PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : PTK di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung.
Dewi Sri Lestari, 2013
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung) SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh: Dewi Sri Lestari
0901599
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung)
Oleh: Dewi Sri Lestari
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
©Dewi Sri Lestari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak cipta dilindungi Undang-undang Skripsi ini tidak boleh diperbanyak
Seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi,
atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
Dewi Sri Lestari, 2013
LEMBAR PENGESAHAN DEWI SRI LESTARI
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING : Pembimbing I
Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd NIP. 19721001 200112 2 001
Pembimbing II
Yeni Kurniawati, M.Pd NIP. 19770602 200312 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001
(4)
Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung Panitia ujian terdiri dari:
1. Ketua :
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :
Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001 3. Penguji : 3.1
Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M. Pd NIP. 19590714 198601 1
: 3.2
Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001
: 3.3
Muhamad Iqbal, S.Pd.,M.Si NIP. 19801112 200912 1 003
(5)
Dewi Sri Lestari, 2013
ABSTRAK
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (PTK di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi yang dilakukan di SMPN 12 Bandung, yaitu kurangnya antusias siswa untuk mengikuti pelajaran IPS dibanding dengan pelajaran lainnya. Observasi dilaksanakan beberapa kali pertemuan yang dimulai pada tanggal 13 Maret 2013 sampai dengan 22 Mei 2013. Peneliti melihat kurangnya guru memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS. Hal tersebut memberikan indikasi yang menjadikan suatu masalah dalam proses pembelajaran di kelas. Sumber belajar yang digunakan lebih banyak merujuk pada buku teks, sehingga kurang menggali potensi siswa. Berdasarkan hasil observasi tersebut, maka peneliti ingin memberikan satu alternatif solusi dalam proses pembelajaran yaitu dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS, agar sumber belajar yang digunakan lebih bervariasi. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana perencanaan, pelaksanaan, hambatan, solusi dan hasil belajar dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS di kelas VII K. Landasan teori yang digunakan sebagai bahan kajian dalam penelitian ini adalah konsep pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPS. Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Hopkins. Pada pelaksanaan tindakan dilaksanakan empat siklus yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung. Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Instrument yang digunakan yaitu observasi, wawancara, catatan harian, tes, penilaian sikap, dan penilaian performance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS sangat baik karena dapat meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran, serta mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan guru. Hal tersebut dikarenakan proses pembelajarannya yang mengaitkan materi dengan pengetahuan dan pengalaman siswa, sehingga meningkatkan hasil belajar. Pelaksanaan penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, hambatan dan upaya, serta hasil belajar yang diperoleh siswa tidak seluruhnya sesuai dengan yang telah direncanakan namun tetap dapat dilaksanakan. Jadi, pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar pada ranah kognitif sudah sesuai yaitu mencapai ketuntasan dengan nilai di atas 75. Untuk hasil belajar afektif siswa sudah antusias dalam menanggapi materi yang telah disampaikan guru, siswa memperhatikan dan mau bertanya seputar pelajaran yang belum diketahuinya. Sedangkan hasil belajar dari psikomotornya adalah siswa mampu mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik dan mau mengemukakan pendapatnya. Saran untuk guru IPS yaitu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
(6)
ABSTRACT
THE USE OF ENVIRONMENT AS A SOURCE OF LEARNING SOCIAL STUDIES TO IMPROVE STUDENT LEARNING RESULT IN SOCIAL STUDIES SUBJECT (Action Class Research in SMP N 12 Bandung, class
VII K)
This research was inspired by an observation conducted in SMP 12
Bandung, which showed students’ had lack of enthusiasm to participate in social studies compared with other subjects. The observation was conducted in several times that had been began on March 13, 2013 until May 22, 2013. The researcher noticed the teachers had a little attention to use the environment as a source of learning social studies. It gave an indication of what makes a problem in the learning process in the classroom. The teacher frequently used a textbook only as the learning resource, making it explore less of the potential of students. Based on the observations, the researcher wanted to provide an alternative solution which is using the environment as a source of material in learning social studies, so that the learning resources used would be more varied. The problem of the research were how the environment should be planned and implemented as a learning source in social studies, and what kind of obstacles, solutions and outputs that came in using environment as a source of social studies. This study aimed to improve student learning outcomes by using the environment as a learning resource in the classroom. Theoretical basis used in this study was the concept of environmental approach in learning social studies. The researcher used Classroom Action Research (CAR) with Hopkins model as the research method. The research is conducted in four cycles consisting: planning, implementation, observation, and reflection. Subjects in this study would be a teacher and students of class VII K SMP Negeri 12 Bandung. The data were analyzed using a qualitative approach. The instruments used were observation, interviews, diaries, tests, attitude assessment, and performance assessment. The results showed that by using the
environment as a learning source, the students’ enthusiasm in learning social studies had increased. They also were enable to understand the material presented by the teacher. That was because the process of learning the material linked with students' knowledge and experience, thus it affected the improvement of learning outcomes. The stage of planning and implementation, obstacles and effort, as well as the learning outputs were not wholly obtained as expected, but still workable. Thus, learning social studies by using the environmental approach could improve student learning outcomes. The learning outcome in the cognitive domain was in the standard value, which was over 75. For affective domain, the students were more enthusiastic in response to the material delivered by teacher, and they paid more attention and more courageous to ask about the lessons that had not been learned. While their learning outcomes in psychomotor domain resulted they were able to present their work well and were willing to share their opinions. The researcher suggested for social studies teachers to use the environment as a learning resource to improve student learning outcomes in learning social studies.
(7)
Dewi Sri Lestari, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 6
C. TUJUAN PENELITIAN ... 7
D. MANFAAT PENELITIAN ... 7
E. STRUKTUR ORGANISASI ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A. SUMBER BELAJAR IPS ... 10
1. Pengertian Sumber Belajar ... 10
2. Ciri-ciri Sumber Belajar ... 13
3. Macam-macam Sumber Belajar ... 14
4. Fungsi Sumber Belajar ... 17
5. Manfaat Sumber Belajar ... 19
B. LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS ... 21
1. Pengertian Lingkungan ... 21
2. Macam-macam Lingkungan... 22
3. Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPS ... 25
C. HASIL BELAJAR IPS ... 29
D. HASIL PENELITIAN TERDAHULU ... 35
E. KERANGKA PEMIKIRAN ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN ... 41
B. DESAIN PENELITIAN ... 41
(8)
D. DEFINISI OPERASIONAL ... 47
1. Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 47
2. Hasil Belajar ... 48
E. PROSEDUR PENELITIAN... 52
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN ... 54
G. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA... 61
H. VALIDASI DATA ... 64
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL OBSERVASI ... 66
A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 66
1. Lokasi Penelitian ... 66
2. Seting Kelas ... 66
3. Deskripsi Visi dan Misi SMP Negeri 12 Bandung ... 68
4. Profil Guru Mitra ... 69
5. Deskripsi Keadaan Sarana dan Prasarana ... 70
6. Deskripsi Hasil Observasi Awal ... 72
B. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan... 74
1. Tindakan Siklus I ... 74
2. Tindakan Siklus II ... 85
3. Tindakan Siklus III ... 95
4. Tindakan Siklus IV ... 102
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 110
1. Perencanaan Pembelajaran dengan Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 110
2. Pembelajaran dengan Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 113
3. Hasil Belajar Setelah Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 118
4. Hambatan dalam Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 120
5. Upaya untuk Mengatasi Hambatan dalam Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 122
BAB V PENUTUP ... 124
A. KESIMPULAN ... 124
B. SARAN ... 127
DAFTAR PUSTAKA ... 128 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(9)
Dewi Sri Lestari, 2013
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Sarana dan prasarana sekolah ... 71
Tabel 4.2. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada siklus ... 80
Tabel 4. 3. Refleksi Siklus ... 83
Tabel 4.4.Observasi hasil belajar siswa siklus I ... 84
Tabel 4.5. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada tindakan siklus II .... 91
Tabel 4. 6. Refleksi siklus II ... 94
Tabel 4. 7. Observasi hasil belajar siswa pada siklus II ... 95
Tabel 4. 8. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar ... 99
Tabel 4. 9. Refleksi siklus III ... 101
Tabel 4. 10. Observasi hasil belajar tindakan siklus III ... 102
Tabel 4.11. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada siklus IV ... 105
Tabel 4. 12. Observasi hasil belajar siswa siklus IV ... 107
Tabel 4. 13. Perencanaan tindakan ... 111
Tabel 4. 14. Pelaksanaan tindakan ... 113
(10)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir ... 39 Gambar 3.1: Penelitian Tindakan Model Hopkins ... 43
(11)
Dewi Sri Lestari, 2013
DAFTAR GRAFIK
Halaman
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian Tindakan siklus I – IV 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Soal Tes
3. Lembar observasi
4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lampiran 2 Hasil Penelitian tindakan
1. Soal Tes
2. Lembar observasi
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lampiran 3 Foto-foto Kegiatan Lampiran 4 Surat Keterangan Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup
(13)
Dewi Sri Lestari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Penelitian ini berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 12 Bandung. Dalam observasi ini peneliti menemukan beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tersebut banyak siswa yang kurang memperhatikan ketika guru menyampaikan materi. Para siswa tersebut sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Banyak siswa yang berbicara dengan teman sebangkunya, ada yang sibuk bermain handphone, bahkan ada juga siswa yang sampai tertidur di dalam kelas.
Proses pembelajaran di kelas guru hanya menggunakan ceramah yang membuat siswa kurang antusias untuk memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, guru hanya memanfaatkan buku teks sebagai sumber belajar dan tidak mengembangkan materi yang telah ada untuk proses pembelajaran. Guru kurang memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa. Mengajar bukanlah sekedar menyajikan informasi ataupun gagasan seperti yang banyak dilakukan di dalam pengajaran ilmu-ilmu sosial serta IPS sampai desawa ini, khususnya di sekolah-sekolah Indonesia. Di dalamnya tercakup pula diantaranya membimbing siswa untuk belajar melalui kegiatan-kegiatan pemeriksaan, menemukan, menganalisis, dan menguji yang disebut berpikir reflektif sebagai suatu yang penting dalam membangun sikap dan nilai-nilai yang lebih langsung adalah tugas-tugas pengembangan keterampilan (Wahab, 2012: 28).
Guru hanya merupakan salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang ada. Bahkan guru hanya salah satu sumber belajar yang berupa orang, selain petugas pustakawan, petugas laboratorium, tokoh-tokoh masyarakat dan lain-lain. Peran guru adalah menyediakan, menunjukkan, membimbing dan memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada. Bukan hanya
(14)
sumber belajar yang berupa orang, melainkan juga sumber-sumber belajar yang lain. Bukan hanya sumber belajar yang dirancang untuk keperluan belajar, melainkan juga sumber belajar yang tersedia. Sumber belajar itu dapat kita temukan, kita pilih, dan kita manfaatkan sebagai sumber belajar siswa. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS ini diharapkan akan dapat memberikan motivasi untuk siswa agar memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru di kelas dan dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar ini juga diharapkan hasil yang didapatkan oleh siswa meningkat.
Menurut Al Muchtar dalam Maksum (1997: 2) IPS merupakan bidang studi yang menjemukan dan kurang menantang minat belajar
siswa, bahkan lebih dari itu dipandang sebagai “kelas dua” oleh siswa
maupun oleh orang tua siswa. Kelemahan pembelajaran IPS selama ini adalah kurang mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Somantri dalam Maksum (1997: 2) salah satu kelemahan dalam pembelajaran IPS menekankan pada strategi ceramah dan ekspositori atau
transfer of knowledge yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan
belajar siswa. Pengembangan kegiatan pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama yang kajiannya berdimensi pada konteks lingkungan sekitar siswa atau berkaitan dengan latar kehidupan masyarakat dengan berbagai aktivitasnya, fenomena atau permasalahannya sebagai sumber belajar yang nyata dalam proses pembelajaran IPS di SD sama halnya dengan SMP mutlak harus dilakukan. Hal ini dipertegas oleh Sumaatmadja dalam Permana (2006: 5) bahwa:
“Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang-bidang yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh sebab itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya, merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak kepada kenyataan tidak mungkin mencapai sasaran dan
tujuannya, dan tidak akan memenuhi tuntutan
(15)
3
Dewi Sri Lestari, 2013
Berdasarkan pengalaman di lapangan dan analisis dari beberapa sumber, ternyata banyak guru yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk memilih dan mengaplikasikan berbagai metode atau pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan kegairahan, keaktifan, kreativitas, dan motivasi belajar siswa. Kesulitan siswa untuk menangkap pesan yang telah disampaikan oleh para guru dalam proses pembelajaran merupakan salah satu yang menyebabkan banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran IPS. Guru hanya berfokus pada buku teks, guru tidak memanfaatkan sumber belajar lainnya misalnya dengan menjadikan lingkungan yang kaya dengan sumber sebagai sumber belajar IPS atau sumber belajar lainnya.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS dalam proses pembelajaran sangat penting, karena lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman siswa itu sendiri. Lingkungan sebagai sumber dan media pembelajaran adalah segala kondisi di luar diri siswa dan guru baik berupa fisik maupun nonfisisk yang dapat menjadikan perantara agar pesan pembelajaran tersampaikan kepada siswa secara optimal. Sehingga setiap lingkungan yang secara sengaja digunakan dalam proses pembelajaran bisa disebut sebagai media pembelajaran (Musfiqon, 2012: 133). Menurut Poedjiadi dalam Permana (2006: 5) dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, diharapkan siswa akan memiliki kepedulian terhadap lingkungannya dan berawal dari pemahaman dan kepedulian siswa itu dapat mencari solusi, mengambil keputusan dan melakukan tindakan nyata ketika masalah dalam lingkungan mereka sendiri.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar ( di dalam atau luar) organisme yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme. Lingkungan tertentu mempunyai fenomena, keunikan dan batas-batas sendiri. Pengenalan dari fenomena dari fenomena, keunikan, dan batasan akan memberikan rasa aman dan tentram pada diri siswa (Rusmiati, 2011: 11). Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
(16)
sekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun benda abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut (Effendi, 2007: 159).
Berdasarkan masalah di atas peneliti mencoba untuk memberikan solusi agar pembelajaran di kelas tidak membuat siswa menjadi jenuh dan kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar tersebut maka hasil belajar siswa diharapkan akan menjadi lebih baik dan meningkat. Banyak lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran di kelas seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan intelektual, dan lingkungan psikologis. Dalam Syaodih (2012: 3) lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam sekitar siswa, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan. Lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antara manusia, pergaulan antara guru dengan siswa serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak siswa dan pihak lainnya. Sedangkan lingkungan intelektual adalah iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir, lingkungan ini mencakup perangkat lunak. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan tersebut yaitu lingkungan yang berada dekat dengan siswa atau juga berasal dari media massa atau cetak seperti televisi, radio, koran, majalah, dan sumber lainnya.
Hasil penelitian Permana (2006: 105) berdasarkan temuan di lapangan, penulis menyimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapar meningkatkan kualitas dan perolehan hasil belajar dalam pembelajaran IPS, karena suatu kegiatan yang dapat memberikan kelengkapan pengetahuan bagi siswa adalah situasi lingkungan di mana tersedia kemungkinan yang tidak
(17)
5
Dewi Sri Lestari, 2013
terbatas untuk dijadikan arena dalam mengarahkan aktivitas belajar siswa. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat menciptakan siswa yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya, karena siswa bersentuhan langsung dengan lingkungan di mana ia tinggal. Pengetahuan siswa tidak hanya dari buku teks yang ada dan diajarkan oleh guru ketika berada di dalam kelas, tetapi siswa juga dapat merasakan secara langsung mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru. Sehingga dapat menjadikan pembelajaran ini sebagai pengalaman dan menjadikan pembelajaran yang bermakna.
Semua aspek yang terkait dengan lingkungan sosial siswa dapat dilihat sebagai masalah dan sebagai sumber belajar. Siswa merupakan bagian dari struktur serta kelembagaan yang ada di lingkungan sosialnya. Mereka terkait dengan adat istiadat, norma hokum, sejarah, budaya, dan lain-lain sebagai konsep yang terkait dengan lingkungan. Masalah-masalah tersebut harus dibahas dan dijelaskan di dalam proses pembelajaran oleh guru dan dijadikan sebagai bahan ajar.
Tujuan lingkungan digunakan sebagai sumber belajar yaitu agar siswa diperkenalkan pada wawasan, kesadaran, dan kepedulian terhadap masalah lingkungan, karena hal ini merupakan modal dasar untuk bekal dalam rangka membangun kemampuan siswa untuk berpartisipasi secara relevan dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti “Pemanfaatan
Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS”.
(18)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah umum
penelitian adalah: “Bagaimana mengembangkan pembelajaran dengan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung?”
Selanjutnya dari tujuan umum tersebut dijabarkan pada rumusan masalah khusus adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana guru merencanakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung?
2. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung?
3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung?
4. Bagaimana hambatan proses pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung”
5. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung?
(19)
7
Dewi Sri Lestari, 2013
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini bertujuan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung.
Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran yang meliputi:
1. Proses perencanaan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung
2. Proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung
3. Hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung 4. Hambatan dalam proses pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung
5. Upaya untuk mengatasi hambatan dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
Memberikan pengalaman bagi siswa dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa., siswa dapat berekspresi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk mengembangkan pengetahuan dalam dirinya.
(20)
2. Bagi guru
Meningkatkan kinerja guru dan profesionalisme guru dalam mengajar di dalam kelas, serta sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
3. Bagi sekolah
Meningkatkan proses pembelajaran dan pelayanan terhadap siswa serta membuat prestasi menjadi lulusan yang terbaik sekolah. 4. Bagi peneliti
Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti sangat berharap siswa dapat meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar IPS.
E. STRUKTUR ORGANISASI
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I pendahuluan, bab II kajian teori, bab III metodologi penelitian, bab IV analisis data dan hasil observasi, dan bab V penutup.
Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Dalam bab ini pula berisi tentang alasan dan penyebab mengapa peneliti tertarik untuk menelitinya.
Bab II berisi kajian teori yang memuat pengertian dan konsep dasar lingkungan sebagai sumber belajar serta kajian tentang hasil belajar. Pada bab ini juga disampaikan mengenai bukti-bukti empirik yang berhubungan dengan konsep lingkungan sebagai sumber belajar secara langsung serta hasil belajar siswa.
Bab III merupakan metodologi penelitian yang mencakup desain penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data serta prosedur dan tahap penelitian.
(21)
9
Dewi Sri Lestari, 2013
Bab IV membahas tentang laporan hasil penelitian yang meliputi pengolahan atau antusias data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan.
Bab V menguraikan tentang penutup yang mencakup kesimpulan dan saran terhadap proses pembelajaran, pendidik, dan pemegang kebijakan yang memiliki kompetensi terhadap perkembangan pendidikan.
(22)
BAB III
METODE PENELITIAN A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
Lokasi penelitian dimaksud menunjukkan pada pengertian situasi sosial yang mengandung tiga unsur yaitu tempat, perilaku, dan kegiatan (Permana, 2006: 42). Yang dimaksud lokasi penelitian ini adalah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, yaitu SMP Negeri 12 Bandung. Dari unsur perilaku adalah guru dan siswa kelas VII K, sedangkan dari unsur kegiatan adalah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS dalam pembelajaran IPS.Adapun alasan pengambilan lokasi tersebut karena sejalan dengan dilaksanakannya kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan lebih memudahkan lagi bagi peneliti untuk melakukan tindakan.
Subjek penelitian kualitatif untuk penelitian kelas dapat berupa peristiwa, manusia, dan situasi yang diamati (Permana, 2006: 43). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru, siswa, serta proses-proses interaktif yang terjadi diantara guru dengan siswa selama berlangsungnya penelitian ini di kelas VII K dengan jumlah siswa seluruhnya adalah 36 orang yang terdiri dari 19 orang adalah siswa laki-laki dan 17 orang adalah siswa perempuan.
B. DESAIN PENELITIAN
Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan (orientasi). Hal ini dilakukan untuk menemukan informasi-informasi aktual dan akan dijadikan indikator dalam menyusun rencana tindakan untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS selanjutnya pada siklus kedua dan seterusnya. Jenis kegiatan yang dilakukan peneliti bersama observer adalah memperbaiki rencana, pelaksanaan, pengamatan, refleksi, dan tahap-tahap ini akan diulang seterusnya hingga siklus berakhir.
(23)
42
Dewi Sri Lestari, 2013
Menurut Hopkins dalam Sanjaya (2011: 53) pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya masalah , menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi, mengadakan refleksi, melakukan rencana ulang, melaksanakan tindakan, dan seterusnya. Prosedur penelitian akan dilaksanakan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Model Hopkins seperti gambar berikut:
(24)
Gambar 3.1: Penelitian Tindakan Model Hopkins
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Aksi
Refleksi
Observasi
Perencanaan ulang Refleksi
Observasi
(25)
44
Dewi Sri Lestari, 2013
Sumber: Sanjaya (2011: 54)
Prosedur penelitian dalam gambar siklus tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Orientasi atau identifikasi masalah yaitu pendahuluan sebelum melakukan tindakan. Kegiatan ini terdiri dari pengamatan terhadap lingkungan Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandung, kegiatan pembelajaran IPS yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII K. wawancara dengan guru mitra (DM) dan wawancara dengan siswa kelas VII K. secara umum kegiatan orientasi ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang kondisi sekolah dan secara khusus untuk melihat gambaran awal pembelajaran IPS di kelas VII K Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandung. Hasil orientasi ini akan disesuaikan dengan hasil kajian teoritis secara relevan, sehingga menghasilkan suatu program pengembangan tindakan yang dipandang tepat dengan situasi sosial di kelas di mana tindakan akan dilaksanakan.
2. Perencanaan (plan) adalah kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana tindakan yang hendak dilaksanakan di kelas. Rencana disusun secara fleksibel karena untuk mengakomodir berbagai kemungkinan yang dapat saja terjadi ketika tindakan dilaksanakan. Perencanaan disusun secara partisipatif, kolaboratif, dan reflektif antara peneliti dengan observer, agar tindakan dapat lebih terarah pada sasaran yang hendak dicapai, dengan didasari pada pertimbangan apakah tindakan yang akan dilakukan tersebut mungkin untuk dapat dilaksanakan secara efektif dalam berbagai situasi kelas. Dari kegiatan identifikasi pada studi orientasi di kelas VII K Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandung. Peneliti dan observer merencanakan langkah-langkah perencanaan pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan pelajaran IPS. Pada perencanaan ini disepakati tentang hal-hal yang akan di observasi, kriteria-kriteria penilaian, materi atau pokok bahasan yang akan diberikan, buku
(26)
sumber, tempat dan waktu pelaksanaan, persiapan perangkat pembelajaran, serta media pembelajaran yang dibutuhkan.
3. Pelaksanaan atau aksi yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah disepakati sebelumnya antara peneliti dengan observer. Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Tindakan ini merupakan kegiatan nyata pembelajaran IPS di kelas VII K Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandung, dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah disepakati sebelumnya antara peneliti dengan observer peneliti. Pelaksanaan tindakan di Kelas VII K Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandung tersebut berlangsung selama beberapa siklus pembelajaran IPS hingga sudah stabil (jenuh).
4. Observasi yaitu kegiatan mengamati, mengenali sambil mendokumentasikan (mencatat dan merekam) terhadap proses, hasil, pengaruh, dan masalah baru yang mungkin saja muncul selama tindakan dilakukan. Hasil observasi ini akan dijadikan bahan analisis dan dasar refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusunan rencana tindakan selanjutnya.
5. Refleksi yaitu kegiatan menganalisis tentang apa-apa saja rencana dan tindakan yang sudah tercapai dan apa pula yang dapat dicapai pada suatu siklus tertentu. Refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan observer. dalam penelitian ini, jumlah siklus yang dilakukan bergantung dari tingkat ketercapaian hasil pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Artinya, penelitian akan diakhiri, apabila hasil belajar siswa yang paling optimal telah dicapai melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS.
(27)
46
Dewi Sri Lestari, 2013
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Kemmis dalam Sanjaya (2011: 24) menyatakan penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka.Sedangkan menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2010: 12) mengemukakan penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut.
Kember dalam Suharsaputra (2012: 248) mengemukakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu diskursus kritis atas fenomena sosial, di mana emansipasi dan perubahan menjadi hal yang dicarinya, melalui partisipasi dan peran agen perubahan serta konsensus bersama meskipun efek perubahan hanya terkena pada partisipannya, yang jelas tujuan melakukan perubahan dan emansipasi perlu dilakukan. Dengan demikian tampak bahwa landasan penelitian tindakan lebih berorientasi praktis, meskipun sudah tentu tanpa mengabaikan makna penting teori sebagai kerangka dalam memahami praktik-praktik tertentu yang perlu diperbaiki.
Oleh karena itu penelitian tindakan kelas sangat tepat dilakukan oleh guru untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperbaiki.Adapun tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan praktik guru dalam proses pembelajaran di kelas, untuk mengembangkan sikap professional guru dalam melaksanakan tugasnya
(28)
sebagai seorang guru yang baik, serta untuk meningkatkan dalam penggunaan alat dan teknologi untuk media pembelajaran dalam proses belajar mengajar di kelas.
Secara ringkas penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.Mereka dapat mengujicobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran di kelas, dan melihat pengaruh nyata dari upaya yang dilakukan tersebut.
Penelitian ini diharapkan baik untuk guru maupun siswa dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, dapat melakukan perbaikan dan meningkatkan kemampuan kinerjanya, dapat mendorong guru untuk memiliki sikap profesionalnya, mengurangi rasa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran, dan dapat pula meningkatkan hasil belajar siswa.
D. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk memudahkan dalam memahami istilah yang ada serta memperoleh kesamaan pandangan dan menghindari perbedaan pendapat dalam penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Lingkungan yaitu situasi yang tersedia di mana pesan itu diterima oleh siswa.Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik seperti gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman dan lain-lain. Sedangkan lingkungan non fisik terdisi atas penerangan dan sikulasi udara.
(29)
48
Dewi Sri Lestari, 2013
Lingkungan sebagai sumber belajar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sumber dan media belajar yang bahannya tidak dirancang terlebih dahulu.Lingkungan sebagai sumber belajar adalah tempat atau ruangan yang dapat mempengaruhi siswa. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar ini dapat berupa orang, situasi maupun fenomena yang memiliki muatan pesan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar disajikan dalam kegiatan pembelajaran pada waktu yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini disesuaikan dengan tujuan pembelajaran agar lebih memudahkan siswa dalam proses pembelajaran dan memudahkan siswa menyerap materi yang telah disampaikan oleh guru di kelas.
Dapat kita lihat bahwa di sekitar sekolah terdapat berbagai macam sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian siswa akan lebih mengenal lingkungannya, pengetahuan siswa akan lebih autentif, sifat verbalisme pada siswa dapat dikurangi serta siswa akan lebih aktif dan banyak berlatih.
Indikator yang digunakan untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tercapai apabila siswa tidak hanya terfokus kepada buku paket, siswa mengetahui dan memiliki pengalaman langsung dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajarnya, siswa banyak mengetahui tentang masalah-masalah yang berada di lingkungannya baik lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga dan lain-lain, kemudian siswa juga dapat mengatasi masalah yang terjadi di lingkungan.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Gagne dalam Cheliawati (2010: 9) dapat didefinisikan sebagai suatu proses, di mana suatu organisme berubah
(30)
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Perubahan perilaku dapat berupa perkembangan dari berbicara, berpikir, mengingat, memecahkan masalah atau berbuat kreatif dan tentunya hal ini membutuhkan proses dan waktu. Pengalaman merupakan penyebab terjadinya proses belajar, namun bagaimana sebenarnya siswa memperoleh pengetahuan dalam pikirannya sehingga dapat dikatakan bahwa siswa tersebut telah belajar.
Menurut Sudjana dalam Astuti (2009: 21) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman-pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan indikator yang paling mudah untuk menentukan dan mengetahui serta menilai tingkat prestasi atau keberhasilan belajar siswa dalam setiap mata pelajaran.Dalam sistem pendidikan nasional penilaian hasil belajar menggunakan klasifikasi dari Benyamin Bloom, yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil belajar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis.Hasil belajar diukur melaluites dalam bentuk soal objektif dan uraian yang telah diuji kelayakannya untuk digunakan dalam kegiatan penelitian.
Hasil belajar siswa dikatakan sudah stabil (jenuh) apabila hasil yang diperolehnya mengalami perubahan, baiuk dari kognitif, afektif maupun psikomotornya.Dilihat dari ranah kognitifnya dikatakan berhasil apabila hasilnya diatas dari KKM.Dari ranah kognitif dapat dilihat yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas aspek pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi siswa tentang materi yang telah disampaikan oleh guru ketika mengerjakan post test yang diberikan oleh guru. Dapat mengaplikasikan sesuai dengan materi yang telah
(31)
50
Dewi Sri Lestari, 2013
disampaikan dalam proses pembelajaran, kemudian dapat menganalisis dengan baik tugas yang diberikan setelah mendapatkan penjelasan dari guru.
Ranah afektif dapat dilihat yang berkenaan dengan sikap terdiri atas penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas. Penilaian hasil belajar aefektif pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya pada pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial (Sudjana, 2012: 30).Penilaian afektif ini dapat dilihat dari kemauan siswa untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru, hasrat bertanya kepada guru, kemauan untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut, kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran, dan senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannya. Sedangkan dari ranah psikomotornya dapat dilihat yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik, siswa mampu mengemukakan pendapatnya, dan kemauan siswa untuk bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas.
Mata pelajaran IPS ini adalah mata pelajaran yang disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajarannya untuk menuju kedewasaan serta keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan lebih memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmi yang berkaitan. Berdasarkan tujuan IPS menurut Sapriya (2012: 201) adalah sebaia berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
(32)
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal dan global.
Berdasarkan tujuan IPS di atas, pembelajaran IPS di SMP/MTs masih dikembangkan dan dipelajari secara korelasi. Pembelajaran tersebut masih secara terbatas dipelajari dan dikembangkannya, saling keterkaitan antara disiplin ilmu satu dengan disiplin ilmu lainnya.Setelah pembelajaran IPS siswa diharapkan dapat berpikir logis dan kritis, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan dapat memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-harinya.
Evaluasi pembelajaran sangat penting untuk menentukan apakah siswa tersebut dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau harus mengulang materi ajar yang lama.Bagi guru evaluasi pembelajaran sangat penting, karena untuk mengetahui aktivitas dalam pembelajaran.Dengan evaluasi pembelajaran guru terdorong untuk mengevaluasi apakah tes yang telah mereka buat sudah benar atau belum. Evaluasi hasil belajar siswa dapat diketahui dengan berbagai cara.
Menurut Gunawan (2013: 106) secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan meterilnya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan jiwanya, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejateraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya. Guru
(33)
52
Dewi Sri Lestari, 2013
memegang peranan penting dalam pengembangan pembelajaran IPS. Pembelajaran itu bukan hanya menyampaikan materi agar siswa menjadi cerdas, tetapi lebih dari pada itu agar siswa memiliki karakteristik pribadi yang peka nurani dan tanggap nalarnya, dalam rangka pemecahan masalah-masalah sosial yang ada dalam kehidupan bermasyarakat.
Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar mengalami perubahan yang sangat baik dari setiap siklusnya, di mana hasil belajar mengalami peningkatan baik pada ranah kognitif, afektif maupun ranah psikomotornya.Hal tersebut karena siswa langsung yang terjun ke lapangan untuk mencari tahu tentang hal-hal yang hanya ada dalam buku, itu merupakan pelajaran tambahan yang diperoleh siswa selain dari buku paket yang mereka punya.Pada ranah kognitif hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu mencapai ketuntasan dengan nilai di atas 75.Hasil belajar pada ranah afektif dapat terlihat dari antusias siswa dalam menanggapi materi yang disampaikan oleh guru, siswa memperhatikan yang disampaikan guru, dan kemauan siswa untuk bertanya kepada guru. Sedangkan pada ranah psikomotor dapat dilihat dari kemampuan siswa ketika mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik, mampu mengemukakan pendapatnya, dan mau bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas dan belum dimengerti
E. PROSEDUR PENELITIAN
Guru sebagai peneliti melakukan prosedur yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Observasi dan Identifikasi Masalah
Guru melakukan pengamatan sebagai peneliti yang memfokuskan pada pembelajaran IPS di kelas VII K. Berdasarkan hasil observasi,
(34)
ditemukan sejumlah masalah yang dihadapi dan segera dicari pemecahannya. Masalah yang ditemukan yaitu sumber belajar yang hanya mengacu pada buku teks dan informasi yang diberikan guru.Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
2. Kegiatan Pra Tindakan
a. Merumuskan rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengacu
pada Standar Kompetensi adalah “memahami kegiatan masyarakat” dan Kompetensi Dasar adalah “mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa”
yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS dengan menggunakan materi pelajaran yang telah disesuaikan dengan pembelajaran saat itu yaitu kegiatan produksi barang dan jasa dengan cara mengunjungi tempat prduksi sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.
b. Memilih pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan materi yang akan dibahas pada pertemuan saat itu kemudian disesuaikan pula dengan kondisi di lapangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui pemanfaatan tempat produksi barang dan jasa sebagai sumber belajar siswa untuk materi kegiatan produksi.
c. Peneliti mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan dikerjakan siswa, kemudian siswa mengerjakan LKS tersebut sesuai dengan petunjuk
(35)
54
Dewi Sri Lestari, 2013
yang ada dengan kunjungan ke tempat produksi yang telah disepakati bersama dengan kelompok kerjanya.
3. Rencana Tindakan
Dengan memperhatikan proses pembelajaran di kelas dengan hanya menggunakan buku teks sebagai sumber belajar siswa, peneliti menyusun rencana tindakan pembelajaran yang meliputi:
a. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS)
c. Pembuatan pedoman observasi d. Pembuatan pedoman wawancara e. Membuat alat evaluasi
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN
Sanjaya (2011: 84) instrument penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Karena alat atau instrument ini mencerminkan juga cara pelaksanaannya. Penelitian sebagai suatu cara ilmiah dalam memecahkan masalah termasuk PTK, selamanya berhubungan dengan instrument pengumpulan data. Tanpa instrument yang tepat, penelitian tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan.
Di dalam PTK banyak instrument yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data, namun penggunaannya sangat tergantung kepada jenis permasalahan yang akan diteliti. Oleh karena itu, belum tentu suatu instrument yang cocok mengumpulkan data tertentu, cocok juga untuk mengumpulkan data yang lain.
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
(36)
Observasi yaitu merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Dilihat dari persiapan dan pelaksanaannya observasi bisa bersifat sistematis atau insidental.Dalam observasi yang sistematis, sebelum pelaksanaannya dipersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan baik mengenai aspek-aspek yang diamati, waktu observasi, maupun alat yang digunakan.Observasi insidental dapat dilakukan kapan saja tanpa perencanaan yang sistematis. Dilihat dari hubungan observer dan observant dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Observasi Partisipatif adalah observasi yang dilakukan apabila observer ikut serta dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan oleh observant. b) Observasi nonpartisipatif adalah observasi yang tidak melibatkan
observer dalam kegiatan yang sedang diobservasi. Dengan demikian, dalam observasi jenis ini, observasi murni bertindak sebagai pengamat (Sanjaya, 2011: 86).
Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan pada aktivitas siswa dalam menggunakan lingkungan untuk dijadikan sebagai sumber belajar IPS. Sebelum melakukan kegiatan penelitian ini, peneliti telah melakukan observasi terlebih dahulu dan untuk kegiatan observasi peneliti bertindak langsung sebagai instrument yang melakukan observasi ke lapangan. Dari hasil observasi yang dilakukan, peneliti menemukan suatu masalah yang terjadi di lapangan yaitu kurangnya guru memanfaatkan sumber belajar dan kurangnya guru memperhatikan kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan buku teks saja sebagai sumber belajar, sebenarnya guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar selain buku teks.
Instrument yang digunakan adalah pedoman observasi.Semua data atau temuan yang berkaitan dengan suasana belajar di kelas VII K pada saat
(37)
56
Dewi Sri Lestari, 2013
pembelajaran IPS, pengelolaan kelas, kegiatan guru atau kegiatan siswa dicatat dalam catatan sesuai dengan lembar observasi yang telah dibuat. Catatan tersebut sebagian berisi tentang beberapa kejadian yang terjadi dalam proses pembelajaran, dicatat dan dijadikan sebagai bahan refleksi dan analisis.
2. Wawancara
Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2010: 117) wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka maupun melalui saluran media tertentu (Sanjaya, 2011: 96). Untuk mengumpulkan data dalam PTK, wawancara dilihat dari pelaksanaannya bisa dilakukan dengan cara:
a) Wawancara insidental adalah jenis wawancara yang dilaksanakan sewaktu-waktu bila dianggap perlu. Wawancara demikian juga dinamakan sebagai wawancara yang tidak formal.
b) Wawancara terencana adalah jenis wawancara yang dilaksanakan secara formal yang dilaksanakan secara terencana baik mengenai waktu pelaksanaannya, tempat, dan topik yang akan dibicarakan.
Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data saat peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang akan diteliti, dan ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam. Teknik pengumpulan ini berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Instrument lain yang digunakan selain pedoman observasi adalah dengan menggunakan pedoman wawancara. Pada tahap awal, peneliti melakukan wawancara dengan guru yang mengajar IPS di kelas VII K. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, metode pada saat mengajar IPS. Selain itu juga
(38)
wawancara dilakukan pada beberapa siswa kelas VII K, tujuannya untuk mengetahui sikap mereka terhadap pembelajaran IPS, cara guru mengajar dan sikap siswa terhadap guru. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan wawancara yang terencana yaitu sudah ditentukan topiknya yaitu penggunaan sumber belajar selain buku teks seperti penggunaan lingkungan siswa sebagai sumber belajar.
3. Catatan harian
Catatan harian merupakan instrument untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru. Catatan harian berguna untuk melihat perkembangan tindakan serta perkembangan siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Ada dua jenis catatan harian untuk kepentingan PTK, yaitu:
a) Catatan harian yang dilakukan guru. Catatan harian guru digunakan untuk mencatat berbagai temuan guru selama proses tindakan yang dilakukan. b) Catatan harian yang dilakukan siswa. Catatan harian siswa berisi tentang
tanggapan siswa terhadap tindakan yang dilakukan guru. Catatan harian yang disusun siswa sangat penting sebagai umpan balik untuk guru dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan tindakan.
Catatan harian digunakan oleh peneliti sebagai instrument lainnya untuk memperoleh data.Catatan harian ini diperoleh ketika sedang melakukan tindakan di kelas VII K yang dilakukan oleh siswa maupun oleh guru.Catatan harian memiliki banyak manfaat.Isinya dapat berupa catatan pribadi pengamatan, perasaan, tanggapan, penafsiran, refleksi dan
(39)
lain-58
Dewi Sri Lestari, 2013
lain.Catatan harian ini juga dapat menjadikan motivasi, introspeksi terhadap sesuatu, kondisi, dan lain sebagainya.
4. Tes
Tes merupakan instrument pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguatan materi pembelajaran. Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki dua criteria yaitu criteria validitas dan reabilitas. Tes sebagai suatu alat ukur dikatakan memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur apa yang akan hendak diukur.
Dilihat dari pelaksanaannya tes dibedakan menjadi tiga yaitu tes lisan, tes tulisan dan tes perbuatan. Tes tulisan atau sering juga disebut tes tertulis adalah yang dilakukan dengan cara siswa menjawab sejumlah item soal dengan cara tertulis. Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa lisan .tes ini cocok untuk menilai kemamampuan menalar siswa. Melalui bahasa secara verbal guru dapat mengetahui secara mendalam pemahaman siswa tentang sesuatu yang dievaluasi, yang bukan hanya pemahaman secara konsep. Sedangkan tes perbuatan adalah tes dalam bentuk peragaan. Tes ini cocok manakala guru ingin mengetahui kemampuan dan keterampilan seseorang mengenai sesuatu (Sanjaya, 2011: 99).
Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan seseorang.Tes merupakan instrument yang digunakan ketika guru ingin mengetahui pengaruh tindakan yang dilakukan terhadap kemampuan siswa tertentu atau ketika guru ingin mengetahui pengaruh tindakan yang dilakukan terhadap rata-rata hasil belajar siswa.Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah memanfaatkan lingkungan
(40)
sebagai sumber belajar, apakah hasil belajar yang diperoleh oleh siswa semakin baik atau sebaliknya.
Tes ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan jenis tes tertulis dengan bentuk soal objektif dan soal essai.
Yang dimaksud dengan tes uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Ciri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkontruksikan butir soal, tetapi harus dipasok oleh peserta tes.Sedangkan butir soal objektif adalah soal yang telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes (Zainul, 2001: 61).
Tes yang diberikan kepada siswa-siswi kelas VII K adalah materi-materi yang telah disampaikan sebelumnya. Tes tersebut dilakukan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi setelah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran. Tes yang diberikan adalah tes objektif dan essai.Tes objektif sebanyak 10 butir soal dan tes essai sebanyak 5 butir soal.
5. Penilaian Sikap
Sudjana (2012: 80) skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu.Hasilnya berupa kategori sikap yaitu mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral.Ada tiga komponen sikap yaitu kognisi, afeksi, konasi.Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut.
(41)
60
Dewi Sri Lestari, 2013
Sikap bermula dari perasaan baik suka maupun tidak suka terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek.Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu afektif, kognitif, dan konatif.Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek.Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek.Sedangkan komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.Jadi, penilaian sikap merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati perasaan atau penilaian siswa, kepercayaan atau keyakinan siswa, dan kecenderungan untuk berperilaku siswa berkaitan dengan suatu objek.
Selain dari beberapa instrument di atas peneliti juga menggunakan instrument penilaian sikap.Penilaian sikap ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat atau penilaian instrument seperti format observasi perilaku dan item pertanyaan langsung.
Format observasi perilaku ini dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan siswa selama di sekolah, penilaian sikap dalam diskusi, penilaian sikap dalam suatu materi pokok bahasan tertentu.Sedangkan dengan pertanyaan langsung kita dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang yang berkaitan dengan sesuatu hal, misalnya tanggapannya tentang penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
6. Penilaian Performance
Penilaian performance merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu (Komalasari, 2010: 153).Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu.Untuk menilai
(42)
kemampuan mengemukakan pendapat siswa, misalnya dilakukannya pengamatan atau observasi berbicara yang seragam seperti diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara.
Penilaian performance ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa tertentu.Baik kemampuan dalam bidang olahraga, alat musik, tarian dan lain sebagainya. Penilaian
performance ini sangat perlu dilakukan karena tidak semua siswa memiliki
kemampuan yang sama. Ada siswa yang hanya suka dan mampu dalam bidang kognitif namun dalam bidang afektif dan psikomotornya kurang atau bahkan sebaliknya.Akan lebih baik jika siswa mampu melakukan semua bidang baik kognitif, afektif maupun psikomotornya.Oleh karena itu, kemampuan tersebut harus terus diasah dan dilatih oleh guru.
Tes performance diperoleh dari kegiatan siswa dalam memanfaatkan lingkungan dengan berkunjung ke tempat produksi, perpustakaan, dan kantin atau koperasi sekolah sesuai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah diberikan oleh guru. Selain itu tes performance diperoleh juga dari penampilan ketika mempresentasikan hasil kegiatannya di depan kelas. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa tersebut sudah mengerti dengan tugas yang telah diberikan oleh guru.
G. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Teknik pengolahan data mempunyai peranan penting dalam suatu penelitian. Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian tradisi kualitatif dengan latar belakang atau setting yang wajar dan alami yang diteliti, memberikan peranan penting kepada penelitinya yakni sebagai satu-satunya instrument karena manusia yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu.
(43)
62
Dewi Sri Lestari, 2013
Teknik pengolahan data merupakan langkah yang strategis dalam suatu penelitian, kerena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Tahap penelitian kualitatif tidak membedakan proses penelitian, kegiatan pengumpulan datanya terlebih dahulu, namun menyatupadukan kegiatan pengumpulan data dengan analisis data. Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2011: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.
Sanjaya (2011: 117) menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah, mendeskripsikan data sehingga data telah diorganisir jadi bermakna, dan membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data. Menurut Moleong (2011: 247) proses menganalisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.
Pengumpulan data melibatkan terutama melalui pengamatan dan wawancara.Peneliti pun dapat menjadi pengamat yang berperan serta dalam budaya yang sedang ditelitinya selama penelitian itu berlangsung. Menurut
(44)
Moleong (2011: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Di pihak lain, analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeknya
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menentukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan cara menentukan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrument yang digunakan. Data yang diperoleh dari setiap tindakan penelitian dianalisis. Setelah diperoleh data, langka selanjutnya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Membuat grafik pola kecenderunga testuntuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini, maka dibuat grafik yang menunjukkan efektivitas pembelajaran sebagai hasil penelitian, sehingga akan Nampak jelas pola kecenderungan perubahan hasil belajar setiap siklus.
Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pemberian skor testsoal yang digunakan pada penelitian ini berupa pilihan ganda (PG) dan uraian atau essai. Setiap soal mempunyai bobot
(45)
64
Dewi Sri Lestari, 2013
skor 10 apabila siswa dapat menjawab soal dengan benar sehingga skor maksimum yang diperoleh siswa adalah 100.
b. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah skor yang diperoleh siswa untuk setiap jawaban.
c. Membuat grafik pola skor test berdasarkan rata-rata hitung.
Selain menggunakan metode kualitatif, penelitian ini juga menggunakan pendekatan kuantitatif.Sugiyono (2012: 8) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
H. VALIDASI DATA
Untuk penelitian kualitatif, analisis data telah dilaksanakan sejak awal penelitian dimulai dari pembentukan tindakan yang diuji kebenarannya dengan memperoleh informasi melalui observasi dan wawancara (Haryadi, 2010: 69). Adapun analisis dan penafsiran data merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, data-data tersebut dianalisis secara deskriptif supaya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai tahapan pelaksanaan penelitian yakni penampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Suharsaputra (2012: 181) penelitian kualitatif adalah penelitian menjadi tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan
(46)
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 9) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.
Data yang diperoleh umumnya data kualitatif, sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas.Oleh sebab itu, sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.Analisis data dalam kualitatif, dilaksanakan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawncarai. Bila jawaban belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap benar.Dimulai dari siklus satu dan seterusnya, ketika data yang diinginkan dianggap cukup dan mengalami perubahan dan peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.Selain itu penelitian ini juga menggunakan penelitian kuantitatif, pengumpulan data yang dilakukan pada objek tertentu baik berbentuk populasi maupun sampel.Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji yang diajukan dengan teknik statistic tertentu.
Semua data yang masuk divalidasi dengan teknik seperti yang digunakan dalam analisis kualitatif dalam Wiriaatmadja (2010: 168) yaitu:
a. Dengan melakukan member check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber, siapa pun juga seperti kepala sekolah. Guru, teman sejawat, siswa, dan lain-lain. Apakah keterangan atau informasi itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan data itu terperiksa kebenarannya.Jadi setelah data terkumpul sesuai
(47)
66
Dewi Sri Lestari, 2013
dengan yang diinginkan data-data tersebut diperiksa kembali kebenarannya.
b. Melakukan validasi dengan triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang ditimbulkan sendiri dengan membandingkan dengan hasil orang lain. Data-data tersebut dibandingkan dengan hasil data yang telah diperoleh dan diteliti oleh orang lain.
c. Expert opinion adalah meminta nasihat kepada pakar. Expert opinion
yang dalam hal ini adalah pembimbing penelitian. Pembimbing akan memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti lakukan. Perbaikan, modifikasi, atau penghalusan berdasarkan arahan atau opini pembimbing akan memvalidasi data penelitian yang dilakukan peneliti dan pada tahap selanjutnya analisis yang dilakukan oleh peneliti, dan dengan demikian akan meningkatkan derajat keterpercayaan penelitian yang dilakukan.
(48)
BAB V PENUTUP
Pada BAB ini akan membahas tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran dari peneliti untuk dilanjutkan oleh peneliti lainnya.
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan seluruh rangkaian tindakan penelitian yang dimulai dari tindakan siklus I sampai dengan tindakan siklus IV di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS, hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi terhadap proses pembelajaran dan memberikan kemudahan untuk siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung,
disesuaikan dengan Standar Kompetensi yaitu “Memahami kegiatan
ekonomi masyarakat” dengan menggunakan beberapa Kompetensi Dasar yang terdapat di dalam Standar Kompetensi tersebut. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar ini dikaitkan dengan materi yang sesuai pada pertemuan saat itu. Dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ini guru merencanakan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan seperti lingkungan yang dekat dengan tempat tinggal siswa, lingkungan sekitar sekolah misalnya kantin atau koperasi sekolah, perpustakaan sekolah, laboratorium, taman dan lain sebagainya. Sumber belajar dengan memanfaatkan lingkungan sebagai
(49)
125
Dewi Sri Lestari, 2013
sumber belajar IPS hasilnya adalah baik, karena perencanaan telah sesuai dengan yang disusun.
2. Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung, dilakukan dengan tahapan-tahapan pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan sebelumnya yaitu dimulai dari kegiatan awal, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk bersemangat mengikuti pelajaran dengan memberikan contoh dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa. Kegiatan inti, guru memberikan pengarahan dan penjelasan kepada siswa tentang materi dan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan petunjuk LKS yang telah diberikan oleh guru. Dan kegiatan penutup, guru menyimpulkan dan memberikan penguatan terhadap materi dan tugas yang telah dikerjakan siswa, serta guru memberikan tes sesuai dengan materi yang telah disampaikan. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan melakukan analisis dan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil pelaksanaan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS ini adalah baik, karena terjadi perubahan pada pelaksanaan proses pembelajaran.
3. Hasil belajar setelah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung hasilnya adalah baik, terlihat sangat memberikan kontribusi dan perubahan yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar yang diharapkan oleh peneliti sudah sesuai yaitu mencapai nilai ketuntasan dengan nilai di atas 75. Untuk hasil belajar afektif siswa antusias dalam menanggapi materi yang telah disampaikan guru, siswa memperhatikan dan mau bertanya seputar pelajaran yang belum diketahuinya. Sedangkan hasil belajar dari psikomornya adalah siswa mampu mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik dan mau mengemukakan pendapatnya.
(50)
4. Banyak hambatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan mulai dari tindakan siklus I sampai dengan siklus IV. Hambatan tersebut seperti sulitnya guru mengkondisikan keadaan kelas setelah siswa mengerjakan tugas yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, sulitnya guru memantau dan membimbing siswa ketika memanfaatkan lingkungan di luar lingkungan sekolah, dan beberapa hambatan lainnya.
5. Dari berbagai hambatan yang terjadi banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut diantaranya lebih memanfaatkan lingkungan sekolah seperti kantin atau koperasi, taman, laboratorium, perpustakaan dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan agar guru lebih mudah untuk membimbing dan memantau kegiatan yang dilakukan siswa selama tindakan siklus berlangsung.
(51)
127
Dewi Sri Lestari, 2013
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas pada kegiatan pembelajaran IPS tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Setelah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar ini, guru diharapkan bisa lebih memperhatikan sumber belajar yang akan digunakan, kemudian sesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Guru tidak hanya menggunakan buku teks sebagai sumber belajar utamanya, tetapi ditambah dengan sumber yang lain seperti lingkungan, masyarakat, museum dan lain sebagainya.
2. Bagi Sekolah
Peneliti dan sekolah dapat bekerja sama dalam melakukan penelitian ini, untuk meningkatkan proses pembelajaran dan pelayanan terhadap siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi Program studi (Prodi)
Prodi dan pihak sekolah dapat bekerja sama untuk memberikan penjelasan atau seminar tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan tujuan agar guru-guru dapat mengetahui dan memahami tentang PTK karena tidak setiap guru mengetahui dan memahami tentang PTK.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti sebaiknya mempersiapkan LKS yang petunjuknya mudah dipahami siswa dan memperhatikan tingkat kemampuan siswa. Peneliti dapat pula meneliti dengan judul yang sama namun dengan materi dan kelas yang berbeda, atau dapat pula meneliti tentang pemanfaatan lingkungan yang lebih fokus misalnya lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan budaya dan lingkungan lainnya.
(1)
Dewi Sri Lestari, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Ips Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS (PTK di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4. Banyak hambatan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan mulai dari tindakan siklus I sampai dengan siklus IV. Hambatan tersebut seperti sulitnya guru mengkondisikan keadaan kelas setelah siswa mengerjakan tugas yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, sulitnya guru memantau dan membimbing siswa ketika memanfaatkan lingkungan di luar lingkungan sekolah, dan beberapa hambatan lainnya.
5. Dari berbagai hambatan yang terjadi banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut diantaranya lebih memanfaatkan lingkungan sekolah seperti kantin atau koperasi, taman, laboratorium, perpustakaan dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan agar guru lebih mudah untuk membimbing dan memantau kegiatan yang dilakukan siswa selama tindakan siklus berlangsung.
(2)
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas pada kegiatan pembelajaran IPS tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Setelah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar ini, guru diharapkan bisa lebih memperhatikan sumber belajar yang akan digunakan, kemudian sesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Guru tidak hanya menggunakan buku teks sebagai sumber belajar utamanya, tetapi ditambah dengan sumber yang lain seperti lingkungan, masyarakat, museum dan lain sebagainya.
2. Bagi Sekolah
Peneliti dan sekolah dapat bekerja sama dalam melakukan penelitian ini, untuk meningkatkan proses pembelajaran dan pelayanan terhadap siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi Program studi (Prodi)
Prodi dan pihak sekolah dapat bekerja sama untuk memberikan penjelasan atau seminar tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan tujuan agar guru-guru dapat mengetahui dan memahami tentang PTK karena tidak setiap guru mengetahui dan memahami tentang PTK.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti sebaiknya mempersiapkan LKS yang petunjuknya mudah dipahami siswa dan memperhatikan tingkat kemampuan siswa. Peneliti dapat pula meneliti dengan judul yang sama namun dengan materi dan kelas yang berbeda, atau dapat pula meneliti tentang pemanfaatan lingkungan yang lebih fokus misalnya lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan budaya dan lingkungan lainnya.
(3)
Dewi Sri Lestari, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Ips Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS (PTK di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmadi, A. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Effendi, R. (2007). Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial, Budaya, dan Teknologi. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek dan Value Press Bandung Gunawan, R. (2013). Pendidikan IPS : Filososofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama
Latif, A. (2012). Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: PT Refika Aditama
Mariyana, R. et al. (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Moleong, LJ. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Musfiqon, HM. (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya
Nasution, S. (2009). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sanjaya, W. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sapriya. et al. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan PKn FPIPS. Bandung
Sapriya. (2012). Pendidikan IPS : Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Soemarwoto, O. (2004). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Perkembangunan. Jakarta : Djambatan.
Sudjana, N. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
(4)
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta
Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama
Sukmadinata, NS. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sumaatmadja, N. (1996). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan Hidup. Bandung: CV. Alfabeta
Syaodih Sukmadinata, N. dan Syaodiah, E. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. PT Refika Aditama
Wahab, AA. (2012). Metode dan Model-model Mengajar: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta
Wiriaatmadja, R. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dsosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
(5)
Dewi Sri Lestari, 2013
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Ips Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS (PTK di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Skripsi dan Tesis
Astuti, T. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA melalui Penggunaan Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas Va SDN 11 Lembang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun ajaran 2009-2010). Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan
Gozali, A.TB. 2008. Pemanfaatan Perpustakaan sebagai Sumber Belajar IPS untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 5 Cilegon). Tesis Magister Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan
Istianti, T. 2004. Peningkatan Pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar (Penelitian Tindakan Kelas Untuk Membangkitkan Kesadaran Kebersihan Pada Siswa Kelas VI B Sekolah Dasar BPI Bandung). Tesis Magister Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan
Maksum, A. (1997). Pemanfaatan Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar: Penelitian Tindakan Kelas Tentang Pemanfaatan Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar dalam Pembelajaran IPS Pokok Bahasan Transportasi dan Komunikasi di kelas V Sekolah Dasar Negeri Kenari 07 Pagi Jakarta Pusat. Tesis Magister Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung. Bandung: tidak diterbitkan.
Permana, S. (2006). Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar dalam Pembelajaran IPS SD: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Jamika 3 Kota Bandung. Tesis Magister Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan
Pratikno, S. 2008. Kontribusi, Kualitatif, Kompetensi, dan Kinerja Guru IPS Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik SMP Negeri di Kabupaten Sumedang. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan
Rusmiati. 2011. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar Pada Pembelajaran IPS dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Skripsi PGSD Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandun. Bandung: tidak diterbitkan Rosita, T. (2009). Pemanfaatan Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar dalam
Pembelajaran IPS di kelas IV SDN Rongga Kabupaten Bandung Barat. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan
(6)
Setiawan, D. 2011. Pengaruh Kompetensi Guru Geografi Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik di Lingkungan Madrasah Aliyah se-KKM 01 Cililitan Kabupaten Bandung Barat. Tesis Magister Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan
Sumiati, N. 2009. Penggunaan Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan