REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di SDN 3 Cibodas Kelas V Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK
PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 3 CibodasKelas V Semester 2 TahunAjaran 2012/2013 KecamatanLembangKabupaten Bandung Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
GelarSarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh RatnaPurwati
0902929
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
(2)
REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK
PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA
Oleh Ratna Purwati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ratna Purwati2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
ABSTRAK
PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK
PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
Oleh Ratna Purwati
0902929
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Cibodas Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA dengan jumlah siswa 37. Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya nilai hasil ulangan matematika pada materi pokok pecahan, hal ini ditandai rata-rata nilai ulangan siswa yang masih di bawah KKM dengan 20 siswa yang tidak mencapai KKM. Demikian pula cara guru melaksanakan pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu hanya menggunakan metode ceramah. Penelitian ini ditujukan pada penggunaan pendekatan Realistic Mathematic Education pada pembelajaran matematika materi pokok pecahan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: (1) Mengetahui bagaimanakah perencanaan pembelajaran matematika materi pokok pecahan dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematic
Education untuk meningkatkan hasil belajar siswa, (2) Mengetahui bagaimanakah
pelaksanaan pembelajaran matematika materi pokok pecahan dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education untuk meningkatkan hasil belajar siswa, (3) Mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi pokok pecahan dengan penerapan pendekatan
Realistic Mathematic Education untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model Kemmis & Mc. Taggart dengan tiga siklus. Hasil penelitian dengan menggunakan model Realistic Mathematic Education pada pembelajaran matematika menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran, terlihat pada afektif siswa saat mengerjakan LKS dalam kelompoknya dengan persentase siklus I 64,90%, siklus II meningkat 71,85% dan siklus III mencapai 77,08%. Demikian pula perolehan nilai kognitif siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 67,73. Pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 76,92 dan pada siklus III mencapai 82,76. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Realistic Mathematic Education dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi pokok pecahan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada beberapa saran yang hendak disampaikan, antara lain: (1) Apabila akan melakukan penelitian dengan materi pecahan, maka lakukanlah dengan pendekatan matematika realistik, (2) pendekatan matematika realistik ini bisa dijadikan alternatif pembelajaran oleh guru yang bisa dipahami siswa untuk memahami konsep matematika secara lebih nyata mengenai konsep matematika.
(5)
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF THE REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) APPROACH on LEARNING MATHEMATIC to INCREASE
STUNDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT
By Ratna Purwati
0902929
The research was conducted at SDN 3 Cibodas District Lembang, West Bandung regency. The subjects in this study were students in grade 37. The research was based on the low value of the math test in the subject matter fractions, it marked the average test scores of students who are still under the KKM with 20 students who did not reach the KKM. Similarly, the way teachers implement learning still using only conventional lecture method. This research aimed at using Realistic Mathematic Education approach to learning mathematics subject matter fractions to improve student learning outcomes. Based on these problems, the research objectives to be achieved are: (1) Knowing how lesson planning math subject matter fractions with Realistic Mathematic Education approaches to improve student learning outcomes, (2) Knowing how the implementation of learning mathematics subject matter fractions with Realistic approaches Mathematic Education to improve student learning outcomes, (3) Knowing how much improving student learning outcomes in mathematics learning subject matter fractions with Realistic Mathematic Education approaches to improve student learning outcomes. The method used in this research is Classroom Action Research (CAR), which adapt the model Kemmis & Mc. Taggart with three cycles. The results using the model Realistic Mathematic Education in the learning of mathematics showed an increase in the learning process, look at the affective student worksheets while working in a group with a percentage of 64.90% first cycle, second cycle increased 71.85% and 77.08% to reach the third cycle . Similarly, the acquisition of cognitive scores of students has increased. In the first cycle, the average student value reached 67.73. In the second cycle increased with the average value reached 76.92 and reached 82.76 on the third cycle. Based on the above results it can be concluded that the use of the model Realistic Mathematic Education to improve student learning outcomes in mathematics with the subject matter fractions. Based on these results, there are some suggestions that would be submitted, inter alia: (1) If the material will conduct research with fractional, then do it with a realistic mathematical approach, (2) a realistic approach to mathematics can be used as an alternative learning by teachers who can understand students to grasp math concepts more concrete about mathematical concepts
(6)
vi DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN………... i
ABSTRAK…….……….. ii
KATA PENGANTAR ………. iii
UCAPAN TERIMAKASIH ……….... iv
DAFTAR ISI ………... vi
DAFTAR TABEL ………... ix
DAFTAR GAMBAR ………... x
DAFTAR LAMPIRAN ………... xi
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah ……….. 6
C. Hipotesis Tindakan………. 6
D. Tujuan Penelitian ……….…….. 7
E. Manfaat Penelitian …….……… 7
F. Definisi Operasional………... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 10
A. Pembelajaran Matematika……. ….………... 10
1. Pengertian Matematika………...……….. 10
2. Karakteristik Matematika………. 12
3. Fungsi Matematika ……….. 13
4. Tujuan Matematika………... 13
B. Pecahan……….……….. 15
1. Pengertian Pecahan….………. 15
2. Operasi Hitung Pecahan ………..……… 16
a. Penjumlahan Pecahan ………..……….. 16
b. Pengurangan Pecahan ……..……….. 18
c. Perkalian Pecahan ………..……… 19
d. Pembagian Pecahan……….………... 22
C. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)………...………... 23
1. Pengertian Realistic Mathematic Education (RME)…… 23
2. Prinsip-Prinsip Realistic Mathematic Education (RME)………... 25
3. Karakteristik dan Ciri-Ciri Realistic Mathematic Education (RME)……….. 26
(7)
vii
4. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendidikan
Matematika Realistik……… 28
5. Kelebihan Matematika Realistik………... 30
D. Hasil Belajar………... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... 33
A. Metode Penelitian ……….……… 33
B. Model PTK yang Dikembangkan…...……….……... 40
C. Subjek Penelitian……… 44
D. Prosedur Penelitian ……….…………... 44
1. Pra Penelitian ………... 44
2. Pelaksanaan Penelitian ………. 44
a. Siklus I ………... 44
b. Siklus II ……….. 47
c. Siklus III ……… 48
3. Laporan Hasil Penelitian ………. 50
E. Instrumen Penelitian ……….. 50
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……… 50
2. Lembar Observasi ……… 52
3. Dokumentasi………. 53
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………... 53
1. Teknik Pengolahan Data ……….. 53
2. Analisis Data ……… 54
G. Jadwal Penelitian………. 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 61
A. Hasil Penelitian ………..……… 61
1. Siklus I ……….……… 61
a. Perencanaan Siklus I ………... 62
1) Tindakan I………. 62
2) Tindakan II……… 63
b. Pelaksanaan Siklus I ……….. 64
1) Tindakan I………. 64
2) Tindakan II……… 74
c. Hasil Belajar Siklus I……….. 84
1) Hasil Belajar Kognitif………... 84
2) Hasil Belajar Afektif……… 86
d. Refleksi Siklus I ……….……… 88
2. Siklus II ……….……..……… 89
a. Perencanaan Siklus II …………..………... 90
b. Pelaksanaan Siklus II ………...……….. 91
c. Hasil Belajar Siklus II …………...……….. 101
(8)
viii
2) Hasil Belajar Afektif ……….………... 103
d. Refleksi Siklus II ……….…….. 105
3. Siklus III ………....……..……… 106
a. Perencanaan Siklus III ……….………... 106
b. Pelaksanaan Siklus III ………..……….. 108
c. Hasil Belajar Siklus III ……...…….……….. 118
1) Hasil Belajar Kognitif ……….……… 118
2) Hasil Belajar Afektif ……….………... 120
d. Refleksi Siklus III ……….………. 121
4. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, dan III…... 122
1) Hasil Belajar Kognitif………. 122
2) Hasil Belajar Afektif………... 124
3) Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa…………. 125
B. Pembahasan Hasil Penelitian …………...……….. 126
1. Perencanaan Pembelajaran ……….. 126
2. Pelaksanaan Pembelajaran ………... 127
3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ………...….. 129
a. Hasil Belajar Kognitif Siswa ………... 129
b. Hasil Belajar Afektif Siswa…………..……….. 130
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………..………. 133
A. Simpulan ……… 133
B. Saran ……….. 134
KEPUSTAKAAN………. 135 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(9)
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Matematika Materi Pecahan kelas V…. 3
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ………...… 54
Tabel 3.2 Konversi Skor ……….. 55
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi ..………... 57
Tabel 3.4 Interpretasi Hasil Belajar Afektif ……….…… 58
Tabel 3.5 Interpretasi Keterlaksanaan Proses Pembelajaran ……… 59
Tabel 3.6 Jadwal Penelitian ..………..……….. 59
Tabel 4.1 Aktivitas Guru Pada Siklus I Tindakan I ………...….. 68
Tabel 4.2 Aktivitas Siswa Pada Siklus I Tindakan I…………..………... 71
Tabel 4.3 Aktivitas Guru Pada Siklus I Tindakan II ..……...……..……. 78
Tabel 4.4 Aktivitas Siswa Pada Siklus I Tindakan II ………... 81
Tabel 4.5 Nilai Ulangan Dan Post-Test Siklus I ………..…… 84
Tabel 4.6 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I ……..……….. 87
Tabel 4.7 Aktivitas Guru Pada Siklus II ……….………. 95
Tabel 4.8 Aktivitas Siswa Pada Siklus II ………. 98
Tabel 4.9 Nilai Post-Test Siklus I dan Post-Test Siklus II ………... 101
Tabel 4.10 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II ……….. 104
Tabel 4.11 Aktivitas Guru Pada Siklus III ……….……….... 111
Tabel 4.12 Aktivitas Siswa Pada Siklus III ………...…………. 115
Tabel 4.13 Nilai Post-Test Siklus II dan Post-Test Siklus III ……….…... 118
Tabel 4.14 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus III ………...……….. 120
Tabel 4.15 Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Setiap Siklus …………... 122
Tabel 4.16 Hasil Belajar Afektif Setiap Siklus ……….. 124
(10)
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Model Kemis dan Mc
Taggart ………. 43
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Post-Test Siklus I, II, dan III ..………. 123 Gambar 4.2 Peningkatan Pencapaian Ketuntasan Belajar Tiap Siklus… 123 Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata Hasil Belajar Afektif Siklus I, II, dan
III... 125 Gambar 4.4 Peningkatan Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
(11)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
A. Instrumen Penelitian
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) a. 1 RPP Siklus I Tindakan I
a. 2 LKS Siswa Siklus I Tindakan I a. 3 RPP Siklus I Tindakan II a. 4 LKS Siswa Siklus I Tindakan II a. 5 Soal Pre-Test Siklus I
a. 6 Soal Post-Test Siklus I
a. 7 Kisi-Kisi Soal Pre-Test dan Post-Test Siklus I a. 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II a. 9 LKS Siswa Siklus II
a. 10 Soal Pre-Test Siklus II a. 11 Soal Post-Test Siklus II
a. 12 Kisi-Kisi Soal Pre-Test dan Post-Test Siklus II a. 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III a. 14 LKS Siswa Siklus III
a. 15 Soal Pre-Test Siklus III a. 16 Soal Post-Test Siklus III
a. 17 Kisi-Kisi Soal Pre-Test dan Post-Test Siklus III
b. Lembar Observasi
b.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru b. 2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa b. 3 Lembar Observasi Afektif Siswa
(12)
xii B.1 Hasil Pre-Test Siswa Siklus I B.2 Hasil Post-Test Siswa Siklus I B.3 Hasil LKS Siswa Siklus I
B.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I B.5 Hasil Observasi Afektif Siswa Siklus I
B.6 Hasil Pre-Test Siswa Siklus II B.7 Hasil Post-Test Siswa Siklus II B.8 Hasil LKS Siswa Siklus II
B.9 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II B.10 Hasil Observasi Afektif Siswa Siklus II
B.11 Hasil Pre-Test Siswa Siklus III B.12 Hasil Post-Test Siswa Siklus III B.13 Hasil LKS Siswa Siklus III
B.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus III B.15 Hasil Observasi Afektif Siswa Siklus III
C. Dokumentasi
D. Administrasi Penelitian
D.1 Permohonan Izin Penelitian dari FIP D.2 Permohonan Izin Penelitian dari UPI
D.3 Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing
D.4 Permohonan Izin Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Bandung Barat
D.5 Surat Keterangan Dari SDN 3 Cibodas D.6 Daftar Monitoring Bimbingan Skripsi
(13)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Seiring dengan pengertian tersebut, disebutkan pula di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, bahwa pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah yang disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Salah satu mata pelajaran dalam KTSP yaitu Matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Dalam kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika agar siswa mempunyai kemampuan yaitu : (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
(14)
dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusaun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan, simbol, tabel diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (BNSP, 2006).
Salah satu standar kompetensi matematika yang harus di miliki siswa kelas V SD semester 2 adalah menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Pecahan merupakan salah satu kajian dari inti materi yang dipelajari siswa di Sekolah Dasar (SD). Menurut Kennedy (Sukayati, 2003: 1-2) mengemukakan makna dari pecahan dapat muncul dari situasi-situasi berikut “1) pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau keseluruhan, 2) pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama banyak, 3) pecahan sebagai ratio”.
Adapun pembahasan materi dalam kompetensi dasar matematika kelas V menitikberatkan pada pengerjaan (operasi) hitung dasar yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, baik untuk pecahan biasa, desimal, maupun persen. Bagi anak usia Sekolah dasar (SD) untuk memahami materi pecahan tersebut diperlukan benda-benda konkret dan pengalaman-pengalaman yang bermakna untuk menghilangkan kesan abstrak dari konsep sehingga siswa terampil dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti dengan melakukan wawancara dengan guru kelas VA SDN 3 Cibodas bahwa hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal pecahan masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya adalah karena sebagian besar siswa belum hafal betul perkalian dua sampai sembilan. Dalam menghitung perkalian masih menggunakan jari tangan.
(15)
Rendahnya hasil belajar siswa juga disebabkan karena dalam pembelajaran matematika, penyampaian guru cenderung bersifat monoton, pendekatan yang digunakan pada kegiatan pembelajaran juga masih bersifat mekanistik, hampir tanpa variasi kreatif.
Beberapa masalah konkret lainnya dari siswa yang ditemukan antara lain adalah siswa tidak tampak antusias dalam mengikuti pembelajaran matematika, sering mengobrol ketika pembelajaran berlangsung, malas mendengarkan penjelasan guru, ramai sendiri ketika diterangkan, dan sering keluar masuk kelas. Perilaku siswa tersebut menyebabkan anak sangat sulit untuk menerima dan mencerna materi pembelajaran. Dampak dari hal tersebut adalah tingkat kesukaran siswa dalam memahami konsep-konsep matematika yang menyebakan hasil belajar siswa kurang memuaskan.
Berikut diperoleh data tentang hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Cibodas berdasarkan nilai ulangan harian dalam menyelesaikan soal matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan tahun 2013 dengan nilai KKM 58.
Tabel 1.1
Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Matematika Materi Pecahan No. Kode Siswa Nilai Keterangan
1 AN 25 Tidak mencapai KKM
2 CN 50 Tidak Mencapai KKM
3 CJ 25 Tidak mencapai KKM
4 CS 25 Tidak Mencapai KKM
5 DR 50 Tidak Mencapai KKM
6 DK 25 Tidak mencapai KKM
7 DD 75 Mencapai KKM
8 EH 75 Mencapai KKM
9 FH 100 Mencapai KKM
10 IA 75 Mencapai KKM
11 IN 50 Tidak Mencapai KKM
(16)
13 KH 50 Tidak Mencapai KKM
14 KD 25 Tidak mencapai KKM
15 LT 75 Mencapai KKM
16 PN 100 Mencapai KKM
17 RT 50 Tidak mencapai KKM
18 RSA 25 Tidak mencapai KKM
19 RY 50 Tidak mencapai KKM
20 RSK 50 Tidak mencapai KKM
21 RLS 25 Tidak mencapai KKM
22 SA 25 Tidak mencapai KKM
23 SI 25 Tidak mencapai KKM
24 TH 25 Mencapai KKM
25 TS 75 Mencapai KKM
26 TM 100 Mencapai KKM
27 TR 75 Mencapai KKM
28 UN 50 Tidak Mencapai KKM
29 WA 75 Mencapai KKM
30 MF 100 Mencapai KKM
31 NA 25 Tidak Mencapai KKM
32 YA 25 Tidak Mencapai KKM
33 DS - -
34 RF 50 Mencapai KKM
35 MG 50 Mencapai KKM
36 KDT 25 Mencapai KKM
37 LI 25 Tidak mencapai KKM
Sumber : Daftar nilai ulangan harian kelas VA SDN 3 Cibodas Tahun pelajaran 2012/2013, dikutip tanggal 22 Februari 2013.
(17)
Berdasarkan tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa ada 20 anak yang tidak bisa mencapai KKM dan 16 anak yang sudah mencapai KKM dan 1 anak tidak masuk sekolah. Dengan rata-rata nilai matematika siswa kelas VA adalah 51,38 belum mencapai KKM. Ini membuktikan bahwa siswa dalam satu kelas belum terampil dalam menyelesaikan soal pecahan dan memahami materi pecahan dengan baik
Permasalahan-permasalahan tersebut mengindikasikan bahwa proses pembelajaran matematika dalam menyelesaikan soal pecahan dalam bentuk langsung atau cerita masih memerlukan inovasi dan pengembangan model, pendekatan atau metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam menemukan konsep dan memudahkan guru dalam pencapain tujuan pembelajaran. Melalui pendekatan Realistic Mathematic Education, siswa dapat membangun pengetahuan sendiri melalui interaksi guru dan siswa dengan hal-hal yang konkrit berupa permasalahan yang dapat dibayangkan oleh siswa, selanjutnya dengan hal-hal semi konkrit berupa gambar-gambar, denah ataupun grafik, dan pada akhirnya menuju pada konsep pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa berupa lambang-lambang.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic
Education memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan
pendekatan-pendekatan yang lain. Treffers (dalam Zulkardi, www.pmri.or.id) mengemukakan lima karakteristik utama yang dijumpai pada Pendekatan
Realistic Mathematic Education, yaitu: (1) Menggunakan masalah kontekstual
(The use of contexts) ; (2) Menggunakan model sendiri (The use of models) ; (3) Menggunakan kontribusi siswa (Student contribution) ; (4) Interaktivitas (Interactivity) dan (5) Terintegrasi dengan topik pembelajaran yang lainnya (Interactivity)
Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus-menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar dikelas. Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas adalah dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan PTK kekurangan
(18)
atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dapat teridentifikasi dan terdeteksi, untuk selanjutnya dicari solusi.
Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui kontribusi pendekatan Realistic Mathematic Education dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika, dan untuk mengatasi permasalahan tersebut maka akan dilakukan penelitian dengan topik “Penerapan Pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) pada Pembelajaran Matematika Materi
Pokok Pecahan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Kelas VA SDN 3 Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat). Dengan penelitian ini diharapkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas VA pada pembelajaran matematika materi pokok pecahan di SDN 3 Cibodas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dijabarkan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran matematika materi pokok pecahan dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VA di SDN 3 Cibodas?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran matematika materi pokok pecahan dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA di SDN 3 Cibodas?
3. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi pokok pecahan dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematic
Education untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA di SDN 3
Cibodas?
C. Hipotesis Tindakan
(19)
“Penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pembelajaran matematika materi pokok pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA di SDN 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat”.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan pendekatan
Realistic Mathematic Education di kelas VA di SDN 3 Cibodas, Kecamatan
Lembang Kabupaten Bandung Barat. Namun secara khusus, penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah perencanaan pembelajaran matematika materi pokok pecahan dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematic
Education untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VA di SDN 3
Cibodas.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran matematika materi pokok pecahan dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematic
Education untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA di SDN 3
Cibodas.
3. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi pokok pecahan dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA di SDN 3 Cibodas.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran dan manfaat diantaranya sebagai berikut :
a. Bagi siswa :
(20)
2) Membiasakan siswa belajar secara mandiri
3) Meningkatkan motivasi siswa agar tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran matematika
b. Bagi guru :
1) Mendapatkan pengalaman tentang pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME)
2) Merupakan upaya peningkatan kemampuan dalam profesi guru
3) Memberikan gambaran hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan Realistic Mathematic Education (RME) c. Bagi sekolah :
1) Sebagai informasi untuk memberikan ketertarikan tenaga kependidikan agar lebih banyak menerapkan metode pembelajaran yang aktif, efektif dan inovatif serta tuntas.
2) Memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas sekolah dalam melakukan inovasi pembelajaran matematika di sekolah dasar.
F. Definisi Operasional
1. Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses belajar dalam diri siswa yang hasilnya berupa perubahan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan untuk menerapkan konsep-konsep, struktur dan pola dalam matematika sehingga menjadikan siswa berpikir logis, kreatif, dan sistematis dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelaksanaanya pembelajaran matematika ini mengarah pada satuan pendidikan Sekolah dasar (SD) meliputi aspek bilangan, yaitu tentang pecahan.
2. Pecahan
Pecahan merupakan salah satu kajian inti dari materi matematika yang dipelajari siswa di Sekolah dasar (SD). Materi pecahan yang dimaksud pada penelitian ini menitikberatkan pada pengerjaan (operasi) hitung penjumlahan,
(21)
pengurangan, perkalian, dan pembagian untuk pecahan biasa dan pecahan campuran.
Dalam KTSP 2006 tertera kompetensi dasar dalam menyelesaikan permasalahan pecahan adalah pengerjaan (operasi) hitung dasar yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, baik untuk pecahan biasa, desimal, maupun persen.
3. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada penelitian menekankan kepada konstruksi dari konteks benda-benda konkrit seperti kertas lipat, tali dan kertas berpetak sebagai titik awal bagi siswa guna memperoleh konsep matematika. Benda-benda konkret dapat digunakan sebagai konteks pembelajaran matematika dalam membangun keterkaitan matematika melalui interaksi sosial. Benda-benda konkrit dimanipulasi oleh siswa dalam kerangka menunjang usaha siswa dalam proses matematisasi konkret ke abstrak. Siswa perlu diberi kesempatan agar dapat mengkontruksi dan menghasilkan matematika dengan cara dan bahasa mereka sendiri.
Menurut Hans Freudental dalam Sugiman (2007) matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian ketika siswa melakukan kegiatan belajar matematika maka dalam dirinya terjadi proses matematisasi. Terdapat dua macam matematisasi, yaitu: (1) matematisasi horisontal dan (2) matematisasi
vertikal. Matematisasi horisontal berproses dari dunia nyata ke dalam
simbol-simbol matematika. Proses terjadi pada siswa ketika ia dihadapkan pada problematika yang kehidupan / situasi nyata. Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses yang terjadi di dalam sistem matematika itu sendiri; misalnya: penemuan strategi menyelesaiakn soal, mengkaitkan hubungan antar konsep-konsep matematis atau menerapkan rumus/temuan rumus.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai atau skor yang diperoleh siswa kelas VA SDN 3 Cibodas setelah proses pembelajaran
(22)
melalui tes matematika pada materi pecahan dengan penerapan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME).
Hasil belajar menurut Mujiono dan Dimyati dalam Widayati (2012) adalah “hasil proses belajar yang diperoleh siswa berupa angka- angka atau skor, setelah diberikannya tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran”. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa yang dinyatakan dengan skor yang diperoleh melalui serangkaian tes hasil belajar setelah pembelajaran.
(23)
33 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut Rosdy Ruslan (2003: 24) dalam semmy di
http://wacanakeilmuan.blogspot.com/2011/01/macam-macam-metode-penelitian.html mengemukakan bahwa “metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya”.
Adapun yang dimaksud metode menurut furchan dalam skripsi Ramdaniah (2012: 19) adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.
Sedangkan pengertian penelitian diantaranya adalah :
1. Pengertian penelitian yang dikemukakan oleh Arikunto (2009:2) mengenai pengertian penelitian itu sendiri adalah sebagai berikut.
Penelitian -menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data tau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Sementara itu, penelitian menurut Kunandar (2010 : 45) merupakan
“aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah
dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu
masalah”.
3. Menurut Sutrisno Hadi (2007: 3) “adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, yang dilakukan dengan metode-metode ilmiah”.
4. Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary dalam blog ana semmy di http://wacanakeilmuan.blogspot.com/2011/01/macam-macam-metode-penelitian.html yang mengatakan bahwa penelitian adalah “ penyidikan
(24)
atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas
teori atau dalil yang telah diterima”.
Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan tentang metode dan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara untuk memecahkan masalah, dimana masalah itu dipecahkan dengan menggunakan cara ilmiah yang sistematis sehingga menghasilkan serangkaian data yang dapat membantu dalam proses pemecahan masalah itu sendiri.
Dalam prakteknya terdapat banyak jenis metode penelitian yang digunakan untuk kepentingan penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Surya Dharma (2008) dalam http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/ terdapat beberapa jenis metode penelitian yang sering digunakan, diantaranya yaitu :
1. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut.
2. Studi Kasus
Penelitian Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus kepala sekolah yang tidak disiplin dalam bekerja.
3. Penelitian Survei
Penelitian survei cukup banyak digunakan untuk pemecahan masalah-masalah pendidikan termasuk kepentingan perumusan kebijaksanaan pendidikan. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan
(25)
informasi tentang variabel dari sekelompok obyek (populasi). Survei dengan cakupan seluruh populasi (obyek) disebut sensus. Sedangkan survei yang mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survei. 4. Studi Korelasional
Seperti halnya survei, metode deskriptif lain yang sering digunakan dalam pendidikan adalah studi korelasi. Studi ini mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variable berhubungan dengan variasi dalam variabel lain.
5. Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam metode eksperimen, peneliti harus melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, kegiatan memanipulasi, dan observasi.
6. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktek yang dilakukan sendiri. Dengan demikian akan diperoleh pemahaman mengenai praktek tersebut dan situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan. Berdasarkan tujuannya, penelitian tindakan dapat dikelompokan menjadi (Arikunto.et al, 2010: 57)): (1) penelitian tindakan partisipatif; (2) penelitian tindakan kritis; (3) penelitian tindakan institusi; (4) penelitian tindakan kelas.
7. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Yang dimaksud dengan Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk
(26)
baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggung jawabkan.
Beberapa penelitian tersebut dapat dilakukan oleh pendidik sesuai dengan jenis kebutuhan dan masalah yang ada. Namun, metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang merupakan bagian dari penelitian tindakan (Action Research) dengan tujuan yang spesifik yang berkaitan dengan kelas..
Menurut Arikunto (2009: 2-3) dalam skripsi Ramdaniah (2012: 20) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari tiga kata yaitu Penelitian, Tindakan, dan Kelas yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Penelitian. Merujuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan. Merujuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja yang dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas. Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam penelitian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama, dari guru yang sama pula.
Dari tiga pengertian kata penelitian, tindakan, dan kelas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan penelitian terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang dilakukan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap satu beberapa materi pelajaran.
Menurut Kasihani (1999) dalam Sukayati (2008 : 8) menyatakan bahwa yang dimaksud “PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk
(27)
memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan”.
Sementara itu Suyanto (1997) dalam Sukayati (2008 : 8) berpendapat bahwa “PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih
profesional”.
Menurut Kunandar (2012: 46) PTK mengandung pengertian bahwa: PTK adalah suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-bersama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus.
Dari uraian tentang pengertian PTK tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti di kelasnya berupa tindakan-tindakan dalam suatu siklus untuk memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan selama proses pembelajaran berlangsung
Sedangkan menurut David Hopkins (Kunandar, 2012: 45-46) pengertian PTK adalah “a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (in-cluding educational) situation in order to improve the rationality and justice of; a) their own social or educational practices; b) their understanding of these practices; and c) the situations in which practices
are carried out”.
Dari definisi tersebut, PTK mengandung pengertian bahwa PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: a) praktik-praktik kependidikan mereka, b) pemahaman
(28)
mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan c) situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.
Dan menurut Rapoport (1970) dalam Hopkins (1993) dalam Kunandar
(2012: 46) mendefinisikan “penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk
membantu sesorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan
kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama”.
Merujuk pada pendapat Rapoport (1970) dalam Hopkins (1993), PTK sangat cocok dipilih oleh guru didalam kelas sebagai peningkatan mutu pembelajaran sekaligus meningkatkan profesionalisme. Selain itu PTK juga bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran didalam kelas yang dialami langsung antara guru dan siswa yang sedang belajar.
Dari pengertian-pengertian PTK yang telah diuraikan tersebut, penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.
Adapun ciri-ciri penelitian tindakan kelas menurut Cohen dan Manion (Kunandar, 2012: 56-57) adalah sebagai berikut :
1. Situasional, kontekstual, berskala kecil praktis, terlokalisasi dan secara langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja
2. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah praktis. Penelitian tindakan kelas juga bersifat empiris, artinya ia mengandalkan observasi nyata dan data perilaku.
3. Fleksibel dan adaktif sehingga memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan pengabaian pengontrolan karena lebih menekankan sifat tanggap dan pengujicobaan serta pembaharuan di tempat kejadian atau pelaksanaan PTK
(29)
4. Partisipatori karena peneliti dan/atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam melakukan PTK
5. Self-evaluation, yaitu modifikasi secara kontinu yang dievaluasi dalam
situasi yang ada, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara tertentu.
6. Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.
7. Secara ilmiah kurang ketat karena kesahihan internal dan eksternalnya lemah meskipun diupayakan untuk dilakukan secara sistematis dan ilmiah.
Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari PTK adalah adanya tindakan yang nyata dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Dan adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan lain-lain) dan peneliti dalam PTK.
Sedangkan tujuan dari PTK menurut Kunandar (2012: 63-64) adalah sebagai berikut:
1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru.
2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.
4. Sebagai alat training in-service, yang melengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
5. Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap system pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.
(30)
pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa.
7. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan
8. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan.
Berdasarkan tujuan PTK yang telah diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
B. Model PTK yang Dikembangkan
Pada PTK terdapat beberapa model yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam bertindak diantaranya yaitu model Kurt Lewin, model Kemmis dan Mc Taggart, Model John Elliot, Model Hopkins, dan Model Cohen. Untuk penelitian yang akan dilakukan ini akan menggunakan model daur siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Model ini menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Kunandar (2012: 75-76) mencakup empat komponen, yaitu sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana (planning)
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana PTK hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awal yang refleksif. Misalnya dalam pengajaran matematika, guru peneliti hendaknya melakukan pengamatan awal terhadap situasi kelas dalam konteks situasi sekolah secara umum. Dari sini guru peneliti akan mendapatkan gambaran umum tentang masalah yang ada. Kemudian, bersama kolaborator atau
(31)
mitra peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas, dengan perhatian dicurahkan pada perilaku guru yang terkait dengan upaya membantu siswa belajar matematika dan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Misalnya, peneliti (guru) bersama kolaborator mencatat hal berikut: (1) bagaimana guru melibatkan siswa-siswanya dari awal (ketika membuka pelajaran); (2) bagaimana guru membantu siswa-siswanya dalam: (a) memahami isi atau pesan teks, (b) belajar berkomunikasi dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang telah dipelajari, (c) mengatasi kesulitan belajarnya atau meningkatkan partisipasinya dalam proses pembelajaran; (3) bagaimana guru mengelola kelas; (4) bagaimana guru berpakaian; (5) bagaimana siswa menanggapi upaya-upaya guru; dan (6) hal-hal lain yang secara teoritis perlu dicatat karena relevan dengan pelaksanaan PTK.
2. Tindakan (action)
Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Praktik diakui sebagai gagasan dalam tindakan dan tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan.
3. Observasi (observation)
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan keterbukaan pandangan dan pikiran serta bersifat responsif. Objek observasi adalah seluruh proses tindakan terkait, pengaruhnya (yang disengaja dan tidak sengaja), keadaan dan kendala tindakan direncanakan dan pengaruhnya, serta persoalan lain yang timbul dalam konteks terkait. Obsevasi dalam PTK adalah kegiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan kinerja PBM.
(32)
4. Refleksi (reflection).
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi biasanya dibantu oleh diskusi diantara peneliti dan kolaborator. Melalui diskusi, refleksi memberikan dasar perbaikan rencana. Refleksi (perenungan) merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan. Dalam refleksi ada beberapa kegiatan penting, seperti:
Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang telah dilakukan;
Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung;
Memperkirakan solusi atas keluhan yang muncul;
Mengidentifikasikan kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi;
Memperkirakan akibat dan implikasi atas tindakan yang direncanakan. Kegiatan refleksi itu terdiri atas empat aspek, yaitu:
Analisis data hasil observasi
Pemaknaan data hasil analisis
Penjelasan hasil analisis
Penyimpulan apakah masalah itu selesai teratasi atau tidak. Jika teratasi, berapa persen yang teratasi dan berapa persen yang belum. Jika ada yang belum teratasi, apakah perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya atau tidak. Jadi dalam refleksi akan ditentukan apakah penelitian berhenti di situ atau diteruskan.
Berikut ini merupakan gambar dari siklus penelitian tindakan kelas model siklus PTK dari Kemmis dan Taggart:
(33)
Gambar 3.1
(34)
(Sumber. Proposal Skripsi, Meidiana P, 2012)
Dalam penelitian tindakan kelas, siklus merupakan daur yang dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas. Jumlah siklus tidak ditentukan secara pasti dalam setiap penelitian tindakan kelas. Setiap siklusnya memiliki tujuan pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang akan diteliti.
Pada penelitian ini rencana siklus yang akan dilakukan sebanyak tiga buah siklus. Diharapkan dalam tiga siklus ini sudah tercapai hasil belajar yang diharapkan peneliti, yaitu mencapai nilai rata-rata kelas 80.
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 3 Cibodas Kp.Cibodas, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN 3 Cibodas dengan jumlah siswa 37 yang terdiri dari laki-laki 18 orang dan perempuan 19 orang.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Pra Penelitian
Pada kegiatan pra penelitian ini, peneliti melakukan persiapan awal untuk observasi yang bertujuan untuk mendapatkan masalah yang terjadi di lapangan, adapun rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : a. Pembuatan surat izin observasi untuk sekolah yang bersangkutan b. Pembuatan SK penelitian
c. Observasi langsung ke sekolah d. Pembuatan instrumen penelitian e. Pembuatan proposal
(35)
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, yaitu sebagai berikut:
Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Perencanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan tindakan. Tahap-tahap perencanaan yang dilakukan adalah :
(1) Menentukan kelas penelitian dan waktu penelitian
(2) Menelaah KKM pada mata pelajaran matematika materi pecahan (3) Mengkaji teori-teori yang mendukung ke perpustakaan
(4) Menyusun RPP materi pecahan dengan menggunakan pendekatan matematika realistik
(5) Menyusun LKS yang berisi soal-soal tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama
(6) Menyiapkan alat peraga yang digunakan untuk menyampaikan materi pecahan
(7) Menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa (8) Menyusun kisi-kisi soal tes
(9) Konsultasi instrument tes kepada dosen pembimbing
(10) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan diminta observer.
b) Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dibuat dalam satu siklus dengan satu kali tatap muka dengan alokasi waktu untuk pertemuan pertama dan
(36)
pertemuan kedua 3 x 35 menit. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan meliputi:
(1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika materi menjumlahkan pecahan yang penyebutnya sama dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.
(2) Menggunakan alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran bagi siswa untuk memahami materi pembelajaran sesuai dengan RPP (3) Menggunakan buku dan. sumber belajar/bahan ajar dengan benar
sesuai dengan RPP.
(4) Mengelompokan siswa yang terdiri dari 3 orang setiap kelompoknya
(5) Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok (6) Membahas lembar kerja siswa dan penyelesaiannya.
(7) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data dengan mudah memahami soal dan mencari penyelsaiannya.
c) Pengamatan
Pada tahap ini, pembelajaran dilakukan oleh peneliti sedangkan guru lain sebagai observer terhadap proses pembelajaran. Guru dan observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa, partisipasi siswa dan tingkat pemahaman siswa saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi yang telah direncanakan sebelumnya pada tahap perencanaan. Adapun langkah-langkah kegiatannya meliputi:
(1) Peneliti telah mempersiapkan beberapa guru dari SDN 3 Cibodas dan teman sejawat sebagai observer.
(2) Observer mengamati jalannya kegiatan pembelajaran dan mengisi lembar observasi guru dan siswa yang telah disediakan. (3) Observer mengamati peranan guru dalam kegiatan pembelajaran
(37)
(4) Mengamati kesesuaian penggunaan pendekatan matematika realistik dengan pokok bahasan yang berlangsung.
(5) Observer mendokumentasikan foto-foto selama proses pembelajaran berlangsung sehingga peneliti bisa mengoreksi diri dan merencanakan perbaikan-perbaikan selanjutnya.
d) Refleksi
Pada tahap refleksi diadakan pengkajian berbagai kejadian yang terekam selama proses tindakan. Peneliti dan pengamat mendeskripsikan hasil pelaksanaan tindakan dan mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran tentang kelebihan dan kekurangan pelaksanaan tindakan sebagai dasar dalam merancang kegiatan dalam siklus II. Serta menyimpulkan hasil refleksi tindakan, yang akan digunakan sebagai tindakan selanjutnya.
Siklus II
a) Perencanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah : (1) Menyusun RPP dengan memperhatikan refleksi pada siklus 1 (2) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan (3) Menyusun instrumen penelitian
(4) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan diminta observer.
b) Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dibuat dalam satu siklus dengan satu kali tatap muka dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan meliputi:
1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika materi menjumlahkan pecahan yang penyebutnya sama dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.
(38)
2) Menggunakan alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran bagi siswa untuk memahami materi pembelajaran sesuai dengan RPP 3) Menggunakan buku dan. sumber belajar/bahan ajar dengan benar
sesuai dengan RPP.
4) Mengelompokan siswa yang terdiri dari 3 orang setiap kelompoknya
5) Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok 6) Membahas lembar kerja siswa dan penyelesaiannya.
7) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data dengan mudah memahami soal dan mencari penyelsaiannya.
c) Pengamatan
Pada tahap ini, pembelajaran dilakukan oleh peneliti sedangkan guru lain sebagai observer terhadap proses pembelajaran. Guru dan observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa, partisipasi siswa dan tingkat pemahaman siswa saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi yang telah direncanakan sebelumnya pada tahap perencanaan. Adapun langkah-langkah kegiatannya meliputi:
(1) Peneliti telah mempersiapkan beberapa guru dari SDN 3 Cibodas dan teman sejawat sebagai observer.
(2) Observer mengamati jalannya kegiatan pembelajaran dan mengisi lembar observasi guru dan siswa yang telah disediakan.
(3) Observer mengamati peranan guru dalam kegiatan pembelajaran dan aktifitas siswa pada saat pembelajaran.
(4) Mengamati kesesuaian penggunaan pendekatan matematika realistik dengan pokok bahasan yang berlangsung.
(39)
(5) Observer mendokumentasikan foto-foto selama proses pembelajaran berlangsung sehingga peneliti bisa mengoreksi diri dan merencanakan perbaikan-perbaikan selanjutnya.
d) Refleksi
Pada tahap refleksi diadakan pengkajian berbagai kejadian yang terekam selama proses tindakan. Peneliti dan pengamat mendeskripsikan hasil pelaksanaan tindakan dan mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran tentang kelebihan dan kekurangan pelaksanaan tindakan sebagai dasar dalam merancang kegiatan dalam siklus III. Serta menyimpulkan hasil refleksi tindakan, yang akan digunakan sebagai tindakan selanjutnya.
Siklus III
a) Perencanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah :
1) Menyusun RPP dengan memperhatikan refleksi pada siklus II, diharapkan RPP yang dibuat pada siklus III sudah baik dan bagus. 2) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan, diharapkan
media yang digunakan pada siklus III sudah tepat sasaran dam tepat guna.
3) Menyusun instrumen penelitian
4) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan diminta observer.
b) Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dibuat dalam satu siklus dengan satu kali tatap muka dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan meliputi:
(40)
1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika materi menjumlahkan pecahan yang penyebutnya sama dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.
2) Menggunakan alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran bagi siswa untuk memahami materi pembelajaran sesuai dengan RPP 3) Menggunakan buku dan. sumber belajar/bahan ajar dengan benar
sesuai dengan RPP.
4) Mengelompokan siswa yang terdiri dari 3 orang setiap kelompoknya
5) Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok 6) Membahas lembar kerja siswa dan penyelesaiannya.
7) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data dengan mudah memahami soal dan mencari penyelsaiannya.
c) Pengamatan
Pada tahap ini, pembelajaran dilakukan oleh peneliti sedangkan guru lain sebagai observer terhadap proses pembelajaran. Guru dan observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa, partisipasi siswa dan tingkat pemahaman siswa saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi yang telah direncanakan sebelumnya pada tahap perencanaan. Adapun langkah-langkah kegiatannya meliputi:
(1) Peneliti telah mempersiapkan beberapa guru dari SDN 3 Cibodas dan teman sejawat sebagai observer.
(2) Observer mengamati jalannya kegiatan pembelajaran dan mengisi lembar observasi guru dan siswa yang telah disediakan.
(3) Observer mengamati peranan guru dalam kegiatan pembelajaran dan aktifitas siswa pada saat pembelajaran.
(4) Mengamati kesesuaian penggunaan pendekatan matematika realistik dengan pokok bahasan yang berlangsung.
(41)
(5) Observer mendokumentasikan foto-foto selama proses pembelajaran berlangsung sehingga peneliti bisa mengoreksi diri dan merencanakan perbaikan-perbaikan selanjutnya.
3. Laporan Hasil Penelitian
1) Mengumpulkan data dari hasil instrumen pengumpulan data 2) Mengolah data dari hasil instrumen pengumpulan data 3) Menganalisis data dari hasil instrumen pengumpulan data
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah :
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat setiap pertemuan atau tindakan dalam satu siklus yang terdapat dua kali pertemuan. Didalamnya memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang mengacu pada KTSP serta indikator, materi pokok, metode pembelajaran, skenario pembelajaran dan evaluasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education. RPP dibuat dengan tujuan untuk menjadi pedoman
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan pendekatan Realistic
Mathematic Education. Adapun format dari RPP terlampir.
Penilaian hasil belajar yang digunakan pada RPP ini berupa teknik penilaian tertulis dalam bentuk essai (uraian). Alat tes yang digunakan pada RPP adalah sebagai berikut:
a. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa memuat masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Penyajian teori dalam LKS ini diawali dengan petunjuk kegiatan yang harus dilakukan siswa dan dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan
(42)
siswa untuk memahami konsep pecahan yang sesuai dengan standar kompetensi yang ingin dicapai.
Pengerjaannya adalah dengan cara diskusi kelompok yang terdiri dari tiga orang. Lembar kerja siswa digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa dalam proses pembelajaran dan bertujuan agar siswa aktif dalam kelompok untuk melakukan eksplorasi terbimbing. Adapun format dari LKS terlampir.
b. Tes
Jenis tes yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk essay (uraian). Tes ini terdiri dari sejumlah pertanyaan dalam bentuk uraian, yang harus dijawab dalam bentuk uraian tertulis pula. . Tes dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran melalui nilai. Tes ini digunakan sebagai
pre-test dan post test. Pre-test diberikan sebelum kegiatan pembelajaran,
dan post test diberikan pada akhir siklus untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Pemberian tes dalam penelitian ini dilaksanakan pada setiap siklus dan dikerjakan secara individu. Tes dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran melalui skor.Adapun format dari
pre-test dan post-pre-test terlampir.
2. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan lembar yang digunakan selama proses pembelajaran yang mencakup pengamatan aktivitas siswa dan guru dalam penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education dalam pembelajaran matematika. Lembar observasi yang digunakan merujuk pada RPP yang telah dirancang oleh guru untuk melakukan penelitian serta pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk melakukan observasi, yaitu observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur,
(43)
dan observasi sistematik. Teknik observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi terstruktur. Dalam observasi terstruktur, peneliti dan mitra peneliti (kolaborator) terlebih dahulu menyetujui kriteria yang diamati tinggal menghitung saja berapa kali jawaban, tindakan, atau sikap siswa yang sedang diteliti. (Kunandar, 2012: 148).
Lembar observasi guru digunakan untuk memantau pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran, hal ini penting untuk perbaikan dalam siklus berikutnya. Lembar observasi guru diisi oleh pengamat, sebagai dasar untuk perbaikan peneliti.
Adapun lembar observasi siswa digunakan untuk memanatu aktivitas siswa selama proses pembelajaran, hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Lembar aktivitas ini merupakan pedoman bagi pengamat ketika mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Adapun format lembar observasi aktivitas guru dan siswa terlampir.
Sedangkan lembar observasi kemampuan afektif digunakan untuk mengukur ketercapaian ranah afektif siswa selama pembelajaran berlangsung terutama ketika siswa mengerjakan LKS dan menggunakan media untuk menemukan konsep matematika. Masing-masing ranah memuat empat aspek yang akan di observasi. Format lembar observasi afektif siswa terlampir. 3. Dokumentasi
Dokumentasi pada penelitian ini adalah berupa foto aktivitas pembelajaran siswa. Foto ini digunakan peneliti untuk dapat melihat secara langsung kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung, bagaimana kegiatan pembelajarannya, dan respon siswa terhadap materi pembelajaran serta pengelolaan kelas yang terjadi, sehingga peneliti bisa mengoreksi diri dan merencanakan perbaikan-perbaikan selanjutnya. Adapun hasil dokumentasi terlampir.
(44)
F. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data
Pengolahan data adalah upaya yang dilakukan guru yang berperan sebagai peneliti untuk mengolah serta merangkum data yang dikumpulkan dari setiap pelaksanaan tindakan dan kegiatan observasi selama pembelajaran. Data penelitian ini dikumpulkan dan disusun melalui teknik pengumpulan data, meliputi: sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data dan instrument yang digunakan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Teknik pengumpulan data
No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen
1 Siswa Kemampuan
awal
pengetahuan siswa mengenai operasi hitung pecahan
Pre-test Butir soal uraian yang bermuatan konsep
operasi hitung pecahan
2 Siswa Sikap siswa
dalam mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) di dalam
kelompok
Observasi afektif siswa Pedoman observasi afektif siswa
3 Guru dan siswa
Aktivitas guru dan siswa selama
pembelajaran
Observasi aktivitas guru dan siswa
Pedoman observasi aktivitas guru dan siswa
(45)
berlangsung selama pembelajaran berlangsung
4 Siswa Kemampuan
pengetahuan akhir siswa mengenai operasi hitung pecahan
Post-test Butir soal uraian yang bermuatan konsep
operasi hitung pecahan
2. Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari setiap pelaksanaan siklus dan kegiatan observasi yang dianalisis secara deskriptif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.
a. Analisis data kuantitatif
Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan cara membandingkan nilai hasil tes kondisi awal, nilai hasil tes stelah siklus 1, siklus 2 dan siklus 3, kemudian direfleksi. Perhitungan data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi:
1) Pengolahan data hasil pre test dan post tes a) Penskoran
Untuk menghindari unsur subjektivitas, penilaian terlebih dahulu ditentukan standar nilai untuk setiap soal. Setiap soal diberi bobot yang berbeda sesuai dengan tingkat kesukaran soal tersebut. Peneliti melakukan penskoran setiap soal dengan kriteria nilai setiap soal dan skor tersebut
(46)
dalam skala 1-100. Untuk mengubah skor yang di dapat siswa kedalam bentuk persentase maka digunakan rumus:
(Suharsimi,2009:236)
Tabel 3.2 Tabel konversi skor Presentase Skor total siswa Kategori
90% < A ≤ 100% A (sangat baik)
75% < B ≤ 90% B (baik)
55% < C ≤ 75% C (cukup)
40% < D ≤ 55% D (kurang)
0% < E ≤ 40% E (buruk)
(adaptasi suharsimi, 2009:245)
b) Menghitung nilai pre tes dan post tes siswa
Menghitung nilai siswa dengan menggunakan rumus:
N = Nilai siswa
c) Menghitung nilai rata-rata kelas dalam bentuk presentase
Untuk dapat mengetahui sejauh mana kelas tersebut dapat memahami materi yang telah di ajarkan dengan penerapan model pembelajaran Realistic Mathematic Education, maka peneliti dapat menghitung nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus:
100%
maksimal
skor
diperoleh
yang
skor
siswa
kemampuan
presentase
100%
N
X
X
N =
(47)
(adaptasi Suharsimi, 2009:264) Keterangan:
X = nilai rata-rata kelas
∑X = total nilai yang diperoleh seluruh siswa N = jumlah siswa
100% = bilangan tetap
d) Menghitung ketuntasan belajar siswa berdasarkan KKM
Ketuntasan belajar siswa berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan untuk kelas VA SDN 3 Cibodas pada pembelajaran matematika yaitu 58. Siswa dikatakan mencapai ketuntasan belajar apabila sudah mencapai nilai KKM. Dan apabila dilihat dalam bentuk presentase maka dapat dicari dengan rumus:
Purwanto (Mashudi, 2012:52) Keterangan:
TB = ketuntasan belajar
∑S ≥ 58 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 61
n = jumlah siswa
100% = bilangan tetap (adaptasi mashudi, 2012:53)
e) Menghitung Gain ternormalisasi (g)
Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, maka dilakukan analisis gain ternormalisasi dari skor pre test dan pos test . untuk mendapatkan nilai gain ternormalisasi maka dapat dicari dengan rumus:
100%
n
58
S
(48)
(Kristiana dalam Prihardina,2012)
Tabel 3.3
Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi
Nilai <g> Interpretasi Efektifitas
(g) ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > (g) ≥ 0,3 Sedang
(g) < 0,3 Rendah
(hake dalam prihardina, 2012:)
f) Menghitung Gain (G) skor pre test dan post test
Gain antara skor pre tes dan post tes dapat dicari dengan menggunakan rumus:
` (Prihardina, 2012)
2) Pengolahan data hasil observasi aspek afektif
Data hasil observasi aspek afektif berupa rating scale. Skor pada setiap kategori dijumlahkan. Skor yang diperoleh siswa pada ranah afektif kemudian dihitung presentasenya dengan menggunakan rumus:
(Adaptasi Prihardina, 2012)
Gain (G) = skor post tes
–
skor pre test
∑ ∑
(49)
Tabel 3.4
Interpretasi hasil belajar afektif Presentase keterlaksanaan Kategori
90% < A ≤ 100% A (sangat baik)
75% < B ≤ 90% B (baik)
55% < C ≤ 75% C (cukup)
40% < D ≤ 55% D (kurang)
0% < E ≤ 40% E (buruk)
(adaptasi suharsimi, 2009:245)
3) Observasi aktivitas guru dan siswa
Keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa dapat dihitung dengan rumus:
(Mudriana, 2012: 46)
Tabel 3.5
Interpretasi Keterlaksanaan Proses Pembelajaran Presentase keterlaksanaan Kategori
90% < A ≤ 100% A (sangat baik)
75% < B ≤ 90% B (baik)
55% < C ≤ 75% C (cukup)
40% < D ≤ 55% D (kurang)
0% < E ≤ 40% E (buruk)
(adaptasi suharsimi, 2009:245) b. Analisis data kualitatif
Analisis data kualitatif yaitu analisis data berupa gambaran tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap pendekatan Realistic Mathematic Education dalam
(50)
pembelajaran matematika (afektif), aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung, antusias siswa dalam belajar, dan motivasi belajar siswa. Data kualitatif ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
G. Jadwal Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan Juni seperti yang tercantum pada tabel jadwal penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.6. Jadwal Penelitian
Kegiatan Penelitian
Bulan
Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 A. Pra Penelitian
1. Observasi 2.Pembuatan
Proposal 3.Pembuatan
Instrumen B. Pelaksanaan
Penelitian 1.Siklus I 2.Siklus II 3.Siklus III C. Laporan Hasil
Penelitian 1.Pengumpulan
data
2.Mengolah dan Analisis 3.Laporan Hasil
(51)
(52)
131 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan yaitu : 1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education sudah sesuai dengan KTSP. Terlihat pada penggunaan
media pembelajaran yang bervariatif sesuai dengan materi dan dapat dipahami siswa, lembar observasi guru dan siswa yang sesuai dengan tahapan-tahap dalam RPP, lembar kerja siswa serta tes evaluasi di akhir setiap siklus yang sesuai dengan SK dan KD.
2. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education pada materi pokok pecahan dikelas V sudah terlaksana dengan baik
berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I, II, dan III dengan mengacu pada tahapan-tahapan pendekatan Realistic Mathematic
Education. Pada siklus I baik tindakan pertama maupun tindakan kedua masih
mengalami banyak kendala selama proses pembelajaran sehingga masih banyak yang harus diperbaiki dan ditingkatkan pada siklus II. Adapun pada siklus II proses pembelajaran sudah lebih baik seiring dengan perbaikan pembelajaran melalui refleksi yang telah dilakukan pada siklus I. Sedangkan pada siklus III proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan harapan peneliti dengan perbaikan-perbaikan dari refleksi siklus I dan II. 3. Peningkatan hasil belajar matematika dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education materi pokok pecahan sudah mencapai target peneliti
dengan peningkatan dari siklus I, II, dan III. Peningkatan hasil belajar siswa dapat terlihat dari hasil belajar kognitif dan afektif siswa. Pada siklus I rata-rata hasil belajar kognitif siswa mencapai 67,73, siklus II meningkat menjadi 76,92 dan siklus III mencapai 82,76. Sedangkan untuk rata-rata ranah afektif siswa di siklus I mencapai 64,90%, pada siklus II meningkat menjadi 71,85% dan siklus III mencapai 77,08%. Selain itu terdapat pula peningkatan
(1)
131
Ratna Purwati, 2013
Penerapan Pendekatan RealistikMathematic Education Pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan yaitu : 1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education sudah sesuai dengan KTSP. Terlihat pada penggunaan
media pembelajaran yang bervariatif sesuai dengan materi dan dapat dipahami siswa, lembar observasi guru dan siswa yang sesuai dengan tahapan-tahap dalam RPP, lembar kerja siswa serta tes evaluasi di akhir setiap siklus yang sesuai dengan SK dan KD.
2. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic
Education pada materi pokok pecahan dikelas V sudah terlaksana dengan baik
berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I, II, dan III dengan mengacu pada tahapan-tahapan pendekatan Realistic Mathematic
Education. Pada siklus I baik tindakan pertama maupun tindakan kedua masih
mengalami banyak kendala selama proses pembelajaran sehingga masih banyak yang harus diperbaiki dan ditingkatkan pada siklus II. Adapun pada siklus II proses pembelajaran sudah lebih baik seiring dengan perbaikan pembelajaran melalui refleksi yang telah dilakukan pada siklus I. Sedangkan pada siklus III proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan harapan peneliti dengan perbaikan-perbaikan dari refleksi siklus I dan II. 3. Peningkatan hasil belajar matematika dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education materi pokok pecahan sudah mencapai target peneliti
dengan peningkatan dari siklus I, II, dan III. Peningkatan hasil belajar siswa dapat terlihat dari hasil belajar kognitif dan afektif siswa. Pada siklus I rata-rata hasil belajar kognitif siswa mencapai 67,73, siklus II meningkat menjadi 76,92 dan siklus III mencapai 82,76. Sedangkan untuk rata-rata ranah afektif siswa di siklus I mencapai 64,90%, pada siklus II meningkat menjadi 71,85% dan siklus III mencapai 77,08%. Selain itu terdapat pula peningkatan
(2)
132
Ratna Purwati, 2013
ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus. Pada siklus I terdapat 25 siswa atau 70,27% yang tuntas belajar, siklus II terdapat 29 siswa atau 78,73 yang tuntas belajar dan pada siklus III terdapat 32 siswa atau 86,49% yang tuntas. Ini menunjukan adanya peningkatan siswa yang berhasil mencapai KKM.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik ini bisa dijadikan alternatif pembelajaran yang bisa dipahami siswa untuk memahami konsep matematika secara lebih nyata mengenai konsep penjumlahan, pengurangan dan perkalian pecahan yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
2. Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat menjadi pilihan dan solusi guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.
3. Penelitian ini memberikan masukan positif bagi peneliti sebagai bekal yang mungkin akan dihadapi oleh peneliti kelak untuk mengembangkan dan meningkatkan pemahaman matematika siswa pada materi pecahan. 4. Pada pelaksanaan penelitian dengan pendekatan matematika realistik ini
untuk lebih memperdalam langkah-langkah pembelajaran dan lebih memperhatikan dalam penggunaan media yang lebih variatif dan mudah dipahami siswa.
(3)
133
Ratna Purwati, 2013
Penerapan Pendekatan RealistikMathematic Education Pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu KEPUSTAKAAN
Apriliah, K. (2011). Penggunaan Alat Peraga “Kertas Lipat” Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Topik Operasi Pecahan. Skripsi pada Program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Arikunto, S. et al. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. (2006). KTSP SD/MI. Jakarta: Depdiknas
Ferdiansyah, Ferda. (2012). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui
Pendekatan Melalui Pendekatan Matematika Realistik Dalam Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan Di Kelas V. Skripsi pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP
UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Irawati, Ine. (2011). Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada bahasan Pecahan Melalui Pendekatan Realistik Bagi Siswa Kelas 5 SDN Babakan Ciparay 2. Skripsi pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Junaedi, W. (2011). Belajar Matematika. [Online]. Tersedia: (http://
(4)
134
Ratna Purwati, 2013
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.
Liestiyanto, D. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan RME
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tentang Pecahan Siswa Kelas IV SDN 3 Karangjati, Kecamatan Blora Kabupaten Blora. [Online].
Tersedia : http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/873
Masitoh. (2012). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_T
EK._PENDIDIKAN [14 November 2012]
Munawar, I. (2009). Hasil Belajar Pengertian dan Definisi. [Online]. Tersedia :
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html [14 November 2012]
Prihardina, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPA Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi pada Program Pendidikan
Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Ramdaniah, Y. (2012). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Untuk
Meningkatkan Kemampuan Soal Cerita Pada Bilangan Pecahan.
Skripsi pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sanjaya, A. (2011). Pengertian Definisi Hasil Belajar. [Online]. Tersedia :
http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html [14 November 2012]
Semmy, A. (2011). Macam-Macam Penelitian. [Online]. Tersedia:
http://wacanakeilmuan.blogspot.com/2011/01/macam-macam-metode-penelitian.html
Siti. (2011). Model Pembelajaran Realistic Mathematic Education. [Online]. Tersedia : di
(5)
Ratna Purwati, 2013
Penerapan Pendekatan RealistikMathematic Education Pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sudrajat, A. (2008). Penilaian Hasil Belajar. [Online]. Tersedia :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-belajar
[ 2 Desember 2012]
Suherman, et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.
Sukajati. (2009). Pembelajaran Operasi Penjumlahan Pecahan di SD
Menggunakan Berbagai Media. [online]. Tersedia :
http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/4-penjumlahan-pecahan-sd-sukayati.pdf [23 Februari 2013]
Fajrin, S. (2011). Penggunaan Model Pembelajaran Realistik. [Online]. Tersedia :
http://syamsulfajrin.blogspot.com/2011/12/penggunaan-model-pembelajaran-realistic.html?m=1[24 Februari 2013]
Taufik. (2012). Pembelajaran Konsep Dasar Matematika. [online]. Tersedia
:
http://ofiick.blogspot.com/2012/11/pembelajaran-konsep-dasar-matematika.html?m=10[24 Februari 2013]
Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yuliana, F. (2011). Pendidikan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan
Kemampuan Penalaran Matematis. Skripsi pada Program Pendidikan
Matematika FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
. (2011). Pengertian Matematika. [Online]. Tersedia : http://
pustakasekolah.com/pengertian-matematika/. [2 Desember 2012]
. (2012). Pengertian Matematika. [Online]. Tersedia :
(6)
136
Ratna Purwati, 2013
. (2011). Metode Penelitian [Online]. Tersedia :
http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/ [4 Mei 2013]