MODEL BELAJAR BERORIENTASI KEMAMPUAN OTAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF DI SMA NEGERI 1 SINDANG INDRAMAYU TAHUN 2008/2009.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR DIAGRAM ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN ……….... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 10
F. Tujuan Penelitian ... 15
G. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ... 16
H. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 16
BAB II MODEL BELAJAR BERORIENTASI KEMAMPUAN OTAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF ... 18
A. Model Pembelajaran ... 18
1. Pengertian dan Asumsi Model Pembelajaran ... 18
(2)
B. Model Belajar Beorientasi Kemampuan Otak ... 37
1. Bagian-Bagian Otak dan Fungsinya ... 37
2. Mekanisme Kerja Otak ... 42
3. Pengertian Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak 43
4. Tahap-Tahap Pembelajaran dalam Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak ... 47
5. Esensi Pembelajaran Berorietasi Kemampuan Otak ... 51
6. Perencanaan Pembelajaran dalam Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak ... 62
C. Model Belajar Peningkatan Kapasitas Berpikir ... 70
1. Tiga Aspek Perkembangan Intelektual ... 71
2. Tingkat-Tingkat Perkembangan Intelektual ... 73
3. Tahap-tahap Model Mengajar Peningkatan Kapasitas Berpikir ... 76
D. Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif ... 78
1. Orientasi Model ... 78
2. Model Belajar ... 82
3. Penerapan ... 87
4. Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta ... 87
E. Model Mengajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif ... 89
1. Orientasi Model ... 90
2. Model Mengajar ... 94
(3)
4. Dampak Instruksional dan Dampak Penyerta ... 101
F. Keterampilan Menulis ... 103
1. Aspek Logika dalam Karangan ... 106
2. Penalaran dalam Karangan ... 115
3. Kesalahan Penalaran ... 116
4. Pembelajaran Menulis di SMA Berdasarkan Kurikulum 2006 ... 120
BAB III METODE PENELITIAN ... 126
A. Metode Penelitian ... 126
B. Populasi dan Sampel ... 127
C. Instrumen Penelitian ... 128
D. Teknik Pengumpulan Data ... 130
E. Teknik Pengolahan Data ... 131
F. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 133
BAB IV DATA DAN PEMBAHASANNYA ... 163
A. Deskripsi Proses Pembelajaran Model Belajar Berorientasi Kemampuan dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif di SMA Negeri 1 Sindang Tahun 2008/2009 163
1. Proses Belajar Mengajar pada Pertemuan Pertama ... 165
2. Proses Belajar Mengajar pada Pertemuan Kedua ... 173
3. Proses Belajar Mengajar pada Pertemuan Ketiga ... 180
B. Kefektifan Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif di SMA Negeri 1 Sindang ... 190
(4)
2. Uji Homoginitas Data ... 192 3. Kefektifan Model Belajar di Kelompok Eksperimen ... 192 4. Kefektifan Model Belajar di Kelompok Koontrol ... 194 5. Perbandingan Kefektifan Bodel Belajar Berorientasi
Kemampuan Otak dengan Model Belajar Peningkatan
Kapasitas Berpikir ... 195 C. Kefektifan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model
Belajar Berorientasi Kemampuan Otak Menurut Pengamat ... 197 1. Kesesuaian antara Tujuan Pembelajaran dan Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, serta Indikator ... 198 2. Kesesuaian Bahan Pembelajaran dengan Kompetensi Dasar,
Indikator, dan Tujuan Pembelajaran ... 198 3. Kesesuaian Metode Pembelajaran dan Kegiatan
Pembelajaran dengan Tujuan Pembelajaran ... 199 4. Kesesuaian Penilaian dengan Tujuan Pembelajaran ... 200 5. Kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan Pelaksanaannya ... 200 6. Persepsi Pengamat terhadap Kegiatan Pembelajaran
dalam Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak ... 201 D. Aktivitas Belajar Siswa dalam Model Belajar Berorientasi
Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf
Argumentatif ... 204 1. Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Persiapan ... 207 2. Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Inisiasi dan Akuisisi 209 3. Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Elaborasi ... 211
(5)
4. Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Inkubasi ... 213 5. Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Verifikasi ... 215 E. Sikap Siswa terhadap Model Belajar Berorientasi
Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf
Argumentatif ... 217 1. Persepsi Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia, Pelajaran Menulis, dan Kegiatan Menulis ... 220 2. Persepsi Siswa terhadap Motivasi Belajar dan Model
Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam
Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif... 223 3. Persepsi Siswa terhadap Kerja Sama, Saling Menghargai,
Saling Menilai dalam Model Belajar Berorientasi
Kemampuan Otak ... 226 4. Persepsi Siswa terhadap Belajar Mandiri, Kemampuan Ber-
Pikir, dan Kepercayaan Diri dalam Model Belajar
Berorientasi Kemampuan Otak ... 229 5. Persepsi Siswa terhadap Pemahaman dalam Model
Belajar Berorientasi Kemampuan Otak ... 232 6. Persepsi Siswa terhadap Variasi Kegiatan Belajar
dalam Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak ... 234 7. Persepsi Siswa terhadap Kenyamanan dalam Model
Belajar Berorientasi Kemampuan Otak ... 237 F. Kemampuan Siswa Membuat Paragraf Argumentatif ... 240
1. Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Paragraf
(6)
2. Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Paragraf Argu-
mentatif sebagai Pencerminan Penalaran Generalisasi ... 242
3. Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Paragraf Argu- mentatif sebagai Pencerminan Penalaran Sebab Akibat.... 245
4. Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Paragraf Argu- mentatif sebagai Pencerminan Penalaran Analogi ... ... 247
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 250
A. Simpulan ... 250
B. Saran ... 258
DAFTAR PUSTAKA ... 260
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 265
DAFTAR DIAGRAM Diagram 2.1 Model Disain Instruksional Menurut Dick & Carey ... 22
Diagram 2.2 Model Disain Instruksional Menurut Kemp ... 23
Diagram 2.3 Model Disain Instruksional Menurut Kemp & Dick ... 23
Diagram 2.4a Model Belajar Beroreintasi Kemampuan Otak ... 88
Diagram 2.4b Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak ... 89
Diagram 2.5a Model Mengajar Beroreintasi Kemampuan Otak ... 102
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Model Belajar Berorientasi
Kemampuan Otak ... 192
Tabel 4.2 Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Model Belajar Peningkatan Kapasitas Berpikir ... 194
Tabel 4.3 Rata-rata Hasil Tes Akhir dan Rata-rata Gain Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 196
Tabel 4.4 Aktivitas Belajar Siswa dalam Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif ... 205
Tabel 4.5 Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Persiapan ... 208
Tabel 4.6 Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Inisiasi dan Akuisisi ... 210
Tabel 4.7 Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Elaborasi ... 212
Tabel 4.8 Aktivitas Belajar Siswa pada Inkubasi ... 214
(8)
Tabel 4.10 Sikap Siswa terhadap Model Belajar Berorientasi Kemampuan
Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif ... 218 Tabel 4.11 Persepsi Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pelajaran Menulis, dan Kegiatan Menulis... 222 Tabel 4.12 Persepsi Siswa terhadap Motivasi Belajar dalam Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis ... 223 Tabel 4.13 Persepsi Siswa terhadap Kerja Sama, Saling Menghargai, dan
Saling Menilai dalam Model Belajar Berorientasi Kemampuan
Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif... 226 Tabel 4.14 Persepsi Siswa terhadap Belajar Mandiri, Kemampuan Berpikir, dan Kepercayaan Diri dalam Model Belajar Berorientasi
Kemampuan Otak ... ... 229 Tabel 4.15 Persepsi Siswa terhadap Pemahaman dalam Model Belajar
Berorientasi Kemampuan Otak ... 232 Tabel 4.16 Persepsi Siswa terhadap Variasi Kegiatan Belajar dalam
Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak ... 235 Tabel 4.17 Persepsi Siswa terhadap Kenyamanan Belajar dalam
Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak ... 238 Tabel 4.18 Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Paragraf Argumentatif
Sebagai Pencerminan Penalaran Induktif ... 241 Tabel 4.19 Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Paragraf Argumentatif
Sebagai Pencerminan Penalaran Generalisasi ... 243 Tabel 4.20 Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Paragraf Argumentatif
Sebagai Pencerminan Penalaran Sebab Akibat... 245 Tabel 4.21 Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Paragraf Argumentatif
(9)
Sebagai Pencerminan Penalaran Analogi ... 248
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Paradigma Penelitian ... 10
Gambar 2.1 Bentuk Pengolahan Informasi dalam Diri Manusia ... 32
Gambar 4.1 Aktivitas Belajar Siswa dalam Model belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif ... 206
Gambar 4.2 Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Persiapan ... 208
Gambar 4.3 Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Inisiasi dan Akuisisi... 211
Gambar 4.4 Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Elaborasi ... 213
Gambar 4.5 Aktivitas Belajar Siswa pada Inkubasi... 215
Gambar 4.6 Aktivitas Belajar Siswa pada Tahap Verifikasi ... 217
Gambar 4.7 Sikap Siswa terhadap Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif... 219
Gambar 4.8 Persepsi Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pelajaran Menulis, dan Kegiatan Menulis... 222
Gambar 4.9 Persepsi Siswa terhadap Motivasi Belajar dalam Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif ... 225 Gambar 4.10 Persepsi Siswa terhadap Kerja Sama, Saling Menghargai,
(10)
dan Saling Menilai dalam Model Belajar Berorientasi
Kemampuan Otak ... 228
Gambar 4.11 Persepsi Siswa terhadap Belajar Mandiri, Kemampuan Berpikir, dan Kepercayaan Diri dalam Model Belajar Berorientasi
Kemampuan Otak ... 231 Gambar 4.12 Persepsi Siswa terhadap Pemahaman dalam Model Belajar
Berorientasi Kemampuan Otak ... 234 Gambar 4.13 Persepsi Siswa terhadap Variasi Kegiatan Belajar dalam
Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak ... 236 Gambar 4.14 Persepsi Siswa terhadap Kenyamanan Belajar dalam
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Penilaian Keefektifan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf
Argumentatif... 265
Lampiran 2 Pedoman Observasi tentang Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Berorientasi Kemampuan Otak ... 270
Lampiran 3 Skala Likert tentang Sikap Siswa terhadap Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif ... 276
Lampiran 4 Data Hasail Observasi ... 279
Lampiran 5 Data Hasil Angket ... 288
Lampiran 6 Perhitungan Statistik ... 303
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian ... 306
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian ... 307
(12)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Perbedaan utama antara manusia dan binatang terletak pada dua hal, yaitu kemampun berpikir dan kemampuan berbahasa. Sebenarnya keunikan manusia bukan terletak pada kemampuan berpikirnya tetapi pada kemampuan berbahasanya. Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Tanpa bahasa manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak. Tanpa bahasa manusia tak dapat mengomunikasikan pikiran dan gagasannya kepada orang lain. Pikiran dan gagasan yang dikomunikasikan kepada orang lain itu merupakan hasil kegiatan bernalar atau berpikir. Oleh karena itu, agar dapat mengungkapkan hasil kegiatan bernalar atau berpikir dengan baik manusia harus menguasai bahasa.
Hasil kegiatan bernalar atau berpikir itu bisa diungkapkan dengan bahasa lisan bisa juga dengan bahasa tulis. Kegiatan mengungkapkan pikiran dan gagasan dengan bahasa lisan disebut berbicara. Adapun kegiatan mengungkapkan pikiran dan gagasan dengan bahasa tulis disebut menulis. Kedua kegiatan berbahasa ini lazim disebut kegiatan atau keterampilan berbahasa produktif.
Sesungguhnya kedua keterampilan berbahasa tersebut melibatkan unsur-unsur yang hampir sama. Keduanya melibatkan unsur-unsur logika dan linguistik. Unsur logika terdiri atas isi atau bahan atau materi dan organisasinya, sedangkan unsur linguistik terdiri atas diksi, pembentukan kata, pembentukan kalimat, dan fonologi
(13)
Untuk dapat menguasai kemampuan menulis diperlukan berbagai usaha. Salah satu usaha adalah melalui pembelajaran bahasa di sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan. Bahasa itu sesuatu yang bisa dipelajari. Semua manusia memiliki potensi untuk menguasai bahasa apapun.
Hasil pembelajaran bahasa Indonesia –termasuk juga pembelajaran menulis paragraf –di sekolah-sekolah tampaknya belum memuaskan semua pihak. Kita masih sering mendengar keluhan masyarakat tentang kemampuan para siswa berbahasa Indonesia. Gipayana (2002: 4-5) memerinci faktor-faktor ketidakberhasilan pengajaran bahasa Indonesia (keterampilan berbahasa) yang dihimpun dari pandangan para pakar, yakni (1) faktor penggunaan model pembelajaran (Anton Moeliono). Model pembelajaran yang selama ini digunakan di setiap jenjang pendidikan terbukti belum bisa menghasilkan manusia yang mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar; (2) faktor guru, siswa, buku ajar, dan evaluasi hasil belajar (Suparno); (3) Alwasilah (2003) menambahkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia di sekolah lebih banyak mengajarkan menyimak, membaca, dan berbicara daripada menulis. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia –termasuk juga pembelajaran menulis paragraf –di sekolah-sekolah kita masih mengandung banyak kelemahan.
Untuk menentukan faktor penyebabnya, memang bukanlah pekerjaan yang mudah, karena dalam pembelajaran itu sendiri terlibat berbagai komponen. Guru, siswa, tujuan, bahan, metode, teknik mengajar, dan model pembelajaran merupakan komponen-komponen yang saling berinteraksi yang mendukung terjadinya proses pembelajaran. Guru yang kurang kompeten, siswa yang kurang
(14)
berminat dan berbakat, tujuan yang kurang jelas, bahan yang terlalu luas atau sarat, dan model pembelajaran yang kurang sesuai bisa menjadi faktor kekurangberhasilan tersebut.
Pada dasarnya pembelajaran bahasa Indonesia –termasuk juga pembelajaran menulis paragraf –tidak berbeda dengan pembelajaran yang lain. Agar pembelajaran tersebut mendatangkan hasil yang maksimal maka guru sekurang-kurangnya harus menguasai tiga hal, yaitu materiatau bahan pembelajaran, strategi atau pendekatan atau metode atau model pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Ketiga hal tersebut memiliki kedudukan yang sama. Penguasaan materi atau bahan dianggap penting karena dalam pembelajaran harus ada sesuatu yang dipelajari siswa. Sesuatu yang harus dipelajari siswa itu bisa berupa pengetahuan atau keterampilan atau sikap yang sudah jadi atau pun berupa pengetahuan atau keterampulan atau sikap yang harus dibangun sendiri oleh siswa.
Pengetahuan atau keterampilan atau sikap yang harus dikuasai siswa tidak datang dengan sendirinya. Hal tersebut harus digali melalui berbagai aktivitas. Aktvitas yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas merupakan gambaran dari pendekatan atau strategi atau metode atau model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran.
Aktivitas guru dan siswa bisa berjalan dengan baik apabila suasana kelas mendukung ke arah tersebut. Hal ini berarti bahwa seorang guru harus mampu menciptakan dan mempertahankan suasana kelas yang memungkinkan terjadinya
(15)
Di atas telah dijelaskan bahwa salah satu faktor yang harus dikuasai guru agar pembelajaran yang dilaksanakannya mendatangkan hasil yang optimal adalah pendekatan atau strategi atau metode atau model pembelajaran. Dalam dunia pendidikan dan pengajaran kita mengenal berbagai macam model pembelajaran. Menggunakan satu model pembelajaran untuk berbagai situasi bukanlah tindakan yang bijaksana. Oleh karena itu, guru harus betul-betul memahami prinsip-prinsip berbagai model pembelajaran agar ia tidak tergolong guru yang tidak bijaksana.
Dalam rangka mencari model belajar yang efektif, akhir-akhir ini banyak pelaku pendidikan yang menerjemahkan hasil-hasil riset otak ke dalam sebuah praktik pendidikan. Mereka itu antara lain Ned Hermann dengan konsep Hemispheric Dominance; Tony Buzan dengan Mind Mapping; Edward de Bono dengan Berpikir Lateral; Bobby dePorter dengan Quantum Learning; Daniel Golemen dengan Emotional Intelegence; Danah Zohar dengan Spiritual Intelegence; Howard Gardner dengan Multiple Intelegences; Rita Dunn dan Kenneth Dunn dengan Lima Gaya Belajar; Barbara Prashnig dengan The Power of Learning Styles, Barbara K. Given dengan Sistem Pembelajaran Alamiah Otak, dan Eric Jensen dengan Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otaknya..
Menurut Taufik Pasiak dalam Kata Pengantar buku Brain-Based Teaching karya Barbara K. Given (2007) yang diterjemahkan oleh Lala Herawati Dharma, ”Penggunaan riset-riset otak dalam dunia pendidikan wajib dilakukan. Bukan saja karena pendidikan mensyaratkan adanya otak (betapa sulitnya mendidik orang yang tidak berotak atau otak nirnormal), tetapi juga karena pendidikan memiliki tujuan mengoptimalkan penggunaan otak. Tidak saja untuk
(16)
aspek rasional-kognitif, tetapi juga emosi, fisik, dan spiritual. Otak yang optimal adalah otak yang semua potensinya teroptimalkan dengan baik” (Given, 2007:29).
Sejalan dengan pendapat di atas, Rakhmat (2007:x-xi) berpendapat bahwa selama ini otak hanya dipelajari di fakultas kedokteran-neurologi. Otak ternyata tidak pernah muncul dalam mata kuliah ilmu pendidikan. Para pendidik hampir tidak memiliki informasi mutakhir dari penelitian-penelitian otak. Padahal dalam proses belajar mengajar otak selalu terlibat. Oleh karena itu, agar terjadi proses belajar yang efektif, proses belajar harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan melalui berbagai kegiatan yang mengaktifkan semua kecerdasan. Kegiatan belajar yang mengaktifkan semua kecerdasan bisa terjadi apabila guru melibatkan sekaligus belahan otak kanan dan kiri dalam pembelajaran.
Gagasan menyatukan belahan otak kanan dan kiri dalam pembelajaran juga dikemukakan oleh Barbara K. Given (2007) dalam bukunya Brain-Based Teaching. Sistem pembelajaran yang menyatukan belahan otak kiri dan kanan ini dia sebut sistem pembelajaran alamiah otak. Menurutnya, otak mengembangkan lima sistem pembelajaran utama, yaitu emosi, sosial, kognitif, fisik, dan reflektif. Kelima sistem itu berkaitan dengan kebutuhan psikologis dasar pikiran untuk menjadi sesuatu (to be), untuk menjadi bagian (to belong) untuk mengetahui (to know), untuk melakukan (to do), serta untuk menguji coba dan mengeksplorasi (to experiment and explore) (Given, 2007: 37).
(17)
yang mungkin, niat untuk mengembangkan pengetahuan dan kecakapan, tindakan untuk mengubah mimpi menjadi kenyataan, dan refleksi untuk memantau diri dan teguh pada pendirian.
Pentingnya penggabungan otak kanan dan otak kiri dalam pembelajaran dikemukakan pula oleh Kusumoputro dan Lily Djokosetio Sidiarto (2008). Menurut mereka pada era kesejagatan ini banyak sekali informasi yang harus diolah dan direspons oleh manusia secara relevan. Infomasi yang diterima otak bisa terarah ke belahan otak kanan ataupun belahan otak kiri. Informasi tersebut harus dicerna dan direspons baik oleh otak belahan kanan maupun otak belahan kiri. Hal ini bukan masalah jika manusia mampu mengintegrasikan kedua kemampuan otaknya. Jadi, manusia harus ditempa melalui pembelajaran atau pelatihan yang tepat agar otaknya menjadi prima, dinamis, adaptip, dan fleksibel.
Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah metode pembelajaran yang didasarkan pada mekanisme organisasi otak.
Whole Brain Learning atau pembelajaran otak seutuhnya merupakan metode belajar mengajar yang melibatkan keseluruhan bagian otak (Kusumoputro dan Lily Djokosetio Sidiarto, 2008:19). Dengan kata lian, metode pembelajaran yang memberikan stimulasi pada keseluruhan sel-sel otak yang mempunyai fungsi spesifik. Stimulasi ini diberikan tidak secara sekaligus tetapi secara bertahap menurut kebutuhan. Hal ini bisa dilakukan baik secara horizontal, yaitu mulai dari bagian posterior (belakang) ke arah bagian anterior (depan) maupun secara lateral,
(18)
yaitu mulai dari belahan kanan ke arah belahan kiri (Kusumoputro dan Lily Djokosetio Sidiarto, 2008:38).
Menurut Kusumoputro dan Lily Djokosetio Sidiarto (2008: 43) Whole Brain Learning atau pembelajaran otak seutuhnya bisa menghasilkan orang yang cerdas (hemisfer kiri) sekaligus cerdik (hemisfer kanan), berakal (hemisfer kiri) sekaligus berakhlak/berkarakter (hemisfer kanan).Orang yang seperti itu adalah orang yang mampu menggunakan gabungan pola pikir hemisfer kiri dan kanan sekaligus atau mereka yang mampu menggeser, mengalihkan kemampuan berpikir belahan otak kiri ke kanan dan sebaliknya menurut kondisi dan situasi sesaat.
Melihat hasil yang bisa diperoleh melalui sistem pembelajaran alamiah otak atau pembelajaran otak seutuhnya (whole brain learning) sangat berarti bagi kehidupan seseorang, maka penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran ini dalam pembelajarn menulis di Sekolah Menengah Atas.
B. Identifikasi Masalah
Uraian di atas menjelaskan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia – termasuk juga pembelajaran menulis paragraf –masih terdapat banyak permasalahan. Permaslahan-permasalahan tersebut ada yang berkaitan dengan kompetensi guru, motivasi dan sikap siswa, sarana dan prasarana yang tersedia, model belajar , media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Permasalahan yang berkaitan dengan model belajar adalah model belajar yang bagaimanakah yang paling efektif untuk pembelajaran bahasa Indonesia.
(19)
Untuk menjawab permasalahan ini tentu saja guru harus berani mengadakan percobaan-percobaan dalam rangka mencari jawaban terhadap permasalahan ini. C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan secara mendalam maka dipandang perlu untuk membatasi masalah yang akan diteliti. Selain itu, pembatasan ini diperlukan karena adanya berbagai keterbatasan yang penulis miliki. Keterbatasan itu meliputi keterbatasan kemampuan, kesempatan, keuangan, dan tenaga. Atas dasar itu semua maka masalah yang akan penulis teliti terbatas pada keefektifan model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembejaran menulis paragraf argumentatif di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2008/2009.
Sesungguhnya keefektifan model belajar tersebut tidak hanya terbatas pada hasil belajar, yaitu adanya perbedaan yang signifikan antar rata-rata tes awal dan rata-rata tes akhir, tetapi juga pada prosesnya. Oleh karena itu, penelitian ini juga akan mengkaji keefektifan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), aktivitas belajar siswa, dan sikap siswa terhadap model belajar tersebut.
D. Rumusan Masalah
Masalah yang akan penulIs teliti dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2008/2009 berhasil efektif?
2. Bagaimana keefektifan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2008/2009?
(20)
3. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2008/2009?
4. Bagaimana sikap siswa terhadap model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu rahun 2008/2009?
Rumusan masalah pertama diuraikan lagi menjadi rincian rumusan masalah berikut ini.
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akhir pada pembelajaran menulis paragraf argumentatif yang menggunakan model belajar berorientasi kemampuan otak di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2008/2009?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akhir pada pembelajaran menulis paragraf argumentatif yang menggunakan model belajar peningkatan kapasitas berpikir di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2008/2009?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada pembelajaran menulis paragraf argumentatif yang menggunakan model belajar berorientasi kemampuan otak dan hasil belajar pada pembelajaran menulis paragraf argumentatif yang menggunakan model belajar peningkatan kapasistas berpikir di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2008/2009?
(21)
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif, sedangkan varibel terikatnya adalah keefektifan model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif , keefisienan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif , aktivitas belajar siswa dalam model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif , dan sikap siswa terhadap pembelajaran menulis paragraf argumentatif dalam model belajar berorientasi kemampuan otak. Dengan demikian, paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif
Keefektifan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Belajar Ber-orientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Keefektifan Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif
Aktivitas Belajar Siswa dalam Mo-del Belajar Berorientasi Kemam-puan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif dalam Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak
(22)
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
Definisi operasional variabel-variabel di atas adalah sebagai berikut. 1. Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak
Model belajar berorientasi kemampuan otak adalah model belajar yang didasarkan pada bagaimana otak belajar. Otak merupakan himpunan kesatuan yang terdiri atas lima sistem pembelajaran utama, yaitu emosi, sosial, kognitif, fisik, dan reflektif. Kelima sistem itu berkaitan dengan kebutuhan psikologis dasar pikiran untuk menjadi sesuatu (to be), untuk menjadi bagian (to belong) untuk mengetahui (to know), untuk melakukan (to do), serta untuk menguji coba dan mengeksplorasi (to experiment and explore).
Pengembangan rencana pembelajaran model belajar berorientasi kemampuan otak diawali dengan menentukan apa yang perlu diketahui atau yang bisa dilakukan oleh siswa (sistem kognitif). Dengan kata lain, kompetensi apa yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti sebuah pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pembelajaran menulis, kompetensi tersebut bisa dilihat pada Standar Isi.
Untuk mencapai kompetensi tersebut, guru melakukan curah gagasan tentang berbagai cara untuk melakukan hal berikut.
Pertama, guru menyelaraskan kompetensi tersebut dengan tujuan pribadi siswa dan membuat pembelajaran relevan bagi siswa (sistem pembelajarn emosional). Kedua, guru memberikan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengalaman nyata sendiri, dengan teman, dengan kelompok kecil, melalui kerja sama
(23)
guru/siswa yang mendukung pengakuan atas perbedaan dan menciptakan perasaan menjadi bagian dari kelompok (sistem pembelajaran sosial).
Ketiga, memfasilitasi pencarian pengetahuan dan pengembangan kecakapan melalui tantangan berupa pemecahan masalah nyata (sistem pembelajaran kognitif).
Keempat, guru menciptakan keterlibatan siswa secara aktif melalui proyek-proyek yang bermakna (sistem pembelajaran fisik).
Kelima, guru mengajari siswa untuk menganalisis kemajuan mereka, memikirkan berbagai cara untuk meningkatkan kemajuan itu, dan mengembangkan rencana untuk perkembangan yang berkesinambungan (sistem pembelajaran reflektif).
Selain itu, menurut Jensen (2008) model belajar berorientasi kemampuan otak terdiri atas tujuh tahap, yaitu tahap prapemaparan, tahap persiapan, tahap inisiasi dan akuisisi, tahap elaborasi, tahap inkubasi dan memasukkan memori, tahap verifikasi dan pengecekan keyakinan, dan tahap perayaan dan integrasi. 2. Pembelajaran Menulis Paragraf
Pembelajaran menulis paragraf merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran menulis paragraf bertujuan agar siswa mampu menulis dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dalam penelitian ini, menulis diartikan sebagai kegiatan menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, dan realita kepada pembaca secara tertulis dalam sebuah paragraf.
3. Keefektifan Model Belajar
Keefektifan berasal dari kata efektif. Kata efektif digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan model belajar berorientasi kemampuan otak dalam
(24)
pembelajaran menulis paragraf argumentatif di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu. Model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif dikatakan efektif apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dengan hasil tes akhir. Untuk mengetahui signifikan tidaknya perbedaan rata-rata hasil tes awal dengan rata-rata hasil tes akhir akan dihitung dengan teknik statistik, yaitu dengan uji-t atau pengujian perbedaan dua buah rata-rata populasi yang berkorelasi. Dikatakan demikian karena masing-masing subjek memiliki dua skor yang berasal dari dua pengukuran atau tes, yaitu tes awal dan tes akhir. Oleh karena itu, rumus uji-t yang digunakan adalah rumus uji-t yang menggunakan galat baku yang melibatkan korelasi antara kedua perangkat skor (Furqon, 2002: 192).
Selain itu, keefektifan model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf ini akan dibandingkan pula dengan keefektifan model belajar peningkatan kapasitas berpikir.
4. Keefektifan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Keefektifan berasal dari kata efektif. Kata efektif digunakan sebagai tolok ukur kesesuaian antara komponen-komponen yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Keefektifan juga diartikan kesesuaian antara rencana yang tertuang dalam RPP dengan pelaksanaannya di dalam kelas. Untuk mengetahui kesesuaian antarkomponen dalam rencana pembelajaran dan kesesuaian antara rencana pembelajaran dan pelaksanaanya di dalam kelas, digunakanlah instrumen Angket Penilaian Keefektifan Pembelajaran. Instrumen
(25)
Mohamad Ishak, S.Pd., dan Suharyati, S.Pd. Ketiga-tiganya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu.
5. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar diartikan kegiatan yang dilakukan siswa dalam kelas. Kegiatan siswa dalam kelas dikategorikan ke dalam aktivitas belajar jika kegiatan itu berhubungan dengan usaha siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dalam model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf digunakan Skala Likert dengan lima pilihan, yaitu ST (sangat tinggi), T (tinggi), N (netral), R (rendah), dan SR (sangat rendah). Skala Likert ini diisi pengamat, yaitu penulis, Sugeng Prayitno, S.Pd., H. Mohamad Ishak, S.Pd., dan Suharyati, S.Pd.
6. Sikap Siswa
Sesungguhnya sikap merupakan gejala kejiwaan. Oleh karena itu, sikap tidak bisa diamati secara empiris. Yang bisa diamati secara empiris adalah tindakan atau perilaku lahir yang merupakan cerminan dari sikap itu. Tindakan atau perilaku lahir seseorang memang belum tentu merupakan cerminan sikap batiniahnya. Banyak faktor yang mempengaruhi hubungan sikap batin dan perilaku lahir. Akan tetapi, menurut kebiasaan, jika tidak ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi, sikap yang ada dalam batin itu dapat diduga dari tindakan atau perilaku lahiriahnya.
Menurut Lambert seperti yang dikutip Chaer (1995:198), sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan dan gagasan yang
(26)
biasanya digunakan dalam proses berpikir. Komponen afektif berhubungan dengan masalah penilaian baik-buruk, suka atau tidak suka terhadap sesuatu atau suatu keadaan. Adapun komponen konatif berkaitan dengan perbuatan atau perilaku. Ketiga komponen itu pada umumnya berhubungan dengan erat. Jika ketiga komponen itu sejalan, maka bisa diduga perilaku itu menunjukkan sikap. Akan tetapi, jika tidak sejalan, maka perilaku tidak dapat digunakan untuk menentukan sikap seseorang.
Untuk mengetahui sikap siswa terhadap model belajar berorientasi kemampuan otak pembelajaran menulis paragraf digunakan Skala Likert (Sugiyono, 2007: 134) dengan lima pilihan, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), N (netral), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Skala Likert ini diisi oleh siswa.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah menganalisis dan menjelaskan
(1) keefektifan model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf arguemntatif di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2008/2009;
(2) keefektifan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu rahun 2008/2009;
(27)
(3) aktivitas belajar siswa dalam model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2007/2008; dan
(4) sikap siswa SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2007/2008 terhadap pembelajaran menulis paragraf argumentatif dalam model belajar berorientasi kemampuan otak.
G. Signifikansi dan Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai nilai praktis untuk pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dan pembelajaran menulis paragraf pada khususnya. Jika model belajar berorientasi kemampuan otak ini efektif dalam pembelajaran menulis paragraf maka model ini menjadi unsur pemerkaya dalam pembelajaran menulis paragraf khususnya dan pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi pendorong bagi para peneliti berikutnya untuk menerapkan model belajar berorientasi kemampuan otak pada pembelajaran yang lainnya.
H. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Penelitian
a. Setiap model belajar mempunyai tingkat keefektifan yang berbeda-beda. b. Belajar melibatkan seluruh sistem tubuh.
c. Proses belajar terjadi di dalam otak dan hasilnya disimpan di dalam otak juga. d. Setiap siswa menerima informasi, menyimpan pengetahuan, dan
(28)
e. Setiap siswa memiliki kemampuan menulis dan kemampuan berpikir kritis dengan tingkat yang berbeda-beda.
f. Kemampuan menulis dapat dipelajari dan dilatihkan. g. Kemampuan menulis dapat diukur melalui tes. 2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Pertama
Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akhir pada pembelajaran menulis paragraf argumentatif yang menggunakan model belajar berorientasi kemampuan otak di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2008/2009.
Hipotesis Kedua
Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akhir pada pembelajaran menulis paragraf paragraf yang menggunakan model belajar belajar peningkatan kapasitas berpikir di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2008/2009.
Hipotesis Ketiga
Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada pembelajaran menulis paragraf argumentatif yang menggunakan model belajar berorientasi kemampuan otak dan hasil belajar pada pembelajaran menulis paragraf argumentatif yang menggunakan model belajar peningkatan kapasistas berpikir di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu tahun 2008/2009.
(29)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan kuasi eksperimen. Desain yang digunakan adalah The Randomized Pretest-Postest Control Group Design (Fraenkel & Wallen, 1990:238). Desain penelitian ini di gambarkan Fraenkel & Wallen seperti diagram berikut.
Diagram 3.1 Desain Penelitian Keterangan:
ER : Kelompok eksperimen subjek random yang menggunakan Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak
KR : Kelompok kontrol subjek random yang menggunakan Model Belajar Peningkatan Kapasitas Berpikir.
O1 : Pengukuran awal (pretest) pada kelompok eksperimen yang menggunakan Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak
O2 : Pengukuran awal (pretest) pada kelompok kontrol yang menggunakan Model Belajar Peningkatan Kapasitas Berpikir.
Treatment group ER O1 XA O2
(30)
O3 : Pengukuran akhir (postest) pada kelompok eksperimen yang menggunakan Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak
O4 : Pengukuran akhir (postest) pada kelompok kontrol yang menggunakan Model Belajar Peningkatan Kapasitas Berpikir.
XA : Perlakuan mengajarkan menulis paragraf argumentatif dengan menggunakan Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak XB : Perlakuan mengajarkan menulis paragraf argumentatif dengan
menggunakan Model Belajar Peningkatan Kapasitas Berpikir. B. Populasi dan Sampel
Data penelitian ini bersumber dari model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf afrgumentatif di kelas XI SMA Negeri 1 Sindang Kabupaten Indramayu tahun 2008/2009. Dengan demikian, populasi penelitian ini adalah pembelajaran berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumetatif di kelas XI SMA Negeri 1 Sindang Kabupaten Indramayu tahun 2008/2009. Kelas XI SMA Negeri 1 Sindang Indramayu terdiri atas 10 rombongan belajar ( kelas).
Dari 10 rombongan belajar (kelas) sebagai populasi diambil 2 rombongan belajar (kelas) sebagai sampel penelitian yakni kelas XI IPA4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA5 sebagai kelas kontrol. Teknik sampling yang peneliti gunakan adalah Cluster randam sampling. Teknik ini dipilih karena populasi sudah berada dalam kelompok-kelompok kelas dan kelas-kelas itu memiliki karakteristik yang sama.
(31)
Subjek tersebut dipilih karena pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut. Pertama, siswanya memenuhi karakteristik siswa SMA secara umum, terutama dari segi usianya. Dengan demikian, cukup representatif untuk penelitian ini. Kedua, pengelolaannya relatif sama dengan SMAN pada umumnya.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Data yang dikumpulkan merupakan data yang berhubungan dengan keefektifan model belajar, keefektifan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), aktivitas belajar, dan sikap siswa. Data tentang keefektifan model belajar dikumpulkan dengan instrumen Tes Hasil Belajar (Achievment Test). Data tentang keefektifan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dikumpulkan dengan angket, data yang berhubungan dengan aktivitas belajar dikumpulkan dengan pedoman observasi dan data tentang sikap siswa dikumpulkan melalui angket (Skala likert).
1. Tes Hasil Belajar (Achievment Test)
Instrumen ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang keefektifan model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf. Keefektifan sebuah model belajar terlihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diukur melalui tes. Tes dilaksanakan dua kali, yaitu sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Hasil kedua tes ini dibandingkan untuk melihat perbedaannya. Jika perbedaannya signifikan maka berarti model belajar tersebut efektif.
(32)
2. Angket Penilaian Keefektifan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Keefektifan sebuah model belajar tergambar pada rencana pembelajaran yang disusun serta pelaksanaannya di dalam kelas. Untuk mengetahui kesesuaian antarkomponen dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kesesuaian antara rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaanya di dalam kelas maka digunakanlah instrumen Angket Penilaian Keefektifan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Instrumen ini diisi oleh pengamat. Yang bertindak sebagai pengamat adalah Sugeng Prayitno, S.Pd., H. Mohamad Ishak, S.Pd., dan Suharyati, S.Pd. Semuanya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu.
Objek pengamatan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan dalam penelitian dan pelaksanaannya di dalam kelas. Agar data yang terkumpul memiliki tingkat keakuratan yang dapat dipertangungjawabkan jumlah pengamat lebih dari seorang.
3. Pedoman Observasi
Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan aktvitas belajar siswa. Instrumen ini berupa pedoman pengamatan. Pedoman pengamatan ini berupa Skala Likert. Yang diamati adalah aktivitas belajar siswa. Yang bertindak sebagai pengamat adalah Sugeng Prayitno, S.Pd., H. Mohamad Ishak, S.Pd., Suharyati, S.Pd., dan penulis
Objek pengamatan adalah aktivitas atau kegiatan siswa dalam pembelajaran menulis paragraf yang menggunakan model belajar berorientasi
(33)
kemampuan otak. Agar data yang terkumpul memiliki tingkat keakuratan yang dapat dipertangungjawabkan, jumlah pengamat lebih dari seorang.
4. Angket (Skala Likert)
Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan sikap siswa terhadap model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf. Instrumen ini berupa pernyataan-pernyataan dengan lima pilihan jawaban, yaitu yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragur-ragu), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Skala Likert ini diisi oleh siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah teknik pengamatan, kuisioner (angket), dan teknik pengukuran atau tes.
1. Teknik Pengamatan (Observasi)
Teknik pengamatan (observasi) digunakan untuk mencatat gejala yang tampak pada objek penelitian ,yaitu objek yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa.
2. Teknik Kuisioner (Angket)
Teknik kuisioner (angket) digunakan untuk mengumpulkan data baik yang berkaitan dengan keefektifan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) maupun sikap siswa terhadap model belajar berorientasi kemampuan otak dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif
(34)
3. Teknik Pengukuran (Tes)
Teknik pengukuran atau tes digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif. Data yang bersifat kuantitatif dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari hasil tes, baik hasil tes awal maupun hasil tes akhir.
E. Teknik Pengolahan Data
Data penelitian ini akan dianalisis dengan dua cara. Pertama, dengan cara nonstatistik. Kedua, dengan cara statistik.
1. Analisis Data dengan Cara Nonstatistik
Cara nonstatistik digunakan untuk menganalisis data yang berasal dari teknik observasi dan kuesioner (angket) baik yang dikumpulkan dengan instrumen Skala Penilaian Efisiensi Pembelajaran, Skala Bertingkat (Rating Scale) maupun Skala Likert. Data yang berasal dari Skala Likert akan dioleh dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) mengelompokkan data berdasarkan variabel, 2) mentabulasi data berdasarkan variabel, 3) menyajikan data tiap variabel, dan 4) menghitung skor tiap variabel.
2. Analisis Data dengan Cara Statistik
Cara statistik digunakan untuk menganalisis data yang berasal dari teknik pengukuran yang dikumpulkan dengan instrumen tes hasil belajar (Achievment Test). Langkah-langkahnya sebagai berikut.
(35)
2) Proses penghitungan hasil tes akhir b. Menguji normalits dari masing-masing tes
Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini digunakan rumus berikut ini.
∑
= − = k l i i i i E E x 2 2 (0 )(Sudjana, 2002: 273)
Keterangan:
x2 = kuadrat chi yang dicari
Oi = frekuensi yang tampak
Ei = frekuensi yang diharapkan
c. Menguji homoginitas variansi data.
Untuk menguji homoginitas variansi data digunakan rumus sebagai berikut.
k S b S F 2 2
= (Sudjana, 2002: 249)
Keterangan:
F = Harga varians yang akan diuji
b
S2 = Varians yang lebih besar
k
S2 = Varians yang lebih kecil
d. Uji Hipotesis
Rumus di bawah ini digunakan untuk menguji perbedaan dua rata-rata baik rata-rata antara tes awal dan tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maupun perbedaan antara rata-rata tes akhir kelompok eksperimen dan rata-rata tes akhir kelompok kontrol.
(36)
2 2 2 1 2 1 2 1 η η S S M M E + −
= (Sudjana, 2002: 241)
Keterangan:
M1 = Mean (rata-rata) kelompok eksperimen M2 = Mean (rata-rata) kelompok kontrol
1
η = Jumlah sampel kelompok eksperimen
2
η = Jumlah sampel kelompok kontrol 2
1
S = Variansi sampel kelompok eksperimen 2
2
S = Variansi sampel kelompok kontrol F. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
1. RPP Model Belajar Berorientasi Kemampuan Otak dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif
a. Identitas
Nama Sekolah : SMA Negri 1 Sindang Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas, Semester : XI, 2
Standar Kompetensi : Mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman/ringkasan, notulen rapat, dan karya ilmiah
Kompetensi Dasar : Menulis karya ilmiah seperti hasil pengamatan, dan penelitian
(37)
Indikator : 1. Mengidentifikasi langkah-langkah pengamatan dan atau penelitian
2. Menginventarisasi cara-cara penarikan simpulan dalam pengamatan dan atau penelitian
3. Membedakan penarikan simpulan secara induktif dan deduktif
4. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara generalisasi 5. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara hubungan sebab akibat
6. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara analogi
7. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara deduksi
8. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara silogisme
9. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara entimem
10. Menunjukkan kesalahan penalaran dalam penarikan simpulan pengamatan atau penelitian
(38)
Alokasi Waktu : 6 X 45 menit ( 3 pertemuan ) b. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses belajar mengajar berakhir, siswa dapat
(1) menyebutkan langkah-langkah pengamatan atau penelitian;
(2) menyebutkan macam-macam cara penarikan simpulan dalam pengamatan atau penelitian;
(3) membuat paragraf yang menggambarkan cara bernalar induktif; (4) membuat paragraf yang menggambarkan cara bernalar deduktif;
(5) membuat simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara generalisasi; (6) membuat simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara sebab akibat; (7) membuat simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara analogi; (8) membuat simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara silogisme; (9) membuat simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara entimem; (10) menyebutkan jenis kesalahan penalaran yang terdapat dalam
sebuah simpulan pengamatan atau penelitian. c. Materi Pembelajaran
(1) Langkah-langkah pengamatan atau penelitian (a) Merumuskan masalah,
(b) Menyusun kerangka berpikir, (c) Merumuskan hipotesis,
(d) Menguji hipptesis, dan Menarik simpulan. (2) Penalaran induktif
(39)
(b) Analogi (c) Sebab Akibat (3) Penalaran deduktif (a) Silogisme
(b) Entimem
(4) Kesalahan penalaran (a) Generalisasi Terlalu Luas
(b) Hubungan Sebab Akibat yang Tidak Memadai (c) Kesalahan Analogi
e. Metode Pembelajaran 1. Ceramah
2. Tanya Jawab 3. Diskusi kelompok 4. Penemuan
5. Latihan
f. Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah: Pertemuan Ke-1 1. Kegiatan Awal
a. Siswa membalasa ucapan salam guru.
b. Siswa merespon dengan baik ketika guru mengabsen mereka. c. Siswa mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran. d. Siswa menyimak penjelasan guru tentang topik pembelajaran.
(40)
e. Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. f. Siswa mengerjakan tes awal
2. Kegiatan Inti
a. Tahap Prapemaparan
(1) Siswa diharapkan memperhatikan mind maping (pemetaan pikiran) tentang bahan yang akan dipelajarinya yang telah dipasang di kelas tempat mereka belajar beberapa hari sebelum pembelajaran di mulai. (2) Siswa menyimak penjelasan guru tentang model belajar yang harus
mereka laksanakan.
(3) Siswa menjawab secara lisan beberapa pertanyaan guru yang berkaitan dengan bahan yang akan mereka pelajari.
b. Tahap Persiapan
(1) Siswa memperhatikan ilustrasi nyata yang berkaitan dengan topik yang akan mereka pelajari yang disampaikan guru.
(2) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang manfaat yang bisab mereka raih jika menguasai bahan yang akan mereka pelajari. (3) Siswa memperhatikan contoh konkret yang disampaikan guru yang
berkaitan dengan bahan yang harus mereka pelajari.
(4) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang hubungan antara hal yang sedang mereka pelajari dengan mata pelajaran lain.
(5) Siswa melibatkan emosinya dalam pembelajaran. c. Tahap Inisiasi dan Akuisisi
(41)
(2) Setiap siswa dalam kelompok berdiskusi tentang langkah-langkah pengamatan dan atau penelitian.
(3) Salah seorang sisiwa dari setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya.
(4) Para siswa dengan bimbingan guru merumuskan hasil diskusi.
(5) Para siswa menerima beberapa contoh paragraf untuk mereka baca dan amati.
(6) Siswa mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf tersebut sebagai kalimat yang berisi fakta yang bersifat khusus dan kalimat yang berisi fakta yang bersifat umum.
(7) Berdasarkan hasil yang diperoleh pada kegiatan 6) siswa merumuskan pengertian penalaran induktif.
(8) Beberapa siswa menyampaikan hasil rumusannya tentang pengertian penalaran induktif.
(9) Siswa berlatih menyusun sebuah paragraf yang mencerminkan penalaran induktif.
d. Tahap Elaborasi
(1) Siswa memanfaatkan kesempatan bertanya yang disediakan guru. (2) Salah seorang siswa dalam setiap kelompok menjelaskan kembali
bahan yang telah didiskusikan sebelumnya.
(3) Setiap kelompok membuat pemetaan pikiran (mind-maping) tentang materi yang sedang dipelajarinya.
(42)
e. Tahap Inkubasi
(1) Siswa beristirahat sekitar 5 menit untuk perenungan (istirahat). (2) Pada waktu perenungan (istirahat) itu siswa bebas berjalan-jalan di
dalam kelas, tatapi tidak boleh ke luar kelas.
(3) Pada waktu perenungan (istirahat) itu siswa bisa melakukan peregangan dan latihan relaksasi.
f. Tahap Verifikasi
(1) Para siswa saling bertanya jawab dengan temannya tentang bahan yang sedang mereka pelajari.
(2) Para siswa saling menilai hasil belajarnya.
(3) Beberapa siswa menjawab pertanyaan secara lisan yang diajukan guru. g. Tahap Perayaan dan Integrasi
Siswa mendapatkan penghargaan/apresiasi dari guru atas peran sertanya dalam pembelajaran.
3. Kegiatan Penutup
a. Para siswa menyimpulkan materi pembelajaran. b. Siswa melaksanakan refleksi pembelajaran
c. Siswa mendapatkan tugas yang harus dikerjakannya di rumah. d. Siswa beroleh informasi tentang topik yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya. Pertemuan Ke-2
(43)
b. Siswa merespon dengan baik ketika guru mengabsen mereka. c. Siswa mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran.
d. Siswa secara bergiliran menyampaikan hasil pekerjaan rumahnya. e. Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. f. Siswa menyimak penjelasan guru tentang topik pembelajaran. 2. Kegiatan Inti
a. Tahap Prapemaparan
(1) Siswa diharapkan memperhatikan mind maping (pemetaan pikiran) tentang bahan yang akan dipelajarinya yan telah dipasang di kelas tempat mereka belajar beberapa hari sebelum pembelajaran dimulai. (2) Siswa menyimak penjelasan guru tentang model belajar yang harus
mereka laksanakan.
(3) Siswa menjawab secara lisan beberapa pertanyaan guru yang berkaitan dengan bahan yang akan mereka pelajari.
b. Tahap Persiapan
(1) Siswa memperhatikan ilustrasi nyata yang berkaitan dengan topik yang akan mereka pelajari yang disampaikan guru.
(2) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang manfaat yang bisabmereka raih jika menguasai bahan yang akan mereka pelajari. (3) Siswa memperhatikan contoh konkret yang disampaikan guru yang
berkaitan dengan bahan yang harus mereka pelajari.
(4) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang hubungan antara hal yang sedang mereka pelajari dengan mata pelajaran lain.
(44)
(5) Siswa melibatkan emosinya dalam pembelajaran. c. Tahap Inisiasi dan Akuisisi
(1) Siswa menerima beberapa contoh paragraf untuk dibaca dan diamatinya.
(2) Siswa mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf sebagai kalimat yang berisi fakta yang bersifat khusus dan kalimat yang berisi fakta yang bersifat umum.
(3) Siswa merumuskan pengertian penalaran generalisasi.
(4) Siswa mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf sebagai kalimat yang berisi fakta yang merupakan sebab dan kalimat yang berisi fakta yang merupakan akibat.
(5) Siswa merumuskan pengertian penalaran sebab akibat.
(6) Siswa mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf sebagai kalimat pembanding dan kalimat yang yang dibandingi.
(7) Siswa merumuskan pengertian penalaran analogi.
(8) Siswa mengelompokkan diri menjadi delapan kelompok.
(9) Setiap kelompok berdiskusi tentang penalaran generalisasi, sebab akibat, dan analogi.
(10) Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya.
(11) Siswadengan bimbingan guru merumuskan hasil diskusi. (12) Siswa berlatih menyusun masing-masing sebuah paragraf yang
(45)
d. Tahap Elaborasi
(1) Siswa memanfaatkan kesempatan bertanya yang disediakan guru. (2) Salah seorang siswa dalam setiap kelompok menjelaskan kembali
bahan yang telah didiskusikan sebelumnya.
(3) Setiap kelompok membuat pemetaan pikiran (mind-maping) tentang materi yang sedang dipelajarinya.
e. Tahap Inkubasi
(1) Siswa beristirahat sekitar 5 menit untuk perenungan (istirahat). (2) Pada waktu perenungan (istirahat) itu siswa bebas berjalan-jalan di
dalam kelas, tatapi tidak boleh ke luar kelas.
(3) Pada waktu perenungan (istirahat) itu siswa bisa melakukan peregangan dan latihan relaksasi.
f. Tahap Verifikasi
(1) Para siswa saling bertanya jawab dengan temannya tentang bahan yang sedang mereka pelajari.
(2) Para siswa saling menilai hasil belajarnya.
(3) Beberapa siswa menjawab pertanyaan guru secara lisan. g. Tahap Perayaan dan Integrasi
Siswa mendapatkan penghargaan/apresiasi dari guru atas peran sertanya dalam pembelajaran.
3. Kegiatan Penutup
a. Para siswa menyimpulkan materi pembelajaran. b. Siswa melaksanakan refleksi pembelajaran
(46)
c. Siswa mendapatkan tugas yang harus dikerjakannya di rumah. d. Siswa beroleh informasi tentang topik yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya. Pertemuan Ke-3
1. Kegiatan Awal
a. Siswa membalas salam guru.
b. Siswa merespon dengan baik ketika guru mengabsen mereka. c. Siswa mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran.
d. Siswa secara bergiliran menyampaikan hasil pekerjaan rumahnya. e. Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. f. Siswa menyimak penjelasan guru tentang topik pembelajaran. 2. Kegiatan Inti
a. Tahap Prapemaparan
(2) Siswa diharapkan memperhatikan mind maping (pemetaan pikiran) tentang bahan yang akan dipelajarinya yan telah dipasang di kelas tempat mereka belajar beberapa hari sebelum pembelajaran dimulai. (3) Siswa menyimak penjelasan guru tentang model belajar yang harus
mereka laksanakan.
(4) Siswa menjawab secara lisan beberapa pertanyaan guru yang berkaitan dengan bahan yang akan mereka pelajari.
b. Tahap Persiapan
(47)
(2) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang manfaat yang bisabmereka raih jika menguasai bahan yang akan mereka pelajari. (3) Siswa memperhatikan contoh konkret yang disampaikan guru yang
berkaitan dengan bahan yang harus mereka pelajari.
(4) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang hubungan antara hal yang sedang mereka pelajari dengan mata pelajaran lain.
(5) Siswa melibatkan emosinya dalam pembelajaran. c. Tahap Inisiasi dan Akuisisi
(1) Siswa menerima beberapa contoh paragraf untuk dibaca dan diamatinya.
(2) Siswa mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf sebagai kalimat yang berisi fakta yang bersifat umum dan kalimat yang berisi fakta yang bersifat khusus.
(3) Siswa merumuskan pengertian penalaran deduktif.
(4) Siswa mengamati kalimat yang berfungsi sebagai premis mayor, kalimat yang berfungsi sebagai premis minor, dan kalimat yang berfungsi sebagai konklusi dalam silogisme.
(5) Siswa merumuskan pengertian silogisme. (6) Siswa mengamati contoh-contoh entimem.
(7) Berdasarkan hasil pengamatan pada 6) siswa merumuskan pengertian entimem.
(48)
(8) Siswa menerima beberapa paragraf yang mengandung kesalahan: generalisasi terlalu luas, hubungan sebab akibat yang tidak memadai, dan kesalahan analogi.
(9) Siswa mengamati paragraf yang mengandung kesalahan: generalisasi terlalu luas, hubungan sebab akibat yang tidak memadai, dan kesalahan analogi.
(10) Berdasarkan hasil pengamatan pada 9) siswa merumuskan
pengertian generalisasi terlalu luas, hubungan sebab akibat yang tidak memadai, dan kesalahan analogi.
(11) Siswa berlatih membuat silogisme. (12) Siswa berlatih membuat entimem.
(13) Siswa berlatih mengubah silogisme menjadi entimem. (14) Siswa berlatih mengubah entimem menjadi silogisme. d. Tahap Elaborasi
(1) Siswa memanfaatkan kesempatan bertanya yang disediakan guru. (2) Salah seorang siswa dalam setiap kelompok menjelaskan kembali
bahan yang telah didiskusikan sebelumnya.
(3) Setiap kelompok membuat pemetaan pikiran (mind-maping) tentang materi yang sedang dipelajarinya.
e. Tahap Inkubasi
(1) Siswa beristirahat sekitar 5 menit untuk perenungan (istirahat). (2) Pada waktu perenungan (istirahat) itu siswa bebas berjalan-jalan di
(49)
(3) Pada waktu perenungan (istirahat) itu siswa bisa melakukan peregangan dan latihan relaksasi.
f. Tahap Verifikasi
(1) Para siswa saling bertanya jawab dengan temannya tentang bahan yang sedang mereka pelajari.
(2) Para siswa saling menilai hasil belajarnya.
(3) Beberapa siswa menjawab pertanyaan guru secara lisan. g. Tahap Perayaan dan Integrasi
Siswa mendapatkan penghargaan/apresiasi dari guru atas peran sertanya dalam pembelajaran.
3. Kegiatan Penutup
a. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran. b. Siswa melaksanakan refleksi pembelajaran
c. Siswa melaksanakan tes akhir. g. Sumber Belajar
1. Achmadi, Muchsin. (1988) Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Akhadiah, Sabarti, dkk. (1988) Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
3. Djajasudarma, T. Fatimah. (1999) Penalaran Deduktif-Induktif dalam Wacana Bahasa Indonesia. Bandung: Alqaprint.
(50)
4. Djajasudarma, T. Fatimah. (2006) Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Refika Aditama.
5. Enre, Fachruddin Ambo. (1988) Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
6. Keraf, Gorys. (1982) Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. 7. Syafi’ie, Imam. (1988) Retorika dalam Menulis. Jakarta: Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 8. Tarigan, Djago. (1986) Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan
Pengembangannya. Bandung: Angkasa. h. Penilaian
Penilaian dilakukan secara tertulis setelah pertemuan berakhir. Soal Penilaian
1. Ilmu pengetahuan berkembang melalui kegiatan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, sekurang-kurangnya ada lima langkah yang harus dilaksanakan oleh seorang peneliti. Tuliskan kelima langkah tersebut secara berurutan!
2. Salah satu langkah dalam penelitian adalah penarikan kesimpulan. Ada dua cara penarikan kesimpulan. Tuliskan kedua cara tersebut!
(51)
b. SMA Negeri 1 Sindang memiliki sarana belajar yang lengkap. c. Guru-guru SMA Negeri 1 Sindang ramah-ramah.
d. Para siswa SMA Negeri 1 Sindang tidak sombong.
Gabungkanlah kalimat-kalimat di atas menjadi sebuah paragraf. Kalimat terakhir paragraf yang merupakan simpulan kamu buat sendiri.
4. Kembangkanlah kalimat di bawah ini menjadi sebuah paragraf! Kalimat-kalimat yang kalian buat itu merupakan fakta atau bukti bagi Kalimat-kalimat tersebut.
Pemilu legislatif yang baru saja kita laksanakan merupakan pemilu yang terumit di Indonesia.
5. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini!
a. Tono selalu bergerak dari satu meja ke meja yang lain ketika berada di kelas.
b. Tono selalu mengganggu teman-temannya saat mereka mengerjakan tugas.
c. Saat bermain pun, Tono sering melakukan aksi nekat seperti seperti naik ke puncak tiang permaianan atau bergelantungan di pucuk pohon. Gabungkanlah kalimat-kalimat di atas menjadi sebuah paragraf. Kalimat terakhir paragraf yang merupakan simpulan kamu buat sendiri.
6. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini!
(52)
b. Ternak sudah lama tidak memperoleh makanan yang berupa rerumputan hijau.
c. Pepohonan pun di mana-mana tampak melayu.
d. Banyak sawah yang tidak tergarap lagi, tanahnya mengeras dan pecah-pecah.
Gabungkanlah kalimat-kalimat di atas menjadi sebuah paragraf. Kalimat terakhir paragraf yang merupakan simpulan kamu buat sendiri. Simpulan itu merupakan penyebab dari kalimat a s.d. d
7. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini!
a. Pada tahun 2007 untuk dapat lulus SMA rata-rata nilai UN tidak kurang dari 5,00.
b. Pada tahun 2008 untuk dapat lulus SMA rata-rata nilai UN tidak kurang dari 5,25.
c. Pada tahun 2009 untuk dapat lulus SMA rata-rata nilai UN tidak kurang dari 5,5.
Gabungkanlah kalimat-kalimat di atas menjadi sebuah paragraf. Kalimat terakhir paragraf yang merupakan simpulan kamu buat sendiri. Simpulan itu dibuat dengan cara analogi.
8. Buatlah simpulan berdasarkan kedua premis berikut!
Premis mayor : Semua lulusan SMA tahun 2008 dapat mengikuti tes SMPTN tahun 2009.
(53)
Premis mayor : Semua perbuatan yang merugikan orang lain berdosa. Premis minor : Menipu itu perbuatan yang merugikan orang lain. Simpulan : Jadi, menipu itu berdosa.
10. Perhatikan dengan seksama paragraf-paragraf di bawah ini!
a. Setelah makan kepiting tadi malam saya muntah-muntah. Saya melihat tadi kamu makan kepiting juga. Tentu nanti kamu akan
muntah-muntah juga seperti saya.
Simpulan pada paragraf di atas belum tentu benar. Mengapa? b. Rizal bersekolah di SMAN 1 Sindang. Kelak ia pasti akan menjadi
bupati Indramayu karena Bupati Yance juga bersekolah di sekolah itu. Paragraf di atas belum tentu benar. Mengapa?
2. RPP Model Belajar Peningkatakan Kapasitas Berpikir dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentatif
a. Identitas
Nama Sekolah : SMA Negri 1 Sindang Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas, Semester : XI, 2
Standar Kompetensi : Mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman/ringkasan, notulen rapat, dan karya ilmiah
Kompetensi Dasar : Menulis karya ilmiah seperti hasil pengamatan, dan penelitian
(54)
Indikator : 1. Mentgidentifikasi langkah-langkah pengamatan dan atau penelitian
2. Menginventarisasi cara-cara penarikan simpulan dalam pengamatan dan atau penelitian
3. Membedakan penarikan simpulan secara induktif dan deduktif
4. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara generalisasi 5. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara hubungan sebab akibat
6. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara analogi
7. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara deduksi
8. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara silogisme
9. Menuliskan simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara entimem
10. Menunjukkan kesalahan penalaran dalam penarikan simpulan pengamatan atau
(55)
Alokasi Waktu : 6 X 45 menit ( 3 pertemuan )
b. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses belajar mengajar berakhir, siswa dapat
1. menyebutkan langkah-langkah pengamatan atau penelitian;
2. menyebutkan macam-macam cara penarikan simpulan dalam pengamatan atau penelitian;
3. membuat paragraf yang menggambarkan cara bernalar induktif; 4. membuat paragraf yang menggambarkan cara bernalar deduktif;
5. membuat simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara generalisasi; 6. membuat simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara sebab akibat; 7. membuat simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara analogi; 8. membuat simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara silogisme; 9. membuat simpulan pengamatan atau penelitian dengan cara entimem; 10. menyebutkan jenis kesalahan penalaran yang terdapat dalam sebuah
simpulan pengamatan atau penelitian. c. Materi Pembelajaran
1. Langkah-langkah pengamatan atau penelitian (1) Merumuskan masalah,
(2) Menyusun kerangka berpikir, (3) Merumuskan hipotesis, (4) Menguji hipptesis, dan (5) Menarik simpulan.
(56)
2. Penalaran induktif (1) Generalisasi (2) Analogi (3) Sebab Akibat 3. Penalaran deduktif
(a) Silogisme (b) Entimem
4. Kesalahan penalaran
(a) Generalisasi Terlalu Luas
(b) Hubungan Sebab Akibat yang Tidak Memadai (c) Kesalahan Analogi
d. Metode Pembelajaran 1. Ceramah
2. Tanya Jawab 3. Penemuan 4. Latihan
e. Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah: Pertemuan Ke-1 1. Kegiatan Awal
(a) Siswa membalasa ucapan salam guru.
(57)
(d) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. (e) Siswa menyimak penjelasan guru tentang topik pembelajaran. (f) Siswa mengerjakan tes awal
2. Kegiatan Inti
(a) Siswa menyimak penjelasan guru tentang model belajar yang harus mereka laksanakan.
(b) Siswa menjawab secara lisan beberapa pertanyaan guru yang berkaitan dengan bahan yang akan mereka pelajari.
(c) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang langkah-langkah penelitian (metode ilmiah).
(d) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan tentang langkah-langkah penelitian (metode ilmiah).
(e) Para siswa menerima beberapa contoh paragraf untuk mereka baca dan amati.
(f) Siswa mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf tersebut sebagai kalimat yang berisi fakta yang bersifat khusus dan kalimat yang berisi fakta yang bersifat umum.
(g) Berdasarkan hasil yang diperoleh pada kegiatan 6) siswa merumuskan pengertian penalaran induktif.
(h) Beberapa siswa menyampaikan hasil rumusannya tentang pengertian penalaran induktif.
(i) Siswa berlatih menyusun sebuah paragraf yang mencerminkan penalaran induktif.
(58)
(j) Beberapa siswa membacakan hasil pekerjaannya.
(k) Siswa memanfaatkan kesempatan bertanya yang disediakan guru. (l) Beberapa siswa menjawab pertanyaan secara lisan yang diajukan guru. 3. Kegiatan Penutup
(a) Para siswa menyimpulkan materi pembelajaran. (b) Siswa melaksanakan refleksi pembelajaran
(c) Siswa mendapatkan tugas yang harus dikerjakannya di rumah.
(d) Siswa beroleh informasi tentang topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan Ke-2 1. Kegiatan Awal
(a) Siswa membalasa ucapan salam guru.
(b) Siswa merespon dengan baik ketika guru mengabsen mereka. (c) Siswa mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran.
(d) Siswa secara bergiliran menyampaikan hasil pekerjaan rumahnya. (e) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. (f) Siswa menyimak penjelasan guru tentang topik pembelajaran. 2. Kegiatan Inti
(a) Siswa menyimak penjelasan guru tentang model belajar yang harus mereka laksanakan.
(b) Siswa menjawab secara lisan beberapa pertanyaan guru yang berkaitan dengan bahan yang akan mereka pelajari.
(59)
(d) Siswa mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf sebagai kalimat yang berisi fakta yang bersifat khusus dan kalimat yang berisi fakta yang bersifat umum.
(e) Siswa merumuskan pengertian penalaran generalisasi.
(f) Siswa mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf sebagai kalimat yang berisi fakta yang merupakan sebab dan kalimat yang berisi fakta yang merupakan akibat.
(g) Siswa merumuskan pengertian penalaran sebab akibat.
(h) Siswa mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf sebagai kalimat pembanding dan kalimat yang yang dibandingi.
(i) Siswa merumuskan pengertian penalaran analogi.
(j) Siswa berlatih menyusun masing-masing sebuah paragraf yang mencerminkan penalaran generalisasi, sebab akibat, dan analogi. (k) Beberapa siswa membacakan hasil pekerjaannya.
(l) Siswa memanfaatkan kesempatan bertanya yang disediakan guru. (m) Beberapa siswa menjawab pertanyaan secara lisan yang diajukan guru. 3. Kegiatan Penutup
(a) Para siswa menyimpulkan materi pembelajaran. (b) Siswa melaksanakan refleksi pembelajaran
(c) Siswa mendapatkan tugas yang harus dikerjakannya di rumah.
(d) Siswa beroleh informasi tentang topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
(60)
Pertemuan Ke-3 1. Kegiatan Awal
(a) Siswa membalas salam guru.
(b) Siswa merespon dengan baik ketika guru mengabsen mereka. (c) Siswa mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran.
(d) Siswa secara bergiliran menyampaikan hasil pekerjaan rumahnya. (e) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. (f) Siswa menyimak penjelasan guru tentang topik pembelajaran. 2. Kegiatan Inti
(a) Siswa menyimak penjelasan guru tentang model belajar yang harus mereka laksanakan.
(b) Siswa menjawab secara lisan beberapa pertanyaan guru yang berkaitan dengan bahan yang akan mereka pelajari.
(c) Siswa menerima beberapa contoh paragraf untuk dibaca dan diamatinya. (d) Siswa mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf
sebagai kalimat yang berisi fakta yang bersifat umum dan kalimat yang berisi fakta yang bersifat khusus.
(e) Siswa merumuskan pengertian penalaran deduktif.
(f) Siswa mengamati kalimat yang berfungsi sebagai premis mayor, kalimat yang berfungsi sebagai premis minor, dan kalimat yang berfungsi sebagai konklusi dalam silogisme.
(61)
(i) Berdasarkan hasil pengamatan pada 6) siswa merumuskan pengertian entimem.
(j) Siswa menerima beberapa paragraf yang mengandung kesalahan:
generalisasi terlalu luas, hubungan sebab akibat yang tidak memadai, dan kesalahan analogi.
(k) Siswa mengamati paragraf yang mengandung kesalahan: generalisasi terlalu luas, hubungan sebab akibat yang tidak memadai, dan kesalahan analogi.
(l) Berdasarkan hasil pengamatan pada 9) siswa merumuskan pengertian generalisasi terlalu luas, hubungan sebab akibat yang tidak memadai, dan kesalahan analogi.
(m) Siswa berlatih membuat silogisme. (n) Siswa berlatih membuat entimem.
(o) Siswa berlatih mengubah silogisme menjadi entimem. (p) Siswa berlatih mengubah entimem menjadi silogisme. (q) Beberapa siswa membacakan hasil pekerjaannya.
(r) Siswa memanfaatkan kesempatan bertanya yang disediakan guru. (s) Beberapa siswa menjawab pertanyaan secara lisan yang diajukan guru. 3. Kegiatan Penutup
(a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran. (b) Siswa melaksanakan refleksi pembelajaran
(62)
g. Sumber Belajar
1. Achmadi, Muchsin. (1988) Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Akhadiah, Sabarti, dkk. (1988) Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
3. Djajasudarma, T. Fatimah. (1999) Penalaran Deduktif-Induktif dalam Wacana Bahasa Indonesia. Bandung: Alqaprint.
4. Djajasudarma, T. Fatimah. (2006) Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Refika Aditama.
5. Enre, Fachruddin Ambo. (1988) Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
6. Keraf, Gorys. (1982) Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. 7. Syafi’ie, Imam. (1988) Retorika dalam Menulis. Jakarta: Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 8. Tarigan, Djago. (1986) Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan
Pengembangannya. Bandung: Angkasa. h. Penilaian
(1)
model belajar ini penulis duga bisa diterapkan pada konsep belajar tuntas bukan konsep ketuntasan belajar seperti yang selama ini dianut dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
2. Model belajar berorientasi kemampuan otak layak dipertimbangkan sebagai model belajar dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif karena model belajar ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dalam model ini disebabkan model belajar ini melibatkan seluruh kemampuan otak. Selain itu, model belajar ini memiliki jenis kegiatan belajar yang beragam baik pada tahap prapenyampaian informasi, penyampaian informasi, maupun pascapenyampaian informasi.
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada pembelajaran penarikan simpulan (penalaran induktif dan deduktif) dalam kegiatan menulis paragraf di SMA Negeri 1 Sindang. Keterampilan menulis paragraf argumentatif yang diajarkan dengan model belajar tersebut berupa keterampilan menulis yang bersifat mekanik, yaitu para siswa diminta menyusun simpulan berdasarkan fakta-fakta yang disediakan oleh guru. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan penelitian penerapan model tersebut pada keterampilan menulis yang bersifat kreatif dengan waktu penelitian yang lebih lama dan lokasi penelitian yang lebih luas. Selain itu, disarankan juga agar dilakukan penelitian penerapan model tersebut pada keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang lainnya, yaitu berbicara.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, M. (1988) Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Akhadiah, S., dkk. (1988) Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arifin, E. Z. (1998) Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah Lengkap dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang Benar untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Berry, J. W. et. all. (1999) Psikologi Lintas-Budaya: Riset dan Aplikasi. Alih bahasa: Edi Suhardono. Jakarta: Gramedia.
Buzan, T.& Buzan, B. (2004) Memahami Peta Pikiran. Alih bahasa: Alexander Sindoro. Batam Centre: Interaksara.
Buzan, T. (2002) Gunakan Kepala Anda. Alih bahasa: Tony Rinaldo. Delapratasa Publishing.
Buzan, T. (2002) Use Your Perfect Memory: Teknik Optimalisasi Daya Ingat, Temuan Terkini tentang Otak Manusia. Penerjemah: Basuki Hernowo. Yogyakarta: Ikon Teralitera.
Chauchard, P. (1983) Bahasa dan Pikiran. Diindonesiakan oleh A. Widyamartaya. Yogyakarta: Kanisius.
Chauhan, S.S. (1979) Inovations in Teaching-Learning Process. New Delhi: Vikas Publishing House PVT Ltd.
Chomsky, N. (2000) Cakrawala Baru Kajian Bahasa dan Pikiran. Alih Bahasa: Freddy Kirana. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Creswell, J.W. (1994). Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. New Delhi: Sage Publications.
Dahar, R.W. (1991). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dahlan, M. D. (1990). Model-model Mengajar. Bandung: Diponegoro. Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
(3)
Djajasudarma, T. F. (1999) Penalaran Deduktif-Induktif dalam Wacana Bahasa Indonesia. Bandung: Alqaprint.
Djajasudarma, T. F. (2006) Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Refika Aditama.
Dwiloka, B. dan Rati R. (2005) Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.
Enre, F. A. (1988) Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Flood, J. & Peter, H.S. (1984). Language and the Language Arts. New Jersey:
Prentice Hall, Inc.
Frankel, J.R. & Wallen, N.E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Toronto: McGraw – Hill Inc.
Furqon. (2004) Statistika Terapan untuk Penelitian. Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta.
Gafur, . (1989) Diasin Instruksional (Suatu Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar dan Mengajar). Solo: Tiga Serangkai.
Gardner, H. (2003) Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktik. Alih bahasa: Alexander Sindoro. Batam Centre: Interaksara.
Gipayana. 2002. Pengajaran Literasi dan Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran Menulis di SD. Disertasi Doktor pada PPs UPI. Tidak diterbitkan.
Given, B. K. (2007) Brain-Based Teaching: Merancang Kegiatan Belajar-Mengajar yang Melibatkan Otak Emosional, Sosial, Kognitif, Kinestetis, dan Reflektif. Penerjemah: Lala Herawati Dharma. Bandung: Kaifa. Hoerr, T. R. (2007) Buku Kerja Multiple Intelegences: Pengalaman New City
School di St. Lous, Missouri, AS, dalam Menghargai Eneka Kecerdasan Anak. Penerjemah: Ari Nilandari. Bandung: Kaifa.
Jay, T. B. (2004) The Psychology of Language. Pearson Education Asia limited and Peking University Press.
Jensen, E. (2007) Rahasia Otak Cemerlang: Rangkaian Aktivitas Ringan untuk Melatih Kerja Otak. Penerjemah: Sugiyanto Yusuf. Jakarta: Gramedia.
(4)
Jensen, E. (2008) Brain-Based Learning: Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak; Cara Baru dalam Pengajaran dan Pelatihan. Edisi Revisi. Penerjemah: Narulita Yusron. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johnson, E. B. (2007) Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Penerjemah: Ibnu Setiawan. Bandung: MLC.
Joyce, B., Weil, M., with Calhoun, E. (2000) Model of Teaching. 6th ed. Boston: Allyn and Bacon A Pearson Education Company.
Komarudin. (2000) Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Keraf, G. (1982) Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Kusumoputro, S. dan Lily D. S. (2008) Belajar & Pola Pikir Berbasis Mekanisme Otak (Whole-Brain Thinking). Jakarta: UI Press.
Lucas, B. (2008) Senam Otak Kanan. Penerjemah: Popi Hasna Amalia. Bandung: Penerbit Jabal.
Mar’at, S. (2005) Psikolinguistk, Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama. Mehra, P. S. dan Jazir B. (1988) Pengantar Logika Tradisional. Bandung:
Binacipta.
Mulyana, Y. (2000) Keefektifan Model Mengajar Respons Pembaca dalam Pengajaran Pengkajian Puisi. (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Bandung Tahun Akademik 1988/1999). Disertasi pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Tidak diterbitkan.
Mundiri. (1994). Logika. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Nenden, S. (1990). Aspek Logika dan Aspek Linguistik dalam Keterampilan Menulis: Studi tentang Profil Komposisi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Tesis Magister pada PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Nurgiyantoro, B. (1995). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yokyakarta: BPFE.
Parera, J.D. (1982). Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.
Pasiak, T. (2004) Membangunkan Raksasa Tidur: Optimalkan Kemampuan Otak Anda dengan Metode Alissa. Jakarta: Gramedia.
(5)
Pasiak, T. (2006) Manajemen Kecerdasan: Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk Kesuksesan Hidup. Bandung: Mizan.
Pink, D. H. (2008) Misteri Otak Kanan Manusia. Alihbahasa: Rusli. Jogjakarta: Think.
Poespoprodjo dan Gilarso, T. (1999) Logika Ilmu Menalar. Bandung: Pustaka Grafika.
Prashnig, B. (2007) The Power of Learning Styles: Memacu Anak Melejitkan Prestasi dengan Mengenali Gaya Belajarnya. Penerjemah: Nina Fauziah. Bandung: KAIFA.
Putra, Y. P. (2008) Memori dan Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya. Rakhmat, J. (2007) Belajar Cerdas: Belajar Berbasiskan Otak. Bandung: MLC. Rose, C. dan Malcolm J. N. (2002) Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung:
Nuansa.
Sagala, S. (2007) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sastrowardoyo, A. (2007) Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam Berbahasa Indonesia Tulis (Studi Kasus tentang Kreartivitas Siswa Kelas 2 SMPN 1 Lembang Kabupaten Bandung dalam Menulis Argumentasi). Disertasi pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pasca Sarjana universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan
Seifert, K. (2007) Manajemen Pembelajaran & Instruksi Pendidikan (Manajemen Mutu Psikologi Pendidikan Para Pendidik). Penerjemah Yusuf Anas. Jogjakarta: IRCiSoD.
Semiawan, C. R. dkk. (1988) Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja Karya.
Semiawan, C. R. (1998) Pendidikan Tinggi: Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mingkin. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Slavin, R. E. (2008) Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Penerjemah: Nurulita. Bandung: Nusa Media.
Subyakto-N, S. U. (1988) Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(6)
Sudjana, N. (2006) Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah: Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. (2007) Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujana. (1992). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Sujana. (1996). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito. Sumaryono, E. (1999) Dasar-Dasar Logika. Yogyakarta: Kanisius.
Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.
Surajiyo, dkk. (2006) Dasar-Dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara. Suriasumantri, J. S. (1985) Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan.
Syafi’ie, I. (1988) Retorika dalam Menulis. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Syamsudin AR dan Damaianti, Vismaianti S. (2007) Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Dj. (1986) Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung: Angkasa.
Widjono Hs. (2008) Bahasa Indonesia: Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Edisi Revisi. Jakarta: Grasindo.