PEMBERDAYAAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.

(1)

LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA ( Untuk para pejabat struktural )

A. Kompetensi Pengawas dalam rangka penjaminan mutu pendidikan

1. Bagaimanakah profil Pengawas Sekolah SMA saat ini di Dinas Pendidikan Kota Bekasi

dilihat dari :

a. Persyaratan latar belakang pendidikan disesuaikan dengan peraturan yang ada. b. Pengalaman kerja dan jabatan sebelum diangkat sebagai Pengawas sekolah c. Kebutuhan jumlah pengawas dibandingkan dengan jumlah sekolah yang ada 2. Bagaimana kedudukan Pengawaas sekolah dalam struktur organisasi dan tata

kerja (SOTK ) Dinas Pendidikan Kota Bekasi.?

3. Siapakah yang menjadi sasaran pembinaan Pengawas sekolah itu ? Apakah itu sudah dilaksanakan ? Diantara sasaran pembinaan itu siapa yang paling utama harus mendapat pembinaan dari Pengawas sekolah?.

4. Aspek aspek apa saja yang harus menjadi sasaran pembinaan dari pengawas sekolah itu?. Apakah kepada aspek akademik atau aspek manajerial atau kedua-duanya ?

5. Bagaimana mekanisme pelaporan hasil kerja Pengawas sekolah pada lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bekasi.

6. Apakah sudah ada peraturan yang mengatur mengenai tugas dan fungsi pokok ,atau standar kinerja dan kompetensi Pengawas Sekolah dari Dinas Pendidikan dan Pemda Kota Bekasi saat ini ?

7. Kalau belum ada apakah menggunakan acuan peraturan yang dibuat oleh tingkat pemerintah pusat ?

8. Kompetensi yang harus dimiliki oleh Pengawas sekolah itu meliputi kompetensi apa saja ?

9. Apakah dari rincian kompetensi Pengawas sekolah itu sudah berkaitan dan menggambarkan tugas Pengawas sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan ?


(2)

10. Dari rincian kinerja kompetensi Pengawas sekolah itu butir-butir mana saja yang berkaitan langsung dengan upaya penjaminan mutu pendidikan ?

B. Pengembangan kompetensi Pengawas sekolah

11. Dihubungkan dengan kenyataan yang ada apakah semua Pengawas Sekolah yang ada sudah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan bagi seorang pengawas sekolah ?.

12. Dari kompetensi pengawas sekolah yang ada sekarang apakah perlu dilaksanakan usaha peningkatan kompetensi pengawas sekolah ?. Kompetensi pengawas sekolah apa saja yang sangat perlu ditingkatkan dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di kota Bekasi

13. Bagaimana usaha yang dilakukan Dinas Pendidikan dalam pemberdayaan pengawas sekolah dan peningkatan kompetensi dan profesionalisme Pengawas sekolah ? Adakah dana khusus untuk pelatihan-pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawas sekolah yang dianggarkan dari APBD Kota Bekasi ?

14. Kompetensi Pengawas sekolah yang bagaimana yang diharapkan dalam rangka penjaminan mutu pendidikan?

15. Bagaimana hubungan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan dengan Dinas Pendidikan Kota Bekasi , dalam pemberdayaan Pengawas sekolah ? Bagaimanan seharusnya peranan LPMP dalam pengembangan kompetensi Pengawas sekolah ? Sudah adakah kegiatan yang dilaksanakan oleh LPMP dalam peningkatan kompetensi Pengawas sekolah ?.

C. Faktor factor dominant yang menjadi hambatan dan kekuatan

16. Faktor – faktor dominant apa saja yang menjadi kekuatan dan hambatan dalam pemberdayaan dan peningkatan kompetensi pengawas sekolah dalam ranagka penjaminan mutu pendidikan di Kota Bekasi ?

a. Faktor –faktor peluang dan kekuatan apa saja yang akan mendorong terlaksananya pemberdayaan dan peningkatan kompetensi pengawas sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan ? Dilihat dari sumber daya yang ada, sarana prasarana, jumlah sekolah, kompetensi , kepribadiandll.


(3)

b. Faktor-faktor apa saja yang akan menjadi hambatan dan ancaman dalam pemberdayaan dan peningkatan kompetensi pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di kota Bekasi ?. Dilihat dari sumber daya yang ada, sarana prasarana, jumlah sekolah, kompetensi , kepribadian

D. Pelakasanaan Kepengawasan dalam rangka penjaminan mutu pendidikan 17. Bagaimanakah pola pelaksanaan kerja Pengawas sekolah ketika memberikan

pembinaan di sekolah ?

a. Terhadap Kepala Sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dalam pembinaan manajemen sekolah

b. Terhadap guru dalam pembinaan untuk proses pembelajaran

18. Bagaimana seharusnya pendekatan yang dilakukan oleh Pengawas sekolah terhadap Kepala sekolah , guru dalam pelaksanaan kepengawasan ?

19. Bagaimana seharusnya peranan Pengawas sekolah melaksanakan kepengawasan pendidikan di sekolah dalam upaya penjaminan mutu pendidikan di Kota Bekasi ? 20. Pengawas sekolah yang bagaimana yang diharapkan dalam rangka penjaminan

mutu pendidikan di Kota Bekasi ?

Dilihat dari aspek pengetahuan dan keterampilan ,wawasan pendidikan,kepribadian ,kinerja dan kompetensinya.


(4)

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN PENGAWAS SEKOLAH

A. Kinerja dan Kompetensi Pengawas dalam penjaminan mutu pendidikan 1. Sudah berapa lama Bapak Ibu menjadi Pengawas sekolah ?... tahun

2. Apakah yang menjadi pedoman kerja Bapak/Ibu dalam melaksanakan tugas kepangawasan di sekolah ?

3. Siapakah yang menjadi sasaran pembinaan oleh Bapak / Ibu ?

4. Berapa bulan sekali Bapak/ Ibu mengadakan pembinaan terhadap sekolah, ada jadwal rutin yang diketahui sekolah atau tanpa jadwal ?

5. Dalam kegiatan-kegiatan apa saja Bapak / Ibu melaksanakan pembinaan ?

6. Menyangkut hal-hal apa saja materi pembinaan yang dilaksanakan oleh Bapak / Ibu, apakah menyangkut manajemen sekolah, proses pembelajaran , dan aspek lainnya ?

7. Bagaimana tahap-tahap yang dilaksanakan oleh Bapak / Ibu dalam pembinaan di sekolah ?

8. Bagaimana kedudukan Bapak Ibu secara organisatoris di dinas Pendidikan Kota Bekasi Bagaimana tugas dan fungsi secara kelembagaan pada dinas Pendidikan Kota Bekasi ?

9. Standar kinerja dan kompetensi pengawas yang dijadikan acuan oleh Bapak Ibu dalam melaksanakan pembinaan ,berdasarkan peraturan yang mana ? Kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh pengawas sekolah ?

10. Apakah seluruh standar kinerja dan kompetensi pengawas yang ada sudah bapak ibu laksanakan ?

11. Apakah standar kinerja dan kompetensi pengawas sekolah yang ada sudah berhubungan dan menggambarkan fungsi pengawas sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan ?

12. Apakah Bapak / Ibu setuju kalau kinerja dan kompetensi pengawas itu berhubungan dengan penjaminan mutu pendidikan di sekolah ?

B. Pengembangan kompetensi Pengawas sekolah


(5)

Pengawas sekolah untuk melaksanakan pembinaan dalam penyelenggaraan pendidikam di sekolah .

14. Apakah pemberian tanggungjawab dan wewenang kepada Bapak dan Ibu ,sudah dilaksanakan dan ditindak lanjuti untuk pengembangan karier dan jabatan guru dan kepala sekolah.

15. Dari seluruh kompetensi yang ada , kompetensi pengawas yang mana saja yang paling berhubungan dengan upaya penjaminan mutu pendidikan.

16. Apakah dirasakan oleh Bapak/ibu perlunya peningkatan kompetensi Pengawas Sekolah ,dalam upaya penjaminan mutu pendidikan ?

17. Sudah berapa kali Bapak Ibu mengikuti pelatihan untuk peningkatan kompetensi pengawas dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Pengawas sekolah? 18. Adakah kegiatan-kegitanan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota

Bekasi kota Bekasi untuk peningkatan kompetensi kepengawasan pendidikan ? 19. Kepada siapakah Bapak / ibu memberikan laporan hasil kepengawasan yang

bapak / Ibu laksanakan ?

20. Adakah program yang dilaksanakan LPMP untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme pengawas sekolah ?

C. Faktor factor dominant yang menjadi hambatan dan kekuatan

21. Kendala-kendala apa saja yang dirasakan oleh Bapak / Ibu dalam melaksanakan tugas kepengawasan di sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan ? Hal-hal apa saja yang dapat menjadi faktor pendukung dalam melaksanakan tugas bapak Ibu ?

22. Apakah upaya upaya yang dilakukan oleh Bapak/Ibu dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada ?

D. Pelaksanaan kegiatan Kepengawasan pendidikan

23. Bagaimana pandangan Kepala Sekolah , Guru , terhadap pelaksanaan tugas Pengawas sekolah ?

24. Apakah sering mendapat permintaan dari guru –guru untuk di supervisi oleh Bapak / Ibu ? Kalau ada permintaan dari sekolah menyangkut aspek aspek apa saja ?.


(6)

25. Apakah kegiatan pembinaan ke sekolah yang dilaksanakan oleh Bapak /Ibu, terjadwal dalam sebuah rencana program kepengawasan baik untuk satu semester ataupun untuk satu tahun ajaran ?

26. Apakah rencana program yang bapak/Ibu buat diketahui oleh sekolah-sekolah wilayah binaan Bapak/ibu ?

27. Apakah setiap akan melaksanakan pembinaan ke sekolah Bapak/Ibu tergantung kepada ada tidaknya Kepala Sekolah ?

28. Apakah setiap akan datang ke sekolah selalu memberi tahu dulu kepada Kepala Sekolah ?

29. Apakah harapan –harapan Bapak / Ibu dalam pengembangan Pengawas sekolah untuk menunjang pelaksanaan tugas sehari-hari dalam upaya penjaminan mutu pendidikan?

30. Apakah Bapak / ibu terbiasa memberikan contoh pembelajaran di kelas kepada Bapak-Ibu guru ?

31. Apakah Bapak/ Ibu terbiasa melaksanakan supervisi kelas ?

32. Bagaimana tahap-tahap dalam pelaksanaan supervisi kelas yang Bapak/Ibu biasa laksanakan ?

33. Apakah dalam melaksanakan supervisi kelas dengan cara dadakan atau memberitahu dulu kepada gurunya ?

34. Bagaimana tindak lanjut dari kegiatan supervisi kelas ,yang Bapak/Ibu laksanakan ?

35. Pendekatan yang bagaimana yang biasa dilakukan oleh Bapak/Ibu dalam melaksanakan kegiatan kepengawasan ?

36. Bagaimana tahap-tahap yang dilaksanakan oleh Bapak/Ibu dalam melaksanakan pembinaan terhadap pengelolaan dan administrasi sekolah ?

37. Selain aspek kurikulum/pembelajaran dan administrasi sekolah, aspek apa lagi yang menjadi sasaran pembinaan Bapak/Ibu di sekolah ?

38. Bagaimanakah teknik-teknik pengawasan yang dilaksanakan oleh Bapak/Ibu dalam pembinaan terhadap sekolah ?


(7)

39. Apakah Bapak / ibu sudah melaksanakan analisis sederhana atau komprehensif terhadap hasil belajar siswa dan kemampuan guru dari sekolah yang menjadi binaan Bapak / Ibu ?

40. Apakah Bapak / Ibu sudah melaksanakan analisis sederhana atau komprehensif terhadap hasil kepengawasan Bapak dan Ibu ?


(8)

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH Kegiatan kepengawasan

1. Kapan saja Pengawas sekolah datang ke sekolah ?

2. Kepada siapakah Pengawas sekolah lebih sering memberikan pembinaan ? 3. Bagaimana caranya Pengawas sekolah mengadakan pembinaan ?

4. Berapa lama Pengawas sekolah melaksanakan pembinaan setiap kali datang di sekolah ?

5. Aspek-aspek apa saja yang menjadi bahan pembinaan oleh Pengawas sekolah? 6. Apakah Pengawas sekolah sering mengadakan kunjungan kelas ?

7. Apakah semua guru sudah dikunjungi oleh Pengawas sekolah dalam pelaksanaan proses pembelajaran ?

8. Apakah kunjungan kelas itu dadakan atau direncanakan terlebih dahulu antara Pengawas sekolah dengan guru ?

9. Apakah sebelum dan sesudah kunjungan kelas diadakan diskusi antara guru dan pengawas ?

10. Manfaat apakah yang dapat dirasakan oleh guru dan sekolah dengan dilaksanakannya pembinaan oleh Pengawas terhadap guru melalui program kunjungan kelas / supervisi kelas ?

11. Apakah Pengawas sekolah sering memberikan contoh mengajar di depan kelas ? 12. Apakah hasil belajar siswa dan kemampuan guru menjadi bahan pembinaan dari

Pengawas Sekolah ?

13. Apakah unsur kompetensi dan profesionalisme guru menjadi bahan pembinaan dari Pengawas sekolah ?

14. Bagaimana cara pengawas sekolah mengadakan pembinaan di sekolah apakah secara individual, kelompok , atau melalui rapat dinas ? Mana yang lebih sering dilakukan ?.

15. Apakah selain kegiatan yang berhubungan dengan administrasi guru dan kunjungan kelas, adakah aspek-aspek lain yang menjadi sasaran pembinaan


(9)

16. Apakah karyawan Tata Usaha juga menjadi sasaran pembinaan oleh Pengawas sekolah ?

17. Aspek aspek apa saja yang menjadi sasaran pembinaan bagi karyawan tata usaha ,oleh Pengawas sekolah itu ?

18. Apakah pelaksanaan Pembinaan yang dilaksanakan oleh Pengawas sekolah sudah sesuai dengan harapan Bapak / Ibu ?

19. Apakah kegiatan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah ada hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah Bapak / Ibu ?

20. Apakah kegiatan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah berhubungan dengan upaya penjaminan mutu pendidikan di sekolah Bapak / Ibu ?

21. Apakah pelaksanaan pembinaan yang dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah ada manfaatnya dalam meningkatkan mutu pendidikan dan penjaminan mutu pendidikan di sekolah Bapak /Ibu

Peningkatan kompetensi Pengawas sekolah

22. Apakah seluruh pengawas sekolah sudah memiliki kompetensi pengawas sekolah yang dipersyaratkan ?( Kompetensi Kepribadian, supervisi manajerial,supervisi akademik, penilaian pendidikan, penelitian dan pengembangan dan kompetensi sosial )

23. Apakah seluruh kompetensi itu sudah dilaksanakan oleh para pengawas sekolah , dan sesuai dengan harapan Bapak / Ibu dalam upaya meningkatkan dan penjaminan mutu pendidikan di sekolah Bapak / Ibu ?

24. Menurut Bapak / Ibu apakah kompetensi pengawas sekolah perlu ditingkatkan? Dalam hubungannya dengan penjaminan mutu kompetensi ,manakah yang paling pentng ditingkatkan ?

25. Adakah faktor-faktor pendukung dan kendala-kendala yang dirasakan saat ini oleh bapak dan ibu dalam pelaksanaan pembinaan yang dilaksanakan pengawas sekolah ? Aspek-aspek apa saja yang merupakan kendalanya ?


(10)

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU Kegiatan kepengawasan

1. Bapak Ibu kenal dengan Pengawas sekolah yang suka datang ke sekolah,dalam kegiatan apa saja pengawas sekolah datang ke sekolah ? 2. Apakah kegiatan pembinaan yang dilaksanakan pengawas sekolah

berhubungan dengan tugas-tugas guru-guru di sekolah Bapak / Ibu ? 3. Sudah berapa kali Bapak/ Ibu disupervisi oleh Pengawas sekolah, dalam

aspek apa saja ? Apakah menyangkut pembinaan administrasi pembelajaran, pembinaan terhadap proses pembelajaran , pembinaan kurikulum atau pembinaan lainnya?

4. Bagaimana teknik pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah, apakah secara individual, kelompok atau umum melalui rapat dinas guru dan TU ?.

5. Bagaimana pendekatan hubungan antara pengawas sekolah dengan bapak / ibu dalam pelaksanaan pembinaan, apakah pendekatan komando/perintah atau pendekatan kolegial / teman sejawat ?

6. Menurut pendapat bapak / ibu apakah semua pengawas sekolah yang pernah membina di sekolah Bapak /Ibu sudah memiliki kompetensi kepengawasan sesuai dengan yang diharapkan ?

7. Bagaimana pentahapan dalam pelaksanaan supervisi kelas yang dilaksanakan oleh Pengawas sekolah ?

8. Apakah sebelum dan sesudah dilaksanakan kunjungan kelas dilaksanakan diskusi antara Bapak / Ibu dengan Pengawas ?

9. Kalau dilaksanakan diskusi menyangkut apa saya ? 10. Apakah tindak lanjut dari kegiatan kunjungan kelas itu ?

11. Adakah manfaat yang dirasakan oleh Bapak / Ibu dengan dilaksanakannya pembinaan oleh Pengawas sekolah ?

12. Apakah pencapaian ketuntasan belajar dan pecapaian standar nilai merupakan bahan pembinaan pengawas sekolah ?. Apakah dengan ditetapkannya ketuntasan belajar dan Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM


(11)

) setiap mata pelajaran , berhubungan dengan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh guru ?

13. Aspek – aspek apa saja yang perlu mendapat pembinaan dari Pengawaas sekolah bagi guru-guru ?.

Peningkatan kompetensi pengawas sekolah

14. Dalam hubungannya dengan penjaminan mutu pendidikan apakah kompetensi pengawas perlu ditingkatkan, aspek apa saja yang paling perlu ditingkatkan ?

15. Apakah harapan bapak / ibu terhadap kinerja dan kompetensi pengawas sekolah ?


(12)

PEDOMAN WAWANCARA

DENGAN KARYAWAN TATA USAHA SEKOLAH

1. Apakah bapak / ibu sering mendapat pembinaan dari Pengawas sekolah?

2. Dalam aspek-aspek apa saja yang menjadi materi pembinaan dari Pengawas sekolah itu ?

3. Apakah ada jadwal khusus yang diberikan oleh Pengawas sekolah dalam rangka pembinaan di sekolah bapak / ibu ?

4. Bagaimana cara pembinaannya apakah secara individual atau secara kelompok ? 5. Apakah dalam pembinaannya melakukan pemeriksaan, dan menyalahkan apa

yang telah dikerjakan apabila tidak sesuai dengan ketentuan ?

6. Apakah dalam pembinaannya itu meliputi pemberian arahan, bimbingan , pemberian contoh dan pemberian saran terhadap perkerjaan yang dilaksanakan? 7. Bagaimana pentahapan dalam pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas

sekolah,apakah mulai dri pembinaan secara umum, kemudian keaspek-aspek khusus dan apkah ada tindak lanjut pembinaannya ?.

8. Pembinaan yang dilaksanakan pengawas sekolah apakah ada hubungannya dengan peningkatan tertib administrasi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekoah ?.

9. Apakah harapan bapak / ibu terhadap pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah, dan sosok pengawas sekolah yang bagaimana yang diharapkan bapak / ibu ?

10. Hubungan yang bagaimana yang diharapkan oleh bapak / ibu dalam pelaksanaan pembinaan apakah bersifat komando atau kolegeal ?


(13)

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN

KEPALA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) BANDUNG

1. Mohon penjelasan bagaimana tugas dan fungsi dari LPMP itu ?

2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan tugas LPMP dalam rangka penjaminan mutu pendidikan .

3. Apakah Pengawas-pengawas sekolah yang ada sekarang sudah memenuhi kompetensi sebagai pengawas sekolah dalam rangka upaya penjaminan mutu pendidikan di sekolah ?

4. Usaha-usaha apa saja yang telah dilaksanakan oleh LPMP dalam memberdayakan Pengawas sekolah sehubungan dengan penjaminan mutu pendidikan

5. Adakah kegiatan yang telah dilaksanakan oleh LPMP dalam meningkatkan kompetensi Pengawas sekolah, sehubungan dengan penjaminan mutu pendidikan 6. Bagaimana hubungan LPMP dengan Dinas pendidikan Propinsi dan Dinas

Pendidikan Kabupaten Kota ,dalam rangka penjaminan mutu pendidikan ?

7. Setujukah apa bila pengawas sekolah befungsi sebagai kepanjangan tangan dari LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan ?

8. Bagaimana seharusnya mekanisme kerja Pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan ?

9. Faktor –faktor apa saja yang akan menjadi hambatan dan peluang dalam memberdayakan Pengawas Sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan ?

10. Model Pengawas sekolah yang bagaimana yang diharapkan LPMP dalam rangka penjaminan mutu pendidikan ? Dilihat dari aspek kepribadian, kompetensinya , dan pelaksanaan kinerjanya ?

11. Model kepengawasan yang bagaimana yang harus dilaksanakan di sekolah oleh Pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan,baik aspek akademik,maupun aspek manajerialnya ?.


(14)

LAMPIRAN : 2

PEDOMAN OBSERVASI

Nama Sekolah

: ………..

Tanggal

: ………..

Nama Pengawas :

……….

Pembinaan terhadap Kepala Sekolah

No Kegiatan kepengawasan Ya Tidak

1

2.

3.

4

5

Kompetensi supervise manajerial

Membina Kepala sekolah dalam pengelolaan di sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan; a. Dalam perumusann visi dan misi dan tujuan sekolah b.Dalam penyusunan program Kerja sekolah jangka panjang, menengah dan Tahunan

c. Dalam menyusun organisasi sekolah dan pembagian tugasnya.

d. Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran e.Dalam mengelola kegiatan kesiswaan

f. Dalam mengelola sarana dan prasarana g.Dalam mengelola pembiayaan pendidikan

h. Dalam mengelola program pengawasan/supervisi di sekolah

i..Dalam menilai kinerja guru dan tenaga administrasi Membina Kepala sekolah dalam penyusunan dan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP )

Membina Kepala sekolah dalam adminitrsi sekolah : a. Adminnistrasi kesiswaan

b. Adminnstrasi ketenagaan c. Administrasi sarana prasarana d. Administrasi pembiayaan e. Administrasi persuratan f. Administrasi kurikulum

Membina Kepala sekolah dalam melaksanakan bimbingan konseling

Mendorong Kepala sekolah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksankan tugas pokoknya di sekolah


(15)

6 7

8

9 10

Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan

Membina Kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah

Kompetensi Supervisi akademik

Membina Kepala sekolah penyusunan program supervisi , pelaksanaan supervisi ,evaluasi dan tindak lanjut supervisi di sekolah

Kompetensi Evaluasi Pendidikan Menilai kinerja Kepala Sekolah

Memantau pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa

Pembinaan terhadap Guru

No Kegiatan kepengawasan Ya Tidak

1 2 3 4 5 6 7

Kompetensi Supervisi Akademik

Membimbing guru dalam penyusunan silabus berdasarkan standar isi, standar kopetensi,kompetensi dasar dan prinsip pengembagan KTSP

Membimbing guru dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/ teknik pembelajaran

Membimbing guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas atau diluar kelas, melalui kunjungan kelas

Membimbing guru dalam mengelola, merawat mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran

Memotivasi guru dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran

Kompetensi evaluasi pendidikan

Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dan pembelajaran, penyusunan perangkat soal untuk penilaian


(16)

8 9

10

11 12

13

14.

Menilai kinerja guru

Memantau pelaksanaan pembelajaran dan analisis hasil belajar siswa.,dan pemberian tugas

Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pendidikan,

Menyusun program perbaikan dan pengayaan

Membimbing guru dalam dalam menentukan aspek-aspek yang penting untuk dinilai dalam pembelajaran

Kompetensi Penelitian Pengembangan

Membimbing guru dalam penyusunan profosal penelitian, pelaksanaan , dan pengolahan hasil penelitian

Memberi bimbingan tentang penelitian tindakan kelas ( PTK ) kepada guru

Pembinaan terhadap Karyawan Administrasi sekolah

No Kegiatan kepengawasan Ya Tidak

1

2.

Membina penyusunan program kerja di Tata Usaha sekolah, dan pembagian tugasnya

Membina pengelolaan administrasi di sekolah yang meliputi :

a. Administrasi kurikulum b. Administrasi kesiswaan c. Administrasi ketenagaan d. Administrasi keuangan

e. Administrasi sarana prasarana f. Administrasi persuratan

g. Administrasi perpustakaan h. Administrasi laboratorium


(17)

Hubungan Pengawas sekolah dengan Kepala Sekolah,Guru-guru dan Karyawan Administrasi sekolah

No Kegiatan Ya Tidak

1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kompetensi Kepribadian

Punya rasa tanaggungjawab dalam melaksanakan tugas

Kreatif dalam bekerja

Mampu memotivasi Kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi sekolah

Kompetensi sosial

Pembinaan dilaksanakan : - secara perorangan - kelompok

- keseluruhan

Pembinaan melalui pemberian - saran

- bimbingan - arahan

- pemberian contoh - penjelasan umum

Keakraban antara Pengawas denan Kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi sebagai mitra kerja Diskusi dialog antrara Pengawas dengan Kepala sekolah,guru, tenaga administrasi

Adakah kegiatan pemberian penguatan atau rewards dari pengawas

Adakah masukan dari Kepala sekolah, guru, dan tenga administrasi sekolah

Kesimpulan hasil pembinaan dibuat oleh -pengawas sekolah

-bersama –sama


(18)

PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI

No Jenis dokumen Ada Tidak

1 2 3 4 5 6

Peraturan-peraturan tentang kepengawasan di sekolah Program kepengawasan Tahunan dan Semesteran Laporan kegiatan kepengawasan

Bukti fisik kegiatan kepengawaan di sekolah Surat-surat tugas pembagian tugas kepengawasan

Bukti fisik dan dokumentasi yang ada di sekolah yang berhubungan dengan hasil kinerja pengawas sekolah.


(19)

LAMPIRAN 3

DAFTAR NAMA RESPONDEN YANG DIWAWANCARAI DAN DIOBSERVASI A. Pejabat Dinas Pendidikan

No NAMA JABATAN Tgl Wawancara

1 2 3

Drs.H. Sumirgo M.Pd Drs.H. Encu Hermana, MM Drs.H. Alexander Zulkarnain

Kabid Dikdas Kabag TU Kabid Dikmen

7 Juli 2008 16 Juli 2008 20Agustus 2008

B.Pejabat LPMP

No NAMA JABATAN Tgl Wawancara

1 2 3

Drs. Toto Drs. Tatang S Drs. Syamsudin

Kepala LPMP Widyaaswara Widyaswara

27 Mei 2008 7 Juni 2008 7 Juni 2008

C. Pengawas sekolah

No NAMA JABATAN Tgl Wawancara

1 2 3 4

Drs. H Moh Affandi

Drs.Budiman Dermawan M,Sn Dra. Lucia Suharti,MM

Hj Eha Julaeha,S.Pd, MM.

Korwas Pengawas Pengawas Pengawas

3 Juni s,d 5 Juni 2008.

Observasi. Juni s,d Agustus 2008

D. Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan Tata Usaha SMA

SMA Kepala Sekolah Guru Tata Usaha

SMAN1

SMAN2

Drs.H Fatah Hidayat MM

Drs.H. Bachrum MM

1.Suparto S.Pd 2.Dra.Nani Nuraeni 3.Hj.Henny M.Si 4.Hj.Nursariah S.Pd 5.Dra. Sri Sumarni 6.Dra.Hj.Farida PH 1.Drs.Purwanto 2.E.Sutrisno S.Pd 3.Boediarso S.Pd

Sri H Budiani Sutarja

Noer Kustinah Wawan Ridwan Sartono


(20)

SMAN3 SMAN4 SMAN5 SMAN6 SMAN8 SMAN 9 SMAN 11

Drs. H Suherman MM

Drs.H Rohmat

Dra.Hj.Sri Susanti

Dra.H.Yety Nugraha

Dra. Endang H,MM

Drs. Suskandar, MM

Drs.Heri Zulkarnaen M.Pd

4.Hj,Sri Haryanti 5.Dra.Hj.R.Ai S 6.Ade H Safari 1.Dudung N S Pd 2.Basari S.Pd 3.Hj. Eti Kus 4.Hj.K Nengsih 5. Hj.Hayati R 6.Y Kuswanti 1. Rudi Suryadi 2.C Hidayat 3.Vini Rus

4. Hj.Ani Mar MPd 5.Hj Latifah

1.Rahmat S S Pd 2.M Gaponi Spd 3.E Kusnindar S pd 4.Suyono S Pd 5.Drs. Husen 6.Dra. Surti 1.Drs. Jupri 2.Wiharto,S.Pd 3.Drs. Djunaedi 4.Dra.Hj.Nanik D 5.Dra. Wulandari 6.Dra. Supriatun 1.Eviana H S.Pd 2.Drs Dedi Sur 3.Dra.Dahlia S MM 4.Sugeng S .S.Pd 5.Drs. Adang S 6.Dra. W Pertiwi 1.Abd.Karim S.Pd 2.Drs.Enda H 3.Tri Helida S.Pd 4.Dra. Damayanti 5.Dra Martinah 6.H.Iding S.Pd. 1.Drs Asep Jamal 2.Fajar H. M.Pd. 3.Taryono S.Pd 4.Dra.Elis Herlina 5.Dra.T Supirihatini M Ridwan Derhana Mar. Nyoman P Irwan Effendi Subekti Desi Irawati Nursiwi B.sc Unik Widiawati Basuki Tata Rusyana H.Simanjutak Muslim Mugio Yuniar Karyaningsih Slamet Riyadi Narsilah Sara Asih pujiati Waluyo Kheru Zimmi Yanti Novita


(21)

KORPRI 2.Drs Ade Rukbi Abdul Hadi Siti Halimah


(22)

(23)

BAB I

PENDAHULUAN A . Latar belakang

Pendidikan sampai dengan saat ini dianggap sebagai sumber utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan ini akan dianggap bernilai: ”... jika memiliki sikap, perilaku, wawasan kemampuan, keahlian , serta

keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan. Nilai-nilai SDM tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan persekolahan baik pada jenjang pendidikan dasar menengah, maupun pendidikan tinggi “ ( Suryadi, A, 1999 : 58 ) .

Nilai yang didapat melalui pendidikan tidak semata-mata yang berhubungan dengan aspek pengetahuan saja, tetapi berhubungan dengan ,sikap, keterampilan baik yang berhubungan dengan keilmuan tersebut ataupun keterampilan yang berhubungan dengan bekal hidupnya di masyarakat. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pengembangan tersebut harus dikelola melalui konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang ada pada manajemen. Hal ini berarti bahwa manajemen pendidikan merupakan aplikasi prinsip-prinsip, konsep-konsep dan teori manajemen dalam aktifitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Dalam organisasi pendidikan termasuk dalam pengelolaan satuan pendidikan diperlukan manajemen efektif yang akan mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga memiliki pengetahuan, sikap , keterampilan dan nilai yang mengakar pada karakter bangsa dan bermutu . Hal ini berarti :” Salah satu strategi yang menentukan mutu pengembangan SDM di sekolah untuk


(24)

kepentingan bangsa di masa depan adalah, peningkatan kontribusi manajemen pendidikan yang berorientasi mutu ( quality oriented ) “ (Syafarudin , 2002 :18 ). Atas dasar itulah maka pendidikan harus selalu diarahkan pada peningkatan mutu secara terus menerus.

Dalam mengelola dan menata lembaga pendidikaan dihubungan dengan administrasi pendidikan terdapat tiga fungsi utama : “ perencanaan , pelaksanaan dan pengawasan yang menyangkut tiga bidang garapan utama yaitu : Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Belajar ( SB ) dan Sumber Fasilitas dan Dana ( SFD )” ( Engkoswara, 1999 :26 ). Bahwa banyak faktor yang mempengaruhi suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuannya, faktor yang besar pengaruhnya untuk menjamin keberhasilan adalah yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam manajemen pendidikan.

Manajemen pendidikan merupakan keterpaduan beberapa fungsi, dimana setiap fungsi memiliki kekhususan dalam efektivitasnya untuk mencapai keberhasilan. Untuk mencapai produktivitas diperlukan keterpaduan antara fungsi-fungsi utama dalam perilaku organisasi dibidang pendidikan , yaitu fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pada dasarnya perencanaan dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan, pengawasan dan pengendalian diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai.

Dalam aktivitas kehidupan kita sangat membutuhkan suatu pengendalian terhadap apa yang sedang dan telah dilakukan. Demikian pula dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan organisasi pendidikan perlu juga adanya pengendalian agar sesuatu itu sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Menurut Nana Saodih (


(25)

2006 :38 ): ” Bagian terpenting dari proses ini adalah pengendalian manajemen yang merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengarahkan orang, mesin dan fungsi-fungsi guna mencapai tujuan serta sasaran organisasi”. Sama halnya dalam proses pendidikan perlu adanya pengendalian dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian pengendalian suatu proses mengarahkan organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disamping pelaksanaan pengendalian dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan juga pengawasan. “ Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen untuk menjaga agar kegiatan pelaksanaan tugas fokok dan fungsi organisasi dalam rangka mencapai tujuan dapat berjalan dengan efektif dan efisien sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku “ ( Kep.Mendiknas No. 097 /U/2002 ).

Lebih jauh dalam Kep Mendiknas tersebut dikemukakan tentang Pengawasan fungsional dan Pengawasan Teknis. Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan, Badan Pengawas Keuangan Pembangunan , Inspektorat Jendral, Badan Pengawas Propinsi dan Badan Pengawas Kabupaten/Kota. Pengawasan teknis adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah, penilik pada pendidikan luar sekolah, pembinaan pemuda dan olah raga, untuk memantau , menilai dan memberikan bimbingan terhadap penyelenggaraan pendidikan, pembinaan pemuda dan pembinaan olah raga. Pengawasan pendidikan secara teknis akan menyangkut keseluruhan bidang garapan dalam pengelolaan pendidikan.

Secara umum pengelolaan pendidikan dalam satuan pendidikan akan meliputi ; pengelolaan kurikulum, pengelolaan peserta didik, pengelolaan tenaga


(26)

kependidikan, pengelolaan sarana prasarana pendidikan, pengelolaan keuangan , pengelolaan kerjasama dengan masyarakat serta pengawasan pendidikan. Pada saat sekarang dengan lahirnya Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka pengelolaan satuan pendidikan harus memenuhi delapan standar Nasional yang meliputi : Standar isi, Standar proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian. Untuk mengetahui pencapaian dari kedelapan standar tersebut perlu adanya pengawasan , untuk menjamin agar kegiatan-kegiatan tersebut terlaksana sesuai dengan rencana dan terus menerus berkembang .

Pemerintah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat, dalam rangka pembinaan satuan pendidikan yang bersangkutan. “ Pengawasan lebih merupakan upaya untuk memberi bimbingan, binaan, dorongan dan pengayoman bagi satuan pendidikan yang bersangkutan, yang diharapkan terus menerus dapat meningkatkan mutu pendidikan maupun pelayanannya” (Penjelasan UU No.2 Tahun 1989 Pasal 52. ).

Sesuai dengan hal-hal tersebut di atas , bahwa kedudukan pengawasan pendidikan sebagai bagian dari siklus dan dinamika manajemen pendidikan, bahkan merupakan bagian dari fungsi pokok manajemen. Pengawasan harus menjadi pijakan untuk perbaikan, dasar untuk pembinaan dan pengembangan serta sasaran untuk mencapai keadaan yang lebih baik. Seperti halnya dikemukakan oleh Ben M Harris ,( 1975 ; 2 ) ; “Supervision is one of the essential functions for


(27)

the operation good schools “ . Hal ini sesuai pula dengan fungsi dari pengawasan pendidikan yang dikemukakan oleh Alfonso, ( 1981:121 )bahwa : “ The function of supervision is to promote teacher professional growth to achieve a better – learning through better teaching “ . Atas dasar itu hasil kegiatan kepengawasan pendidikan harus bermanfaat dalam mengembangkan sekolah, salah satunya : “ harus dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan mutu kinerja professional guru “ ( Sahertian , 2000 : 21 ).

Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya upaya meningkatkan kemampuan professional kepengawasan. Hal ini dirasakan penting karena pengawasan pendidikan merupakan bagian terpadu dalam keseluruhan penyelenggaraan pendidikan nasional, dari lingkup sekolah sampai lingkup makro. Pengawasan pendidikan akan menyangkut pengawasan dalam kerangka audit control dan pengawasan dalam kerangka quality control . Dalam kerangka quality control kepengawasan pada proses pendidikan di sekolah, menjadi tugas dari Pengawas sekolah untuk melaksanakan kegiatan kepengawasan. Hal ini sesuai dengan fungsi pengawasan seperti ditegaskan United Kingdom For HMSO (Hand Book , 1992 : 4 ) :

The function of inspection set out in the Education (Schools ) 1992 is to report on :

The quality of the education provide by school ; The educational standards achieved in those schools ;

Whether the financial resources made available to those schools are managed efficiently ;

The spiritual,moral, social and cultural development of pupils at those

schools.”

Pengawasan akan berhubungan dengan mutu yang telah ditetapkan di sekolah, standar hasil belajar siswa di sekolah termasuk manajemen sumber


(28)

keuangan secara efisien, dan perkembangan spiritual,sosial dan budaya siswa di sekolah itu. Sejak tanggal 1 Nopember 1996 berdasarkan SK. Men PAN .No.118/1996, jabatan pengawas sekolah berubah dari jabatan struktural menjadi jabatan fungsional. Konsekwensi perubahan jabatan tersebut menimbulkan perubahan esensi tugas dan kegiatan pengawas sekolah . Dimana tugas utama pengawas sekolah adalah , menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya . Ini semua ditujukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maupun pelayanannya, seperti ditegaskan dalam UU No.20 Tahun 2003 .

Peningkatan mutu pendidikan hendaknya menjadi tujuan dari semua tenaga kependidikan disetiap lembaga penyelenggara pendidikan dan pengelola pendidikan. Karena mutu pendidikan merupakan : “ suatu evaluasi terhadap proses pendidikan dengan harapan tinggi untuk dicapai dan mengembangkan bakat para pelanggan pendidikan dalam proses pendidikan. Mutu adalah hal yang esensial sebagai bagian dalam proses pendidikan “( Charles Hoy , 2000: 47 ). Dalam hubungannya dengan manejemen pendidikan, upaya meningkatkan mutu pendidikan harus menjadi program utama di sekolah.

Untuk itu pemerintah memandang perlu adanya Manajemen Peningkatan Mutu terpadu dalam pendidikan. Dalam aplikasinya istilah mutu terpadu terhadap pendidikan disebut juga “ Total Quality Education “. Dalam konteks aplikasi konsep manajemen mutu terpadu terhadap pendidikan, ditegaskan oleh Edward Sallis ( 1994 :14 ) :“Total Quality Management is a philosophy improvement


(29)

which can provide any educational institution with a set of practical tools for meeting and exceding present and future customers need, wants ,and expectations”.

Definisi tersebut menjelaskan bahwa manajemen mutu terpadu menekankan pada dua konsep utama ; pertama sebagai suatu filosofi perbaikan terus menerus ( continous improvement ) , dan kedua berhubungan dengan alat-alat dan teknik yang digunakan untuk perbaikan mutu dalam tindakan manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan pelanggan . Berarti manajemen mutu terpadu dalam pendidikan dapat saja disebut mengutamakan peserta didik atau untuk kepentingan program perbaikan sekolah, yang mungkin dilakukan secara lebih kreatif dan konstruktif. Hal ini berarti bahwa manajemen mutu terpadu pendidikan merupakan aplikasi konsep manajemen mutu, yang disesuaikan dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa .Prosesnya sendiri melalui pengembangan pembelajaran bermutu , agar melahirkan lulusan yang sesuai dengan harapan orang tua , masyarakat dan pelanggan pendidikan lainnya.

Untuk mengetahui tingkat kepercayaan mutu itu perlu adanya pengawasan; ” Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan” (Pasal 39 ayat (1) PP 19 Tahun 2005 ). Bagaimana peranan dari pengawas dalam konteks manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. “

Pengawasan pendidikan diperlukan dalam peningkatan mutu pendidikan persekolahan . Tugas pengawas pendidikan , salah satunya adalah memberikan dorongan agar tenaga kependidikan , baik guru, kepala sekolah dan personil lainnya di sekolah , termotivasi untuk berkinerja “ (Amirudin Siahaan ,2006 : 4 ).


(30)

Kriteria-kriteria apa saja untuk dapat diangkat menjadi seorang pengawas sekolah sehingga nantinya betul-betul menjadi penjamin mutu dan panutan bagi guru , sehingga akan tepat apabila pengawas sekolah disebut sebagai “guru model “. Pengalaman dalam melaksanakan proses pembelajaran ketika bertugas sebagai guru, pengalaman pengelolaan atau manajerial sekolah ketika bertugas sebagai Kepala Sekolah , adalah bekal potensial yang dimiliki setiap pengawas melakukan kepengawasan di sekolah-sekolah. Kalau dibandingkan dengan pengawasan fungsional, apakah pengawasan teknis yang dilakukan oleh pengawas sekolah ada perbedaan dengan tugas pengawasan fungsional.

Sesuai dengan SK .Men PAN .No.118/1996 , kemudian diperbaharui dengan Keputusan Men PAN.No : 091/KEP/M.PAN/10/2001,Pasal 4 ayat ( 1 ), bahwa tugas pokok Pengawas sekolah adalah: Pengawas sekolah mempunyai tugas pokok menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggungjawabnya.

Sesuai dengan penjelasan dari Keputusan Men PAN yang dimaksud dengan tugas pembinaan oleh pengawas sekolah maksudnya memberikan ,arahan, bimbingan, contoh dan saran , dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Memberikan arahan, merupakan upaya pengawas sekolah agar guru dan tenaga kependidikan lainnya di sekolah, dalam menjalankan tugasnya terarah dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan . Memberikan bimbingan ,merupakan upaya pengawas sekolah agar guru dan tenaga kependidikan lainnya di sekolah mengetahui secara rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara melaksanakannya. Memberikan contoh, adalah upaya pengawas sekolah yang


(31)

dilaksanakan dengan cara yang bersangkutan bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses belajar mengajar / memberi bimbingan, untuk materi tertentu di depan kelas atau diruang bimbingan konseling . Sedangkan tugas memberikan saran, ,merupakan upaya pengawas sekolah agar sesuatu proses pendidikan yang dilaksanakan disekolah lebih baik dari pada hasil yang dicapai sebelumnya, atau berupa saran kepada pimpinan untuk menindak lanjuti pembinaan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri . Tugas menilai, menentukan tingkat derajat keberhasilan dari apa yang telah dilaksanakan oleh guru dan tenaga kependidikan lainnya setelah diadakan tugas pembinaan, sesuai dengan norma-norma penilaian yang berlaku.

Bagaimana keberadaan pelaksanaan tugas kepengawasan pendidikan diera otonomi daerah umumnya dan tugas pengawas sekolah pada khususnya ? Sebagai gambaran dari studi pendahuluan berupa analisis kondisi berkenaan dengan keberadaan pengawasan pendidikan dan kondisi faktual pengawas sekolah di lapangan saat ini adalah :

a. Belum ada perencanaan program pengembangan kepengawasan mulai dari perencanaan pengadaan calon pengawas sekolah , pelatihan dan penilaian kinerja serta pengembangan karier Pengawas sekolah oleh Bagian Kepegawaian Daerah ( BKD) Pemda Kota Bekasi . Pengadaan Pengawas sekolah tidak lagi secara utuh menggunakan pedoman yang telah ditetapkan oleh peraturan yang berlaku, baik Kep Men PAN maupun Kep Mendiknas, lebih dikaitkan dengan kepentingan kekuasaan di daerah.


(32)

b. Pejabat struktural di Dinas Pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kepentingan politis, atau ada yang ingin memperpanjang usia masa kerja untuk pensiun dipindahkan menjadi pengawas sekolah tanpa melihat latar belakang yang bersangkutan apakah pernah menjadi guru atau pernah menjadi pengawas sebelumnya. Termasuk Kepala Sekolah yang kurang loyal terhadap Pemda , dengan tidak memperhitungkan usia , kualifikasi dan kompetensi sesuai aturan yang ada, diangkat menjadi Pengawas sekolah. Pengangkatan Pengawas sekolah tanpa seleksi dan tanpa pelatihan terlebih dahulu.

c. Kebutuhan jumlah pengawas sekolah belum sebanding dengan jumlah sekolah yang harus menjadi sekolah binaan bagi setiap pengawas sekolah pada jenjang SMA dan SMK.

d. Masukan dari lapangan khususnya dari guru-guru dan Kepala Sekolah, bahwa pelaksanaan tugas pengawas sekolah belum seluruhnya sesuai dengan tugas dan fungsi pengawas sekolah yaitu membina dan menilai, yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan administrasi pengelolaan atau manajerial di sekolah , apalagi memberikan contoh dalam proses pembelajaran bagi guru-guru. Belum seluruh pengawas memiliki kompetensi pengawas yang dipersyaratkan sebagai seorang pengawas sekolah, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kegiatan pengawas sekolah masih lebih banyak berhubungan dengan kegiatan rutin kalender pendidikan di sekolah, seperti memantau PSB, Ulangan Umum dan Ujian akhir sekolah, pengenalan kurikulum dan administrasi


(33)

pembelajaran. Kegiatan pengawasan belum secara utuh mengarah pada supervisi akademik apalagi supervisi klinis. Kegiatan kepengawasan belum seluruhnya mencerminkan upaya-upaya dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah. Kegiatan kepengawasan belum terarah kepada upaya peningkatan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, yang pada akhirnya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

e. Masukan dari Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP ) Jawa Barat ,sesuai dengan tugas pokok LPMP adalah melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah , yang dalam pelaksanaannya dengan memberdayakan Pengawas Sekolah yang ada di tiap-tiap Kabupaten /Kota .Setiap tiga bulan sekali Pengawas sekolah diharuskan memberikan laporan kegiatan kepengawasannya ke LPMP . Hal ini menunjukkan betapa pentingnya tugas dan fungsi Pengawas sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan.

B. Perumusan dan pembatasan masalah

Berdasarkan kondisi faktual dilapangan dihubungkan dengan fungsi pengawasan pendidikan dan khususnya tugas dan fungsi pengawas sekolah, belum terlaksana secara optimal. Pelaksanaan pengawasan pendidikan di sekolah oleh Pengawas Sekolah masih lebih berhubungan dengan administrasi guru dan administrasi sekolah yang ada di Tata usaha sekolah, dari pada ke proses pembelajaran , evaluasi dan analisis terhadap hasil belajar siswa dan kemampuan mengajar guru serta sumber daya lainnya.


(34)

Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan fungsi dan peranan pengawas sekolah sebagai penjaminan mutu pendidikan , dan dalam meningkatkan mutu pendidikan, perlu adanya usaha untuk memberdayakan pengawas sekolah dengan meningkatkan kinerja ,dan kompetensinya. Apalagi sekarang ini dilingkungan sekolah dikembangkan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah ( MPMBS ). Model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan pemerintah. Sekolah bertanggung jawab tentang mutu pendidikan sekolah masing-masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumya .Sekolah akan berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.

Dimana implementasi dari MPMBS salah satu tujuannya adalah : Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia,. Apalagi dalam hubungannya dengan penjaminan mutu pendidikan sesuai dengan pasal 91 ayat (1) PP No.19 Tahun 2005 : “Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan “. Dalam pelaksanaannya diperlukan keterlibatan pengawas sekolah , terutama dalam upaya peningkatan kualitas manajerial sekolah dan kualitas pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu dan penjaminan mutu pendidikan tersebut. Oleh karena itu perlu adanya upaya pemberdayaan pengawas sekolah, sehingga mampu


(35)

melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana tuntutan kinerja tugas tersebut, sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan. Sebab seperti yang dikemukakan Amirudin Siahaan, ( 2006 : 11 ) tentang pemberdayaan :

Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok sehingga mampu melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana tuntutan kinerja tugas tersebut . Pemberdayaan merupakan proses yang dapat dilakukan melalui berbagai upaya, misalnya pemberian wewenang penuh, peningkatan partisipasi , pemberian kepercayaan sehingga setiap orang atau kelompok dapat memahami apa yang dapat dikerjakannya yang pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan pencapaian tujuan secara efektif dan efisien” . Sehingga diharapkan Pengawas sekolah itu betul-betul mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan kinjerja dan kompetensi yang dipersyaratkan. Pentingnya pemberdayaan itu sesuai dengan pengertian pemberdayaan menurut Kenneth E Fracaro (2006 ; 4 ) mengemukakan :” Empowerment is assigning responsibilities, authority, and decision making power to employees and holding

them accountable for results “. Hal ini di dasarkan kepada fungsi pengawas sekolah itu bertangungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang menjadi binaannya.

Sesuai dengan hal-hal tersebut di atas permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana meningkatkan kompetensi pengawas sekolah untuk mengembangkan kepengawasan pendidikan di sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan”. Permasalahan tersebut memerlukan jawaban yang serius dan tuntas karena berhubungan sekali dengan upaya meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Atas ( SMA ) , dan bagian tidak terpisahkan dari manajemen pendidikan di Kota Bekasi .


(36)

Sesuai dengan permasalahan tersebut di atas ,penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1.Apakah Pengawas sekolah ,sudah memiliki dan melaksanakan Kompetensi yang dipersyaratkan berdasarkan peraturan yang berlaku dan konsep supervisi dalam rangka penjaminan mutu pendidikan ?

2.Kompetensi-kompetensi pengawas sekolah apa saja yang harus diberdayakan dan ditingkatkan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sebagai upaya dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di sekolah?.

3. Apakah kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam rangka memberdayakan pengawas sekolah sehubungan dengan pelaksanaan kepengawasan untuk penjaminan mutu pendidikan ?

4.Bagaimana pelaksanaan kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah terhadap kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian perlu ditentukan terlebih dulu agar memberikan arahan jalannya penelitian dan dapat mengendalikan selama penelitian serta memperjelas sasaran yang dituju. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskrifsikan , manajemen kepengawasan pendidikan dan standar kompetensi pengawas sekolah, kemudian menganalisis apakah sudah sesuai dengan fungsinya dalam rangka penjaminan mutu pendidikan. Dari hasil deskriftis analisis tersebut dapat


(37)

dirumuskan mengenai pentingnya peningkatan kompetensi pengawas sekolah dalam rangka pelaksanaan kegiatan kepengawasan di sekolah . Kegiatan kepengawasan yang harus dilaksanakan oleh pengawas sekolah, dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah.

Secara khusus penelitian ini bertujuan :

1. Untuk memperoleh gambaran objektif kompetensi pengawas sekolah yang sudah dimiliki dan dilaksanakan oleh pengawas sekolah dalam pelaksanaan manajemen kepengawasan pendidikan di Kota Bekasi 2. Memperoleh gambaran objektif tentang kompetensi Pengawas sekolah

apa saja yang harus ditingkatkan melalui pemberdayaan Pengawas sekola, dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah .

3. Memperoleh gambaran faktor- faktor dominant yang menjadi pendukung dan penghambat untuk pemberdayaan pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah

4. Mengidentifikasi dan menganalisis kegiatan kepengawasan yang harus dilaksanakan oleh pengawas sekolah, untuk dijadikan model kepengawasan dalam rangka melaksanakan penjaminan mutu pendidikan di sekolah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bersifat analisis deskriftif dengan sasarannya adalah standar kinerja dan kompetensi pengawas sekolah , pelaksanaan kepengawasan yang ada sekarang dan pengembangan kompetensi pengawas sekolah serta pelaksanaan kegiatan kepengawasan dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah


(38)

menengah. Kegiatan kepengawasan pendidikan ini dalam hubungannya dengan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan , pada era otonomi daerah.

1. Aspek teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam upaya pengembangan ilmu Administrasi Pendidikan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia tenaga kependidikan, dan lebih khusus pengawas sekolah.

2. Aspek praktis

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bekasi khususnya dan lembaga terkait dengan kepengawasan umumnya, untuk pengembangan kompetensi pengawas sekolah dalam pelaksanaan kepengawasan pendidikan. Terutama dalam manajemen kepengawasan pendidikan dan pelaksanaan kegiatan kepengawasan yang seharusnya dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di sekolah.

E. PremisPenelitian

Premis penelitian merupakan landasan berpikir yang menjadi argumentasi berdasarkan esensi konsep keilmuan yang telah dianggap benar, dan tidak perlu lagi pembuktian. “Bersumber kepada hasil penelitian atau kepakarannya. Premis menggunakan konsep keilmuan yang telah diakui kebenarannya,digunakan sebagai pembimbing melakukan penelitian, sejak awal , studi dilapangan, alat menganalisis dan landasan menarik kesimpulan . Premis digunakan sebagai alat analisis ,untuk memisahkan atau mempersatukan keputusan logis terutama dalam


(39)

menarik kesimpulan , mana titik pangkal, mana isu pokok “. ( Nasution ,1988 : 35)

Premis 1 : Agar proses pendidikan berkualitas perlu dilakukan intervensi yang sistematis sehingga memberikan jaminan kualitas yang meyakinkan. Salah satu intervensi sistematis adalah melalui peningkatan supervisi oleh Pengawas Sekolah. Dalam hal ini pembinaan sekolah , khususnya pengendalian mutu kegiatan belajar mengajar, pengawas hendaknya berperan sebagi katalisator ( Hamid Hasan ,2000 : 4 ). Premis 2 : Pemberdayaan sebagai upaya mendorong dan memungkinkan

individu-individu untuk mengemban tanggungjawab pribadi atas upaya mereka memperbaiki cara mereka melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dan menyumbang pada pencapaian tujuan (Clutterbuck : 2003 :3 )

Premis 3 . “Pemberdayaan sumber daya manusia adalah suatu proses kegiatan usaha untuk lebih memberdayakan” daya manusia” melalui perubahan dan pengembangan manusia itu sendiri ,berupa kemampuan,kepercayaan, wewenang dan tanggungjawab dalam rangka pelaksanaan kegiatan-kegiatan organisasi untuk meningkatkan kinerja sebagaimana diharapkan”( Sedarmayanti, 2008 : 287 ).

Premis 4. “ Supervision is a set of activities and role specifications,specifically

designed to influence instruction “ ( Sergiovani and Storrat , 1983 : 13 ).


(40)

Premis 5 :“The purpose of inspection is to identify strengths and weaknesses in schools so that they may improve the quality of education offered and raise the standards achieved by their pupils “(Unit Kingdom For HMSO, 1993 : 4 ).

Premis 6 :Sergiovani dan Starrat ( 1993:24 ) :” Supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more about their pratice ; to better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools ; and to make the school a more effective learning community Premis 7 :Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan

Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi , dan sertifikasi( PP No. 19 Tahun 2005 )..

Premis 8 : Supervisi adalah kegiatan berupa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh supervisor yaitu pengawas dan kepla sekolah kepada guru dan staf tata usaha untuk meningkatkan kinerjanya dalama mencapai tujuan pendidikan bermutu (Suharsimi Arikunto ,2004 :24 ). Premis 9 : Supervisi pendidikan dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Dalam kontek profesi pendidikan khususnya profesi mengjar, mutu pembelajaran merupakan refleksi dari kemampuan profesional guru. Supervisi pendidikan berkepentingan dengan upaya peningkatan kemampuan profesional guru, yang pada gilirannya akan berdampak terhadap peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran ( Djam’an Satori 1997 : 3 )


(41)

Premis 10 : Pengawas sekolah harus memahami tugasnya dalam membina dan mengembangkan kepala sekolah profesional, terutama berkaitan dengan pengembangan kreatifitas dan pemberian motivasi, karena pengembangan kepala sekolah profesional merupakan program pengawas sekolah yang harus diprioritaskan.(Mulyasa,2004:37 ) Premis 11 : Pengawasan internal sekolah hakikatnya bertujuan untuk

mengidentifikasi kinerja sekolah secara kolektif dan berkesinambungan dengan harapan mampu mengevaluasi dan mengelola urusan dalamnya sendiri. Apabila sekolah memiliki akuntabiltas maka kualitas proses pelayanan pendidikan meningkat dan tumbuhnya kepercayaan masyarakat ( Depdikbud : 1993 ).

F. Paradigma Penelitian

Penelitian pada hakekatnya merupakan wahana untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran . Paradigma merupakan : Sebagai suatu kesatuan persefsi, gagasan , konsep dan nilai-nilai yang menentukan pola pikir dan berperilaku manusia dalam waktu dan tempat tertentu “ ( Moch. Surja, 1997 : 18 ). Paradigma merupakan dasar pemikiran yang digunakan dalam menyoroti dan mengkaji permasalahan . Dikaitkan dengan kegiatan penelitian , maka paradigma dapat diartikan sebagai kerangka konseptual dalam melihat persoalan secara terstruktur. “ Paragdigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama konsep atau proposisi yang mengartikan cara berpikir dalam penelitian ( Bogdan dan Biklen dalam Moleong , 2000 : 30 ).


(42)

Paradigma penelitian adalah model yang dijadikan acuan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Paradigma penelitian sebagai kerangka berfikir yang diambil oleh peneliti dalam meneliti atau memahami realitas objek yang diteliti dan disampaikan oleh peneliti dalam bentuk narasi atau gambar.

Penelitian ini mempersoalkan mengenai kompetensi pengawas sekolah apakah dalam pelaksanaan pembinaannya sudah sesuai dengan kriteria dalam rangka penjaminan mutu pendidikan. Kemudian termasuk manajemen kepengawasan pendidikan dalam pengembangan kompetensi dan kemampuan profesionalnya. Bertolak dari pemberdayaan dengan peningkatan kompetensi pengawas itulah diupayakan adanya pengembangan kepengawasan pendidikan di sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan.

Analisis kualitatif pertama ditujukan terhadap standar kompetensi pengawas dalam mengembangkan kegiatan kepengawasan yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah sekarang ini , kaitannya dengan tugas dan fungsi pengawas sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan. Kajian pertama terhadap kompetensi Pengawas Sekolah sesuai dengan jabatan fungsional, meliputi inventarisasi dan identifikasi kompetensi Pengawas Sekolah yang sudah ada dihubungkan dengan penjaminan mutu pendidikan . Kemudian kajian terhadap kualifikasi dan kompetensi Pengawas sekolah antara yang dipersyaratkan menurut peraturan yang ada maupun menurut kajian akademik , dengan kenyataan yang dimiliki para pengawas sekolah secara empirik dalam kondisi faktual. Hal ini disesuaikan dengan tugas utama pengawas sekolah yaitu menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan di sekolah.


(43)

Kajian terhadap kondisi faktual secara empirik diera otonomi daerah ,tentang kedudukan pengawas sekolah ,pelaksanaan pekerjaan pengawas sekolah dan pengembangan karier bagi pengawas sekolah , pada Dinas Pendidikan Kota Bekasi .

Analisis kedua diarahkan kepada kegiatan untuk mengetahui faktor-faktor dominan dalam dalam pemberdayaan untuk peningkatan kinerja dan kompetensi Pengawas sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan. Analisis kedua ini diarahkan pula pada kajian faktor pendukung dan penghambat baik intenal maupun eksternal terhadap pengembangan kegiatan kepengawasan yang dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah dalam rangka penjaminan mutu pendidikan. Analisis ketiga dilakukan melalui kajian terhadap peningkatan kompetensi pengawas sekolah dengan memperhitungkan hasil kajian dari faktor- faktor pendukung dan penghambat baik internal maupun eksternal untuk melaksanakan kegiatan kepengawasan pendidikan yang dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah dalam penjaminan mutu pendidikan. Tentunya berhubungan dengan kinerja dan kompetensi pengawas sekolah , perencanaan pengawasan , proses pengawasan ,evaluasi dan analisis hasil kepengawasan untuk mewujudkan pengawas yang professional dalam penjaminan mutu pendidikan di Kota Bekasi .

Secara skematis paradigma penelitian dapat digambarkan seperti dalam gambar 1.1 berikut :


(44)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan focus penelitian yang telah dijelaskan pada Bab I, penelitian yang akan dilakukan peneliti bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitaif dengan pertimbangan sebagaimana diungkapkan oleh Nasution ( 1992: 23 ), bahwa pendekatan ini ,

1). Memiliki kelenturan untuk menyesuaikan dengan hal-hal yang ganda, 2). Menyajikan langsung hakekat dari hubungan antara peneliti dengan

responden, 3). Lebih peka terhadap adanya penajaman nilai-nilai yang ditemui. Penelitian kualitatif mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka dan berusaha memahami dan menafsirkan pikiran mereka tentang dunia mereka .

Disamping itu penggunaan penelitian deskriftif lebih tepat digunakan, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian , dengan pertimbangan sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang. Penulis ingin mengadakan pengkajian mengenai kompetensi pengawas sekolah dalam proses penjaminan mutu pendidikan , sehingga memperoleh gambaran yang mendalam tentang pentingnya peningkatan kulatitas kompetensi pengawas sekolah di tingkat SMA. Nana Sudjana dan Ibrahim ( 1989:23 ) mengemukakan bahwa : “ penelitian deskriftif adalah penelitian yang berusaha mendeskrifsikan suatu gejala atau peristiwa dan kejadian yang telah terjadi saat sekarang , dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya untuk kemudian dituangkan dan


(45)

digambarkan sebagaimana adanya, sedangkan sifat analaisis dari penelitian ini merupakan kegiatan lanjutan dari deskrifsi gejala dan peristiwa”. Analisis secara mendalam dilakukan berdasarkan kajian teori , setelah didapat gambaran yang jelas dan lengkap tentang aspek-aspek yang diteliti.

Boglan dan Taylor ( 1975 ; 5 ) yang dikutip Moleong ( 2000 ; 3 ) mendefinikan mengenai “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.” Sedangkan Bogdan dan Biklen (1982: 23 ) menjelaskan bahwa “ Qualitative research” merupakan istilah yang luas ( “ as an umbrella term “ ) yang menerangkan dan mencakup segala bentuk penelitian yang memiliki cirri-ciri yang bersamaan. Data yang didapat biasanya yang berupa uraian yang kaya akan deskripsi mengenai kegiatan subyek yang diteliti, pendapatnya dan aspek-aspek yang berkaitan yang diperoleh melalui wawancara observasi dan studi dokumentasi. Dengan penelitian kualitatif peneliti berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa dan interaksi perilaku manusia dalam suatu situasi tertentu menurut persepsi sendiri.

Sehubungan dengan hal tersebut Sugiyono (2005 ; 1 ), mengemukakan bahwa :

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek ilmiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan ), analisis data bersifat induktif , dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi .

Lebih lanjut Sugiyono ( 2005 : 21 ) mengemukakan bahwa , “ Penelitian kualitatif bisa menghasilkan informasi yang deskriftif yaitu memberikan


(46)

gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi social satu dengan situasi social lainnya dapat menemukan pola-pola hubungan antara aspek tertentu dengan aspek lainya dan dapat menemukan hipotesis dan teori.

Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Erickson dalam Sugiyono ( 2005: 10 ), mengenai cirri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut

1. Intensive , long term participation in field setting

2. Careful recording of what happens in the setting by writing field notes and interview notes by collecting others kinds of documentary evidence

3. Analytic reflection on the documentary records obtained in the field

4. Reporting the esult by mean of detailed descriptions , direct quotes from interview , and interpretative commentary

Berdasarkan hal tersebut di atas metode penelitian kualitatif dilakukan secara intensif , peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan. Peneliti mencatat secara hati-hati apa yang terjadi ,kemudian melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan. Hal ini berhubungan dengan realitas yang kompleks,sehingga akan mampu memperoleh pemahaman akan makna.

Penggunaan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kualitatif dengan beberapa pertimbangan seperti yang dikemukakan oleh Moleong ( 2000 ; 5), pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kegiatan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi


(47)

Pertimbangan-pertimbangan tersebut sesuai dengan karakteristik pendekatan atau metode kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982 : 52 ) sebagai berikut :

1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and the researcher is the key instrument.

2. Qualitative reseach is descriptive

3. Qualitative reseach are concerened with process rather than simply with outcomes or products

4. Qualitative reseach tend to analyze their data induvtively 5. “Meaning” is of essential concern to qualitative approach Karakteristik pertama bahwa penelitian kualitatif memiliki latar alamiah Sebagai sumber data langsung, serta penelitian menjadi instrument kunci atau instrument utama. Karakter kedua, mengimplikasikan bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada angka-angka sebagaimana dalam penelitian kuantitatif. Hasil analisisnya akan berupa uraian yang kaya akan deskripsi dan penjelasan tentang aspek-aspek masalah yang menjadi focus penelitian

Karakteristik ketiga, menyatakan bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan pada segi proses dari pada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Dalam penelitian ini data dan informasi yang dikumpulkan lebih terfokus pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan, bukan dari hasil semata-mata. Karakteristik keempat dan kelima, menegaskan mengenai analisis yang digunakan oleh peneliti kualitatif serta pemaknaannya. Melalui analisis induktif peneliti akan berupaya mengungkapkan makna dari keadaan yang diamatinya.


(48)

Analisis induktif digunakan karena seperti yang dikemukakan Moleong ( 2000 ;5 ). Pertama proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan

ganda sebagaimana terdapat dalam data; kedua analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel; ketiga, analisis demikian lebih dapat menguaraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya, keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersamaan yang mempertajam hubungan-hubungan.

Melalui analisis induktif akan berupaya mengungkapkan makna dari keadaan yang diamatinya, peneliti akan menjadi pengumpul data utama dalam penelitian ini, dan memiliki adaptabilitas yang tinggi.

B. Sumber data Penelitian

Menurut Loflan ( 1984 ; 47 ) dalam Moleong ( 2000 ; 112 ) menyatakan bahwa “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Berkaitan dengan hal tersebut diatas jenis datanya terdiri dari kata-kata dan tindakan, serta sumber data tertulis.

Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai, serta sumber tertulis dari dokumen yang dapat memberikan informasi dan data mengenai Pemberdayaan Pengawas sekolah dan peningkatan kompetensi pengawas sekolah. Kemudian dari hasil penelitian tersebut pelaksanaan Pengembangan Kepengawasan Pendidikan yang


(49)

dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan, di Dinas Pendidikan Kota Bekasi.

Selanjutnya mengenai sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Goetz dan Le Comte ( 1984: 72) yang dikutif Djam’an Satori ( 1989:192 ) menyatakan : “ Whatever the population or population are determined to be, their categories must be discovered and refined into specific units of analysis that facilitate data reduction and processing”.

Berdasarkan paradigma penelitian dan focus masalah yang diteliti dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data penelitian, adalah para pejabat struktural dinas pendidikan Kota Bekasi, antara lain Kepala Dinas Pendidikan , Kepala Bidang Dikmen, Kepala Bidang Dikdas, Kepala Bagian Tata Usaha , Koordinator pengawas Kota Bekasi, Pengawas Sekolah SMA , Kepala SMA , Guru-guru yang termasuk Pengurus dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP ) .

Penentuan sumber data dilakukan secara purposif ( Purposive sampling ) disesuaikan dengan tujuan penelitian dan sesuai dengan ciri penelitian naturalistik deskriftif yang ingin menemukan keadaan yang sebenarnya secara mendalam tanpa mengganggu situasi. Sampel tidak dapat ditentukan atau tidak dapat dibatasi sedemikian rupa sebelumnya, tetapi tergantung pada pertimbangan kelengkapan data informasi yang dikumpulkan.” Dalam penelitian naturalistik yang dijadikan sample hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi yang diperlukan peneliti. Penentuan unit sample atau responden dianggap telah memadai apabila telah sampai pada “redundancy” atau kejenuhan. (Nasution


(50)

,1992 : 32 ). Berhubungan dengan sample ini Lincoln dan Guba ( 1985: 72 ) menyatakan cirri-ciri sample purposif, “ (1) Emergent sampling design; (2) Serial selection of sample units,(3) Continuous adjustment or “focusing”of the sample; (4) Selection to the point of redundancy.

Sesuai dengan hal-hal tersebut diatas maka penentuan sumber data dalam penelitian ini dilakukan sementara penelitian berlangsung. Adapun caranya adalah sebagai berikut :

a. Penelitian memilih unit sample tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data dan informasi yang diperlukan

b. Selanjutnya berdasarkan data informasi yang diperoleh, peneliti menetapkan unit sample atau sumber data berikutnya yang memungkinkan

c. Untuk dapat memberikan data dan informasi yang lebih lengkap.

Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (1992: 64) ; bahwa penentuan unit sample atau responden dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf “redundancy” atau kejenuhan. Artinya dengan menggunakan sumber data atau responden selanjutnya, boleh dikatakan tidak akan ada lagi tambahan informasi dan data yang berarti.

Peneliti (sebagai “human instrument”) akan mempertimbangkan kebutuhan data dan informasi yang diperlukan dalam memilih sumber data penelitian. Tentunya sumber data yang dianggap akan memberikan informasi maksimum mengenai peningkatan kinerja pengawas sekolah rumpun mata pelajaran di SMA. C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


(51)

Untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan teknik pengumpulan data sesuai dengan karakteristik pendekatan kualitatif. Untuk membantu melaksanakan fungsinya sebagai instrument utama penelitian, peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data meliputi; Wawancara, Observasi dan studi dokumentasi. Teknik tersebut diharapkan menghasilkan data dan informasi yang saling menunjang dan melengkapi mengenai ,Pengembangan kompetensi pengawas sekolah dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan, di Dinas Pendidikan Kota Bekasi.

Bogdan dan Biklen ( 1982: 192 ) menyatakan bahwa keberhasilan suatu penelitian naturalistic sangat tergantung pada ketelitian dan kelengkapan catatan lapangan ( “filed notes” ) yang disusun oleh peneliti. Data dan informasi yang telah dikumpulkan akan disusun dalam catatan lapangan, agar tujuan penelitian yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai harapan. Agar data informasi yang diperlukan dapat direkam dan disimpan selengkap mungkin, maka peneliti menggunakan pedoman wawancara, dan kajian dokumentasi, buku catatan dan tape recorder.

Berikut ini akan diuraikan tentang penggunaan jenis-jenis teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yang meliputi wawancara,observasi dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

Menurut Boglan dan Biken (1982: 198 ) wawancara selain merupakan teknik mengumpulkan data yang berdiri sendiri, juga dapat menjadi teknik penyerta pada saat observasi dan analisis dokumentasi. Wawancara adalah teknik pengumpulan


(1)

Rivai, V, ( 2004 ), Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Robbins, Stephen P ( 2001 ), Perilaku Organisasi; Konsep,Kontraversi dan Aplikasi, Jakarta, PT,Prenhalindo

Sahertian ( 2000 ), Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan,dalam rangka

pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta, Aneka Cipta .

---, ( 1992 ) , Supervisi Pendidikan , Dalam rangka In Service Education , Jakarta, Aneka Cipta

Sallis Edward , ( 2007 ), Total Quality Management in Education (Manajemen Mutu Pendidikan ) Terjemahan Achmad Ali dkk, Yogyaakarta, IRCiSoD

Sanusi ,Achmad ( 1990 ), Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga

Kependidikan, Fakultas Panca Sarjana IKIP Bandung.

Siahaan,A. Rambe,A. Mahidin, ( 2006 ), Manajemen Pengawas Pendidikan , Ciputat, Quantum Teaching .

Sujanto, Bejo, ( 2008 ), Kedudukan Pengawas dalam system Pendidikan Nasional, (Makalah bahan seminar) LPMP, Jakarta. APSI.

Suryadi ,Ace ( 1990 )Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan ,Isu Teori dan

Aplikasi ,Jakarta, Balai pustaka

---, dan H A Tilaar ( 1993), Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu

Pengantar, Bandung, Remaja Rosda Karya

Satori, Djam’an ( 1989 ), Pengembangan Model Supervisi sekolah dasar ( Penelitian terhadap EFektivitas system pelayanan /bantuan professional bagi guru-guru di Cianjur Jawa Barat, ) Disertasi ,Bandung IKIP Bandung.

---, ( 1997 ) , Pengawas sekolah dan Pengelolaan Sekolah, Bandung, Diklat Pengawas sekolah

---, ( 1999), Supervisi Klinis, makalah pada Pentaloka Pengawas TK SD, Bandung

Schargel, Franklin P, ( 1994 ), Transforming Education Through. Total Quality Management : A Practitione’s Guide, New York , EYE on Education. Sedarmayanti, ( 2008 ), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, PT Refika


(2)

Sergiovani, Thomas,J, Starratt, Robert J, ( 2002 ), Supervision; A Redefinition , New York, McGraw Hill Companies .

Siagian ,P S, ( 2003 ) , Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Bumi Aksara. Stewar,Allen Mitchel, (1998 ), Empowering People, Pemberdayaan Sumber Daya

Manusia, Yogyakarta , Kanisius.

Sudarwan Danim, ( 2002 ), Menjadi Peneliti Kualitatif , Bandung, Pustaka setia

Sukmadinata ,N S, Jamiat,,A.N, Ahman ( 2006 ), Pengendalian Mutu Pendidikan

Sekolah Menengah ( Konsep,Prinsip, dan Instrumen ), Bandung, Refika

Aditama .

---, ( 2002 ), Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah, Bandung, Kesuma Karya .

Sutisna, Oteng ,( 1983 ), Administrasi Pendidikan , Dasar ,Teori Untuk Praktek Profesional,Bandung, Angkasa

Swanback, C E, ( 2008 ), The Art of Success Through Guided Empowerment, Club Manajement, 26-29.

Sugiyono , ( 2005 ) ,Memahami Penelitian Kualitatif , Bandung, Alfabeta .

---,( 2008 ), Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta

Sularso,R A,Murdijanto, ( 2004 ), Pengaruh Penerapan Peran Total Quality

Management Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia, Jurnal Manajemen&Kewirausahaan,Vol 6 No1 72-81.

Surakhmad, W.( 2002 ), Rekonseptualisasi Visioner Pendidikan Nasional,Dalam Rangka Eksistensi Bangsa, Bandung, PPS UPI .

Susilo Willy ,( 2003 ), Audit Mutu Internal , Jakarta, PT Vorqistatama Binamega . Suyadi Prawirosentono, ( 2001 ), Manajemen Mutu Terpadu Abad 21 , Jakarta.

Tatang Sunendar, ( 2008 ), Kompetensi Pengawas Sekolah ,Bahan Diklat Kepengawasan, LPMP Bandung .

Tilaar ,H.A.R, ( 2006 ), Standarisasi Pendidikan Nasional , Suatu tinjauan Kritis, Jakarta , Rineka Cipta .

Umaedi, ( 1999 ), Manajemen Pendidikan Mutu Berbasis Sekolah, Sebuah Pendekatan untuk Meningkatkan mutu, Jakarta, Dir Dikmenum, Depdiknas.


(3)

Uno B Hamzah , ( 2006 ), Perencanaan Pembelajaran , Jakarta, Bumi Aksara .

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakartata Wrihatnolo, R R, Dwidjowijoto ,R N,( 2007 ), Manajemen Pemberdayaan , Jakarta, Elek

Media Komputindo.

Yamin ,M, ( 2006 ), Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta, Gunung Persada. Journal :

Abas,Zakaria .Yaacob,Zulnaidi,(2006),Exploring the Relationship between Total Quality Management (TQM),Staregic Control System (SCS) and Organizational Performance (OP),Using a SEM Framework , Cambridge,The Journal of

American Academy of Business, 9,(2). 161-166.

Banker D.Rajiv, Khosia Inder,Sinha K.K, ( 1998 ), Quality and Competition,

Management Science, 44. (9), 1179-1192.

Blackmur, Douglas, ( 2004 ), ”Issues in higer education qualitu assurance”, Australian Journal of Public Administration, 63 (2) 105-116, Australia

Blackweell,Publishing Limited.

Bou ,Carlos,Beltran,I, ( 2005 ),” Total Quality Management,High –Commitment Human Resource Strategiy and Firm Performance: An Emperical Study” Journal Total Quality Management, 16.( 1 ), 71-86.

Choi,J,Jamaes, Laibson, D, Madrian,C B,(2005), “Are Empowerment and Education Enough? Underdiversification in 401(k) Plans”,Brokings Paper economic Activity,2005. (2) 151-198.

Conger, J A, Kanungo,R N, ( 1988 ) , The Empowerment Procces : Integrating Theory and Practice, Academiy of Management Review,Mc Gill University , 13. ( 3 ), 471- 482.

Dolmans,D,H,J,M,Wolfhagen,H,A,P, Sherpbier,A,J,J,(2003 ), “From quality Assurance to Tatal Quality Management: How Can Quality Assurance Result in

Continous Improvement iniHelth Professions education?”,Education for Helath, 16 (2 ), 210-217.

Fracaro, K E , ( 2006 ), “The Real Meaning of Empowerment” , Contract Management,

4-7.

Froschhelser, Lee,( 2008 ),”unlock the power and potensial of your team”, SuperVision


(4)

Gove,G,Tracey, (2007 ),” Empowerment and accountability” ,FBI Law Enforcement

Bulletin, sep 2007, 76, 9, Academic Research Library.

Hayhurst , Chris, ( 2007 ), “Autonomous Practie Trough Staff Empowerment” , PT,

Academic Research Libraryl.15 . (4), 68.

Hui K,Michael,Kevin, Focck Henry, (2004 ),”Empowerment effects across Culture”,Journal of International Business Studies, 35,(1), 46-60.

Hill,M, Frances, ( 1995 ), “Managing Service quality in higher education : the role of the student as primary consumer “, Quality Assurance in Education, 3, (3), 10-21. Idrus ,Nirwan ( 1999 ),” Towards quality higer education in Indonesia”, Journal Quality

assurance in Indonesia, 7 , 3 , 134-140 ,MCB University Press.

Karmarkar,S Uday, Pitbladdo,C,R,( 1997 ), Quality,Class, and Competition, Journal

Management Science, 43. (1), 27-39.

Khan ,Sharafat,( 1997 ) , “The key to being a leader company : Empowerment”, Journal

for Quality and Participation, The Find Article.com.25 Peb 2009.

Kusnadi ,Ade ( 2007 ), “Standar Kompetensi Tutor Pendidikan”, Jurnal Ilmiah Visi PTK-PNF .2 ,(1 ). 17 – 24

Levin ,Daniel,Z,( 2000), ”Organizational Learning ad transfer of Knowledge: An Investigation of Quality Improvement”, Organization Science , 11.(6),

630-647.

Marcellus,L R, Dada M, (1991 ), “Interactive Process Quality Improvement”,

Management Science, 37.(11), 1365-1376.

Mukherjee,S. P. ( 1995 ), “Quality assurance in an education system, Total Quality Management”, Journals Oxford Ltd . 6.(5&6)

---,Lapre,M,A, Wassenhove,L,N, (1998 ), “Knowledge Driven Quality Improvement”, Management Science, 44. (11), Part 2.S35-S49.

Naveh,Eitan, Erez Miriam, (2004), “Innovation and attention to Detail in the Quality improvement Paradigm”, Management Science, 50.(11), 1576-1586

Noble,Elizabeth & Klein,L. ( 2000 ), “Quality assurance : the measure of quality culture in a managed care setting”, Journal Total Quality Management, 11,( 2) , University of Missouri, USA. Francis & Taylor


(5)

Pasaribu, H C, ( 2004 ), “Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dalam Upaya MeningkatkanProduktifitas Usaha”, Jurnal Ilmiah Manajemen& Bisnis,

Universitas Muhamadiah Sumatra Utara, 4. 9- 20.

Ravidchandran,T, Rai,Arun, ( 2000), “Quality Management in system development : An Organizational System Presfective”, MIS Quarterly ,24, (3),381-415.

Sadikoglu,Esin, (2004),Total QualityManagement; Context and Performance, Cambridge, The Journal of American Academy of Business, 363-366.

Sedatole,L.Karen,( 2003), The effect of Measurement Alternatives on a Nonfinancial Quality Measure’s Forward Looking Properties, The Accounting Review ,78. 2. 555-580

Sutisna Anan , ( 2007 ), ”Uji Kompetensi dan Program sertifikasi”, Jurnal Ilmiah, VISI PTK-PNF, 2.9 , 16.

Sudarusman, E, ( 2004 ), ”Pemberdayaan: Sebuah Usaha Memotivasi Karyawan”, Fokus

Ekonomi, AMP YKPN Yogyakarta.3,(2).

Sukarman , ( 2007 ), ”Analisis Kompetensi Pamong Belajar” , Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNFl.2,(1). 72-81

Spreitzer G M et .all , ( 1999 ), “Empowered to lead : the role of psychological empowerment in leadership”, Journal of Organizational Behavior , 20.

511-529.

Swanback, Carl,E, (2008 ), “The Art of Success Througt Guide Empowerment” , Club Management; May/Jun 2008, ABI/INFORM Trade &Industry. 26

Syafei, S.B, ( 2007 ),” Perencanaan Diklat bagi PTK-PNF, Jurnal Ilmiah, VISI

PTK-PNF, 2.1 – 8

Tam, Maureen ( 1999 ), “Quality Assurance Policies in Higher Education in Hongkong”,

Journal of Higehr Policy and Management 2,1(2). Lingnan College Hong

Kong

Tsekouras ,K, Dimara,E, Skuras, D, ( 2002 ) ,” Adoption of quality assurance scheme and its effect on firm performance” : A study of Greek firms implementing ISO 9000, Journal Total Quality Management, 13.(2.) 827-841 ,Tylor and francis Ltd.

Yorke,Mantz, ( 1999), “Assuring quality and standars in global higher Education”, Jurnal Quality assurance in Education, 7, (1),14-24.


(6)

Czuba, C L, Empowerment : What Is It ?, Internet address : cczuba@canrl.cag.uconn,.edu 18 Januari 2009.

Alyn, K, (2008 ), The Power Empowerment, Fire Service Leadership, 88-91,

www.Firehouse.com.

Walsh, L. J. ( 2002 ) ,Education of Profesional- is there a role for a cpmpetency-based

approach ,diambil 25 Agustus 2005, http://

www.tedi.uq.edu.au/conference/teach conference99/ journals/ papers/ Walsh.html

United Nations Development Programme(UNDP),(2008), Empowering People and

Institutions.

Supardi, Marisi,A,K. ( 2007 ), Upaya Peningkatan Mutu ,( Makalah disampaikan Dalam Seminar hasil dan evaluasi penjaminan mutu sekolah), LPMP Yogyakarta,6-7 Desember 200Yogyakarta,6-7.