PROFIL KONDISI FISIK ATLET ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK BERDASARKAN HASIL TES PARAMETER KONDISI FISIK.

(1)

PROFIL KONDISI FISIK ATLET ATLETIK NOMOR LARI

JARAK PENDEK BERDASARKAN HASIL TES

PARAMETER KONDISI FISIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh

IRVAN HARYADI PERMANA YUDA 0800492

PRODI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

ABSTRAK

PROFIL KONDISI FISIK ATLET ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK BERDASARKAN HASIL TES

PARAMETER KONDISI FISIK

Pembimbing: 1. Dr. Komarudin, M.Pd. 2. Ira Purnamasari, M.Pd.

*Irvan Haryadi Permana Yuda 2013

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu pemikiran bahwa kondisi fisik merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian prestasi maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar gambaran kondisi fisik para atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes parameter kondisi fisik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet atletik nomor lari jarak pendek di sentra pembinaan atlet atletik SMPN 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 25 atlet yang terdiri dari 15 atlet putra dan 10 atlet putri yang mengikuti tes parameter kondisi fisik. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang disesuaikan dengan karakteristik cabang olahraga atletik nomor lari jarak pendek (sprint). Untuk mengetahui hasil tes tersebut dihitung nilai rata-rata dan nilai simpangan baku dalam setiap item tes dan dilanjutkan dengan penentuan kategori kondisi fisiknya berdasarkan norma kondisi fisik yang ditentukan. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, dapat penulis simpulkan bahwa kondisi fisik pada keseluruhan item tes atlet berada pada kategori baik. Saran penulis yaitu bagi para pelatih hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan fisik atlet lari jarak pendek dan bagi para pelatih, pembina, guru, dan pemerhati olahraga dalam pembinaan dan pemilihan bakat supaya memperhatikan kriteria kemampuan kondisi fisik untuk menunjang pencapaian prestasi atlet di masa yang akan datang.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Metode Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Batasan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Atletik ... 10

B. Hakikat Lari Jarak Pendek (Sprint) ... 14

C.Teknik Lari Jarak Pendek ... 16

D.Hakikat Kondisi Fisik ... 19

1. Pengertian Kondisi Fisik ………... 21

2. Komponen Kondisi Fisik Lari Jarak Pendek (Sprint) ... 22

a. Kekuatan (Strength) ... 22

b. Kelentukan (Flexibility) ... 25

c. Kecepatan (Speed) ... 26

d. Daya Tahan (Endurance) ... 27


(4)

4. Hubungan Parameter dengan Kondisi Fisik Atlet Lari Jarak

Pendek.... ... 29

5. Parameter Fisik untuk Lari Jarak Pendek (Sprint) ... 30

E. Anggapan Dasar ... 31

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A.Lokasi, Populasi dan Sampel ... 34

B. Desain dan Langkah-langkah Penelitian ... 36

C.Metode Penelitian ... 37

D.Definisi Operasional ... 39

E. Instrumen dan Alat Ukur Penelitian ... 40

F. Prosedur dan Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 52

B. Nilai Kondisi Fisik Putra dan Putri dalam setiap Tes ... 63

C. Diskusi Penemuan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... .... 71

LAMPIRAN ... .... 73


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua, yang dilakukan oleh manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga atletik adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh manusia di dalam hidup dan kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, berdasarkan atas sejarah, atletik adalah sebagai ibu dari semua cabang olahraga. Menurut Hendrayana (2007: 3) atletik adalah: “Cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat dan lempar.”

Di dalam setiap penyelenggaraan pesta olahraga seperti PON, Asian Games, Sea Games, Olimpiade, atletik adalah salah satu cabang olahraga yang selalu dijadikan acara pokok yang diperlombakan dalam penyelenggaraan pesta-pesta olahraga tersebut. Atletik boleh dibilang sebagai olahraga yang paling bergengsi dan populer dari semua cabang olahraga Olimpiade.

Dalam olahraga atletik, banyak nomor yang dipertandingkan, salah satu nomor yang dipertandingkan dalam cabang olahraga atletik ini adalah nomor lari jarak pendek (sprint). Nomor lari jarak pendek (sprint) terbagi kedalam beberapa bagian, sebagaimana dikemukakan oleh Dikdik (2010: 2) bahwa: “Nomor lari sprint adalah salah satu nomor dalam cabang atletik yang terdiri dari jarak lari 60 m sampai 400 meter ditambah dengan nomor lari gawang.” Begitu juga pendapat


(6)

dari Jonath et al. (1987: 55) tentang lari jarak pendek yaitu: “Semua jarak lari cepat dari 100 sampai 400 m disebut sebagai jarak lari cepat atau jarak sprint.”

Salah satu nomor dalam atletik yang mendapat perhatian lebih dari mata dunia adalah nomor lari, terutama lari sprint atau lari jarak pendek. Dikatakan demikian karena sejak zaman Athena sebelum masehi, adu lari cepat khususnya jarak pendek ini sudah sangat terkenal. Nomor yang paling bergengsi dalam lari jarak pendek adalah lari 100 meter, menurut Yuwono et al. (2010: 22) tentang lari jarak pendek (sprint) adalah:

Lari 100 meter merupakan salah satu nomor lari jarak pendek yang terdapat dalam cabang atletik. Nomor ini merupakan nomor yang sangat menarik dan bergengsi, karena pelari yang menjuarai nomor ini akan cepat dikenal oleh masyarakat dan menjadi ukuran kemampuan manusia untuk mengatasi keterbatasan alamiah.

Komponen kondisi fisik dalam nomor lari jarak pendek (sprint) antara lain kecepatan, fleksibilitas, kekuatan dan daya tahan. Berdasarkan karakteristik tersebut maka sprinter harus dilatih komponen-komponen tersebut terutama kecepatan, hal itu dijelaskan oleh Dikdik (2010: 2) sebagai berikut: “... yang paling dibutuhkan untuk semua nomor lari sprint dan gawang adalah kecepatan (speed), sesuai dengan pengertian “sprint” yang berarti lari dengan tolakan secepat-cepatnya.”

Kondisi fisik atlet memegang peranan penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.


(7)

Satriya, et al. (2007: 57) menjelaskan bahwa:

Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness). Derajat kesegaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Kian tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang maka kian tinggi pula kemampuan kerja fisiknya.

Senada dengan pendapat tersebut, Harsono (1988: 153) menjelaskan bahwa kondisi fisik baik maka:

1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. 2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan

lain-lain komponen kondisi fisik.

3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.

4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.

5. Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respons demikian diperlukan.

Untuk itu program latihan kondisi fisik harus ditata, dirancang, dan dilaksanakan secara baik, dan sistematis sehingga bisa meningkatkan kesegaran jasmani, dan meningkatkan kemampuan biomotorik atlet yaitu kekuatan, kecepatan, daya tahan, dan fleksibilitas.

Mengenai latihan kondisi fisik Harsono (1998: 154) mengemukakan bahwa: “Saat-saat paling berbahaya dalam latihan biasanya adalah tiga atau empat minggu pertama dari musim latihan, oleh karena pada saat itu atlet biasanya belum memiliki kekuatan, kelentukan, daya tahan dan keterampilan yang cukup.” Oleh karena itu, melalui latihan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan intensitas serta kompleksitasnya sedikit demi sedikit ditingkatkan, maka atlet akan berubah menjadi lebih kuat, lebih lincah, lebih tahan, dan terampil, dengan sendirinya akan menjadi lebih efisien dan efektif dalam kerjanya.


(8)

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa latihan kondisi fisik dapat menunjang atlet dalam performanya. Sehingga apabila seorang atlet mempunyai performa yang bagus pada saat bertanding, maka sudah dipastikan atlet tersebut mempunyai kondisi fisik yang bagus. Dengan kata lain, hasil kerja kian produktif jika kemampuan jasmaninya kian meningkat.

Prestasi yang optimal dapat dicapai oleh seorang atlet apabila atlet tersebut memiliki tingkat kualitas kondisi fisik yang baik, sehingga perlunya latihan kondisi fisik yang terprogram secara sistematis dan terencana. Hal ini tidak lepas dari peran seorang pelatih dan program latihan yang baik serta penataan (management) organisasi yang baik. Pelatih yang berpengalaman dan berpengetahuan memiliki peran yang penting dalam proses pembinaan kondisi fisik atlet atletik khususnya lari jarak pendek, dikarenakan dalam proses kondisi fisik diperlukan berbagai pengetahuan pendukung agar latihan kondisi fisik dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

Kondisi fisik yang baik harus dimiliki seorang atlet karena merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan dan penting sekali dalam mencapai prestasi yang tinggi. Disamping itu, kondisi fisik yang baik merupakan kunci keberhasilan dalam berbagai cabang olahraga. Jadi, sebelum atlet diturunkan ke dalam situasi pertandingan, atlet harus sudah berada dalam suatu kondisi fisik dan tingkat fitness yang baik atau prima untuk menghadapi intensitas kerja dan segala macam kondisi yang akan dihadapinya selama pertandingan dilaksanakan. Dalam hal ini Harsono (1988: 153) mengatakan bahwa: “Karena sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka


(9)

semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan prestasi atlet.” Berdasarkan pendapat tersebut, latihan kondisi fisik

(physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).

Agar atlet lari jarak pendek menjadi atlet yang baik, seorang atlet dituntut untuk memiliki komponen fisik sesuai dengan nomornya masing-masing. Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki atlet, perlu dilakukannya sebuah tes. Salah satu tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan fisik atlet adalah tes parameter fisik. Dikdik (2010: 43) mengungkapkan bahwa: “Parameter

adalah sesuatu yang harus ada.” Berdasarkan pendapat tersebut penulis dapat

menyimpulkan bahwa tes parameter sangat penting untuk melihat kualitas kondisi fisik atlet agar dapat mengetahui sejauh mana kemampuan atlet, dan tes parameter fisik atlet juga sangat bermanfaat agar pelatih bisa membuat program yang baik untuk membentuk kondisi fisik atlet.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti kondisi fisik yang dimiliki oleh atlet lari jarak pendek yang berada di sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat, karena sejauh ini belum ada hasil yang konkret mengenai profil kondisi fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek Kabupaten Bandung Barat. Di samping itu, nomor lari jarak pendek atau sprint adalah nomor lari yang paling bergengsi diantara nomor-nomor yang lain, hal ini dikarenakan apabila seseorang yang mampu memenangkan lomba di nomor ini dengan catatan waktu yang sangat baik dalam artian bahwa waktu yang diperolehnya sangat cepat atau singkat bisa jadi orang itu disebut


(10)

sebagai orang tercepat di dunia seperti sprinter dunia asal Jamaika yaitu Usain Bolt. Usain Bolt Sampai saat ini masih memegang rekor manusia tercepat di dunia, karena sampai saat ini belum ada atlet-atlet yang bisa mengalahkan rekor dunia miliknya.

Atlet lari jarak pendek yang berada di sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua KBB adalah atlet-atlet yang bagus. Hal itu dapat dilihat dari hasil PORKAB KBB I yang diadakan tahun 2012 kemarin, banyak atlet-atlet muda yang sangat berpotensi di nomor lari jarak pendek. Dengan demikian penulis termotivasi untuk meneliti nomor lari jarak pendek yang berada di sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis ingin merumuskan masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu: “Bagaimanakah profil kondisi fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes parameter kondisi fisik?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui bagaimana profil kondisi fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes parameter kondisi fisik.


(11)

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis pada penelian ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan atas dasar bahwa sifat penelitian ini yaitu melakukan satu kali tes untuk melihat profil kondisi fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes parameter kondisi fisik di sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Mengenai metode deskriptif Surakhmad (1982: 139) menjelaskan:

Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Karena banyak sekali ragam penyelidikan demikian, metode penyelidikan deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Di antaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi; penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interviu, angket, observasi, atau dengan teknik test; studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi kooperatif atau operasional.

Dari berbagai uraian tersebut, maka untuk meneliti pada penelititan kali ini penulis menggunakan metode deskriptif, karena penulis langsung memperoleh data pada saat itu juga.

E. Manfaat penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka manfaat yang penulis harapkan adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat dijadikan sebagai informasi dan sumbangan ilmu yang berarti dalam bidang kepelatihan olahraga, khususnya mengenai kondisi fisik pada atlet


(12)

atletik nomor lari jarak pendek sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

b. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pelatih atletik khususnya nomor lari jarak pendek (sprint) dalam memberikan materi yang benar dan sesuai kepada atlet, dan dapat dijadikan bagi para pelatih atletik untuk memberikan bentuk tes yang sesuai untuk kondisi fisik para atlet sesuai dengan nomor nya masing-masing.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi pelatih, pelatih dapat mengetahui sejauh mana tingkat kondisi fisik atlet, sehingga pelatih dapat mengembangkan dan meningkatkan kondisi fisik atlet yang dilatihnya, dan dapat menjadi acuan sejauh mana kondisi fisik para atlet.

b. Manfaat bagi atlet, atlet dapat mengetahui sejauh mana kemampuan atlet, sehingga atlet dapat termotivasi untuk meningkatkan kondisi fisik atlet tersebut.

c. Manfaat bagi peneliti, kondisi fisik atlet dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan penelitian khususnya di daerah Kabupaten Bandung Barat.

F. Batasan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diangkat oleh penulis yaitu profil kondisi fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes parameter kondisi fisik maka untuk menghindari salah tafsir maka penulis membatasi penelitian ini sebagai berikut:


(13)

1. Penelitian ini hanya mengungkap gambaran tingkat kondisi fisik atlet atletik putra dan putri pada nomor lari jarak pendek, untuk dijadikan dasar dalam melihat kualitas program pelatihan di sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

2. Kajian parameter fisik untuk atlet putra dan putri hanya dilihat pada kemampuan fleksibilitas, kecepatan, daya tahan, dan power.

3. Populasi penelitian adalah atlet atletik nomor lari jarak pendek di sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat dengan sampel atlet sebanyak 25 atlet yang terdiri dari 15 atlet putra dan 10 atlet putri.


(14)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel a. Lokasi

Penulis melaksanakan penelitian di sentra pembinaan atlet atletik SMPN 1 Cisarua KBB yang berada di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Alasan penulis memilih sentra pembinaan atlet atletik SMPN 1 Cisarua KBB karena penulis ingin mengetahui sejauh mana kemampuan kondisi fisik para atlet atletik, khususnya nomor lari jarak pendek yang berada di sentra pembinaan atlet atletik SMPN 1 Cisarua KBB.

b. Populasi

Dalam suatu penelitian, populasi dan sampel merupakan suatu hal yang sangat penting artinya sebagai objek penelitian atau sebagai sumber data. Adapun yang dimaksud dengan populasi seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (2010: 173) yaitu: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Senada dengan pendapat tersebut, Sudjana (1994: 121) mengemukakan bahwa: “Populasi adalah jumlah tertentu dari manusia yang diselidiki secara nyata.” Sedangkan menurut Sugiyono (2011: 117) populasi adalah: “Wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dengan demikian berdasarkan penjelasan tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan objek penelitian tempat


(15)

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah atlet atletik nomor lari jarak pendek yang berada di sentra pembinaan atlet atletik Kabupaten Bandung Barat. c. Sampel

Mengenai sampel penelitian, Arikunto (2010: 174) menjelaskan bahwa: “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Menurut Sugiyono (2011: 118) sampel adalah: “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa sampel adalah jumlah populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive sampling, yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal. Dalam teknik ini penulis menggunakan pengetahuannya dalam melakukan pertimbangan memilih sampel. Atlet yang dijadikan sampel adalah atlet atletik nomor lari jarak pendek di sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua KBB yang berusia 14 - 15 tahun dan sudah berprestasi di tingkat Kabupaten. Atlet putra maupun putri yang dijadikan sampel ini pernah mengikuti pertandingan dan aktif dalam mengikuti latihan, dengan demikian sampel yang ditentukan penulis diharapkan dapat memberikan data secara maksimal. Data yang diperoleh dari pelatih sentra pembinaan atlet atletik SMPN 1 Cisarua KBB yang berada di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, jumlah atlet atletik nomor lari jarak pendek yang aktif adalah 25 orang, terdiri dari 15 orang atlet putra dan 10 orang atlet putri.


(16)

B. Desain dan Langkah-langkah Penelitian a. Desain Penelitian

Untuk memperlancar proses penelitian maka perlu dilakukan langkah-langkah yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain one-shoot case study yaitu pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data pada saat itu juga. Desain atau rancangan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang terlihat dalam skema seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Desain Penelitian One-Shoot Case Study (Sumber: Arikunto, 2010: 124) Keterangan :

X : Tes parameter kondisi fisik atlet

O : Kondisi fisik atlet nomor lari jarak pendek b. Langkah-langkah Penelitian

Menurut Muhammad (2010: 1) langkah-langkah penelitian adalah:

Serangkaian proses penelitian dimana peneliti menghadapi suatu masalah dan berupaya memecahkan masalah tersebut sampai pada pengambilan kesimpulan apakah hasil penelitian itu dapat memecahkan masalah atau tidak. Langkah-langkah penelitian ini saling terkait satu dengan yang lain dan sistematis hingga diperoleh bobot hasil penelitian yang qualified.

Pada penelitian ini, langkah-langkah yang telah disusun peneliti adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan populasi dan sampel


(17)

Populasi

Sampel

Tes parameter kondisi fisik

Sprint 30 Meter 10 Bound Sprint 300 Meter Sit and Reach

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan

Lari 12 Menit

3. Pengolahan dan analisis data 4. Kesimpulan

Langkah-langkah yang akan ditempuh peneliti pada penelitian ini adalah seperti pada skema Gambar 3.2.

Gambar 3.2

Langkah-langkah Penelitian

C. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Metode


(18)

prosedur penelitian membicarakan urutan kerja penelitian dan teknik penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur atau mengumpulkan data penelitian. Dengan demikian, metode penelitian melingkupi prosedur dan teknik penelitian.

Mengenai metode penelitian, menurut Arikunto (2010: 203) metode penelitian adalah: “Cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.” Sedangkan menurut Sugiyono (2011: 6) metode penelitian adalah: “Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada giliranya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.” Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengadakan suatu penelitian diantaranya seperti metode historis, deskriptif, dan eksperimen. Dari ketiga metode tersebut, yang sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan penulis adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan atas dasar bahwa sifat penelitian ini yaitu melakukan satu kali tes untuk melihat profil kondisi fisik awal atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes parameter kondisi fisik di sentra pembinaan atlet atletik Kabupaten Bandung Barat. Mengenai metode deskriptif Winarno Surakhmad (1982:139) menjelaskan: Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Karena banyak sekali ragam penyelidikan demikian, metode penyelidikan deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Di antaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi; penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interviu, angket, observasi, atau dengan teknik test; studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi kooperatif atau operasional.


(19)

Senada dengan pendapat tersebut, Sudjana dan Ibrahim (Rodianto, 2012: 33) menjelaskan tentang metode deskriptif yaitu: „Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang.‟ Dari berbagai uraian tersebut, maka untuk meneliti pada penelitian kali ini penulis menggunakan metode deskriptif, karena penulis langsung memperoleh data pada saat itu juga.

D. Definisi Operasional

Untuk lebih memahami dan memudahkan istilah-istilah penelitian maka penulis akan menjelaskan istilah yang ada didalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Profil. Menurut Moeliono (1989: 702) profil adalah gambaran. Menurut Victori

(Nugroho, 2010: 10) profil adalah grafik, diagram, atau tulisan yang menjelaskan suatu keadaan yang mengacu pada data seseorang atau sesuatu. Jadi profil adalah gambaran yang menjelaskan tentang suatu keadaan. Keadaan pada penelitian ini adalah gambaran tentang profil kondisi fisik atlet lari jarak pendek.

2. Atletik. Menurut Hendrayana (2007: 3) atletik adalah cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat dan lempar.

3. Daya tahan. Menurut Harsono (1988: 155) daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.

4. Fleksibilitas. Menurut Harsono (1988: 163) fleksibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam gerak ruang sendi.


(20)

5. Kekuatan. Menurut Harsono (1988: 176) kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap sesuatu tahanan.

6. Power. Menurut Harsono (1988: 200) power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat.

7. Kecepatan. Menurut Suhendro (1998: 4.20) kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. 8. Parameter adalah ukuran atau kriteria yang harus ada.

E. Instrumen dan Alat Ukur Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan untuk penelitian. Menurut Arikunto (2010: 203) instrumen adalah: “Alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.” Ada banyak instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen dengan metode tes. Menurut Arikunto (2010: 193) tes adalah: “Serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”

Agar tercapainya keberhasilan dalam penelitian ini maka diperlukan alat ukur untuk mendapatkan data. Nurhasan et al. (2007: 5) mengemukakan bahwa: “Pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur.” Dalam penelitian ini


(21)

peneliti menggunakan instrumen berupa tes. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan tes parameter kondisi fisik untuk sprint yang dirancang dalam buku Vern Gambetta (1989: 33) yang terdiri dari 6 (enam) butir tes yaitu: 1) Sprint 30 meter untuk menguji kecepatan absolut (absolut speed), 2) Lari 300 meter untuk menguji daya tahan khusus, 3) 3 x 30 Meter Bounding, 4) 10 Meter Bounding untuk menguji kekuatan elastik yang berhubungan langsung dengan kecepatan absolut, 5) Lari 3000 meter (putra) dan 6) Lari 2000 meter (putri). Sedangkan menurut Cholil (2008: 51) tes untuk pelari jarak pendek harus memenuhi komponen power, kecepatan, fleksibilitas, dan daya tahan. Menurut Mackanzie (2012: 1) Tes untuk sprint yaitu: 1) sprint 30 meter untuk kecepatan, 2) sit and reach test, 3) cooper VO2 max test untuk daya tahan, 4) Lari 250 meter, 5) 10 stride test.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen berupa tes. Tes parameter kondisi fisik ini mengacu pada tabel yang dipaparkan oleh Rainer Martens (1942: 276) bahwa: “Dalam olahraga atletik khususnya lari jarak pendek membutuhkan fleksibilitas, kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan power.” Adapun tes parameter yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah kombinasi dari Gambetta dan Mackenzie sebagai berikut:

1. Fleksibilitas : Sit and reach test

2. Power : 10 Bound test

3. Daya tahan cardiovascular : Lari 12 menit 4. Kecepatan : Sprint 30 meter 5. daya tahan khusus : Sprint 300 meter


(22)

Berikut adalah penjelasan instrumen tes parameter kondisi fisik tersebut: 1. Tes sit and reach test

a. Tujuan :

Untuk mengukur fleksibilitas dari pantat/panggul dan punggung, juga elastisitas otot-otot hamstring.

b. Keterangan :

Tes ini untuk pria dan wanita, usia 10 tahun hingga tingkat mahasiswa. Reliabilitas tes 0,92 dengan prosedur tes retes pada hari yang berbeda. Validitas tes tergolong face validity. Untuk lebih jelas pelaksanaan tes sit and reach dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Sit and Reach Test 2. Tes Sprint 30 M

a. Tujuan :

Untuk mengukur kecepatan absolut b. Alat/Fasilitas :

1) Lintasan lurus, rata dan tidak licin jarak antara garis start dan finish 30 m. 2) Peluit


(23)

3) Stop Watch c. Pelaksanaan :

Atlet berdiri di belakang garis start dengan sikap berdiri, aba-aba “ya” subyek lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 30 meter. Pada saat atlet menyentuh garis finish, stopwatch dihentikan. Untuk lebih jelas pelaksanaan tes sprint 30 meter dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Sprint 30 Meter 2. Tes 10 Bounds

a. Tujuan :

Untuk mengukur power b. Alat/Fasilitas :

1) Lintasan lurus, rata, dan tidak licin 2) Peluit

3) Meteran

Pelaksanaan : Atlet berdiri di garis start, kemudian pada saat mendengar peluit, atlet melakukan gerakan hop tanpa diawali dengan awalan. Apabila atlet sudah melakukan gerakan hop, kemudian dihitung jarak atau gerakan yang sudah


(24)

ditempuh oleh atlet pada langkah yang ke 10 dengan menggunakan meteran yang sudah dipersiapkan dimulai dari garis start sampai jarak yang dicapai oleh atlet pada langkah yang ke 10. Untuk lebih jelas pelaksanaan 10 bound test dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 10 Bounding Test 3. Tes Sprint 300 Meter

a. Tujuan :

Untuk mengukur daya tahan kecepatan b. Alat/Fasilitas :

1) Lintasan yang rata dan tidak licin yang telah diketahui panjangnya, sehingga mudah untuk menentukan jarak yang ditempuh oleh atlet

2) Bendera start 3) Peluit

4) Stop Watch c. Pelaksanaan :

Atlet berdiri dibelakang garis start. Pada aba-aba “siap” subyek aba “ya” subyek lari


(25)

menuju garis finish secepat-cepatnya. Apabila atlet telah sampai di garis finish, stop watch dihentikan. Untuk lebih jelas pelaksanaan tes sprint 300 meter dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Sprint 300 Meter 4. Tes lari 12 menit untuk putra dan putri a. Tujuan :

Untuk mengukur Vo2Max/daya tahan b. Alat/Fasilitas :

1) Lintasan yang rata dan tidak licin yang telah diketahui panjangnya, sehingga mudah untuk menentukan jarak yang ditempuh oleh atlet.

2) Bendera start 3) Peluit

4) Stop Watch 5) Nomor dada

6) Formulir pencatatan hasil 7) Alat tulis


(26)

c. Pelaksanaan :

Atlet berdiri dibelakang garis start. Pada aba-aba “siap” subyek mengambil sikap start berdiri untuk siap lari. Pada aba-aba “ya” subyek lari menuju garis finish, dengan menempuh waktu 12 menit untuk putra dan 10 menit untuk putri. Untuk lebih jelas pelaksanaan tes lari 12 menit dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Lari 12 Menit F. Prosedur dan Analisis Data

Setelah data dari tes terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah data dan analisis data. Langkah-langkah pengolahan data tersebut ditempuh dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menghitung Rata-Rata

Untuk menghitung rata-rata dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

X = n

X

Arti tanda-tanda rumus diatas adalah: X = nilai rata - rata yang dicari


(27)

X = skor mentah n = jumlah sampel

2. Menghitung Simpangan Baku

Untuk menghitung simpangan bakunya penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

1 2   

n X Xi S

Arti tanda-tanda rumus di atas adalah: S = simpangan baku yang dicari X = nilai data mentah

X = nilai rata - rata yang dicari n = jumlah sampel

3. Penentuan Kategori

Dalam penentuan kategori yang penulis gunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan peniliaian acuan norma dengan menggunakan skala 1-4 yang sudah ada dan layak dipergunakan. Adapun kriteria penilaian atau norma untuk putra maupun putri seperti dalam Tabel 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9, dan 3.10.

Tabel 3.1

Kategori Skor Tes Sit and Reach Atlet Putra

Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori x + 1.8 (s) 16 + 1.8 (4.4) = 24 > 24 Sempurna 10 x + 0.6 (s) 16 + 0.6 (4.4) = 18.6 18.6 - 23 Baik Sekali 8

x - 0.6 (s) 16 - 0.6 (4.4) = 13.4 13.4 - 17 Baik 6 x - 1.8 (s) 16 - 1.8 (4.4) = 8.1 8.1 - 12 Cukup 4


(28)

Tabel 3.2

Kategori Skor Tes Sit and Reach Atlet Putri

Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori x + 1.8 (s) 13.6 + 1.8 (5.34) = 23.2 > 23.2 Sempurna 10 x + 0.6 (s) 13.6 + 0.6 (5.34) = 16.8 16.8 – 23.1 Baik Sekali 8

x - 0.6 (s) 13.6 - 0.6 (5.34) = 10.4 10.4 – 16.7 Baik 6 x - 1.8 (s) 13.6 - 1.8 (5.34) = 3.9 3.9 – 10.3 Cukup 4

< 3.8 Kurang 2

Tabel 3.3

Kategori Skor Tes Sprint 30 Meter Atlet Putra

Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori x - 1.8 (s) 4.7 - 1.8 (0.56) = 3.70 < 3.70 Sempurna 10 x - 0.6 (s) 4.7 - 0.6 (0.56) = 4.37 3.71 – 4.37 Baik Sekali 8 x + 0.6 (s) 4.7 + 0.6 (0.56) = 5.04 4.38 – 5.04 Baik 6 x + 1.8 (s) 4.7 + 1.8 (0.56) = 5.71 5.05 – 5.71 Cukup 4 > 5.72 Kurang 2

Tabel 3.4

Kategori Skor Tes Sprint 30 Meter Atlet Putri

Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori x - 1.8 (s) 5.69 - 1.8 (0.23) = 5.28 < 5.28 Sempurna 10 x - 0.6 (s) 5.69 - 0.6 (0.23) = 5.55 5.29 – 5.55 Baik Sekali 8 x + 0.6 (s) 5.69 + 0.6 (0.23) = 5.83 5.56 – 5.83 Baik 6 x + 1.8 (s) 5.69 + 1.8 (0.23) = 6.10 5.84 – 6.10 Cukup 4 > 6.11 Kurang 2

Tabel 3.5

Kategori Skor Tes 10 Bound Atlet Putra

Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori x + 1.8 (s) 18. 03 + 1.8 (0.73) = 19.3 > 19.3 Sempurna 10 x + 0.6 (s) 18. 03 + 0.6 (0.73) = 18.5 18.5 – 19.2 Baik Sekali 8

x - 0.6 (s) 18. 03 - 0.6 (0.73) = 17.6 17.6 – 18.4 Baik 6 x - 1.8 (s) 18. 03 - 1.8 (0.73) = 16.7 16.7 – 17.5 Cukup 4 < 16.6 Kurang 2


(29)

Tabel 3.6

Kategori Skor Tes 10 Bound Atlet Putri

Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori x + 1.8 (s) 15.59 + 1.8 (1.11) = 17.6 > 17.6 Sempurna 10 x + 0.6 (s) 15.59 + 0.6 (1.11) = 16.3 16.3 – 17.5 Baik Sekali 8

x - 0.6 (s) 15.59 - 0.6 (1.11) = 14.9 14.9 – 16.2 Baik 6 x - 1.8 (s) 15.59 - 1.8 (1.11) = 13.6 13.6 – 14.8 Cukup 4 < 13.5 Kurang 2

Tabel 3.7

Kategori Skor Tes Lari 300 Meter Atlet Putra

Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori x - 1.8 (s) 52.63 - 1.8 (2.46) = 48.2 < 48.2 Sempurna 10 x - 0.6 (s) 52.63 - 0.6 (2.46) = 51.15 48.3 – 51.15 Baik Sekali 8 x + 0.6 (s) 52.63 + 0.6 (2.46) = 54.11 51.16 – 54.11 Baik 6 x + 1.8 (s) 52.63 + 1.8 (2.46) = 57.06 54.12 – 57.06 Cukup 4 > 57.07 Kurang 2

Average Average Below Average Poor

Tabel 3.8

Kategori Skor Tes Lari 300 Meter Atlet Putri

Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori x - 1.8 (s) 70.49 - 1.8 (4.76) = 61.92 < 61.92 Sempurna 10 x - 0.6 (s) 70.49 - 0.6 (4.76) = 67.63 61.93 – 67.63 Baik Sekali 8 x + 0.6 (s) 70.49 + 0.6 (4.76) = 73.35 67.64 – 73.35 Baik 6 x + 1.8 (s) 70.49 + 1.8 (4.76) = 79.06 73.36 – 79.06 Cukup 4 > 79.07 Kurang 2

Tabel 3.9

Kategori Skor Tes Lari 12 Menit Atlet Putra

Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori x + 1.8 (s) 2211 + 1.8 (204.86) = 2580 > 2580 Sempurna 10 x + 0.6 (s) 2211 + 0.6 (204.86) = 2324 2324 – 2579 Baik Sekali 8

x - 0.6 (s) 2211 - 0.6 (204.86) = 2098 2098 – 2323 Baik 6 x - 1.8 (s) 2211 - 1.8 (204.86) = 1842 1842 – 2097 Cukup 4 < 1841 Kurang 2


(30)

Tabel 3.10

Kategori Skor Tes Lari 12 Menit Atlet Putri

Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori x + 1.8 (s) 1417 + 1.8 (161.11) = 1707 > 1707 Sempurna 10 x + 0.6 (s) 1417 + 0.6 (161.11) = 1514 1514 – 1706 Baik Sekali 8

x - 0.6 (s) 1417 - 0.6 (161.11= 1320 1320 – 1513 Baik 6 x - 1.8 (s) 1417 - 1.8 (161.11) = 1127 1127 – 1319 Cukup 4 < 1126 Kurang 2

4. Penentuan Persentase Kategori

Dari data yang diolah kemudian disederhanakan kedalam persentase Menggunakan analisis deskriptif persentase dengan rumus

Arti tanda-tanda rumus di atas adalah: DF = Klasifikasi nilai

F = Jumlah siswa yang masuk dalam klasifikasi nilai dalam setiap tes N = Jumlah keseluruhan populasi

5. Penentuan Konversi

Penentuan konversi nilai dari setiap komponen tes kondisi fisik terlihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Tabel Konversi Nilai

KATEGORI KONVERSI NILAI

Sempurna Baik Sekali Baik Cukup Kurang 10 8 6 4 2 Sumber: (Cholil, 2009: 46)


(31)

6. Penentuan Nilai Kondisi Fisik Atlet Rumus:


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Komponen kondisi fisik atlet putra: a) fleksibilitas atlet putra berada pada kategori baik, b) komponen kecepatan berada pada kategori baik, c) power atlet putra berada pada kategori baik, d) komponen daya tahan khusus berada pada kategori baik dan e) komponen daya tahan cardiovascular atlet putra berada pada kategori baik.

2. Komponen kondisi fisik atlet putri: a) komponen fleksibilitas atlet putri berada pada kategori baik, b) untuk komponen kecepatan berada pada kategori baik, c) power berada pada kategori baik, d) komponen daya tahan khusus berada pada kategori baik, dan e) daya tahan cardiovascular atlet putri berada pada kategori baik.

3. Secara keseluruhan kondisi fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes parameter kondisi fisik berada pada kategori baik.


(33)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, selanjutnya penulis mengajukan saran atau rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek yang berada di sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua KBB.

2. Bagi para pelatih, pembina, guru, dan pemerhati olahraga khususnya cabang olahraga atletik, dalam pembinaan dan pemilihan bakat supaya memperhatikan kriteria kemampuan kondisi fisik, guna menunjang pencapaian prestasi atlet atau anak didiknya dimasa yang akan datang.

3. Para pelatih hendaknya dalam proses latihan memberikan latihan yang baik dan berkualitas, yaitu proses latihan yang memperhatikan prinsip-prinsip latihan serta norma-norma latihan. Serta menerapkan ilmu-ilmu penunjang dalam metodologi kepelatihan agar atlet yang kita bina dapat menjadi atlet yang baik. 4. Penulis menganjurkan kepada rekan mahasiswa yang akan melakukan

penelitian tentang kondisi fisik, khususnya dalam cabang olahraga atletik agar mencoba unsur tes parameter kondisi fisik sesuai dengan nomornya masing-masing, sehingga dengan begitu menambah pembendaharaan bentuk tes parameter sesuai dengan nomornya masing-masing sehingga dapat mengetahui sejauh mana kemampuan atlet yang kita bina sesuai dengan nomor/events masing-masing nomor lomba.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Cholil, D. Hasanudin. (2009). Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar Cabang-Cabang Olahraga. FPOK UPI Bandung.

Gambetta, Vern. (1989). The Athletics Congress’s Track and Field Coaching Manual. USA: Leisure Press Champaign.

Giriwijoyo, Santosa. et al. (2010). Manusia dan Olahraga. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Giriwijoyo, Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga. FPOK UPI Bandung.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : C.V. Tambak Kusuma.

Hendrayana, Yudy. (2007). Bermain Atletik. FPOK UPI Bandung.

Jafar, Muhamad.(2010). Metodologi Penelitian. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/liroesdy/materi-kuliah-metodologi-penelitian-3-langkahlangkah-penelitian. [Desember, 2010]

Jaya, Ricky Saputra. (2007). Lari Sprint 100m. [Online]. Tersedia : http://riki1987.blogspot.com/. [ November 2007 ]

Jonath. et al. (1987). Atletik. Jakarta : PT Rosda Jayaputra.

Lutan, Rusli. et al. (2007). Evaluasi Pendidikan Jasmani. FPOK UPI Bandung. Mackenzi, Brian. 101 Evaluation Test.[Online]. Tersedia:

http://www.brianmac.co.uk/flying30.htm.

Martens, Rainer. (1942). Succesful Coaching. United States: Human Kinetics. Melati, Dewi Sekar. (2011). Atletik. [Online]. Tersedia:

http://ra-dewisekarmelati.blogspot.com/p/atletik.html. [ Februari 2011]

Moeliono, Anton M. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.


(35)

Nurhasan. et al. (2008). Modul Mata Kuliah Statistika. FPOK UPI Bandung. Rodianto, Ismail. (2011). Profil Kondisi Fisik Atlet Dayung Jawa Barat Dikaitkan

dengan Prestasi pada Event PON XVII di Kalimantan Timur. Skripsi pada FPOK UPI Bandung.

Satriya, et al. (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. FPOK UPI Bandung. Sidik, Dikdik Zafar. (2010). Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung : PT Remaja

Remaja Rosdakarya.

Sidik, Dikdik Zafar. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik. FPOK UPI Bandung. Soegito. et al. (1996). Pendidikan Atletik. Jakarta : Universitas Terbuka. Sugiyono. (2011). Metode Penelian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung. Suhendro, Andi. (1998). Dasar-dasar Kepelatihan. Depdikbud: Universitas

Terbuka.

Surakhmad, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito.

Yuwono, Cahyo et al. (2011). Pengembangan Accelerometer Berbasis Personal Computer untuk Mengetahui Karakteristik Lari Jarak Pendek Menggunakan Teknologi Wireless. Dalam Profesional [Online], Vol 8 (8),

32 halaman. Tersedia : journal.unnes.ac.


(1)

Tabel 3.10

Kategori Skor Tes Lari 12 Menit Atlet Putri

Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori x + 1.8 (s) 1417 + 1.8 (161.11) = 1707 > 1707 Sempurna 10 x + 0.6 (s) 1417 + 0.6 (161.11) = 1514 1514 – 1706 Baik Sekali 8

x - 0.6 (s) 1417 - 0.6 (161.11= 1320 1320 – 1513 Baik 6 x - 1.8 (s) 1417 - 1.8 (161.11) = 1127 1127 – 1319 Cukup 4 < 1126 Kurang 2 4. Penentuan Persentase Kategori

Dari data yang diolah kemudian disederhanakan kedalam persentase Menggunakan analisis deskriptif persentase dengan rumus

Arti tanda-tanda rumus di atas adalah: DF = Klasifikasi nilai

F = Jumlah siswa yang masuk dalam klasifikasi nilai dalam setiap tes N = Jumlah keseluruhan populasi

5. Penentuan Konversi

Penentuan konversi nilai dari setiap komponen tes kondisi fisik terlihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Tabel Konversi Nilai

KATEGORI KONVERSI NILAI

Sempurna Baik Sekali Baik Cukup Kurang 10 8 6 4 2 Sumber: (Cholil, 2009: 46)


(2)

51

6. Penentuan Nilai Kondisi Fisik Atlet Rumus:


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Komponen kondisi fisik atlet putra: a) fleksibilitas atlet putra berada pada kategori baik, b) komponen kecepatan berada pada kategori baik, c) power atlet putra berada pada kategori baik, d) komponen daya tahan khusus berada pada kategori baik dan e) komponen daya tahan cardiovascular atlet putra berada pada kategori baik.

2. Komponen kondisi fisik atlet putri: a) komponen fleksibilitas atlet putri berada pada kategori baik, b) untuk komponen kecepatan berada pada kategori baik, c)

power berada pada kategori baik, d) komponen daya tahan khusus berada pada

kategori baik, dan e) daya tahan cardiovascular atlet putri berada pada kategori baik.

3. Secara keseluruhan kondisi fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes parameter kondisi fisik berada pada kategori baik.


(4)

70

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, selanjutnya penulis mengajukan saran atau rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek yang berada di sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua KBB.

2. Bagi para pelatih, pembina, guru, dan pemerhati olahraga khususnya cabang olahraga atletik, dalam pembinaan dan pemilihan bakat supaya memperhatikan kriteria kemampuan kondisi fisik, guna menunjang pencapaian prestasi atlet atau anak didiknya dimasa yang akan datang.

3. Para pelatih hendaknya dalam proses latihan memberikan latihan yang baik dan berkualitas, yaitu proses latihan yang memperhatikan prinsip-prinsip latihan serta norma-norma latihan. Serta menerapkan ilmu-ilmu penunjang dalam metodologi kepelatihan agar atlet yang kita bina dapat menjadi atlet yang baik. 4. Penulis menganjurkan kepada rekan mahasiswa yang akan melakukan

penelitian tentang kondisi fisik, khususnya dalam cabang olahraga atletik agar mencoba unsur tes parameter kondisi fisik sesuai dengan nomornya masing-masing, sehingga dengan begitu menambah pembendaharaan bentuk tes parameter sesuai dengan nomornya masing-masing sehingga dapat mengetahui sejauh mana kemampuan atlet yang kita bina sesuai dengan nomor/events masing-masing nomor lomba.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Cholil, D. Hasanudin. (2009). Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar

Cabang-Cabang Olahraga. FPOK UPI Bandung.

Gambetta, Vern. (1989). The Athletics Congress’s Track and Field Coaching

Manual. USA: Leisure Press Champaign.

Giriwijoyo, Santosa. et al. (2010). Manusia dan Olahraga. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Giriwijoyo, Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga. FPOK UPI Bandung.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : C.V. Tambak Kusuma.

Hendrayana, Yudy. (2007). Bermain Atletik. FPOK UPI Bandung.

Jafar, Muhamad.(2010). Metodologi Penelitian. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/liroesdy/materi-kuliah-metodologi-penelitian-3-langkahlangkah-penelitian. [Desember, 2010]

Jaya, Ricky Saputra. (2007). Lari Sprint 100m. [Online]. Tersedia : http://riki1987.blogspot.com/. [ November 2007 ]

Jonath. et al. (1987). Atletik. Jakarta : PT Rosda Jayaputra.

Lutan, Rusli. et al. (2007). Evaluasi Pendidikan Jasmani. FPOK UPI Bandung. Mackenzi, Brian. 101 Evaluation Test.[Online]. Tersedia:

http://www.brianmac.co.uk/flying30.htm.

Martens, Rainer. (1942). Succesful Coaching. United States: Human Kinetics. Melati, Dewi Sekar. (2011). Atletik. [Online]. Tersedia:

http://ra-dewisekarmelati.blogspot.com/p/atletik.html. [ Februari 2011]

Moeliono, Anton M. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.


(6)

72

Nurhasan. et al. (2008). Modul Mata Kuliah Statistika. FPOK UPI Bandung. Rodianto, Ismail. (2011). Profil Kondisi Fisik Atlet Dayung Jawa Barat Dikaitkan

dengan Prestasi pada Event PON XVII di Kalimantan Timur. Skripsi pada

FPOK UPI Bandung.

Satriya, et al. (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. FPOK UPI Bandung. Sidik, Dikdik Zafar. (2010). Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung : PT Remaja

Remaja Rosdakarya.

Sidik, Dikdik Zafar. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik. FPOK UPI Bandung. Soegito. et al. (1996). Pendidikan Atletik. Jakarta : Universitas Terbuka. Sugiyono. (2011). Metode Penelian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung. Suhendro, Andi. (1998). Dasar-dasar Kepelatihan. Depdikbud: Universitas

Terbuka.

Surakhmad, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan

Teknik. Bandung : Tarsito.

Yuwono, Cahyo et al. (2011). Pengembangan Accelerometer Berbasis Personal

Computer untuk Mengetahui Karakteristik Lari Jarak Pendek Menggunakan Teknologi Wireless. Dalam Profesional [Online], Vol 8 (8),

32 halaman. Tersedia : journal.unnes.ac. id/index.php/profesional/article/view/289 [1 Mei 2010]