KONTRIBUSI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL TERHADAP PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA(Survey Terhadap Guru Matematika SMPN di Kota Palembang).

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...xi

BAB I. PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah…..……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 7

C. Batasan Masalah ……….….... 9

D. Rumusan Masalah ………... 10

E. Tujuan Penelitian.………... 11

F. Manfaat Penelitian ……….………...11

G. Kerangka Berpikir ……… 12

H. Anggapan Dasar………. 14

I. Hipotesis ………... 16

J. Lokasi Penelitian dan Sumber Data……… 17

BAB II. KAJIAN PUSTAKA……...… ……….………….... 18

A. Konsep Penjaminan Mutu………...….18

B. Mutu Pembelajaran………... 23

1. Konsep Mutu………... 23

2. Konsep Mutu dalam Pendidikan………... ..25


(2)

4. Hasil Pembelajaran Matematika ...30

5. Proses Pembelajaran Matematika ...35

C. Kompetensi...……….... 38

1. Pengertian Kompetensi ...38

2. Kompetensi Guru ...42

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran Matematika ...59

E. Hubungan antara Kompetensi, Proses dan Hasil Pembelajaran...61

F. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ...63

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………. 66

A. Metode Penelitian ………..66

B. Populasi dan Sampel ………..67

1. Populasi ...67

2. Sampel...69

C. Definisi Operasional Variabel ...71

D. Instrumen ………...….... 75

1. Penyusunan Instrumen ...75

2. Kisi-kisi Instrumen ... ...76

E. Uji Validitas dan Reabilitas ………....82

1. Uji Validitas Instrumen ...83

2. Hasil Uji Validitas Instrumen ... ...84

3. Uji Reliabilitas Instrumen ...85


(3)

F. Teknik Pengumpulan Data ... 88

G. Teknik Analisis Data ...88

1. Deskriptif Variabel Penelitian dengan Perhitungan WMS ...88

2. Menghitung Korelasi antar Variabel ...89

3. Menghitung Besarnya Kontribusi Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen ...90

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...98

A. Hasil Penelitian... ………... 98

1. Deskriptif Karakteristik Responden ... ...98

2. Deskriptif Variabel Kompetensi Pedagogik ... .98

3. Deskriptif Variabel Kompetensi Profesional ... 102

4. Deskriptif Variabel Proses Pembelajaran ...103

5. Deskriptif Variabel Hasil Pembelajaran ... ...105

6. Deskriptif Skor Variabel-variabel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ...106

7. Deskriptif Skor Variabel-variabel Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...107

8. Menguji Asumsi Normalitas Variabel Penelitian ...109

9. Menguji Asumsi Linieritas Variabel Penelitian ...112

10. Tingkat Keeratan Hubungan antar Variabel Penelitian ...117

11. Model Hipotesis ...122


(4)

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...141

A. Kesimpulan ... ...141

B. Rekomendasi ...144

DAFTAR PUSTAKA ………..………...147


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang diharapkan, hal ini dikarenakan oleh banyak komponen yang mempengaruhi mutu tersebut. Komponen-komponen itu saling berhubungan satu sama lain dan terkait dalam suatu sistem. Mutu pendidikan yang dihasilkan (output) dipengaruhi oleh mutu masukan (input) dan mutu proses (process). Mutu masukan dalam proses pendidikan di sekolah dapat dilihat dari komponen peserta didik, ketersediaan tenaga pendidik dan kependidikan yang dapat ditinjau baik dari aspek kualitas dan kuantitasnya, bahan pelajaran, manajemen, lingkungan, kesejahteraan, kurikulum, sarana dan prasarana yang digunakan serta masih banyak komponen lainnya. Mutu proses sendiri dapat dilihat dari hasil evaluasi ketercapaian proses pembelajaran sebagai kegiatan inti pendidikan, sedangkan mutu keluaran merupakan evaluasi hasil akhir dari kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat dari kompetensi lulusan atau hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik .

Berdasarkan mutu masukan guru merupakan salah satu komponen yang sangat mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah, namun banyak guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya tersebut seperti tertuang dalam pasal 39 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional antara lain merencanakan


(6)

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang mampu mengajar dengan baik sehingga proses pembelajaran dapat lebih dioptimalkan dan menjadikan proses belajar yang inovatif dan menarik sehingga berdampak pada berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dan berujung pada peningkatan prestasi belajar peserta didik dan akhirnya berujung pula bagi peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan.

Guru merupakan salah satu komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, terutama dalam pendidikan di sekolah. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Pencapaian kompetensi lulusan yang berkualitas dan memenuhi standar harus didukung oleh isi dan proses pendidikan yang memenuhi standar. Ketersedian guru dari kualitas dan jumlah yang memadai akan sangat mendukung kemajuan sekolah. Berdasarkan peran guru yang strategis itu guru seyogyanya harus mendapat perhatian utama. Guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya sehingga dapat menjalankan proses pembelajaran yang sebaik-baiknya dan perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan profesional.


(7)

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menyiratkan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional dan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Guru profesional berarti mempunyai seperangkat kompetensi yang dipersyaratkan untuk menopang tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Kompetensi yang dipersyaratkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat (3) meliputi empat komponen yaitu : kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. B. Uno, H. (2008:18) mengemukakan keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh kompetensi-kompetensi tersebut dengan penekanan pada kemampuan mengajar.

Stone dalam Mulyasa (2008:25) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai “... descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful...”kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Charles juga dalam (Mulyasa, 2008:25) mengemukakan bahwa : “competency as a rational performance which satisfactorily meets the objective for a desired condition “(kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan).

Kompetensi guru sangat dibutuhkan untuk mengembangkan dan mendemontrasikan perilaku pendidikan dan bukan hanya mempelajari ketrampilan-ketrampilan mengajar tertentu. Kompetensi merupakan penggabungan dan aplikasi suatu ketrampilan yang saling berkaitan dalam


(8)

bentuk perilaku nyata. Perilaku pendidikan tersebut harus didukung oleh aspek-aspek lain seperti bahan yang dikuasai, teori-teori pendidikan, serta kemampuan mengambil keputusan yang didasarkan pada nilai sikap dan kepribadian.

Mengingat peran guru yang sangat besar tersebut maka dipandang perlu bagi guru untuk selalu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan wawasannya serta kompetensinya. Kompetensi harus dimiliki seorang guru sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugasnya. Kompetensi adalah sesuatu yang mengalami perkembangan dari waktu ke waktu melalui usaha. Perkembangan kompetensi dari waktu ke waktu tersebut adalah kesempatan untuk menumbuhkan keyakinan, bakat dan minat. B.Uno, H (2008:82) mendefinisikan kompetensi guru sebagai berikut :

Kompetensi guru adalah kecakapan atau kemampuan yang dimiliki guru, yang diindikasikan dalam tiga kompetensi, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru (profesional), kompetensi yang berhubungan dengan keadaan pribadinya (personal) dan kompetensi yang berhubungan dengan masyarakat atau lingkungannya (social).

Perwujudan kompetensi guru ditunjukkan dalam kinerja guru, tuntutan terhadap kualitas kinerja guru sangat kuat dan perwujudannya sangat penting. Menurut Djaali (2007:4), “ Kesungguhan seorang guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya akan sangat menentukan perwujudan pendidikan nasional yang bermutu ”, hal ini dikarenakan guru berfungsi sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dan juga berfungsi sebagai pembimbing kegiatan belajar peserta didik serta sekaligus menjadi teladan bagi peserta didiknya, baik di kelas maupun lingkungan sekolah. Sehingga disimpulkan bahwa guru


(9)

juga menjadi salah satu faktor yang dipandang berpengaruh dan mempunyai kontribusi terhadap upaya dalam menentukan penjaminan mutu dalam dunia pendidikan. Secara umum penjaminan mutu di sini adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu sehingga pihak-pihak yang berkepentingan memperoleh kepuasan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dikatakan bahwa mutu pendidikan nasional dapat terwujud bila kedelapan standar minimal atau standar nasional pendidikan yang dimaksud yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian dapat dipenuhi.

Arikunto, S. dalam Majid, A. (2007:5) mengemukakan tentang standar adalah “Suatu kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan sumber, prosedur dan manajemen yang efektif. Sedangkan kriteria adalah sesuatu yang menggambarkan ukuran yang dikehendaki”.

Salah satu standar yang berkaitan langsung dengan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya guru. Menyadari kondisi di atas, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional maupun berbagai lembaga pendidikan terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu salah satunya dengan peningkatan terhadap kualitas guru. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), yang sebelumnya dikenal dengan Balai Penataran Guru (BPG)


(10)

sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Pendidikan Nasional yang berada di bawah Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) yang berkedudukan di propinsi juga turut berperan dalam penjaminan mutu satuan pendidikan. Tugas pokok LPMP seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 7 Tahun 2007 yaitu melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah di tingkat propinsi berdasarkan standar nasional pendidikan, sedangkan fungsi LPMP antara lain adalah melakukan: 1) pemetaan mutu pendidikan, 2) pengembangan dan pengelolaan sistem informasi, 3) supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah, 4) fasilitasi sumber daya pendidikan terhadap satuan pendidikan dasar dan menengah.

Penjaminan mutu pendidikan di Indonesia harus dilakukan dengan cara yang sistematis, integral, menyeluruh dan berkelanjutan. Sistematis artinya bahwa satu kegiatan menjadi dasar dari kegiatan berikutnya. Integral artinya satu kegiatan terkait atau menjadi bagian dari kegiatan yang lain. Menyeluruh artinya penjaminan mutu tidak bisa dilakukan secara sepihak dan parsial. Berkelanjutan artinya penjaminan mutu harus dilakukan secara berulang-ulang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hal yang berhubungan dengan kompetensi, proses pembelajaran dan dampaknya terhadap hasil pembelajaran matematika. Hasil pembelajaran siswa merupakan bagian dari dampak adanya kompetensi guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran oleh guru menentukan tingkat keberhasilan


(11)

hasil belajar siswa dengan tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan tingkat keberhasilan hasil belajar siswa ditandai dengan prestasi belajar dimana sangat dipengaruhi oleh kompetensi guru (Lensiana, 2009,1)

Penelitian akan difokuskan pada kompetensi pedagogik dan profesional guru matematika SMP yaitu kompetensi yang berhubungan langsung dengan proses pembelajaran. Penelitian juga difokuskan pada pembelajaran matematika, karena adanya hasil studi yang menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun pembelajaran dan pemahaman siswa SLTP (pada beberapa materi pelajaran-termasuk matematika) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan dikarenakan kebanyakan guru belum memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memenuhi standar seperti yang dipersyaratkan. Proses pembelajaran masih menggunakan metode yang kurang bervariasi sehingga kurang menumbuhkan motivasi siswa. Terkait dengan hal tersebut maka peneliti menetapkan judul penelitian : “Kontribusi Kompetensi Pedagogik dan Profesional terhadap Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika”. (Survey terhadap Guru Matematika SMPN di Kota Palembang).

B. Identifikasi Masalah

Mutu pembelajaran matematika dipengaruhi oleh banyak faktor . Faktor-faktor tersebut antara lain adalah guru, kurikulum, sarana-prasarana, biaya, sistem pengelolaan, siswa itu sendiri sebagai peserta didik dan masih banyak faktor lainnya.


(12)

Berdasarkan faktor-faktor tersebut guru merupakan faktor yang dianggap paling penting dalam pembelajaran di sekolah, mengingat mutu pembelajaran matematika berawal dari proses belajar mengajar yang dikelola oleh guru. Oleh karena itu kemampuan/kompetensi guru dalam pembelajaran sangat dibutuhkan. Seperti dipersyaratkan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 bahwa guru yang profesional harus memiliki kualifikasi akademik dan memenuhi standar kompetensi guru. Dimana standar kompetensi guru tersebut dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.

Mutu pembelajaran matematika dapat ditinjau dari mutu proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan oleh guru di kelas dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Mutu bila ditinjau dari proses, mengandung arti efektivitas atau ketepatan dan efisiensi dari keseluruhan faktor atau unsur yang berperan dalam pembelajaran tersebut dalam mencapai tujuan.

Proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Sedangkan mutu bila ditinjau dari produk yaitu apabila lulusan yang dihasilkan dapat memiliki kompetensi yaitu kemampuan bersikap, berpikir,


(13)

dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dimiliki oleh peserta didk.mencapai standar kompetensi yaitu ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dan mencapai standar kompetensi lulusan yaitu kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap dan ketrampilan,yang biasanya ditunjukkan dengan prestasi/nilai hasil belajar mereka.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas hasil pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai variabel/faktor namun dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh atau kontribusi yang diberikan oleh variabel kemampuan guru dan proses pembelajaran.

Kemampuan guru dalam penelitian ini diistilahkan sebagai kompetensi guru, yang terdiri dari komponen kompetensi yang merujuk pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Namun penelitian ini dibatasi hanya pada variabel kompetensi pedagogik dan profesionl, karena dari beberapa penelitian, variabel ini mempunyai pengaruh yang dominan dalam proses pembelajaran di kelas. Pengukuran kompetensi tersebut didasarkan pada indikator standar kompetensi guru Matematika SMP seperti yang dijelaskan dalam Peraturan


(14)

Menteri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, proses pembelajaran dan hasil pembelajaran matematika SMPN di Kota Palembang

b. Seberapa besar hubungan atau korelasi antara kompotensi pedagogik dan kompetensi profesional

c. Seberapa besar kontribusi kompetensi pedagogik terhadap proses pembelajaran matematika SMPN di Kota Palembang?

d. Seberapa besar kontribusi kompetensi profesional terhadap proses pembelajaran matematika SMPN di Kota Palembang?

e. Seberapa besar kontribusi proses pembelajaran terhadap hasil pembelajaran matematika SMPN di Kota Palembang?

f. Seberapa besar kontribusi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional terhadap hasil pembelajaran melalui proses pembelajaran matematika SMPN di Kota Palembang?


(15)

E. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, proses dan hasil pembelajaran matematika SMPN di Kota Palembang

b. Untuk mengetahui kontribusi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional terhadap proses pembelajaran matematika SMPN di Kota Palembang.

c. Untuk mengetahui kontribusi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional terhadap hasil pembelajaran matematika SMPN di Kota Palembang melalui proses pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara akademis dan praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah :

a. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang studi penjaminan mutu pendidikan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti dan pengamat pendidikan yang terkait dengan pembelajaran matematika, yaitu mengkaji seberapa besar kontribusi kompetensi terhadap proses dan hasil pembelajaran matematika.

b. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berhubungan dengan pendidikan untuk meningkatkan pembelajaran matematika SMP.


(16)

G. Kerangka Berpikir

Sesuai dengan identifikasi masalah bahwa hasil pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai variabel/faktor. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dikembangkan dan dirumuskan sebagai berikut :

1. Pada penelitian ini ada dua variabel eksogen dan dua variabel endogen yaitu:

a. Variabel eksogen pertama , yaitu kompetensi pedagogik dengan dimensi/sub variabel menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu; menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik; memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik; memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; memanfatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; melakukan tindakan refletif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

b. Variabel eksogen kedua, yaitu kompetensi profesional dengan dimensi menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang


(17)

mendukung mata pelajaran matematika; menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika; mengembangkan materi pembelajaran matematika secara kreatif; mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

c. Variabel endogen pertama, yaitu proses pembelajaran matematika dengan dimensi bagaimana guru merencanakan proses pembelajaran; melaksanakan proses pembelajaran; dan melaksanakan penilaian hasil pembelajaran.

d. Variabel endogen kedua, yaitu hasil pembelajaran yang dilihat dari sudut dimensi prestasi belajar .

2. Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir Penelitian Kompetensi

Pedagogik

Kompetensi Profesional

Proses Pembelajaran

Hasil Pembelajaran


(18)

H.Anggapan Dasar

Arikunto, S (1996:60) menyatakan bahwa anggapan dasar atau asumsi atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti yang harus dirumuskan dengan jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Riduwan (2006:30) yang mengemukakan bahwa “ Fungsi asumsi dalam sebuah tesis merupakan titik pangkal penelitian dalam rangka penulisan tesis.”. Perumusan asumsi-asumsi penelitian sangat perlu dalam suatu penelitian, dengan maksud agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang diteliti; mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian; dan berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis.

Penelitian tentang kontribusi kompetensi pedagogik dan profesional terhadap proses dan hasil pembelajaran , diasumsikan pada asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Kompetensi guru menjadi bagian tidak terpisahkan dari mutu pembelajaran. Seperti dikatakan Mulyasa (2008:194) bahwa kegiatan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh guru. Menurut Majid, A. (2007:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dan kualitas pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar tapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Kompetensi


(19)

dalam penelitian ini terdiri dari kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. 2. Proses pembelajaran dapat tercipta dengan baik dengan didukung oleh

guru yang teruji kompetensinya. Guru tersebut lebih mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan sehingga mampu mengembangkan potensi seluruh peserta didiknya secara optimal. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

3. Hasil pembelajaran atau hasil belajar siswa tidak saja ditentukan oleh manajemen sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana pembelajaran, tetapi ditentukan oleh guru (Mulyasa, 2008,194). Guru yang berkompeten akan dapat melakukan perubahan positif pada tingkah laku peserta didik dari hasil proses pembelajaran yang telah diberikan dan ditandai dengan berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, ketrampilan, kecakapan dan kompetensi serta aspek lain pada diri peserta didik. Seperti tercakup dalam tujuan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan menengah umum yaitu untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.


(20)

I. Hipotesis

Hipotesis atau dugaan merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang harus diuji kebenarannya. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Daniel, M. (2003: 20) yang menyatakan bahwa “ Hipotesis merupakan kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan. Hipotesis timbul sebagai dugaan yang dilakukan peneliti atau diturunkan (deducted) dari teori yang ada”.

Berdasarkan anggapan dasar di atas, maka dalam penelitian ini diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut :

1. Kompetensi pedagogik dan profesional mempunyai hubungan atau korelasi yang signifikan.

2. Kompetensi pedagogik, dan profesional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap proses pembelajaran Matematika SMPN di Kota Palembang.

3. Kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap hasil pembelajaran matematika SMPN Kota Palembang melalui proses pembelajaran.


(21)

J. Lokasi Penelitian dan Sumber Data

Lokasi penelitian adalah di Propinsi Sumatera Selatan tepatnya di Kota Palembang. Target populasi adalah seluruh guru Matematika SMP berstatus sekolah Negeri di Kota Palembang yang berjumlah 403 orang. Pengambilan sampel ditentukan secara acak ( random sampling). Sampel yang dipergunakan dalam perhitungan adalah sebanyak 76 guru.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai tujuan penelitian secara efektif dan efisien. Sugiyono (2008:3) mengemukakan bahwa “Metode penelitian pada dasarnya adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti bahwa cara-cara yang dilakukan dalam kegiatan penelitian itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis berarti bahwa proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Penelitian ini merupakan tipe penelitian verifikatif yaitu penelitian yang bertujuan menguji hipotesis. Metode yang digunakan adalah Explanatory Survey Method, yaitu suatu penelitian survey yang bertujuan untuk menguji hipotesis dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu . Konsekuensi metode penelitian ini memerlukan operasionalisasi


(23)

variabel-variabel yang dapat diukur secara kuantitatif sedemikian rupa untuk dapat digunakan model uji hipotesis dengan metode statistika.

Metode ini digunakan karena tidak semua anggota populasi dijadikan sampel, unit analisa bersifat individual dan pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang. Tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tadi. (Sugiyono, 2008:117)

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh guru Matematika SMP pada sekolah berstatus negeri di Kota Palembang. Jumlah guru tersebut adalah 403 orang. Dengan rincian guru di masing-masing kecamatan yang ada di Kota Palembang, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut :


(24)

Tabel. 3.1. Guru Matematika Berstatus Negeri Berdasarkan Kecamatan

NO KECAMATAN JUMLAH GURU MATEMATIKA

1 BUKIT KECIL

16

2 GANDUS

18 3 ILIR BARAT I

46 4 ILIR BARAT II

13 5 ILIR TIMUR I

31 6 ILIR TIMUR II

26

7 KALIDONI

32

8 KEMUNING

18

9 KERTAPATI

26

10 PLAJU

17 11 S A K O

35 12 SEBERANG ULU I

42 13 SEBERANG ULU II

16

14 SEMATANG BORANG

-15 SUKARAMI

67 JUMLAH

403


(25)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dalam sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). Pengambilan sampel dilakukan secara acak/random. Sampel yang akan diambil merupakan sebagian guru Matematika SMP di kota Palembang.

Perhitungan dalam penentuan besarnya sampel dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti dikemukakan oleh banyak ahli, pada penelitian ini penentuan sampel dalam penelitian adalah dengan menggunakan cara perhitungan sampel yang didasarkan pada pendugaan proporsi populasi dengan rumus Taro Yamane dalam (Akdon dan Hadi, 2005:107), karena populasi dalam penelitian ini telah diketahui jumlahnya. Rumusnya adalah sebagai berikut :

Keterangan :

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel minimal d = presisi (ditetapkan 10%) 1 = angka konstan

Perhitungan untuk pengambilan sampel adalah sebagai berikut : n =


(26)

n = =

. , = 80

Tabel. 3.2. Guru Matematika berdasarkan Kecamatan dan Sekolah yang Dijadikan Sampel

NO KECAMATAN NAMA SEKOLAH (SMPN) JUMLAH

1 BUKIT KECIL 1,2 4

2 GANDUS 5,28,39,47 4

3 ILIR BARAT I 17,18,22,32,33,45 8

4 ILIR BARAT II 13,43 2

5 ILIR TIMUR I 3,4,6 6

6 ILIR TIMUR II 8,42,50 4

7 KALIDONI 21,29,34,38 6

8 KEMUNING 9,10 3

9 KERTAPATI 12,25,36 5

10 PLAJU 20,24 3

11 S A K O 14,23,41,53 8

12 SEBERANG ULU I 7,15,31,35,44,48 10

13 SEBERANG ULU II 16,30 3

14 SEMATANG BORANG -

-15 SUKARAMI 11,19,26,40,46,49,51,52,54,55 14

JUMLAH 80

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka sampel penelitian yang ditetapkan adalah sebanyak 80 orang. Sehingga instrumen yang


(27)

disebarkan kepada responden sebanyak jumlah tersebut. Namun dalam pengembalian ada 4 responden yang tidak mengisi secara lengkap pada bagian variabel hasil pembelajaran matematika. Sehingga sampel yang diambil adalah 76 responden.

Jumlah responden di atas masih dianggap representatif. Hal ini didukung pendapat Arikunto, S (2002:112) dan Roscoe dalam Sugiyono (2008,13). Arikunto menyatakan jika subjek penelitian lebih besar dari 100 dapat diambil 10-15 % atau 20-25 %. Sedangkan pendapat Roscoe tentang ukuran sampel dalam penelitian disarankan antara 30 sampai dengan 500, dan apabila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel diperlukan untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap variabel-variabel penelitian, dan variabel ini bersumber dari kerangka teoritis yang dijadikan dasar penyusunan kerangka berpikir yang menggambarkan secara abstrak suatu gejala sosial. Merujuk pada pengertian definisi operasional variabel menurut Mc Millan, J dan Schumacer, S (2001:84) sebagai berikut :

A definition of variable achieved by asssigning meaning to a variable by specifying the activities or operations necessary to measure, categorize, or manipulate the variable. Operational definition tell the researcher and reader what is necessary for aswering the question or testing the hypothesis.


(28)

Definisi operasional dimaksudkan untuk mengukur, mengkategorikan dan memanipulasi variabel berdasarkan aktifitas atau kegiatan khusus dari variabel tersebut. Menurut Riduwan (2006:10) “ Definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabel harus sampai melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti yang kemudian dijabarkan dalam instrumen penelitian”.

Variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang terkandung dalam hipotesis-hipotesis penelitian yang dirumuskan, yaitu dengan cara menjelaskan pengertian-pengertian konkret dari setiap variabel sehingga dimensi dan indikator-indikatornya serta kemungkinan derajat nilai atau ukurannya dapat ditetapkan.

Variabel-variabel penelitian ini terdiri atas variabel kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, proses dan hasil pembelajaran matematika. Operasional masing-masing variabel tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Kompetensi Pedagogik

Merujuk pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Indikator kompetensi ini dapat dijabarkan dengan menggunakan Standar Kompetensi Guru meliputi dimensi/sub variabel menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; menguasai teori belajar dan


(29)

prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu; menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik; memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik; memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; memanfatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; melakukan tindakan refletif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional didefinisikan sebagai kemampuan guru dalam menguasai materi secara luas dan mendalam. Dimensi kompetensi ini adalah menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran matematika; menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika; mengembangkan materi pembelajaran matematika secara kreatif; mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

3. Proses pembelajaran matematika

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik


(30)

dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan sarana pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.

Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan. Standar proses ini meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

4. Hasil pembelajaran matematika,

Hasil pembelajaran matematika dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Hasil pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa, dan ditunjukkan dalam bentuk nilai yang diberikan guru berupa raport yang merupakan hasil dari beberapa bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik dalam hal ini bidang studi matematika. Nilai raport tersebut diperoleh dari ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester.


(31)

D. Instrumen

1. Penyusunan Instrumen

Penyusunan instrumen penelitian ini melalui beberapa langkah yaitu : a. Mengidentifikasi variabel-variabel dalam rumusan judul penelitian,

disini ada empat variabel yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, proses dan hasil pembelajaran matematika.

b. Menjabarkan variabel-variabel tersebut menjadi sub variabel atau dimensi.

c. Menjabarkan sub variabel kedalam indikator

d. Membuat pertanyaan berdasarkan indikator tersebut.

e. Melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan alat pengukuran sebagai berikut : untuk kompetensi pedagogik dan profesional menggunakan test, sedangkan variabel proses dan hasil pembelajaran menggunakan kuisoner/instrumen penelitian

Test ini akan diberikan kepada guru SMPN yang mengajar Matematika di Kota Palembang, dengan tujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik dan profesional mereka. Test diberikan dengan menggunakan alternatif pilihan ganda. Banyaknya soal untuk masing-masing uji kompetensi adalah 30 pertanyaan. Nilai skor 100 akan diberikan apabila guru mampu menjawab dengan benar seluruh pertanyaan.


(32)

2. Kisi-kisi Instrumen

a. Variabel Kompetensi Pedagogik (X1)

Yang dimaksud kompetensi pedagogik di sini adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.

Instrumen test kompetensi ini terdiri dari 30 soal, dengan kriteria jawaban benar mendapatkan nilai 1 dan apabila jawaban salah mendapat nilai 0. Skor total adalah 100, apabila guru dapat menjawab seluruh pertanyaan dengan benar.

Kisi-kisi dari kompetensi pedagogik ini merujuk pada Standar Kompetensi inti guru mata pelajaran di SMP seperti yang tertuang dalam lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. Kisi-kisi tersebut diuraikan menjadi dimensi/sub variabel dan indikator sebagai berikut :

Tabel. 3.3. Kisi-kisi Instrumen Test Kompetensi Pedagogik

Variabel Dimensi Indikator No. Item

Kompetensi Pedagogik

Pemahaman wawasan kependidikan

Mampu memahami wawasan kependidikan

1,2,3

Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,emosional dan intelektual

Mampu menguasai

karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual


(33)

Lanjutan Tabel 3.3

Variabel Dimensi Indikator No. Item

Kompetensi Pedagogik

Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

Mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

6,7

Mengembangkan kurikulum

yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu

Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu 8,9,10,11,12 Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik Mampu menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

13,14

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran

Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran

15,16,17

Memfasilitasi

pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimiliki

Mampu memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimiliki

18,19

Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik

Mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

20,21,22, 23


(34)

Lanjutan Tabel 3.3

Kompetensi Pedagogik

Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

Mampu menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

24,25,26

Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

Mampu memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

27,28

Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

Mampu melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

29,30

b. Variabel Kompetensi Profesional (X2)

Yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Seperti pada variabel kompetensi pedagogik, untuk variabel kompetensi profesional juga merujuk pada standar kompetensi inti guru mata pelajaran di SMP. Instrumen kompetensi profesional terdiri dari 30 soal item pertanyaan, dengan kriteria jawaban benar mendapatkan nilai 1 dan apabila jawaban salah mendapat nilai 0. Skor 100 akan diberikan apabila guru dapat menjawab seluruh pertanyaan yang ada dengan benar.


(35)

Tabel.3.4. Kisi-kisi Instrumen Test Kompetensi Profesional

Variabel Dimensi Indikator No. Item

Kompetensi Profesional

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran matematika

Mampu menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran matematika 1,2,3,4,5,6, 7,8,9,10,11 ,12 Menguasai standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran matematika

Mampu menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

matematika

13,14,15, 16,17,18

Mengembangkan materi pembelajaran matematika secara kreatif

Mampu mengembangkan materi pembelajaran matematika secara kreatif

19,20,21 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif Mampu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

22,23,24, 25,26

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri

Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri

27,28,29, 30

c. Variabel Proses Pembelajaran (Y)

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai


(36)

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan sarana pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.Instrumen mutu proses pembelajaran berupa kuisoner pertanyaan tentang proses pembelajaran yang guru telah lakukan. Setiap pertanyaan kuisoner diberi bobot 5. Sehingga apabila guru menjawab kuisoner dengan check list lengkap maka akan mendapatkan skor 100.

Tabel.3.5. Kisi-kisi Instrumen Proses Pembelajaran Matematika

Variabel Dimensi Indikator No. Item

Proses Pembelajaran

Merencanakan pembelajaran

1. Merumuskan silabus dan RPP 2. Memperbaiki silabus dan RPP 3. Merumuskan indikator

pembelajaran 4. Merumuskan materi 5. Merumuskan metode 6. Menentukan peraga 7. Menentukan sumber

belajar 1 2 3 4 5 6 7 Melaksanakan pembelajaran

1. Melakukan kegiatan pendahuluan

2. Penyampaian konsep materi sesuai RPP 3. Menggunakan konsep

dengan bahasa yang jelas dan sistematis

8

9


(37)

Lanjutan Tabel 3.5 Proses

Pembelajaran

Melaksanakan pembelajaran

4. Menggunakan alat peraga 5. Peserta didik aktif 6. Peserta didik interaktif

7. Membanguan suasana kelas yang menyenangkan

8. Melaksanakan tes akhir kegiatan pembelajaran

9. Mendisain remedial dan pengayaan 11 12 13 14

15

16

Melaksanakan evaluasi

1. Menganalisis soal

2. Menyusun laporan kinerja belajar peserta didik

17 18

d. Variabel Hasil Pembelajaran Matematika (Z)

Hasil pembelajaran matematika dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Hasil pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa, dan ditunjukkan dalam bentuk nilai yang diberikan guru. Instrumen hasil pembelajaran matematika berupa kuisoner yang diberikan kepada guru berdasarkan data nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika yang guru miliki. Kisi-kisi hasil pembelajaran matematika dibuat seperti di bawah ini :


(38)

Tabel.3.6. Kisi-kisi Instrumen Hasil Pembelajaran Matematika

Variabel Dimensi Indikator

Hasil Pembelajaran

Prestasi Belajar Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa

E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Setelah instrument selesai ditetapkan dan disusun, maka akan dilakukan uji coba instrumen. Kegiatan ini penting dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas instrument tersebut. Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi. Pengujian validitas instrument dapat dilakukan dengan pengujian konstruk, dimana dalam pengujian ini dapat digunakan pendapat dari para ahli. Pengujian validitas isi, untuk istrumen yang berbetuk test, pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi yang diajarkan. Pengujian validitas eksternal yaitu instrumen diuji dengan cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

Pengujian reliabilitas instrumen ditujukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan pengukuran suatu instrument apabila instrument tersebut digunakan sebagai alat ukur responden. Hasil uji reliabilitas mencerminkan


(39)

dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat ketepatan suatu alat ukur. Instrument diujicobakan kepada responden yang sama atau yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden sebenarnya.

1. Uji Validitas Instrumen

Pengujian validitas instrumen ini dengan cara mengkorelasikan skor yang ada pada setiap item dengan skor total. Rumus yang dipergunakan adalah :

rxy =

( )

[

]

[

( )

]

∑ ∑

− − − 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :

rxy = besarnya koefisien korelasi

n= jumlah responden X = skor variabel X Y = skor variabel Y

Setelah harga r yang diperoleh dari perhitungan di atas, kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r dalam tabel statistik. Dengan menggunakan taraf signifikan atau α = 5 % dan derajad kebebasan (dk = n-2), maka akan diperoleh nilai r tabel tersebut.

Kaidah keputusan dapat diambil seperti berikut :

Jika rhitung > rtabel berarti alat instrumen penelitianyang digunakan valid.


(40)

2. Hasil Uji Validitas Instrumen

a. Variabel Kompetensi Pedagogik (X1)

Instrumen penelitian untuk variabel kompetensi pedagogik berupa soal test telah diujicobakan kepada 30 orang guru dengan 30 item pertanyaan. Hasil perhitungan validitas dapat dilihat pada tabel lampiran 3. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ada beberapa pertanyaan yang tidak memenuhi syarat validitas. Sehingga dari item pertanyaan itu harus dibuang atau diperbaiki untuk digunakan pada penelitian yang sebenarnya. Namun syarat validitas isi dan konstruk tetap terpenuhi yaitu bahwa antara isi instrumen disesuaikan dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.

b. Variabel Kompetensi Profesional (X2)

Instrumen penelitian untuk variabel kompetensi profesional seperti dalam kompetensi pedagogik, yaitu berupa soal test telah diuji cobakan kepada 30 orang guru dengan 30 item pertanyaan. Hasil perhitungan validitas dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ada beberapa pertanyaan yang tidak memenuhi syarat validitas. Sehingga dari item pertanyaan itu harus dibuang atau diperbaiki untuk digunakan pada penelitian yang sebenarnya. Namun syarat validitas isi dan konstruk tetap terpenuhi yaitu bahwa antara isi instrumen disesuaikan dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.


(41)

c. Variabel Proses Pembelajaran (Y)

Instrumen penelitian untuk variabel proses pembelajaran berupa kuisoner pertanyaan mengenai kondisi proses pembelajaran yang sebenarnya yang dilakukan oleh guru. Instrumen telah diuji cobakan kepada 30 orang guru dengan 18 item pertanyaan. Hasil perhitungan validitas diperoleh dapat dilihat pada lampiran 3. Seperti dalam kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionaldari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada satu pertanyaan yang tidak memenuhi syarat validitas. Sehingga dari item pertanyaan itu harus dibuang atau diperbaiki untuk digunakan pada penelitian yang sebenarnya. Namun syarat validitas isi dan konstruk tetap terpenuhi yaitu bahwa antara isi instrumen disesuaikan dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.

d. Variabel Hasil Pembelajaran (Z)

Instrumen penelitian untuk variabel hasil pembelajaran berupa kuisoner yang diisi oleh guru tentang nilai hasil belajar siswa. Kuisoner ini tidak perlu diujicobakan.

3. Uji reliabilitas Instrumen

Setelah kriteria validitas diketahui, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrumen. Untuk pengujian reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha (Akdon dan Hadi, 2005) sebagai berikut :


(42)

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal Σ = jumlah varians butir

= varians total

Kriteria pengujian reliabilitas angket adalah jika r11 < rt maka instrumen

tidak reliabel.

Pengujian reliabilitas instrumen dapat juga menggunakan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half). Dimana butir-butir pertanyaan instrumen pada masing-masing variabel dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen genap. Masing-masing kelompok skor butirnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total tiap-tiap variabel. Kemudian skor total antara dua kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya, setelah didapat nilai atau harga koefisien korelasi dimasukkan dalam rumus Spearmen Brown (Sugiyono, 2008:190) sebagai berikut :

ri =

b b

r r

+

1 . 2

Keterangan :

ri = koefisien reliabilitas internal seluruh sistem


(43)

Setelah mendapatkan nilai ri tersebut, kemudian dibandingkan dengan nilai

r tabel, dengan tingkat signifikansi untuk α = 5 % dan dk = n-2 maka disimpulkan sebagai berikut :

Jika ri'rtabel maka instrumen dikatakan reliabel

Jika ri(rtabel maka instrumen dikatakan tidak reliabel

4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

a. Variabel Kompetensi Pedagogik (X1)

Dari perhitungan menggunakan program SPSS 17 dihasilkan nilai r hitung untuk variabel kompetensi pedagogik adalah 0,766. Disimpulkan r hitung lebih kecil dari r tabel yaitu 0,36 sehingga data reliabel. Maka memenuhi syarat untuk penelitian.

b. Variabel Kompetensi Profesional (X2)

Dari perhitungan menggunakan program SPSS 17 dihasilkan nilai r hitung untuk variabel kompetensi pedagogik adalah 0,800. Disimpulkan r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,36 sehingga data reliabel. Maka memenuhi syarat untuk penelitian.

c. Variabel Proses Pembelajaran (Y)

Dari perhitungan menggunakan program SPSS 17 dihasilkan nilai r hitung untuk variabel proses pembelajaran adalah 0,866. Disimpulkan r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,36 sehingga data reliabel. Maka memenuhi syarat untuk penelitian.


(44)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melalui studi kepustakaan dan melaksanakan uji kompetensi. Studi kepustakaan digunakan untuk mengungkap dan mendalami konsep-konsep para ahli yang berhubungan dengan permasalahan penelitian serta dengan teknik ini perlu diungkapkan beberapa hasil telaah para ahli yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini. Instrumen terdiri dari instrumen test/soal dan angket pertanyaan yang mengungkapkan keadaan sebenarnya di dalam pembelajaran. Test/uji kompetensi dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 20010 bertempat di Dinas Pendidikan , Pemuda dan Olah Raga Kota Palembang.

G.Teknik Analisis Data

1. Deskriptif Variabel Penelitian dengan Perhitungan Weighted Means

Score (WMS).

Perhitungan dengan teknik ini dimaksudkan untuk menentukan kedudukan setiap item sesuai dengan kriteria atau tolak ukur yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah yang diganakan adalah dengan menentukan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban, menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang dipilih responden pada setiap peryataan yaitu dengan cara menghitung frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban tersebut, kemudian kalikan dengan alternatif itu sendiri. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap butir pertanyaan dalam bagian


(45)

angket. Kemudian menentukan kriteria pengelompokan WMS untuk skor rata-rata setiap kemungkinan jawaban. Kriterianya sebagai berikut :

Tabel. 3.7.Interpretasi Skor Berdasarkan Skala Nilai 100

Skala Angka 100 Keterangan 80 - 100 Baik sekali 66 - 79 Baik 56 -65 Cukup 40 - 55 Kurang 30 - 39 Gagal

2. Menghitung korelasi antar Variabel

Perhitungan korelasi menggunakan rumus Korelasi Product Moment (r). Korelasi ini digunakan untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan antara variabel endogen dan variabel eksogen. Nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

rxy =

( )

[

]

[

( )

]

∑ ∑

− − − 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:


(46)

Tabel. 3.8.Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000 Sangat Kuat 0,60 – 0,7999 Kuat 0,40 – 0,599 Cukup Kuat 0,20 – 0,399 Rendah 0,00 – 0,199 Sangat Rendah

3. Menghitung Besarnya Kontribusi Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen

Perhitungan untuk menentukan kontribusi variabel eksogen terhadap variabel endogen dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan regresi berdasarkan analisis jalur sesuai dengan kerangka penelitian yang ditetapkan. Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi. Analisis jalur digunakan untuk melukiskan dan menguji model hubungan antar variabel yang berbentuk sebab akibat. Melalui analisis jalur ini akan dapat ditemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel independen menuju variabel dependen yang terakhir. Tujuan dari analisis jalur adalah untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung dari beberapa variabel sebagai variabel penyebab terhadap beberapa variable lainnya sebagai variabel akibat.


(47)

Hubungan antar variabel dalam analisis jalur ada 2 yaitu :

1. Kontribusi atau pengaruh langsung biasanya digambarkan dengan panah satu arah dari satu variabel ke variabel lainnya.

2. Kontribusi atau pengaruh tidak langsung digambarkan dengan panah satu arah pada satu variabel pada variabel lain, kemudian dari variabel lain panah satu arah ke variabel berikutnya.

Ada beberapa asumsi yang harus diperhatikan dalam menggunakan analisis jalur yaitu :

1. Hubungan antar variabel harus linier dan aditif

2. Semua variabel residu tak punya korelasi satu sama lain

3. Pola hubungan antar variabel adalah rekursif atau hubungan yang tidak melibatkan arah pengaruh yang timbal balik

4. Skala pengukuran variabel sekurang-kurangnya adalah interval

Sebelum melakukan analisis jalur kita gambarkan dahulu pola hubungan antar variabel penyebab dan variabel akibat yang didasarkan pada teori-teori yang terdahulu. Adapun bentuk persamaan jalurnya adalah sebagai berikut :

Y =)*+, X1 + )*+ X2 + ...+ )*+- Xk + ε

Dimana :

Y : variabel akibat (endogenus)

X1, X2, ...Xk : variabel penyebab (eksogenus)

ρ : koefisien jalur antara variabel akibat dan variabel penyebab ε : variabel residu


(48)

Pada saat menggambarkan diagram jalur ada beberapa perjanjian :

a. Hubungan antar variabel digambarkan oleh anak panah biasa berkepala tunggal ( ) atau berkepala dua ( )

b. Panah berkepala satu menunjukkan pengaruh. Variabel yang digambarkan pada ujung anak panah merupakan variabel akibat, sedangkan variabel yang pertama digambarkan sebagai variabel penyebab. Sebagai contoh bila X1 mempengaruhi X2 maka gambar panahnya adalah : X1 X2

c. Hubungan sebab akibat merupakan hubungan yang mengikuti hubungan asimetrik, tetapi ada kemungkinan bahwa hubungan kausal itu menggambarkan hubungan timbal balik. Jadi X1 bisa mempengaruhi X2 ,

X2 juga bisa mempengaruhi X1. Dapat digambarkan : X1 X2

d. Bisa terjadi hubungan merupakan korelattif, keadaan seperti ini anak panahnya berkepala dua dan gambarnya : X1 X2

e. Dalam keadaan nyata tidak pernah seseorang bisa mengisolasi hubungan pengaruh secara murni, artinya bahwa struktur kejadian banyak sekali yang mempengaruhinya, tetapi pada conceptual framework hanya dapat digambarkan abeberapa pengaruh yang dapat diamati. Variabel lain yang tidak bisa digambarkan diperlihatkan oleh suatu variabel tertentu disebut variabel residu dan diberi simbol ε.

Langkah-langkah untuk pengolahan data menggunakan analisis jalur adalah seperti berikut :

a. Menggambar dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaam strukturalnya


(49)

b. Menghitung matriks korelasi antar variabel X1 X2 X3 Y

R = . / /

01 12,2 … 12,24 1 … 12 24 1 12524 1 67

7 8

Formula untuk menghitung koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan Pearson”s Coefficient of Correlation (Product Moment Coefficient) dari Karl Pearson. Alasan penggunaan teknik koefisien korelasi dari Karl Pearson ini adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval.

Rumus Pearson”s Coefficient of Correlation adalah : rxy =

( )

[

]

[

( )

]

∑ ∑

− − − 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n

c. Menghitung matriks korelasi variabel eksogenus X1 X2 ... Xk

R = 9

1 12,2 … 12,2 1 … 12 2

1 … 1

:

d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogenus X1 X2 ... Xk

; = 9

< < … < < … < … … <


(50)

e. Menghitung semua koefisien jalur )24=>, dimana i = 1,2, ....k; melalui rumus :

? )242, )242

… )242-@

= 9

< < … < < … < … … <

: ? 1242, 1242

… 1242-@

f. Menghitung pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogenus dari dua atau lebih varaibel eksogenus, dapat secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial), bisa berupa pengaruh langsung, bisa juga berupa pengaruh tidak langsung, yaitu melalui variabel eksogen yang lainnya.

Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus secara parsial, dengan rumus :

• Besarnya kontribusi atau pengaruh langsung variabel eksogenus terhadap variabel endogenus = )242, x )242,

• Besarnya kontribusi atau pengaruh tidak langsung variabel eksogenus terhadap variabel endogenus = )242, x 12,2 x )242,

• Besarnya kontribusi atau pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung terhadap pengaruh tidak langsung = A)242, x )242,] + [)242, x 12,2 x )242,]


(51)

terhadap Xu atau besarnya pengaruh eksogenus secara bersama-sama

terhadap variabel endogenus dengan menggunakan rumus : ;24 2,2 ….2- = A)242, )242 )242-] ?

1242, 1242

… 1242

-@

h. Menghitung besarnya variabel residu, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel endogenus di luar variabel eksogenus, dengan rumus :

)24B =C1 ;24 2,2 ….2

-i. Menguji kebermaknaan setiap koefisien jalur yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah :

t = D=4=>

EF,GH=4I=,= ….=-JKL>>

MG-G, dimana :

u dan i = 1,2, ....k

k = banyaknya variabel eksogen dalam substruktur yang sedang diuji t = mengikuti tabel distribusi t , dengan derajat bebas = n-k-1

Kriteria pengujian : ditolak Ho jika nilai t lebih besar dari nilai tabel t. (to >

ttabel(n-k-1))

j. Menguji kebermaknaan koefisien jalur secara keseluruhan yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah :

F = N OP=4I=,= ….=-JQ

R P=4I=,= ….=-JS

dengan : i = 1,2,...k


(52)

k = banyaknya variabel eksogenus dalam substruktur yang sedang diuji F = mengikuti tabel distribusi F, dengan derajat bebas k dan n-k-1.

Kriteria pengujian : Ditolak Ho jika nilai hitung F lebih besar dari nilai

tabel F. (Fo > Ftabel (k,n-k-1))

k. Menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus terhadap variabel endogenus, dengan statistik uji yang digunakan adalah : t = D=4=> D=4=T

EF,GH=4I=,= ….=-JKOL>>ULTTG L>TQ

MG-G,

Kriteria pengujian : ditolak Ho jika nilai t lebih besar dari nilai tabel t. (to >


(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan di Bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kompetensi pedagogik guru atau kemampuan guru matematika di Kota Palembang dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya secara umum berada dalam kategori cukup,

2. Kompetensi profesioanl guru matematika di Kota Palembang dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan secara umum telah menunjukkan kategori baik.

3. Proses pembelajaran oleh guru matematika di Kota Palembang yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran dapat diinterpretasikan dalam kategori baik.

4. Hasil pembelajaran matematika terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa di Kota Palembang, yang ditunjukkan pada kategori baik.


(54)

5. Kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap proses pembelajaran matematika SMPN di Kota Palembang. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa semakin baik kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional maka akan semakin baik juga proses pembelajaran. Adanya ketrkaitan hubungan antara kedua kompetensi tersebut akan mendukung tercapainya proses pembelajaran sesuai yang diharapkan. Ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dengan didukung oleh kompetensi yang dimiliki guru.

6. Kompetensi pedagogik mempunyai kontribusi sebesar 27 % terhadap proses pembelajaran, sedangkan kompetensi profesional adalah 23 %. Adanya kontribusi yang positif dan signifikan ini menandakan bahwa kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional termasuk salah satu variabel yang berperan dalam proses pembelajaran matematika, artinya bahwa semakin baik kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru matematika maka akan semakin baik juga proses pembelajaran matematika. Sebagaimana dikatakan bahwa pembelajaran adalah merupakan interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehingga proses pembelajaran sangat perlu untuk direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Hal ini diperkuat dalam teori bahwa kompetensi seorang guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran matematika, disamping banyak faktor lain, seperti


(55)

kurikulum, sarana prasarana, biaya pengelolaan, siswa itu sendiri sebagai peserta didik maupun faktor lainnya.

7. Proses pembelajaran mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap hasil pembelajaran matematika. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin baik proses pembelajaran maka akan semakin baik juga hasil pembelajaran matematika. Hasil pembelajaran dapat diperoleh dengan maksimal apabila proses pembelajaran dilakukan secara efektif dan efisien dan proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

8. Proses pembelajaran mempunyai kontribusi sebesar 46,6% terhadap hasil pembelajaran matematika di SMPN Kota Palembang. Hasil pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan apabila guru dapat melakukan proses pembelajaran yang bermutu, proses pembelajaran dilakukan secara aktif dan menyenangkan akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika. Karena proses pembelajaran dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input pembelajaran dilakukan secara harmonis, sehingga menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model diagram jalur tersebut didukung oleh data. Karena kompetensi pedagogik, kompetensi profesional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap proses


(56)

pembelajaran, dan proses pembelajaran juga mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap hasil pembelajaran matematika. Nilai koefisien keragaman atau R2 untuk model sub struktur-1 adalah sebesar 16,1 %. Nilai koefisien determinasi ini merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar variasi variabel proses pembelajaran yang dapat dijelaskan oleh variabel kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Sisanya sebesar 83,9 % ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Nilai koefisien determinasi untuk model sub struktur-2 adalah sebesar 21,7 %. Besar variasi variabel hasil pembelajaran yang dijelaskan oleh variabel proses pembelajaran adalah sebesar nilai tersebut. Sisanya atau koefisien residu sebesar 78,3 % ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

B.Rekomendasi

Rekomendasi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel-variabel kompetensi pedagogik, profesional dan proses pembelajaran berkontribusi terhadap variabel hasil pembelajaran matematika. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya kontribusi yang signifikan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional serta proses pembelajaran terhadap hasil pembelajaran matematika di Kota Palembang. Demi kepentingan peningkatan hasil pembelajaran matematika, beberapa rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :


(57)

1. Bagi guru matematika SMPN di Kota Palembang untuk terus meningkatkan kompetensinya terutama kompetensi pedagogik yaitu pada dimensi menguasai karakteristik peserta didik dan dimensi menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, dimensi ini masih dalam kategori kurang. Dengan peningkatan pada dimensi ini, diharapkan guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat. Peningkatan kompetensi ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya antara lain dengan membaca sumber-sumber yang relevan mengenai teori belajar matematika, memanfaatkan teknologi informasi untuk menambah wawasan dan mengikuti secara aktif pelatihan serta forum Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk mata pelajaran matematika, dengan forum ini guru dapat saling berinteraksi untuk bertukar pikiran dengan teman sejawatnya mengenai pembelajaran yang dilakukan. Dengan lebih banyak membaca sumber-sumber yang relevan dapat menambah penguasaan guru dalam dimensi tersebut.

2. Bagi guru SMPN di Kota Palembang dalam melaksanakan proses pembelajaran agar lebih ditingkatkan dengan cara menemukan atau


(58)

melakukan inovasi baru di dalam model pembelajaran sehingga pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input pembelajaran dilakukan secara harmonis, dan mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

3. Penguasaan guru atas kompetensi guru baik dari kompetensi pedagogik dan profesional yang ditunjukkan dari skor yang diperoleh menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan pada tingkat pendidikan. Ternyata tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak menjamin penguasaan kompetensi. Oleh karena itu guru SMPN di Kota Palembang diharapkan lebih melatih penguasaan kompetensinya dengan pengalaman dalam proses pembelajaran.

4. Untuk para peneliti yang ingin mengembangkan penelitian serupa, diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain selain variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini. Variabel-variabel lain tersebut merupakan variabel yang diduga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap hasil pembelajaran matematika, dan diturunkan dari teori-teori yang mendukung untuk penelitian.


(59)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.(1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Uno, H. (2008). Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Cochran, W.G.(1991). Teknik Penarikan Sampel. Jakarta : Universitas Indonesia. Daniel, M. (2003). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara. Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Jakarta: Dikdasmen. Direktorat Tenaga Kependidikan.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2005). Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas.(2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Djaali. (2007, Mei) Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional Melalui Program

Sertifikasi. Buletin BSNP. Vol. II/No.2, halaman 23. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/8746620/Buletin-Bsnp-Mei-2007.[9Maret 2010] Draper,N.R dan Smith H. (1998). Applied Regression Analysis. Third

Edition.Canada : John Wiley & Sons.Inc

Ekosiswoyo, R. (2003). Pengaruh Pemberdayaan, Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK di Jawa tengah. Disertasi: tidak diterbitkan.


(1)

1. Bagi guru matematika SMPN di Kota Palembang untuk terus meningkatkan kompetensinya terutama kompetensi pedagogik yaitu pada dimensi menguasai karakteristik peserta didik dan dimensi menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, dimensi ini masih dalam kategori kurang. Dengan peningkatan pada dimensi ini, diharapkan guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat. Peningkatan kompetensi ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya antara lain dengan membaca sumber-sumber yang relevan mengenai teori belajar matematika, memanfaatkan teknologi informasi untuk menambah wawasan dan mengikuti secara aktif pelatihan serta forum Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk mata pelajaran matematika, dengan forum ini guru dapat saling berinteraksi untuk bertukar pikiran dengan teman sejawatnya mengenai pembelajaran yang dilakukan. Dengan lebih banyak membaca sumber-sumber yang relevan dapat menambah penguasaan guru dalam dimensi tersebut.

2. Bagi guru SMPN di Kota Palembang dalam melaksanakan proses pembelajaran agar lebih ditingkatkan dengan cara menemukan atau


(2)

melakukan inovasi baru di dalam model pembelajaran sehingga pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input pembelajaran dilakukan secara harmonis, dan mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

3. Penguasaan guru atas kompetensi guru baik dari kompetensi pedagogik dan profesional yang ditunjukkan dari skor yang diperoleh menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan pada tingkat pendidikan. Ternyata tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak menjamin penguasaan kompetensi. Oleh karena itu guru SMPN di Kota Palembang diharapkan lebih melatih penguasaan kompetensinya dengan pengalaman dalam proses pembelajaran.

4. Untuk para peneliti yang ingin mengembangkan penelitian serupa, diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain selain variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini. Variabel-variabel lain tersebut merupakan variabel yang diduga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap hasil pembelajaran matematika, dan diturunkan dari teori-teori yang mendukung untuk penelitian.


(3)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.(1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Uno, H. (2008). Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Cochran, W.G.(1991). Teknik Penarikan Sampel. Jakarta : Universitas Indonesia. Daniel, M. (2003). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara. Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Jakarta: Dikdasmen. Direktorat Tenaga Kependidikan.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2005). Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas.(2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Djaali. (2007, Mei) Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional Melalui Program

Sertifikasi. Buletin BSNP. Vol. II/No.2, halaman 23. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/8746620/Buletin-Bsnp-Mei-2007.[9Maret 2010] Draper,N.R dan Smith H. (1998). Applied Regression Analysis. Third

Edition.Canada : John Wiley & Sons.Inc

Ekosiswoyo, R. (2003). Pengaruh Pemberdayaan, Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK di Jawa tengah. Disertasi: tidak diterbitkan.


(4)

2

Emilia, E. (2008). Menulis Tesis dan Disertasi. Bandung : Alfabeta Furqon.(2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Hadi, Y. (2009). Kajian Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Sinopsis. [Online]. Tersedia :http://yusufhadi.net/wp-content/uploads/2009/02/ sinopsis-kompetensi-guru.pdf.[26 Januari 2010]

Hutapea, P. dan Thoha, N. (2008). Kompetensi Plus. Teori, Desain. Kasus, dan Penerapan untuk HR dan Organisasi yang Dinamis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Indrawati. (2006). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Sekolah Menengah Atas Kota Palembang. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya. [Online]. Vol 4, (7) Juni 2006. Tersedia : http:// digilib.unsri.ac.id.[30 September 2009]

Iskandar R. (2009). Konsep Umum Kualitas. eBook. Tersedia : http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/131-konsep-umum-kualitas.pdf. [9 Maret 2010]

Lensiana. (2009). Pengaruh Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Lulusan di SDN Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang. Tersedia :http://www.scribd.com/doc/9742771 [ 3 Januari 2010]

Mahmuddin. (2008). Kompetensi Pedagogik Guru Indonesia. Makalah.[Online]. Tersedia: http : // mahmuddin.wordpress.com/2008/03/19/kompetensi-pedagogik-guru-indonesia/

Majid, A.(2007). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Millan , J.H dan Schumacer, S. (2001). Research in Education. A Conceptual

Introduction. Newyork : Addision Wesley Longman.Inc

Mulyasa. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhiddin, S. (2009). Konsep Proses Pembelajaran. [Online]. Tersedia

http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html.[20 Februari 2010]


(5)

3

Muhlisin. (2009). Profesionalismen Kinerja Guru Mneyongsong Masa Depan [Online].Tersedia:http://mukhliscaniago.wordpress.com/2009/10/26/profes ionalisme-kinerja-guru-menyongsong-masa-depan-presented-by-mukhlis/. [5 Maret 2010]

Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Narimawati dan Sarwono, J.(2007). SEM dalam Riset Ekonomi: Menggunalan Lisrel.Yogyakarta : Gaya Media

Pujasari, Y dan Nurdin. (2009). Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa. [Online]. Tersedia http://file.upi.edu/Direktori/A%20%20FIP/JUR.%20ADMINISTRASI%2 0PENDIDIKAN/197907122005011%20%20NURDIN/JURNAL%20NUR DIN.pdf.[20 Februari 2010]

Rasto.(2008).KompetensiGuru.[Online].Tersedia:http://rasto.wordpress.com/2008 /01/31/kompetensi-guru/.[27 Januari 2010]

Ratu Ile,P. (2009). Studi Empirik tentang Pemberdayaan Kompetensi Guru dalam Proses Pembelajaran pada SMA di Kabupaten Flores Timur Provinsi NTT. Tesis UPI tidak diterbitkan.

Riduwan.(2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta

Riduwan dan Akdon.(2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta

Riduwan dan Kuncoro, E.A. (2008). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung : Alfabeta

Riduwan dan Sunarto.(2009).Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi Komunikasi, dan Bisnis. Bandung : Alfabeta

Saefudin, A. (2005). Studi tentang Kontribusi Kepala Sekolah dan Kontribusi Mengajar Guru terhadap Mutu Pendidikan di SMAN sekota Bandung. Tesis : tidak diterbitkan.

Santoso, S.(2004).Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengn SPSS versi 11.5.Jakarta : Elex Media Komputindo.

Salim, S. (2009). Kualitas Proses Pembelajaran.[Online]. Tersedia :

http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html[20 Februari 2010]


(6)

4

Short, J.(2008). Quality Assurance Capacity Building of Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (Education Quality Assurance Institution) and Balai Diklat Keagamaan (Board of Education and Training). Makalah pada persentasi Australia Indonesia Partnership, Bandung

.

Sitinjak T, JR dan Sugiarto. (2006).Lisrel.Yogyakarta: Graha Ilmu Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sugiyono.(2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suharsaputra. (2009). Pengembangan Kinerja Guru.[Online]. Tersedia :http: // uharsputra . wordpress.com/pendidikan/pengembangan-kinerja-guru/.[30 Januari 2010]

Suryadi, A. dan Budimasnyah, D. (2009). Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional. Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Widya Aksara Press.

Syah, M. (2006). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wijayanto, S.H.(2008). Structural Equation Modeling dengan Lisrel 8.8.Yogyakarta : Graha Ilmu


Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATEMATIKA DI SMP NEGERI KABUPATEN JEMBER

0 11 20

Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Riau

1 6 72

KINERJA GURU SMPN KOTA SURAKARTA (Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Motivasi, dan Persepsi tentang Kinerja Guru SMPN Kota Surakarta (Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kedisip

0 3 19

KINERJA GURU SMPN KOTA SURAKARTA (Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Motivasi, dan Persepsi tentang Kinerja Guru SMPN Kota Surakarta (Kontribusi Kompetensi Profesional Guru, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kedisip

0 1 21

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK, DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMK.

0 5 55

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL TERHADAP MUTU PROSES PEMBELAJARAN :Studi terhadap guru SMKN di kabupaten Tabanan yang telah memiliki sertifikat pendidik profesional.

1 0 51

ANALISIS PELATIHAN TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA: Studi Pada Guru Matematika Smp Di Kota Makassar.

0 2 52

Kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru serta pengaruhnya terhadap pengembangan persiapan dan pelaksanaan pembelajaran.

0 0 175

KONTRIBUSI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN KREATIVITAS GURU TERHADAP KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI KOTA SALATIGA.

0 1 10

4 Kompetensi Guru Profesional 4 Kompetensi Guru Profesional

0 2 9