PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA TERHADAP HARGA DIRI (SELF ESTEEM) SISWA.

(1)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR.. ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ……… ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Kegunaan Penelitian ... 13

E. Anggapan Dasar ... 14

F. Hipotesis Penelitian ... 16

G. Pembatasan Penelitian ... 17

H. Metode Penelitian ... 17

I. Lokasi Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

B A B I I K A J I A N P U S T A K A A. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 19


(2)

vii

C. Harga Diri (Self Esteem) ... 39

D. Beberapa Penelitian Terkait ... 81

B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N A. Metode Penelitian ... 92

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 93

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 96

D. Alat Pengumpul Data ... 97

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 102

F. Sumber Data ... 103

G. Prosedur Penelitian ... 104

H. Teknik Analisis Data ... 105

I. Program Latihan ... 109

B A B I V H A S I L P E N E L I T I A N D A N P E M B A H A S A N A. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 111

B. Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 113

C. Hasil Statistik Deskripsi ... 116

D. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 119

E. Hasil Uji Rata-rata Dua Sampel Berpasangan ... 124

F. Hasil Uji ANOVA ... 126

G. Hasil Pengujian Hipotesis ... 127


(3)

viii

2. Hipotesis 2 ... 135

3. Hipotesis 3 ... 136

4. Hipotesis 4 ... 137

H. Diskusi Temuan Penelitian ... 143

B A B V K E S I M P U L A N D A N R E K O M E N D A S I A. Kesimpulan ... 162

B. Rekomendasi ... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 166

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Angket SERS ... 174

Lampiran 2. Data dan Analisis Uji Coba Instrumen ... 181

Lampiran 3 Data Angket SERS ... 184

Lampiran 4. Hasil Analisis SPSS 17.0 Untuk Uji t dan ANOVA ... 186

Lampiran 5. Kisi-kisi Program latihan Ekstrakurikuler Bola Basket ... 201

Lampiran 6. Surat Keputusan Pembimbing Tesis ... 207

Lampiran 7. Surat Pengantar Penelitian ... 209

Lampiran 8. Surat Bukti Penelitian ... 210

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian ... 211


(4)

ix

DAFTAR TABEL Tabel

1.1 Jenis Aktivitas Fisik dan Pengeluaran Energi ... 6

2.1 Fase Pertumbuhan ... 57

3.1 Jadwal kegiatan ekstrakurikuler ... 97

3.2 Kisi-kisi Angket ... 99

4.1 Rata-rata Hasil Observasi Pre dan Post Tes ... 114

4.2 Statistik Deskripsi Pre Test dan Post Test Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Frekuensi Tinggi ... 116

4.3 Statistik Deskripsi Pre Test dan Post Test Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Frekuensi Rendah ... 117

4.4 Statistik Deskripsi Pre Test dan Post Test Ekstrakurikuler Bukan Olahraga .... 118

4.5 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian ... 120

4.6 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Data Variabel ... 122

4.7 Hasil Pengujian Perbedaan Rata-rata SPSS Self-esteem Siswa Sebelum dan Sesudah Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Frekuensi Tinggi ... 125

4.8 Hasil Pengujian Perbedaan Rata-rata SPSS Self-esteem Siswa Sebelum dan Sesudah Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Frekuensi Rendah ... 125

4.9 Hasil Pengujian Perbedaan Rata-rata SPSS Self-esteem Siswa Sebelum dan Sesudah Kegiatan Ekstrakurikuler Bukan Olahraga ... 125


(5)

x

4.11 Hasil Pengujian Scheffe SPSS Self-esteem Siswa Sebelum Perlakuan ... 126 4.12 Hasil Pengujian ANOVA SPSS Siswa Self-esteem Sesudah Perlakuan ... 127 4.13 Hasil Pengujian Scheffe SPSS Self-esteem Sesudah Perlakuan ... 127 4.14 Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan Rata-rata Self-esteem Siswa Sebelum dan

Sesudah Pembelajaran (Uji T Berpasangan) ... 128 4.15 Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan Rata-rata Self-esteem Siswa Sebelum dan


(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Self concept menurut Burns ... 47 2.2 The exercise-self-esteem-model ... 65 2.3 The EXCEM Model ... 66 2.4 Proses Perkembangan Self-Esteem melalui Aktivitas Jasmani Berbasis Pendidikan

Berhasil ... 67 2.5 Hierarki Perkembangan Self-esteem ... 70 3.1 Desain Kuasi Eksperimen non equivalent control groups pre test post test design

... 94 4.1 Jumlah anggota kegiatan ekstrakurikuler SMP Santa Maria ... 114 4.2 Perbandingan Self-esteem Siswa Pre & Post Test ... 115


(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebuah sarana yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas seorang manusia. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan dan produktif. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 Bab II pasal 3 menyatakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan akan membuat kepribadian, kecerdasan, keterampilan seseorang menjadi lebih baik, selain itu pendidikan juga memperluas wawasan sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi diri.

Di dalam pendidikan banyak hal yang dapat diperoleh seseorang, mulai materi pendidikan yang meningkatkan kemampuan kognitif seseorang, materi yang meningkatkan kualitas afektif, sampai materi yang meningkatkan kemampuan psikomotorik.

Dalam masyarakat kita, pendidikan secara formal dapat diperoleh melalui berbagai institusi pendidikan, mulai dari sekolah-sekolah, perguruan tinggi, tempat-tempat kursus, dan institusi pendidikan agama (pesantren).


(8)

Perkembangan fisik, mental dan emosional anak pada masa sekarang ini perlu mendapat perhatian yang khusus. Kesalahan dalam mengarahkan perilaku saat mereka di usia anak-anak dan remaja akan mengakibatkan terganggunya proses perkembangan secara menyeluruh. Kehidupan remaja pada era modern ini menghadapi tantangan yang amat berat, terutama akibat perkembangan teknologi yang sangat pesat menjadikan arus informasi sulit dibendung. Beragam jenis informasi dapat dengan mudah diperoleh sehingga remaja pada masa sekarang ini cenderung lebih mudah untuk mendapatkan sesuatu. Keadaan ini perlu diantisipasi oleh para orang tua dan pendidik karena dapat menciptakan karakter yang negatif. Kemajuan teknologi melahirkan internet dan berbagai permainan komputer yang bila tidak diantisipasi dengan tepat dapat membuat anak-anak dan remaja menjadi malas bergerak dan berhubungan secara langsung dengan orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, orang-orang tua perlu mendorong anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat.

Setiap individu pada dasarnya memiliki banyak potensi. Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai bentuk aktivitas yang dilakukan individu itu. Aktivitas-aktivitas untuk mengembangkan potensi tersebut didorong oleh kebutuhan yang dirasakan oleh masing-masing individu. Siswa sebagai individu juga mempunyai keinginan mengembangkan potensinya, yaitu meraih prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan formal melakukan berbagai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, antara lain : aktivitas belajar-mengajar formal, dan


(9)

berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan bakat dan minat para siswa. Salah satu kegiatan yang menunjang pengembangan bakat dan minat para siswa adalah kegiatan ekstrakurikuler.

Maqi (Wikipedia, 2011) menyatakan bahwa :

Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri.

Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : ekstrakurikuler olahraga dan ekstrakurikuler bukan olahraga. Kegiatan-kegiatan yang termasuk ekstrakurikuler olahraga antara lain : ekstrakurikuler olahraga permainan (bola basket, futsal, sepakbola, dan bola voli), ekstrakurikuler olahraga akuatik (renang), ekstrakurikuler olahraga atletik (lari, lompat, lempar), ekstrakurikuler olahraga beladiri (karate, silat, dan taekwondo). Kegiatan-kegiatan yang termasuk ekstrakurikuler bukan olahraga antara lain : ekstrakurikuler musik (band, marching band, paduan suara, dan degung), ekstrakurikuler tari (tari tradisional, modern dance, dan cheerleader), ekstrakurikuler teater, ekstrakurikuler karya ilmiah, ekstrakurikuler pramuka, pencinta alam, paskibra, ekstrakurikuler komputer, ekstrakurikuler elektronika, dan ekstrakurikuler fotografi.

Kegiatan ekstrakurikuler ini juga memiliki fungsi sebagai sarana bagi para siswa untuk menyalurkan energi, kreatifitas, dan pikirannya dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar siswa dapat


(10)

mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di luar kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan fisik, mental, dan emosional siswa secara optimal. Ketika bakat, kreatifitas, kemampuan, dan keahlian seseorang berkembang menjadi lebih baik, dia akan lebih menghargai dirinya. Orang tersebut akan memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya atau dapat dikatakan orang itu mempunyai self esteem (harga diri) yang positif.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sebuah sarana untuk mengembangkan kualitas siswa agar dapat menjadi sumber daya manusia yang unggul. Salah satu kualitas sumber daya manusia yang dikembangkan dalam institusi pendidikan dan kegiatan ekstrakurikuler adalah kebugaran jasmani.

Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya. (Giriwijoyo, 2007: 23).

Kebugaran jasmani ini dapat ditingkatkan dengan melakukan pola hidup aktif. Salah satu aktivitas yang dilakukan pelaku pola hidup sehat adalah berolahraga. “Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya.“ (Giriwijoyo, 2007:31).

Pembinaan kebugaran jasmani harus terus dilakukan secara berkesinambungan tanpa terkecuali mulai anak SD, SMP, bahkan SMA. Hal ini sangat penting karena berkaitan dengan masa depan anak ketika dewasa. Hal tersebut sejalan dengan sebagaimana yang dikemukakan oleh Harsono (2010:3) :


(11)

Melalui program pendidikan jasmani yang dirancang dan diorganisasi dengan baik (well-directed), anak-anak akan berkembang keterampilan fisiknya, mentalnya, emosionalnya, kecerdasannya, serta aspek-aspek sosialnya. Demikian pula faktor-faktor adaptive-nya, judgement, insight, dan pengertian serta kesadaran akan pentingnya berolahraga untuk bisa dan terbiasa hidup sehat.

Tingkat kebugaran jasmani manusia dipengaruhi oleh lingkungan seperti halnya ekstrakurikuler olahraga di setiap sekolah, yang tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani dan keterampilan dasar mereka, sebagaimana yang dikemukakan oleh Rusli Lutan (1988:367) bahwa : “Perkembangan dan penguasaan keterampilan gerak pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial budaya.“

Di lingkungan sekolah, olahraga dilakukan terutama pada saat jam pelajaran pendidikan jasmani. Praktek pengajaran pendidikan jasmani yang sistematis dan terencana untuk meningkatkan mutu penyajian bahan ajar, selain dapat mencapai tujuan pengajaran berupa peningkatan kemampuan partisipasi dalam aktivitas jasmani, juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial, kognitif, dan pengalaman spiritual. Pendidikan jasmani juga memungkinkan terjadinya penemuan atlet-atlet berpotensi yang kemudian dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Hal yang menjadi permasalahan adalah saat siswa tersebut berprestasi di salah satu cabang olahraga, maka fasilitas harus diberikan kepada mereka minimal menjamin mereka agar dapat meningkatkan kemampuan ke tingkat yang lebih tinggi. Sarana untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga.


(12)

Kegiatan ekstrakurikuler olahraga merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan tingkat kebugaran siswa melalui aktivitas fisik. Manusia harus melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang cukup agar kebugaran jasmaninya terjaga dengan baik. Salah satu contoh olahraga kesehatan untuk dewasa dengan intensitas rendah menurut Cooper (Giriwijoyo, 2007 : 70) sebagai perbandingan adalah sebagai berikut :

Olahraga kontinu dan homogen (jalan, lari lambat, renang, bersepeda) selama 20-30 menit yang mencapai target heart rate yaitu : 65-80% (220-umur dalam tahun) dan dilakukan dalam 3-5 kali dalam seminggu, misalnya jalan sejauh 2 mile (3.2 km) dalam waktu < 40 menit.

Agoes dan Poppy (Agoes, 2003:42) menguraikan mengenai jenis aktivitas fisik dengan kategori serta waktu dan sejumlah pengeluaran energi selama melakukan aktivitas fisik :

T a b e l 1 . 1

Jenis Aktivitas Fisik dan Pengeluaran Energi

Intensitas Kerja Kegiatan yang dilakukan kkal/jam

Ringan Membaca, menulis, makan, menonton TV, mendengarkan radio, merapikan tempat tidur, mandi, berdandan, berjalan lambat, bermain kartu dan berbagai kegiatan yang dilakukan dengan duduk tanpa menggerakan lengan.

80-160 k.kal 1-3 jam

Sedang Bermain dengan mendorong benda, bermain pingpong, menyetrika, merawat tanaman, menjahit, mengetik, mencuci baju dengan tangan, menjemur pakaian, berjalan, kecepatan sedang, dan kegiatan yang dikerjakan dengan berdiri/dudk yang menggunakan lengan.

170-240 k.kal 4-6 jam

Berat Berjalan cepat, bermain dengan mengangkat benda berat, berlari, berenang, bermain tenis, naik turun tangga, bersepeda, dansa, sepakbola, dan berkebun.

250 k.kal > 6 jam


(13)

Selain sebagai penyaluran bakat dan minat, ekstrakurikuler olahraga juga diharapkan dapat menanamkan kebiasaan gaya hidup aktif dan sehat bagi peserta didiknya sehingga mampu menekan berbagai faktor yang dapat menyebabkan munculnya berbagai penyakit non infeksi seperti obesitas, diabetes melilitus, darah tinggi dan sebagainya, namun sebaliknya diharapkan dapat meningkatnya self esteem, kebugaran, dan bahkan prestasi akademiknya.

Agoes (2003:42) kemudian memberikan penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :

Anak atau remaja yang kurang atau enggan melakukan aktivitas sehari-hari menyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan energi. Oleh karena itu jika asupan enegi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang, maka seorang anak remaja akan mudah menderita kegemukan (Agoes, 2003 : 19).

Obesitas pada anak usia dini (usia sekolah) harus dihindari, sehingga aktivitas fisik harus menjadi salah satu solusi untuk meminimalisir obesitas. Obesitas menurut WHO yang dikutip dari (WHO, 2011), diakses tanggal 27 Januari 2011, menjelaskan :

Overweight and obesity are defined as abnormal or excessive fat accumulation that presents a risk to health. A crude population measure of obesity is the body mass index (BMI), a person’s weight (in kilograms) divided by the square of his or her height (in metres). A person with a BMI of 30 or more is generally considered obese. A person with a BMI equal to or more than 25 is considered overweight.Overweight and obesity are major risk factors for a number of chronic diseases, including diabetes, cardiovascular diseases and cancer.

Artinya kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang menyajikan risiko bagi kesehatan. Ukuran populasi mentah obesitas adalah indeks massa tubuh (BMI), berat badan seseorang (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi nya (dalam meter).


(14)

Seseorang dengan BMI 30 atau lebih umumnya dianggap obesitas. Seseorang dengan BMI sama dengan atau lebih dari 25 dianggap kelebihan berat badan. Kegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit kronis, termasuk diabetes, penyakit jantung dan kanker.

Obesitas selain membahayakan dari sisi kesehatan juga dapat berdampak pada penilaian seseorang terhadap dirinya. Tubuh gemuk, gerakan yang lamban dapat membuat seseorang merasa tidak puas terhadap citra dirinya (body image). Citra diri (body image) merupakan bagian dari cara seseorang menilai dirinya (self esteem). Citra diri (body image) yang buruk dapat membuat seseorang menjadi minder, sulit bergaul, dan menjadi mudah tersinggung.

Jaffee & Manzer (Duncan, 1993:78) mengatakan bahwa : “Succesfull sport experience can also building confidence, self esteem, and positive body image, personal qualities adolescent especially needs.” Pengalaman olahraga yang sukses juga dapat membangun percaya diri, self esteem, dan body image yang positif, kualitas-kualitas personal yang secara khusus dibutuhkan remaja.

Harga diri (self esteem) adalah nilai yang kita letakkan pada diri kita. “. . . another facet of self-concept is self esteem, the value which we place on ourselves.“ (Malim, 1997:52).

Penbat (Wikipedia, 2011) menyatakan bahwa :

Self-esteem is a term used in psychology to reflect a person's overall evaluation or appraisal of his or her own worth. Self-esteem encompasses beliefs (for example, "I am competent") and emotions such as triumph, despair, pride and shame. Self-esteem can apply specifically to a particular dimension (for example, "I believe I am a good writer, and feel proud of that in particular") or have global extent (for example, "I believe I am a bad person, and feel bad of myself in general").


(15)

Pernyataan ini berarti harga diri (self esteem) adalah suatu istilah psikologi yang merefleksikan evaluasi menyeluruh seseorang terhadap nilai dirinya. Harga diri (self esteem) meliputi kepercayaan diri dan emosi seperti kemenangan, putus asa, kebanggaan, dan rasa malu. Harga diri (self esteem) dapat diaplikasikan secara spesifik terhadap dimensi tertentu atau meliputi hal yang lebih luas.

Self-esteem memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas fisik. Fox dan Corbin (Lane, 2008:179) menyatakan bahwa : “Changes in physical activity and associated physical parameters (e.g fitness, weight) that are brought about by exercise or physical activity are proposed to have indirect effect on changes in global self esteem.” Perubahan dalam aktivitas fisik dan parameter-parameter fisik yang berhubungan (kebugaran, berat badan) yang dihasilkan dari latihan atau aktivitas fisik memiliki pengaruh tidak langsung terhadap perubahan dalam global self esteem.

Banyak penelitian telah dilakukan untuk mempelajari hubungan antara partisipasi ekstrakurikuler dan self esteem (harga diri) namun saat ini masih sedikit dilakukan penelitian mengenai hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler, secara khusus ekstrakurikuler olahraga dan self esteem di Indonesia. Peixoto (2004:1) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa :

Participation in extracurricular activities seems, also, to be positively related to self-esteem and/or self-concept. However, the majority of this research has been carried out in anglo-saxon countries where extracurricular activities are socially valued (at least by academic population).

Pernyataan ini berarti bahwa partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler berhubungan secara positif terhadap self esteem dan/atau self concept. Walaupun


(16)

demikian, mayoritas riset ini dilakukan di negara-negara anglo-saxon yang sangat menghargai kegiatan ekstrakurikuler secara sosial.

Fredricks & Eccles (2006:699) juga membahas masalah ini dalam penelitian mereka. Mereka menyatakan bahwa :

Another criticism is that much of the research has focused on White, suburban, middle-class youths. There is a critical need for studies of the association between extracurricular participation and youth development for minority adolescents living in a variety of ecological contexts (Lisella & Serwatka, 1996; Pederson & Seidman, 2005). Surprisingly little research has been done to examine how ethnicity, socioeconomic status, and gender may moderate the relation between activity participation and development (Mahoney, Larson, Eccles, & Lord, 2005).

Hal ini berarti bahwa penelitian mengenai partisipasi kegiatan ekstrakurikuler cenderung berfokus kepada pemuda-pemuda kulit putih, suburban, dan dari kalangan menengah. Terdapat kebutuhan yang mendesak terhadap penelitian mengenai hubungan antara partisipasi ekstrakurikuler dan pengembangan pemuda untuk remaja minoritas yang hidup dalam berbagai konteks ekologikal (Lisella & Serwatka, 1996; Pederson & Seidman, 2005). Hal yang mengejutkan adalah bahwa masih sangat sedikit riset yang dilakukan untuk mempelajari bagaimana etnik, status sosial ekonomi, dan jenis kelamin dapat menjadi perantara hubungan antara partisipasi suatu kegiatan dan perkembangan (Mahoney, Larson, Eccles, & Lord, 2005).

Hal ini memunculkan pertanyaan : apakah kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan pengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa SMP di Indonesia? Apakah kegiatan ekstrakurikuler olahraga memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap harga diri (self esteem) siswa SMP di Indonesia daripada kegiatan ektrakurikuler bukan olahraga? Apakah frekuensi melakukan kegiatan


(17)

ekstrakurikuler olahraga berpengaruh positif terhadap nilai harga diri (self esteem) siswa?

Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah bahwa evaluasi terhadap kegiatan ekstrakurikuler olahraga cenderung bersifat linear, yaitu ketercapaian bakat dan minat siswa yang diukur melalui prestasi yang diraihnya pada bakat dan minat yang ditekuninya. Faktor pendukung prestasi seperti self esteem merupakan bagian yang juga sangat berguna untuk menunjang kehidupan individu agar lebih produktif namun usaha untuk mengembangkan faktor pendukung tersebut seperti penambahan intensitas dan frekuensi, sangat jarang dilakukan. Penelitian-peneltian terhadap dimensi tersebut sangatlah jarang.

Atas dasar pemikiran itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengisi kekosongan tersebut dengan cara mengungkap pengaruh kegiatan aktivitas fisik siswa di sekolah terhadap self esteem. Penelitian ini sangat penting dilakukan mengingat kegiatan ekstra kurikuler yang sekarang ini berlangsung cenderung bersifat tradisional hanya meraih tujuan linear saja. Melalui penelitian ini diharapkan kegiatan ekstrakurikuler olahraga tidak hanya berorientasi pada prestasi olahraga saja melainkan juga memberi kontribusi terhadap pemecahan masalah kurang gerak, kebugaran jasmani, self-esteem, dan bahkan prestasi akademik siswa di sekolahnya.

Latar belakang inilah yang mendasari niat peneliti untuk membuat penelitian yang akan memfokuskan pada pengaruh (bila ada) kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung.


(18)

B. Rumusan Masalah

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh (bila ada) kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung ?

Berkaitan dengan beberapa masalah di atas, maka bisa dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu berpengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung ?

2. Apakah kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu berpengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung ?

3. Apakah kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga berpengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung ? 4. Apakah ada perbedaan nilai harga diri (self esteem) antara siswa-siswa

yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu, frekuensi 1 kali per minggu, dan bukan olahraga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. memahami pengaruh (kalau ada) kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung.


(19)

2. memahami pengaruh (kalau ada) kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung.

3. memahami pengaruh (kalau ada) kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk: 1. Manfaat Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan bahan pemikiran untuk kajian ilmu olahraga mengenai pentingnya aktivitas fisik dalam menunjang harga diri (self esteem) anak-anak tingkat sekolah menengah pertama.

b. Diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan untuk pembuat kebijakan para penyusun dan pelaksana Kurikulum Pendidikan Jasmani (Penjaskes) pada khususnya untuk guru-guru pendidikan jasmani dan pelatih di lapangan.

c. Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu olahraga.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Guru-guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan anak-anak Sekolah Menengah Pertama dalam menentukan frekuensi dan frekuensi latihan yang dapat dirasakan manfaatnya.


(20)

b. Sebagai masukan untuk pihak-pihak yang terkait dengan pembinaan olahraga usia sekolah menengah pertama.

c. Sebagai bahan argumentasi untuk meyakinkan orang tua murid mengenai pentingnya olahraga bagi pertumbuhan fisik dan psikis siswa SMP.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan teori atau prinsip yang kebenarannya dapat diterima oleh orang banyak. Anggapan dasar ini adalah titik tolak yang akan digunakan peneliti untuk menelaah penelitian ini. Anggapan dasar dalam penelitian ini berasal dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh aktivitas fisik terhadap berbagai aspek kehidupan.

Tremblay (Tremblay et al., 2010 : 312) dalam penelitiannya mengenai hubungan antara aktivitas fisik, harga diri, dan prestasi akademik pada anak-anak usia 12 tahun di New Brunswick, Canada menyimpulkan bahwa :

Physical activity has a negative relationship with body-mass index. Physical activity has a positive relationship with self-esteem, and a trivial negative relationship with academic achievement. The analysis revealed that both females and males who were physically active had considerably higher self esteem.

Pernyataan ini berarti bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan yang negatif dengan body-mass index. BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. BMI sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih. Tremblay juga


(21)

menemukan bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan yang positif dengan self esteem. Hal ini ditemukan baik pada anak-anak laki-laki maupun perempuan.

Hal ini didukung Strauss (Strauss, 2001:897) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa “. . . increased high-level physical activity is an important component in the development of self-esteem in children.“ (Strauss, 2001:897). Aktivitas fisik pada tingkat yang tinggi merupakan komponen yang penting dalam perkembangan harga diri (self esteem) pada anak-anak.

Hasil yang serupa juga ditemukan Davis (2004:26) dalam penelitiannya yang menemukan bahwa :

The students who participated provided data that confirmed previous findings pertaining to the levels of self-esteem of individuals who participate in some form of athletics. Also, students who view themselves as being successful in a sport had self-esteem levels that were higher than those students who reported not participating in athletics. On the other hand, the current research found results that were not previously reported. According to the results of this study, the number of days a week that a competitive athlete participates in athletics does not play a role in their individual level of self-esteem.

Pernyataan ini berarti bahwa siswa-siswa yang berpartisipasi dalam olahraga memiliki self-esteem yang lebih tinggi daripada siswa-siswa yang tidak berpartisipasi. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa siswa yang merasa sukses dalam olahraga yang diikutinya memiliki self-esteem yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak sukses dalam olahraga yang diikutinya. Selain itu, penelitian ini juga menyimpulkan bahwa jumlah hari dalam satu minggu, saat atlet berpartisipasi dalam olahraga kompetitif tidak berperan dalam peningkatan self-esteem para siswa.


(22)

Kegiatan ekstrakurikuler secara umum (baik olahraga maupun bukan olahraga) memiliki hubungan yang positif dengan self esteem. Peixoto (2004:1) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa : “Participation in extracurricular activities seems, also, to be positively related to self-esteem and/or self-concept.” Pernyataan ini berarti bahwa partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler berhubungan secara positif terhadap self esteem dan/atau self concept.

Aktivitas fisik dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan manusia secara umum, self esteem pada khususnya. Harsono (1988:242) mengatakan bahwa :

Manusia adalah suatu kesatuan dari jiwa dan raga, suatu psychosomatic unity, yang satu dengan yang lainnya selalu akan saling mempengaruhi. Pengaruh yang dirasakan oleh jiwa kita akan pula berpengaruh terhadap raga kita. Demikian pula sebaliknya.

F. Hipotesis

Mengacu kepada anggapan dasar tersebut di atas, hipotesis dari penelitian ini adalah :

H1 : Terdapat pengaruh positif kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali

per minggu terhadap self esteem siswa di SMP Santa Maria Bandung

H2 : Terdapat pengaruh positif kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali

per minggu terhadap self esteem siswa di SMP Santa Maria Bandung

H3 : Terdapat pengaruh positif kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga terhadap

self esteem siswa di SMP Santa Maria Bandung

H4 : Kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu memberikan


(23)

Bandung dibandingkan dengan kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu dan bukan olahraga.

G. Pembatasan Penelitian

Penelitian ini terbatas pada pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap harga diri (self esteem) siswa. Kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi subjek penelitian adalah semua kegiatan ekstrakurikuler di SMP Santa Maria Bandung. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa-siswa SMP Santa Maria Bandung kelas VII putra dan putri.

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desain eksperimental semu (Quasi Experimental Design) dengan teknik non equivalent control groups pre test post test design (Gay, 2006 : 258). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui angket Self Esteem Rating Scale (SERS) yang dikembangkan oleh William R. Nugent dan Janita W. Thomas.

I. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SMP Santa Maria Jalan Jenderal A. Yani no. 273 Bandung.

2. Waktu penelitian

Proses penelitian dilaksanakan selama 6 minggu. Kegiatan ekstrakurikuler frekuensi tinggi dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan dengan setiap


(24)

pertemuan berlangsung selama 90 menit. Kegiatan ekstrakurikuler frekuensi rendah dan bukan olahraga dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dengan setiap pertemuan berlangsung selama 90 menit.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah semua siswa siswi kelas VII SMP Santa Maria pada tahun ajaran 2010-2011, yang berlatar belakang ekstrakurikuler olahraga 45 siswa dan ekstrakurikuler bukan olahraga sebanyak 30 siswa Jumlah keseluruhan 75 siswa.

Kegiatan ektrakurikuler olahraga di SMP Santa Maria terdiri dari : bola basket, futsal, badminton, dan taekwondo. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga terdiri dari : pramuka, paskibra, paduan suara, fotografi, kuliner, teater, modern dance, dan science club.

Metode sampling yang digunakan adalah total sampling (sensus). Semua siswa kelas VII SMP Santa Maria akan dijadikan subjek penelitian.

Sampel penelitian dibagi menjadi 3 kelompok (siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu, siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu, dan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bukan olahraga).


(25)

92 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah desain eksperimental semu (Quasi Experimental Design) dengan teknik non equivalent control groups pre test post test design (Gay et.al., 2006 : 258).

Ruseffendi (2006 : 36). menyatakan bahwa :

Seperti pada penelitian percobaan, yang ingin diketahui dalam penelitian kuasi percobaan adalah juga hubungan sebab-akibat. Bedanya dengan penelitian eksperimen, pada penelitian eksperimen biasanya subjek dikelompokkan secara acak dan perlakuan dimanipulasi. Secara sengaja, perlakuan dan kontrol pada penelitian eksperimen diatur, sedangkan pada penelitiaan kuasi percobaan perlakuan itu sudah terjadi dan pengawasan (kontrol) tidak bisa dilakukan.

Desain eksperimental semu memiliki kelemahan. Gay (2006:258) menyatakan bahwa : “The inability to randomly assign individuals to treatments adds validity threats such as regression and interactions between selection, maturation, history, and testing.“ Ketidakmampuan untuk melakukan pengelompokan individu secara acak pada saat pemberian perlakuan menambahkan ancaman terhadap validitas, seperti regresi dan interaksi antar pilihan, pendewasaan, sejarah, dan proses pengetesan.

Desain eksperimental semu dipilih karena peneliti tidak memiliki kebebasan mengambil sampel secara acak dan harus menerima keadaan subjek seadanya. Peneliti tidak dapat memaksa siswa yang akan diteliti untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang tidak disukainya. Oleh karena itu, peneliti membatasi dengan hanya peserta ekstrakurikuler kelas VII yang akan diikutsertakan dalam


(26)

penelitian. Siswa-siswa kelas VII dipilih agar subjek penelitian memiliki nilai self esteem awal yang tidak begitu berbeda. Hal ini dilakukan untuk mencegah experimenter bias. Kelas VII adalah tahun pertama di SMP sehingga dapat dianggap siswa-siswa kelas VII belum banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Keikutsertaan mereka dalam kegiatan ekstrakurikuler ini mungkin saja dapat mempengaruhi self esteem mereka.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel-variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian di dalam tesis ini adalah sebagai berikut : a. Variabel bebas (Independent Variabel), yaitu :

1) ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu (X1) 2) ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu (X2) 3) ekstrakurikuler bukan olahraga sebagai control group 1 kali per

minggu (X3)

b. Variabel terikat (dependent variabel), yaitu :

Harga diri (self esteem) siswa-siswi SMP Santa Maria yang mengikuti pembelajaran ekstrakurikuler olahraga dengan ekstrakurikuler bukan olahraga pada SMP Santa Maria kelas VII


(27)

Gambar 3.1 Desain Kuasi Eksperimen non equivalent control groups pre test post test design (Gay et.al., 2006 : 255)

Keterangan gambar :

A = kelompok siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu

B = kelompok siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu

C = kelompok siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga X1 = ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu

X2 = ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu X3 = ekstrakurikuler bukan olahraga / control group

O = pre test dan post test self esteem dengan menggunakan instrument SERS 2. Definisi Operasional Variabel

Penafsiran seseorang terhadap suatu istilah belum tentu sama sehingga dapat menimbulkan kekeliruan dalam penafsiran atau kesalahan pengertian. Oleh karena itu penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terkait dengan penelitian ini dengan mengacu kepada literatur.

a. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang berkuasa atau berkekuatan (Poerwadarminta, 1984:713). Dalam penelitian ini maksud pengaruh ialah daya yang timbul dari proses pembelajaran ekstrakurikuler olahraga dan bukan olahraga terhadap kemungkinan timbulnya self esteem.


(28)

b. Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu”

Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu” adalah siswa-siswa kelas VII di SMP Santa Maria yang mendaftar sebagai anggota kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah secara regular (3 kali per minggu) selama penelitian. Siswa-siswa ini menghadiri sekurang-kurangnya 80% dari jumlah keseluruhan pertemuan.

c. Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu”

Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu” adalah siswa-siswa kelas VII di SMP Santa Maria yang mendaftar sebagai anggota kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah secara regular (1 kali per minggu) selama penelitian. Siswa-siswa ini menghadiri sekurang-kurangnya 80% dari jumlah keseluruhan pertemuan.

d. Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler bukan

olahraga”

Siswa-siswa yang mengikuti kegiatan “ekstrakurikuler bukan olahraga” adalah siswa-siswa kelas VII di SMP Santa Maria yang mendaftar sebagai anggota kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga


(29)

dan yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga di sekolah secara regular (1 kali per minggu) selama penelitian. Siswa-siswa ini menghadiri sekurang-kurangnya 80% dari jumlah keseluruhan pertemuan.

e. Self esteem

Self esteem didefinisikan sebagai suatu sikap yang positif atau negatif seseorang terhadap suatu objek yang khusus yaitu pribadi orang itu sendiri. High self esteem (nilai harga diri yang tinggi) dalam skala milik Rosenberg, mengekspresikan perasaan bahwa seseorang merasa “cukup baik”. Seorang individu yang merasa dirinya berharga akan menghargai dirinya sendiri apa adanya. Hal ini berarti dia menerima segala kelebihan dan kekurangannya. Dia tidak menganggap dirinya sendiri lebih unggul daripada orang lain. Dia tidak perlu merasa lebih dari orang lain.

Self-esteem, as noted, is a positive or negative attitude toward a particular object, namely, the self . . . High self-esteem, as reflected in our scale items, expresses the feeling that one is “good enough.” The individual simply feels that he is a person of worth; he respects himself for what he is, but he does not stand in awe of himself nor does he expect others to stand in awe of him. He does not necessarily consider himself superior to others. (Rosenberg, 1979: 30–31).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SMP Santa Maria Jalan Jenderal A. Yani no. 273 Bandung.


(30)

Setiap kelompok akan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler masing-masing selama 6 minggu. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu, dimulai tanggal 21 April-26 Mei 2011 sehingga jumlah pertemuannya adalah 16 kali. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu dan kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga dilakukan satu kali per minggu. Berikut ini adalah jadwal kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan.

T a b e l 3 . 1

Jadwal kegiatan ekstrakurikuler

D. Alat Pengumpul Data

Self esteem (harga diri) diukur dengan menggunakan instrumen Self Esteem

Rating Scale (SERS) yang dikembangkan oleh William R. Nugent dan Janita W.

Thomas. Corcoran (Corcoran, Kevin & Joel Fischer, 2000 : 690-691) menyatakan bahwa SERS adalah instrumen yang didesain untuk menyediakan pengukuran klinis self esteem. SERS tidak hanya dapat mengindikasikan masalah dalam self


(31)

esteem namun juga self esteem yang positif. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat dengan melingkupi area self evaluation, termasuk di dalamnya self worth, kompetensi sosial, kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan intelektual, kompetensi diri, dan nilai diri secara relatif terhadap orang lain. SERS dibagi dalam dua kelompok pertanyaan, pertanyaan yang bernilai negatif (poin yang didapat akan mendapat nilai minus di depannya) dan pertanyaan yang bernilai positif. Nilai-nilai dari setiap nomor kemudian dijumlahkan sehingga akan menghasilkan skor di antara -120 sampai +120. Responden harus menilai diri mereka dengan 7 skala poin (Never = 1, Rarely = 2, A little of the time = 3, Some of the time = 4, A good part of the time = 5, Most of the time = 6, and Always =7). Skor-skor yang positif mengindikasikan self esteem yang positif, sementara skor-skor negatif mengindikasikan self esteem yang negatif. SERS memiliki internal consistency yang sangat baik, dengan α = 0.97. SERS dilaporkan memiliki konten yang baik dan validitas factorial. SERS juga memiliki validitas konstruk yang baik dengan korelasi yang signifikan dengan Index of Self-Esteem dan the Generalized Contentment Scale. SERS secara umum memiliki korelasi yang rendah dengan keragaman variabel-variabel demografik. Semakin tinggi nilai positif maka nilai self esteem seseorang akan semakin baik.

The SERS is an instrument that was developed to provide a clinical measure of self-esteem that can indicate not only problems in self-esteem but also positive or nonproblematic levels. The items were written to tap into a range of areas of self-evaluation including overall self-worth, social competence, problem-solving ability, intellectual ability, self-competence, and worth relative to other people. The SERS is a very useful instrument for measuring both positive and negative aspects of self-esteem in clinical practice. The SERS is scored by scoring the items shown at the bottom of the measure as p/+ positively, and scoring the remaining items (N/-) negatively by placing a minus sign in front of the item score. The items are summed to


(32)

produce a total score ranging from - 120 to + 120. Positive scores indicate more positive self-esteem and negative scores indicate more negative levels of self-esteem. The SERS has excellent internal consistency, with an alpha of 0.97. The SERS was reported as having good content and factorial validity. The SERS has good construct validity, with significant correlations with the Index of Self-Esteem and the Generalized Contentment Scale (a measure of depression) as predicted, and generally low correlations with a variety of demographic variables, also as predicted.

T a b e l 3 . 2 Kisi-kisi angket

Pertanyaan dalam angket SERS adalah sebagai berikut :

___ 1. Saya merasa bahwa orang-orang tidak akan menyukai saya jika mereka mengenal diri saya dengan baik.

___ 2. Saya merasa bahwa orang lain melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada saya.


(33)

___ 4. Saya merasa percaya diri dengan kemampuan saya untuk berhubungan dengan orang lain.

___ 5. Saya merasa bahwa saya sering gagal dalam setiap hal yang saya lakukan. ___ 6. Saya merasa bahwa orang senang berbicara dengan saya.

___ 7. Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang kompeten.

___ 8. Saat saya bersama dengan orang lain, saya merasa bahwa mereka senang sewaktu saya bersama mereka.

___ 9. Saya merasa bahwa saya membuat kesan yang baik pada orang lain. ___ 10. Saya merasa percaya diri bahwa saya dapat memulai suatu hubungan baru bila saya menginginkannya .

___ 11. Saya merasa bahwa saya jelek.

___ 12. Saya merasa bahwa saya membosankan.

___ 13. Saya merasa sangat gugup saat bersama dengan orang asing.

___ 14. Saya merasa percaya diri dengan kemampuan saya untuk belajar hal-hal baru.

___ 15. Saya merasa senang dengan diri saya. ___ 16. Saya merasa malu dengan diri saya. ___ 17. Saya merasa minder (rendah diri).

___ 18. Saya merasa bahwa teman saya menilai diri saya menarik. ___ 19. Saya merasa bahwa saya memiliki selera humor yang baik.

___ 20. Saya merasa marah kepada diri saya karena apa yang saya lakukan. ___ 21. Saya merasa santai saat bertemu orang-orang baru.


(34)

___ 23. Saya tidak menyukai diri saya.

___ 24. Saya merasa percaya diri dengan kemampuan saya menghadapi situasi-situasi yang sulit.

___ 25. Saya merasa bahwa saya sulit untuk disukai. ___ 26. Teman-teman saya sangat menghargai saya. ___ 27. Saya takut akan tampak bodoh di mata orang lain. ___ 28. Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang OK.

___ 29. Saya merasa bahwa saya dapat mengandalkan diri saya dalam mengatur berbagai hal dengan baik.

___ 30. Saya berharap bahwa saya bisa menghilang saat saya berkumpul dengan banyak orang.

___ 31. Saya merasa malu untuk menyampaikan ide-ide saya. ___ 32. Saya merasa saya adalah orang yang baik.

___ 33. Saya merasa bahwa jika saya bisa lebih mirip dengan orang lain maka saya akan merasa lebih baik dengan diri saya.

___ 34. Saya merasa bahwa saya lebih tertekan daripada orang lain. ___ 35. Saya merasa bahwa orang-orang menyukai saya.

___ 36. Saya merasa bahwa orang-orang memiliki saat yang menyenangkan ketika sedang bersama dengan saya.

___ 37. Saya merasa percaya diri bahwa saya dapat melakukan apa pun dengan baik.

___ 38. Saya mempercayai kompetensi orang lain lebih daripada saya mempercayai kemampuan saya.


(35)

___ 39. Saya merasa bahwa saya mengacaukan segala hal ___ 40. Saya berharap bahwa saya adalah orang lain.

(p/+) 3,4,6,7,8,9,10,14,15,18,19,21,24,26,28,29,32,35,36,37. (N/-) 1,2,5,11,12,13,16,17,20,22,23,25,27,30,31,33,34,38,39,40. (Corcoran, Kevin & Joel Fischer, 2000 : 690-691)

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Untuk menghindari kemungkinan timbulnya bias, maka penulis membatasi penelitian ini sebagai berikut :

1. Populasi

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 1997:115). Populasi penelitian adalah semua siswa siswi kelas VII SMP Santa Maria pada tahun ajaran 2010-2011, yang berlatar belakang ekstrakurikuler olahraga sebanyak 45 siswa dan yang ekstrakurikuler bukan olahraga sebanyak 30 siswa. Jumlah keseluruhan adalah 75 siswa.

Kegiatan ektrakurikuler olahraga di SMP Santa Maria terdiri dari : bola basket, futsal, badminton, dan taekwondo. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga terdiri dari : pramuka, paskibra, paduan suara, fotografi, kuliner, teater, modern dance, dan science club.

2. Sampel

Ruseffendi (2006:107) menyatakan bahwa, “Ukuran sampel untuk percobaan, minimum 30 subjek/kelompok.”. Oleh karena anggota ekstrakurikuler yang masih berada di kelas VII dan mengikuti baik pre test maupun post test tidak sampai 30 orang setiap kelompok (jumlah anggota


(36)

kelompok ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu 18 orang, jumlah anggota kelompok ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu 14 orang, dan jumlah anggota kelompok ekstrakurikuler bukan olahraga 24 orang), maka semua anggota akan dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan total sampling. Arikunto (2006:130) dalam pembahasannya mengenai sampel menyatakan bahwa:

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Untuk sekedar ancer- ancer apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek besarnya telah melebihi 100 maka diambil antara 10% - 25% atau 20% - 25% atau lebih.

Sampel penelitian dibagi menjadi tiga kelompok (siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu, siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu, dan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bukan olahraga).

F. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber utama, yang kemudian diamati dan dicatat. Dalam penelitian ini data primer didapat dari hasil pelaksanaan tes self esteem terhadap siswa kelas VII SMP Santa Maria Bandung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari membaca buku-buku dan literatur yang digunakan sebagai dasar untuk membuat landasan teoritis.


(37)

G. Prosedur Penelitian

Tiga kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah :

a. kelompok siswa-siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu

b. kelompok siswa-siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu

c. kelompok siswa-siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bukan olahraga Ketiga kelompok akan diberikan pre-test self esteem (SERS). Setiap kelompok akan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler masing-masing selama 6 minggu. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu, dimulai tanggal 21 April-26 Mei 2011 sehingga jumlah pertemuannya adalah 16 kali. Frekuensi perlakuan adalah 3 kali per minggu dengan selang satu hari istirahat untuk memberikan waktu pemulihan yang cukup bagi para siswa. Harsono (1988:135) mengatakan bahwa : “Dalam keadaan normal, kelelahan yang timbul akan dapat diatasi dalam waktu antara 12 sampai 24 jam.” Gambaran umum program latihan untuk kegiatan ekstrakurikuler frekuensi 3 kali per minggu dapat dilihat di lampiran 1. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu dan kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga dilakukan satu kali per minggu setiap hari Kamis. Di akhir perlakuan para siswa akan mengikuti post tes (SERS).

Data pretest dan post test dari masing-masing kelompok akan dibandingkan. Nilai self esteem antar kelompok (kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3


(38)

kali per minggu, kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu, dan kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga) kemudian juga dibandingkan.

H. Teknik Analisis Data 1. Uji Coba Instrumen

Oleh karena instrumen ini disadur dari instrumen berbahasa Inggris maka sebelum digunakan perlu dikonsultasikan dengan psikolog dan diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba dilakukan pada tanggal 7 April 2011 di SMP Santa Maria Bandung terhadap siswa kelas VII yang tidak ikut serta dalam dua kelompok penelitian sebanyak 20 responden.

Pelaksanaan uji coba dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen ukur yang telah disusun berdasarkan angket SERS, sehingga dapat diketahui layak tidaknya instrumen ukur tersebut untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data.

Arikunto (1995:63-69) menjelaskan bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.”

Jenis validitas yang ingin diketahui dalam angket ini adalah validitas isi dan butir. Penelaahan validitas isi dilakukan melalui analisis rasional atau melalui professional judgement. Tujuannya untuk mengetahui kesesuaian item-item tes yang dibuat mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Angket SERS yang dipakai dalam penelitian ini telah dikonsultasikan dengan psikolog.


(39)

Setelah pengujian konstruk selesai dari para ahli, maka diteruskan uji coba instrument. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut diujicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrument.

Uji validitas butir memiliki tujuan untuk mengetahui apakah item-item tes yang digunakan baik atau tidak. Cara pengujiannya dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total. Indeks koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan ada kesesuaian antara fungsi-fungsi butir item dengan fungsi angket keseluruhan. Teknis analisis yang digunakan untuk menguji validitas butir adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Kaidah pengujiannya adalah item dinyatakan valid jika indeks koefisien korelasi yang diperoleh > 0,400. Sebaliknya jika < 0,400 maka dinyatakan gugur (Riduwan, 2010:110). Setelah dianalisis, dari 50 item pernyataan yang diuji cobakan terdapat 10 item yang dinyatakan gugur dan sisanya sebanyak 40 butir dinvatakan valid, ini merupakan uji coba instrumen yang pertama.

2. Analisis instrumen

Setelah instrumen diujicobakan pada 20 siswa kelas VII SMP Santa Maria Bandung, maka langkah selanjutnya dilakukan analisis untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen dengan sistematika analisis instrument. Sistematika analisis instrumen ini diuraikan sebagai berikut :.

• Menentukan Tingkat Reliabilitas

Syarat lain yang juga penting bagi seorang peneliti adalah reliabilitas. Menurut Arikunto (2002:154) menjelaskan bahwa:

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena


(40)

instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responder untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.

Ada beberapa teknik penghitungan yang biasa digunakan. Analisis instrumen dalam kajian ini akan menggunakan teknik formula Alfa Cronbach dengan rumus sebagai berikut:

=

(Suharsimi Arikunto, 2002: 171) Penjelasan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pemyataan atau banyaknya soal = jumlah varians butir

σt2 = varians total

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah : 1. Hitung varians skor tiap-tiap item (Si)

2. Jumlahkan varians semua item ( ) 3. Masukkan nilai Alpha (r11)

Selanjutnya dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0.05,reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan (r11) dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi

nilai r dengan kritenia: Jika ri > rtabel ---> reliabel


(41)

Analisis data dilakukan untuk mengetahui makna dari data yang telah dikumpulkan. Teknik analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Menyeleksi data untuk diolah lebih lanjut dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang ditetapkan

b. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, selanjutnya menentukan skornya.

c. Uji Persyaratan Analisis

a) Uji Homogenitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang dihubungkan sejenis (homogen) dengan menggunakan teknik anova satu jalur (one way anova). Kriteria pengujiannya, bila Zhitung≤ Ztabel maka homogen (Sugiono, 2004:266).

b) Uji Normalitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang dihubungkan berdistribusi normal, dengan menggunakan perhitungan uji kolmogorov smirvov, kriteria pengujian, bila Fhitung ≤Ftabel atau bila asymtop signifikan > 0,05 maka

distribusi data normal (Riduwan, 2003:191). Uji normalitas juga bisa dilakukan dengan uji χ kuadrat.

c) Jika data normal dan homogen, uji perbedaan rerata (dua sampel) dapat dilakukan dengan uji t.

d) Jika data tidak normal, uji perbedaaan rerata (dua sampel) dilakukan dengan metode Mann-Whitney (antara dua


(42)

kelompok ekstrakurikuler) dan Wilcoxon (pre test dan post test)

e) Uji perbedaan rerata (tiga sampel) dilakukan dengan metode one way ANOVA.

f) Uji Scheffe kemudian dilakukan untuk mengetahui rerata kelompok mana yang memiliki perbedaan signifikan.

Analisis statistik akan dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0.

I. Program Latihan

Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Santa Maria di luar waktu penelitian biasanya dilakukan satu kali per minggu (Kamis). Kegiatan ekstrakurikuler olahraga sebagian besar waktu diisi dengan game. Latihan fisik, teknik, taktik, dan mental dilakukan dengan waktu yang relatif sedikit daripada game.

Kegiatan ektrakurikuler olahraga di SMP Santa Maria terdiri dari : bola basket, futsal, badminton, dan taekwondo. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga terdiri dari : pramuka, paskibra, paduan suara, fotografi, kuliner, teater, modern dance, dan science club.

Sampel penelitian akan dibagi menjadi tiga kelompok (siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu, siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu, dan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bukan olahraga).

Kegiatan untuk masing-masing kelompok penelitian dilakukan pada hari dan jam sebagai berikut :


(43)

a. Kelompok ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 3 kali per minggu diwakili oleh kegiatan ekstrakurikuler bola basket melakukan latihan pada pukul 14.15 s.d pukul 15.45 setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

b. Kelompok ekstrakurikuler olahraga dengan frekuensi 1 kali per minggu terdiri dari kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler olahraga selain basket. Kelompok ini melakukan latihan pada pukul 14.15 s.d pukul 15.45 setiap hari Kamis.

c. Kelompok ekstrakurikuler bukan olahraga terdiri dari semua kegiatan ekstrakurikuler yang tidak termasuk kegiatan olahraga. Kelompok ini melakukan kegiatan pada pukul 14.15 s.d pukul 15.45 setiap hari Kamis. Sedangkan lamanya perlakuan yaitu selama enam minggu.


(44)

162 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis dan pembahasan tentang pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap self-esteem siswa SMP Santa Maria Bandung adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu berpengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung

2. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu tidak berpengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung

3. Kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga tidak berpengaruh positif terhadap harga diri (self esteem) siswa di SMP Santa Maria Bandung 4. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 3 kali per minggu

cenderung lebih baik daripada kegiatan ekstrakurikuler olahraga frekuensi 1 kali per minggu dan bukan olahraga dalam mengembangkan self-esteem siswa SMP Santa Maria.

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diajukan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap self-esteem siswa-siswa SMP Santa Maria Bandung adalah sebagai berikut:


(45)

Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan self esteem yang baik perlu dikembangkan.

Siswa-siswa SMP dianjurkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dalam rangka mengembangkan self-esteem mereka secara lebih optimal. Siswa-siswa SMP harus dirangsang untuk menikmati dan terlibat dalam berbagai kegiatan fisik dan olahraga.

Kegiatan ekstrakurikuler olahraga sebaiknya dilakukan sesuai program latihan yang baik dan dalam frekuensi yang lebih sering dan dengan intensitas untuk olahraga kesehatan (antara 70-85% dari Denyut Nadi Maksimal (DNM)) agar efek latihan dapat dirasakan dan self esteem para siswa dapat berkembang secara optimal. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMP Santa Maria sebaiknya dilakukan dengan frekuensi yang lebih banyak daripada yang berlaku saat ini (1 kali per minggu).

Kelompok-kelompok kegiatan ekstrakurikuler di SMP Santa Maria sebaiknya memperbaiki program kegiatannya agar para siswa merasa tertantang untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi dirinya.

Keikutsertaan dalam berbagai kejuaraan dapat meningkatkan kemauan dan semangat anak-anak untuk terus meningkatkan kompetensi dirinya. Kelompok-kelompok kegiatan ekstrakurikuler di SMP Santa Maria disarankan untuk mengikuti berbagai kejuaraan antar sekolah.

Guru pendidikan jasmani atau para pelatih ekstrakurikuler olahraga diharapkan dapat mengenal lebih jauh tentang konsep self-esteem dan


(46)

penerapannya pada proses belajar mengajar atau latihan, di samping tujuan utama pendidikan jasmani atau prestasi klub ekstrakurikuler olahraga.

Lembaga pendidikan tenaga kependidikan di bidang pendidikan jasmani dan olahraga perlu mempersiapkan tenaga guru pendidikan jasmani atau pelatih yang terampil dan cakap dalam model pengembangan self- esteem. Lembaga pendidikan tersebut dapat mengarahkan para calon guru olahraga atau pelatih untuk lebih memahami model pengembangan self esteem dengan cara memasukkan model pengembangan self esteem ini dalam mata perkuliahan.

Lembaga pendidikan terkait sekolah, Dinas Pendidikan Nasional, para penentu kebijakan, pengembang kurikulum, dan para penulis buku perlu mendorong agar pendidikan self-esteem melalui aktivitas jasmani berbasis pendidikan dapat diterapkan dalam pengajaran pendidikan jasmani dan kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Selain itu juga pengajaran pendidikan jasmani dan ekstrakurikuler olahraga perlu diarahkan pada pengembangan kemampuan emosional siswa. Pihak-pihak terkait di atas dapat menindak-lanjuti hasil penelitian ini menjadi berbagai produk yang dapat langsung menyentuh siswa dan praktik pendidikan jasmani dan ekstrakurikuler olahraga di sekolah.

Penelitian ini masih dapat dikembangkan lagi dalam beberapa penelitian lanjutan berikut :

1. Oleh karena pada penelitian ini populasi dibatasi para siswa kelas VII SMP, maka dianjurkan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan bukan olahraga terhadap self-esteem siswa SMP dengan kelompok sampel yang berbeda tingkat (kelas VII


(47)

(pemula), kelas VIII (sudah 2 tahun mengikuti), dan kelas IX (sudah 3 tahun mengikuti)).

2. Oleh karena pada penelitian ini populasi dibatasi para siswa SMP, maka dianjurkan untuk melakukan penelitian mengenai kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan bukan olahraga terhadap self-esteem kelompok sampel SMP, SMA, dan mahasiswa.

3. Oleh karena pada penelitian ini yang dipelajari adalah pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga secara umum terhadap self esteem, maka dianjurkan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh berbagai jenis olahraga secara khusus (misalnya : cabang olahraga kelompok vs cabang olahraga perorangan, cabang olahraga basket, badminton, atau renang) terhadap self-esteem siswa. Penelitian ini dapat diperkaya dengan variasi frekuensi latihan dan periode latihan (lama waktu penelitian).

4. Oleh karena pada penelitian ini yang dipelajari adalah pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga terhadap self esteem para siswa secara umum tanpa membedakan jenis kelamin, maka dianjurkan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan bukan olahraga terhadap self-esteem siswa dan siswi.

5. Oleh karena pada penelitian ini yang dipelajari adalah pengaruh kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga secara umum terhadap self esteem, maka dianjurkan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler bukan olahraga secara khusus (misalnya : sains club, pramuka, danpaduan suara) terhadap self-esteem siswa.


(48)

166

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, D, Poppy M. (2003). Mencegah dan Mengatasi Kegemukan Pada Balita, Jakarta :Puspa Swara.

Arikunto, Suharsimi. (1995). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.

. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi keempat. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi kelima. Jakarta Rineka Cipta.

. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi keenam. Jakarta Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (1998). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Basich, William C. (2006). The Impact of Physical Activity and Sports on Self Esteem. Tesis kepadaMarietta College.

Binsinger, Carolin et al. (2006). “Regular Extra Curricular Sports Practice Does Not Prevent Moderate or Severe Variation in Self Esteem or Trait Anxiety in Early Adolescent”. Journal of Sports Science and Medicine. France. Halaman 123-129

Bridges, Kaci A. et al. (2007). “Physical Activity, Exercise, and Physical Fitness: Definitions and Distinctions for Health-Related Research”. Californian Journal of Health Promotion. USA.

Bobbio, Andrea. (2009). “Relation of Physical Activity and Self Esteem”. Perceptual and Motor Skills. University of Padua.

Caspersen, Carl J. et al. (1985). “Yoga, Physical Education, and Self-Esteem: Off the Court and Onto the Mat for Mental Health”. Public Health Report.

Castelli. Darla M. et al. (2007). “Physical Fitness and Academic Achievement in Third and Fifth Grade Students”. Journal of Sport & Exercise Psychology. Halaman 239-252.

Coackley. (2001). Sport in Society-Issues & Controversies. New York : McGraw Hill Companies.


(49)

Coe, Dawn Podulka. et al. (2006). “Effect of Physical Education and Activity Level on Academic Achievement in Children”. Medicine & Science in Sports & Exercise, American College of Sports Medicine. Halaman 1515-1519 Coladarci, Theodore & Cobb, Casey D. (1996) “Extracurricular Participation,

School Size, and Achievement and Self-Esteem Among High School Students: A National Look”. Journal of Research in Rural Education. Halaman 92-103

Corcoran, Kevin & Joel Fischer, (2000). Measures for Clinical Practice Vol. 2. New York: The Free Press.

Cung, Pak-kwong. (2003). “Physical self concept between PE major and non-PE major student in Hong Kong”. Journal Exercise Science and Fitness. Halaman 41-46.

Davis, Brooke. (2004). Athletic Participation and Self-Esteem in Eighth Grade Students. Research Paper for University of Wisconsin.

Depdikbud. (1998). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler sebagai salah satu Jalur Pembinaan Kesiswaan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Dirjend Dikdasmen

Duncan, Margaret. (1997). Sociological dimensions. Presidents Council on Physical Fitness and Sports Report (Section III). USA: The Center for Research on Girls & Women in Sport University of Minnesota.

Dwyer, Terence. et al. (2001). “Relation of Academic Performance to Physical Activity and Fitness in Children”. Human Kinetics Publishers, Inc. Halaman 225-237

Fredricks, Jennifer A. & Eccles, Jacquelynne S. (2006). “Is Extracurricular Participation Associated With Beneficial Outcomes? Concurrent and Longitudinal Relations”. .American Psychological Association .December 2006. Halaman 698-713.

Frost, Jackie & McKelvie, Stuart J.(2005). “The Relationship of Self-Esteem and Body Satisfaction to Exercise Activity for Male and Female Elementary School, High School, and University Students“. Athletic Insight The Online Journal of Sport Psychology.

Frost, Reuben B. (1975). Physical Education Foundations Practices Principles. USA : Addison-Wesley Publishing Company, Inc.

Gay, L.R. et al. (2006). Educational Research. New Jersey : Pearson Prentice Hall.


(50)

Gilmore, John. (1974) The Productive Personality. San Francisco: Albion Publishing Company.

Giriwijoyo, Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung : redpoint.

Greenberg, D., & Oglesby, C. (1997). Mental health dimensions. Presidents Council on Physical Fitness and Sports Report (Section IV). USA: The Center for Research on Girls & Women in Sport University of Minnesota.

Grissom, James B. et al. (2005). “Physical Fitness and Academic Achievement”. ASEP, Journal of Exercise Physiology Vol.8, No. 1, 1 February 2005 Halaman 11-25.

Grogan, Sarah. (2008). Body Image. New York : Psychological Press.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma

. (2010). Sasaran Pendidikan Jasmani. Makalah pada Sarasehan Dosen dan Mahasiswa FPOK-UPI 2010, Bandung

Hein, Vello & Hagger Martin S. (2007). “Global Self Esteem, Goal Achievement Orientations, and Self Determined Behavioural Regulations in a Physical Education Setting”. Journal of Sports Science. Halaman 149-159

Heslin, P.A., & Klehe, U.C. (2006). Self-efficacy in S. G. Rogelberg (Ed.),

Encyclopedia of Industrial/Organizational Psychology (Vol. 2, Halaman. 705-708). Thousand Oaks: Sage

Hogan, Marcia K. (1993). The Effect of an Instructional Program on The Self-Esteem of Elementary School Children. Tesis kepadaThe University of British Columbia.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Jilcott, Stephanie B. et al. (2010). “Associations between Natural Amenities, Physical Activity, and Body Mass Index in 100 North Carolina Counties”. American Journal of Health Promotion. Vol. 26, Halaman 52-55.

Koeswara. (1991). Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT Gresco


(51)

Lawrence, D. (1988). Enhancing Self-Esteem in the Classroom. London: Paul Chapman,

Lutan, Rusli. (1988).Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.

Malim, Tony. (1997). Social Psychology. England: Macmillan Press Ltd.

Mardhani, Galih Wisnu. (2007). Survei Motivasi Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Bola Basket Di SMAN 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi kepada Universitas Negeri Semarang.

Mruk, Christopher J. (2006). Self-Esteem Research, Theory, and Practice. New York : Springer Publishing Company, Inc.

Oktavianti, Ridha. et al (2008). “Self Esteem”. Makalah untuk UPI Bandung. Peixoto, Francisco. (2004). “What Kinds of Benefits Students Have from

Participating in Extracurricular Activities?”. Instituto Superior de Psicologia Aplicada. Portugal. Halaman 1-5.

Poerwadarminta, (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: Angkasa . (2002). Kamus Umum Bahasa Indonesia : Diolah Kembali oleh

Pusat Bahasa Depdiknas. Jakarta : Balai Pustaka.

Raustorp, Anders. (2005). Physical Activity, Body Composition and Physical Self Esteem among Children and Adolescent. Tesis kepadaNeorotec Department, Division of Physiotherapy Karolinska Institutet. Stockholm Sweden.

Riduwan (2010), Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung, Alfabeta.

Rosenberg, M. (1979). Conceiving the self. New York: Basic Books.

Ruseffendi (2006). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito

Salis, James F. et al. (1999). “Effects of Health-Related Physical Education on Academic Achievement : Project SPARK”. Research Quarterly for Exercise and Sport, by the American Alliance for Health, Physical Education, Recreation, and Dance Vol.70, No. 2, Halaman 127-134.

Slavin, Robert E. (1994). Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. English : Ally Bacon.


(1)

Gilmore, John. (1974) The Productive Personality. San Francisco: Albion Publishing Company.

Giriwijoyo, Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung : redpoint.

Greenberg, D., & Oglesby, C. (1997). Mental health dimensions. Presidents Council on Physical Fitness and Sports Report (Section IV). USA: The Center for Research on Girls & Women in Sport University of Minnesota.

Grissom, James B. et al. (2005). “Physical Fitness and Academic Achievement”. ASEP, Journal of Exercise Physiology Vol.8, No. 1, 1 February 2005 Halaman 11-25.

Grogan, Sarah. (2008). Body Image. New York : Psychological Press.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma

. (2010). Sasaran Pendidikan Jasmani. Makalah pada Sarasehan Dosen dan Mahasiswa FPOK-UPI 2010, Bandung

Hein, Vello & Hagger Martin S. (2007). “Global Self Esteem, Goal Achievement Orientations, and Self Determined Behavioural Regulations in a Physical Education Setting”. Journal of Sports Science. Halaman 149-159

Heslin, P.A., & Klehe, U.C. (2006). Self-efficacy in S. G. Rogelberg (Ed.),

Encyclopedia of Industrial/Organizational Psychology (Vol. 2, Halaman. 705-708). Thousand Oaks: Sage

Hogan, Marcia K. (1993). The Effect of an Instructional Program on The Self-Esteem of Elementary School Children. Tesis kepadaThe University of British Columbia.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Jilcott, Stephanie B. et al. (2010). “Associations between Natural Amenities, Physical Activity, and Body Mass Index in 100 North Carolina Counties”. American Journal of Health Promotion. Vol. 26, Halaman 52-55.

Koeswara. (1991). Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT Gresco


(2)

Lawrence, D. (1988). Enhancing Self-Esteem in the Classroom. London: Paul Chapman,

Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.

Malim, Tony. (1997). Social Psychology. England: Macmillan Press Ltd.

Mardhani, Galih Wisnu. (2007). Survei Motivasi Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Bola Basket Di SMAN 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi kepada Universitas Negeri Semarang.

Mruk, Christopher J. (2006). Self-Esteem Research, Theory, and Practice. New York : Springer Publishing Company, Inc.

Oktavianti, Ridha. et al (2008). “Self Esteem”. Makalah untuk UPI Bandung. Peixoto, Francisco. (2004). “What Kinds of Benefits Students Have from

Participating in Extracurricular Activities?”. Instituto Superior de Psicologia Aplicada. Portugal. Halaman 1-5.

Poerwadarminta, (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: Angkasa . (2002). Kamus Umum Bahasa Indonesia : Diolah Kembali oleh

Pusat Bahasa Depdiknas. Jakarta : Balai Pustaka.

Raustorp, Anders. (2005). Physical Activity, Body Composition and Physical Self Esteem among Children and Adolescent. Tesis kepadaNeorotec Department, Division of Physiotherapy Karolinska Institutet. Stockholm Sweden.

Riduwan (2010), Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung, Alfabeta.

Rosenberg, M. (1979). Conceiving the self. New York: Basic Books.

Ruseffendi (2006). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito

Salis, James F. et al. (1999). “Effects of Health-Related Physical Education on Academic Achievement : Project SPARK”. Research Quarterly for Exercise and Sport, by the American Alliance for Health, Physical Education, Recreation, and Dance Vol.70, No. 2, Halaman 127-134.

Slavin, Robert E. (1994). Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. English : Ally Bacon.


(3)

Smelser, N. J. (1989).Self-esteem and social problems: An introduction”. In A. M. Mecca, N. J. Smelser & J. Vasconcellos (Eds.), The social importance of selfesteem (pp. 1–23). Berkeley: University of California Press.

Staempfli, Marianne Barbara. (2000). The Association between Extracurricular Involvement, Self Esteem, and Leadership Skills among University of Guelph Peer Helpers. Tesis kepadaThe University of Guelph.

Strauss, Richard S. (2000). “Childhood Obesity and Self Esteem”. American Medical Association. PEDIATRICS Vol. 105, 1 Jan 2000 www.pediatrics.org. Halaman 1-5.

Strauss, Richard S. et al. (2001). “Psychosocial Correlates of Physical Activity in Healthy Children”. American Medical Association. ARCH PEDIATR ADOLESC MED/Vol. 155, Aug 2001 www.archpediatrics.com . Halaman 897-902.

Sugiyono. (1999). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabetha

Sukintaka. (2003). Filsafat Pendidikan Jasmani: Keberhasilan Dikjas Mendukung Keberhasilan Olahraga. dalam Harsuki dan Soewatini (ed.). Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sumosardjuno, Sadoso. (1986). Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga. Jakarta: Gramedia.

Sunarto dan Hartono, B. Agung. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryobroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Tafarodi, Romin W. & Milne, Alan B. (2002). “Decomposing Global Self-Esteem”. Journal of Personality. August 2002. Halaman 443-484.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Tremblay, Mark S. et al. (2000). “The Relationship between Physical Activity, Self-Esteem, and Academic Achievement in 12-Year-Old Children”. Pediatric Exercise Science, Human Kinetics Publishers. Halaman 312-323

Uhamisastra. M.S. (2010). PengaruhPendekatan Belajar Kooperatif dan Belajar Kompetitif Serta Kemampuan Motorik Terhadap Pengembangan Self-Esteem Melalui Kegiatan Olahraga Permainan Pada Siswa Sekolah Dasar. Disertasi kepada Universitas Pendidikan Indonesia.


(4)

Vogel, Amanda. (2000). The Health Benefits of Physical Activity for Girls and Women : Body Image and Self Esteem . Vancouver : British Columbia Centre of Excellence for Women’s Health.

Wells and Marwell. (1976). Self-esteem: Its conceptualization and measurement. Beverly Hills : Sage Publication

Wiese-Bjornstal, Diane. (1997). Psychological Dimensions. Presidents Council on Physical Fitness and Sports Report (Section II). USA: The Center for Research on Girls & Women in Sport University of Minnesota.

WHO. (2010). Global Recommendations on Physical Activity for Health. Switzerland : WHO

Wojowasito, S dan W.J.S. Poerwadarminta. (1980). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia. Bandung: Hasta.

Sumber internet :

Abuarrosh, Mohamed M. (2011). Self-esteem Definition and Measurement. [Online].Tersedia : www.garyounis.edu/arts/magazine_art/art28/28/11.pdf [24 Mei 2011]

Answers.com (2011). Global Self Esteem. [Online].Tersedia :

http://www.answers.com/topic/global-self-esteem [26 September 2011] Bear, Merryl. (1996). Exercise, Physical Appearance and Self-Esteem in

Adolescence. [Online]. Tersedia :

http://www.nedic.ca/knowthefacts/documents/Exercisephysicalappearanceand self-esteem.pdf [20 September 2011]

Delapanenam, Trueno Ae. (2009, Juli 4). Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler. [Online]. Tersedia : http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-kegiatan-ekstra-kurikuler/ [7 Mei 2011]

International Ice Hockey Federation (IIHF). (2010, Januari). Building Self- Esteem Level II. [Online]. Tersedia :

http://www.hockeycentre.org/LinkClick.aspx?fileticket=_MwJoWov43M%3 D&tabid=605&mid=1559&language=fi-FI [17 Mei 2011]

Jiang, Xiaoli. et al. (2004). “Children’s Self-Concept and Participation in Extra-Curricular Sport Activities”. [Online]. Tersedia :

http://www.self.ox.ac.uk/Conferences/2004_Jiang_Prosser_Hawkins.pdf [26 September 2011]


(5)

Maqi. (2007, 12 Juni). Ekstrakurikuler. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Ekstrakurikuler [14 Mei 2011]

Naismith, James. (1995). Physical Activity Promotes Self-Esteem. [Online]. Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1487216/ [20 September 2011]

Narmoatmojo, Winarno. (2009). Ekstrakurikuler di Sekolah : Dasar Kebijakan dan Aktualisasinya. [Online]. Tersedia :

http://winarno.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/10/Makalah-Ekskul-di-Sekolah.pdf [14 Mei 2011]

New Zealand Ministry of Health. (2010). Physical Activity. [Online]. Tersedia : http://www.moh.goht.nz/moh.nsf/indexmh/actihity-benefits [16 September 2011]

Saraswati, Widya. (2009, September 23). Mengetahui "Self Esteem" Anak Tinggi atau Rendah. [Online]. Tersedia :

http://kesehatan.kompas.com/read/2009/09/23/20162115/mengetahui.self.este em.anak.tinggi.atau.rendah [14 Mei 2011]

Valencia, Carla. (2011). Low Self Esteem Effects. [Online]. Tersedia : http://www.selfesteemawareness.com/self-esteem-news-March-08-low-self-esteem-effects.htm [18 Mei 2011]

Wikipedia The Free Encyclopedia. (2002, 24 November). Self Esteem. [Online]. Tersedia : http://en.wikipedia.org/wiki/Self-esteem [14 Mei 2011]

Wikipedia The Free Encyclopedia. (2005, 20 Februari). Extracurricular Activity. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Extracurricular_activity [14 Mei 2011]

WHO. (2011). Global Recommendations on Physical Activity for Health 5-17 years. [Online] Tersedia :

http://www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_young_people/en/index.htm [19 September 2011]

WHO. (2011). Global Recommendations on Physical Activity for Health 18-64 years. [Online] Tersedia :

http://www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_young_people/en/index.htm [19 September 2011]

WHO. (2011). Obesity. [Online] Tersedia :


(6)

WHO. (2011). Physical Activity. [Online] Tersedia :

http://www.who.int/topics/physical_activity/en/ [19 September 2011] Zubair, Muhammad. (2011, Maret 24). Self Esteem (Harga Diri/Harkat

Diri/Percaya Diri). [Online]. Tersedia :

http://gondoriah.blogspot.com/2011/03/self-esteem-harga-diriharkat.html?zx=d38c2a01b2dc10b5 [17 Mei 2011] Sumber-sumber lain :

Depdikbud. (1964). Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor: 0461/U/1964. Jakarta : Depdikbud

Depdikbud. (1992). Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor : 226/C/Kep/0/1992. Jakarta : Depdikbud

Depdikbud. (1993). Lampiran Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (SK Mendikbud) Nomor: 060/U/1993, Nomor 061/U/1993 dan Nomor 080/U/1993. Jakarta : Depdikbud

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kerangka Dasar : Kurikulum 2004. Jakarta : Depdikbud

Depdikbud. (1987). SK Mendikbud 413/U/1987. Jakarta : Depdikbud

Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : DPR