuler basket penulis dapat terlibat secara aktif menyusun dan melaksanakan program latihan. Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dipilih karena kegiatan ini cenderung memiliki sifat kegiatan fisik yang ringan daripada kegiatan ekstrakurikuler olahraga (bola basket). Jumlah siswa-siswa kelas VII yang mengikuti kedua kegiatan ekstrakurikuler ini kurang lebih sama dengan jumlah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bola basket (15 orang). Informasi yang jelas mengenai arti, tujuan, hasil kegiatan ekstrakurikuler yang diharapkan, peranan, dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sangat diperlukan agar program kegiatan ekstrakurikuler dapat mencapai hasil yang baik. Hasil program kegiatan ekstrakurikuler yang baik akan mendukung program intrakurikuler untuk
(38)
mengembangkan nilai-nilai kepribadian. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa sekolah di samping kegiatan belajar mengajar kegiatan intrakurikuler. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler memiliki peran untuk memfasilitasi siswa yang mempunyai hobi dan mengembangkannya menjadi suatu keterampilan yang bermanfaat. Sebagaimana pernyataan yang dikutip dari www.wordpress.com, “Extracuriculer is hold after school. Usually, after school the students go to their extracuriculer as soon as possible. They do activities in their extracuriculer. In extracuriculer, students also learn about leadership and organization”. Artinya ekstrakurikuler diikuti oleh siswa setelah kegiatan belajar di sekolah. Biasanya, setelah sekolah siswa-siswi sesegera mungkin mengikuti ekstrakurikuler sesuai dengan keinginannya. Dalam extrakurikuler, siswa juga belajar tentang kepemimpinan dan organisasi.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga memberikan rumusan tentang apa yang dimaksud kegiatan ekstrakurikuler. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (SK Dirjen Dikdasmen) Nomor : 226/C/Kep/0/1992 yang menyatakan bahwa :
Ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah, yang dilakukan, baik di sekolah ataupun diluar sekolah, dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.
Lampiran Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (SK Mendikbud) Nomor: 060/U/1993, Nomor 061/U/1993 dan Nomor 080/U/1993 mengatakan bahwa:
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan
(39)
kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler.
Departemen Pendidikan Nasional pada kurikulum tahun 2004 menyatakan :
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran diluar kegiatan intrakurikuler yang diselenggarakan secara kontekstual dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan untuk memenuhi tuntutan penguasaan kompetensi mata pelajaran, pembentukan karakter bangsa, dan peningkatan kecakapan hidup yang alokasi waktunya diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah dan madrasah/ daerah. Kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan atau kunjungan studi ke tempat-tempat tertentu yang berkaitan dengan esensi materi pelajaran tertentu/ kegiatan kepramukaan, perkoperasian, kewirausahaan, kesehatan sekolah dan Madrasah, olahraga, dan palang merah. ( Departemen Pendidikan Nasional, 2004:26).
Selain itu kegiatan ekstrakurikuler kecabangan olahraga juga memungkinkan siswa untuk dapat meningkatkan minatnya terhadap suatu kecabangan olahraga, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi dan prestasi mereka. Hal tersebut bukanlah tanpa alasan, ini dikarenakan oleh fungsi kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri, seperti yang diungkapkan didalam situs technoly13 (Tn, 2009:2-3) yang diunduh pada tanggal 21 April 2011 :
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa banyak hal positif yang dapat diambil dari kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa baik kegiatan ekstrakurikuler
(40)
olahraga maupun non olahraga diantaranya yaitu pengembangan kepribadian siswa baik dari sisi akademis maupun non akademis, dan nilai sikap. Oleh karena itu dengan mengikuti ekstrakurikuler ini, siswa akan mendapatkan alokasi waktu belajar yang lebih banyak, sehingga diharapkan siswa yang berperan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler ini akan lebih memahami dan menguasai cabang olahraga yang dijadikan sebagai ekstrakurikuler dan tambahan proses pembelajaran bagi siswa tersebut. Adapun Sukarna (2003:64) menjelaskan bahwa dalam pelajaran yang ditujukan untuk pertumbuhan fisik harus dibuat :
a. Latihan yang diberikan setiap hari tidak terlalu meletihkan. b. Bekerja dan bermain sangat efisien dan cukup.
c. Ia mahir dalam berbagai aktivitas
Kemudian latihan untuk emosional , sosial, dan intelektual adalah : a. Latihan untuk melatih mental :
• Melepaskan ketegangan melalui berbagai latihan.
• Kecukupan, kegembiraan, dan keramahtamahan yang dikembangkan melalui aktivitas satu sama lain.
• Kesiapan mental dalam situasi keaktifan.
• Kepercayaan diri sendiri dan seluruh grup dalam satu permainan. b. Dalam waktu terluang guru :
• Menguasai peraturan dan ketentuan-ketentuan.
• Benar ahli dalam berbagai kegiatan. c. Kehidupan berdemokrasi
• Perasaan satu grup
• Rasa hormat terhadap kebenaran dan perasaan jujur terhadap orang lain.
• Sangat bertanggung jawab dan percaya pada diri sendiri .
• Percaya kepada hakim atau wasit dan keputusannya.
Di dalam dunia pendidikan di Indonesia, pendidikan dan pembinaan generasi muda telah ditetapkan di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 maupun di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara yang menegaskan bahwa “Generasi muda yang di dalamnya termasuk para siswa adalah penerus cita-cita
(41)
perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar 1945”. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka lingkungan pendidikan formal sangat penting dan strategis bagi upaya mewujudkan tujuan tersebut, baik melalui proses belajar mengajar maupun melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Salah satu wadah pembinaan siswa di sekolah adalah kegiatan ekstrakurikuler. Adapun yang dimaksud dengan kegiatan ekstrakurikuler seperti yang ditulis dalam artikel (www.eduqna.com, 2011) adalah : "Extracurricular is that it is outside the curriculum, or not a class. The only thing on your inventory that would count as an extracurricular activity would be the volunteer work at the library, and single if it was not a class. Extracurricular happenings are things like sports, music, theater, clubs, etc. Artinya kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan di sekolah di luar kurikulum, atau di luar jam kelas. Siswa-siswi yang terdaftar di sekolah akan dinilai secara akumulasi sebagai kegiatan ekstrakurikuler sukarela seperti di perpustakaan. Adapun yang termasuk pada kegiatan ekstrakurikuler adalah olahraga, musik, teater, klub, dll. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam siswa dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya. Sebagaimana dijelaskan didalam Buku Petunjuk Teknis Tata Cara Berorganisasi Siswa Depdikbud (1985: 1) bahwa :
Kegiatan-kegiatan siswa di sekolah khususnya kegiatan ko/ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum. yang dimaksud dengan kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah
(42)
ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler dibimbing oleh guru, sehingga waktu pelaksanaan berjalan dengan baik.
Kegiatan ini menjadi salah satu unsur penting dalam membangun kepribadian murid. Seperti yang tersebut dalam tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler di sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan tahun 1987 yang dikutip oleh (Suryobroto, 1997:272) sebagai berikut:
1. Kegiatan ekstrakurikuler harus meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
3. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan pelajaran lainnya.
Dari ketiga tujuan di atas, maka siswa dituntut untuk dapat mencapai prestasi belajar di sekolah yang didukung oleh kegiatan ekstrakurikuler olahraga maupun non olahraga yang dapat dijadikan sebagai penunjang perolehan hasil belajar siswa. Salah satu wadah pembinaan siswa di sekolah adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam siswa dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya. Namun tidak hanya itu, ekstrakurikuler adalah salah satu kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan seorang siswa, sebagaimana pemaparan dari Amal (2005:378) yaitu :
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam menciptakan tingkat kecerdasan yang tinggi. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahwa dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah”.
(43)
Dari tujuan ekstrakurikuler di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrakurikuler erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa. Melalui kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat bertambah wawasan mengenai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pelajaran di ruang kelas dan biasanya yang membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah guru bidang studi yang bersangkutan. Melalui kegiatan ekstrakurikuler juga siswa dapat menyalurkan bakat, minat dan potensi yang dimiliki. Salah satu ciri kegiatan ekstrakurikuler adalah keanekaragamannya, hamper semua minat remaja dapat digunakan sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler. Hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran ekstrakurikuler dan berdampak pada hasil belajar di ruang kelas yaitu pada mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan ekstrakurikuler yaitu mendapat nilai baik pada pelajaran tersebut. Biasanya siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler akan terampil dalam berorganisasi, mengelola, memecahkan masalah sesuai karakteristik ekskul yang digeluti. Selain itu Rusli Lutan (2002) mengatakan bahwa :
Hasil riview Bernett terhadap 60 hasil riset memantapkan kepercayaan bahwa bermain bagi anak berdampak terhadap peningkatan kemampuan memecahkan masalah, serta berdampak positif untuk peningkatan kreativitas. Aktivitas jasmani memiliki peranan penting terhadap perkembangan kognitif dan intelektual siswa melalui pengalaman sekolah, serta partisipasi dalam ekstrakurikuler sehingga dapat mengurangi angka drop out siswa khususnya pada siswa yang bermasalah.
Sedangkan menurut yang diunduh dari (Tn.2011:2) Fungsi kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
(44)
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Prinsip kegiatan ekstrakurikuler adalah:
a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.
b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.
c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler dalam suasana yang disukai dan mengembirakan peserta didik.
e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.
Jenis kegiatan ekstrakurikuler antara lain :
a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA), PRAMUKA.
b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.
c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan. d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain
karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.
B. Intensitas Latihan
Ada anggapan di dalam masyarakat, pada khususnya di kalangan guru dan orang tua murid SMP Santa Maria yang mengatakan bahwa siswa-siswa SMP Santa Maria yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga biasanya kurang baik prestasi akademiknya. Latihan ekstrakurikuler olahraga dianggap membuat para
(1)
memberikan dukungan langsung atau memasukkan penilaian khusus terhadap nilai ekstrakurikuler siswa yang bersangkutan. Selain itu siswa diharapkan dapat mencerna program yang diberikan guru ekstrakurikuler untuk mecapai prestasi yang optimal. Orang tua merupakan cermin dan panutan bagi anaknya. Bimbingan dari orang tua sangatlah diperlukan agar siswa lebih memiliki minat terhadap kegiatan esktrakurikuler dan mengembangkan bakatnya untuk berprestasi. Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, khususnya terkait dengan metode penelitian yang digunakan, serta kekurangan sarana pendukung dalam proses penelitian, sehingga diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode yang memiliki validitas internal dan eksternal yang lebih baik lagi. Selain itu peneliti juga merasa banyak kekurangan dalam hal keterbatasan variabel, seperti halnya variabel-variabel yang mempengaruhi terhadap peningkatan akademik siswa, yaitu :pola hidup, nutrisi, kontrol sosial ekonomi, budaya, hereditas dan sebagainya. Oleh karena itu peneliti menganjurkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dilihat dari beberapa faktor diatas.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, D, Poppy M. (2003). Mencegah dan Mengatasi Kegemukan Pada Balita, Jakarta :Puspa Swara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi keenam. Jakarta Rineka Cipta.
Brittenham, Greg. (1996). Latihan Khusus Pemantapan Bola Basket. Penerjemah Bagus. Pribadi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Chen Petter (2003). Journal of Physical Education Recreation.
Coackley (2001). Sport in Society-Issues & Controversies. Mc. Grow Hill Companies, New York.
Corcoran, Kevin & Joel Fischer, (2000). Measures for Clinical Practice Vol. 2. New York: The Free Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Tata Cara Berorganisasi Siswa. (Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Kesiswaan: Jakarta, 1985).
Depdikbud. (1998). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler sebagai salah satu Jalur Pembinaan Kesiswaan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Dirjend Dikdasmen
Depdiknas (2008).Pedoman KTSP.Jakarta:BSNP
Dwyer Terence at.el (2001)journals, Relation academic Performance Physical activity and Fitness in Children,Human Kinetics Publihers, Inc. Australia.
Firmansyah, Erik(2010) Pengaruh motivasi Belajar Siswa dan Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani. Tesis.Prodi POR Pasca Sarjana UPI.tidak diterbitkan
Frost, Reuben B. (1975). Physical Education Foundations Practices Principles. USA : Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Frost, Jackie & McKelvie, Stuart J. 2005. “The Relationship of Self-Esteem and Body Satisfaction to Exercise Activity for Male and Female Elementary School, High School, and University Students“. Athletic Insight The Online Journal of Sport Psychology.
Gay, L.R. et al. (2006). Educational Research. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Giriwijoyo, Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung : redpoint.
(3)
Greenberg, D., & Oglesby, C. (1997). Mental health dimensions. Presidents Council on Physical Fitness and Sports Report (Section IV). USA: The Center for Research on Girls & Women in Sport University of Minnesota.
Hamalik, Oemar. (1994). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.Bandung: Trigenda Karya.
Hardman, Stemsel (2003). Pengertian Aktivitas Fisik.[online], 2 halaman. Tersedia: http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/viewFile/259/199 [18 Juni 2011]
Harsono (2002).Coaching dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching, CV. Tambak Kusuma, Jakarta.
Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta: Rajawali Sport, Rajagrafindo Persada.
Hasan Shadily, Jhon Echalos, (2003). Kamus Besar Bahasa Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Jamesh. (1998). Research In Education. Longman:New York.
Kartono (1995). Kecerdasan dan Prestasi Belajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.
Malina (2011). Pengertian Aktivitas Fisik. Wordpress.com [online], 4 halaman. Tersedia e http://mardewrezt.wordpress.com/category/english-corner [6 Juni 2011]
Mahendra, A. dan Ma’mun.A (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik.Bandung: Andira
Marks S, et.al. (2000) The Relationship Between Physical activity, Self Esteem, and Academic Achievement in 12-years-Old Children, Human Kinetics Publihers, Inc. Poerwadarminta, (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: Angkasa
. (2002). Kamus Umum Bahasa Indonesia : Diolah Kembali oleh Pusat Bahasa Depdiknas. Jakarta : Balai Pustaka.
Purwanto, M.(1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.FPOK UPI Bandung.
Riduwan (2010), Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung, Alfabeta. Riduwan (2011). Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian.Bandung:
(4)
Ruseffendi (2006). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito Rusli Lutan, Berliana, dan Sunardi (2007). Penelitian Pendidikan Dalam Olahraga. Bandung.Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI Rusyan A.T. (1993). Proses Belajar Mengajar yang Efektif, Bandung: Bina Budhaya.
Salis, James F. et al. (1999). “Effects of Health-Related Physical Education on Academic Achievement : Project SPARK”. Research Quarterly for Exercise and Sport, by the American Alliance for Health, Physical Education, Recreation, and Dance Vol.70, No. 2, pp. 127-134
Shawan A. J (1997). Physical Activity and Fitness American Journal, Food and Drugs, Administration and The National Institutes Health.
Slameto (1995). Meningkatkan Prestasi Belajar. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. (1994). Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. English : Ally Bacon.
Soetrisno, H. (1990). Dasar Metodologi Riset Field Study Kompetensi Experimental Design Analisis, Surabaya : Universitas Airlangga,
Strauss, Richard S. et al. 2001. “Psychosocial Correlates of Physical Activity in Healthy Children”. American Medical Association. ARCH PEDIATR ADOLESC MED/Vol. 155, Aug 2001 www.archpediatrics.com . Halaman 897-902.
Sudjana, dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabetha
Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : CV. Bintang WarliArtik.
Sukintaka. (2003). Filsafat Pendidikan Jasmani: Keberhasilan Dikjas Mendukung Keberhasilan Olahraga. dalam Harsuki dan Soewatini (ed.). Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sumosardjuno, Sadoso. 1986. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga. Jakarta: Gramedia.
Sunarto (2008. Juli). Pengertian Prestasi Belajar. Wordpress.com [1 Mei 2011]
Sunarto dan Hartono, B. Agung. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Surakhmad. (1998). Pengantar Metodologi Ilmiah : Jakarta. Gramedia Pustaka.
(5)
Suryobroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Techonly13. (2009, 4 Juli).Pengertian Ekstrakurikuler.wordpress.com[online], 3 halaman. Tersedia : http://teschonly13.wordpress.com .[23 April2011]
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Tremblay, Mark S. et al. 2000. “The Relationship between Physical Activity, Self-Esteem, and Academic Achievement in 12-Year-Old Children”. Pediatric Exercise Science, Human Kinetics Publishers. Halaman 312-323
Universitas Pendidikan Indonesia (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.UPI. WHO. (2010). Global Recommendations on Physical Activity for Health. Switzerland : WHO. (2011). Pengertian Obesitas. [online], 8 halaman. Tersedia
(http://www.who.int/topics/obesity/en/2011), [27 Januari 2011]. Sumber internet :
Abuarrosh, Mohamed M. (2011). Self-esteem Definition and Measurement. [Online]. Tersedia : www.garyounis.edu/arts/magazine_art/art28/28/11.pdf [24 Mei 2011] Delapanenam, Trueno Ae. (2009, Juli 4). Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler. [Online].
Tersedia : http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-kegiatan-ekstra-kurikuler/ [7 Mei 2011]
(http://www.eduqna.com/Higher-Education/11-higher-education-2-10.html) yang diunduh pada tanggal 31 januari 2011.
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/viewFile/259/199 http://tentangkomputerkita.blogspot.com/2010/04/pengertian-prestasi.html
Ismayanti (2010). Pengertian Pengukuran. Html.com. [online] 2 halaman. Tersedia: http:/mail.uns.ac.id/ismayanti/materi/bab 20/bab1. [5 Mei 2011]
Narmoatmojo, Winarno. (2009). Ekstrakurikuler di Sekolah : Dasar Kebijakan dan
Aktualisasinya. [Online]. Tersedia :
http://winarno.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/10/Makalah-Ekskul-di-Sekolah.pdf [14 Mei 2011]
New Zealand Ministry of Health. (2010). Physical Activity. [Online]. Tersedia : httpe//www.moh.govt.nz/moh.nsf/indexmh/activity-benefits [16 September 2011] (sunartombs.wordpress.com/2011/01/05/pengertian-prestasi-belajar)
(6)
Wikipedia The Free Encyclopedia. (2005, 20 Februari). Extracurricular Activity. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Extracurricular_activity [14 Mei 2011]
Wikipedia Ensiklopedi Bebas. (2007, 12 Juni). Ekstrakurikuler. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Ekstrakurikuler [14 Mei 2011]
WHO. (2011). Global Recommendations on Physical Activity for Health 5-17 years. [Online]
Tersedia :
http://www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_young_people/en/index.htm [19 September 2011]
WHO. (2011). Global Recommendations on Physical Activity for Health 18-64 years.
[Online] Tersedia :
http://www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_young_people/en/index.htm [19 September 2011].
WHO. (2011). Obesity. [Online] Tersedia : http://www.who.int/topics/obesity/en/2011 [7 Mei 2011]
WHO. (2011). Physical Activity. [Online] Tersedia http://www.who.int/topics/physical_activity/en/ [19 September 2011]
Dokumen :
Depdikbud. (1964). Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor: 0461/U/1964. Jakarta : Depdikbud
Depdikbud. (1992). Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor : 226/C/Kep/0/1992. Jakarta : Depdikbud Depdikbud. (1993). Lampiran Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (SK
Mendikbud) Nomor: 060/U/1993, Nomor 061/U/1993 dan Nomor 080/U/1993. Jakarta : Depdikbud
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kerangka Dasar : Kurikulum 2004. Jakarta : Depdikbud
Depdikbud. (1987). SK Mendikbud 413/U/1987. Jakarta : Depdikbud
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : DPR