HUBUNGAN KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMK NEGERI 12 BANDUNG.

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN LINGUISTIK

DENGAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMK NEGERI 12 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Anggit Khairani Wiwitan 0906449

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

HUBUNGAN KECERDASAN LINGUISTIK

DENGAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMK NEGERI 12 BANDUNG

oleh

Anggit Khairani Wiwitan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Anggit Khairani Wiwitan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X

SMK NEGERI 12 BANDUNG

oleh

ANGGIT KHAIRANI WIWITAN NIM 0906449

disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Dr.H.Andoyo Sastromiharjo, M.Pd. NIP 196109101986031004

Pembimbing II,

Dra.Nunung Sitaresmi, M.Pd NIP 196201091987032002

Diketahui oleh:

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr.Dadang Ansori, M.Si NIP 197204031999031002


(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X

SMK NEGERI 12 BANDUNG

oleh

ANGGIT KHAIRANI WIWITAN

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya hasil pembelajaran menulis siswa yang tidak optimal pencapaian dalam evaluasinya. Di samping itu, seorang guru belum bisa menyadari dan memanfaatkan sebuah kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa dalam pengembangan pembelajaran menulis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang dihasilkan oleh kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran menulis dan mengetahui perbedaan pengaruh kecerdasan linguistik terhadap hasil karangan narasi 3 subkelompok, yaitu unggul, sedang, dan rendah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi yang merupakan pengembangan dari penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung yang berjumlah 14 kelas. Sampel penelitian ini adalah kelas X PPU 2 di SMK Negeri 12 Bandung. Data penelitian diperoleh melalui tes psikologi kecerdasan linguistik dan tes hasil belajar yang terdiri dari tes awal dan tes akhir berupa evaluasi menulis karangan narasi dengan strategi pembelajaran multiple intelligences, yaitu metode VAK (Visual, Auditory, Kinestethic).

Hasil penelitian dengan taraf signifikansi yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi r = 0,370 menunjukan hubungan yang rendah namun bernilai positif, dan P-value (sig) = 0,048. Taraf signifikansi P-value (sig) < 0,05 tersebut, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan linguistik dan kemampuan menulis. Hubungan yang dimaksud berupa hubungan positif, yakni semakin besar kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa akan memberi peluang semakin besar pula kemampuan menulisnya.

Hasil pembelajaran akhir lebih baik daripada hasil pembelajaran menulis dengan kemampuan awal. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran VAK dapat memaksimalkan modalitas dalam belajar dan mampu mengakomodasi kecerdasan linguistik siswa dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran menulis secara signifikan.

Dari hasil uji beda rata-rata 3 subkelompok didapatkan nilai P-value = 0,116, artinya kecerdasan linguistik tidak memberikan perbedaan kontribusi terhadap kemajuan hasil pembelajaran menulis siswa yang tinggi, sedang,


(5)

ABSTRACT

THE CONNECTION OF LINGUISTICS INTELLIGENCE WITH THE LEARNING OUTCOMES OF NARRATIVE WRITING

FROM CLASS X SMKN 12 BANDUNG

by

ANGGIT KHAIRANI WIWITAN

This research is based on the result of students’ writing subject. Moreover, die the fact that teachers can not maximize students’ linguistics intelligence to increase the teaching of writing. This research is aimed to know the correlation of students’ linguistics intelligence towards the result of teaching writing and to know the effect of students’ linguistics intelligence of 3 subcategories: superior,

medium, and low.

The method used in this study is the correlation of which is the development of a quantitative descriptive study. The population is all class X students of SMK Negeri 12 Bandung, consisting of 14 classes. The sample is class X PPU 2 at SMK Negeri 12 Bandung. The data were obtained through psychological tests of linguistic intelligence and achievement test consisting of the initial test and final test in the form of narrative essay writing evaluation with multiple intelligences learning strategies, which are the methods of VAK (Visual, Auditory, and Kinesthetic).

The results of research conducted with a significance level indicates that the value of the correlation coefficient r = 0.370 shows that the relationship is low but positive, and value (sig) = 0.048. Significance level of P-value (sig) <0.05, indicating that there is a significant relationship between linguistic and writing skill. The relation is a positive relationship that is the greater the linguistic intelligence of the students will give the greater chance of writing skill.

Learning result is better than in the beginning. Thus, we can say that VAK method can be used to maximize and accommodate students’ linguistics intelligence to optimize the result of students’ writing ability significantly.

Collected from different test results on average 3 subgroups obtained P-value = 0.116, meaning that linguistic intelligence gives no difference contribution to the advancement of student learning outcomes to write a high, medium, or low.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 7

a. Guru ... 7

b. Siswa ... 7

c. Sekolah ... 7

G. Anggapan Dasar ... 8

BAB II KECERDASAN LINGUISTIK, MENULIS, DAN MODEL PEMBELAJARAN MENULIS A. Landasan Teori ... 9

1. Kecerdasan Linguistik ... 9

a. Pengertian Kecerdasan Linguistik ... 9

b. Karakteristik Kecerdasan Linguistik ... 10

c. Indikator Kecerdasan Linguistik ... 12

2. Keterampilan Menulis ... 13

a. Pengertian Menulis ... 13

b. Tujuan Menulis ... 14

c. Langkah-langkah Menulis ... 16

d. Fungsi Menulis ... 18

e. Ragam Tulisan ... 19

3. Karangan Narasi ... 20

a. Pengertian Narasi ... 20

b. Jenis Karangan Narasi ... 21


(7)

d. Penilaian Menulis Narasi ... 24

4. Model Pembelajaran Menulis VAK ... 26

a. Pengertian Model VAK ... 26

b. Langkah-langkah Model VAK ... 27

c. Kekurangan dan kelebihan model VAK ... 28

B. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rencana Penelitian ... 30

1. Lokasi ... 30

2. Populasi ... 31

3. Sampel ... 32

B. Metode dan Desain Penelitian ... 33

1. Metode Penelitian ... 33

2. Desain Penelitian ... 34

C. Definisi Operasional ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

1. Tes Psikologi ... 36

2. Tes Hasil Belajar ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 38

1. Instrumen Pembelajaran ... 38

2. Instrumen Tes Kecerdasan ... 42

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 45

1. Validitas ... 45

2. Reliabilitas ... 49

3. Uji Normalitas ... 51

4. Uji Beda dengan Uji-U (Mann Withney) ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52

1. Tes Kecerdasan Linguistik ... 52

2. Hasil Pemebelajaran Menulis ... 54

a. Hasil Pretes ... 55

1) Uji Normalitas Pretes ... 57

b. Hasil Postes ... 57

1) Uji Normalitas Postes ... 59

c. Uji Beda Pretes-Postes Uji U (Mann Withney) ... 60

3. Hubungan Hasil Tes Psikologi dengan Pembelajaran Menulis 61 4. Perbedaan Kontribusi Kecerdasan Linguistik terhadap Hasil Pembelajaran Menulis Siswa Tinggi, Sedang, Rendah ... 63

B. Uji Hipotesis ... 65

1. Uji Hipotesis Awal dengan Rumusan Masalah 2 ... 65

2. Uji Hipotesis Awal dengan Rumusan Masalah 3 ... 66

3. Uji Hipotesis Awal dengan Rumusan Masalah 4 ... 66

C. Pembahasan ... 67


(8)

2. Hasil Pembelajaran Menulis Siswa ... 68 3. Hubungan antara Kecerdasan Linguistik dengan Hasil

Pembelajaran Menulis ... 70 4. Perbedaan Kontribusi Kecerdasan Linguistik terhadap Hasil

Menulis siswa tinggi, sedang, rendah ... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 72 B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan verbal linguistik mengalami perkembangan, yaitu adanya penambahan kosakata dan kemampuan untuk melakukan kegiatan verbal lebih banyak. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang memusatkan pembelajaran pada satu keahlian yang spesifik. Hal tersebut bertujuan untuk mempersiapkan para siswanya agar siap terjun langsung ke dunia kerja. Salah satu syarat untuk dapat mempersiapkan hal tersebut, siswa setidaknya memiliki kecerdasan verbal yang baik dalam berkomunikasi untuk menunjang dalam pekerjaanya.

Sebuah kecerdasan verbal-linguistik telah terbentuk sebelum kelahiran. Dalam studinya Verney (Campbell, 2002: 10) menunjukkan bahwa bayi-bayi yang dibacakan sebelum lahir, memiliki awal yang utama dalam perkembangan kecerdasan verbal-linguistik.

Sylwester (Jasmine, 2012:37) mengatakan “motivasi yang kuat dan pengajaran yang bagus bisa membantu untuk meningkatkan pemungsian ranah-ranah kecerdasan kita yang lemah, walaupun mungkin tidak akan sekuat ranah-ranah yang sejak awal memang berlevel tinggi”.

Masyarakat awam terkadang mengartikan kecerdasan sebagai IQ di atas rata-rata, nilai ulangan selalu sempurna, selalu menjadi bintang kelas, dan sebagainya. Sebuah kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir. Namun, beberapa pakar psikologi tidak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Di tahun 1921, empat belas orang ahli ilmu jiwa ditanya oleh editor “Journal of Educational Psycology” tentang arti kecerdasan. Jawaban mereka memang bervariasi, tetapi


(10)

menurut mereka kecerdasan adalah kemampuan untuk beradaptasi dan memiliki kapasitas untuk belajar (Rafael, 2001:35).

Sejalan dengan pernyataan di atas, Gardner (Campbell, 2002: 2) pun mengemukakan konsep kecerdasan yang sama bahwa ia tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan skor tes standar semata. Namun, Gardner menjelaskan kecerdasan adalah kemampuan untuk:

1) menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia; 2) menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, dan

3) menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Menurut Gardner (2003:36) kecerdasan majemuk diidentifikasi menjadi tujuh jenis kecerdasan, yaitu (1) kecerdasan linguistik, (2) kecerdasan logika-matematika, (3) kecerdasan keruangan/gambar, (4) kecerdasan gerakan, (5) kecerdasan musik, (6) kecerdasan interpersonal, dan (7) kecerdasan intrapersonal. Setiap kecerdasan tampaknya memiliki urutan perkembangan sendiri, tumbuh pada waktu yang berbeda dalam suatu kehidupan. Howard Gardner (Campbell, 2002: 1) mengatakan “kognisi manusia itu bersifat satuan dan setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal”. Salah satunya adalah kecerdasan linguistik yang dapat diamati tingkat kecenderungannya. Armstrong (2002: 2) mengatakan “kecerdasan linguistik itu adalah kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya, pendongeng, narator, atau politisi) maupun secara tertulis (misalnya, sastrawan, penulis drama, dan penyair)”.

Kecerdasan linguistik bersifat universal. Kecerdasan ini mewujudkan dirinya dalam kata-kata, baik lisan maupun tulis. Kecerdasan linguistik menyiratkan beberapa elemen yang dapat dipisahkan, seperti kemampuan untuk melakukan analisis sintaksis, kemampuan baca-tulis, dan untuk belajar bahasa melalui telinga (mendengarkan). Gardner (2003:75) mengatakan “orang dengan kecerdasan linguistik yang tinggi menampilkan fasilitas dengan kata-kata dan bahasa dan mereka biasanya pandai membaca, menulis, bercerita, dan menghafal kata-kata bersama dengan tanggal”


(11)

Menurut Gardner (Campbell, 2002 : 12) salah satu ciri orang yang memiliki kecerdasan linguistik yaitu mampu menggunakan kemampuan menulis secara efektif, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan menggunakan kosakata efektif. Kegiatan menulis bukan sekedar membuat huruf dengan pena pada selambar kertas, melainkan media untuk memunculkan potensi yang telah ada dalam diri, hal tersebut sejalan dengan Hernowo (2006: 9).

Potensi yang telah ada dalam diri tersebut dapat diartikan sebagai sebuah kecerdasan linguistik yang telah dimiliki oleh siswa yang dapat digunakan dan dipotimalkan dalam kegiatan menulis. Kegiatan menulis yang dimaksudkan adalah menulis sebuah karangan narasi dengan memperhatikan diksi, bentuk kata, dan ungkapan yang digunakannya.

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatau bahasa yang dipahami oleh seseorang (Tarigan, 2008: 22). Menulis juga merupakan suatu respresentasi dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa dari hasil berpikir. Banyak orang yang mengatakan bahwa menulis itu merupakan sebuah bakat yang dimiliki setiap orang. Baik itu menulis biasa ataupun menulis terampil, tetapi semua orang dipastikan memiliki bakat dalam menulis apa pun.

Menulis termasuk ke dalam salah satu keterampilan berbahasa. Sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi.

Keraf (1994: 139) mengatakan, bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Karangan narasi sangat penting diajarkan di bangku


(12)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Karena narasi mengajarkan siswa untuk memperluas pengetahuan yang didasarkan kepada penalaran rasional dengan menggunakan bahasa informatif, serta siswa dapat memiliki pola pikir yang lebih sistematis. Jadi, dengan menulis karangan narasi siswa akan menggunakan penalarannya melalui, kosakata, tata bahasa, dan ejaan yang dikuasainya agar dapat mendeskripsikan dan menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa secara kronologis dan jelas. Kemampuan untuk menggunakan bahasa dan kata-kata yang tepat dalam memaparkan sesuatu akan berhubungan dengan kecerdasan linguistik yang dimiliki oleh siswa.

Kecenderungan sebagian guru dalam mengajarkan keterampilan menulis di luar konteks bisa menjadi salah satu alasan mengapa hasil pembelajaran menulis siswa tidak maksimal tercapai. John Goodlad (Campbell, 2002: 11) mengungkapkan, bahwa “pada kebanyakan kasus, guru merupakan pihak yang berbicara paling banyak sepanjang waktu terhadap siswa yang pasif”. Dalam hal ini siswa seharusnya ikut dilibatkan dan diberikan model pembelajaran yang optimal dalam mengajarkan sebuah keterampilan menulis, salah satunya dengan memanfaatkannya kecerdasan linguistik yang dimiliki oleh siswa.

Sejalan dengan pernyataan di atas, kecerdasan dan kemampuan menulis itu sama-sama merupakan sebuah bakat yang dimiliki oleh seseorang. Akan tetapi, guru belum bisa menyadari dan memanfaatkan sebuah kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa untuk pengembangan pembelajaran menulis. Dengan demikian, dalam hasil evaluasi pembelajaran menulis dirasakan belum optimal. Hal tersebut perlu diteliti dan diamati untuk menjawab pertanyaan apakah ada pengaruh tingkat kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran menulis. Ada pun judul yang akan diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah “Hubungan Kecerdasan Linguistik dengan Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X SMK Negeri 12 Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(13)

1. Kecerdasan lingusitik yang dimiliki siswa berbeda. Hal tersebut memiliki hubungan dengan hasil menulis karangan narasi siswa.

2. Pada masa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelas X pembendaharaan verbal linguistik mengalami perkembangan dengan adanya penambahan kosakata dan kemampuan untuk melakukan kegiatan verbal lebih banyak.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang sebenarnya, maka penulis membatasi masalah yaitu memfokuskan penelitian ini pada pengaruh kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran dalam menulis sebuah karangan narasi. Adapun ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut.

1. Fokus dalam penelitian ini adalah kompetensi pembelajaran menulis karangan narasi.

2. Fokus dalam penelitian ini adalah melihat kecerdasan kecerdasan linguistik. 3. Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMK Negeri 12

Bandung tahun ajaran 2012/2013.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pokok masalah di atas, masalah tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. bagaimanakah kecerdasan linguistik siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung? 2. bagaimanakah hasil pretes dan postes pembelajaran menulis siswa X SMK

Negeri 12 Bandung?

3. bagaimanakah hubungan kecerdasan linguistik dengan hasil pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung?

4. adakah perbedaan kontribusi kecerdasan linguistik terhadap hasil karangan narasi siswa tinggi, sedang, dan rendah ?

E. Tujuan Penelitian


(14)

1. tingkat kecerdasan linguistik siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung;

2. hasil pretes dan postes pembelajaran menulis siswa X SMK Negeri 12 Bandung;

3. hubungan kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung;

4. perbedaan pengaruh kecerdasan linguistik terhadap hasil karangan narasi siswa unggul, sedang, dan rendah.

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat konseptual utamanya kepada pembelajaran bahasa Indonesia itu sendiri. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini memiliki manfaat dalam keilmuan, yaitu sebagai sebuah sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian dengan kecerdasan majemuk. Karena dalam tiga tahun terakhir masih sangatlah kurang penelelitian tentang kecerdasan majemuk yang sebenarnya dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai perkembangan keilmuan keterampilan berbahasa pada umumnya.

Selaian itu, manfaat dalam keilmuan dapat dijadikan sebagai indikator bahwa sebuah kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai sebuah potensi. Indikator tersebut dapat dikembangkan dalam pembelajaran yang berbasiskan kecerdasan linguistik yang telah ada.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi guru, siswa, dan sekolah. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

a. Guru

Manfaat bagi guru akan semakin mengerti bahwa sebuah kecerdasan linguistik yang siswa miliki merupakan sebuah potensi dan dapat dikembangkan melalui pembelajaran menulis dengan berbasis kecerdasan majemuk. Karena


(15)

sebuah pembelajaran yang baik dapat memberikan stimulasi yang optimal bagi para siswa. Sehingga, tujuan dalam pembelajaran pun akan dicapai dengan baik.

b. Siswa

Siswa akan lebih mengetahui potensi kecerdasan linguistik yang dimilikinya. Dengan demikian, kecerdasan linguistik tersebut dapat dikembangkan menjadi salah satu kelebihan siswa yang bisa digali kemampuannya oleh siswa itu sendiri. Sehingga, pada akhirnya siswa dapat menjadikan potensi kecerdasan yang dimilikinya sebagai sebuah prestasi yang baik.

c. Sekolah

Dalam penelitian ini manfaat yang didapatkan oleh sekolah adalah bahwa sebuah kecerdasan yang dimiliki oleh siswa dapat dikembangkan dan dijadikan sebuah potensi dalam diri siswa. Dengan demikian, sekolah dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi kecerdasan linguistik yang dimiliki para siswanya.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. menulis sebuah karangan narasi merupakan suatu kompetensi yang perlu diajarkan kepada para siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung.

2. kemampuan verbal-linguistik menjadi salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh para siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung sebagai penunjang dalam ranah perkerjaan.

3. kecerdasan linguistik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil pembelajaran menulis karangan narasi.


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rencana Penelitian

Pada sebuah penelitian dibutuhkan sebuah perencanaan sebelum kegiatan penelitian itu dilakukan. Sebuah rencana penelitian tersebut meliputi lokasi, populasi dan sampel penelitian. Adapun rinciannya sebagai berikut.

1. Lokasi

Lokasi penelitian ini yaitu SMK Negeri 12 Bandung yang bertempat di jalan Pajajaran No. 92 Tlp/ Fax. 022-6038055 Bandung 40173 dengan program studi keahlian teknologi pesawat udara. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut.

a. Memiliki prestasi akademik yang baik dan membanggakan. Banyak taruna dan taruni SMK Negeri 12 Bandung yang menjuarai kejuaraan dan meraih berbagai prestasi, diantaranya sebagai berikut:

1) Juara III Perhitungan Emisi Karbon Dan Menjalanlkan Program PLH Tingkat Nasional Tahun 2008;

2) Juara III Open turnamen Bola Volley Senat Universitas Nurtanio Tahun 2010;

3) Juara Film Terbaik III dalam lomba Young Diplomacy Short Movie Competition Festival Konferensi Asia Afrika tahun 2010;

4) Juara 1 kreasi PBB Lomba aksi baris terbuka akbar open cup 2010 se-Indonesia tahun 2010;

5) Juara II Lomba PMR Twiater F7 se-Bandung Raya dan Sumedang tahun 2011;

6) Juara II Apresiasi Membaca Cerpen Lomba Kreatifitas Sastra STIKIP Siliwangl se-Bandung Raya & Sumedang tahun 2011;

7) Juara II menulis Artikel Lomba Parade Cinta Tanah Air KODAM III Siliwangi tahun 2011, dan


(17)

8) Pembuatan pesawat terbang yang diproduksi langsung oleh para taruna dan taruni SMK Negeri 12 Bandung. Bahkan tidak tanggung-tanggung kabar kegemilangan prestasi tersebut dipublikasikan di media cetak dan elektronik.

b. Kinerja kepala sekolah yang sangat baik dan penuh semangat dalam membangun SMK Negeri 12 Bandung sehingga lebih maju dan berkembang dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut membuahkan sebuah prestasi untuk kepala sekolah kepala sekolah yang mendapatkan penghargaan sebagai kepala sekolah yang inspiratif dari Sahabat Thalassemia Indonesia pada tanggal 14 januari 2013.

c. Pengajar dan para staf pegawai yang ada di SMK Negeri 12 Bandung memiliki kompetensi yang tinggi. Baik dalam kualitas pelayanan administrasi tata usaha dan fasilitas, maupun dalam kualitas pengajar yang kurang lebih 60%nya merupakan lulusan S2 dengan penguasaan keilmuan mengajar yang baik.

d. Kondisi kedisplinan taruna-taruni yang tinggi dalam belajar. Sebuah kedispilinan sudah menjadi sifat wajib yang harus dimiliki oleh taruna dan taruni di SMK Negeri 12 Bandung. Baik dalam bersikap ketika dilingkungan sekolah, maupun bersikap disiplin ketika sedang pembelajaran.

Dari beberapa pertimbangan tersebut di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk menjadikan SMK Negeri 12 Bandung sebagai lokasi penelitian.

2. Populasi

Sebuah penelitian dapat dilakukan apabila peneliti sudah menemukan sekelompok populasi yang akan ditelitinnya, menyangkut kasus atau sebuah fenomena yang terjadi di dalam kelompok populasi tersebut.

Sugiyono (2009: 117) mengatakan :

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.


(18)

Berdasarkan pengertian di atas, populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung dengan jumlah 14 kelas yang terdiri atas beberapa jurusan di antaranya yaitu, Permesinan Pesawat Udara (PPU), Kontruksi Badan Pesawat Udara (KBPU), Kelistrikan Pesawat Udara (KPU), Kontruksi Rangka Pesawat Udara (KRPU), Elektronika Pesawat Udara (EPU), dan Airframe dan Powerplant (AP).

Peneliti mengambil populasi siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung karena usia siswa kelas X berada pada masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan verbal linguistik mengalami perkembangan, yaitu adanya penambahan kosakata dan kemampuan untuk melakukan kegiatan verbal lebih banyak dan perkembangan pada masa ini cenderung lebih stabil sampai usia 20 tahun. Dengan demikian, peneliti merasa populasi kelas X merupakan populasi yang cocok untuk dijadikan sebagai populasi penelitian karena semua data yang penulis butuhkan ada di kelas X.

3. Sampel

Sebuah sampel didapatkan dari hasil menentukan populasi dalam rancangan penelitian, kemudian dari sekelompok populasi ditentukanlah sampel atau bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar sebagai contoh yang dapat mewakili sekelompok populasi.

Sugiyono (2009:118) mengatakan “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Peneliti menggunakan teknik probability sampling dalam penentuan sampelnya. Teknik probability sampling menganggap bahwa semua kelas yang ada memiliki peluang sama pada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, sehingga pemilihan sampel secara acak dapat dilakukan secara objektif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sample random sampling. Random sampling adalah pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu (Sugiyono, 2009:117). Pemilihan tersebut dilakukan berdasarkan cara menentukan anggota sampel dengan menggunakan Nomogram Herry King (Sugiyono, 2009: 129). Diketahui jumlah


(19)

populasi dalam penelitian ini adalah 400 dengan tingkat kesalahan 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan faktor penggalinya = 1,195. Maka didapatkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 32 orang atau sama dengan satu kelas.

Dalam hal ini sampel yang digunakan adalah kelas X PPU 2 SMK Negeri 12 Bandung, Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jurusan konsentrasi permesinan pesawat udara. Kelas X PPU 2 berjumlah 31 siswa, terdiri atas 29 siswa laki-laki dan 2 siswi perempuan.

B. Metode dan Desain Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dan desain penelitian menurut Sugiyono (2009: 49). Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif karena data penelitian yang ada di dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis menggunakan perhitungan statistika. Sugiyono (2009: 14) mengatakan :

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang merupakan pengembangan dari penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian korelasional memiliki tujuan untuk meneliti ada tidaknya hubungan antaravariabel satu dengan variabel yang lainnya (Sukmadinata, 2006: 56). Korelasi positif berarti memiliki pengaruh yang tinggi dalam suatu variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi negatif berarti memiliki pengaruh yang rendah dalam suatu variabel tarhadap variabel yang lainnya. Dengan demikian, tipe hubungan antarvariabel dalam penelitian korelasi ini adalah hubungan simetris, yaitu jenis hubungan antara dua variabel atau lebih yang munculnya bersamaan (Sugiono, 2009: 58).


(20)

Pada penelitian ini variabel yang dikorelasikannya adalah tingkat kecerdasan linguistik dengan hasil pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung.

2. Desain Penelitian

Pada penelitian ini penulis memiliki desain penelitian berdasarkan proses penelitian kuantitatif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009: 49). Berikut adalah gambar desain penelitiannya.

Berdasarkan gambar 3.1 di atas peneliti dapat memberikan penjelasannya bahwa setiap penelitian selalu berawal dari sebuah masalah yang ditemukan oleh penulisnya. Dalam penelitian ini peneliti menemukan masalah yang belum pernah diteliti sebelumnya yaitu pengaruh kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran menulis siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung.

Setelah masalah teridentifikasi dan dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan menjadi beberapa rumusan masalah. Jawaban terhadap rumusan masalah terdapat pada bab pembahasan. Rumusan masalah tersebut Rumusan

Masalah

Landasan Teori

Perumusan Hipotesis

Pengumpulan

data Analisis Data

Pengembangan Instrumen Pengujian Instrumen

Populasi & Sampel

Gambar 3.1.

Desain Penelitian Sugiyono (2009: 49)

Simpulan dan Saran


(21)

memandu peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian selanjutnya berdasarkan masalah yang telah peneliti identifikasi. Berdasarkan rumusan masalah tersebut peneliti membutuhkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian kuantitatif dan yang berhubungan dengan masalah yang telah peneliti rumuskan tadi karena teori-teori tersebut diperlukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Jawaban tersebut dinamakan hipotesis karena jawaban tersebut merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Hipotesis yang telah didapatkan selanjutnya dibuktikan kebenarannya secara empiris berdasarkan data lapangan. Untuk itu, peneliti melakukan pengumpulan data pada populasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Teknik pengambilan sampel yang peneliti ambil adalah dengan teknik random sampling. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan sebuah instrumen yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah instrumen penelitian yang harus diujikan terlebih dahulu nilai validitas dan reliabilitasnya kepada responden.

Setelah instrumen teruji validitas dan reliabilitasnya, selanjutnya peneliti menggunakannya untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Instrumen tersebut berbentuk tes yang terdiri atas, tes psikologi dan tes hasil belajar.

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dan diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotetsis yang telah ada. Analisis data tersebut menggunakan statistika. Statistik yang digunakan berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Data analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data disajikan berupa tabel, dan perhitungan-perhitungan statistik yang kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.

Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya disimpulkan dan diberikan saran. Simpulan berisi jawaban singkat terhadap rumusan masalah berdasarkan data yang telah peneliti dapatkan. Selanjutnya, peneliti juga berkewajiban memberikan saran-saran dari hasil penelitiannya. Saran tersebut berdasarkan simpulan dari hasil penelitian.


(22)

C. Definisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang dijadikan sebagai fokus penelitian di antaranya sebagai berikut.

1. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik dioperasionalkan sebagai kemampuan berpikir siswa dalam menggunakan bahasa dan memanupulasi tata bahasa pada kegiatan verbal, di antaranya retorika, mnemonik, eksplanasi, dan metabahasa dengan.

2. Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Narasi

Menulis karangan narasi dioperasionalkan sebagai hasil evaluasi siswa setelah mengalami pembelajaran menulis sebuah karangan narasi dengan memperhatikan isi berdasarkan penggunaan pemilihan kata (diksi), bentuk kata, dan ungkapan yang tepat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer yang diambil secara langsung oleh peneliti ke lapangan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas teknik tes psikologi dan teknik tes hasil belajar. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Tes Psikologi

Sukmadinata (2006: 224) mengatakan “Tes psikologi digunakan untuk mengukur atau mengetahui kecakapan potensial dan karakteristik pribadi para siswa”. Kecakapan potensial dan kapasitas biasanya dibedakan menjadi dua kategori, yaitu kecakapan potensial umum dan kecakapan khusus atau masa dewasa. Kecakapan ini dikenal dengan konsep kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Dalam hal ini siswa diberikan sebuah tes untuk mengukur seberapa besar kecenderungan siswa terhadap kecerdasan linguistiknya. Bentuk tes kecerdasan linguistik ini bernama TIMI (the telee inventory of multiple intelligence) yang dibuat oleh pakar multiple intelligence dari Amerika, yaitu Howard Gardner. Tes ini kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, dan diberikan judgement oleh pakar psikologi yaitu Dhani Kusumawardhana, S.Psi.,


(23)

untuk memastikan validitas instrument tes tersebut dapat mengukur tingkat kecerdasan linguistik seseorang. Akan tetapi, bentuk instrumennya tetap berpanduan pada indikator yang dijabarkan oleh Amstrong (2002:2).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket/kuesioner tertutup dengan skala Likert. Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat, dan peresepsi seseorang atau sekelompok orang (Sugiyono, 2009: 134). Angket ini terdiri atas beberapa pernyataan yang meminta reaksi responden. Reaksi itu harus diungkapkan dari tingkat sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Setiap respons diberi nilai bilangan. Respons positif diberi nilai paling tinggi dan respons negatif diberi nilai paling rendah. Nilai sikap seorang responden adalah jumlah nilai dari seluruh pernyataan. Skala sikap menghasilkan ukuran interval. Jawaban setiap item dengan skala Likert dinyatakan dalam bentuk kategori yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Skala Likert

Kategori Skor

Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Ragu-ragu (R) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

5 4 3 2 1

3. Tes Hasil Belajar

Dalam penelitian ini tes hasil belajar diartikan sebagai alat untuk mengukur kemampuan menulis siswa pada karangan narasi setelah siswa mengalami proses pembelajaran selama satu pertemuan. Sukmadinata (2006: 223) mengatakan “Tes hasil belajar disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu”. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes menulis narasi dari bidang keterampilan menulis. Tes ini berfungsi untuk mengukur keunggulan siswa dalam berkemampuan menulis narasi.


(24)

Kemampuan menulis tersebut diperoleh dari hasil penilaian menulis siswa dengan kriteria ketepatan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian bagi seorang peneliti adalah sebagai sarana penelitian yang berupa seperangkat alat tes untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan selanjutnya. Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas dan berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis menulis karangan narasi. Tes yang akan diberikan pada penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi sebelum distimulus dengan strategi belajar multiple intelligences. Sedangkan pada tes akhir, evaluasi menulis karangan narasi yang diberikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi sebuah kecerdasan linguistik yang dimiliki oleh siswa terhadap hasil pemebelajaran menulis karangan narasinya setelah diberikan stimulus melalui strategi belajar multiple intelligences yaitu dengan metode VAK (visual, auditory, kinestethic). Kelas penelitian hanya menggunakan satu kelas saja yaitu X PPU 2. Karena menurut penghitungan dengan menggunakan Nomogram Herry King (Sugiyono, 2009: 129). Diketahui jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 400 dengan tingkat kesalahan 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan faktor penggalinya = 1,195. Maka didapatkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 32 orang atau sama dengan satu kelas.

Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang dipakai saat pembelajaran berlangsung sebelum dilakukannya tes hasil belajar. Instrumen pembelajaran


(25)

dalam penelitian ini terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

a. Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1) Kurniawan (2012: 253) mengatakan “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran, baik di kelas, laboratorium, maupun lapangan untuk setiap kompetensi dasar”.

2) Gintings (2008: 224) mengatakan “RPP atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara praktis dapat disebut sebagai skenario pembelajaran”.

Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan sebuah pegangan dan pedoman bagi seorang guru dalam menyiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi dalam kegiatan pembelajaran. RPP tersebut dapat disusun sesuai dengan alokasi waktu satu pertemuan atau satu jenis kompetensi dasar.

Peneliti menggunakan RPP dalam kompetensi dasar menulis karangan narasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. RPP ini digunakan dalam satu kali pertemuan/ tatap muka. Kegiatan pembelajaran harus dilakukan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data hasil tes belajar siswa setelah mengalami proses pembelajaran menulis. RPP yang peneliti gunakan dalam pembelajaran dengan Standar Kompetensi (SK) berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Semenjana dan Kompetensi Dasar (KD) membuat berbagai teks tertulis dalam konteks bermasyarakat dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat. Penulis menggunakan metode Visual, Auditory, Kinestetik (VAK) yang merupakan salah satu dari strategi pembelajaran multiple intelligence.

Adapun RPP yang peneliti gunakan terlampir. b. Tes Evaluasi Menulis Karangan Narasi

Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis menulis karangan narasi. Tes yang akan diberikan pada penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi


(26)

sebelum distimulus dengan strategi belajar multiple intelligences. Sedangkan pada tes akhir, evaluasi menulis karangan narasi yang diberikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi sebuah kecerdasan linguistik yang dimiliki oleh siswa terhadap hasil pembelajaran menulis karangan narasinya setelah diberikan stimulus melalui strategi belajar multiple intelligences yaitu dengan metode VAK (visual, auditory, kinestethic). Kelas penelitian hanya menggunakan satu kelas saja yaitu X PPU 2.

Bentuk evaluasi yang dilakukan berupa LKS. LKS merupakan lembar kerja yang diberikan kepada siswa untuk melakukan sebuah evaluasi dalam pembelajaran. LKS diberikan kepada siswa setelah siswa mengalami proses pembelajaran dengan kompetensi dasar menulis karangan narasi. LKS ini diberikan pada siswa di akhir pembelajaran, dan siswa langsung mengerjakannya pada saat itu juga agar dapat langsung terukur hasil belajar dari setiap siswa di saat pertemuan berakhir. Adapun format penilaian yang akan peneliti gunakan adalah dalam bentuk tabel yang terdiri atas identitas kelas, nomor, nama siswa, kriteria penilaian yang dibagi menjadi tiga komponen penilaian, yaitu pemilihan kata (diksi), bentuk kata, dan ungkapan dengan rentang skor 1-3 sesuai dengan kriteria indikator yang sesuai dengan hasil tulisan siswa. Kemudian kolom terakhir adalah nilai total secara keseluruhan dari masing-masing siswa siswa.

Rancangan penilaian yang peneliti gunakan untuk menilai Lembar Kerja Siswa (LKS) diadaptasi dari penilaian otentik dalam pembelajaran menulis oleh Abidin (2012: 278) yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan dalam penilaian menulis karangan narasi. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:


(27)

Format Penilaian :

1. Pemilihan Kata (Diksi)

Skor Indikator

3  Pilihan kata tepat dan jelas sesuai dengan konteks isi Kata-kata yang dipilih bervariasi

 Diksi sesuai dengan gagasan yang hendak disampaikan 2

 Pilihan kata baik tetapi monoton

 Kata-kata yang digunakan masih sederhana

 Diksi cukup sesuai dengan gagasan yang hendak disampaikan

1

 Pilihan kata kurang tepat dengan konteks isi

 Diksi yang digunakan kurang bervariasi

 Menggunakan kata-kata yang tidak tepat dengan gagasan yang hendak disampaikan

2. Bentuk Kata

Skor Indikator

3

 Bahasa yang digunakan baik dan benar sesuai konteks isi

 Penggunaan ejaan tepat

 Tidak terdapat kesalahan penulisan kata atau huruf 2

 Bahasa yang digunakan baik tapi kurang sesuai dengan isi

 Terdapat beberapa kesalahan pengunaan ejaan

 Terdapat 3-4 kesalahan penulisan kata atau huruf 1

 Bahasa yang digunakan kurang baik dan kurang benar

 Terdapat banyak kesalahan pengunaan ejaan

 Terdapat lebih dari 4 kesalahan penulisan kata atau huruf 3. Ungkapan

Skor Indikator

3

 Penggunaan ungkapan tepat dalam menyampaikan sebuah makna dalam karangan

 Penggunaan ungkapan lebih dari 2 dalam satu wacana 2

 Penggunaan ungkapan kurang tepat dalam menyampaikan sebuah makna dalam karangan

 Penggunaan ungkapan kurang lebih 2 dalam satu wacana 1

 Penggunaan ungkapan tidak tepat dalam menyampaikan sebuah makna dalam karangan


(28)

Data-data yang diperoleh dari hasil pembelajaran menulis siswa akan diolah dengan melakukan analisis dan interpretasi. Pada akhirnya akan mendapatkan nilai akhir hasil menulis dengan interval skor nilai 0-100. Nilai tersebut didapatkan dari pembagian skor perolehan dengan skor ideal tertinggi yaitu 9.

N =

x 100

Contoh :

Apabila seorang siswa mendapatkan skor 5 dari jumlah skor maksimal 9 yang dinilai, maka:

N = x 100 = 55,5

Dengan demikian, siswa tersebut dapat diketahui nilai dari hasil pembelajaran menulisnya adalah 55,5

2. Instrumen Tes Kecerdasan Lingusitik

Instrumen kecerdasan linguistik adalah instrumen yang digunakan saat mengukur tingkat kecerdasan linguistik siswa sebelum mengalami pembelajaran. Instrumen ini dibuat dan dikembangkan berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh Armstrong (2002: 2) tentang kecerdasan linguistik. Berikut adalah kisi-kisi pengembangan indikator yang dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan untuk instrumen tes psikologi. Adapun kisi-kisi instrument dapat di lihat pada Tabel 3.2 di bawah ini.


(29)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen

Tes Psikologi Kecerdasan Linguistik (Thomas Armstrong, 2002:2)

Variabel Indikator Pernyataan Skor

(SkalaLikert)

KECERDASAN LINGUISTIK

(Thomas Armstrong)

1. Retorika

(penggunaan bahasa untuk

mempengaruhi orang lain

melakukan tindakan tertentu)

1.1 Saya mampu membuat orang lain

tertawa dengan sebuah lelucon.

1.2 Saya mampu menegur teman

yang melakukan kesalahan.

1.3 Saya dapat memberikan saran

pada orang lain.

1.4 Saya mampu mengajak teman

melakukan suatu kegiatan.

1.5 Saya mampu mempengaruhi

orang lain.

1-5

2. Mnemonik/hafalan

(penggunaan bahasa untuk mengingat informasi)

2.1 Saya dapat mengingat nama

orang, nama tempat, dan tanggal dengan baik.

2.2 Saya memiliki kosakata yang baik untuk anak seusia saya. 2.3 Saya dapat mengingat informasi

dengan baik dari penjelasan guru.

2.4 Saya mampu mengingat apa yang

saya ucapkan.

2.5 Saya dapat mengingat kata-kata sulit yang baru saya dengar.


(30)

3. Eksplanasi (penggunaan bahasa untuk memberikan informasi)

3.1 Saya dapat saling bertukar informasi terbaru dengan teman

3.2 Saya mampu membicarakan

masalah pelajaran yang sulit dengan teman.

3.3 Saya mampu berbicara di depan

kelas.

3.4 Saya dapat menyampaikan

informasi secara lengkap kepada orang lain.

3.5 Saya dapat menerangkan kembali

apa yang telah saya baca.

1-5

4. Metabahasa

(penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri)

4.1 Saya dapat menggunakan tanda

baca dengan benar.

4.2 Saya dapat menerapkan

aturan-aturan tata bahasa.

4.3 Saya dapat menggunakkan ejaan

yang benar dalam tulisan saya.

4.4 Saya mampu menggunakan kosa

kata yang benar sesuai kaidah bahasa saat berbicara.

4.5 Saya dapat membuat kalimat

dengan struktur kalimat sesuai dengan kaidah bahasa.

1-5

Sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat oleh peneliti, maka peneliti memindahkannya ke dalam sebuah format instrumen penelitian yang nantinya akan diberikan kepada responden sebagai data tes kecerdasan linguistik. Jumlah total pernyataan yang ada dalam instrumen tes psikologi tersebut berjumlah 20 pertanyaan dengan jumlah skor total 1-5 dengan menggunakan skala Likert.

Sugiyono (2009: 134) mengatakan “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, presepsi orang atau kelompok orang tentang fenomena sosial”.


(31)

Jadi, skala Likert dirasakan tepat untuk mengkur sebuah kecerdasan responden. Format penilaian tes kecerdasan linguistik yang peneliti gunakan berbentuk tabel yang terdiri atas nomor, nama siswa, skor perindikator, dan jumlah skor total. Adapun bentuk formatnya telah terlampir.

KL = Jumlah total skor yang diperoleh

Keterangan:

1. Skor Tertinggi = 100 (20 Pernyataan angket x 5 Skala tertinggi Likert)

2. Skor Terendah = 20 (20 (Pernyataan angket x 1 Skala terendah Likert)

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif. Tahap penelitian kuantitatif tersebut terdiri atas uji validitas dan uji reliabilitas. Selanjutnya data dihitung dan dianalisis menggunakan Statistical Passage for Social Science (SPSS) versi 17. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

1. Uji Validitas Tes

Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur sesuai dengan sasaran. Uji validitas yang pertama dilakukan oleh pakar psikologi dan statistik untuk menentukan validitas instrument tes kecerdasan linguistik yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan agar alat ukur tersebut dapat digunakan untuk pengolahan data selanjutnya.

Sebuah tes atau evaluasi yang digunakan dalam penelitian harus diujikan validitasnya, termasuk salah satunya pada tes kecerdasan linguistik yang digunakan dalam penelitian ini. Uji Validitas ini berfungsi untuk melihat tingkat ketepatan atau tingkat keabsahan suatu tes itu tergantung sejauh mana tes tersebut dapat berperan sebagaimana fungsinya. Jadi suatu alat evaluasi dapat dikatakan valid jika dapat digunakan untuk mengevaluasi sasarannya dengan tepat.


(32)

a. Uji Validitas Tes Kecerdasan

Sebuah tes atau evaluasi yang digunakan dalam penelitian harus diujikan validitasnya, termasuk salah satunya pada tes kecerdasan linguistik yang digunakan dalam penelitian ini. Uji Validitas ini berfungsi untuk melihat tingkat ketepatan atau tingkat keabsahan suatu tes itu tergantung sejauh mana tes tersebut dapat berperan sebagaimana fungsinya. Jadi, suatu alat evaluasi dapat dikatakan valid jika dapat digunakan untuk mengevaluasi sasarannya dengan tepat.

Cara menentukan tingkat validitas tes kecerdasan linguistik adalah dengan cara menghitung koefisisen korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi. Nilai diartikan sebagai nilai koefisien korelasi. Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177) menyatakan bahwa kriteria untuk menginterpretasikan koefisien valiadilitas adalah sebagai berikut yang disajikan pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien korelasi Interpretasi

00 , 1 80

,

0 rxy  Validitas sangat tinggi

80 , 0 60

,

0 rxy  Validitas tinggi

60 , 0 40

,

0 rxy  Validitas sedang

40 , 0 20

,

0 rxy  Validitas rendah

20 , 0

xy

r Validitas sangat rendah

Rumus yang digunakan untuk mengukur item kuesioner menggunakan rumus korelasi produk-momen memakai angka kasar (raw score), yaitu:

=

∑ ∑ ∑ √( ∑ ∑ ) ∑ ∑

Keterangan:

: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y n : banyak subjek (testi)


(33)

X : skor yang diperoleh dari tes

Y : rata-rata nilai harian

Uji validitas ini menguji peraspek pernyataan yang ada dalam angket tes psikologi. Sementara hasil validitas tes kecerdasan dapat dilihat pada Tabel 3.4 di bawah ini. (Perhitungan validitas hasil uji coba terlampir)

Tabel 3.4

Hasil Validitas Tes Kecerdasan

Aspek Indikator Butir Pernyataan

Koefisien

Validitas Interpretasi

1 Retorika (penggunaan bahasa untuk mempengaruhi orang lain melakukan tindakan tertentu)

1 0,664 Validitas tinggi

2 0,741 Validitas tinggi

3 0.694 Validitas tinggi

4 0,170 Validitas sangat rendah

5 0,470 Validitas sedang

2

Mnemonik/hafalan (penggunaan bahasa

untuk mengingat informasi)

1 0,653 Validitas tinggi

2 0,716 Validitas tinggi

3 0.592 Validitas sedang

4 0,507 Validitas sedang

5 0,797 Validitas tinggi

3

Eksplanasi (penggunaan bahasa

untuk memberikan informasi)

1 0,697 Validitas tinggi

2 0,803 Validitas sangat tinggi

3 0.695 Validitas tinggi

4 0,650 Validitas tinggi

5 0,689 Validitas tinggi

4

Metabahasa (penggunaan bahasa

untuk membahas bahasa itu sendiri)

1 0,805 Validitas sangat tinggi

2 0,884 Validitas sangat tinggi

3 0.778 Validitas tinggi

4 0,776 Validitas tinggi

5 0,772 Validitas tinggi

Dari Tabel 3.4 di atas, analisis validitas aspek 1 diketahui bahwa butir 1, 2, 3 memiliki koefisian validitas 0,60rxy 0,80 termasuk ke dalam interpretasi validitas tinggi, butir 4 memiliki koefisien validitas 0,170 berarti rxy 0,20 validitasnya sangat rendah, dan butir 5 memiliki koefisien validitas 0,470 berarti validitasnya sedang.


(34)

Hasil analisis validitas aspek 2 diketahui bahwa butir pernyataan 1, 2, 5 memiliki nilai koefisien antara 0,60rxy 0,80validitasnya tinggi, dan butir pernyatan 3, 4 memiliki nilai koefisien 0,40rxy 0,60 validitasnya bernilai sedang.

Dari hasil analisis validitas aspek 3 diketahui bahwa butir pernyataan 1, 3, 4, 5 validitasnya tinggi, dan butir 2 memiliki nilai koefisien 0,803 jadi, validitasnya sangat tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aspek 3 memiliki validitas yang baik karena dari 5 pernyataan tidak ada yang memiliki validitas sedang bahkan rendah.

Dari hasil analisis validitas aspek 4 diketahui bahwa butir pernyataan 1 dan 2 validitasnya sangat tinggi, dan butir pernyataan 3, 4, 5, validitasnya tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aspek 4 memiliki validitas yang baik karena dari 5 pernyataan tidak ada yang memiliki validitas sedang bahkan rendah.

Hasil dari keseluruhan analisis validasi tes kecerdasan linguistik ini dapat disimpulkan bahwa aspek yang paling baik validitasnya adalah aspek 3 dan 4, karena aspek ini memiliki nilai validitas tinggi dan sangat tinggi. Artinya, aspek 3 dan 4 memiliki tingkat valid yang tinggi, sehingga tepat digunakan untuk mengevaluasi sasarannya.

b. Uji Validitas Tes Hasil Belajar

Sebuah hasil tes belajar dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa setelah melakukan sebuah pembelajaran dalam satu kali pertemuan. Dalam hal ini, tes yang digunakan berbentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Cara menentukan tingkat validitas tes hasil belajar adalah dengan cara uji validitas konten atau isi yang sesuai dengan hal yang akan diteliti oleh peneliti. Validitas yang peneliti lakukan untuk menentukan validitas tes, dengan mengonsultasikanya dengan para pembimbing dan pada akhirnya pembimbing mempersilakan peneliti untuk menggunakan LKS tersebut untuk digunakan dalam pengambilan data penelitian.


(35)

2. Uji Reliabilitas Tes Kecerdasan

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran dimana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi lebih dari sekali. Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Tingkat kepercayaan sebuah tes haruslah diukur dengan sebuah uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui hasil suatu pengukuran dimana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi lebih dari sekali dengan kata lain tes tersebut dapat diketahui tingkat kepercayaanya. Uji reliabilitas ini sama dengan mengukur validitas yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu mengukur reliabilitas dari setiap aspeknya.

Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel jika hasil evaluasi tersebut memberikan hasil yang tetap sama (konsisten) jika digunakan untuk subjek yang sama. Untuk mencari koefisien reliabilitas digunakan formula cronbach alpha.

=

(

)

Keterangan:

= koefisien korelasi reliabilitas n = banyaknya butir soal

= varians skor setiap butir soal = varians skor total

Nilai diartikan sebagai nilai koefisien korelasi reliabilitas, sehingga kriterianya dapat ditunjukan dalam Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien korelasi Interpretasi

00 , 1 80

,

0 r11 Reliabilitas sangat tinggi

80 , 0 60

,

0 r11 Reliabilitas tinggi

60 , 0 40

,

0 r11 Reliabilitas sedang

40 , 0 20

,

0 r11 Reliabilitas rendah

20 , 0

11


(36)

Hasil analisis reliabilitas tes kecerdasan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. (Perhitungan relibilitas hasil uji coba terlampir)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 31 100.0

Excludeda 0 .0

Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Tabel 3.6

Hasil Analisis Reliabilitas Tes Kecerdasan

Reliability Statistics

Aspek Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items Koefisien Reliabilitas

1 .652 .667 5 Reliabilitas tinggi

2 .652 .667 5 Reliabilitas tinggi

3 .745 .752 5 Reliabilitas tinggi

4 .861 .862 5 Reliabilitas sangat

tinggi

1-4 .793 .790 20 Reliabilitas tinggi

*Penghitungan menggunakan SPSS versi 17.

Dari hasil analisis Tabel 3.6, terlihat aspek 1 memiliki nilai koefisien reliabilitas 0,652 dengan interpretasi reliabilitas tinggi, aspek 2 memiliki nilai koefisien 0,652 dengan interpretasi reliabilitas tinggi, aspek 3 memiliki nilai alpha cronbach .745 atau setara dengan koefisien reliabilitas 0,745 dengan interpretasi reliabilitas tinggi, dan aspek 4 memiliki nilai koefisien reliabilitas paling tinggi yaitu 0,861 dengan interpretasi reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas semua butir pernyataan angket (20 pernyataan) adalah sebesar 0,793 dengan interpretasi tes kecerdasan linguistik memiliki reliabilitas tinggi, dan aspek 4 yang memiliki nilai reliabilitas paling tinggi diantara aspek yang lainnya.


(37)

Teknik analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini menggunakan teknik uji statistik, yaitu di antaranya adalah sebagi berikut.

1) Uji Normalitas data Pretes dan Postes Pembelajaran Menulis

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan hasil data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan untuk menentukan pengujian beda dua rerata yang akan diselidiki. Untuk melakukan uji normalitas, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam Siregar (2013: 153) dengan menggunakan Statistical Passage for Social Science (SPSS) versi 17

.

2) Uji Beda Rata-Rata Pretes Dan Postes Hasil Pembelajaran Menulis

Uji beda dilakukan untuk melihat normal dan homogennya sebuah data pada saat dilakukan analisis. Apabila data itu normal dan homogen, dilakukan pengujian dengan uji T (Student). Bila data tidak normal dilakukan dengan uji non-parametrik uji-U Mann-Whitney

3) Korelasi dua Variabel

Untuk mengukur tingkat hubungan (korelasi) antara dua variabel dalam penelitian ini digunakan statistik Pearson Product Moment Correlation atau korelasi pearson produk momen. Yang rumusnya adalah sebagai berikut :

r

=

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ] [ ∑ ]

Keterangan : r = nilai korelasi Pearson Produk Momen N = banyaknya subjek

X = skor dalam distribusi variabel X Y = skor dalam distribusi variabel Y

Rumus korelasi Pearson Produk Momen mengukur tingkat hubungan antara dua variabel berskala interval. Skor yang diperoleh melalui tes psikologi kecerdasan linguistik menggunakan skala Likert (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju) biasanya dipertimbangkan sebagai data interval. Untuk melihat keeratan hubungan dua variabel yang diteliti adalah dengan mengkonsultasikan nilai r dengan tabel tingkat hubungan nilai r. Tabel tingkat hubungan tersebut dapat dilihat dalam Tabel di bawah ini :


(38)

Tabel 3.7

Tingkat Hubungan Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Cukup Kuat Sangat Kuat

4) Uji Beda rata-rata 3 Subkelompok Anova satu jalur

Uji beda rata-rata 3 subkelompok ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan dari kontribusi sebuah kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran menulisnya. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Anova satu jalur dengan menggunakan SPSS versi 17. Namun, terlebih dahulu menghitung peningkatan dari hasil pembelajaran menulis pretes dan postes yang telah dilakukan. Peningkatan hasil pembelajaran menulis tersebut dilakukan dengan menghitung Gain Normal, dengan rumus sebagai berikut.

G =

Dengan Interpretasi Hasil :

Jika G bernilai 0,0 – 0,29 berarti peningkatannya rendah. Jika G bernilai 0,3 – 0,69 berarti peningkatannya sedang. Jika G bernilai 0,7 – 1,00 berarti peningkatannya tinggi. Rumus Anova satu jalur (Siregar, 2013: 271)

JKB =

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

JKB = Nilai kuadrat antar baris

Xn = total jawaban setiap kelompok (sampel)

Xr = jumlah total jawaban dari setiap kelompok

Nn = jumlah sampel setiap kelompok


(39)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB IV, dapat disimpulkan mengenai pengaruh kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran menulis karangan narasi sebagai berikut.

1. Kecerdasan linguistik siswa kelas X PPU 2 beragam. Hasil tes yang didapatkan dibagi ke dalam 3 subkelompok kecerdasan linguistik, yaitu

tinggi, sedang, dan rendah. Hasil tes yang didapatkan dibagi ke dalam 3 subkelompok kecerdasan linguistik, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Nilai kecerdasan tertinggi mendapatkan skor 79-100,nilai kecerdasan sedang mendapatkan skor 78-74, dan skor terendah mendapatkan skor 73-55.

2. Hasil pembelajaran menulis narasi siswa pada tes akhir lebih baik daripada hasil pembelajaran menulis siswa awalnya. Data hasil perhitungan perbedaan rata-rata pretes dan postes dengan menggunakan uji-U (Mann Whitney) dengan kriteria pengujianya adalah H0 diterima jika P-value (sig) ≥ α, dengan

taraf signifikansi α = 0,05 didapatkan nilai P-value = 0,004. Karena P-value

nilainya lebih kecil dari nilai �, maka ditolak atau diterima. Ini berarti terdapat perbedaan rata-rata antara hasil pretes dan postes pembelajaran menulis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor postes secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor pretes, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa lebih baik daripada kemampuan awalnya dan pembelajaran VAK dapat memaksimalkan modalitas dalam belajar dan mampu mengakomodasi kecerdasan linguistik siswa dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran menulis secara signifikan

3. Kecerdasan linguistik memiliki tingkat hubungan yang rendah dengan hasil pembelajaran menulis narasi. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai P-value (sig) = 0,048 dan nilai koefisien korelasi r = 0,370 merupakan nilai positif, maka hasil dari P-value (sig) < 0,05 pada taraf signifikansi, jelas


(40)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan linguistik dengan hasil pembelajaran menulis. Hubungan yang dimaksud berupa hubungan positif, yakni semakin besar kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa akan memberi peluang semakin besar pula hasil pembelajaran menulisnya. Jadi, H0 ditolak dan Ha diterima, karena hasil penghitungan

korelasi menunjukan adanya hubungan antara kecerdasan linguistik dengan hasil pembelajaran menulis siswa.

4. Kecerdasan linguistik tidak memberikan perbedaan kontribusi terhadap kemajuan hasil pembelajaran menulis siswa dari 3 subkelompok yang ada, yaitu tinggi, sedang, maupun rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan, didapatkan nilai P-value = 0,136. Kondisi demikian menunjukkan bahwa diterima dan ditolak. Hal ini didasarkan pada nilai P-value yang didapat nilainya lebih dari α = 0,05. Dengan demikian, P

-value (sig) > α, maka kecerdasan linguistik tidak memberikan perbedaan

kontribusi terhadap kemajuan hasil pembelajaran menulis siswa yang tinggi, sedang, maupun rendah. Jadi, kecerdasan linguistik berkontribusi yang sama kepada setiap subkelompok walaupun jumlah kontribusinya berbeda.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Penggunaan model pembelajaran Visual, Auditory, Kinestethic (VAK) baik digunakan untuk pembelajaran menulis karena dapat mengoptimalkan modalitas belajar siswa. Oleh karena itu, para pengajar dapat menggunakan model VAK dengan memanfaatkan kecerdasan linguistik yang dimiliki siswanya sebagai sebuah potensi diri dalam mengoptimalkan pembelajaran menulis.

2. Strategi pembelajaran multiple intelligences dapat mengoptimalkan kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa dalam pembelajaran menulis. Dengan demikian, guru dapat membuat pembelajaran yang lebih inovatif


(41)

dalam pembelajaran menulis khususnya dengan menggunakan strategi

multiple intelligences.

3. Kecerdasan linguistik hanya memiliki hubungan yang rendah terhadap kemampuan menulis siswa, sehingga dimungkinkan faktor penyebab lain yang mempengaruhi menulis, seperti jenis kelamin, kegemaran terhadap kegiatan menulis, lingkungan pergaulan, bahasa yang digunakan sehari-hari, dan lain-lain.

4. Sebuah kecerdasan linguistik tidak hanya dapat dikorelasikan dengan kemampuan menulis saja, tetapi dapat juga dikorelasikan dengan kemampuan yang lainnya, seperti berbicara atau membaca. Jadi, untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti hal tersebut.


(42)

Abiding, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Refika Aditama.

Akhadiah, Sabarti. Dkk. (1998). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Graha Ilmu.

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna. (2005). Pokoknya Menulis: Cara baru menulis dengan metode kolaborasi. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Armstrong, Thomas. (2002). Multiple Intelligences in The Classroom: Sekolah Para Juara. Terjemahan oleh Murtanto, Y. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Campbell, Linda. Dkk. (2002) Multiple Intelligences: Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inisiasi Press.

Chatib, Munif. (2012). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Cetakan XV. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.

Chatib, Munif. (2013) Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Cetakan XI. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.

De Porter, Bob dan Mike hernacki. (1999). Quantum Learning. Terjemahan oleh Abdurrahman, Alwiyah. Bandung: Kaifa.

Depdiknas. (2008). Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Disalin dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2004). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: CV Yrama Widya.

Djiwandono, Soenardi. (2008). Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa.

Jakarta: Indeks.

Djuanda, D. (2008). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Latifah.

Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences: Teori Dalam Praktek. Terjemahan oleh Sindoro, A. Batam Centre: Interaksara.

Gie, T.L. (2002). Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Offset.

Gintings, Abdorrakhman. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.


(43)

Hurlock, Elizabet B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Irman, Mokhamad dkk. (2008). Bahasa Indonesia untuk SMK/MAK Program Keahlian 2. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Jasmine, Julia. (2007). Mengajar Berbasis Multiple Intelligences. Bandung: Nuansa.

Keraf, Groys. (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.

Kosasih, E. (2002). Kompetensi Ketatabahasaan. Bandung: CV Yrama Widya.

Kurniawan, H. Khaerudin. (2012). Belajar dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Panduan untuk Pendidik). Bandung: CV Bangkit Citra Persada.

Rahmat, Rosyadi A. (2008). Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah. Bogor: Ghalia Indonesia.

Resmini, N., dan Djuanda, D. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS.

Satriawan, Satria. (2012). “Penerapan Media animasi dua dimensi dalam pembelajaran menulis karangan narasi”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Diterbitkan

Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung; CV ALFABETA

Sudijono, Anas. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan.Cetakan ke-22. Jakarta: RajaGarfindo Persada.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Cetakan ke-4. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(1)

52

Tabel 3.7

Tingkat Hubungan Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Cukup Kuat Sangat Kuat

4) Uji Beda rata-rata 3 Subkelompok Anova satu jalur

Uji beda rata-rata 3 subkelompok ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan dari kontribusi sebuah kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran menulisnya. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Anova satu jalur dengan menggunakan SPSS versi 17. Namun, terlebih dahulu menghitung peningkatan dari hasil pembelajaran menulis pretes dan postes yang telah dilakukan. Peningkatan hasil pembelajaran menulis tersebut dilakukan dengan menghitung Gain Normal, dengan rumus sebagai berikut.

G =

Dengan Interpretasi Hasil :

Jika G bernilai 0,0 – 0,29 berarti peningkatannya rendah. Jika G bernilai 0,3 – 0,69 berarti peningkatannya sedang. Jika G bernilai 0,7 – 1,00 berarti peningkatannya tinggi. Rumus Anova satu jalur (Siregar, 2013: 271)

JKB =

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

JKB = Nilai kuadrat antar baris

Xn = total jawaban setiap kelompok (sampel) Xr = jumlah total jawaban dari setiap kelompok Nn = jumlah sampel setiap kelompok


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB IV, dapat disimpulkan mengenai pengaruh kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran menulis karangan narasi sebagai berikut.

1. Kecerdasan linguistik siswa kelas X PPU 2 beragam. Hasil tes yang didapatkan dibagi ke dalam 3 subkelompok kecerdasan linguistik, yaitu

tinggi, sedang, dan rendah. Hasil tes yang didapatkan dibagi ke dalam 3 subkelompok kecerdasan linguistik, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Nilai kecerdasan tertinggi mendapatkan skor 79-100,nilai kecerdasan sedang mendapatkan skor 78-74, dan skor terendah mendapatkan skor 73-55.

2. Hasil pembelajaran menulis narasi siswa pada tes akhir lebih baik daripada hasil pembelajaran menulis siswa awalnya. Data hasil perhitungan perbedaan rata-rata pretes dan postes dengan menggunakan uji-U (Mann Whitney) dengan kriteria pengujianya adalah H0 diterima jika P-value (sig) ≥ α, dengan

taraf signifikansi α = 0,05 didapatkan nilai P-value = 0,004. Karena P-value

nilainya lebih kecil dari nilai �, maka ditolak atau diterima. Ini berarti terdapat perbedaan rata-rata antara hasil pretes dan postes pembelajaran menulis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor postes secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor pretes, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa lebih baik daripada kemampuan awalnya dan pembelajaran VAK dapat memaksimalkan modalitas dalam belajar dan mampu mengakomodasi kecerdasan linguistik siswa dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran menulis secara signifikan

3. Kecerdasan linguistik memiliki tingkat hubungan yang rendah dengan hasil pembelajaran menulis narasi. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai P-value (sig) = 0,048 dan nilai koefisien korelasi r = 0,370 merupakan nilai positif,


(3)

73

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan linguistik dengan hasil pembelajaran menulis. Hubungan yang dimaksud berupa hubungan positif, yakni semakin besar kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa akan memberi peluang semakin besar pula hasil pembelajaran menulisnya. Jadi, H0 ditolak dan Ha diterima, karena hasil penghitungan korelasi menunjukan adanya hubungan antara kecerdasan linguistik dengan hasil pembelajaran menulis siswa.

4. Kecerdasan linguistik tidak memberikan perbedaan kontribusi terhadap kemajuan hasil pembelajaran menulis siswa dari 3 subkelompok yang ada, yaitu tinggi, sedang, maupun rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan, didapatkan nilai P-value = 0,136. Kondisi demikian menunjukkan bahwa diterima dan ditolak. Hal ini didasarkan pada nilai P-value yang didapat nilainya lebih dari α = 0,05. Dengan demikian, P -value (sig) > α, maka kecerdasan linguistik tidak memberikan perbedaan kontribusi terhadap kemajuan hasil pembelajaran menulis siswa yang tinggi, sedang, maupun rendah. Jadi, kecerdasan linguistik berkontribusi yang sama kepada setiap subkelompok walaupun jumlah kontribusinya berbeda.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Penggunaan model pembelajaran Visual, Auditory, Kinestethic (VAK) baik digunakan untuk pembelajaran menulis karena dapat mengoptimalkan modalitas belajar siswa. Oleh karena itu, para pengajar dapat menggunakan model VAK dengan memanfaatkan kecerdasan linguistik yang dimiliki siswanya sebagai sebuah potensi diri dalam mengoptimalkan pembelajaran menulis.

2. Strategi pembelajaran multiple intelligences dapat mengoptimalkan kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa dalam pembelajaran menulis. Dengan demikian, guru dapat membuat pembelajaran yang lebih inovatif


(4)

74

dalam pembelajaran menulis khususnya dengan menggunakan strategi

multiple intelligences.

3. Kecerdasan linguistik hanya memiliki hubungan yang rendah terhadap kemampuan menulis siswa, sehingga dimungkinkan faktor penyebab lain yang mempengaruhi menulis, seperti jenis kelamin, kegemaran terhadap kegiatan menulis, lingkungan pergaulan, bahasa yang digunakan sehari-hari, dan lain-lain.

4. Sebuah kecerdasan linguistik tidak hanya dapat dikorelasikan dengan kemampuan menulis saja, tetapi dapat juga dikorelasikan dengan kemampuan yang lainnya, seperti berbicara atau membaca. Jadi, untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti hal tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abiding, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Refika Aditama.

Akhadiah, Sabarti. Dkk. (1998). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Graha Ilmu.

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna. (2005). Pokoknya Menulis: Cara baru menulis dengan metode kolaborasi. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Armstrong, Thomas. (2002). Multiple Intelligences in The Classroom: Sekolah Para Juara. Terjemahan oleh Murtanto, Y. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Campbell, Linda. Dkk. (2002) Multiple Intelligences: Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inisiasi Press.

Chatib, Munif. (2012). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Cetakan XV. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka. Chatib, Munif. (2013) Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan

Semua Anak Juara. Cetakan XI. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.

De Porter, Bob dan Mike hernacki. (1999). Quantum Learning. Terjemahan oleh Abdurrahman, Alwiyah. Bandung: Kaifa.

Depdiknas. (2008). Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Disalin dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2004). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: CV Yrama Widya.

Djiwandono, Soenardi. (2008). Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa.

Jakarta: Indeks.

Djuanda, D. (2008). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Latifah.

Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences: Teori Dalam Praktek. Terjemahan oleh Sindoro, A. Batam Centre: Interaksara.

Gie, T.L. (2002). Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Offset.

Gintings, Abdorrakhman. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.


(6)

Huda, Miftahul. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hurlock, Elizabet B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Irman, Mokhamad dkk. (2008). Bahasa Indonesia untuk SMK/MAK Program Keahlian 2. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Jasmine, Julia. (2007). Mengajar Berbasis Multiple Intelligences. Bandung: Nuansa.

Keraf, Groys. (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.

Kosasih, E. (2002). Kompetensi Ketatabahasaan. Bandung: CV Yrama Widya. Kurniawan, H. Khaerudin. (2012). Belajar dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia (Panduan untuk Pendidik). Bandung: CV Bangkit Citra Persada. Rahmat, Rosyadi A. (2008). Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Resmini, N., dan Djuanda, D. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS.

Satriawan, Satria. (2012). “Penerapan Media animasi dua dimensi dalam pembelajaran menulis karangan narasi”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Diterbitkan

Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung; CV ALFABETA

Sudijono, Anas. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan.Cetakan ke-22. Jakarta: RajaGarfindo Persada.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Cetakan ke-4. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


Dokumen yang terkait

PENGARUH BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 LAGUBOTI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017.

0 2 23

KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

0 2 26

ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN Analisis Reduplikasi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Karangpandan.

0 2 18

ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN Analisis Reduplikasi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Karangpandan.

0 2 12

PENGARUH BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 LAGUBOTI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017.

0 1 23

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENGALAMAN PRIBADI DENGAN METODE Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Pengalaman Pribadi Dengan Metode Kontruktivisme Pada Siswa Kelas X 2 SMA Negeri 01 Pulokulon Grobogan Tahu

0 1 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENGALAMAN PRIBADI DENGAN METODE Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Pengalaman Pribadi Dengan Metode Kontruktivisme Pada Siswa Kelas X 2 SMA Negeri 01 Pulokulon Grobogan Tahun

0 1 17

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN TEKNIK 5W + 1H.

11 86 34

Pengembangan materi menulis karangan narasi dengan media gambar karikatur untuk siswa kelas X semester 1.

0 1 204

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA.

0 0 119